KitaBeli Optimis Model “Team Buying” Bisa Diterima di Tengah Kematangan Pasar E-commerce

Berdasarkan laporan yang dibuat Econsultancy bersama Magento dan Hootsuite pada bulan Oktober 2019 berjudul “The State of Social Commerce in Southeast Asia”, industri social commerce diproyeksikan akan bertumbuh signifikan. Dengan lebih dari 350 juta pengguna internet di Asia Tenggara dan 90% masyarakat terhubung ke internet menggunakan smartphone, peluang untuk bertransaksi sangatlah besar.

Pandemi juga menjadi pemancing positif kepada startup yang menyasar social commerce. Besarnya demand dilengkapi dengan penggunaan media sosial hingga model pembelian secara bersama (team buying), menjadi sangat ideal bagi startup yang menyasar social commerce untuk tumbuh secara positif. Salah satu startup yang mencoba untuk menghadirkan layanan tersebut adalah KitaBeli.

Fokus kepada konsep “team buying”

KitaBeli didirikan oleh Prateek Chaturvedi, Ivana Tjandra, Subhash Bishnoi, dan Gopal Singh Rathore pada Maret 2020. Platform tersebut memfasilitasi pembelian barang kebutuhan pokok, FMCG, dan produk kebutuhan rumah tangga lain—secara berkelompok (team buying). Pengguna aplikasi KitaBeli mengundang kenalannya untuk membentuk grup, kemudian membeli produk bersama dengan potongan harga.

“Memperhatikan bahwa platform lain tidak fokus pada berbagi dan aspek sosial pembelian, kami memutuskan untuk memulai KitaBeli dan memungkinkan pengguna Indonesia untuk melakukan hal ini dengan lebih baik secara online,” kata Co-founder KitaBeli Prateek Chaturvedi.

Pendekatan yang langsung ke pelanggan akhir (direct-to-consumer) membuat KitaBeli berbeda dengan pemain social commerce lain di Indonesia. Pengguna langsung memesan barang di aplikasi, bukan melalui agen atau reseller. Cara ini membuat KitaBeli mampu membangun loyalitas pelanggan dan model bisnis yang lebih menguntungkan. Di platform lain kebanyakan pengguna diharuskan untuk berbicara dengan pemasok, mengonfirmasi stok, dan lainnya. Proses tersebut dapat memakan waktu berjam-jam.

“Kami juga melakukan pengiriman cepat. Semua pesanan dikirim dalam 2 hari dengan biaya yang sangat rendah. Dengan konsep berbagi dan mengajak teman Anda untuk bergabung dengan aplikasi, pengguna kami mendapatkan lebih banyak diskon. Mereka juga bisa melihat apa yang dibeli temannya, dan bergabung dengan grup teman tersebut, untuk mendapatkan harga yang lebih murah,” kata Prateek.

KitaBeli kini telah beroperasi di area Jabodetabek, dengan jumlah pelanggan yang tumbuh dengan pesat. Model pembelian berkelompok mendorong pengguna untuk mengajak kenalannya untuk bergabung dan mengunduh aplikasi KitaBeli. Selain itu, nilai transaksi per pengguna di aplikasi KitaBeli terus tumbuh setiap bulan.

“Pengguna KitaBeli suka dengan fitur sosial KitaBeli. Mereka juga puas dengan kecepatan pengiriman barang, 95% dari pesanan diantar dalam 2 hari. Dari Jakarta, kami berencana untuk segera memperluas layanan ke kota-kota lain, termasuk kota tier 2-4,” kata Co-founder KitaBeli Ivana Tjandra.

Pendanaan tahapan awal

Akir bulan Agustus 2020, KitaBeli mengumumkan pendanaan tahapan awal dengan nilai yang tidak dipublikasikan. Dalam putaran yang dipimpin oleh East Ventures, AC Ventures bergabung ronde pendanaan tersebut dengan partisipasi dari beberapa angel investor. Selain memperluas area layanan ke kota tier 2-4, penerapan teknologi dengan mengembangkan produk menjadi rencana dari perusahaan selanjutnya.

“Kami berfokus untuk menciptakan pengalaman pengguna yang luar biasa, dan meningkatkan loyalitas pengguna. Pengguna kami sangat menyukai aplikasi ini. Setiap bulan mereka membeli lebih banyak dari kami, dan sangat sering membeli. Ini lebih penting bagi kami sekarang daripada jumlah pengguna,” kata Prateek.

Tim KitaBeli berbasis di India dan Indonesia, terdiri dari tim teknologi di Bengaluru serta tim operasional dan tim pemasaran di Jakarta. Sebelum mendirikan KitaBeli, Prateek adalah founder Getfocus.in, perusahaan SaaS penyedia solusi pemasaran B2B asal India yang diakuisisi Moka pada 2018. Adapun, Ivana berpengalaman mengembangkan bisnis dan vertikal baru untuk Bridestory dan Handy.

“KitaBeli memperkenalkan team buying ke salah satu pasar ecommerce dengan pertumbuhan paling pesat. Kami antusias untuk bermitra dengan Prateek dan Ivana, membawa cara berbelanja baru ini ke konsumen Indonesia,” kata Co-founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

“Pengalaman ini mendorong pembelian barang kebutuhan pokok harian dengan frekuensi tinggi. Prateek dan Ivana adalah entrepreneur yang berpengalaman dan visioner dengan keahlian operasional di pasar lokal. Mereka ada di posisi terbaik untuk membangun cerita teknologi consumer selanjutnya di Indonesia,” kata Managing Partner AC Ventures Adrian Li.

Application Information Will Show Up Here

Tambahan Rp150 Miliar Genapkan Pendanaan Seri A untuk Waresix

Startup logistik Waresix melengkapi pendanaan seri A mereka di angka US$25,5 juta atau sekitar Rp348,7 miliar. EV Growth dan Jungle Ventures menjadi entitas penting dalam putaran ini.

Nominal tersebut merupakan akumulasi babak pendanaan yang sudah dimulai sejak Juli 2019 lalu. Saat itu, startup yang dipimpin CEO Andree Susanto ini, mendapatkan kucuran dana US$14,5 juta dari para investor yang dipimpin oleh EV Growth. Tambahan US$11 juta dari EV Growth dan Jungle Ventures menggenapkan putaran pendanaan seri A ini.

“Dana tambahan ini semakin mempertegas kepercayaan para investor utama dan akan membantu kami memperkuat dominasi pasar sambil mempersiapkan putaran pendanaan seri B pada 2020,” ucap Andree dalam rilis resmi mereka.

Waresix adalah startup bidang logistik yang berfokus menghubungkan layanan pengiriman dengan jasa pengangkutan termasuk truk pengangkut dan gudang penyimpanannya. Platform mereka kini tercatat sudah beroperasi dengan 30.000 truk dan 300 operator gudang di seluruh Indonesia.

Semenjak beroperasi pada kuartal IV 2018, Waresix diklaim mengalami pertumbuhan cepat. Salah satu indikatornya adalah mereka berhasil membukukan EBITDA (earnings before interest, tax, depreciation, and amortization) positif.

“Waresix dengan jelas merupakan pemenang di segmen first dan middle-mile dalam bidang logistik. Kami fokus kepada laju pertumbuhan perusahaan yang pesat dan keberhasilannya mengakhiri 2019 dengan profit. Ini merupakan bonus kecil bagi kami sebagai growth-stage investor,” ujar Co-Founder East Ventures & Managing Partner EV Growth Willson Cuaca.

Kabar tambahan pendanaan untuk Waresix ini menandakan geliat industri logistik di Indonesia akan kembali cemerlang tahun ini. Pasalnya sepanjang 2019 kemarin, industri ini diwarnai dengan kemunculan pemain baru dan pendanaan yang jumlahnya cukup banyak.

Startup Logistik di Indonesia

Platform logistik B2B Ritase memperoleh pendanaan seri A senilai US$8,5 juta pada Juli. Ada juga Kargo Tecnlogies yang mendapat kucuran pendanaan awal US$7,6 juta dari Sequoia Capital India. Lalu ada SiCepat Express, Triplogic, Logisly, Shipper, dan Crewdible yang mengalami hal serupa. Pendanaan yang diterima oleh perusahaan rintisan tersebut rata-rata di level seed dan seri A.

Kian membesarnya pasar e-commerce (juga social commerce) di Indonesia tak bisa dipungkiri menjadi angin segar industri logistik. Laporan McKinsey pada 2018 lalu memproyeksikan nilai pasar e-commerce di Tanah Air akan menyentuh US$65 miliar atau Rp910 triliun pada 2022. Tak heran jika pelaku industri logistik percaya diri bisnis ini dapat tumbuh lebih dari 30% pada tahun ini.

7.5 Degree Media Startup Expands to Indonesia, Focus on Bridging China-based Business Players

After receiving seed funding from East Ventures in May 2019, the Chinese-language media based on Singapore, 7.5 Degree, plans to expand to Indonesia. It started from opening a branch office and placing team for media coverage in Indonesia. They’re focused on the startup industry, such as e-commerce, fintech, SaaS, and gaming in Indonesia for their users in China.

7.5 Degree’s CEO, Li Yufu said to DailySocial that the expansion to Indonesia is expected to bring relevant information while bridging business owners and investors from China to expand their business in Indonesia.

“We create opportunities through media focused on presenting relevant information for China’s readers. It’s for them to gain information on the startup and related industries in Indonesia.”

Officially launched in 2017, the 7.5 Degree has distributed articles through various channels. Currently, they’ve produced 350 articles in Chinese, discussing all things related to the internet economy in Southeast Asia.

“In accordance with our mission of implementing ‘One Belt One Road’, we want to make Indonesia one of the countries to explore in terms of expanding relations and opening networks with China,” he added.

Focused on helping China-based business players and investors

7.5 Degree has another consulting service for business players from China who want to expand their business in Indonesia. Especially for Chinese speakers.

Through this service, 7.5 Degree intends to bring more Chinese investors to Indonesia. Currently, they claim to have had several clients from China to Thailand using their consulting services.

“In terms of media, we’re not using too much advertising for monetizing. The strategy is fully on consulting services,” Yufu said.

They have also launched Invmall, a new service that aims to encourage interaction between technology businesses in Southeast Asia and China. The platform presents a “bridging” service that allows startup founders to directly connect with investors from China (or vice versa) via email or WhatsApp.

There are very few service providers capable to support the local startups in early-stage to get funding. If we can help entrepreneurs to get seed funding from investors, both from China and Southeast Asia, this will be huge opportunities for them to grow and develop.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup Media 7.5 Degree Siap Ekspansi ke Indonesia, Fokus Jembatani Pebisnis Tiongkok

Setelah mendapatkan pendanaan tahap awal dari East Ventures bulan Mei 2019 lalu, 7.5 Degree media teknologi berbahasa Mandarin yang berbasis di Singapura berencana untuk melakukan ekspansi ke Indonesia. Inisiatif tersebut akan diawali dengan membuka kantor dan menempatkan tim mereka untuk melakukan peliputan. Fokusnya pada berita industri startup, e-commerce, fintech, SaaS hingga gaming di Indonesia untuk pembaca mereka di Tiongkok.

Kepada DailySocial CEO 7.5 Degree Li Yufu menegaskan, kehadiran bisnisnya di Indonesia diharapkan bisa menghadirkan informasi yang relevan sekaligus menjembatani pemilik bisnis dan investor asal Tiongkok untuk melebarkan bisnis mereka di Indonesia.

“Kami membuka peluang tersebut melalui media yang fokus menghadirkan informasi yang relevan untuk pembaca di Tiongkok. Harapannya mereka bisa mengenal lebih jauh industri startup dan terkait di Indonesia.”

Resmi meluncur tahun 2017 lalu, 7.5 Degree telah mendistribusikan artikel mereka melalui berbagai kanal, seperti. Sejauh ini telah memproduksi 350 artikel berbahasa Mandarin, membahas segala hal terkait ekonomi internet di Asia Tenggara.

“Sesuai dengan misi kami yaitu menerapkan ‘One Belt One Road’, kami ingin menjadikan Indonesia salah satu negara yang bisa kami jajaki dalam hal memperluas relasi dan membuka jaringan dengan Tiongkok,” kata Yufu.

Fokus bantu pemilik bisnis dan investor asal Tiongkok

7.5 Degree juga memiliki layanan lainnya berupa konsultasi untuk pemilik bisnis asal Tiongkok yang ingin melebarkan bisnis di Indonesia. Khususnya bagi mereka yang selama ini menggunakan bahasa Mandarin.

Melalui layanan konsultasi ini, 7.5 Degree berharap bisa membawa lebih banyak lagi investor asal Tiongkok ke Indonesia. Saat ini mereka mengklaim telah memiliki beberapa klien dari Tiongkok hingga Thailand yang telah memanfaatkan jasa konsultasinya.

“Untuk media sendiri kami tidak terlalu berat memanfaatkan iklan untuk monetisasi. Namun sepenuhnya strategi monetisasi kami adalah dari layanan konsultasi,” kata Yufu.

Mereka juga telah meluncurkan Invmall, sebuah layanan baru yang bertujuan untuk mendorong interaksi antara pelaku bisnis teknologi di Asia Tenggara dan Tiongkok. Platform tersebut menghadirkan layanan “penghubung” yang memungkinkan para founder startup untuk langsung berhubungan dengan investor dari Tiongkok (atau sebaliknya) lewat email atau WhatsApp.

“Hanya ada sedikit sekali penyedia layanan yang bisa memenuhi kebutuhan startup tahap awal lokal untuk mendapatkan pendanaan. Jika kami bisa membantu para entrepreneur untuk mendapatkan pendanaan tahap awal dari investor, baik dari Tiongkok maupun Asia Tenggara, hal ini akan membuka kesempatan yang besar bagi mereka untuk tumbuh dan berkembang,” kata Yufu.

Persoalan Minimnya Talenta dan Peranan Investor dalam Mendukung Ekosistem Startup

Masalah minimnya talenta berkualitas ternyata menjadi salah satu kendala utama yang dihadapi oleh dunia startup Indonesia saat ini. Rendahnya lulusan engineer berkompetensi belum bisa mengakomodasi kebutuhan startup lokal hingga asing yang melancarkan bisnisnya di Indonesia.

Dalam sesi diskusi yang digelar Google Indonesia hari ini (19/09), dibahas riset dan penelitian tentang investasi startup di Indonesia. Partner A.T. Kearney Alessandro Gazzini mengungkapkan dibandingkan India yang jumlah lulusan baru engineer luar biasa besar, Indonesia dinilai masih sangat minim baik dari jumlah dan pengetahuan.

“Karena masih rendahnya kualitas dari engineer Indonesia, idealnya pemerintah memberikan kemudahan untuk pekerja asing, dalam hal ini engineer, untuk bekerja di Indonesia.”

Hal senada diungkapkan Co-Founder & Group CEO C88 Financial Technologies JP Ellis yang selama ini telah cukup lama berkecimpung dalam dunia financial technology (fintech) di tanah air. Ia merasakan masih kesulitan untuk menemukan tenaga engineer yang berkualitas di Indonesia.

“Dari industri fintech tantangan bukan hanya soal talenta, namun juga dukungan dari pemerintah dalam hal ini regulator terkait dengan kebijakan untuk industri fintech di Indonesia,” kata Ellis.

Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca mengungkapkan ada atau tidak ada talenta, bisnis startup harus terus berjalan. Tidak bisa menunggu jumlah engineer lokal untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Untuk itu ia menyarankan pendekatan perekrutan talenta asing (sambil mendidik engineer lokal baru) atau men-switch tenaga dari korporasi untuk berpindah ke startup.

Perlunya local hero dari sisi startup dan investor

Meskipun saat ini sudah banyak venture capital  lokal yang mulai aktif berinvestasi kepada startup asal Indonesia, namun masih kalah banyak jumlahnya dengan investor asing. Menurut Willson masih sedikit, bahkan terbilang belum ada investor lokal yang sukses mencetak startup yang sukses atau exit, dibandingkan dengan investor asing.

“Bukan hanya startup saja yang perlu local hero untuk menjadi inspirasi, namun investor juga perlu adanya local hero yang sukses. Idealnya paling tidak ada quick winning yang dihasilkan dari investor lokal.”

Dengan makin banyaknya perusahaan besar asal Tiongkok yang mendanai startup di Indonesia, bisa dipastikan bakal mempersempit ruang bagi investor untuk mendanai startup di Indonesia. Menurut Principal Sequoia Capital Abheek Anand, hal tersebut harusnya bukan menjadi persoalan yang perlu dikhawatirkan oleh investor, justru menjadi peluang terbaik untuk startup dan ekosistem.

“Masuknya perusahaan Tiongkok berinvestasi artinya kapital makin banyak tersedia, saya juga melihat perlunya local hero dari venture capital di Indonesia untuk menjadi inspirasi.”

Anand menambahkan banyaknya peluang dan kapital yang masuk ke Indonesia memang bisa menjadi permasalahan tersendiri, namun pendiri startup yang cerdas tentunya bisa menghadapi situasi tersebut dengan baik.

Wave kedua industri startup di Indonesia

Setelah wave pertama industri startup di Indonesia banyak didominasi oleh layanan e-commerce hingga transportasi menurut para investor dan pakar yang hadir dalam acara tersebut, untuk wave kedua diprediksi bakal bermunculan startup baru yang menyasar kepada edutech, healthtech hingga fintech dengan layanan yang lebih kompleks.

“Saya melihat fintech masih menjadi pilihan para pelaku startup, namun bentuknya mungkin lebih advance dengan berbagai layanan dan pilihan lebih baru lagi,” kata Ellis.

Sementara, menurut Willson, idealnya untuk investor sudah mulai melihat lebih ke depan terkait dengan kategori startup yang berpotensi untuk didanai. Bukan hanya berpatokan kepada tren yang ada namun berpikir “ahead of the wave“.

“Investor harusnya sudah bisa melihat lebih jauh lagi kira-kira layanan apa yang bakal sukses untuk diinvestasikan. Jangan melihat tren yang ada saat ini saja.”

Platform Cicilan Ringan untuk Mahasiswa Cicil Bukukan Pendanaan Awal dari East Ventures

Cicil, perusahaan fintech untuk pengajuan cicilan ringan sebuah produk, mengumumkan telah berhasil membukukan pendanaan awal dalam jumlah yang tidak diungkapkan dari East Ventures. Dana segar ini akan digunakan untuk mempercepat misi Cicil dalam membawa inklusi keuangan kepada mahasiswa universitas yang merupakan target pasar utamanya. Ke depannya, Cicil juga berencana untuk bisa membantu kebutuhan biaya kuliah para penggunanya.

Co-Founder Cicil Leslie Lim melalui keterangan medianya mengatakan, “Kami menyadari bahwa akses keuangan relatif langka bagi mahasiswa Indonesia. Contohya ketika mereka perlu membeli laptop mahal untuk sekolah, [biasanya] kesulitan mendapatkan bantuan keuangan untuk membayar biaya muka yang besar. Oleh karena itu, kami datang dengan keinginan untuk membantu memecahkan masalah ini.”

Siswa dapat mengajukan cicilan produk melalui Cicil setelah mengisi formulir aplikasi yang ada dalam platform. Setelah itu, sistem big data analytics Cicil akan menilai kelayakan siswa yang akan mengajukan kredit berdasarkan profil mereka. Jika pemohon disetujui, maka Cicil akan membeli produk dari platform e-commerce yang dipilih oleh siswa dan siswa dapat membayar cicilan tanpa menggunkan kartu kredit.

Leslie mengatakan, “Berkaitan dengan batas kredit, kami tidak memiliki nilai tetap di situ, karena hal itu akan tergantung pada seberapa kuat profil aplikasi siswa. Semakin baik profilnya, semakin tinggi batas kredit yang disetujui.

[Kiri-kanan] CFO dan Co-Founder Cicil Edward Widjonarko, Managing Partner East Ventures Wilson Cuaca, dan CEO Cicil Leslie Lim / DailySocial
[Kiri-kanan] CFO dan Co-Founder Cicil Edward Widjonarko, Managing Partner East Ventures Wilson Cuaca, dan CEO Cicil Leslie Lim / DailySocial
“Mengenai cara pemilihannya, kami mencoba untuk menghargai siswa yang bertanggung jawab dan berusaha lebih dalam pendidikan universitas mereka. Jadi, memiliki IPK tinggi atau menjadi lebih aktif dalam organisasi universitas akan sangat membantu,” lanjutnya.

Managing Partner East Ventures Wilson Cuaca menambahkan, “Salah satu tesis East Venutres adalah ‘post-millennial market’. Kami ingin terlibat dengan kelompok konsumen masa depan ini dan Cicil siap untuk mengatasi itu. Kami percaya Leslie dan Edward berada dalam posisi yang baik untuk menangkap peluang ini.”

Menargetkan konsumsi kredit kepada mahasiswa, Cicil mencoba melayani segmen mahasiswa yang belum tersentuh oleh layanan kredit bank. Dengan penetrasi kartu kredit yang hanya mencapai satu persen dan penetrasi perbankan yang mencapai 20 persen, pelajar di Indonesia saat ini memiliki akses pembiayaan terendah di Asia tenggara. Kehadiran Cicil bertujuan untuk memecahkan masalah ini, membantu akses finansial yang lebih baik untuk sekitar enam juta pelajar di Indonesia ketika menempuh masa studi empat tahun mereka.

“Dengan Cicil, siswa akan mampu membayar barang yang mereka butuhkan dalam angsuran bulanan, […] tanpa menggunakan kartu kredit. Kami berharap ini akan mengurangi beban mereka yang harus menyimpan selama berbulan-bulan untuk membeli barang-barang tersebut. Di masa depan, kami juga menjajaki ide untuk membantu siswa dengan kebutuhan biaya kuliah mereka,” tandas Edward Widjonarko, Co-Founder Cicil lainnya.

Moka Kantongi Pendanaan Seri A Senilai Rp 25,8 Miliar

Moka sebagai startup penyedia layanan mobile point of sale (mPOS) baru saja mendapatkan pendanaan seri A dengan jumlah tak kurang dari USD 1,9 juta (atau setara dengan Rp 25,8 miliar) dari sekelompok investor yang dipimpin oleh East Ventures. Convergence Ventures, Fenox VC, Northstar Group dan Wavemaker Partners dikabarkan juga turut ambil peran dalam pendanaan kali ini.

Moka dengan mPOS-nya saat ini memang mencoba menyasar para UMKM dengan solusi yang mereka berikan. Ini pula yang membuat Managing Partner East Ventures Willson cuaca meyakini bahwa ke depan Moka akan membantu lebih banyak retailer offline untuk tumbuh.

“UMKM Indonesia adalah salah satu kunci untuk pertumbuhan ekonomi negara ini. Semua perangkat lunak yang membantu UMKM secara tidak langsung akan berkontribusi untuk pertumbuhan ekonomi negara. Moka akan merampingkan proses bisnis, menambah efisiensi dan memberikan pemilik ritel tradisional visibilitas yang lebih baik untuk bisnis mereka. Moka ada di posisi yang baik untuk membantu UMKM memperbarui UMKM menjadi lebih baik dan menjadi data driven business,” terang Wilson.

Sementara itu hal yang serupa juga diungkapkan Managing Partner Northstar Group Patrick Waluyo. Menurutnya mereka ambil bagian dalam pendanaan kali ini karena mereka percaya bahwa Moka akan memberikan pengaruh dan kontribusi yang besar untuk sektor UMKM di Indonesia.

Sejak diluncurkan pertama kali di awal 2015 silam, Moka hingga saat ini telah memiliki lebih dari 1.000 toko yang bergabung. Tahun ini rencananya mereka juga akan memperluas tim penjualan di berbagai kota seperti Bandung, Bali dan Surabaya. Ada beberapa rencana yang sudah disiapkan Moka dengan pendanaan kali ini. Beberapa di antaranya adalah ekspansi, meningkatkan pertumbuhan, perbaikan produk dan menambah tim engineer untuk mengembangkan fitur-fitur yang lebih baik untuk meningkatkan kualitas layanan Moka secara keseluruhan.

“Ada sekitar 60 juta UMKM di Indonesia, mayoritas masih dijalankan secara manual dengan menggunakan pena dan kertas. Kami berencana untuk menggunakan dana investasi ini untuk ekspansi ke kota baru untuk membuat layanan POS dan pembayaran cashless bisa diakses oleh semua pemilik bisnis. Kami sangat senang untuk bekerja dengan pendanaan baru ini untuk mengembangkan bisnis,” ujar CEO Haryanto Tanjo.

Ini bukan kali pertama Moka mendapat pendanaan dari East Ventures. Sebelumnya di putaran pendanaan awal Moka juga mendapat suntikan dana dari East Ventures dengan nominal yang tidak disebutkan.

IESE 2016 Akan Bahas Tuntas Dinamika E-Commerce di Indonesia

Kurang dari dua minggu lagi Indonesian E-commerce Summit & Expo (IESE) 2016 akan segera digelar. Acara yang akan berlangsung selama tiga hari ini akan menghadirkan berbagai sesi diskusi, workshop dan pameran yang akan berfokus pada bahasan seputar teknis dan bisnis e-commerce. Pemateri dari berbagai kalangan turut dihadirkan, mulai dari kalangan pemerintah, pelaku usaha dan juga investor, baik lokal maupun internasional.

Salah satu topik yang menarik bertema “disrupt or to be disrupted” yang akan dibawakan Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca di sesi dan hari pertama workshop. Membahas bisnis yang mulai “mengganggu” tatanan model konvensional memang selalu menarik, terlebih e-commerce menjadi salah satu model bisnis yang begitu menggoyah.

Head of Performace Marketing MatahariMall Timothius Martin akan hadir menyampaikan seputar strategi untuk beradaptasi dengan konsumen online yang beragam. Bahasan ini juga akan dipertajam di sesi hari kedua oleh tim Verisign yang akan mengangkat strategi pemasaran untuk pangsa pasar dengan segmentasi tertentu. Menarik untuk dihadiri mengingat saat ini persaingan bisnis online sudah makin beringas dan tanpa batas, Butuh kombinasi strategi segar untuk menyiasatinya.

Bahasan lain seperti O2O (Online to Offline), marketplace, mobile commerce, big data hingga platform teknologi penyokong sistem e-commerce akan dibahas tuntas oleh para pembicara berkelas. Pada tiga hari tersebut, akan terdapat tiga sesi di tempat terpisah. Peserta workshop dapat mendaftarkan diri untuk mengikuti sesi sesuai materi yang relevan dengan kebutuhan.

Selain sesi workshop juga akan diisi dengan diskusi (summit) dan pameran. Sesi diskusi menghadirkan para regulator dan pemain penting di bidang e-commerce. Chairman idEA Daniel Tuwima, Menkominfo Rudiantara, Mendag Thomas Lembong, Ketua Bekraf Triawan Munaf dan para pakar termasuk dari Dirjen Pajak akan menyampaikan insight seputar dinamika e-commerce di Indonesia.

Sesi pameran juga tak kalah menarik. Beberapa startup dan perusahaan e-commerce siap unjuk gigi di dalamnya. Mulai dari Veritrans, Espay, CBNCloud, Kudo, VADS dan beberapa perusahaan lain akan turut meramaikan pagelaran pemeran bisnis ini. Diharapkan mampu memberikan inspirasi bagi para pengunjung seputar kesiapan bisnis dan sub-bisnis e-commerce yang berkembang di Indonesia.

IESE 2016 akan dihelat di Indonesia Convention Exhibition (Jl. BSD Grand Boulevard Raya No. 1 BSD City Tangerang) pada tanggal 27-29 April 2016. Pembelian tiket saat ini masih dibuka dengan penawaran paket sesuai jadwal workshop yang dapat diikuti. Tiket dapat dibeli melalui halaman resmi IESE 2016 dan beberapa promo juga dapat dinikmati untuk mendapatkan penawaran yang lebih kompetitif.


Disclosure: DailySocial adalah media partner IESE 2016

Ini yang Dicari Investor dari Startup Indonesia

Investor lokal dan asing bicara terbuka tentang ekosistem startup Indonesia
Investor lokal dan asing bicara terbuka tentang ekosistem startup Indonesia

Dilihat dari segala metrik saat ini Indonesia sangat menarik dan menjanjikan untuk mendirikan startup. Investasi pun mulai banyak masuk, mendanai startup dari dalam hingga luar negeri. Managing Partner 500 Startup Khailee Ng, Co-founder East Venture Wilson Cuaca, Partner Monk’s Hill Ventures, Founding General Partner Takeshi Ebihara, dan Managing Partner Ideosource Andi Boediman bicara tentang alasan dan tantangan investasi startup di Indonesia sebagai bagian dari Echelon Jakarta 2015.

Continue reading Ini yang Dicari Investor dari Startup Indonesia

Moka Kantongi Pendanaan Awal dari East Ventures

 

Mobile point-of-sale (mPOS) khusus ritel dan restoran Mokapos (Moka)hari ini (22/9) secara resmi mengumumkan pendanaan awal yang diperolehnya dari East Ventures. Nominal yang diterima tidak dibuka untuk publik, namun dari pendanaan ini kemungkinan besar akan dimanfaatkan Moka unntuk mengembangkan produknya yang kini masih dalam tahap beta.

Continue reading Moka Kantongi Pendanaan Awal dari East Ventures