OYO Indonesia Genjot Akomodasi di Segmen Bisnis dan Premium

Oravel Stays Ltd, induk usaha dari operator hotel bujet OYO, mengungkap bahwa EBITDA positif diperkirakan bakal terealisasi untuk pertama kalinya pada tahun buku 2023. Pihaknya mengestimasi EBITDA yang disesuaikan pada semester II tahun buku 2023 naik tiga kali lipat menjadi $24 juta dibandingkan semester I.

Mengutip pemberitaan Inc42, kenaikan tersebut terjadi berkat pengurangan sejumlah elemen biaya sehingga perusahaan dapat menikmati efisiensi operasional, pertumbuhan di segmen bisnis, dan profitabilitas operasional yang terus berlanjut.

Dalam keterangan resminya, OYO mengestimasi total Gross Booking Value (GBV) pada tahun buku 2023 naik 23% menjadi $1,3 miliar dibandingkan tahun lalu di mana bisnis akomodasi memberikan kontribusi tertinggi. OYO juga menambah tim di Business Development untuk mendongkrak penambahan jumlah properti sekitar 15% pada semester II tahun buku 2023. 

Segmen bisnis memang tengah digencarkan OYO di Indonesia sebagai salah satu core market-nya di Asia Tenggara dan global. Disampaikan di blog resminya, Global CBO & CEO di Asia Tenggara dan Timur Tengah Ankit Tandon mengatakan permintaan terhadap kebutuhan akomodasi business travel mulai meningkat.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga melaporkan bahwa pergerakan wisatawan domestik mencapai 633 juta-703 juta per Oktober 2022. Di tahun ini, pergerakan wisatawan domestik diestimasi meroket 1,2 miliar-1,4 miliar. Kemudian, konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) memperkirakan volume investasi bisnis hotel di Indonesia mencapai $300 juta di 2023.

Selain korporasi, pihaknya berencana melipatgandakan volume hotel premium di tahun ini. Saat ini, OYO menghadirkan akomodasi di segmen mid-premium melalui Townhouse Oak, Townhouse, Collection O, dan Capital O.

Di samping itu, Ankit menilai Indonesia adalah pasar paling matang dalam skala dan unit ekonomi. Pihaknya berupaya untuk mengambil peran sebagai katalisator demi memaksimalkan potensi pasar lokal dan inovasi teknologi untuk mengatasi kebutuhan pasar. “Kami siap untuk melayani customer dengan memaksimalkan pertumbuhan portofolio, inovasi teknologi, dan pilihan perjalanan domestik yang lebih accessible,” tuturnya.

Akomodasi bisnis

Pada 2022, OYO memaparkan ada kenaikan pemesanan pada segmen korporasi di Indonesia sebesar 237% menjadi 253 korporasi dari tahun sebelumnya yang hanya 75 korporasi. Pemesanan tersebut datang dari sektor keuangan, teknologi, startup, serta ritel dan logistik yang berlokasi Jakarta, Tangerang, Surabaya, Bekasi, dan Medan. Utamanya disumbang dari sektor keuangan yang menjadi kontributor terbesar bagi OYO Indonesia.

Pertumbuhan ini mengindikasikan bahwa business travel mulai berangsur bangkit dikarenakan pemerintah Indonesia bertahap melonggarkan travel restriction. Tingkat vaksinasi Covid-19 di kalangan masyarakat juga terus bertambah.

OYO juga mulai memperkuat inovasi untuk menghadirkan pengalaman dan fitur baru kepada para pelancong. Menurut Ankit, kemampuan beradaptasi masa kini dapat menghasilkan pertumbuhan lebih tinggi. Pihaknya memberikan keleluasaan kepada tim teknologi untuk bereksperimen dan menemukan cara baru dalam mengurangi kompleksitas dan meningkatkan penghematan biaya.

Saat ini, OYO menawarkan opsi storefront yang luas mulai dari aplikasi OYO, web dan mobile web, hingga platform OTA. Selain itu, pihaknya juga mengembangkan OYO 360 atau tool berbasis AI untuk self-onboarding dengan two-click platform.

Navigasi strategi

Sejumlah platform penyedia akomodasi atau OTA telah menavigasi strateginya agar dapat keluar dari tekanan situasi yang sempat menurunkan layanannya. RedDoorz yang merupakan pesaing kuat OYO juga baru saja mengumumkan pencapaian BEP di 2022 dengan pertumbuhan pendapatan lima kali lipat.

Dalam paparannya, petinggi RedDoorz mengumumkan strategi bisnis menjadi new-age hospitality. Salah satunya masuk ke bisnis properti lewat merek “Sans Hotel” yang telah digaungkan dari akhir 2020. Sans Hotel mengincar pelancong dari generasi Z dan milenial yang memadukan teknologi pintar dan harga terjangkau.

RedDoorz mengklaim telah mengakomodasi sekitar 3.000 properti di 257 kota di Indonesia. Jumlah tersebut tumbuh 55% sejak 2019. Pihaknya juga menyebut bahwa perubahan strategi ini membuktikan resiliensi bisnis RedDoorz di tengah pandemi.

Sementara, OYO mencakup pencapaian baru dengan 100 juta unduhan di global pada 2021. Per Januari 2020, OVO mengakomodasi sebanyak 43.000 properti dan 1 juta kamar di 800 kota di dunia. Pesaing lain yang tersisa kini adalah Zen Rooms. Sebelumnya, ada Airy yang akhirnya menyerah pada Mei 2020.

Application Information Will Show Up Here

MUFG Alokasikan 1,5 Triliun Rupiah untuk Investasi Startup di Indonesia

Mitsubishi UFJ Financial Group Inc (MUFG) melalui anak usahanya MUFG Bank Ltd dan MUFG Innovation Partners Co Ltd (MUIP) membentuk dana kelolaan bernama Garuda Fund dengan alokasi sebesar $100 juta atau sekitar 1,5 triliun Rupiah.

Dalam keterangan resminya, MUFG turut menggandeng PT Bank Danamon Indonesia Tbk (IDX: BDMN) untuk membentuk Garuda Fund atau MUFG Innovation Partners Garuda No. 1 Limited Investment Partnership.

Garuda Fund akan berfokus pada investasi di Indonesia yang juga disebut mewakili pertumbuhan ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara. Target investasinya adalah startup yang akan bersinergi dengan Bank Danamon.

Managing Executive Officer dan Chief Executive of Global Commercial Banking Business Unit MUFG Bank Kenichi Yamato mengungkapkan, MUFG berupaya memenuhi kebutuhan keuangan masyarakat Indonesia dari berbagai sisi, serta berkontribusi pada inklusi keuangan dalam negeri.

“Garuda Fund memungkinkan MUFG dan Danamon untuk berkolaborasi dengan startup Indonesia untuk memperkuat penawaran produk, membuka akses ke nasabah yang beragam, dan mendorong digitalisasi agar dapat melayani spektrum nasabah yang lebih luas dengan lebih baik,” tuturnya.

Sebelumnya, MUIP didirikan sebagai perusahaan fund management di 2019 dengan tujuan untuk memperkuat transfer inovasi melalui aliansi bisnis antara seluruh perusahaan di MUFG Group dan perusahaan rintisan yang berada di Jepang dan negara lain.

Garuda Fund merupakan dana kelolaan MUIP yang ketiga. Sejauh ini, MUIP telah mengucurkan investasi sebesar 40 miliar Yen di berbagai perusahaan di skala global. Kolaborasi ini menjadi strategi Bank Danamon untuk meningkatkan daya saing produk digital dan mengakuisisi nasabah baru.

Chief Strategy Officer Bank Danamon Indonesia Reza Iskandar Sardjono menambahkan, “Garuda Fund diperuntukkan bagi investasi strategis di sektor keuangan digital Indonesia yang dinamis dan kompetitif, dengan penekanan pada startup pengembang platform keuangan digital dan fintech dengan skala dan kemampuan digital yang mumpuni, guna memperluas ekosistem kolaborasi Danamon.”

MUIP selaku General Partner memiliki rasio investasi 0,1%, sedangkan MUFG Bank dan Bank Danamon sebagai Limited Partner masing-masing berkontribusi 89,9% dan 10%.

Sebelumnya MUFG menyuntik investasi sebesar sebesar $200 juta atau Rp3 triliun kepada Akulaku. Investasi ini disepakati dalam bentuk financing untuk mendukung pertumbuhan Akulaku di Asia Tenggara, terutama Indonesia.

Bank Danamon, bagian dari MUFG group, merupakan bank BUKU 4 yang menawarkan layanan keuangan ke berbagai segmen, mulai dari konsumer, UMKM, enterprise, hingga pembiayaan otomotif.

Berdasarkan laporan e-Conomy SEA, nilai ekonomi digital di Indonesia diperkirakan mencapai $77 miliar atau lebih dari Rp1100 triliun di 2022. Angka tersebut menunjukkan kenaikan 22% dibandingkan tahun sebelumnya.

Platform “TapFeedback” Pivot Jadi “Kuesio”, Bidik Mahasiswa dan Peneliti

Meningkatnya penetrasi digital mendorong pemilik bisnis atau perusahaan untuk ingin memahami perilaku konsumennya, salah satunya melalui survei. Kini kemunculan platform survei online lokal mulai banyak mengisi pasar yang selama ini banyak mengandalkan platform sejenis dari luar. Beberapa di antaranya adalah Jakpat, Populix, dan tSurvey.

Beberapa tahun terakhir, perusahaan konsultan untuk market research CX-Go tengah meracik produk digital yang dapat menjawab kebutuhan di atas. Pada akhir 2019, CX-Go sempat mengembangkan platform umpan balik customer bernama TapFeedback yang membidik industri hospitality, khususnya F&B.

Namun, project ini gagal berlanjut karena terdampak pandemi Covid-19. Banyak tempat makan tutup karena kebijakan pembatasan sosial. Tak mau berlama, CX-Go segera pivot untuk menggarap Kuesio dengan menduplikasi konsep dasar TapFeedback, yakni kuesioner online.

Dalam bincang singkat dengan DailySocial, Founder dan Managing Director CX-Go Ditto Priyawardhana menyadari bahwa platform kuesioner online dikuasai oleh produk turunan Google, yakni Google Form. Banyak yang memakainya karena alasan gratis. Jika melihat peta persaingannya, ada pula platform sejenis, seperti Typeform dan SurveyMonkey.

“Kami melihat ada peluang di sini karena hampir 80% orang memakai Google Form. Di sini, kami mencoba hadirkan alternatif lain dengan membidik target pengguna mahasiswa akhir yang menggarap skripsi, tesis, atau penelitian akademis,” ujar Ditto.

Sumber: Kuesio

Di awal pengembangannya, Kuesio masih bersifat gratis. Namun, pihaknya berupaya menghadirkan produk yang selama ini belum dapat dipenuhi oleh platform existing. Salah satunya adalah fitur pengolahan data yang dirancang sebagai fitur premium. Dengan fitur ini, pengguna tidak perlu lagi berpindah-pindah ke platform/aplikasi lain.

“Kami lihat platform kebanyakan belum punya kemampuan untuk analisis. Biasanya, data mentah dibersihkan di platform lain. Kuesio bisa menjadi platform end-to-end, mulai dari kuesioner, pengumpulan data, pembersihan, sampai statistik. Kami build fiturnya,” tuturnya.

Beberapa fitur premium yang ditawarkan Kuesio antara lain Statistika Deskriptif, Filter Data, Data Tabulasi, Data Cleaning, dan Coding Pilihan Jawaban.

Eksplorasi lanjutan

Sejauh ini, platform Kuesio diklaim menunjukkan pertumbuhan dari sisi pengguna. Namun, ungkap Ditto, pengembangannya belum optimal karena CX-Go masih bootstrapping atau memakai modal sendiri.

“Selama ini, pendapatan yang kami terima dari CX-Go, diputar lagi untuk pengembangan Kuesio. Angkanya mungkin belum signifikan. Namun, Kuesio sudah product market-fit. Kami juga meminta feedback perbaikan dari user. Saat ini, kami buka peluang untuk cari investor supaya [Kuesio] bisa naik level,” jelasnya.

Pihaknya juga mengeksplorasi berbagai kemungkinan lain, misalnya mencari kemitraan untuk mengembangkan Kuesio lebih lanjut. Saat ini, Ditto mengaku ingin melihat perkembangan ke depan untuk memastikan sumber pemasukan dan monetisasinya jelas. Salah satunya melalui fitur premium.

Ditto menambahkan, pihaknya juga tengah mengeksplorasi produk sejenis Kuesio yang bakal ditujukan bagi perusahaan/pemilik bisnis/brand. Platform ini nantinya bakal menggunakan nama berbeda.

“Di CX-Go, kami banyak menggarap riset kualitatif. Ini adalah strength kami. Sementara, Kuesio lebih ke kuantitatif di mana fiturnya belum kompleks. Kami sedang belajar bagaimana masuk ke pasar B2B. Ada peluang yang dapat dieksplorasi dengan masuk ke B2B atau berbayar,” tutupnya.

Layanan “Bibit Bisnis” Fasilitasi Perusahaan Investasikan Aset di Reksa Dana

Setelah “Bibit Premium“, platform wealthtech Bibit kembali memperkenalkan fitur baru bernama “Bibit Bisnis”. Sesuai namanya, fitur ini ditujukan bagi pemilik bisnis dan perusahaan yang ingin mengoptimalkan dana ‘nganggur’ mereka melalui investasi reksa dana.

Dalam keterangan resminya, Bibit Bisnis dikatakan menjadi opsi diversifikasi aset pemilik bisnis dan perusahaan, termasuk founder startup, melalui produk reksa dana dari berbagai pilihan manajer investasi di Indonesia. Tujuannya adalah mengoptimalkan dana nganggur dan memaksimalkan return mereka.

Menurut Co-Founder & CEO Bibit Sigit Kouwagam, layanan baru ini hadir untuk menjawab situasi yang sering ditemui oleh pemilik bisnis. “Saat aset perusahaan semakin berkembang, banyak yang merasa bingung karena tidak dapat mengoptimalkan idle cash. Di sisi lain, kita tidak mau mengambil risiko dengan uang perusahaan,” kata Sigit.

Bibit mengklaim perusahaan atau pemilik bisnis dapat meraup return hingga 3%-7% dari dana nganggur yang diinvestasikan ke reksa dana. Pemilik bisnis dapat berinvestasi tanpa minimum dana penempatan, biaya transaksi, dan biaya administrasi. Selain itu, mereka dapat menarik dana tanpa biaya penalti.

“Fitur Bibit Bisnis dapat digunakan oleh pemilik bisnis dalam mengelola dana perusahaan dengan efektif untuk memaksimalkan return, tetapi juga tetap menjaga likuiditas dan risiko,” tambahnya.

Berdasarkan pantauan DailySocial.id, fitur Bibit Bisnis sudah muncul di aplikasi yang terletak pada laman Profil pengguna.

Lebih lanjut, pengguna Bibit yang sudah memiliki akun personal dapat menggunakan fitur ini. Caranya, klik ‘toggle‘ untuk switch ke akun bisnis mereka. Diharapkan cara ini dapat memudahkan pengguna memonitor portofolio investasi pribadi dan bisnis secara real-time.

Ada pula fitur Multi Level Access yang memungkinkan pemilik bisnis untuk mengatur siapa yang memiliki akses ke portofolio investasi. Akses ini terbagi ke dalam empat kategori, yakni Owner, Super Admin, Checker, dan Maker, yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kewenangan perusahaan.

Investasi reksa dana

Sejauh ini, belum ada fitur sejenis yang dihadirkan oleh platform wealthtech di Indonesia. Fitur Bibit Bisnis dapat menjadi langkah awal untuk mengetahui minat pemilik bisnis untuk menginvestasikan idle cash lewat reksa dana.

Di kalangan investor individual, reksa dana banyak dipilih sebagai produk investasi karena risikonya dinilai lebih rendah dibandingkan instrumen lain. Selain itu, reksa dana juga dapat diinvestasikan dengan modal minim. Demikian juga dengan deposito yang dikatakan punya risiko rendah.

Adapun untuk aset perusahaan biasanya memang banyak dialokasikan untuk investasi ke instrumen lain, baik deposito (risiko rendah) ataupun berinvestasi ke unit usaha lain secara langsung atau melalui unit ventura yang dimiliki.

Adapun, opsi investasi lain seperti saham dan obligasi memerlukan kehati-hatian. Mengutip sebuah sumber, perusahaan perlu menganalisis profil risiko dengan memerhatikan aset, liabilitas, modal, hingga aktivitas operasional jika ingin menginvestasikan dana nganggurnya lewat saham atau obligasi.

Application Information Will Show Up Here

Living Lab Ventures Pimpin Pendanaan Pra-Seri A ke DCT Agency

Sinar Mas Land melalui kendaraan investasinya Living Lab Ventures (LLV) mengumumkan pendanaan pra-seri A ke startup di bidang kreatif DCT Agency dengan nominal dirahasiakan. Sejumlah investor lain juga turut berpartisipasi.

“Potensi industri kreatif dan startup di Indonesia sangat besar sehingga berpeluang menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional,” tutur Chief Transformation Officer Sinar Mas Land Mulyawan Gani dalam keterangan resminya.

Sejauh ini, Living Lab Ventures telah berinvestasi di startup SWAP Energy, Doogether, serta menginkubasi startup marketplace KlikGazz. Tesis investasinya berfokus pada tiga aspek utama, yakni Smart Technologies, Digital Life, dan Mobility.

Sebagai informasi, Living Lab Ventures merupakan corporate venture capital (CVC) yang berfokus untuk memberikan investasi untuk inkubasi dan akselerasi digital entreprenuer potensial di Indonesia. Pihaknya mengincar sektor agnostik agar dapat menjangkau jaringan investasi yang lebih luas.

Dalam wawancara sebelumnya, Living Lab Ventures hadir untuk mewadahi pengembangan aspek digital yang dapat mendukung pengembangan township yang dilakukan oleh Sinar Mas Land. Fokusnya adalah membangun ekosistem digital menyeluruh di kawasan kota mandiri Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang.

Pengembangan kreatif

Beroperasi sejak 2021, DCT Agency bergerak di bidang talent management dan digital advertising untuk mendukung branding perusahaan. DCT Agency menghadirkan empat layanan melalui Key Opinion Leader (KOL) Campaign, TikTok Live E-commerce, dan TikTok Ads and Shop Manager sesuai kebutuhan.

Pihaknya mengklaim telah melahirkan lebih dari 500 kreator di industri kreatif Indonesia. Di sepanjang 2022, DCT Agency menyebut telah mengantongi sebanyak 77,8 miliar tayangan dari 500 KOL di dalam jaringannya.

Dengan pencapaian ini, pihaknya akan memperluas layanannya ke platform lain dan menawarkan Software-as-a-Services (SaaS). “Kami harap suntikan dana investasi ini dapat membantu kami berkembang dan memberikan dampak lebih luas untuk melahirkan talenta-talenta digital yang mampu mendorong penetrasi digitalisasi Indonesia,” ujar Founder dan CEO DCT Agency David Nugroho.

Ekraf menjadi salah satu sektor yang tengah digencarkan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Di 2021, sektor ekonomi kreatif (ekraf) menyumbang Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp1.134 triliun atau 6,98% terhadap PDB nasional.

Adapun, Asosasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mencatat jumlah pengguna internet di Indonesia sebanyak 210 juta atau setara dengan penetrasi 77% pada periode 2021-2022.

Creative Gorilla Capital Umumkan Dana Kelolaan 300 Miliar Rupiah untuk Investasi ke Startup D2C

Creative Gorilla Capital (CGC) mengumumkan debut dana kelolaan Gorilla Silverback Fund sebesar 300 miliar Rupiah. Dana ini akan dialokasikan untuk investasi startup di sektor Direct-to-Consumer (D2C) atau consumer-focused di Indonesia.

CGC merupakan platform modal ventura baru hasil kolaborasi dari Future Creative Network (FCN), Vynn Capital, dan startup pengembang omnichannel Pomona. CGC berfokus mendukung startup potensial kreatif dan pemasaran dalam mencapai hypergrowth.

Founding dan Managing Partner CGC Benz Julio Budiman menyebut bahwa pihaknya memiliki posisi berbeda dibandingkan Venture Capital (VC) pada umumnya, yakni sebagai mitra pada pemasaran dan jaringan bisnis konsumen. Pihaknya akan membuka akses startup terpilih ke ekosistem kreatif yang diklaim terbesar di Indonesia.

Tak hanya memberikan pendanaan dan pendampingan dari para mitra, CGC juga akan mengekspos mereka ke jaringan profesional pemasaran kelas dunia dan solusi berbasis data sehingga dapat meningkatkan peluang startup untuk berkembang dan berhasil.

“Startup dapat mengakses semua sumber daya yang diperlukan untuk menciptakan winning brand sejak hari pertama. Kami akan membantu startup pemula menerapkan consumer insight dan pemikiran yang brand-led untuk mendorong pertumbuhannya. Keahlian yang biasanya diberikan kepada pemegang jabatan/brand yang sudah mapan, akan tersedia untuk semua portofolio kami,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sebagai informasi, Future Creative Network (FCN) adalah pakar ekosistem pemasaran yang menaungi lebih dari 42 perusahaan dan agensi. Dalam kolaborasi ini, FCN akan menyediakan akses terhadap keahlian terintegrasi serta solusi kreatif branding dan layanan digital untuk mengembangkan D2C.

Sementara, Vynn Capital akan memanfaatkan pengalaman investasinya yang disebut telah teruji hingga level regional. Beberapa portofolio Vynn Capital, yakni car marketplace Carsome, dan platform manajemen properti Travelio. Pomona yang juga terlibat dalam kolaborasi CGC ini juga disuntik pendanaan oleh Vynn Capital pada 2019 lalu.

Adapun, Pomona akan berperan sebagai data-core untuk mengakomodasi kebutuhan internal dan portofolio CGC, baik dalam bentuk riset data maupun insight untuk mengidentifikasi tren produk selanjutnya yang berpotensi berkembang di skala nasional hingga global.

Hipotesis D2C

Dalam laporan whitepaper Accenture, pasar barang dan jasa tumbuh enam kali lipat menjadi $7,9 miliar pada periode 2015-2020. Nilai ini diperkirakan terus tumbuh yang akan dipengaruhi oleh populasi penduduk, pesatnya urbanisasi, dan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia. 

Bagi CGC, faktor-faktor di atas akan mendorong bisnis D2C berbasis teknologi dan digital di Indonesia. Terlebih, sektor e-commerce di Indonesia telah memasuki fase matang sehingga membuat rantai pasok menjadi lebih efisien dan mengandalkan solusi berbasis teknologi. 

Kendati begitu, perlu diketahui bahwa sektor D2C masih terbilang baru di Indonesia. Butuh pendekatan berbasis omnichannel agar para pemainnya tidak melulu bergantung pada kanal e-commerce, melainkan mengkombinasikannya dengan kanal tradisional/modern.

Dalam berinvestasi, CGC akan mengandalkan indikator utama pada proses seleksinya, mulai dari jalur profitabilitas yang jelas, product market-fit, dan kecakapan distribusi. Peserta juga diharuskan memiliki visi keberlanjutan, kesetaraan sosial, dan konsumerisme yang bertanggung jawab.

“Sejah ini, CGC telah berinvestasi di sejumlah startup di antaranya Offmeat, Ringkas, Kynd, dan Allura. Terlepas dari fase ‘winter‘ yang sedang terjadi, kami meyakini dapat melihat keberlangsungan startup selama mungkin. Dalam tiga tahun ke depan, kami ingin bekerja secara selektif dan erat dengan pemimpin masa depan untuk membangun winning brand yang dapat bertahan lama.”

Meski tergolong baru, startup di sektor D2C Indonesia cukup berkembang pesat dan menghasilkan produk di beragam kategori di antaranya Filmore (femcare), Saturday (lifestyle), dr. Soap (personal dan household care), dan mohjo (F&B).

Super-App Gencar Eksplorasi Bisnis “Adtech”

Pemilik platform super-app di Indonesia semakin gencar mendalami bisnis advertising technology atau adtech. Setelah Gojek, Tokopedia, dan Grab, kini Traveloka juga menghadirkan layanan serupa dengan nama Traveloka Ads.

Dipantau dari situs resminya, Traveloka Ads menawarkan layanan iklan bagi targeted audience dengan pilihan slot beragam dan biaya yang fleksibel. Brand dapat membidik audiens berdasarkan sejumlah kriteria, seperti kawasan/kota, aktivitas terkini, level pengguna, produk yang dibeli, dan metode pembayaran.

Traveloka Ads juga menghadirkan berbagai pilihan slot placement mulai dari halaman utama aplikasi, m-web, dan desktop; halaman pembayaran, points, dan promo; serta live stream.

Layanan Traveloka Ads juga diklaim telah membuahkan hasil optimal bagi pengiklan/pemilik brand. Klien perbankan tercatat mendapatkan 13 juta impresi dari lima slot iklan kartu kredit selama tiga bulan. Kemudian, klien video on-demand juga mengantongi 1,2 juta impresi dan 1.000 daily visit dari tiga slot iklan aplikasi selama 15 hari di platform Traveloka.

Langkah Traveloka menyeriusi bisnis adtech tak lepas dari potensi periklanan digital yang diproyeksi terus bertumbuh di tanah air. Selain itu, super-app telah memiliki basis pengguna besar dengan dukungan layanan beragam dan rekam jejak transaksi. Adapun, Traveloka memiliki lebih dari 50 juta pengguna aktif bulanan (iOS, Android, desktop) serta lebih dari 15 produk travel dan lifestyle.

Riset Statista menunjukkan bujet digital advertising di Indonesia diproyeksi mencapai $2,55 miliar di 2023, di mana 62% dari total bujet tersebut bakal dialokasikan untuk mobile, sedangkan sisanya 38% untuk desktop. Adapun, riset lain oleh Industry Research memperkirakan pasar adtech global di 2021 sekitar $20,3 miliar, dan naik 13% menjadi $42,08 miliar di 2027.

Layanan sejenis

Grab telah lebih dulu masuk ke bisnis periklanan melalui GrabAds (2018) kendati model bisnis yang diperkenalkan saat itu bermain di ranah online-to-offline (O2O). Ada tiga kategori iklan yang ditawarkan, yaitu mobile billboards, in-car engagement, dan in-app engagement.

Tahun lalu, GoTo Group melalui Gojek dan Tokopedia juga mengumumkan komitmennya masuk ke bisnis periklanan. Dalam menjalankan bisnis ini, keduanya berjalan dengan brand dan unit bisnis terpisah. Gojek menggandeng perusahaan adtech asal Taiwan, TenMax, untuk menghadirkan Gojek Ads Network (GoGAN), sedangkan Tokopedia meluncur dengan layanan “Tokopedia Marketing Solutions“.

Dalam pemberitaan sebelumnya, Tokopedia menyebutkan bahwa layanan ini mengincar pelaku bisnis dari berbagai skala untuk memaksimalkan platform e-commerce dalam strategi pemasarannya. Sementara, GoGAN memungkinkan pelaku bisnis menjalankan kampanye promosi maupun iklan dengan menghilangkan beberapa friksi dan memudahkan pemasangan iklan di berbagai media yang berbeda.

Merangkum sejumlah sumber, istilah adtech kerap dikaitkan pada pemanfaatan software dan tools yang memungkinkan agensi, brand, dan platform untuk membidik targeted audience dan mengukur kampanye iklan digital mereka. Sejumlah solusi adtech yang banyak digunakan terdiri dari Demand Side Platform (DSP), Supply Side Platform (SSP), dan data management platform.

Di skala global, ada raksasa e-commerce Amazon yang menggarap bisnis advertising melalui Amazon Ads. Bagi Amazon, aktivitas jual-beli iklan digital menjadi lebih kompleks sehingga solusi adtech mengambil peran untuk merampingkan prosesnya. Pada intinya, adtech dapat memberikan nilai tambah bagi pemilik brand dan agensi untuk mengelola kampanye terintegrasi secara efektif, menggunakan bujet lebih efisien, dan memaksimalkan ROI mereka.

Application Information Will Show Up Here

Imajin Terima Pendanaan Awal Dipimpin oleh East Ventures [UPDATED]

*Update 25/1 14:00: Kami melakukan pembaruan artikel dengan menambahkan beberapa informasi resmi terkait pendanaan Imajin yang diterima DailySocial.id hari ini dari East Ventures

Startup manufactur hub Imajin resmi mengumumkan pendanaan awal dengan nominal yang dirahasiakan, dipimpin oleh East Ventures serta partisipasi dari 500 Southeast Asia, Init 6, dan sejumlah investor dan angel investor lainnya.

Menurut data yang dilaporkan ke regulator, pendanaan ini turut disuntik oleh Kao Kele Pte. Ltd., Jessica Hendrawidjaja (CMO Shipper), dan Tsuda Yumi. Sebelumnya, Init 6 yang merupakan venture capital bentukan Achmad Zaky ini menjadi investor tunggal pada putaran pendanaan pra-awal Imajin.

“Kami percaya pendanaan ini akan memperkuat kami dalam memaksimalkan potensi pengusaha manufaktur kecil dan menengah. Kami akan terus meningkatkan kualitas platform dan layanan untuk setiap vendor yang bermitra dengan Imajin,” tutur Co-Founder dan CEO Imajin Chendy Jaya dalam keterangan resminya.

Sementara, Partner East Ventures Melisa Irene menambahkan, “kami harap Imajin menjadi solusi yang tepat untuk industri manufaktur, dan mengambil peran aktif dalam mendukung perkembangan industri dan ekosistem digital secara keseluruhan,” ujarnya.

Imajin didirikan oleh Chendy Jaya, Stefanus Hadir (Chief Marketing Officer), dan Joseline Olivia (Chief Product Officer) dengan misi menjadi ekosistem manufaktur kreatif digital.

Melalui platform ini, Imajin mempertemukan manufaktur lokal dengan pelanggan. Imajin juga memfasilitasi pembiayaan proyek (project financing) bagi pemilik usaha yang memiliki keterbatasan dana, dan menawarkan marketplace untuk memasok raw material.

Hingga saat ini, Imajin telah memiliki lebih dari 500 mitra pabrikan lokal, mulai dari mold maker, dies maker, injection, hingga fabrication, serta 100 pelanggan termasuk perusahaan Jepang di Indonesia.

Pada 2020, Imajin ditunjuk oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) sebagai manufacturing hub Indonesia. Setahun berselang, Imajin terpilih sebagai salah satu peserta program akselerator Startup Studio Indonesia yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Ekspansi

Pendanaan baru ini akan digunakan untuk mengembangkan produk, rekrutmen, dan memperluas cakupan pasar di dalam maupun luar negeri. Salah satunya adalah sektor otomotif yang sejalan dengan peningkatan pertumbuhan produksi dalam negeri. Menurut Chendy, industri manufaktur semakin pulih setelah terkena dampak pandemi Covid-19.

Berdasarkan data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia di 2022, industri pengolahan non-migas tumbuh 4,88% (YoY) dengan kontribusi sebesar 16,10% terhadap PDB. Kemudian pertumbuhan sektor otomotif melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. Dari sisi produksi, utilisasi industri kendaraan bermotor per Oktober 2022 mencapai 69,20% atau naik sebesar 40% dibandingkan selama pandemi.

Pihaknya berkomitmen untuk mendorong pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) dengan menawarkan pendampingan bagi produsen yang mengembangkan produk baru dari tahap prototipe hingga siap produksi secara massa. Imajin memastikan hasil produksi berkualitas melalui Quality Assurance yang telah terstandarisasi dan pengalaman manajemen proyek dengan solusi Software-as-a-Service (SaaS).

Pada pemberitaan sebelumnya, Imajin berencana ekspansi ke Pulau Jawa dan Batam. Pihaknya juga mempertimbangkan kuat untuk masuk ke Jepang dalam rangka mendorong pelaku industri lokal, terutama pada industri otomotif. Selain itu, pihaknya berupaya mengakselerasi digitalisasi di industri manufaktur melalui pengembangan produk baru.

Diketahui, ekspansi pasar ini dilakukan untuk mendorong penyerapan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN). Sebagaimana diatur pemerintah, TKDN di Tanah Air ditetapkan minimal 35% dan diproyeksi bertambah secara bertahap menjadi 80% di 2026, utamanya pada kendaraan listrik.

Selain Imajin, startup lain di sektor manufaktur adalah Manuva yang baru berganti nama dari sebelumnya Tjetak. Manuva berfokus pada digitalisasi manufaktur dari hulu ke hilir, terutama pada industri kemasan, elektrikal, dan garmen di Indonesia.

Bursa Kripto Indonesia Ditarget Terealisasi di 2023

Rencana pemerintah untuk meluncurkan bursa perdagangan aset kripto tahun lalu tidak terealisasi. Namun, sebagaimana dilaporkan Bloomberg, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) memastikan realisasinya akan terwujud pada 2023.

Plt. Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko mengatakan bahwa pendirian bursa kripto akan terjadi tahun ini sebelum wewenang penyelenggaraan industri kripto dialihkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Saat ini, perdagangan aset kripto masih berjalan di bawah pengawasan Bappebti.

Disampaikan dalam virtual outlook Bappebti 2023 (04/1), Didid mengungkapkan transisi wewenang ini dilakukan sebagai bagian dari reformasi sektor keuangan yang lebih luas. Salah satunya adalah pengambilalihan wewenang atas penyelenggaraan aset kripto selama dua tahun ke depan. Dalam periode tersebut, bursa kripto sudah harus terbentuk.

Bursa kripto akan menjadi platform terbuka bagi para pemangku kepentingan terkait dengan mengutamakan perlindungan konsumen secara komprehensif dan menciptakan ekosistem kripto yang aman.

Per Oktober 2022, Indonesia telah memiliki sebanyak 16,4 juta investor kripto, melampaui investor pasar modal 9,98 juta. Terdapat 383 aset kripto dan 10 koin lokal yang diperdagangkan di Indonesia, sedangkan 151 aset dan 10 koin saat ini tengah sedang dalam peninjauan Bappebti.

Adapun, transaksi perdagangan kripto pada periode Januari-Oktober 2022 anjlok 61% menjadi Rp279,8 triliun dari Rp717,99 triliun pada periode sama tahun lalu. Merosotnya volume transaksi kripto utamanya disebabkan oleh efek domino krisis makroekonomi global.

Pengembangan terlambat

Pada kesempatan sama, Didid juga mengungkap alasan peluncuran bursa kripto mandek tahun lalu, yakni kesulitan mencari branch marking yang memiliki bursa kripto sesuai dengan pasar Indonesia. Hal ini membuat pengembangan ekosistem terlambat. Pihaknya ingin memastikan dapat membangun ekosistem perdagangan kripto dengan baik

“Saat ini, hanya ada perdagangan fisik dan pelanggan saja. Ketika ada masalah pada keduanya, ini menjadi tanggung jawab Bappebti dan risiko itu tidak bisa dibagi dengan lainnya. Padahal, bursa, kliring, dan kustodian yang dibangun akan saling berbagi risiko tersebut,” paparnya seperti dikutip dari Investor.id.

Pemerintah Indonesia telah memberi dukungan terhadap pengembangan industri kripto di Tanah Air. Dalam laporan “Indonesia Crypto Outlook Report 2022“, langkah pemerintah melalui Bank Indonesia (BI) untuk mengembangkan Central Bank Digital Currency (CBDC) menjadi salah satu sorotan utama tahun lalu.

Rencana ini ditandai melalui penerbitan white paper Proyek Garuda sebagai langkah pengembangan Rupiah Digital. Terlepas dari perkembangannya, BI tetap memastikan bahwa Rupiah Digital akan menjadi satu-satunya alat pembayaran digital yang sah di Indonesia.

Keisuke Honda: KSK Mafia Bidik “Student Founder & Investor” di Asia Tenggara

Pesepak bola profesional asal Jepang Keisuke Honda sedang menikmati peran barunya sebagai investor startup sejak 2016. Dalam wawancaranya dengan DailySocial.id, Honda mengumbar sejumlah insight dari dana kelolaan terbarunya KSK Mafia yang diluncurkan tahun ini.

Sebagai informasi, Honda memulai investasi perdananya dengan mendirikan dana kelolaan KSK Angel Fund di 2016. KSK Angel Fund ditargetkan untuk mendanai startup di bidang sosial. Kemudian di 2018, ia menggandeng aktor Hollywood Will Smith untuk meluncurkan Dreames Fund. Tercatat lewat dua dana kelolaan ini, Honda telah mendanai sebanyak 260 startup, di antaranya telah berstatus unicorn, melantai di bursa saham, dan M&A.

Tahun ini, ia membuat inisiatif baru untuk menjangkau investasi awal di kisaran $20.000-$50.000 pada student founder. KSK Mafia namanya, menghadirkan dua program utama, yakni Student Founders dan Student Investors. Menariknya, pada program Student Investors, pelajar dapat mengantongi 10% return dari investasinya di startup yang juga didirikan oleh pelajar.

KSK Mafia kini dijalankan oleh Honda selaku Founder, Sadamasa Yamanaka (Co-Founder & Managing Partner untuk Jepang), dan Kanta Nakamura (Managing Partner untuk Indonesia)

Ceritakan mengenai KSK Mafia?

Jawab: KSK Mafia memberikan pendanaan bagi mahasiswa untuk mendukung pengembangan startup oleh mahasiswa. Saya ingin membuat ekosistem ini di Jepang dan Asia Tenggara. Tidak banyak ekosistem dan organisasi seperti ini di sana. Ini mengapa saya yakin bahwa universitas terbaik [memiliki] student entreprenuer terbaik. Konsep yang saya buat di KSK Mafia sangat sederhana, serupa dengan apa yang Dorm Room Fund (DRF) telah lakukan selama sepuluh tahun terakhir.

Apa kriteria yang Anda cari pada founder dan investor di Asia Tenggara, terutama Indonesia?

J: Ada sejumlah alasan mengapa saya ingin mulai [berinvestasi] di Indonesia. Pertama, jumlah populasinya besar, banyak [populasi] anak muda. Mereka bekerja keras untuk jangka panjang.  PDB Indonesia terus bertumbuh.

Economically wise, Indonesia menjadi tujuan yang tepat dan salah satu negara dengan pertumbuhan tertinggi di dunia. Secara lokasi, posisinya strategis dari tempat saya tinggal. Saat ini, saya tinggal di Singapura dan dapat [dekat] mengunjungi ke sana tahun depan.

Mengenai kriteria, saya pikir [dapat mengawalinya] dengan memilih universitas dan mahasiswa terbaik di Indonesia. Saya ingin terhubung dengan para mahasiswa satu per satu. Saya bisa berdiskusi dengan mereka, dan mengetahui apa saja pain point yang ada di Indonesia atau sektor spesifik. Kami akan memilih dua atau tiga universitas dan mencari mahasiswa terbaik dari situ.

Dukungan apa saja yang diberikan KSK Mafia bagi Student Founders?

J: Sebagai dukungan awal, kami akan memberikan [investasi] di kisaran $25.000-$50.000 bagi mahasiswa yang ingin membangun startupnya. Kemudian, kami akan membawa angel investor dan memperkenalkannya ke jaringan [pemangku kepentingan] di Jepang dan Amerika Serikat yang telah kami bangun selama enam tahun terakhir melalui Dreamers Fund.

Para founder juga dapat berkonsultasi dengan kami. We are going to all categories or sectors. Mahasiswa punya karakter, latar belakang, hingga pengetahuan berbeda-beda. Kami ingin adjust berdasarkan hal-hal tersebut.

Ceritakan soal program Student Investor di KSK Mafia?

J: Untuk bergabung ke program Student Investor, mahasiswa bisa apply, lalu akan kami interview. [Kesepakatan ini] merupakan struktur unik pada [program] kami karena scouter akan mendapatkan 10% carry. Carry = return – investment amount; e.g. $50k invested and the return $500k. So, the 10% of carry = ($500k – $50k)  * 10%.

Di program ini, scouter dapat memperkenalkan founder yang berpotensi untuk diinvestasi.

Meski dalam 5-10 tahun, [scouter] tak menjadi entreprenuer, investor, atau mungkin hanya bekerja di suatu perusahaan, mereka bakal mendapat return dari startup yang mereka investasi. [Bisa jadi] startup ini IPO atau M&A.

Sebagian founder di unicorn dan centaur di Indonesia adalah lulusan luar negeri. Apakah mahasiswa dari universitas lokal dapat menjadi great founder?

J: Sebetulnya, ini merupakan hal natural ketika memilih [mahasiswa] dari universitas top. Sama halnya ketika mencari pemain sepak bola, misalnya dari Brasil. Kami pun tidak berekspektasi sosok seperti Steve Job atau Bill Gates [tidak menyelesaikan pendidikan kuliah]. Mau itu seseorang yang jenius maupun [berasal] dari universitas lokal, kita tidak dapat menghentikannya.

Bagi VC, kualitas founder itu penting. Bagaimana Anda memastikan founder tersebut punya kualitas yang Anda cari?

J: It’s a very tough question to answer. Ada beberapa key factor bagi siswa untuk bisa sukses, membangun unicorn atau perusahaan lain. Kami akan melakukan sesi virtual untuk berbicara tentang banyak hal dengan siswa pendaftar. Misalnya, bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah, impian, hingga visi besar mereka. Dreaming big is one of the important factors to succeed in their carrier.

Di Jepang, sudah ada startup unicorn, tapi cuma sedikit. Ini situasi yang sulit, kami struggling mencari founder atau mahasiswa terbaik. Ini salah satu future problem di mana generasi muda diyakini dapat [melakukannya]. Namun, kami akan mengevaluasi semua hal secara bersamaan karena kami harus membantu dalam perjalanan panjang mereka.

Bagaimana Anda mendefinisikan startup hebat dari pengalaman Anda berinvestasi?

J: Dalam bisnis, Anda dapat melakukan kesalahan, mau itu founder, co-founder, atau karyawan. Cap table choose investor, Anda tetap bisa melakukan kesalahan. I always bet founders, even if they can make PMF (product-market fit), still can give up to different businesses. 

[Startups] have to be patient for making money from the customer. When I see founders who understand deeply of others, even if you don’t have any profit yet, they’re already [in] great company. Ini cara saya mendefinisikan startup bagus.

Randi Eka terlibat dalam wawancara ini