Rachmat Kaimuddin Mengundurkan Diri dari Bukalapak di Tengah Upaya Ekspansi dan Diversifikasi Bisnis

Direktur Utama PT Bukalapak.com Tbk. Rachmat Kaimuddin resmi mengajukan pengunduran dirinya dari perusahaan pada 28 Desember 2021. Hal ini turut disampaikan dalam keterbukaan yang diterbitkan perusahaan hari ini (29/12). Turut disampaikan permohonan pengunduran diri akan dilakukan dengan memperhatikan ketentuan anggaran dasar Perseroan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Disampaikan selanjutnya Rachmat akan menerima tugas dari negara dan bekerja untuk pemerintah, meskipun tidak disebutkan detail penempatannya di mana.

Rachmat secara resmi masuk menjadi direktur Bukalapak efektif per 6 Januari 2020 menggantikan Achmad Zaky. Dalam kepemimpinannya, sejumlah pencapaian diraih perusahaan, termasuk keberhasilan IPO di Bursa Efek Indonesia. Sebelumnya, di awal tahun 2021 Bukalapak juga berhasil menutup putaran pendanaan seri G sebagai pengiring IPO dengan capaian 5,7 triliun Rupiah.

Salah satu strategi Rachmat, mendorong perusahaan untuk mencapai profitabilitas dan mengurangi metode bakar uang. Sejak akhir 2020 disampaikan, model bisnis yang dijalankan sudah “on-track” menuju profit. Kala itu Rachmat mengatakan bahwa pangsa pasar Bukalapak 50% datang dari transaksi di luar kota tier-1 dengan program kemitraan sebagai mesin penggerak utama.

Belum ada pengumuman CEO baru

Perusahaan belum mengumumkan tentang direktur baru yang akan menakhodai Bukalapak. Selain Rachmat, perusahaan memiliki 4 jajaran direktur meliputi Teddy Oetomo (President, CSO), Willix Halim (COO), dan Natalia Firmansyah (CFO).

Pada 23 Desember lalu, Bukalapak juga baru saja menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa menghasilkan sejumlah kesepakatan. Pertama, menyetujui pengunduran diri Lau Eng Boon karena sudah memasuki usia pensiun. Kedua, perubahan fokus pemanfaatan dana hasil IPO — 33% akan dijadikan modal kerja, 34% untuk mengembangkan 6 anak perusahaan yang dimiliki, sisanya akan digunakan untuk keperluan lainnya, termasuk kemungkinan menambah anak perusahaan baru.

Terkait kinerjanya, per Q3 2021 lalu Bukalapak melaporkan total pendapatan sebesar Rp1,34 triliun, yang dipicu oleh pertumbuhan signifikan dari pendapatan Mitra Bukalapak, meningkat 42% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.  Untuk mempertahankan growth, perusahaan juga masih merugi operasional sebesar Rp1,2 triliun, turun dari periode sama tahun lalu yang sebesar Rp1,4 triliun.

Pendapatan dan Kerugian Bersih Bukalapak Q3 2021

Siap ekspansi ke Filipina

Menurut laporan terbaru e-Conomy SEA, per tahun 2021 GMV yang dihasilkan dari bisnis e-commerce di Indonesia mencapai $53 miliar dan diproyeksikan meningkat hingga $104 miliar pada 2025 mendatang. Tentu ini potensi yang sangat besar dan harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh Bukalapak yang memiliki core business di bidang tersebut.

Di tengah persaingan bisnis e-commerce yang sengit, Bukalapak lakukan diversifikasi bisnis. Termasuk dengan menguatkan program Mitra, layanan investasi BIB, layanan e-commerce B2B lewat BukaPengadaan, dan marketplace aset game lewat Five Jack.

Perusahaan juga tengah mengupayakan ekspansi regional. Salah satunya ditunjukkan dengan dibukanya lowongan untuk posisi Country Manager di Filipina. Kami sudah meminta keterangan ke perusahaan terkait hal ini, namun perusahaan belum mau berkomentar lantaran masih fokus terkait sukses kepemimpinan yang akan terjadi.

Application Information Will Show Up Here

Dapat Pendanaan 1,3 Triliun Rupiah, Kopi Kenangan Jadi “Unicorn New Retail” Pertama di Indonesia

Kopi Kenangan mengumumkan telah menutup putaran pertama untuk pendanaan seri C senilai $96 juta atau setara 1,3 triliun Rupiah. Dengan tambahan dana investasi ini, perusahaan turut mengumumkan bahwa telah mencapai tonggak “unicorn” atau bervaluasi lebih dari $1 miliar. Kopi Kenangan menjadi unicorn pertama untuk bisnis new retail.

Adapun putaran pendanaan seri C dipimpin oleh Tybourne Capital Management, dengan keterlibatan investor sebelumnya Horizons Ventures, Kunlun, dan B Capital; serta investor baru Falcon Edge Capital. Dana segar ini akan difokuskan untuk perluasan brand F&B baru mereka, dengan membuka kehadiran di berbagai kota baru lainnya di Indonesia. Selain itu, perusahaan juga tengah merencanakan untuk mulai merambah pasar regional.

“Dukungan dari para investor merupakan bukti sekaligus memotivasi kami untuk terus fokus dalam meningkatkan produktivitas gerai dengan memanfaatkan teknologi demi mewujudkan pengalaman terbaik bagi setiap pelanggan […] kami berkomitmen untuk memperluas jangkauan secara cepat hingga mencapai ribuan gerai di Asia Tenggara, sekaligus melengkapi portofolio kami dengan produk-produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar,” ujar Co-Founder & CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata.

Secara keseluruhan, menurut catatan kami, Kopi Kenangan telah mengumpulkan dana dari investor sekitar $240 juta dengan rincian sebagai berikut:

Tanggal Tahapan Pendanaan Investor Nominal
Oktober 2018 Seed Funding Alpha JWC Ventures $8 juta
Juni 2019 Series A Sequoia Capital India, Alpha JWC Ventures $20 juta
Desember 2019 Series A+ Arrive, Serena Ventures, Caris LeVert, Jonathan Neman, Sequoia Capital India $1,5 juta
Mei 2020 Series B Sequoia Capital India, B Capital, Horizons Ventures, Verlinvest, Kunlun, Sofina, Alpha JWC Ventures $109 juta
Desember 2021 Series C Tybourne Capital Management, Horizons Ventures, Kunlun, B Capital $96 juta

Perjalanan Kopi Kenangan

Selain Edward, Kopi Kenangan turut didirikan oleh James Prananto (CBDO) dan Cynthia Chaerunnisa (CMO) pada tahun 2017. Mereka menargetkan celah di pasar Indonesia, antara kopi mahal yang disajikan di coffee-chain internasional dan kopi instan murah yang dijual di banyak warung.

Kopi Kenangan turut memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman pengguna, serta meningkatkan kelincahan bisnis dengan strategi online to offline. Pelanggan dapat dengan mudah memesan kopi lewat aplikasi, baik untuk dikirim ke rumah, atau mengambil langsung di salah satu dari gerai Kopi Kenangan di Indonesia.

Melalui model bisnis tersebut, Kopi Kenangan telah berhasil tumbuh dengan pesat. Selama 12 bulan terakhir, Kopi Kenangan telah menyajikan 40 juta cangkir dengan target 5,5 juta cangkir per bulan pada Q1 2022. Kini mereka telah memiliki sekitar 3.000 staf di lebih dari 600 gerai di 45 kota di Indonesia.

Selama pandemi Covid-19, Kopi Kenangan juga membuktikan kemampuan beradaptasinya dengan iklim usaha dan tantangan yang terus berubah. Langkah ini ditempuh dengan menjalankan strategi-strategi baru, seperti menerapkan sistem contactless booking request yang membantu meningkatkan pertumbuhan pendapatan dan basis pengguna.

Bisnis coffee-chain lokal

Penerimaan yang cukup baik dari kalangan masyarakat terhadap produk kopi berkonsep “grab and go” membuat industri ini ramai pemain. Menurut data yang dihimpun DailySocial.id per November 2021, ada lebih dari 4.500 jaringan coffee-chain yang tersebar di seluruh Indonesia.

Beberapa di antaranya kini mengoptimalkan platform digital untuk meningkatkan bisnis dan pengalaman pelanggannya, termasuk Kopi Kenangan, Fore Coffee, hingga JIWA Group yang baru-baru ini turut umumkan pendanaan.

Menurut riset (MIX, 2020), 40% pelanggan kopi di Indonesia mulai beralih ke gerai grab & go. Permintaan ini didukung oleh pergeseran dari kopi instan, karena konsumen menginginkan minuman yang lebih berkualitas — serta memadukan dengan makanan ringan pelengkap.

Konsep grab & go sendiri memang sangat bergantung dengan keberadaan gerai, kendati tidak sedikit yang hanya dijadikan tempat produksi (tanpa memiliki ruang untuk dine-in). Untuk itu, startup seperti Kopi Kenangan memang asset-heavy, dalam melakukan akselerasi bisnis secara signifikan mereka membutuhkan investasi besar

Aplikasi didesain untuk menghubungkan konsumen dengan outlet, membawa dari online menuju offline – atau sebaliknya. Model ini cukup efisien, karena perusahaan pun bisa memanfaatkan data yang didapat dari kebiasaan konsumen yang tercatat di aplikasi, sehingga dapat menyuguhkan produk dan layanan yang lebih sesuai dengan pangsa pasarnya. Dari sisi konsumen, adanya kemudahan dan value added menjadikan mereka mau untuk memanfaatkan aplikasi.

Peringkat (Nov 2021) Aplikasi Unduhan Rating
6 Kopi Kenangan 1 juta+ 4,6
13 Boba Ceria 100 ribu+ 4,3
17 Chatime Indonesia 500 ribu+ 4,5
21 JIWA+ 100 ribu+ 4,7
22 ISMAYA 100 ribu+ 4,4
24 Fore Coffee 100 ribu+ 4,6
61 Flash Coffee 50 ribu+ 4,6
92 KULO 10 ribu+ 1,7

Secara bisnis, didasarkan pada laporan yang dihimpun Statista, revenue dari bisnis kopi (roast coffee) akan mencapai $9,5 miliar di tahun ini. Diperkirakan akan mengalami pertumbuhan CAGR 9,76% sampai periode 2025.

Application Information Will Show Up Here

Northstar Group Siapkan Dana 8,3 Triliun Rupiah untuk Berinvestasi di Perusahaan Matang Asia Tenggara

Perusahaan private equity Northstar Group, yang didirikan dan dipimpin Patrick Walujo dan Glenn Sugita, mengumumkan penutupan dana flagship dengan nilai komitmen $590 juta atau sekitar 8,3 triliun Rupiah.

Dana Northstar Equity Partners V Limited (Northstar V) ini akan disalurkan ke perusahaan-perusahaan matang berorientasi tumbuh (mature growth companies) Asia Tenggara dengan fokus di sektor sektor konsumsi, layanan keuangan, ekonomi digital, dan pemulihan dari pandemi COVID-19.

Secara total saat ini Northstar mengelola portofolio dengan nilai $2,5 miliar (lebih dari 35 triliun Rupiah). Termasuk investor pendukung Northstar adalah dana kekayaan negara, perusahaan asuransi, investor institusi, kantor keluarga, dan individu dengan high net worth.

Selama tahun 2021, dana Northstar V telah disalurkan ke perusahaan FMCG Greenfields Dairy, startup fintech Advance Intelligence Group, dan startup SaaS untuk warung Ula. Advance AI telah mencapai valuasi unicorn, sementara Ula telah menyandang status soonicorn dengan valuasi lebih dari $100 juta.

Patrick Walujo, Co-Founder dan Managing Partner Northstar Group, mengatakan, “Selama dua tahun terakhir, kita semua telah melihat volatilitas, ketidakpastian, dan kompleksitas yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun, Asia Tenggara dan, khususnya, Indonesia terus menghadirkan peluang investasi jangka menengah hingga panjang yang menarik. Seiring dengan pulihnya pasar dari pandemi COVID-19, kondisi demografi yang menguntungkan, peningkatan kekayaan dan konsumsi, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, serta digitalisasi yang terus berlanjut akan mendorong pertumbuhan yang besar di kawasan.”

“Kesuksesan penggalangan dana dari flagship fund kelima kami yang berlangsung selama masa penuh tantangan saat ini merupakan bukti kekuatan tim dan kualitas perusahaan portofolio kami, serta return yang telah kami berikan kepada investor. Kami berharap dapat membangun kemitraan dengan lebih banyak pengusaha di Asia Tenggara untuk mendorong pertumbuhan bisnis mereka melalui kontribusi modal dan keahlian kami,” tambah Glenn Sugita, Co-Founder dan Managing Partner Northstar Group.

Aplikasi Keyboard untuk UMKM Keyta Peroleh Dana Awal dari Indonesia Women Empowerment Fund

Aplikasi keyboard untuk UMKM Keyta mengumumkan perolehan dana awal dengan jumlah yang tidak disebutkan dari Indonesia Women Empowerment Fund (IWEF). Keyta adalah salah satu lulusan inkubasi Startup Studio Indonesia batch ketiga. Selain Keyta, pemain di sektor ini antara lain Selly yang dimiliki GoTo.

IWEF adalah dana yang dikelola bersama oleh Moonshot Ventures dan YCAB Ventures yang berinvestasi ke startup yang dipimpin perempuan dengan inovasi yang mengatasi hambatan demi mata pencaharian yang lebih baik bagi perempuan. Di awal tahun, IWEF telah memberikan pendanaan untuk startup edtech Titik Pintar.

Keyta didirikan oleh Jacqueline Latip dan Ainul Hamdani dengan fungsi utama memudahkan para penjual online mengoptimalkan produktivitasnya. Termasuk fitur unggulannya adalah template autoteks untuk membalas pesan, pengecekan biaya kurir, pencetakan invoice, dan dasbor untuk manajemen semua transaksi.

Adelle Tanuri, Head of Impact Investments YCAB Ventures, dan Tom Schmittzehe, Managing Partner Moonshot Ventures, yang secara bersama memimpin IWEF, menyebutkan:

“Di bawah kepemimpinan Jacqueline Latip sebagai CEO dan pendiri, Keyta telah menciptakan inovasi yang memudahkan bisnis kecil untuk menjual secara online, di mana mayoritas UMKM dijalankan dan dimiliki oleh perempuan. Ini sangat selaras dengan misi IWEF untuk mendukung wirausahawan perempuan dan mempromosikan penghidupan yang lebih baik bagi perempuan di seluruh Indonesia.”

Diklaim Keyta kini memiliki lebih dari 6000 pengguna yang didominasi perempuan pengusaha UMKM. Perusahaan juga mengklaim pertumbuhan pengguna hingga 300% sejak Juni 2021.

Sektor UMKM merupakan salah satu salah satu sektor menarik yang dibidik startup produktivitas Indonesia sepanjang tahun ini. Beberapa startup SaaS telah mencapai valuasi $100 juta atau lebih dengan solusi-solusi untuk mendorong UMKM Indonesia naik kelas.

Founder dan CEO Keyta Jacqueline Latip mengatakan, “Misi Keyta adalah untuk mengurangi hambatan bagi usaha kecil untuk tumbuh dan berkembang dalam ekonomi digital. Sampai saat ini, penjual online perlu beralih antara beberapa aplikasi dan seluruh proses ini sangat memakan waktu. [..] Pengguna Keyta mengoperasikan penjualan online mereka 3 atau 4 kali lebih cepat, dan mampu memberikan layanan pelanggan yang jauh lebih baik.”

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Ubah Alokasi Dana IPO, Dorong Akselerasi Pertumbuhan Bisnis

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) mengumumkan perubahan alokasi dana yang diperoleh sebesar Rp21,9 triliun dari aksi melantai di Bursa Efek Indonesia. Bukalapak mengubah porsi modal kerja dan mengalokasikan sebesar 33% untuk pengembangan perusahaan dan anak usaha, misalnya melalui pembelian atau penyertaan saham dan/atau aset.

Dalam keterangan resminya, perubahan alokasi dana IPO ini disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bukalapak yang digelar pada Rabu, 23 Desember 2021.

Direktur Utama Bukalapak Rachmat Kaimuddin mengatakan bahwa langkah ini sejalan dengan strategi perusahaan untuk fokus mencapai pertumbuhan perusahaan secara berkesinambungan. Perusahaan akan terus mengelola biaya-biaya yang timbul secara efisien serta mengkaji potensi dan kesempatan untuk mendorong pertumbuhan di masa depan.

Rinciannya, sebesar 33% dari dana IPO akan digunakan untuk modal kerja perusahaan. Kemudian, 34% untuk modal kerja anak usaha yang terdiri dari; Buka Mitra (15%), Buka Usaha (15%), serta Buka Investasi, Buka Pengadaan, Bukalapak, dan Five Jack masing-masing 1%.

Bukalapak memberikan alokasi baru sebesar 33% untuk pengembangan usaha perusahaan dan anak usaha. Dalam pernyataannya, pengembangan usaha ini tidak terbatas pada pembelian saham dan/atau aset, dan/atau penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan termasuk perjanjian patungan (joint venture), metode transaksi lain yang sesuai, serta pelunasan fasilitas pinjaman yang digunakan untuk keperluan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha baik sekarang maupun yang akan datang.

ALOKASI SEBELUM SESUDAH
Modal kerja 66% 34%
Buka Mitra  15% 15%
Buka Usaha  15% 15%
Buka Investasi Bersama 1% 1%
Buka Pengadaan 1% 1%
Bukalapak Pte. Ltd 1% 1%
Five Jack (itemku) 1% 1%
Pengembangan usaha lewat model; (1) pembelian saham dan/atau aset, (2) penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan, (3) pelunasan fasilitas pinjaman untuk keperluan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha saat ini dan akan datang  33%

Selain perubahan penggunaan dana IPO, RUPSLB juga mengumumkan pengunduran diri Lau Eng Boom dari jajaran Dewan Komisaris. RUPSLB ini dipimpin oleh Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen Bukalapak Bambang Brodjonegoro.

Lau Eng Boom telah memulai masa pensiunnya di Government of Singapore Investment Corporation Pte Ltd (GIC). Dengan kondisi ini, berakhir pula masa tugas Lau Eng Boon sebagai Komisaris Bukalapak.

“Agenda RUPSLB ini merefleksikan dinamika positif dan komitmen Bukalapak sebagai perusahaan publik untuk terus tumbuh melalui berbagai pengembangan. Kami optimistis pengembangan ini dapat terus mendukung tujuan Bukalapak menuju pertumbuhan berkelanjutan serta profitabilitas,” ujar Komisaris Utama dan Komisaris Independen Bukalapak Bambang Brodjonegoro.

Sebagaimana diketahui, Bukalapak resmi mencatatkan diri sebagai perusahaan publik pada Agustus 2021 dengan meraup dana sebesar $1,5 miliar atau sebesar Rp21,9 triliun (kurs saat itu). Bukalapak tercatat sebagai startup unicorn pertama yang go public di Asia Tenggara.

Mendukung bisnis existing

Jika mengacu pada pencapaian kinerja dan fokus strategi, alokasi dana baru ini bisa saja dimanfaatkan untuk mendongkrak bisnis existing Bukalapak, terutama pada lini bisnis yang tumbuh signifikan, melalui strategi anorganik.

Sebagai ujung tombak bisnis perusahaan, Mitra Bukalapak punya PR besar untuk mendigitalisasi segmen warung dan UMKM. Unit bisnis ini juga mengincar ruang pertumbuhan baru dengan rencana ekspansi ke kota tier 2 dan 3. Strategi anorganik ini dapat membantu Bukalapak mengakselerasi pertumbuhan Mitra Bukalapak.

Berdasarkan laporan keuangan di kuartal III 2021, marketplace memang masih menjadi kontributor pendapatan terbesar dengan Rp780,4 miliar, tetapi hanya tumbuh 5,1% secara tahunan. Sementara, pertumbuhan Mitra Bukalapak meroket hingga 322% menjadi Rp496,7 miliar dibandingkan periode sama tahun lalu.

Bukalapak saat ini tengah mengecap momentum dari pertumbuhan Mitra Bukalapak serta klaim posisinya yang mendominasi segmen warung dan UMKM. Bukalapak kini punya 7 mitra dalam lima tahun sejak diluncurkan.

Porsi pendapatan Bukalapak didasarkan pada unit bisnisnya / DailySocial.id

Menurut survei Nielsen terhadap 1.800 warung dan 1.200 kios pulsa, Mitra Bukalapak tercatat sebagai pemimpin di pasar O2O dengan penetrasi sebesar 42% dibandingkan pemain O2O yang memiliki pengguna 2,5 kali lipat lebih banyak di survei ini.

Dihubungi secara terpisah, Head of Media and Communications Bukalapak Fairuza Ahmad Iqbal belum dapat memberikan informasi lebih lanjut terkait rencana dari alokasi baru tersebut. Ia menegaskan bahwa pihaknya terbuka terhadap peluang di sektor yang dapat menciptakan hasil yang bermanfaat dengan sumber daya yang dimiliki.

“Dengan disetujuinya perubahan penggunaan dana IPO ini, kami dapat menggunakan dana untuk mengimplementasikan rencana akuisisi. Namun, sampai sekarang belum ada ada yang bisa kami laporkan,” ungkapnya.

Application Information Will Show Up Here

AirAsia Umumkan Rencana Kehadiran Layanan Pesan-Antar Makanan di Indonesia

Bisnis pesan-antar makanan milik Airasia Group, airasia food, segera hadir di Indonesia pada awal tahun depan. Saat ini perusahaan mulai membuka pendaftaran untuk 1.000 mitra kuliner di seluruh Indonesia. Ekspansi ini dimulai pertama kali di Malaysia, kantor pusat AirAsia pada Mei 2020. Selang setahun kemudian, masuk ke Singapura.

Airasia food ini merupakan rangkaian upaya AirAsia Group dalam merambah bisnis digital, setelah airasia ride (ride hailing), airAsia grocer (b2b e-grocery), airasia farm (b2c e-grocery), airasia beauty (e-commerce), airasia health (healthtech), airasia xpress (e-logistics) yang tergabung dalam portofolio di AirAsia Digital, venture arm milik grup yang sebelumnya bernama RedBeat Ventures.

Dalam keterangan resmi, CEO AirAsia Group Tony Fernandes mengatakan perusahaannya dikenal selalu menghadirkan nilai lebih dan biaya rendah bagi pelanggannya. Hal tersebut kembali dibawa untuk airasia food di Indonesia. “Kami akan menawarkan layanan pesan-antar makanan dengan harga termurah dengan nilai terbaik, dan memastikan mitra merchant kami dapat menghasilkan keuntungan dari layanan kami, bukannya malah merugi,” terang dia, Kamis (23/12).

Fernandes melanjutkan, “Selama ini AirAsia selalu berupaya untuk membuat ekosistem yang lebih adil untuk semua dan menawarkan apa yang diinginkan pasar. Itulah yang sudah kami lakukan di industri penerbangan. Oleh karenanya, nantikan ide-ide baru yang akan kami tawarkan melalui petualangan baru kami di dunia kuliner ini.”

Head of E-Commerce airasia Super App Indonesia Arbi Wienandar menambahkan, pada tahap awal kehadiran airasia food di Indonesia, pihaknya ingin mengundang seluruh pelaku usaha kuliner untuk bergabung menjadi merchant dan menikmati penawaran komisi penjualan dengan nilai menarik selama tiga bulan pertama untuk memaksimalkan profit.

“Selain itu, para pelaku usaha yang telah bergabung pada periode ini juga akan mendapatkan kesempatan ekspos lebih awal ke jutaan pengguna airasia Super App di Indonesia saat peluncuran airasia food nantinya, yang akan kami lakukan secara bertahap di berbagai kota dan akan kami umumkan segera,” ucap Arbi.

Lebih lanjut dia menuturkan, pelaku usaha kuliner yang ingin bergabung dapat mengajukan kemitraan dengan mengisi formulir aplikasi mitra merchant yang tersedia. Kemudian, untuk pelaku usaha yang memiliki beberapa merek kuliner, cabang, franchise, atau beroperasi di beberapa lokasi, dapat mengajukan kemitraan berdasarkan entitas pemilik di setiap lokasi.

airasia food akan menyeleksi mitra merchant berdasarkan lokasi dan jenis kuliner dan akan menghubungi lebih lanjut untuk penandatanganan kerja sama, training, dan onboarding.

Industri pesan-antar makanan di Indonesia

Dalam berbagai riset diungkapkan bahwa potensi bisnis pesan-antar makanan di Asia Tenggara begitu menggiurkan. Salah satunya yang diungkapkan oleh Snapcart menyatakan bahwa GrabFood memimpin pasar ini di pasar pertama (Jabodetabek), dan pasar kedua (di Bandung, Surabaya, Medan, Lampung, Purwokerto, Banjarmasin, Samarinda, dan Makassar). Survei ini dilakukan pada Oktober 2021, melibatkan 500 pemilik usaha kuliner dan 570 konsumen pengguna aplikasi pesan-antar makanan.

GrabFood disebutkan menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan merchant dengan pendapatan harian rata-rata tertinggi. Dalam riset tersebut menunjukkan bahwa 82% restoran dan toko makanan dan minuman yang menggunakan GrabFood, diikuti GoFood (71%), dan ShopeeFood (28%).

Kemudian, rata-rata penjualan harian merchant dari penggunaan GrabFood sebesar Rp750 ribu, lebih tinggi 13% dibanding menggunakan GoFood sebesar RpRp670 ribu. Riset juga menemukan rata-rata konsumen menggunakan GrabFood enam kali dalam sebulan, sedang GoFood lima kali dalam sebulan. Rata-rata volume pemesanan melalui GrabFood juga lebih tinggi 11% daripada GoFood.

Meski menggiurkan, jalur untuk menuju profitabilitas terbilang sulit dan butuh waktu yang tidak sebentar. Dari kinerja awal airasia food di Singapura, dalam empat bulan sejak peluncuran resminya, baru menangani 100 pesanan setiap harinya.

Menurut Fernandes, hal tersebut wajar karena perusahaan ingin bangun platform-nya secara bertahan, bahkan belum melakukan strategi marketing yang maksimal. “Grab dan foodpanda tidak secara ajaib mendapatkan semua pesanan itu secara langsung, butuh waktu. Jadi pasti, tapi perlahan, kita akan sampai di sana,” kata dia.

Grab juga masih berusaha memperbaiki kinerja keuangannya. Berdasarkan laporan keuangan Grab per kuartal III 2021, pendapatan susut 9% menjadi $157 juta dari realisasi Juli-September 2020 sebesar $172 juta. Adapun kerugian sebelum bunga, pajak, penyusutan, dan amortisasi (EBITDA) turun lebih dalam sebesar 66% secara tahunan menjadi $212 juta.

Buruknya EBITDA ini disebabkan karena dampak negatif dari penurunan mobilitas, serta peningkatan biaya perusahaan regional karena Grab banyak berinvestasi untuk pengembangan produk dan investasi teknologi di masa depan. Meski demikian, GMV Grab tercatat tumbuh 32% secara tahunan menjadi $4,04 miliar. GMV dari bisnis pengiriman tumbuh 63% menjadi $2,3 miliar, mampu mengimbangi penurunan 30% dari GMV di ride hailing menjadi $529 juta.

Kendati begitu, pendapatan Grab diproyeksi akan membaik pada akhir 2023 dengan pendapatan menjadi $2,5 miliar, namun masih merugi sebesar $648 juta. Menurut S&P, EBITDA Grab akan tetap negatif secara material hingga 2022. Namun, pendapatan bersih berpotensi meningkat 18% secara majemuk setiap tahun hingga 2023. Faktornya dikarenakan meningkatnya jumlah pengguna aktif, normalisasi ekonomi regional dari Covid-19, dan brand awareness terhadap merek Grab.

Application Information Will Show Up Here

Telunjuk Diakuisisi Anak Usaha PT Diamond Food Indonesia

PT Diamond Food Indonesia Tbk. (Diamond) sebagai salah satu perusahaan FMCG di Indonesia resmi mengumumkan telah mengakuisisi PT Telunjuk Komputasi (Telunjuk). Dalam keterbukaan informasi, disampaikan bahwa per 21 Desember 2021 melalui entitas anak Perseroan, yakni PT Sukanda Djaya, mereka telah menandatangani perjanjian jual-beli saham bersyarat untuk 81% saham Telunjuk secara langsung.

Akuisisi Telunjuk diharapkan dapat menjembatani strategi Diamond untuk meningkatkan distribusi produk di saluran e-commerce dan melakukan transformasi digital. Didirikan sejak 1974, Diamond memproduksi dan memasarkan berbagai produk minuman dan makanan instan segar. Mulai dari susu, jus, keju, es krim, dan lain-lain.

Didirikan tahun 2012, Telunjuk hadir sebagai platform rekomendasi dan pembanding harga produk di e-commerce. Namun seiring perjalanan waktu, mereka sempat model bisnis menyasar segmen B2B. Dalam sebuah kesempatan wawancara dengan DailySocial.id, Co-Founder & CEO Telunjuk Hanindia Narendrata menyebutkan, dengan cara tersebut perusahaan mengklaim mampu memperoleh profit yang cukup untuk menjalankan perusahaan.

Untuk pelaku bisnis, layanan yang dihadirkan berupa market insight yang dapat membantu perusahaan melakukan analisis terhadap dinamika pasar. “Awalnya kita mendapat tawaran dari brand besar yang ingin melihat perkiraan harga di berbagai platform e-commerce yang ada di Indonesia. Dari situ kita melihat dengan engine crawling yang sudah dimiliki serta data yang telah dikumpulkan. Menjadi ideal bagi kami untuk menghadirkan layanan tersebut dan ternyata demand-nya cukup besar di kalangan brand,” ujar Hanindita.

Tahun 2020 lalu, Telunjuk juga meresmikan produk “Compas”, yakni dasbor e-commerce market insight untuk memfasilitasi lebih banyak pengusaha online mengembangkan usahanya. Di dalam Compas, pengguna dapat melihat online market share data yang dirangkum dari empat pemain e-commerce yakni Tokopedia, Bukalapak, Shopee, JD.id dan lainnya; price monitoring, placement health check, dan promo monitoring.

Selain Hanindita, Telunjuk turut didirikan oleh Redya Febriyanto. Untuk pendanaan, mereka telah membukukan sampai ke tahap seri A. Sejumlah investor turut tergabung, salah satunya Venturra Discovery.

Masuk ke NFT Jadi Langkah Bumilangit Utilisasi 1.200 IP

Antusiasme kreator terhadap potensi NFT semakin mengguliat. Kini giliran Bumilangit, melalui PT Bumilangit Digital Mediatama, perusahaan patungan antara PT Digital Mediatama Maxima dan PT Bumilangit Entertainment, terjun ke segmen ini dalam rangka meningkatkan utilitas aset-aset digitalnya ke tahap lanjutan. Perusahaan menjual secara terbatas video/gif/image dari karakter-karakter pahlawan seperti Gundala dan Sri Asih melalui OpenSea.

Saat peresmiannya, Founder & CEO Bumilangit Bismarka Kurniawan menuturkan, NFT Bumilangit akan menjadi kiprah awal Bumilangit dalam memberikan kesempatan para penggemarnya untuk mengoleksi karya seni digital berbasis karakter-karakter kesayangan.

“Pada tahap awal, karakter Gundala dan Sri Asih dipilih karena merekalah yang membuka Bumilangit Cinematic Universe dengan filmnya beberapa tahun lalu dan Sri Asih dipilih karena inilah karakter berikutnya yang akan hadir di filmnya tahun depan,” ujar dia.

Bumilangit merilis 346 unit NFT untuk Gundala dan 381 unit NFT untuk Sri Asih. NFT yang ditawarkan berupa limited short animation berdurasi dua detik. Masing-masing NFT dijual mulai dari 0.02 ETH hingga 1 ETH. Bila di-Rupiahkan dengan kurs ETH terkini (23/12), berada di kisaran Rp1,1 juta sampai Rp56 juta.

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, CEO Bumilangit Digital Mediatama Budiasto Kusuma mengatakan pipeline-nya aktivitas NFT di BLDX akan kembali menyesuaikan dengan jadwal kegiatan dan aktivasi masing-masing karakter, yang tentunya berkaitan juga dengan ekosistem digital yang dibangun. Total karakter di Bumilangit sendiri mencapai 1.200 yang siap di-NFT-kan.

“NFT akan menjadi pilar aset digital untuk aset-aset intelektual Bumilangit yang akan dikolaborasikan pada ekosistem Bumilangit ke depannya, seperti games, digital comic, dan berbagai aktivitas berkaitan dengan film dan konten, baik untuk layar lebar dan platform digital lainnya,” ujar Budiasto.

Tidak sekadar mengajak kolektor untuk membeli karakter Bumilangit, perusahaan juga sudah menyiapkan berbagai benefit. Di antaranya, setiap kolektor NFT image Gundala dan Sri Asih akan mendapat kesempatan untuk bidding NFT edisi terbatas yang akan dimulai pada tanggal 5 Maret 2022, untuk kolektor limited short NFT (2-detik) akan mendapat bidding edisi langka, yaitu “Rare Long Animation NFT (15-detik) yang dimulai pada 6 April 2022.

“Para kolektor NFT juga akan dilibatkan untuk penggunaan NFT Bumilangit dalam platform ekosistem Bumilangit mendatang, seperti games, digital comic, film, dan event terkait karakter-karakter Bumilangit.”

Terkait alasannya memilih OpenSea, Budiasto bilang, platform tersebut dipilih karena dinilai memiliki captive market yang besar dan secara ekosistem dianggap paling siap. Ia sendiri tidak menutup kemungkinan untuk menerbitkan NFT dengan jaringan blockchain lainnya, menyesuaikan dengan target kolektor NFT yang akan dibidik. “Apabila sesuai dengan target audiens BLDX, tidak menutup kemungkinan akan dikembangkan juga.”

Ke depannya ia berharap, adaptasi aset intelektual Bumilangit ke NFT akan memberikan pengalaman baru bagi penggemar Rakyat Bumilangit menuju beragam aktivitas dan utilisasi digital mendatang bersama Bumilangit Universe untuk menuju ekosistem digital Bumilangit. Bahkan dalam jangka panjang, pemilik NFT akan memiliki privilese khusus, beberapa di antaranya undangan premiere film layar lebar Bumilangit dan pertemuan dengan pemain Bumilangit.

Kreator lainnya yang terjun ke NFT

Sebelum Bumilangit masuk ke ranah NFT, beberapa kreator dari kalangan selebritas juga memanfaatkan teknologi tersebut untuk berkarya. Pada pekan lalu, Syahrini meluncurkan NFT berbentuk virtual tour. Ia berhasil menjual 17.800 NFT seharga 20 BUSD atau sekitar Rp287 ribu per NFT di bursa kripto Binance. Lalu, ada Luna Maya menjual NFT dalam jumlah sangat terbatas, yakni 10 unit melalui Bakery Swap pada Juni.

Berikutnya, grup band Souljah dan Whisnu Santika yang menjual lagu berjudul Keep Moving On dalam bentuk NFT pada September 2021. Mereka memanfaatkan jaringan Tezos di platform Hicetnunc.

“Sebagai produser musik dan musisi di industri musik Indonesia, kami berpikir keras untuk dapat terus step-up the game, khususnya dengan senantiasa menyesuaikan keadaan saat ini. Bahkan karya kami yang baru saja dirilis berjudul Keep Moving On ini dapat turut memberikan nilai kripto para pemain dan juga memberikan warna baru terhadap pembuatan karya musik di tanah air,” ucap Whisnu dalam keterangan resmi.

Mengingat industri ini masih baru, inisiatif untuk menggalakkan lebih banyak karya yang dapat di-NFT-kan perlu dilakukan oleh banyak pihak. Tokocrypto dengan TokoMall-nya semakin giat dalam menarik lebih banyak kreator dari berbagai vertikal untuk terjun ke dalam NFT. Di dalam platform-nya, TokoMall membagi kemitraan eksklusif bersama para kreatornya dalam tiga sub kategori, yakni TKO Kreatif, TKO Gaya Hidup, dan TKO Bintang. Beberapa nama yang sudah bergabung di antaranya, NFTL, Damn! I Love Indonesia, Pedro Oscar, Banyan Core, MrKinur, Si Juki, dan masih banyak lagi.

Raih Pendanaan dari Arise, Pitik Kembangkan Teknologi di Sektor Budidaya Unggas

Di tengah lanskap pertumbuhan sektor agrikultur dan akuakultur di Indonesia, budidaya unggas menjadi salah satu area yang belum banyak mengalami inovasi dari sisi teknologi. Hal ini mengungkap inefisiensi operasional yang tinggi serta banyaknya lapisan perantara dalam rantai nilai. Berusaha untuk menyelesaikan masalah ini, Pitik mengembangkan solusi teknologi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasi peternakan yang berfokus pada budidaya unggas.

Perusahaan berhasil meraih pendanaan tahap awal dengan nilai yang tidak disebutkan dari Arise, dana kelolaan dari MDI Ventures dan Finch Capital; serta Wavemaker Partners. Rencananya, dana segar akan digunakan untuk mempercepat pengembangan produk, integrasi rantai pasok, dan perluasan wilayah operasi untuk menjangkau lebih banyak petani.

Co-founder & CEO Pitik Arief Witjaksono mengungkapkan, “Mampu mengurangi inefisiensi di peternakan dengan teknologi adalah langkah penting pertama untuk memastikan bahwa peternak unggas Indonesia dapat menghasilkan ayam berkualitas tinggi dan sekaligus menguntungkan.”

Sediakan sistem manajemen full-stack

Mulai beroperasi di pertengahan tahun 2021, Pitik menyediakan sistem manajemen peternakan full-stack untuk memungkinkan transparansi data di seluruh rantai nilai untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasi para peternak unggas. Misi utama perusahaan adalah untuk memajukan dan menyejahterakan peternak ayam di Indonesia.

Pitik menawarkan tiga solusi teknologi dalam platformnya. Pertama, Farm IoT (Internet of Things), sebuah sensor yang terhubung dan perangkat IoT yang dipasang di seluruh kandang untuk menyatukan kondisi kandang secara otomatis dan mengirimkan informasi terkini ke aplikasi secara real-time. Selanjutnya, Pitik Farm Algorithm yang didukung dengan Artificial Intelligence untuk mengoptimalkan kinerja produksi, mendeteksi potensi isu di kandang, dan memberikan rekomendasi peningkatan efisiensi kandang.

Terakhir, Pitik Digital Assistance yang memiliki beberapa fitur, seperti early warning system untuk mendeteksi masalah dan memberikan rekomendasi peningkatan performa berdasarkan algoritma, smart dashboard untuk memantau kondisi kandang, serta automated task management untuk mengelola kandang dan program pertumbuhan ayam dengan lebih mudah.

“Teknologi kami dirancang agar mudah diterapkan dan digunakan oleh setiap peternak unggas di Indonesia, terlepas dari ukuran peternakan atau infrastruktur mereka. Mengemas teknologi dengan model bisnis yang transparan dalam pengadaan input pertanian dan penjualan ayam, kami ingin memastikan petani Indonesia dapat meraup keuntungan yang lebih serta berdampak pada peningkatan kesejahteraan mereka,” tambah Co-founder & COO Pitik Rymax Johana.

Selain teknologi, perusahaan juga membantu para peternak untuk mendapatkan pasokan sapronak (sarana produksi peternakan) yang lebih baik dengan harga kompetitif, memberikan akses permodalan, dan memberikan dukungan penjualan agar pada akhirnya masyarakat Indonesia dapat mengonsumsi daging ayam dengan kualitas yang lebih baik dan harga yang lebih terjangkau.

Pendanaan di sektor budidaya

Minat investor terhadap sektor budidaya semakin tinggi, hal ini dibuktikan dengan banyaknya pengembang solusi teknologi di sektor ini yang meraih pendanaan. Salah satunya eFishery yang bergerak di bidang budidaya ikan dan udang. Solusi yang dikembangkan pun semakin beragam mulai dari sistem manajemen, permodalan, hingga online grocery.

Selain itu, ada juga JALA Tech, startup pengembang perangkat teknologi akuakultur yang belum lama ini mengumumkan pendanaan terbarunya.

Untuk solusi yang menargetkan peternak unggas, belum ada banyak pemain yang fokus menggarap segmen ini. Salah satu perusahaan rintisan dengan target pasar serupa Pitik adalah Chickin, layanan yang menawarkan inovasi perangkat teknologi yang dapat membantu mengefisiensi sistem pengelolaan kandang. Keduanya bercita-cita memudahkan para peternak untuk melakukan budidaya unggas secara optimal, produktif, dan efisien.

Sementara itu, pasar unggas di Indonesia saat ini telah mencapai $7,4 miliar dengan CAGR 7% selama tahun 2015 – 2020. Pasar ini memiliki peluang pertumbuhan yang masih sangat besar melihat konsumsi ayam per kapita Indonesia 5,9x lebih rendah dibandingkan negara-negara Asia Tenggara lainnya, hal ini menciptakan banyak ruang untuk pertumbuhan.

Di samping itu, disrupsi teknologi kian dibutuhkan melihat tingkat produktivitas budidaya unggas di Indonesia yang menunjukkan angka kematian 7,3x lebih tinggi dan rasio konversi pakan (FCR) 1,4x lebih tinggi dibandingkan dengan tolak ukur di industri. Dengan memanfaatkan solusi IoT dan pengetahuan operasional pertanian yang mendalam, perusahaan rintisan diharapkan mampu memberi solusi atas permasalahan ini.

Perusahaan JV Traveloka dan SCB di Thailand “Trex Ventures” Ditutup

Trex Ventures, perusahaan patungan antara Siam Commercial Bank Group melalui SCB 10X dan Traveloka, dikabarkan tutup operasional dan sedang dalam proses likuidasi. Mengutip dari Kaohoon, pengumuman yang disampaikan pada 20 Desember 2021 ini telah menyelesaikan pendaftaran pembubarannya di departemen pengembangan bisnis Kementerian Perdagangan setempat sesuai dengan keputusan RUPSLB.

Di Trex Ventures, SCB menguasai 51% saham, sementara Traveloka melalui Godwit Rock memegang 49% dari modal disetor perusahaan. Perusahaan patungan pertama dari Traveloka ini masih seumur jagung sejak pertama kali diumumkan operasionalnya pada Maret 2021. SCB merupakan salah satu jajaran investor di Traveloka.

Pernyataan resmi terkait kabar ini turut juga dikonfirmasi langsung oleh Traveloka melalui Head of Communications Traveloka Reza Juniarshah. Mengutip dari DealStreetAsia, dia bilang bahwa Traveloka dan SCB baru-baru ini memutuskan bahwa kemitraan langsung adalah struktur yang optimal untuk hubungan ke depan. Sayangnya ia tidak merinci maksud dari “kemitraan langsung” tersebut.

Reza melanjutkan, Thailand adalah salah satu negara penting bagi Traveloka. Oleh karenanya, perusahaan akan terus memperkuat basis penggunanya dan berkolaborasi dengan lebih banyak mitra lokal di negara tersebut. “

“Kami berharap dapat terus bekerja sama dengan mitra kami untuk memperluas portofolio layanan kami untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup konsumen baik di Thailand maupun di seluruh wilayah.”

Saat peluncurannya, ambisi yang ingin ditawarkan adalah Trex Ventures dapat memanfaatkan platform perbankan terkemuka di pasar SCB dan kemampuan digital Traveloka untuk menawarkan produk keuangan yang inovatif kepada masing-masing penggunanya di Thailand.

“Menyadari potensi industri pariwisata dan perhotelan sebagai kunci untuk membantu menggerakkan perekonomian bangsa baik sebelum dan sesudah pandemi, SCB 10X menyambut baik kesempatan untuk bermitra dengan Traveloka, unicorn kelas dunia dan platform perjalanan dan gaya hidup terkemuka dengan sekitar 40 juta pengguna di seluruh wilayah,” ucap Kepala Pengembangan Bisnis dan Keuangan SCB 10X Pitiporn Phanaphat.

President of Traveloka Group Caesar Indra turut menyampaikan, “Kami percaya pasar konsumen Thailand menawarkan banyak peluang bagi Traveloka. Dengan hanya 30% pelanggan Thailand yang memiliki kartu kredit, kami melihat kebutuhan serupa dengan apa yang kami lihat di Indonesia. Memanfaatkan rekam jejak kami yang kuat di Indonesia, kami berharap dapat menghadirkan solusi keuangan yang disesuaikan dan dapat diakses yang memberdayakan masyarakat Thailand untuk menikmati pengalaman baru dan menjelajahi dunia di sekitar mereka.”

Potensi BNPL di Thailand

DailySocial.id sebelumnya pernah menuliskan potensi bila Traveloka mampu membawa solusi BNPL di Thailand akan sangat membantu perekonomian di negara tersebut. Pasalnya, di Thailand dan Vietnam masih minim pemain BNPL, dibandingkan di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Di satu sisi, tantangan para pemain startup fintech di sana adalah mencari cara untuk memanfaatkan database lembaga keuangan mapan untuk skoring kredit. Otoritas Thailand secara hukum melarang startup menggunakan fasilitas berbagi data kredit.

Hal ini menghambat para pekerja lepas, wiraswasta, karyawan, yang belum pernah mendapat akses keuangan dari perbankan karena pendapatannya yang tidak konsisten. Karena alasan inilah sebagian besar perbankan memilih untuk menawarkan pinjaman kepada peminjam yang memiliki riwayat kredit yang baik atau klien baru yang berpenghasilan tetap dengan laporan bank yang diverifikasi.

Penghuni pasar ini dikuasai bank komersial karena punya basis data pelanggan yang besar. Persetujuan pinjaman pada dasarnya masih berdasarkan data konvensional. Dengan kata lain data pendapatan atau laporan bank yang mencerminkan kemampuan membayar utang pelanggan.

Karena wewenang ini, perbankan bermitra dengan sekutu bisnis dan penyedia layanan lainnya pada platform online terkemuka, seperti marketplace dan platform pengiriman makanan online besar dengan jaringan toko dan restoran yang luas.