CCO Amartha Hadi Wenas Umumkan Empat Inisiatif Baru Pengembangan Bisnis

Startup P2P Lending Amartha mengumumkan segera mendapat pendanaan baru. Terakhir, Amartha telah mengantongi pendanaan seri A senilai $2 juta atau sekitar Rp26 miliar dari Mandiri Capital Indonesia (MCI) di 2017.

“Saat ini, kami belum bisa sebutkan serinya apa. Tapi, kami akan umumkan dalam waktu dekat,” ungkap Chief Commercial Officer Amartha Hadi Wenas saat ditemui di acara Editor Luncheon Amartha, Rabu (23/10).

Pria yang karib disapa Wenas ini menyebutkan pendanaan baru ini akan dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan bisnis di 2020, termasuk rencana ekspansi Amartha ke beberapa wilayah di Indonesia.

Saat ini, Amartha telah menyalurkan pinjaman kepada 311 ribu pemilik usaha mikro dan kecil di Pulau Jawa. Total penyaluran dana hingga saat ini tercatat sebesar Rp1,47 triliun dengan NPL sekitar 0,83 persen.

Sejak 30 September, ujar Wenas, Amartha sudah mulai menyalurkan pinjaman ke Sulawesi Selatan. Kemudian, ekspansi ini dilanjutkan secara bertahap ke Sumatera pada November mendatang.

“Selain pendanaan baru, kami juga akan mengumumkan kerja sama dengan beberapa bank daerah dan nasional untuk penyaluran pinjaman di awal 2020,” tambah Wenas.

Empat inisiatif baru Amartha

Setelah mengecap pertumbuhan berkali lipat dalam beberapa tahun terakhir, Amartha berupaya untuk melahirkan sejumlah inisiatif baru untuk pengembangan bisnis selanjutnya.

Ada empat strategi yang tengah disiapkan Amartha. Wenas mengatakan keempat strategi tersebut saat ini masih dalam tahap pengembangan dan direncanakan hadir dalam waktu dekat.

Pertama, Amartha akan menyiapkan fitur yang akan membantu para peminjam untuk mengoptimalkan investasinya. Dalam hal ini, Amartha akan berkolaborasi dengan pihak ketiga, seperti asset management, untuk membantu pengelolaan dana lebih cepat.

“Selama ini sejumlah investor harus menunggu investasinya diambil. Daripada uangnya menganggur, lebih baik ditaruh dulu ke reksa dana. Kami kerja sama dengan asset management, jadi tidak masalah dengan OJK karena tidak kelola langsung,” tuturnya.

Kedua, Amartha akan menyiapkan aplikasi untuk peminjam (borrower) untuk mengatur pengeluaran mereka. Wenas meyakini bahwa layanan ini akan membantu meningkatkan kesejahteraan pemilik usaha mikro, tak cuma bisnis yang dikelolanya saja.

“Contoh use case-nya, mereka bisa beli kebutuhan sehari-hari secara borongan lewat aplikasi ini sehingga lebih murah. Pembelian ini akan digerakkan oleh semacam Ketua Majelis. Tentu kami akan bicara dengan prinsipal dan ritel untuk menyediakan barang sesuai kebutuhan di pedesaan,” jelasnya.

Ketiga, Amartha akan menghadirkan fitur donasi otomatis yang diperuntukkan bagi peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan. Menurut Wenas, fitur ini tidak seperti platform donasi di pasaran karena berbasis kebutuhan wilayah/desa para peminjam.

Donasi ini akan dikonversi langsung dalam bentuk program atau beasiswa. Misalnya, program sanitasi dan air bersih. Donasi ini akan hadir dalam bentuk pengadaan WC umum.

Terakhir, startup yang berawal dari koperasi ini mengembangkan sejumlah fitur aplikasi untuk memudahkan para petugas Amartha di lapangan menjalankan kegiatan dengan Majelis Amartha, seperti image recognition dan fingerprint.

Application Information Will Show Up Here

PP 71/2019 tentang PTSE Sudah Berlaku, Pelaku Industri Pusat Data Lokal Khawatir

Pemerintah sudah resmi menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PSTE). Kalangan pelaku industri lokal menanggapi dingin regulasi baru tersebut. PP 71/2019 ini merupakan hasil revisi dari PP 82/2012 yang sebelumnya berlaku. Peraturan ini sejatinya sudah resmi sejak 10 Oktober lalu.

Namun sebelum melihat pandangan pelaku industri lokal, berikut adalah beberapa poin penting dalam PP 71/2019 dengan perubahan signifikan dari aturan sebelumnya.

  1. PSTE dibagi menjadi dua yakni; publik dan privat.
  2. PSTE terbebas dari tanggung jawab jika dalam keadaan terpaksa atau berasal dari kesalahan pengguna.
  3. PSTE tunduk terhadap regulasi yang berlaku di Indonesia termasuk soal konten informasi yang tak sesuai ketentuan negara.
  4. Pengakuan hak right to be erased dan right to delisting dari mesin pencari atau platform informasi elektronik lainnya.
  5. PSTE privat boleh melakukan pengelolaan, pemrosesan, dan/atau penyimpanan sistem elektronik dan data di luar negeri.

Dari sekian poin dalam aturan baru tersebut, pasal 21 ayat 1 menjadi sorotan utama bagi pelaku industri lokal. Ketua Asosiasi Cloud Computing Indonesia Alex Budiyanto mengatakan, pihaknya mengaku kaget ketika Kementerian Komunikasi dan Informatika era Menteri Rudiantara meloloskan pasal tersebut.

Alex menilai pasal 21 ayat 1 itu berlawanan dengan visi Presiden Joko Widodo yang menekankan kedaulatan data. Namun pada kenyataannya, pasal itu justru mengizinkan sektor privat memiliki pusat data di luar negeri.

“Pada prinsipnya kami kecewa karena apa yang kami harapkan dari implementasi janji Presiden Jokowi pada pidato tanggal 16 Agustus 2019 di depan MPR soal pentingnya perlindungan data, kedaulatan data, tapi ternyata hasilnya malah bertentangan,” ujar Alex.

Alex mengaku tak mempersoalkan perusahaan OTT asing. Namun ketika pemerintah justru melonggarkan peraturan pusat data lewat regulasi ini, ia menilai negara bakal kena imbas negatif terutama dari aspek kedaulatan.

“Data di sektor publik itu hanya 10 persen, berarti 90 persen data kita ada di sektor privat. Ini berarti 90 persen data kita lari ke luar Indonesia. Kalau sudah begitu bagaimana bisa melindungi dan menegakkan kedaulatan data kita ketika datanya di luar yurisdiksi,” ucap Alex penuh protes.

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Bidang Industri 4.0 Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Teguh Prasetya. Namun dalam hal ini, Teguh lebih khawatir oleh potensi ekonomi yang hilang dengan berlakunya PP ini.

Investasi pusat data di Indonesia diperkirakan mencapai US$850 juta (sekitar Rp12 triliun) pada 2020 nanti. Teguh bahkan memperkirakan uang yang masuk dari investasi pusat data bisa sampai US$1 miliar (Rp14 triliun). Namun dengan berlakunya PP 71/2019 ini, negara kemungkinan akan kehilangan pendapatan.

“Dengan ada relaksasi ini, artinya penyedia layanan privat tidak harus ada di Indonesia, enggak harus pakai server lokal, dan berarti investasi penyedia data center lokal akan berkurang,” tutur Teguh.

Sejauh ini, pasal 21 ayat 1 menjadi sumber kontroversi dari PP 71/2019 ini. Kendati demikian, perlu diperhatikan juga dalam pasal 21 ayat 3 terdapat klausul yang mewajibkan penyelenggara layanan memberikan akses kepada pemerintah dalam rangka pengawasan dan penegakan hukum.

“Penyelenggara Sistem Elektronik Lingkup Privat wajib memberikan Akses terhadap Sistem Elektronik dan Data Elektronik dalam rangka pengawasan dan penegakan hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan,” demikian bunyi pasal 21 ayat 3.

Zilingo Kembangkan Manufaktur Mini untuk Bantu Pengusaha Fesyen Perempuan

Platform e-commerce Zilingo kini mengembangkan konsep manufaktur untuk kalangan mikro demi perbesar bisnis B2B di bawah brand Zilingo Asia Mall (ZAM). Perusahaan menyasar pengusaha mikro perempuan di tingkat akar rumput untuk turut berpartisipasi di dalamnya.

Co-Founder & CEO Zilingo Ankiti Bose menjelaskan, konsep ini tertuang dalam SheWorkz, program manufaktur terdesentralisasi khusus menyasar pengusaha mikro perempuan. Indonesia menjadi negara pertama diluncurkannya inisiatif tersebut. Pada tahap pertama akan hadir di Jakarta, Cirebon, dan Tasikmalaya.

Ankiti berharap kehadiran pabrik mini tersebut dapat menjaga pasokan fesyen, sekaligus mendorong perempuan untuk mulai berkarier sebagai pengusaha. Pasalnya, perempuan masuk ke dalam kalangan yang kurang terwakili dalam lanskap ekonomi global.

Ia menyebut, di Asia Tenggara dan Selatan, jumlah angkatan kerja perempuan hanya 31% dari keseluruhan tenaga kerja dan menyumbang 24% terhadap PDB. Ini bukan menjadi masalah sosial semata, tapi juga sudah menyentuh masalah ekonomi.

“Ide awal SheWorkz adalah bantu perempuan untuk menjadi pengusaha, dengan bantuan teknologi mereka bisa scaling dan dapat bantuan modal. Mereka juga bisa kerja dari rumah, sehingga fleksibel. Ini ide awalnya,” terang Ankiti beberapa waktu lalu saat peluncuran program SheWorkz.

Dia menjelaskan Indonesia adalah negara terpenting bagi Zilingo karena pertumbuhannya yang tercepat dibandingkan negara lainnya. Diklaim setiap kali Zilingo menetapkan target pencapaian untuk ZAM selalu terlampaui. Sayangnya, Ankiti tidak ikut menyertakan data pendukungnya.

Oleh karenanya, Indonesia jadi negara pertama. Berikutnya akan di gulirkan ke negara lainnya, seperti Thailand, Filipina, Singapura, dan India.

Lebih detail, Zilingo akan mengidentifikasi empat hingga lima perempuan yang berasal dari satu daerah yang sama dan mengelompokkan mereka sesuai dengan tingkat keterampilan. Targetnya perusahaan ingin melatih 300 perempuan pada tahap awal ini.

Mereka akan diberikan pinjaman usaha (KUR) sekitar $5 ribu-$10 ribu (Rp70,9 juta-Rp140 juta) berasal dari mitra perbankan (Bank Mandiri, BNI, BRI). Lalu, akan memproduksi pakaian sesuai permintaan brand dan terhubung dengan platform Zilingo.

Di dalamnya terhubung dengan sistem untuk mencocokkan keterampilan, ketersediaan, dan spesialisasi mereka sesuai permintaan brand. Setidaknya ada 60 ribu brand pakaian global yang memasok kebutuhannya lewat perusahaan.

“Sistem yang sama juga dapat memantau output, kecepatan dan kualitas, serta mengidentifikasi di mana pelatihan lebih lanjut mungkin diperlukan.”

Berambisi jadi pabrik cloud fesyen terbesar

Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution saat peluncuran SheWorkz / Zilingo
Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution saat peluncuran SheWorkz / Zilingo

Ambisi yang ingin dicapai oleh Zilingo lewat program SheWorkz adalah menjadi penyedia pabrik berbasis cloud terbesar di dunia, khususnya fesyen. Visi dan misinya, setiap brand, pengusaha, dan pabrik dari semua skala bisnis bisa menjadi bagian dari perusahaan.

Dia menegaskan Zilingo tidak memiliki pabrik sendiri dalam memfokuskan bisnis B2B-nya tersebut. Perusahaan justru bermitra dengan pabrik yang sudah ada, dengan menyediakan teknologi yang mereka butuhkan. Entah itu teknologi untuk procurement, logistik, invoice, penagihan, sistem pembayaran, dan sebagainya.

“Kita matching kebutuhan brand dan supply dari pabrik secara global. Misalnya, brand Amerika kini bisa manfaatkan resource dari pabrik di Indonesia. Ini bisa dorong sisi ekspor dan hubungan ekspor antar dua negara semakin mudah.”

Terdapat lebih dari 6 ribu pabrik yang telah terhubung dan memanfaatkan teknologi dari Zilingo. Tidak disebutkan ada berapa banyak di antaranya yang berada di Indonesia.

Praktik ekspor dari pabrik Indonesia sudah mulai terjadi melalui perusahaan. Ankiti menerangkan pabrik Indonesia banyak ekspor ke Malaysia untuk produk pakaian muslim. Ada juga yang tembus ke Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, tanpa menyebut lebih detail, diklaim pertumbuhan B2B signifikan dan unprecedented selama setahun belakangan. Di B2B, dia mengaku tidak memiliki pesaing. Malah justru menghimpun seluruh penjual fesyen, yang berjualan di kanal online manapun, untuk ikut menjadi pengguna di Zilingo.

Beda halnya di B2C, khususnya di Indonesia, persaingannya sangat ketat dan butuh modal yang besar untuk jadi yang terdepan.

Dari pendanaan seri D yang diperoleh pada tahun ini, dia menegaskan perusahaan akan fokus pengembangan teknologi pada tiga area, yaitu supply chain, pembiayaan, dan data science. “Justru kita enggak terlalu banyak spent investasi ke B2C, justru lebih ke B2B. Tiga area ini paling banyak butuh investasi buat bisnis B2B kita,” pungkas dia.

Ambisi RedDoorz Menjadi Unicorn dan Ekspansi ke Thailand Tahun 2020

Pasca mengantongi pendanaan seri C senilai $70 juta (hampir Rp1 triliun) dipimpin oleh Asia Partners dengan dua partisipasi dua investor baru, Rakuten Capital dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund; RedDoorz berencana untuk memiliki lebih banyak properti hingga akhir tahun 2020 nanti.

Jika di tahun 2019 RedDoorz mampu mengakuisisi properti hingga 2 ribu di 4 negara, akhir tahun 2020 mendatang mereka menargetkan bisa memiliki sekitar 5 ribu properti di 5 negara.

“RedDoorz juga akan melakukan ekspansi ke Thailand di kuartal pertama tahun 2020 mendatang, setelah sebelumnya telah hadir di Indonesia, Singapura, Filipina dan Vietnam. Diharapkan ekspansi ke Thailand bisa memenuhi target kami memiliki properti sebanyak 5 ribu hingga akhir tahun 2020,” kata Country Head RedDoorz Indonesia Mohit Gandas.

Investasi seri C tersebut menyusul tidak lama setelah RedDoorz mengumumkan pendanaan Seri B sebesar $45 juta pada April 2019. Dana baru ini membuat jumlah total modal yang dikumpulkan oleh perusahaan menjadi sekitar $140 juta sejak diluncurkan pada 2015.

Disinggung apakah RedDoorz bakal melakukan IPO, Mohit menegaskan kemungkinan perusahaan akan mempertimbangkan kemungkinan tersebut tahun 2022-2023 mendatang. Namun jika nantinya penggalangan dana kembali dilakukan, bisa jadi RedDoorz muncul sebagai startup unicorn baru.

“Tentunya saya tidak bisa memberikan kepastian kapan pendanaan baru akan kami terima hingga menjadikan valuasi kami meningkat dan menjadikan RedDoorz the next travel-tech unicorn pertama di Asia Tenggara,” kata Mobit.

Indonesia masih menjadi pasar utama

Dalam kesempatan tersebut disebutkan juga, hingga akhir tahun 2019 Indonesia masih menjadi pasar yang besar dibandingkan 3 negara lainnya (Singapura 3%, Vietnam 8%, Filipina 15%). Kota dengan jumlah properti paling banyak yang dimiliki RedDoorz adalah Jakarta, Yogyakarta, Bandung, Bali, dan Malang.

Hingga akhir tahun 2018, RedDoorz telah memiliki 400 properti di Indonesia, di tahun 2019 jumlah tersebut bertambah hingga 1200 unit dan tahun 2020 mendatang diharapkan bisa menjadi 1500 properti di Indonesia.

“Kami juga memastikan teknologi yang diterapkan sudah terkini. Memanfaatkan aplikasi dan saluran digital untuk mendorong permintaan konsumen. RedDoorz juga didukung oleh data center yang terletak di Vietnam,” kata Mohit.

Setelah sebelumnya mengumumkan lini produk baru seperti RedDoorz Plus, RedDoorz Premium, Residence by RedDoorz, Kool Kost, hingga Co-living; ditegaskan oleh Mohit sampai saat ini beberapa layanan tersebut masih dalam tahap uji coba. Jika sudah siap, nantinya semua layanan tersebut juga akan dihadirkan di Indonesia.

Untuk RedFood sendiri saat ini baru tersedia di kawasan tertentu di Jakarta. RedFood menyediakan menu makanan dengan harga terjangkau, seperti spaghetti meatball, beef rendang, chicken curry noodle, chicken teriyaki rice, dan beef bulgogi rice. Layanan ini sengaja disiapkan untuk memenuhi kebutuhan sarapan dari para tamu RedDoorz di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

GrabHealth Bersama Ping An Mulai Unjuk Diri di Indonesia

Layanan Grab di bidang kesehatan GrabHealth bersama Ping An Good Doctor mulai menunjukkan diri di Indonesia dan baru bisa dipakai untuk pengguna terpilih Grab.

GrabHealth itu sendiri adalah produk dari perusahaan patungan antara Grab dan Ping An yang fokus pada transformasi solusi O2O untuk layanan kesehatan di Asia Tenggara. Bila ditelusuri, perusahaan patungan ini bernama PT Good Doctor Technology. Terdaftar sebagai layanan medis online di Kemkominfo.

Sehingga bisa dikatakan Good Doctor adalah pemain baru healthtech di Indonesia yang siap bersaing dengan pemain sebelumnya seperti Halodoc, Alodokter, SehatQ, dan lainnya.

Fitur yang dihadirkan adalah konsultasi via chat, beli obat, artikel kesehatan, dan mengakses riwayat kesehatan serta transaksi di GrabHealth. Semua fitur dihadirkan di dalam aplikasi Grab tanpa harus mengunduh aplikasi lain.

Tampilan GrabHealth
Tampilan GrabHealth

Konsultasi dokter disediakan dalam dua tipe, konsultasi untuk mendapatkan saran gratis dari dokter umum in-house, atau pilih dokter umum atau spesialis dari rumah sakit mitra. Pilihan yang kedua dikenakan biaya mulai dari Rp15 ribu per 24 jam.

Sementara, untuk beli obat bekerja sama dengan mitra apotek. Satu mitra yang sudah mulai tersedia adalah K24. Kemungkinan yang pasti jumlah dan persebaran mitra akan diperluas untuk menjangkau seluruh pengguna Grab.

Industri kesehatan di Indonesia masih terfragmentasi. Regulasinya pun terbilang ketat dan kurang ramah dengan teknologi. Menyambut ramainya pemain teknologi, pemerintah baru-baru ini merilis aturan terkait penyelenggaraan telemedicine antar fasilitas layanan kesehatan. Aturan ini tertuang dalam Permenkes Nomor 20 Tahun 2019.

Tanggapan pemain healthtech tentang aturan tersebut sudah kami ulas. Pada intinya, pemain sepakat bahwa telemedicine tidak bisa dijadikan sebagai diagnosis utama, melainkan bantu menegakkan diagnosis secara jarak jauh.

Application Information Will Show Up Here

Sebulan Beroperasi, Platform Investasi Emas Masduit Pivot Strategi Bisnis

Platform investasi emas Masduit mengubah strategi pemasaran selang sebulan sejak peluncuran resmi dengan memanfaatkan jalur agen dan aplikasi messaging. Keputusan ini diambil lantaran perusahaan mendapati mayoritas pengguna ternyata orientasinya belum mengarah ke transaksi lewat aplikasi.

CEO Masduit Bony Hudi menerangkan, pada awalnya perusahaan sangat percaya diri bisa mendorong orang untuk beli emas lewat aplikasi. Aplikasi jadi satu-satunya jalur yang dibuka Masduit untuk jual beli emas. Tapi kenyataannya, baru sebulan diluncurkan, tingkat unduhannya belum sampai 1000 kali unduhan.

Angka ini meleset dari target yang awalnya dipasang perusahaan adalah 500 ribu kali unduhan sampai akhir tahun ini. Sekitar 30% di antaranya adalah pengguna aktif bulanan.

Meski target unduhan jauh dari realisasi, namun menariknya diklaim pengguna aktifnya mencapai 60%-70%. Sebanyak 70% dari pengguna aktif di Masduit adalah perempuan yang berlokasi di luar Jabodetabek. Bahkan ditemukan dari pelosok daerah seperti Kalimatan, Aceh, Maluku, dan sebagainya.

Kontribusi penjualan emas dari aplikasi terbilang kurang diminati. Sejak Masduit membuka jalur pemasaran di luar aplikasi, seperti di Instagram dan WhatsApp, mereka menjadi kontributor terbesar, masing-masing sebesar 30% dan 40%.

“Kita terlalu percaya diri pada awalnya, mau fokus di aplikasi saja. Tapi lihat dari angka di sebulan ini, memutuskan kita untuk pivot. Menunda fokus ke aplikasi, buka akses ke channel lain. Harapannya nanti masyarakat bisa pelan-pelan shifting,” terang Bony, pekan lalu.

Jalur keagenan sendiri baru diluncurkan, jumlahnya ada lima orang yang tersebar di Jakarta, Surabaya, Jambi, Medan, dan Bandung. Konsumen dapat membeli dan menjual emas lewat agen. Basis harga yang diberikan Masduit sudah dicantumkan di aplikasi dan terus diperbarui secara rutin.

Mekanisme keagenan pada tahap awal ini dibatasi untuk lapis pertama dan kedua dari lingukungan Masduit dan minimal sudah memiliki toko emas. Syarat lainnya adalah minimal deposit emas yang akan mereka jual.

Khusus untuk agen, Masduit akan mendorong mereka untuk menggunakan aplikasi. Selain permudah pencatatan secara digital, juga minimalisir risiko yang mungkin saja terjadi ke depannya.

“Di aplikasi, kami juga memberikan update harga buyback emas. Mereka bisa pakai nominal itu yang sebenarnya sudah mengandung komponen komisi. Atau bisa juga pakai harga di atas itu.”

Sebagai catatan, Masduit baru menjual logam emas dengan pecahan 0,1 gram, 0,25 gram, dan 0,5 gram. Emas ini sudah dicetak dan bisa langsung dikirimkan ke pengguna setelah membelinya. Pasokan emas diproduksi oleh induk Masduit, Hartadinata. Ada mitra logistik yang telah bekerja sama untuk pengiriman emas ke seluruh Indonesia.

Tidak hanya agen, Masduit akan menjual emas ke platform e-commerce. Yang sedikit berbeda, Masduit tidak bertindak sebagai merchant. Emas dari Masduit akan disalurkan melalui agregator e-commerce. Agregator tersebutlah yang akan mengelola distribusi penjualan emas ke situs e-commerce yang sesuai.

“Tidak masalah agregator itu mau jual ke situs e-commerce yang mana, mau marketplace atau tidak, bukan masalah. Sebab nanti ada API yang menghubungkan semuanya dan jadi terpantau langsung.”

Bony berharap melalui strategi ini lambat laun akan terjadi perpindahan cara transaksi pengguna ke aplikasi.

“Proyeksinya pada tiga tahun lagi kami bisa jual emas 3,5 kilo sebulan. Itu adalah titik Masduit akan untung,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak, Lazada, dan Alibaba Berikan Klarifikasi, Tidak Ada Rencana “Merger”

Minggu lalu beredar rumor, tentang rencana penggabungan bisnis (merger) antara Bukalapak dan Lazada. Dikatakan bahwa investornya, yakni Alibaba, turut mendorong aksi perusahaan tersebut.

Menanggapi kabar tersebut, juru bicara dari Bukalapak menyampaikan bahwa informasi tersebut tidak benar. Bahkan di internal perusahaan sama sekali belum ada pembicaraan yang mengarah ke sana.

Pun demikian dari sisi Lazada dan Alibaba, pihaknya mengatakan bahwa tidak ada rencana penggabungan dan memastikan rumor tersebut tidak benar.

Sebelumnya awal bulan lalu Bukalapak baru saja mengumumkan pendanaan seri F, membawa valuasi perusahaan di angka 35 triliun Rupiah. Shinhan GIB dan Emtek terlibat dalam putaran pendanaan tersebut.

Perusahaan turut menyampaikan, saat ini layanan mereka telah digunakan lebih dari 70 juta pengguna. Di dalamnya ada lebih dari 4 juta pelapak dan 2 juta mitra warung/agen dari berbagai wilayah di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Suksesi Gojek, Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi Jadi “Co-CEO” Gantikan Peran Nadiem Makarim

Hari ini (21/10) di Istana Merdeka, Founder & CEO Gojek Nadiem Makarim memberikan pernyataan kepada awak media, bahwa dirinya siap dan menerima penunjukan Presiden Jokowi atas dirinya untuk masuk ke dalam jajaran kabinet.

Meskipun belum disebutkan detail mengenai posisinya di pemerintahan, ia mengatakan sudah melepaskan jabatannya di perusahaan decacorn yang ia dirikan.

“…saya bersedia, saya menerima […] saya sudah mundur dari posisi di Gojek dan sudah tidak memiliki kewenangan sama sekali…,” terang Nadiem.

Pihak Gojek pun telah memberikan pernyataan, mengatakan bahwa Nadiem memang sudah “diminta” Presiden untuk menjadi anggota kabinet. Perusahaan mengaku bangga dengan penunjukan tersebut. Perusahaan juga menyampaikan, mundurnya Nadiem tidak akan mengganggu laju bisnis yang sudah berjalan.

Selain itu, Group President Gojek Andre Soelistyo dan Co-Founder Kevin Aluwi akan menggantikan posisi Nadiem. Mereka akan menjadi Co-CEO perusahaan dan melanjutkan inovasi bisnis selanjutnya.

“Hari ini Nadiem dipanggil Presiden Joko Widodo untuk hadir di Istana Negara untuk menjadi bagian dari kabinet baru. Kami sangat bangga karena founder Gojek akan turut membawa Indonesia maju ke panggung dunia. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya, di mana visi seorang pendiri startup lokal mendapat pengakuan dan dijadikan contoh untuk pembangunan bangsa,” terang Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita.

Nila melanjutkan, “Ke depan, Gojek akan menghadirkan pemimpin baru. Andre Soelistyo, Presiden Gojek Grup dan Kevin Aluwi, Co-founder Gojek akan berbagi tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan sebagai co-CEO, dengan fokus membawa perusahaan ke tahap selanjutnya. Kami telah memiliki rencana yang matang ke depan dan akan mengumumkan lebih jauh mengenai arti pengumuman ini bagi perusahaan dalam beberapa hari ke depan.”

Application Information Will Show Up Here

Startup Teknologi Pendidikan Zenius Dikabarkan Raih Pendanaan 283 Miliar Rupiah dari Northstar Group

Kami mendapatkan informasi dari sumber terpercaya jika platform teknologi pendidikan (edtech) Zenius, salah satu yang tertua di industri ini, mendapatkan pendanaan sebesar $20 juta (sekitar 283 miliar Rupiah) dari Northstar Group (atau melalui modal ventura yang dikelolanya). CEO Zenius Sabda PS menolak berkomentar saat kami hubungi terkait hal ini.

Sektor edtech memang sedang menggeliat. Platform edukasi berbasis teknologi berupaya meningkatkan kualitas pembelajaran siswa, tidak hanya melulu kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

Meski belum ada pemimpin pasar yang benar-benar mendominasi, Ruangguru bisa dibilang sedang unggul di vertikal ini dan telah menjadi salah satu centaur bervaluasi di atas $100 juta berdasarkan data Startup Report 2018. Mereka bahkan digadang-gadang bakal menjadi salah satu unicorn baru. Selain fokus di segmen bimbel, Ruangguru telah memperluas jangkauan ke beberapa segmen lain, misalnya Ruangkerja untuk para pegawai dan Skill Academy untuk mereka yang ingin memperdalam skill di luar akademik.

Pendanaan yang diperoleh Zenius ini, mungkin pendanaan eksternal pertama yang diperoleh perusahaan per data Crunchbase, akan mendorong persaingan dan inovasi yang lebih ketat di sektor edtech untuk mengeksekusi solusi-solusi terbaik.

Didirikan tahun 2007, Zenius adalah layanan “bimbel online” berbayar yang menyasar semua tingkatan pendidikan, dari SD sampai persiapan ujian SBMPTN. Biaya berlangganannya mulai dari 172 ribu Rupiah per bulan hingga 650 ribu Rupiah per tahun. Disebutkan Zenius sudah memiliki lebih dari 80 ribu video pendidikan.

Pasca perolehan pendanaan ini, mantan COO Gojek Rohan Monga disebut bakal didapuk jadi CEO baru. Sabda PS bakal menjadi Chairman perusahaan, sementara dua co-founder lain (Medy Suharta dan Wisnu OPS) akan tetap berkiprah di Zenius.

Application Information Will Show Up Here

Bangun Ekosistem Khusus Bisnis, Bhinneka Garap Pasar B2B2B

Pionir situs e-commerce Bhinneka mengungkapkan tengah memperdalam fokusnya dengan menggarap segmen baru b2b2b, tujuannya agar terus menjadi pemain e-commerce b2b terdepan di Indonesia. Perubahan fokus ini baru terjadi sejak awal Oktober ini dan ke depannya akan banyak pengembangan situs utama mereka.

GM of Acquisition Bhinneka Shri Prabu Adityawarman menerangkan, tujuan perusahaan mengambil keputusan ini karena ingin membuat ekosistem bisnis yang menyeluruh. Semua orang bisa berbisnis dengan berjualan dan membeli produk dari dan ke Bhinneka.

“Kebanyakan [pemain e-commerce di Indonesia] mainnya di ritel, tapi kita fokusnya di bisnis. Jadi inget mau bisnis, mau penjualan atau pembelian ingatnya Bhinneka,” terangnya kepada DailySocial.

Melalui konsep b2b2b ini, antar merchant bisa saling membeli produk di dalam ekosistem. Misalnya, ada perusahaan yang menjual jasa training di Bhinneka, mereka bisa membeli gadget untuk kebutuhan kantor lewat Bhinneka juga.

Tidak hanya menyediakan produk teknologi informasi, Bhinneka juga merambah kategori baru agar dapat menjangkau seluruh aspek kebutuhan korporat dan UKM, seperti MRO (maintenance, repair, overhaul) dan jasa untuk pelatihan karyawan, konsultasi finansial, riset pasar, interior design, edukasi, dan sebagainya.

“Kita mau semua jenis merchant bisa masuk karena potensi UMKM ini besar kan. Jadi kita coba fokus ke sana juga, enggak main di korporasi besar saja.”

Pada fase berikutnya, setelah banyak merchant dari berbagai kategori masuk, Bhinneka akan membuat produk bundling yang eksklusif tersedia di platform mereka. Nilai tambah lainnya, merchant bisa terhubung dengan rekanan fintech, seperti Home Credit, Kredivo, dan Kredit Plus untuk bantuan modal usaha.

Prabu menyebut saat ini perusahaan memiliki 500 ribu konsumen, sekitar 40 ribu di antaranya adalah konsumen b2b. Mereka datang dari berbagai industri, seperti manufaktur, IT, startup, universitas, farmasi, FMCG, dan masih banyak lagi.

Bhinneka juga memiliki eksistensi yang kuat di B2G, menyediakan pengadaan e-katalog LKPP untuk pemerintahan. Dalam melayani konsumen ini, perusahaan menyediakan dedicated account manager.

Diklaim monthly revenue dari b2b tumbuh signifikan dari Januari 2013 sampai Juni 2018, yang mencapai 369% dengan total SKU yang dimiliki mencapai lebih dari 450 ribu buah.

Saat ini rata-rata pengguna bulanan ke situs Bhinneka mencapai lebih dari 5 juta orang. Sebanyak 3,5 juta orang datang dari aplikasi, sisanya dari desktop. Kompetitor terdekat mereka termasuk Ralali, Bizzy, Mbiz, Indotrading, Monotaro, dan RupaRupa.

Application Information Will Show Up Here