Bukalapak Prediksikan GMV Capai 70 Triliun Rupiah Tahun Ini

Bukalapak mengungkap sejumlah pencapaian pada paruh pertama 2019, termasuk prediksi annualized GMV yang diklaim menembus angka $5 miliar (lebih dari 70 triliun Rupiah) dengan lebih dari 2 juta transaksi per harinya. Angka ini naik dari pencapaian tahun lalu yang disebutkan Co-Founder dan President Bukalapak M. Fajrin Rasyid sebesar $3,2 miliar (sekitar 48 triliun Rupiah).

Dalam keterangan resmi, Founder dan CEO Bukalapak Achmad Zaky membeberkan laba kotor bulanan Bukalapak naik dua kali lipat dari Desember 2018. Jumlah pelapak yang bergabung ada lebih dari 4 juta pelaku UMKM dan 2 juta Mitra Bukalapak yang terdiri dari warung dan toko kelontong tersebar di 477 kota dan kabupaten.

“9 tahun berjalan, kami terus menerobos segala keterbatasan. [..] Cita-cita sederhana kami, ingin warung dan pelaku usaha kecil naik kelas, dapat terwujud nyata. Hari ini, dengan gembira kami sampaikan 2 juta warung/toko kelontong dan agen wirausaha mandiri Mitra Bukalapak telah hadir di 477 dari 514 kota dan kabupaten,” ucap Zaky.

Dia melanjutkan, rata-rata jumlah pelanggan warung mitra naik 2 kali lebih banyak dari pengujung toko di pusat perbelanjaan. Tidak hanya menjual barang kelontong, mitra bersama Bukalapak perluas layanan dengan menjual produk virtual, seperti token listrik, pulsa, PDAM, BPJS, dan tiket kereta. Dari berjualan ini, mitra dapat meningkatkan keuntungan bisnis.

Produk Bukalapak lainnya yang baru dirilis adalah BukaGlobal untuk permudah pelapak lakukan ekspor. Negara cakupannya tersebar di Singapura, Malaysia, Taiwan, Brunei Darussalam, dan Hongkong. Salah satu pelapak, Brightfull bercerita dirinya telah mendapat pesanan langsung dari Malaysia.

“Ini adalah salah satu bentuk dukungan dari kami supaya Indonesia bisa jadi kekuatan ekonomi digital di Asia Tenggara.”

Zaky menyampaikan keinginannya untuk terus berinovasi dan menciptakan dampak yang lebih luas. Seperti menciptakan lapangan kerja yang lebih banyak, mentransformasi teknologi agar lebih banyak orang memiliki akses terhadap berbagai layanan finansial, menaik kelaskan lebih banyak warung di lebih banyak kota di Indonesia, hingga membantu pemerintah mewujudkan e-Government.

 

Bersama Gojek, Startup “Cloud Kitchen” Asal India Rebel Foods Siapkan Debut di Indonesia

Startup cloud kitchen asal India Rebel Foods dikabarkan tengah persiapkan debutnya di Indonesia, pasca memperoleh dana segar dari Gojek, melalui GoVentures, senilai total $5 juta (sekitar 70 miliar Rupiah) pada Juli 2019.

Cloud kitchen menjadi tren terkini karena mereka menambahkan unsur pengiriman yang cepat dengan brand restoran, memungkinkan mereka untuk scaling lebih cepat,” ujar Managing Director Sequoia Capital India G.V. Ravinshankar, dikutip dari Blooomberg.

Sequoia merupakan salah satu investor dari Rebel Foods dan Gojek.

Bersama Gojek, Rebel Foods akan membuka 100 cloud kitchen yang siap menyiapkan menu masakan biryani, pizza, makanan Tionghoa, dan nasi goreng dalam kurun waktu 18 bulan mendatang. Belum ada detail lebih lanjut mengenai informasi ini.

Berdasarkan pantauan DailySocial, Gojek sedang giat mencari kandidat yang siap ditempatkan untuk mengembangkan Go-Kitchen. Kemungkinan divisi baru ini yang akan menggarap bisnis cloud kitchen tersebut.

Selain Indonesia, Rebel Foods juga akan berekspansi Uni Emirat Arab dengan membuka 20 cloud kitchen di sana. Di India, Rebel Foods cukup mendominasi pasar. Ada 235 dapur tersebar di 20 kota di India dan mencakup 1.600 restoran.

Setiap harinya satu dapur memproses 60 pesanan saat jam makan siang, jumlahnya meningkat tiga kali lipat ketika akhir pekan. Rebel Foods memproduksi 2 juta pesanan tiap bulannya.

Konsep cloud kitchen masih sangat baru di Indonesia, sehingga belum ada yang menjadi pemain dominan. Beda halnya ketika membandingkan kondisinya di India, Tiongkok, Amerika dan Eropa. Ia menghadirkan lebih dari satu brand dalam satu dapur, memudahkan konsumen memilih jasa pengantaran makanan untuk memenuhi kebutuhannya.

Pemain lokal yang mulai menyeriusi segmen ini adalah Pesendulu.com di bawah CRP Group, pemegang brand restoran kekinian Warunk Upnormal.

Kompetitor terdekat Gojek, Grab telah lebih dahulu terjun ke cloud kitchen untuk mempercepat layanan GrabFood sejak akhir 2018. Sejauh ini ada empat lokasi GrabKitchen di Jakarta, yakni Cideng, Kramat, Tendean, dan Kedoya.

Dengan konsep ini, merchant terpilih dari lokasi manapun bisa memanfaatkan dapur yang disediakan Grab tanpa perlu menyediakan fasilitas dine in maupun take away karena pesanan hanya bisa datang melalui GrabFood.

Application Information Will Show Up Here

Aspire Raih Pendanaan Lebih dari 455 Miliar Rupiah, Hadirkan Layanan Neobank di Kalangan UKM

Startup pengembang layanan perbankan digital (neobank) “Aspire” hari ini (01/8) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $32,5 juta atau setara 455,4 miliar Rupiah. Mass-Mutual Ventures SEA memimpin babak investasi ini, dengan partisipasi Arc Labs dan investor sebelumnya seperti Y-Combinator, Hummingbird, Picus Capital.

Aspire adalah startup asal Singapura, namun saat ini sudah beroperasi di berbagai negara, termasuk Thailand, Vietnam dan Indonesia. Produknya sendiri bekerja seperti kartu kredit (lini kredit bergulir). Pelaku UKM sebagai target pasar utamanya, dapat melakukan pendaftaran secara online. Ketika disetujui, mereka akan memiliki batas kredit instan yang bisa dipakai untuk berbagai keperluan.

“Biaya hanya dibebankan terhadap jumlah dana yang ditarik atau digunakan untuk pembayaran. Tidak seperti pinjaman satu kali waktu, jumlah yang diberikan harus langsung dipakai. Dan juga tidak ada biaya keanggotaan atau layanan tahunan,” terang Head of Growth Aspire Indonesia Donnie Silalahi.

Produk tersebut dikemas dalam layanan AspireAccount. Manfaat lain untuk UKM adalah membantu pengelolaan arus kas bisnis. Fitur di dalamnya juga memungkinkan pebisnis penerima pembayaran secara virtual. Sebelum akhir tahun Aspire akan segera merilis produk kartu kredit bisnis yang dapat terhubung di setiap akun.

Aspire
Tim pengembang Aspire

“Yang Aspire sedang bangun adalah marketplace infrastruktur perbankan yang scalable dengan memanfaatkan penyedia layanan keuangan pihak ketiga. Kami menjalankan operasional sesuai hukum Indonesia dan bekerja sama dengan penasihat hukum kami untuk mematuhi ketentuan yang mana diperlukan,” terang Donnie ketika disinggung soal kepatuhan perusahaannya terhadap regulasi otoritas.

Target Aspire ingin capai 100 ribu konsumen dari kalangan pelaku usaha. Indonesia diharapkan dapat menjadi kontributor mayoritas untuk capaian tersebut.

Logisly, Startup Anyar yang Bertekad Ubah Peta Bisnis Angkutan Logistik

Inefisiensi yang kerap bercokol dalam industri logistik mendorong kelahiran Logisly. Startup baru tersebut dibuat tidak hanya untuk memudahkan pemilik barang mencari truk pengangkut, tapi juga melancarkan arus transaksi dalam bisnis logistik yang dikenal lambat.

Logisly mulai beroperasi sejak April 2019 sebagai aplikasi penyedia truk angkut berbagai tipe. Baru pada Rabu (31/7) siang tadi mereka resmi memperkenalkan produknya ke publik.

Roolin Njotosetiadi adalah CEO sekaligus pendiri Logisly. Perempuan yang tadinya bekerja sebagai Head of Product Kudo ini menyebut teknologi Logisly memungkinkan pengusaha truk memperoleh klien jauh lebih mudah lewat sistem yang mereka buat.

“Sering kali truk berjalan tanpa muatan atau di pool saja, tidak mendapat order. Manajemen di perusahaan UKM truk banyak yang masih bersifat manual,” kata Roolin.

Adapun jenis truk yang tersedia dalam platform Logisly mulai dari van, trailer, tronton, hingga flatbed/reefer. Total mereka mengklaim sudah menyediakan 5000 truk dari ratusan mitra transportir

Meski sekilas menyerupai GoBox, Logisly sama sekali tidak bermain di pasar konsumen individu, melainkan di pasar business to business (B2B). Mereka juga tidak memakai sistem bagi hasil atau komisi seperti halnya kompetitor.

Roolin menuturkan pihaknya mengambil untung dari margin biaya yang mereka dapatkan dari shipper dan transportir sehingga mereka tetap dapat memperoleh profit meskipun layanannya gratis.

“Bisa juga misalnya dari layanan premium yang mana kita bisa memberikan optimalisasi rute bagi truk yang punya multi-destinasi agar efisien,” tutur Roolin memberi contoh.

Dari sisi pengusaha truk keberadaan Logisly dinilai signifikan karena mempermudah pengusaha truk menemukan klien agar kendaraan mereka tak lama menganggur. Logisly juga memberikan jaminan pembayaran dalam kurun dua hari. yang mana kerap kali ongkos jasa angkut truk baru dibayarkan setelah 14-30 hari pengantaran selesai.

Sementara dari sudut pandang shipper, layanan Logisly juga disebut memudahkan mencari truk sesuai kebutuhan hingga memudahkan pemeriksaan dokumen proof of delivery (POD).

Logisly memperkirakan saat ini ada 8 juta unit truk di seluruh Indonesia dengan potensi ekonomi dari sektor ini sekitar US$100 miliar. Dan menyitir tren industri logistik, pada tahun lalu sektor ini bernilai Rp797,3 triliun dan diprediksi tumbuh 11,56 persen menjadi Rp889,4 triliun. Dari sekian besar pasar itu, Roolin menargetkan menambah mitra transportir menjadi 1.000 dan menggaet 1.000 shipper.

“Truknya saja masih belum 1 persen, kesempatan masih besar dan perjalanan masih panjang,” pungkas Roolin.

Application Information Will Show Up Here

Cerita Bridestory Sebelum dan Sesudah Diakuisisi Tokopedia

Bridestory mengaku saat ini masih fokus menyelesaikan integrasi bisnis agar merchant antar kedua platform bisa cross selling satu sama lain. Menurut Co-Founder dan CEO Bridestory Kevin Mintaraga, integrasi adalah tantangan terberat dari seluruh yang ada, pasca diakuisisi oleh Tokopedia.

“Untungnya kami [Bridestory dan Tokopedia] punya kesamaan budaya dan value jadi itu bukan masalah besar. Justru di integrasi bisnisnya, ini butuh manpower dan fokus yang besar,” terangnya saat menjadi pembicara di Block71 Jakarta, kemarin (30/7).

Dia melanjutkan integrasi ini bisa membawa merchant di kedua belah pihak saling cross selling di tiap platform. Bridestory kuat di merchant yang memiliki kemampuan dan jasa, sementara Tokopedia kuat di produk fisik dan digital.

Sinergi antara keduanya bisa membawa keuntungan karena pengguna Bridestory juga bakal membutuhkan keberadaan merchant Tokopedia yang menjual gaun pengantin, perhiasan, sepatu, aksesoris, dan lainnya. Meski secara perusahaan, keduanya tetap berjalan secara independen.

Salah satu realisasi yang terlihat, saat ini kita dapat melihat produk Bridestory dalam Tokopedia dalam katalog promosi Tokopedia Wedding Week. Tentunya pengguna Bridestory bisa mendapatkan keuntungan berbelanja dengan fasilitas yang disediakan Tokopedia, seperti pembayaran dengan Ovo atau cicilan kredit.

Kevin menyebut, kehadiran Tokopedia menjadi manuver kuat untuk Bridestory melakukan strategi pemasaran jadi lebih terarah namun dengan pendekatan organik. Pihaknya juga akan perkuat SEO agar setiap kata kunci yang berkaitan dengan pernikahan, nama Bridestory bisa tampilan di halaman teratas.

Gambaran besarnya, kedua perusahaan bisa saling mempercepat realisasi untuk mendemokratisasi commerce agar terjadi pemerataan ekonomi secara digital. Apalagi, keduanya menjadi pemain terdepan dan paling kuat di bidangnya masing-masing.

“Journey kita berikutnya adalah demokratisasi commerce Indonesia, sehingga apa yang kita lakukan bisa beri dampak buat ekonomi negara.”

Sinergi yang kuat antara keduanya, sebenarnya baru ditemukan saat Kevin maupun William (CEO Tokopedia) bertemu dan berdiskusi pada tahun lalu. Rencana akuisisi, sebetulnya tidak tebersit sama sekali, aku Kevin.

Pihaknya bermaksud untuk mengajak Tokopedia jadi mitra strategis untuk bantu pengembangan bisnis Bridestory, mengingat cakupan Tokopedia sudah luas dan brand awareness-nya yang cukup tinggi. Dia mengklaim posisi Bridestory saat itu sudah mencapai profit.

Meskipun demikian, sepanjang diskusi berlangsung banyak ditemukan sinergi yang justru dianggap akan lebih cepat banyak hal yang bisa terjadi ketika posisinya diakuisisi, bukan sebagai mitra strategis.

“Kita approach tahun lalu untuk bertemu William, tujuannya buat ngajak strategic partnership, enggak buat akuisisi. Tapi setelah ngobrol banyak, makin banyak sinergi yang bisa terjadi dan bisa diakselerasi bila jadi bagian Tokopedia.”

Posisi Kevin kini juga menempati sebagai VP Tokopedia. Keseharian bisnis Bridestory sepenuhnya diserahkan ke Co-Founder Bridestory Doni Hanafi yang kini menjadi COO. Dia pun juga menegaskan komitmennya untuk tetap berada di Bridestory.

Ini adalah kedua kalinya perusahaan yang didirikan Kevin diakuisisi oleh perusahaan besar. Sebelumnya, agensi Magnivate yang didirikannya (kini bernama Mirum Indonesia), diakuisisi penuh oleh WPP di tahun 2012.

Kesalahan Bridestory

Kevin juga menceritakan perjalanan Bridestory sejak awal berdiri sampai sekarang. Menurutnya, kesalahan terbesar yang dilakukan Bridestory adalah terlalu fokus pada pertumbuhan dengan akuisisi berbagai vendor dan ekspansi bisnis pasca mendapat investasi tahap awal.

Saat itu, perusahaan memang mendapat pertumbuhan traksi yang fantastis. Jumlah vendor yang memanfaatkan keanggotaan Bridestory tumbuh pesat. Periode keanggotaan yang ditawarkan sampai setahun. Mereka mendapatkan fasilitas dari Bridestory.

Angka tersebut dibawa ke investor sampai akhirnya mendapat kucuran investasi Seri A kemudian lanjut ke Seri B. Akan tetapi, karena terlalu fokus ke pertumbuhan, pihaknya sampai lupa untuk mempertahankan konsumen yang ada.

Akhirnya banyak vendor yang memutuskan untuk berhenti berlangganan atau tidak memperpanjang keanggotaannya, karena dirasa tidak memberikan dampak bagi bisnis.

“Dari kesalahan itu, akhirnya di 2016 kita ubah cara kita melakukan monetisasi dan fokus untuk sustainable.”

Kevin pun memberi tips untuk para founder startup yang ingin tetap fokus di bisnis yang niche. Menurutnya, pada tahap awal founder fokus perkuat segmen niche tersebut dengan riset pasar untuk membaca potensinya dan identifikasi calon pasar.

Ini akan memberi basis dasar yang kuat dalam mengembangkan startup niche. Founder bisa mencari investor yang berminat untuk investasi tahap awal karena biasanya yang dicari adalah tim, market size, dan ide.

Berikutnya, setelah menjadi cukup dominan di pasar, founder bisa fokus ke vertikal lainnya. Bridestory dalam hal ini mengembangkan Parentstory sebagai vertikal bisnis yang berbeda.

“Setelah seed round ke atas, investor pasti melihat unit economics-nya sebagai metriknya karena fokusnya adalah akselerasi pertumbuhan,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here

MNC Group Jadi Investor Baru RedDoorz di Pendanaan Seri B

RedDoorz mengumumkan telah berhasil mengantongi US$45 juta (630 miliar Rupiah) dalam putaran pendanaan Seri B. Raksasa media Indonesia MNC Group merupakan salah satu investor baru yang memberikan investasinya untuk platform pemesanan online hotel bujet ini.

Sejumlah investor turut serta dalam pendanaan kali ini, dengan VC asal Shanghai, Tiongkok, Qiming Venture Partners menjadi lead investor-nya. Turut berpartisipasi adalah Jungle Ventures, International Finance Corporation, dan Susquehanna International Group (SIG).

RedDoorz berencana memakai suntikan dana ini untuk memperkuat kehadiran mereka di pasar Asia Tenggara.

“Pertumbuhan kita selama 2018-2019 eksponensial. Ini waktu yang penting bagi kami saat kami ingin memasang standar baru dalam segmen penginapan yang terjangkau di Asia Tenggara,” ujar pendiri sekaligus CEO RedDoorz, Amit Saberwal, seperti dilansir dari e27, Senin (29/7).

Presiden Direktur MNC Group David Fernando Audy menilai, model bisnis yang terukur dan solusi yang tepat menjadi kunci RedDoorz seiring pertumbuhan industri pemesanan online pariwisata terus meningkat.

“Kami akan terus mendukung RedDoorz untuk membesarkan namanya di Indonesia dan luar negeri,” ucap David.

Suntikan dana segar ini membuka kemungkinan baru bagi RedDoorz untuk bersaing dengan para kompetitornya, terutama pemain besar lain, seperti Oyo, yang didukung investor besar macam SoftBank. Oyo belum lama membeberkan ekspansi terbaru ke lebih 100 kota di Indonesia dengan investasi sekitar $100 juta untuk lima tahun ke depan.

RedDoorz mengklaim telah berhasil tumbuh lima kali lipat hingga bulan ini dengan jangkauan 52 kota di 4 negara Asia Tenggara. Mereka menargetkan satu juta pemesanan hingga akhir tahun.

Application Information Will Show Up Here

 

BRI Ventures Tunjuk Nicko Widjaja sebagai CEO, Kelola Dana Investasi hingga 3,5 Triliun Rupiah

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) secara resmi mengumumkan peluncuran corporate venture capital (CVC) mereka BRI Ventures (BV). Dalam debutnya akan mengelola dana senilai $250 juta atau setara dengan 3,5 triliun Rupiah untuk diinvestasikan ke startup.

Fokusnya pada startup yang sedang di tahap growth dan late-stage –setara dengan seri A ke atas. Terkait lanskapnya disebutkan masih seputar fintech, khususnya yang fokus pada peningkatan ekosistem konsumen masa kini.

BRI juga telah menunjuk Nicko Widjaja untuk menjadi CEO. Sementara di MDI Ventures, ia kini bertindak sebagai advisor. Penggantinya sebagai CEO MDI Ventures baru akan diumumkan pada pertemuan pemegang saham berikutnya. Selain Nicko, Head of Investment MDI Ventures William Gozali juga turut ditarik ke BV, menjabat sebagai VP of Investments.

Menurut pengumuman sebelumnya, korporasi telah mengeluarkan $100 juta kepada BV untuk memulai operasional. Termasuk melakukan manuver untuk terhubung dengan pihak-pihak yang dinilai dapat terlibat dalam transformasi fintech nasional.

Dengan angka yang dijabarkan, bisa dibilang BV punya dana ventura terbesar untuk yang berbasis di Indonesia.

“…disrupsi digital itu nyata dan tidak ada industri yang kebal terhadapnya. Kami tertinggal lima tahun dalam hal perusahaan yang menjelajah kawasan ini (investasi di industri digital), sehingga kecepatan dan eksekusi cepat adalah kunci untuk mempelajari tentang apa yang sebenarnya akan terjadi dalam permainan ini,” ujar Nicko.

Tesis BRI Ventures tentang kriteria startup

Secara lebih spesifik mengenai sektor fintech seperti apa Nicko bercerita. Sejauh ini tren yang bertumbuh adalah optimasi bisnis offline dengan teknologi. Sebagai contoh kehadiran Warung Pintar, Fore Coffe, Payfazz dan lain-lain. Ia pun mempercayai, lewat BV akan banyak sektor yang akan didukung melalui kanal dan eksostem fintech, mulai dari ritel, pendidikan, hingga kesehatan.

Sebelumnya dalam wawancara bersama DailySocial saat peresmian kantor MDI di Singapura Nicko menjelaskan tentang strateginya menyukseskan bisnis ventura. Saat ini Asia Tenggara tengah mendapatkan momentum lonjakan investasi, sementara para investor butuh “konsultan” untuk memahami ekosistem di sini. Yang ia praktikkan bersama MDI adalah memberikan pengetahuan komprehensif kepada para pemilik dana, sembari mentransfer keterampilan yang relevan di pangsa pasar.

Tahun 2018 menjadi momentum penting bagi corporate venture. Sepanjang tahun tersebut tercatat 2740 transaksi CVC yang menyumbang nilai investasi (yang diumumkan) $53 miliar untuk startup digital. Sementara Asia mendapatkan porsi 38% dari total nilai investasi.

Sama-sama dalam dinakhodai Nicko Widjaja, BV akan difokuskan untuk mengerahkan investasi di tahap pendanaan seri A dan seterusnya, sementara MDI Ventures akan mencari kesepakatan yang lebih matang dengan fundamental yang lebih kuat.

Kembangkan “Infrastructure as a Service”, Tokopedia Dikabarkan Berinvestasi ke Tiga Startup

Dalam wawancara dengan Reuters, Co-Founder dan CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyebutkan pihaknya tengah dalam proses investasi terhadap dua startup logistik dan satu startup agritech. Untuk startup pertanian tersebut, SayurBox menjadi kandidat terkuat. Sebelumnya, sumber kami mengatakan keterlibatan Tokopedia dalam putaran investasi ke startup tersebut.

Sementara keterlibatannya dengan startup logistik, khususnya smart logistics, sangat berkaitan dengan visi Infrastructure as a Service (IaaS) yang menjadi fokus Tokopedia saat ini.

William yang kami coba hubungi belum memberikan informasi lebih detail terkait hal ini, termasuk nama-nama startup-nya. Sebelumnya Tokopedia baru saja menyelesaikan akuisisi terhadap platform layanan terkait pernikahan Bridestory.

Bangun IaaS di ekosistem e-commerce

“Lebih dari 1% ekonomi Indonesia sudah terjadi di Tokopedia. Kami ingin membuatnya jadi 5%,” ujar William.

IaaS yang dimaksud merupakan layanan infrastruktur terpadu berupa teknologi logistik, fulfillment, pembayaran, dan layanan keuangan untuk menjembatani transaksi e-commerce. Inisiatif ini diserukan pasca perolehan putaran pendanaan $1,1 miliar yang dipimpin SoftBank Vision Fund dan Alibaba Group.

Untuk merealisasikan misi tersebut, tentu banyak hal yang harus dikerjakan Tokopedia. Mulai dari pengembangan platform, model bisnis, sampai melakukan serangkaian integrasi. Berbagai strategi dilakukan, baik berupa inisiatif internal maupun yang berbentuk kerja sama eksternal.

William mengatakan, perusahaan juga akan mengoptimalkan sistem berbasis kecerdasan buatan untuk mendukung IaaS tersebut. Salah satunya untuk memprediksi perilaku pembeli, sebagai upaya mempercepat dan memangkas biaya pengiriman. Model ini penting diterapkan, pasalnya sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki tantangan tersendiri untuk bisnis logistik.

Ia juga menegaskan, bahwa saat ini Tokopedia akan terus fokus pada pertumbuhan pengguna dan bisnis. Tak mengherankan jika sampai saat ini perusahaan masih terus menggenjot penambahan nilai investasi, termasuk dari Softbank pasca pertemuan dengan Presiden Joko Widodo kemarin.

Application Information Will Show Up Here

GoPay Resmi Jadi Opsi Pembayaran di Google Play

GoPay mengumumkan telah tersedia sebagai opsi pembayaran terbaru di Google Play Store, melengkapi opsi lainnya yang sebelumnya telah tersedia, yakni pembayaran dengan pulsa, pembelian voucher saldo Google Play, dan kartu kredit.

Kehadiran GoPay ini, tak lain merupakan salah satu realisasi dari investasi yang dikucurkan Google ke Gojek pada awal tahun lalu.

SVP Digital Product Gopay Timothius Martin menerangkan kerja sama GoPay dan Google Play merupakan pertama kalinya terjadi dengan uang elektronik di Indonesia. Selama ini pembayaran dengan kartu kredit di Google Play menjadi paling umum digunakan, padahal baru sebagian kecil saja masyarakat Indonesia yang memiliki kartu kredit.

“Di sini, kami ingin memberikan akses yang lebih mudah bagi mereka yang tidak punya kartu kredit agar tetap bisa menikmati berbagai aplikasi dan hiburan yang tersedia di Google Play,” terangnya.

Saat ini terdapat sekitar 150 juta pengguna internet di Indonesia dengan 90% di antaranya adalah pengguna smartphone. Sebanyak 91% pengguna smartphone di Indonesia menggunakan sistem operasi Android. Adanya GoPay di Google Play memudahkan pengguna Android untuk berbelanja aplikasi atau in-app purchase tanpa pakai kartu kredit.

Bicara potensi belanja aplikasi di platform seperti Google Play terbilang cukup fantastis. Menurut data yang dikutip Timothius, total pengeluaran masyarakat Indonesia untuk belanja aplikasi mobile tahun lalu mencapai $313,6 juta (lebih dari 4,3 triliun Rupiah).

Google Play sendiri mengalami peningkatan jumlah unduhan sebesar 15,4% pada awal tahun ini. Aplikasi yang paling banyak diunduh adalah media sosial. Gim masih menjadi daya tarik utama untuk belanja aplikasi atau in-app purchase. Transaksi gim di Google Play tumbuh 16,8%.

Tidak hanya mendukung gim yang diterbitkan publisher internasional, Timothius berharap GoPay dapat mendukung perkembangan aplikasi dan gim dari penerbit lokal.

Melihat potensi industri gim yang besar, perusahaan juga secara aktif terlibat sebagai sponsor ajang esport seperti PUBG Mobile Indonesia National Championship (PINC) 2019, Mobile Legends: Bang Bang Professional League Season 2, dan EVOS E-Sports.

Secara online, GoPay sudah tersedia di sejumlah situs e-commerce, termasuk Blibli, JD.id, Kompas, Sociolla, Gogobli, dan iLotte.

Secara fitur, GoPay menyediakan layanan PayLater bekerja sama dengan Findaya untuk opsi pembayaran di berbagai layanan Gojek.

Application Information Will Show Up Here

Traveloka Dikabarkan Tengah Cari Pendanaan Baru Senilai 7 Triliun Rupiah

Startup unicorn Traveloka dikabarkan tengah dalam diskusi untuk mendapatkan pendanaan baru. Nilai yang ditargetkan mencapai $500 juta (setara lebih dari 7 triliun Rupiah) dan akan membawa valuasi perusahaan di angka $4,5 miliar.

Kabar yang dilaporkan oleh WSJ tersebut turut memaparkan mengenai rencana Traveloka untuk meningkatkan ekspansi regional. Belum ada informasi mengenai calon investor yang akan berpartisipasi, dikatakan oleh sumber akan segera “ditutup” beberapa bulan mendatang.

Terakhir, berita tentang putaran pendanaan baru Traveloka tersiar di April 2019 lalu dalam private equity round, dipimpin oleh GIC (Government of Singapore Investment Corporation), konon nilainya $450 juta. Sehingga ada kemungkinan $500 juta tersebut bagian dari penutupan putaran ini.

Inisiatif fundraising Traveloka juga sudah tersiar sejak tahun lalu. Pada awalnya ditargetkan mendapatkan dana $400 juta.

Secara layanan, startup yang didirikan Ferry Unardy, Derianto Kusuma dan Albert Zhang tersebut memang sudah tersedia di beberapa negara. Selain Indonesia, ada Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapura, Filipina, dan Australia yang menjadi fokus pangsa pasar bagi mereka. Termasuk untuk layanan terbarunya Xperience yang akhir-akhir ini terlihat sangat digenjot penetrasinya.

Tidak hanya sekadar memfasilitasi layanan transportasi, kini perusahaan mulai ingin memaksimalkan pengalaman bepergian secara menyeluruh. Bulan lalu, Traveloka memimpin pendanaan seri B untuk PouchNATION. Aksi korporasi tersebut digadang-gadang sebagai salah satu strategi masuknya “disrupsi” di bisnis hiburan — kedua perusahaan akan mengintegrasikan platform.

Application Information Will Show Up Here