Yummy Corp Resmi Akuisisi Berrykitchen, Berambisi Jadi Layanan Katering Online Terbesar

Yummy Corp meresmikan akuisisi pelopor layanan katering online Berrykitchen dengan nilai yang tidak disebutkan. Seluruh tim Berrykitchen telah bergabung ke salah satu unit bisnis Yummy Corp, Yummybox. Aplikasi pun telah dilebur dan bisa diunduh untuk versi Android maupun iOS.

“Tim Berrykitchen menjadi operator untuk divisi Yummybox di bawah Yummy Corp. Dari sisi layanan ada banyak hal yang ditingkatkan baik dari aplikasi kami. Sebab kami ingin pengalaman konsumen yang lebih seamless saat memesan Yummybox,” terang CEO Yummy Corp Mario Suntanu, Rabu (29/5).

Menurutnya, pertimbangan untuk akuisisi Berrykitchen lantaran dalam diskusi antar kedua belah pihak, ternyata memiliki kesamaan visi dan misi. Pangsa pasarnya pun sama dengan Yummybox, menyasar karyawan kantoran yang mulai peduli dengan rasa dan kesehatan dari makanan yang mereka konsumsi.

Dengan akuisisi ini Mario berharap Yummy Corp dapat menjadi pemain terdepan di layanan katering karena kini sudah mencakup semua segmen.

Menurut informasi yang kami terima, Pendiri Berrykitchen Cynthia Tenggara sudah exit dari perusahaan.

“Akuisisi ini merupakan tahap awal kami untuk memperkuat positioning di pasar, serta menghadirkan pengalaman baru bagi para pekerja untuk memperoleh makan siang dengan kualitas dan rasa terbaik.”

Secara total, Yummy Corp memiliki empat lini bisnis usaha, yaitu “Food Service Management” untuk mengelola makanan karyawan secara keseluruhan setiap harinya. Kemudian, “White Label Outlets” untuk layanan outlet maupun kafe yang dapat disesuaikan dengan identitas maupun brand perusahaan masing-masing.

“Yummybox” untuk konsep makan siang praktis setiap hari hingga kebutuhan meeting perusahaan. Terakhir, “Yummy Kitchen” di mana Yummy Corp membangun beberapa brand sendiri maupun kerja sama dengan brand lain untuk menyajikan makanan siap saji dengan pemesanan melalui kanal digital.

Yummy Corp memiliki dua central kitchen untuk mengakomodir semua pesanan, berlokasi di Tangerang dan Jakarta Pusat. Dapur di Jakarta Pusat lebih diarahkan untuk finishing kitchen dan menjadi titik awal pengiriman ke berbagai lokasi konsumen.

Di sana mampu memenuhi pesanan hingga 12 ribu sampai 15 ribu porsi setiap harinya. Adapun saat ini secara keseluruhan Yummy Corp rata-rata pesanan harian diklaim telah tembus di angka 4 ribu sampai 5 ribu porsi. Cakupan layanan Yummy Corp baru tersedia untuk Tangerang dan Jakarta.

Mario menyebut Yummy Corp memiliki lebih dari 50 mitra korporat dengan berbagai kebutuhan, seperti katering untuk event, karyawan, atau mengirimnya ke klien atau konsumen. Beberapa nama di antaranya adalah Unilever dan Wings.

Fitur baru Yummybox

Sejak peleburan Berrykitchen, perusahaan banyak melakukan pengembangan fitur dalam aplikasi untuk menarik banyak konsumen. Seperti Food Playlist, untuk permudah konsumen tidak terlalu pusing memilih makanan setiap hari. Dengan sekali pesan, fitur ini akan menyediakan menu makan siang untuk lima hari atau 10 hari kerja.

Di samping itu, Food Playlist dapat dipilih sesuai kebutuhan pelanggan. Terdapat pilihan menu budget, premium, healthy, internasional maupun pilihan food playlist spesial tema tertentu seperti Ramadan dan Ulang Tahun Jakarta. Harga makanan yang dijual bervariasi mulai dari Rp25 ribu sampai Rp50 ribu per porsi.

Fitur lainnya adalah Skip untuk memudahkan konsumen dengan mobilitas tinggi. Jika mereka mendadak harus meeting keluar kantor, cukup mengaktifkan fitur ini sebelum pukul 10 pagi di hari pengantaran. Maka Yummybox tidak akan mengantarkan makan siang mereka agar tidak terbuang sia-sia.

Terdapat pula fitur Cancel untuk membatalkan pesanan pada ketentuan yang sama dengan Skip. Uang konsumen akan dikembalikan secara penuh oleh Yummybox.

“Yummybox sangat memperhatikan pengalaman pelanggan dari setiap sisi, sejak order, proses memasak hingga pengantaran, bahkan kami memiliki tim R&D sendiri untuk memastikan menu makanan yang hadir tiap harinya selalu bervariasi,” tambah Marketing Director Yummybox Raetedy Refanatha.

Yummybox sudah hadir sejak awal 2017. Yummy Corp adalah mitra strategis Ismaya Group, brand gaya hidup F&B terkemuka dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di industri kuliner Indonesia.

Sementara Berrykitchen telah beroperasi sejak 2012. Telah melayani ratusan ribu pelanggan yang sebagian besar adalah kalangan pekerja profesional di Jabodetabek. Berrykitchen menerima investasi Seri A dari Sovereign’s Capital di 2015.

Application Information Will Show Up Here

EV Growth “Oversubscribed”, Kumpulkan Dana 2,9 Triliun Rupiah

EV Growth, dana investasi untuk startup tahap lanjut Asia Tenggara, mengumumkan telah mengumpulkan dana Fund 1 sebesar $200 juta (hampir 2,9 triliun Rupiah), lebih besar dari target awal $150 juta. Termasuk dalam jajaran investor untuk dana kali ini adalah SoftBank Group Corp, Pavilion CapitaI, Indies Capital, dan investor regional lainnya.

Didirikan pada awal tahun 2018 lalu, EV Growth dikelola East Ventures, SMDV, dan Yahoo Japan (YJ) Capital untuk membantu startup yang membutuhkan dana tahap Seri B atau lebih lanjut (growth stage). Sejauh ini EV Growth telah menginvestasikan 40% dananya ke 12 startup, 90% di antaranya berasal dari Indonesia, termasuk Sociolla, Ruangguru, IDN Times, Moka, dan Warung Pintar.

Partner EV Growth Willson Cuaca mengatakan, “Kami mendirikan EV Growth untuk membantu para startup terbaik di Indonesia, termasuk namun tidak terbatas pada portofolio East Ventures. Waktu pendirian, besarnya dana investasi, dan kecepatan kami dalam mengeluarkan dana investasi, semuanya tepat, dan kami senang bisa mengundang dana investasi ‘pintar’ [smart money] selama masa penggalangan dana yang singkat ini. Kami percaya bahwa EV Growth akan memberikan pengaruh kepada ekonomi digital di Asia Tenggara dalam waktu yang cepat.”

Masuknya Softbank Group sebagai investor di dana ini menegaskan besarnya potensi startup di pasar Asia Tenggara ini. Sebelumnya Softbank telah berinvestasi di beberapa startup unicorn, seperti Tokopedia dan Grab.

“Bagi SMDV, kolaborasi ini menandai evolusi selanjutnya dari apa yang telah kami lakukan di sektor teknologi Asia Tenggara selama lima tahun terakhir. [..] Kami percaya bahwa kami telah memiliki sistem dan tim yang tepat untuk menghadapi peluang yang terus berkembang dalam pendanaan startup di tahap pertumbuhan (growth stage) di Asia Tenggara,” ujar Partner EV Growth Roderick Purwana.

Koinworks Salurkan Pinjaman Rp150 Miliar Setiap Bulan

Platform p2p lending KoinWorks setiap bulannya mengklaim telah menyalurkan pinjaman Rp150 miliar. Pinjaman ini paling banyak disalurkan kepada pelaku usaha fesyen, elektronik, aksesoris, dan komestik.

Menurut CMO KoinWorks Jonathan Bryan, bulan suci Ramadan ini juga menjadi momen yang penting bagi KoinWorks, dilihat dari makin meningkatnya minat para borrower untuk meminjam uang. 

Saat ini KoinWorks masih menyasar segmen pasar yang terbukti makin banyak peminatnya yaitu kalangan UKM, termasuk di dalamnya penjual online shop yang memanfaatkan media sosial sebagai media promosi mereka. KoinWorks mencatat sebanyak 70% hingga 80% kontribusi dari total peminjam dari segmen tersebut.

Target hingga akhir tahun

Secara keseluruhan, jumlah investor di KoinWorks sudah melebihi angka 148 ribu. Nominal paling kecil yang bisa diinvestasikan sebesar Rp100 ribu. Sementara itu KoinWorks juga mengklaim kalangan milenial sudah mulai banyak melirik untuk kemudian menjadi investor. Sekitar 70% investor di bisnisnya berasal dari kalangan milenial dengan rentang usia 25 hingga 35 tahun.

Sementara itu jumlah penerima pinjaman (borrower) KoinWorks saat ini sebanyak 700.000 rekening. Jumlah pemberi pinjaman (lender) sebanyak 148.972 rekening. Hingga saat ini secara nominal pinjaman yang disalurkan 90% diberikan kepada modal kerja, sisanya kepada dana pendidikan.

Tahun 2019 ini KoinWorks memiliki target menyalurkan dana di angka Rp2,2 triliun. KoinWorks juga ingin menyasar segmen pasar baru yaitu pariwisata. Perusahaan sedang menguji coba penyaluran pinjaman untuk industri pariwisata. Saat ini, KoinWorks memilih pelaku UKM yang bergerak di bidang akomodasi pariwisata. Segmen usaha lainnya akan diseleksi terlebih dahulu karena belum tentu cocok dengan preferensi perusahaan.

Application Information Will Show Up Here

 

Gradana Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A dari TryB Group, Siap Perluas Pasar Fintech Properti

Pengembang platform p2p lending pembiayaan properti Gradana hari ini (29/5) mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A dari TryB Group. Tidak disebutkan mengenai nominal yang didapatkan. Dana yang didapat akan difokuskan untuk perluasan produk dan penetrasi pasar secara lebih intensif.

Dalam sambutannya Principtal TryB Group Herston Powers mengatakan, Gradana memiliki peluang menjadi perusahaan pembiayaan properti digital pertama di Asia Tenggara dimulai dari Indonesia. Layanannya saat ini telah menjawab berbagai kebutuhan pembiayaan properti, baik itu DP, sewa, renovasi maupun yang berjangka lebih panjang seperti KPR.

Gradana didirikan oleh dua orang co-founder, yakni Angela Oetama dan William Susilo Yunior. Startup ini juga beberapa kali memenangkan penghargaan, seperti Best Fintech Startup mewakili Indonesia di ASEAN Rice Bowl Awards dan 10 Platform P2P Lending Terbaik versi  KPMG di Fintech Edge.

“Selain untuk ekspansi ke minimum 3 kota baru, dana dari TryB akan dimanfaatkan pula untuk pengembangan teknologi, terutama terkait credit scoring capabilities yang berorientasi pada analytics untuk memproyeksikan probabilitas gagal bayar oleh calon peminjam, sehingga proses pengambilan keputusan kredit kepemilikan atau sewa properti di Gradana pun menjadi lebih scalable dan reliable,” ujar Angela.

Saat ini perusahaan telah memiliki beberapa produk, di antaranya GraDP, GraSewa, dan GraRenov. Semuanya dikembangkan untuk membuat bisnis properti lebih investable dan terjangkau bagi masyarakat. Platform Gradana juga mencoba mewadahi ekosistem bisnis properti, seperti pengembang, agen, perusahaan interior dan renovasi, investor serta bank; sehingga dapat saling bersinergi.

Bermitra Dengan Alamat.com, Gojek Hadirkan Solusi Mudik “Go-Ngaso”

Memasuki pekan libur hari raya Idul Fitri di tahun 2019, Gojek bekerja sama dengan Alamat.com menghadirkan Go-Ngaso, posko yang menyediakan layanan terpadu dan informasi lengkap untuk melancarkan perjalanan mudik lebaran. Layanan ini akan hadir selama satu minggu di tanggal 29 Mei hingga 4 Juni 2019 di delapan titik rest area sepanjang jalur mudik trans Jawa.

Disinyalir, ada sekitar 18 juta pemudik yang akan memadati jalanan di pulau Jawa. Melalui Go-Ngaso, Gojek berinisiatif menjembatani para mitra di dalam ekosistem untuk ikut berpartisipasi mendampingi para pemudik, sekaligus mendukung program pemerintah untuk memastikan kelancaran perjalanan mudik. Posko ini akan menyediakan beberapa layanan terpadu dari Gojek seperti Go-Food, Go-Massage, dan Go-Auto.

“Hal ini menjadi langkah awal kami dengan membawa ekonomi digital dan ekosistem umkm untuk mengambil peran dalam kelancaran perjalanan mudik di tahun ini. ” ujar VP Public Policy & Government Relation Gojek Panji W. Ruky.

Marsela Renata, Senior Marketing Manager Go-Food, menyebutkan bahwa hal ini adalah wujud dari komitmen mereka untuk terus mendukung umkm mitra dalam pengembangan bisnis.

“Dari sisi merchant, Go-Ngaso bisa meningkatkan value transaksi. Sementara itu, pengguna juga bisa mendapatkan pelayanan maksimal ,” tambahnya.

Rencananya, dalam satu rest area, Go-Ngaso akan menghadirkan kurang lebih lima varian merchant, serta menyiapkan setidaknya 250 paket. Targetnya sebanyak 50 ribu transaksi bisa terjadi dalam periode libur lebaran tahun ini.

Kolaborasi dengan Alamat.com

Delapan titik rest area sepanjang rute jalur mudik pulau Jawa
Delapan titik rest area sepanjang rute jalur mudik pulau Jawa

Sebagai bagian dari batch pertama program akselerator Digitaraya, Alamat.com baru mengadakan soft launching pada tanggal 15 April lalu. Pada bulan Januari lalu, platform penyedia layanan direktori informasi lokal dan fasilitas publik ini juga telah menerima pre-seed funding dalam jumlah yang tidak disebutkan.

Bentuk kolaborasi Alamat.com dan Gojek adalah dengan menyediakan platform direktori secara real time yang bisa digunakan para pemudik untuk menemukan rangkaian informasi terkait rest area dan fasilitas yang bisa dinikmati selama perjalanan. Co-Founder dan CEO Alamat.com Daniel Cahyadi mengungkapkan bakal ada rencana integrasi selanjutnya bersama Gojek.

Selain direktori, Alamat.com juga membantu para UKM di sektor gaya hidup dan jasa yang belum memaksimalkan penggunaan teknologi digital. Seiring kehadiran Google My Business, pihaknya mengaku memiliki layanan lebih lengkap dengan memberikan fasilitas situs dan e-commerce. Pengguna bisa mengakses informasi, melakukan transaksi, serta menikmati keuntungan lainnya dalam aplikasi.

“Sejauh ini sudah 35 ribu bisnis yang terjangkau layanan kami, sekitar 50-100 dari jumlah tersebut telah menggunakan fasilitas penuh. Mulai dari transaksi online, komunikasi promosi, serta pemasaran secara digital,” ungkap Daniel.

Saat ini, Alamat.com masih fokus di wilayah Jabodetabek, tapi akan segera menyasar kota lainnya. Pihaknya masih dalam tahap observasi, namun sudah ada tiga kota yang menjadi target ekspansi. Ketiganya masih dalam lingkup pulau Jawa.

CIMB Niaga dan Genesis Bangun “Venture Debt” untuk Startup Indonesia, Siapkan Dana 300 Miliar Rupiah

Bank CIMB Niaga dan Genesis Alternative Ventures mendirikan venture debt (pinjaman ventura) khusus untuk membiayai startup di Indonesia dengan menyiapkan dana awal sebesar 300 miliar Rupiah. Startup yang disasar bergerak di bidang fesyen dan ritel, manufaktur, F&B, properti, kesehatan, keamanan digital, dan bisnis transportasi.

Dalam pernyataan resmi, Presiden Direktur CIMB Niaga Tigor M. Siahaan menjelaskan, sinergi dengan Genesis diharapkan dapat memperkuat peran perusahaan dalam pengembangan ekosistem startup di Indonesia. Terlebih lagi, langkah yang diambil perusahaan ini tergolong unik karena pertama kalinya memilih ambil strategi dengan venture debt.

“Ekonomi digital Indonesia yang berkembang pesat telah menjadikannya salah satu hotspot teknologi di kawasan ini. Kami yakin banyak pengusaha akan melihat produk dan layanan ini sebagai alat integral untuk menciptakan pertumbuhan,” terangnya.

Kebanyakan VC memilih untuk membiayai startup dalam bentuk suntikan ekuitas (penyertaan saham). Makanya konsep ini lebih umum di Indonesia. Founder menerbitkan saham baru (rights issue) yang dibeli langsung oleh VC. Kurang lebih seperti pelaksanaan IPO, namun tertutup. Ada juga memakai skema obligasi konversi (convertible loans), namun kurang populer.

Tigor menjelaskan skema pembiayaan ini dapat menjadi alternatif bagi perusahaan startup yang kekurangan arus kas dan tidak dapat memenuhi kriteria tradisional pinjaman perbankan. Bagi modal ventura, hal ini sekaligus mengisi ruang yang selama ini tidak terlayani oleh perbankan.

Dikutip dari Bisnis, Tigor menambahkan keputusan perusahaan untuk mengambil langkah ini lantaran startup ada yang butuh equity funding dan saatnya butuh kredit. Di satu sisi, bank dengan rambu-rambu yang harus dipenuhi, bisa memenuhi kebutuhan tersebut dengan skema ini.

Terlebih, Genesis memiliki pengalaman yang cukup dalam untuk pembiayaan skema pinjaman di Singapura, akhirnya membuat CIMB Niaga cukup percaya diri untuk menerapkannya di Indonesia.

Tigor menjelaskan pembiayaan ventura ini serupa dengan kredit. Sehingga ada tenor dan bunga, namun bakal disesuaikan dengan kriteria debitur.

Perusahaan juga memperhatikan rekam jejak startup untuk mitigasi risiko kredit bermasalah. Sebab umumnya, startup yang bergerak di teknologi ini identik dengan strategi ‘bakar uang.’

“Ini yang kami lihat juga perusahaan yang sudah siap dari sisi manajemen, suplai, permintaan, tapi sulit tumbuh karena keterbatasan dana,” jelasnya.

Dia berharap skema ini dapat dimanfaatkan untuk perusahaan berusia muda yang berhasil memperlihatkan pertumbuhan tinggi dan perlu memperpanjang ladasan kasnya guna mencapai tahap pertumbuhan berikutnya.

DailySocial belum mendapat respons tambahan dari pihak CIMB Niaga terkait alasan lebih dalam mengapa mengambil skema pembiayaan ini, juga rencana ke depannya.

Di Singapura, Genesis telah membiayai tiga startup dengan skema venture debt. Di antaranya Horangi Cyber Security, Grain, dan co-working space GoWork. Mengutip dari DealStreet Asia, Genesis memiliki delapan startup baru untuk dibiayai dalam pipeline-nya.

Modal ventura lainnya di Asia Tenggara dengan konsep yang sama juga dilakukan oleh InnoVen Capital. Perusahaan tersebut mengklaim telah menyalurkan kredit hingga US$500 juta untuk lebih dari 200 startup.

Bareksa Segera Jual Obligasi Korporasi, Emas, Reksa Dana untuk Nikah dan Umroh

Bareksa bergerak aktif mengembangkan produk dan layanannya dengan segera meluncurkan marketplace untuk obligasi korporasi, emas online, serta reksa dana yang dibalut untuk nikah dan umroh. Perusahaan akan bekerja sama dengan berbagai mitra dan produk secara bergilir hadir sampai akhir tahun ini.

Co-Founder dan CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra menjelaskan inovasi tersebut merupakan bagian dari ambisi perusahaan yang ingin memberikan akses kepada masyarakat terhadap berbagai produk investasi, tidak hanya berhenti di reksa dana dan obligasi ritel online saja.

“Ke depannya, Bareksa akan tumbuh lebih cepat daripada saat awal berdiri. Sebab, teknologi dan segmen ritel memiliki peranan yang penting dalam investasi online,” sebutnya, kemarin (27/5).

Penjualan obligasi korporasi ini akan dilakukan secara perdana bersama anak usaha Grup Astra, FIFGroup. Tidak menutup kemungkinan perusahaan lain bisa turut masuk untuk menjual obligasinya lewat Bareksa.

Karaniya melihat FIF termasuk ke dalam korporasi kedua teraktif di Indonesia yang menerbitkan obligasi untuk membiayai kredit motor. Secara total nilai obligasi yang telah dirilis FIF mencapai Rp42 triliun, dengan outstanding sekitar Rp9 triliun.

Ratingnya pun cukup menjanjikan, idAAA (triple A) dari Pefindo, merepresentasikan kemampuan obligor (penerbit obligasi) untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka panjang atas efek utang. Rating tersebut dianggap sangat aman sama seperti membeli surat hutang pemerintah.

VP Corporate Finance and Treasury Division FIFGroup Jerry Fandy menambahkan, perseroan tertarik untuk menarik investor ritel lantaran pertumbuhannya yang cukup signifikan tiap tahunnya. Kendati secara nominal tidak sebesar korporasi, namun pertumbuhannya yang stabil menjadi fakta yang menarik.

“Pasarnya besar sekali. Kita juga lihat dari pertumbuhan orang yang beli deposito lewat bank, dapat berapa bunganya, apalagi ada pajak. Sementara di obligasi, yield-nya pasti lebih tinggi,” kata Jerry.

Dari sisi investor korporasi, terjadi kejenuhan yang dikhawatirkan akan mengurangi minat untuk membeli obligasi. Selama ini FIF selalu mengandalkan investor korporasi dan asing. Meski begitu, perseroan masih dalam tahap edukasi untuk meningkatkan partisipasi dari investor ritel.

Obligasi korporasi ini rencananya akan dijual dalam platform Bareksa paling lambat kuartal akhir 2019. Harganya dimulai dari Rp500 ribu, lebih rendah dari pembelian SBN dan sukuk sebesar Rp1 juta.

Untuk tenornya maksimal 1 tahun, meski belum ada keputusan final. Begitupun dari sisi bunga yang ditawarkan. Biasanya FIF menawarkan bunga sekitar 7,55% per tahun untuk investor korporasi.

Jenis investor yang nantinya disasar adalah first market, artinya mereka yang membeli lewat masa penawaran. Tidak ada ketentuan khusus untuk menjadi pembeli, hanya saja perlu menyiapkan NPWP.

Belum ditentukan berapa besar porsi yang disiapkan untuk investor ritel dalam pelaksanaan obligasi yang bakal digelar FIF. Namun, saat ini perseroan memiliki jatah untuk penerbitan obligasi dalam rangkaian Penawaran Umum Berkelanjutan IV (PUB IV) dengan total plafon Rp15 triliun yang berlaku selama dua tahun.

Perseroan masih dalam masuk masa book building untuk penerbitan obligasi sebesar Rp1,5 triliun. Nah, sekitar kuartal III 2019 akan kembali menerbitkan obligasi dengan nilai yang masih dirahasiakan.

“Belum bisa ngomong karena tergantung market di masa book building ini. Semoga semester dua kondisi bisa lebih jelas dan stabil pasca pemilu dan ada kejelasan dari perang dagang.”

Pengembangan produk lainnya

Di saat yang bersamaan, Karaniya juga mengungkapkan perusahaan melakukan perluasan kerja sama dengan berbagai mitra untuk menarik lebih banyak nasabah baru hingga satu juta orang sampai akhir tahun ini. Serta, penyempurnaan sistem pembayaran dengan Ovo agar nasabah lebih mudah bertransaksi.

Bareksa bekerja sama dengan Bridestory untuk memudahkan impian pengguna Bridestory yang ingin menikah tanpa kredit. Underlying produk yang dipakai adalah reksa dana pasar uang dengan kestabilan keuntungan yang terukur.

Begitupun untuk produk umroh, Bareksa secara khusus bekerja sama dengan Grab untuk para mitra pengemudi. Bareksa telah gaet penyedia jasa umroh terpercaya demi mencegah penipuan yang marak terjadi.

“Dua produk ini disebut Dream Investing, mewujudkan impian dengan berinvestasi reksa dana. Produk umroh ini rencananya akan dirilis Juni 2019, sudah lapor ke OJK terkait mekanismenya. Sementara dengan Bridestory, rencananya kuartal IV 2019.”

Penjualan emas online dalam Bareksa rencananya akan hadir bersamaan dengan Bridestory. Perusahaan bekerja sama dengan IndoGold sebagai agen penjual emas bersertifikasi resmi dari Antam. IndoGold juga menjadi mitra untuk BukaEmas di Bukalapak.

Produk reksa dana di Bareksa juga akan segera tersedia di aplikasi Ovo pada kuartal III 2019. Karaniya berharap pengguna Ovo bisa memutar uang elektroniknya yang idle ke dalam produk reksa dana, sehingga bisa memberikan nilai tambah.

Dalam waktu dekat Ovo juga akan segera hadir sebagai opsi pembelian reksa dana di Bareksa. Selama ini, setiap membeli reksa dana nasabah harus transfer manual ke rekening bank kustodian dan melaporkan bukti transfer ke Bareksa.

“Secara teknis kami sudah siapkan [untuk kerja sama dengan Ovo].”

Selama lima tahun berdiri, perusahaan kini telah memiliki 510 ribu orang nasabah. Diklaim merepresentasikan 40% dari total investor reksa dana se-Indonesia. Dari angka tersebut, sekitar 17 ribu orang membeli obligasi pemerintah (sukuk dan SBR).

Jumlah dana masyarakat yang telah diinvestasikan mencapai lebih dari Rp2,9 triliun dengan total dana Asset Under Management (AUM) melampaui Rp1,1 triliun. Ada 212 produk reksa dana yang dijual lewat Bareksa bekerja sama dengan 43 manajer investasi (MI).

Dari segi kemitraan, perusahaan telah bekerja sama dengan Tokopedia, Bukalapak, Doku, Kementerian Keuangan, dan CekAja untuk distribusi produk investasi.

Application Information Will Show Up Here

TaniGroup Amankan Pendanaan Seri A Senilai 143 Miliar Rupiah

TaniGroup mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan aeri A sebesar $10 juta atau setara dengan 143 miliar Rupiah. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk melakukan ekspansi bisnis dan mengajak startup pertanian lain berkolaborasi demi memajukan sektor pertanian di Indonesia.

Putaran pendanaan ini dipimpin oleh Openspace Ventures. Turut terlibat di dalamnya Intudo Ventures, Golden Gate Ventures dan The DFS Lab, sebuah akselerator fintech yang didanai oleh Bill dan Melinda Gates Foundations.

Dengan pendanaan yang didapat, TaniGroup berharap bisa memicu pertumbuhan bisnis yang pesat di tahun 2019, sehingga lebih banyak petani dan pembeli dapat diuntungan. TaniGroup percaya bahwa kolaborasi dengan banyak pemangku kepentingan adalah kunci untuk memecahkan masalah di sektor pertanian Indonesia.

TaniGroup akan bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemerintah daerah, organisasi lokal dan internasional, termasuk startup pertanian lainnya untuk membangun platform yang lebih besar.

“Dalam waktu dekat, kami ingin mengundang startup-startup pertanian untuk berkolaborasi karena kue pertanian Indonesia masih besar dan sangat tradisional. Ada banyak masalah besar yang harus diselesaikan, banyak petani masih membutuhkan bantuan, dan juga kesempatan untuk membangun rantai pasok lebih kuat dalam rangka menyediakan hasil tani yang bagus kepada masyarakat Indonesia dengan harga terbaik,” terang CEO TaniGroup Ivan Arie Sustiawan.

Sejak didirikan pertengahan tahun 2016, TaniHub telah bermitra dengan lebih dari 25.000 petani lokal di seluruh Indonesia dan mengoperasikan lima kantor cabang dan pusat distribusi regional di Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

TaniGroup sendiri saat ini memiliki dua jenis layanan. Pertama TaniHub, sebuah platform yang memungkinkan pengguna mendapatkan hasil pertanian segar yang didapat langsung dari petani. Layanan ini memiliki pendekatan B2B dan B2C. Saat ini Tanihub berhasil menghubungkan petani dengan 400 UKM dan lebih dari 10.000 pengguna individu.

Layanan selanjutnya adalah TaniFund, membantu para petani untuk mendapatkan dana pinjaman untuk proyek budidaya pertanian. Dengan adanya hubungan ke platform TaniHub, baik peminjam maupun pemberi pinjaman akan mendapat kejelasan status dan perjanjian. TaniFund ini sudah resmi terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan juga menjadi anggota dari Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

“Misi utama kami adalah agiculture for everyone. Meskipun pertanian adalah penyumbang terbesar kedua terhadap produk domestik bruto Indonesia, banyak orang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan sektor tersebut sejak lama karena adanya persepsi negatif. Bekerja sebagai petani tidak diminati jika dibandingkan dengan pekerjaan lainnya, dan mayoritas konsumen tidak berhubungan langsung dengan sumber pasokan makanan mereka,” ujar Co-Founder & President TaniGroup Pamitra Wineka.

Application Information Will Show Up Here

Kominfo Akan Gandeng Inkubator dalam Memberikan Sertifikasi Produk IoT

Untuk mendukung inovator di bidang IoT, Kementerian Kominfo tengah menyiapkan terobosan terkait dengan sertifikasi perangkat. Proses sertifikasi nantinya akan melibatkan inkubator startup IoT yang telah beroperasi di Indonesia, sehingga diharapkan pengajuan dan pengujian dapat terlaksana secara lebih efektif.

“Untuk melakukan sertifikasi dan memenuhi persyaratan lainnya, makers bisa dibantu oleh inkubator, contohnya seperti inkubator Telkomsel (TINC), XL dan lainnya. Pemerintah selain menjadi policy maker dan regulator, saat ini berusaha menjadi fasilitator,” ujar Direktur Standardisasi Perangkat Pos dan Informatika Mochamad Hadiyana.

Menurutnya, kolaborasi seperti ini diperlukan agar ekosistem IoT di Indonesia dapat berkembang pesat. Sejauh ini regulasi IoT mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Nomor 3 Tahun 2019 tentang Persyaratan Teknis Alat dan/atau Perangkat Telekomunikasi Low Power Wide Area.

“Persyaratan teknis ini mengatur perangkat LPWA baik non-seluler dan juga seluler yaitu Narrow Band IOT (NB-IoT) dan LTE Machine (LTE-M),” jelas Hadiyana.

Para pengembang IoT –dalam konteks penelitian—saat ini bisa merilis perangkat IoT selama enam bulan tanpa sertifikat. Namun jika setelah satu tahun produk berjalan dan diluncurkan ke publik, maka wajib mengajukan sertifikasi. Standar dan persyaratan teknis untuk perangkat IoT merupakan mandat Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2000.

Menurut Hadiyana, tujuan sertifikasi untuk menjamin keterhubungan dalam jaringan dan mencegah saling mengganggu antar perangkat telekomunikasi. Selain itu juga sebagai tindakan preventif untuk melindungi masyarakat dari risiko kerugian dari penggunaan alat tersebut.

Greenhouse Raih Pendanaan 39 Miliar Rupiah, Siap Bantu Perusahaan Ekspansi di Asia Tenggara

Co-working space Greenhouse mendapatkan pendanaan baru senilai SG$3,8 juta atau setara dengan Rp39 miliar. Pendanaan terbaru mereka ini dipimpin oleh 14 angel investor, yang terdiri dari 7 investor baru dan 7 investor lama. Termasuk di dalamnya adalah Dilip dan Deepak Chugani dari KNS Group. Rencananya Greenhouse akan meluncurkan layanan baru dan menguatkan posisi mereka di pasar Asia Tenggara.

“Kami sangat beruntung karena memiliki sekelompok angel investor berpengalaman yang juga dapat menyumbangkan nilai bagi perusahaan di luar investasi moneter mereka,” terang CEO Greenhouse Drew Calin.

Ia juga menambahkan, “Banyak dari investor ini juga berpartisipasi di seed round, termasuk dua pendiri dan investor utama kami. Ini menggambarkan kepercayaan mereka pada kemampuan kami untuk mewujudkan visi kami dan komitmen mereka untuk mendukung kami.”

Greenhouse memiliki tujuan untuk membantu pengembangan bisnis di pasar seperti Asia Tenggara. Dengan pendanaan terbaru ini mereka berencana untuk memperluas kemampuannya dalam membantu perusahaan asing masuk dan perusahaan lokal untuk tumbuh di pasar yang berkembang cepat seperti Indonesia, Filipina dan seluruh Asia Tenggara.

Greenhouse didirikan untuk menyederhanakan proses yang diperlukan untuk masuk dan tumbuh dalam paar seperti melalui meningkatkan transparansi, efisiensi, dan meminimalkan risiko. Kami melakukan ini dengan membangun dan mengelola jaringan penyedia layanan B2B berkualitas tinggi, yang menawarkan layanan seperti pendirian perusahaan, layanan visa, payroll, konsultasi pajak/hukum dan rekrutmen – sebagai contoh,” jelas Drew.

Greenhouse saat ini tengah memperluas jaringan mitranya di seluruh Asia, serta sedang membangun platform teknologi yang akan menghubungkan bisnis yang ingin berekspansi di paar lokal dengan penyedia layanan B2B yang mendukung ekspansi tersebut secara lebih efisien.

Co-Founder Greenhouse Vicknesh R. Pillay menjelaskan bahwa pihaknya akan meluncurkan Greenhouse Connect, sebuah platform teknologi yang menawarkan layanan pendirian perusahaan dasar di Indonesia pada kuartal kedua tahun 2019. Direncanakan layanannya akan bertambah enam buah di berbagai pasar pada akhir tahun.

Vicknesh menambahkan, pihaknya saat ini tengah bernegosiasi untuk lima lokasi baru di Indonesia dan Filipina, sekaligus mengeksplorasi opsi di Singapura. Termasuk memperhitungkan untuk menambah talenta baru untuk mendukung ekspansi.

“Pasar-pasar ini meliputi Indonesia, Filipina, Singapura, Vietnam, Thailand, dan India. Ini akan memosisikan kami untuk membantu perusahaan-perusahaan memasuki dan mengembangkan bisnis mereka lebih efisiensi dan efektif, dengan pengorbanan waktu serta modal yang lebih sedikit,” jelas Vicknesh.