Induk Zalora Dikabarkan Berencana IPO Awal Tahun Depan

Global Fashion Group (GFG), perusahaan fashion commerce Rocket Internet yang salah satunya menginduki Zalora, dikabarkan berencana melakukan IPO awal tahun depan, kemungkinan Maret 2019. Valuasi yang diharapkan dari IPO ini adalah €1,8-2,5 miliar (30-40 triliun Rupiah). Investor terbesar GFG adalah Kinnevik.

Menurut Manager Magazin, Rocket Internet sedang dalam posisi meng-IPO-kan hampir semua entitas startup teknologinya dalam dua tahun terakhir dan GFG disebut sebagai entitas terakhir yang bakal IPO. GFG merupakan kesatuan sejumlah layanan fashion commerce di berbagai regional, yang terdiri dari Dafiti, Lamoda, Namshi, The Iconic, dan Zalora. Sebelumnya mereka telah menjual Jabong yang berbasis di India ke Myntra, anak usaha Flipkart.

Di Asia Tenggara, Zalora bisa dibilang sebagai pemimpin pasar di industri ini. Meskipun demikian, persaingan ketat yang terjadi membuat Zalora menjual bisnisnya di Vietnam dan Thailand, serta fokus ke pasar utama di lima negara Asia Tenggara (termasuk Indonesia), Hong Kong, dan Taiwan.

Application Information Will Show Up Here

Indosat Ooredoo Gandeng Ericsson Demokan Teknologi 5G

Dalam rangka merayakan ulang tahun ke-51, Indosat Ooredoo bekerja sama dengan Ericcson menampilkan kesiapan 5G dengan menghadirkan contoh penggunaan teknologi 5G. Kedua perusahaan tersebut menyoroti dua demo utama yakni test bed untuk 5G dan 3D-AR (Augmented Reality).

Disampaikan Director & Chief Innovation Officer Indosat Ooredoo Arief Musta’in, teknologi 5G memiliki potensi untuk mempercepat transformasi digital di berbagai industri di Indonesia, dan kesiapan penggunaan teknologi 5G ada dalam visi Indosat Ooredoo untuk membangun jaringan berkualitas video yang kompetitif.

“5G memiliki potensi untuk mempercepat transformasi digital di berbagai industri di Indonesia, serta memberdayakan konsumen dengan pengaplikasian yang inovatif. Kesiapan 5G tertanam dalam visi kami dalam upaya membangun jaringan berkualitas video yang kompetitif. Indosat Ooredoo bekerja sama dengan Ericsson dengan bangga mempertunjukkan demonstrasi contoh kasus penggunaan 5G, terutama pengalaman 3D Augmented Reality pertama di Indonesia yang akan memungkinkan inovasi dalam berbagai industri seperti pendidikan dan perawatan kesehatan,” terang Arief.

Teknologi 5G dalam test bed yang dilakukan mencapai 10Gbps per UE (User Equipment) dari total 20Gbps. 5G test bed tersebut juga memiliki beam tracking, salah satu kemampuan unggulan 5G yang memungkinkan kapasitas dan kinerja yang lebih tinggi. Selain itu teknologi tersebut ini juga memungkinkan streaming video 4K ke UE melalui radio 5G.

Sementara itu teknologi 3D-AR mencoba menghadirkan pengalaman dan interaksi yang lebih mendalam dengan objek virtual. Demo 3D-AR membawa peserta melihat dan berinteraksi dengan objek virtual yang terlihat hidup seperti anatomi manusia fotorealistik dan gambar 360 derajat dari planet bumi.

Indosat Ooredoo dan Ericsson juga menghadirkan demo 5G deployment considerations dan connected drones yang dapat dicoba dari jarak yang lebih jauh atau dengan jalur penerbangan yang telah ditentukan sebelumnya.

“5G mewakili evolusi teknologi seluler utama yang dapat membuka kemungkinan dan aplikasi baru. Kami percaya bahwa 5G akan memainkan peran utama dalam transformasi digital di Indonesia. Ericsson bekerja sama dengan Indosat Ooredoo untuk meningkatkan jaringan dan teknologi untuk para pelanggan. Kami berharap bahwa demonstrasi ini akan memberikan gambaran yang jelas tentang manfaat 5G untuk kehidupan kita, dan bagaimana Ericsson dan Indosat Ooredoo akan terus bekerja sama untuk membawa kemampuan terbaik kita untuk meningkatkan kualitas jaringan di Indonesia,” terang Presiden Direktur Ericsson Indonesia Jerry Soper.

Pos Indonesia Siapkan Tiga Layanan Fintech

PT Pos Indonesia, melalui anak usaha PT Bhakti Wasantara Net (BWN), berencana meluncurkan layanan fintech. Langkah ini diambil Pos Indonesia untuk memperluas bisnis dengan memanfaatkan akses dan jaringan yang dimiliki. BWN sendiri adalah perusahaan yang menyediakan internet di Indonesia, dulu sempat kita kenal sebagai Wasantara Net.

Nantinya layanan fintech yang akan dihadirkan melalui BWN adalah layanan pembayaran, remitansi, dan pembiayaan dengan skema peer-to-peer (p2p) lending. Secara khusus BWN akan menyasar kalangan menengah ke bawah, khususnya pedagang kaki lima dan pekerja migran, yang membutuhkan platform terpercaya dalam hal pengiriman uang antar negara.

“Ada 7 juta pekerja migran Indonesia. Uangnya yang masuk ke Indonesia hampir $10 miliar per tahun. Dan mereka melalui protokol keuangan yang mahal dan tidak aman kalau lewat agency. Nah remittance ini juga Pos harus hadir melakukan ini. Karena kita relevan dengan ke kampung-kampung,” kata Direktur Utama PT Pos Indonesia Gilarsi Wahyu Setijono, seperti dilansir dari Liputan6.

Sudah punya PosPay

Sebelumnya PT Pos Indonesia juga telah meluncurkan PosPay,  aplikasi yang dapat digunakan untuk membayar tagihan listrik, air, hingga belanja di beberapa toko online. PosPay memiliki jaringan di lebih dari 4800 jaringan Pos Indonesia dan 40 ribu agen pos di seluruh Indonesia. BWN sendiri telah menjadi platform perekrutan agen PosPay di seluruh Indonesia.

Secara bisnis, Pos Indonesia kini sangat menggantungkan diri sebagai pendukung layanan e-commerce, meskipun masih membutuhkan restrukturisasi dan penyesuaian tarif untuk menjadi perusahaan logistik yang menguntungkan. Menurut data McKinsey, di tahun 2025 diprediksi sektor e-commerce Indonesia bernilai $65 miliar, dengan dengan pengiriman paket online mencapai 4,4 juta buah setiap harinya.

Startup di Singapura dan Indonesia Dominasi Pendanaan di Asia Tenggara

Pesatnya pertumbuhan bisnis digital di Asia Tenggara tidak lepas dari putaran investasi yang banyak dikucurkan kepada startup digital. Selain memberikan sorotan terhadap pertumbuhan pangsa pasar, laporan Google dan Temasek bertajuk e-Conomy SEA 2018 turut mencatat pertumbuhan investasi di kawasan regional tersebut. Sepanjang paruh pertama tahun 2018 (H1), angkanya sudah mencapai $9,1 miliar, meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang hanya menghasilkan putaran investasi sebesar $3,6 miliar.

Tren investasi tidak hanya dikucurkan dari kantong venture capital, karena private equity dan corporate investors mulai banyak tertarik menanam modal di SEA. Para investor termasuk hadir dari perusahaan global dari Amerika Serikat dan Tiongkok. Dari capaian tersebut, riset memproyeksikan pertumbuhan investasi akan mencapai $40 – $50 miliar di tahun 2025 mendatang.

Startup unicorn seperti Go-Jek, Tokopedia, Grab, Bukalapak, Lazada, Sea, VNG, Razer, dan Traveloka menjadi unit bisnis yang memegang persentase mayoritas nilai investasi. Jika digabungkan, pada H1 2018, startup unicorn di SEA berhasil membukukan hingga $6,5 miliar dalam putaran pendanaan. Pendanaan Grab turut membawanya sebagai decacorn pertama di SEA.

Pendanaan Startup di Asia Tenggara
Pendanaan startup di SEA didominasi oleh sektor ride hailing / Google-Temasek

Dari empat sektor industri internet yang disoroti dalam laporan, yakni Online Media, Online Travel, E-commerce, dan Ride Hailing; gabungan keempatnya menguasai mayoritas pendanaan — dari $9,1 miliar, empat sektor itu mendapat $7,8 miliar. Kendati secara pangsa pasar nilainya masih kalah besar dibanding dengan sektor lain, Ride Hailing menjadi yang terbesar mendapatkan pendanaan di periode H1 2018, totalnya mencapai $4,5 miliar. Namun demikian, Grab dan Go-Jek dikatakan sebagai dua pemain utama yang mendominasi.

Sementara sisa $1,3 miliar tersebar di berbagai lanskap startup digital lain. Sebanyak $0,5 miliar berhasil dibukukan oleh startup fintech, sisanya $0,8 miliar tersebar di berbagai bidang startup — pendidikan, kesehatan, dan sebagainya.

Singapura menempati peringkat tertinggi, disusul Indonesia

Mengenai sebaran pendanaan di SEA, sebanyak $6,8 miliar didapat oleh startup dari Singapura. Sementara Indonesia berada di peringkat selanjutnya dengan selisih yang cukup besar, yakni hanya mendapat hingga $1,8 miliar. Sisanya $0,5 miliar tersebar di negara lainnya. Namun bisa jadi persentase tersebut berubah, mengingat pada H2 2018 pendanaan startup di Indonesia terus mendapatkan kucuran investasi. Terakhir Tokopedia yang dikabarkan baru mendapatkan pendanaan hingga $1 miliar dari Softbank dan sejumlah investor.

Selama H1 2018, sebanyak 286 transaksi pendanaan terjadi di wilayah Singapura. Di Indonesia ada sekitar 154 kesepakatan, sisanya 264 tersebar di wilayah lain meliputi Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Mayoritas pendanaan yang dikucurkan dalam putaran seri A (580 transaksi), disusul seri B dan C (61 transaksi), dan seri D-E+ (7 transaksi). Sisanya tidak menyebutkan detail tahapan pendanaan.

Qareer Group Asia Umumkan Perolehan Pendanaan 153 Miliar Rupiah dari Emtek Group

Seperti diberitakan sebelumnya, berdasarkan pengamatan kami terhadap keterbukaan laporan keuangan Q3 2018 Emtek Group, ada transaksi pendanaan yang diberikan ke Qareer Group Asia. Hari ini melalui rilis yang kami terima, Qareer Group Asia mengumumkannya secara resmi.

Qareer Group Asia startup yang fokus pada pengembangan sistem rekrutmen dan sumber daya manusia mendapatkan pendanaan dari Emtek Group melalui perusahaan holding teknologinya KMK Online sebesar $10,5 juta (setara dengan 153 miliar Rupiah). Investor sebelumnya Kejora Ventures dan Softbank turut serta dalam pendanaan kali ini.

Jika melihat dalam laporan keuangan Emtek, transaksi pendanaan tersebut dikonversi dalam akuisisi 310.472 lembar saham atau 33,5% dari total kepemilikan keseluruhan.

Menurut pemaparan Founder & CEO Qareer Group Asia, Veronika Linardi, pendanaan ini menjadi awal dari kerja sama jangka panjang yang akan dilakukan oleh startupnya bersama Emtek Group.

Dalam sambutannya, Direktur Utama KMK Online, Adi Sariaatmadja, mengatakan bahwa perusahaan meyakini pertumbuhan Qareer Group Asia mampu memberikan dampak positif untuk dunia bisnis dan lapangan kerja di Indonesia.

Seperti diketahui Qareer Group Asia mengoperasikan dua platform marketplace pekerjaan, yakni Qerja dan Jobs.id. Saat ini platformnya sudah melayani pengguna di Indonesia dan Malaysia.

Qerja sebelumnya memperoleh pendanaan seri A dari SB ISAT Fund di tahun 2015, sementara pendanaan awal mereka berasal dari Kejora Ventures (dulu bernama Mountain SEA Ventures).

Application Information Will Show Up Here

Kredivo Siap Rambah Segmen Offline dan Ekspansi ke Filipina

Startup fintech lending Kredivo tengah mengembangkan layanan pinjaman untuk transaksi offline. Di saat yang bersamaan akan segera merealisasikan rencana ekspansi ke Filipina. Kedua rencana ini akan dilakukan pada awal tahun depan.

Co-Founder dan CEO Kredivo Akshay Garg menuturkan, rencana ini adalah bagian dari realisasi pendanaan seri B yang diumumkan Juli 2018 lalu. Menurutnya segmen offline juga menarik untuk diseriusi, lantaran ada potensi bisnis yang bisa digarap. Dari sisi konsumen pun ada permintaan agar Kredivo bermain ke sektor tersebut.

Pemain sejenis, Akulaku, sudah lebih dulu menghadirkan layanan serupa pada Oktober 2018. Agar tetap bisa berkompetisi dengan Akulaku, Kredivo akan tetap mengutamakan cicilan yang ringan seperti yang sudah dilakukan sejak awal berdiri. Pengguna tidak akan dikenakan beban biaya sama sekali atau 0% apabila melunasi utangnya kurang dari 30 hari.

Metode pembayaran yang dipakai untuk fitur teranyar adalah scan QR code yang nantinya bakal tersedia di toko elektronik, restoran, dan sebagainya. Implementasi pilot project akan dimulai dari Jakarta.

“Fitur ini sebenarnya kami hadirkan karena kemauan konsumen. Sama halnya dengan fitur personal loan, kredit limit bisa mereka cairkan sebagai dana tunai untuk membayar kebutuhan sehari-hari,” ucapnya, Kamis (22/11).

Terkait ekspansi ke Filipina, sambungnya, sebenarnya belum menjadi keputusan akhir. Namun Filipina bisa dikatakan sebagai negara yang paling sesuai dengan kriteria, karena tidak jauh berbeda dengan Indonesia. Selain Filipina, ada dua negara lainnya yang sudah dipertimbangkan sejak awal, yakni Singapura dan Thailand.

“Kemungkinan baru bulan depan keputusan akhirnya, namun pilihan terdekat itu adalah Filipina dibandingkan dua negara lainnya.”

Co-Founder Kredivo Alie Tan menambahkan, perusahaan akan tetap menggunakan merek Kredivo. Hal ini dimaksudkan agar nama Kredivo semakin mudah dikenal, kalau menggunakan nama yang berbeda dikhawatirkan akan menyulitkan para pengguna.

Brand itu penting banget, kalau misalnya pakai nama yang berbeda akan sulit untuk penggunanya. Kalau satu warna tentunya akan lebih mudah dikenal,” ujar Alie.

Selain ekspansi ke luar negeri, Kredivo juga siap memperluas penetrasi pasarnya di Indonesia sebagai pasar utamanya. Co-Founder dan COO Kredivo Umang Rustagi mengatakan, Kredivo akan segera hadir di kota tier dua, kemudian merambah ke Makassar dan Yogyakarta.

Saat ini Kredivo baru bisa melayani pengguna yang berdomisili di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Medan, Palembang, Semarang dan Denpasar.

Kredivo diklaim telah menyalurkan pinjaman hingga belasan juta dolar per bulannya, tanpa menyebut angka pastinya. Terdapat hampir 1 juta pengguna terdaftar dan aktif menggunakan layanan Kredivo.

Tak hanya bisa digunakan untuk pembayaran cicilan di situs e-commerce, sejak dua bulan terakhir Kredivo merilis fitur personal loan. Fitur ini memungkinkan pengguna bisa mencairkan dana dari sisa kredit limit ke dalam rekening mereka untuk dipakai sebagai kebutuhan sehari-hari.

Diharapkan fitur personal loan ini bisa meningkatkan interaksi pengguna dengan Kredivo. Persentasenya diharapkan bisa seimbang dengan pembayaran di situs e-commerce.

Application Information Will Show Up Here

Layanan Coworking Space CoHive Hadir di Yogyakarta

Hari ini (22/11) jaringan coworking space CoHive (sebelumnya bernama Cocowork) melakukan soft-launching di Yogyakarta. Ekspansi ini menambah daftar ruang kerja yang dimiliki oleh CoHive, yakni 22 lokasi di Jakarta, 1 lokasi di Medan, dan sekarang tambah 1 di Yogyakarta.

Di Yogyakarta, CoHive terletak di lantai 3 Hartono Mall. Kehadirannya ingin coba memfasilitasi startup, UMKM, dan komunitas kreatif yang banyak bermunculan di Yogyakarta akhir-akhir ini.

Dalam acara soft-launching turut diadakan sesi presentasi, salah satunya memaparkan capaian CoHive sejauh ini. Disampaikan hingga kuartal keempat 2018, CoHive sudah memiliki lebih dari 5000 anggota dengan 500 perusahaan — 80% perusahaan adalah startup digital yang bergerak di beragam sektor.

Turut hadir dalam acara CEO & Co-Founder CoHive, Carlson Lau, menyampaikan alasan CoHive melakukan ekspansi ke Yogyakarta. Menurutnya masyarakat di sana dikenal memiliki semangat untuk berkelompok dan berkolaborasi. Harapannya layanan coworking space yang dihadirkan dapat memfasilitasi berbagai kegiatan kolaboratif tersebut.

“CoHive mengedepankan nilai-nilai komunitas, kolaborasi, pembelajaran, dan kesinambungan dan tentunya untuk tumbuh bersama. Selain itu, CoHive melihat Yogyakarta merupakan tempat ideal untuk tumbuh bersama. Image sebagai kota pendidikan yang diisi oleh individu gemar belajar dan memiliki talenta kami anggap sebagai peluang untuk tumbuh bersama,” ujar Carlson.

CoHive turut menyampaikan target perluasan selanjutnya. Bali, Bandung, dan Makassar adalah tiga kota yang akan segera disinggahi. Ekspektasinya sebelum Desember 2019 sudah akan ada 40 lokasi ruang kerja yang dikelola.

Di Yogyakarta, CoHive menyediakan ruang kerja kolaboratif, ruang kerja privat, ruang rapat dan ruang untuk mengadakan acara. Totalnya akan ada 25 ruang privat yang disediakan, dengan ruang kerja kolaboratif yang dapat menampung hingga 62 orang.

Tokopedia Dikabarkan Mendapat Pendanaan Baru Hingga 14,6 Triliun Rupiah (UPDATED)

Tokopedia dikabarkan telah mencapai valuasi $7 miliar setelah mendapatkan tambahan investasi di putaran pendanaan baru. Dilansir dari Bloomberg, Tokopedia berhasil mendapatkan pendanaan $1 miliar (setara dengan 14,6 triliun Rupiah) dari beberapa investor. Belum ada informasi detail siapa saja investor yang terlibat dalam investasi kali ini, namun demikian Softbank dikatakan turut serta di dalamnya.

Dengan pendanaan tersebut, artinya kini valuasi Tokopedia (berkisar $7 miliar) melebihi valuasi Go-Jek ( berkisar $5 miliar) dan menjadi startup Indonesia dengan valuasi terbesar.

Tokopedia sendiri menjelma menjadi e-commerce yang makin lengkap dari segi layanan dan agresif dalam segi inovasi dalam tiga tahun terakhir. Pendanaan di tahun 2014 dari Softbank dan Sequoia Capital senilai $100 juta seolah menjadi modal berharga bagi Tokopedia untuk terus bergerak maju, bukan hanya soal uang tapi juga soal kepercayaan masyarakat mengenai potensi bisnis digital di Indonesia.

Tokopedia juga bergerak cepat dalam hal inovasi. Dalam kurun waktu dua tahun Tokopedia tidak hanya dikenal sebagai aplikasi berbelanja online tetapi juga aplikasi dengan banyak fitur, seperti investasi reksa dana, investasi emas, pembayaran segala jenis tagihan, pembayaran pajak PBB hingga pembelian tiket kereta.

Selain itu Tokopedia juga melakukan terobosan penting di tahun 2018 ini dengan menggandeng OVO untuk menggantikan TokoCash yang tak kunjung mendapat lisensi dari Bank Indonesia. Di sistem Tokopedia OVO tak sekadar jadi metode pembayaran instan, tetapi juga menjadi uang virtual yang bisa digunakan di seluruh ekosistem layanan Tokopedia.

Potensi e-commerce dan arah perkembangan selanjutnya

Semua tentu sepakat layanan e-commerce sekarang tidak hanya soal jual beli secara online. Industri ini berkembang begitu pesat dengan berbagai macam model, mulai dari C2C (Customer to Customer), B2C (Business to Customer), dan model-model lainnya hingga mulai masuk ke ranah industri lain seperti layanan teknologi finansial.

Industri e-commerce sendiri dari laporan Google-Temasek baru-baru ini masuk dalam salah satu industri dengan perkembangan yang cukup signifikan. Nilai bisnisnya di tahun 2025 diprediksi menyentuh angka $102 miliar. Dan tampaknya Tokopedia sedang di jalur yang benar untuk membangun layanan e-commerce yang lengkap dengan mulai masuknya mereka ke ranah teknologi finansial.

Beberapa waktu lalu DailySocial berkesempatan berbincang dengan VP of Engineering Tokopedia Herman Wijaya. Di sana ia menjelaskan bahwa salah satu inovasi dari Tokopedia, MyBills lahir karena Indonesia belum memiliki manajemen sistem keuangan yang terintegrasi dengan baik. Masalah tersebut dengan menghadirkan MyBills untuk permudah pembayaran tagihan bulanan secara auto debet.

Dengan potensi pasar yang begitu besar, dan persaingan yang mulai masuk ke ranah inovasi layanan mudah-mudahan bisa menghasilkan ekosistem e-commerce yang terus tumbuh dan menghadirkan layanan yang mampu memberikan solusi konkret bagi kebutuhan masyarakat di Indonesia.

Update : Informasi mengenai valuasi Tokopedia

Application Information Will Show Up Here

Fitur Baru Tokopedia Mungkinkan Penjual Buat Promo dan Peroleh Uang di Muka

Akhir tahun identik dengan pesta belanja online. Demi memaksimalkan momen tersebut, para pemain e-commerce dituntut terus berbenah, menguatkan kapabilitas sistem server dan pembaruan fitur. Tak terkecuali bagi Tokopedia, bersiap menghadapi lonjakan besar di akhir tahun, mereka baru saja merilis dua fitur baru yakni Saldo Prioritas dan Voucher Toko.

Saldo Prioritas menawarkan pembayaran dana di muka untuk para penjual dengan hanya memasukkan nomor resi pengiriman. Fitur baru ini diklaim menjadi yang pertama di industri e-commerce Indonesia. Inisiatif peluncurannya didasarkan adanya kesenjangan waktu antara penerimaan pesanan dan pemenuhan pesanan oleh penjual.

Di laman resminya, Tokopedia menjelaskan bahwa fitur Saldo Prioritas memungkinkan pengguna menarik 80% dana pembayaran dan sisanya akan diterima setelah adanya konfirmasi penerimaan barang dari pembeli. Fitur ini hanya akan aktif untuk mitra penjual yang sudah melengkapi data diri, termasuk mengunggah foto dan kartu identitas.

“Dengan mendapatkan pembayaran di muka, penjual bisa menggunakan uang tersebut untuk mempercepat perputaran modal bisnisnya,” terang Head of Fintech Tokopedia, Samuel Sentana.

Sementara fitur Voucher Toko memungkinkan penjual membuat kode voucher promosinya sendiri, seperti cashback dan potongan ongkos kirim untuk setiap pembeli di Tokopedia. Dua voucher tersebut bisa menjadi salah satu cara penjual untuk menjangkau lebih banyak pembeli.

Biaya promosi yang dibuat melalui Voucher Toko akan dibebankan kepada penjual. Untuk menggunakan Voucher Toko, penjual hanya perlu mengakses halaman dashboard melalui komputer dan memilih menu Voucher Toko.

Sejak diluncurkan pada awal November 2018, fitur Voucher Toko disebut mendapatkan respons positif dari para penjual maupun pembeli di Tokopedia. Saat ini tercatat ada lebih dari 30.000 penjual yang memanfaatkan fitur ini.

“Dengan fitur ini para penjual bisa menawarkan lebih banyak promosi bagi pelanggan dan menjangkau pembeli yang masih di luar platform Tokopedia dengan cara menyebarkan voucher toko di berbagai jejaring sosial, aplikasi chatting, bahkan mencantumkan kode voucher tokonya di flyers atau di depan kasir toko fisik mereka,” terang Associate VP Seller Experience Tokopedia, Garri Juanda.

Application Information Will Show Up Here

JavaMifi Siapkan Ekspansi ke Filipina dan Jepang Tahun Depan

JavaMifi, perusahaan penyedia layanan sewa pocket wifi, mengungkapkan tengah menyiapkan rencana ekspansi bisnis ke Filipina dan Jepang untuk awal tahun depan. Untuk merealisasikan rencana tersebut, perusahaan akan bekerja sama dengan mitra lokal yang juga bergerak di bisnis yang sama.

“Bentuknya [sebagai joint venture atau agen penjual] masih dibicarakan dengan mitra, tapi proses [persiapan] sudah 50%. Kemungkinan paling cepat baru diresmikan kuartal pertama tahun depan,” ucap Founder JavaMifi Andintya Maris, Rabu (21/11).

Tak hanya berhenti di kedua negara tersebut, JavaMifi juga bakal ekspansi ke negara lainnya terutama di kawasan Asia. Menurutnya, dengan ekspansi ini, diharapkan dapat memperluas penetrasi bisnis JavaMifi di kalangan wisatawan inbound dan outbound yang hendak melancong.

Di samping itu, kemitraan dengan mitra lokal juga bakal diperkuat, terutama dengan UKM yang fokus pada layanan sewa pocket wifi. JavaMifi akan menjadi penyedia modem untuk kemitraan tersebut.

Pengembangan produk juga bakal digencarkan. Menurut Andintya, JavaMifi tengah mempersiapkan produk yang akan mendukung pengguna yang sedang berada di lokasi terpencil. Sehingga di mana pun pengguna berada tetap menerima koneksi internet. Bakal ada pula produk untuk solusi komunikasi antar negara.

“Dengan dukungan ekosistem travel yang semakin matang, tren positif outbound travel kami yakini akan bertahan hingga tahun-tahun mendatang. JavaMifi menargetkan pertumbuhan hingga tiga kali lipat dari pertumbuhan kami di tahun ini yang juga telah melampaui target dari yang sudah ditetapkan di awal tahun.”

Rilis produk terbaru

Dalam kesempatan yang sama, JavaMifi merilis produk terbaru yang diperuntukkan buat frequent traveller seperti travel blogger, pelaku bisnis, atau pengusaha yang rutin melakukan perjalanan keluar negeri. Produk ini dinamai JavaMifi Pro, sebuah layanan berlangganan dengan metode pembayaran bulanan (pascabayar).

Founder JavaMifi Suhartanto Raharjo menjelaskan, ada tiga paket layanan yang bisa dipilih pengguna, yakni Pro-Go, Pro-Asia, dan Pro-Global. Masing-masing produk disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna.

Ambil contoh untuk Pro-Go, tersedia paket internet tanpa batas gratis selama lima hari di negara manapun. Apabila lebih dari lima hari, pengguna cukup membayar kelebihan biaya per hariannya. Biaya berlangganan dimulai dari Rp299 ribu per bulan.

Setelah menggunakan layanan ini, perangkat wifi bisa disimpan sendiri oleh pengguna selama periode berlangganan berlangsung. Adapun minimal masa berlangganan cukup tiga bulan. Setelah itu, bisa dikembalikan atau memperpanjang masa berlangganan.

“Biasanya kalau mau sewa JavaMifi, harus reservasi minimal H-2 dan langsung bayar. Nah sekarang enggak perlu lagi. Begitu sampai di negara tujuan cukup nyalakan wifi dan otomatis deteksi lokasi, langsung tersambung ke internet tanpa perlu hubungi CS,” terang Suhartanto.

Setiap kali menyewa, pengguna akan mendapat satu kotak pocket wifi yang berisi modem wifi itu sendiri, kabel USB, dan travel adaptor. Baterai modem dapat bertahan hingga 15 jam pemakaian. Ditambah pula sudah terlindungi oleh asuransi yang disediakan oleh Future Ready sebagai rekanan JavaMifi.

Andintya menambahkan untuk mempersiapkan produk teranyar ini, perusahaan telah menyiapkan 5000 modem yang siap digulirkan kepada para penggunanya. Saat ini pengguna tetap JavaMifi mencapai lebih dari 1 juta orang. Jaringan JavaMifi telah mencakup di lebih dari 160 negara.