Izin TaniFund Terancam Dicabut Tahun Ini

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan izin usaha TaniFund terancam dicabut jika perusahaan tidak segera menyelesaikan seluruh kewajiban kredit macetnya. OJK memberikan tenggat waktu maksimal sampai pertengahan tahun ini kepada TaniFund untuk menyelesaikan masalah kredit macet ini.

Direktur Pengaturan, Perizinan, dan Pengawasan Financial Technology OJK Tris Yulianta mengatakan saat ini TaniFund berada di bawah pengawasan khusus. “Kami minta TaniFund untuk melakukan action plan. Apabila sampai batas waktunya [persyaratan] tidak dipenuhi, kami akan tindak lebih tegas lagi,” kata Tris ditemui di acara Halal Bihalal AFPI-Taralite, pekan lalu (5/5).

Tris mengatakan, hampir setiap minggu atau minimal dua minggu sekali, OJK berkomunikasi dengan TaniFund terkait progres penyelesaian kredit macet ini. Ia menyebut, pihak TaniFund sudah melakukan penagihan, tetapi hasilnya belum signifikan. “Jadi kredit macet lender yang kemarin ramai, sudah sebagian berhasil ditarik. Tapi belum signifikan.”

Menurut dia, permasalahan kredit macet di perusahaan sangat kompleks, tidak hanya manajemen, tetapi juga masalah pada peminjamnya. “Karena ini sektor pertanian, bisa jadi tingkat keberhasilan panennya tidak sesuai ekspektasi. Namun, tidak bisa dikatakan ini hanya borrower-nya. Ini impact dari dua hal, ekspektasi borrower terhadap tingkat panen tidak sesuai, dan manajemen risiko juga kurang bagus.”

Hingga kini situs TaniFund (tanihubgroup.com) menghilang, hanya tersedia TaniHub Food Solutions yang merupakan solusi B2B dari grup tersebut sebagai penyuplai untuk bisnis.

Mengutip dari CNBC Indonesia, TaniHub ramai diberitakan karena gugatan PKPU yang diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Gugatan tersebut muncul karena tingkat kredit macet yang tinggi. Dilaporkan pada Maret 2023, TKB90 TaniHub hanya 36,07%.

Moratorium segera dicabut

Tak hanya itu, OJK juga berniat untuk mencabut penghentian sementara (moratorium) izin p2p lending dalam waktu dekat. Alasannya, perizinan untuk peluncuran teknologi baru sudah dalam tahap evaluasi akhir. Begitu rampung, moratorium akan segera dicabut.

“Kami mengusahakan pada tahun ini, bahkan mungkin tidak sampai akhir tahun ini [pencabutan moratorium]. Dalam waktu dekat bisa selesai karena evaluasi sudah dalam tahap akhir,” tambahnya.

Tris menerangkan teknologi yang akan diluncurkan ini bernama Sistem Perizinan Terintegrasi (SPRINT). Sistem ini akan membuat pendaftaran perusaahaan akan lebih cepat dan transparan. Para pendaftar dapat mengetahui perkembangan pengajuan izin sejauh ini di OJK sudah sejauh mana. Sebelumnya, pendaftar tidak dapat melacak progres perizinan dokumen dengan menggunakan sistem lama.

Dia menambahkan, moratorium dulu dilakukan pada Februari 2020 karena bertujuan untuk memperkuat sistem pengawasan, sekaligus meningkatkan kualitas perusahaan p2p lending yang terdaftar di OJK. Hasilnya, terlihat dari perusahaan yang terdaftar saat itu mencapai 164, kini yang sanggup bertahan tersisa 102 perusahaan.

Berdasarkan statistik OJK, sejak 2018 hingga Februari 2023, jumlah penyaluran pendanaan telah mencapai Rp564 triliun yang disalurkan oleh 1 juta pemberi pinjaman kepada 106 juta penerima pinjaman. Per 3 April 2023, industri ini telah membukukan profit sebesar Rp98,25 miliar pada Februari 2023.

BEYOND EXPO 2023 Kembali Digelar, Bahas Healthcare, Sustainability dan ConsumerTech

Pameran inovasi sains dan teknologi internasional BEYOND EXPO 2023 segera digelar pada tanggal 10-12 Mei 2023 di Venetian Macao Convention and Exhibition Center, Macau. Acara tahunan yang sudah digelar sejak 2020 ini, kini mengangkat tema “Technology Redefined.”

Dalam susunan acaranya, upacara pembukaan BEYOND 2023 akan diadakan di Venetian Theater pada 10 Mei dari pukul 08.45 hingga 11.00 waktu setempat. Nantinya akan dihadiri oleh banyak tamu ternama di berbagai sektor, termasuk ilmuwan kelas dunia dan pemimpin industri, yang berkumpul untuk mempromosikan inovasi teknologi.

Mereka semua akan menjelajahi garis depan inovasi teknologi, menginspirasi inovasi teknologi terbaru, dan bersama-sama membayangkan masa depan inovasi teknologi di bawah tema “What’s Next”.

Adapun para tamu yang akan hadir dalam acara pembukaan adalah sebagai berikut:

  1. Jin Liqun, President dan Chairman, Asian Infrastructure Investment Bank
  2. Jian-Wei Pan, Vice President of the China Association for Science and Technology. Ia adalah Profesor Fisika dari Universitas Sains dan Teknologi China, seorang Akademisi Akademi Ilmu Pengetahuan China (CAS), Rekan dari World Academy of Sciences (TWAS).
  3. Andrew Sheng, Chief Consultant with China Banking & Insurance Regulatory Commission, mantan Chairman Hong Kong Securities and Futures Commission, Advisor Kepala Eksekutif HKSAR untuk ekonomi berkualitas & pembangunan berkelanjutan.
  4. Kishore Mahbubani, dari Asia Research Institute (ARI), NUS; mantan Presiden Dewan Keamanan PBB.
  5. Joseph C. Tsai, Co-founder dan Executive Vice Chairman, Pemilik Grup Alibaba, Brooklyn Nets dan New York Liberty.
Jadwal Beyond Expo 2023

Acara yang berlangsung selama tiga hari ini akan berfokus pada tiga sub-topik pameran —sustainability, healthcare, dan consumertech— untuk mempromosikan kolaborasi melalui pameran independen dan konferensi industri.

Ketiga tema ini merupakan sebagian dari beberapa sektor penting yang akan terus memainkan peran signifikan di masa mendatang. Agar tetap relevan dan mengikuti tren terbaru untuk memberikan solusi terbaik bagi konsumen mereka, industri-industri ini harus terus memanfaatkan teknologi terbaru yang tersedia.

Industri healthcare telah lama dikenal sebagai salah satu industri paling penting yang harus mengintegrasikan teknologi untuk mencapai akurasi yang lebih besar dalam mendiagnosis dan mengobati, efisiensi yang lebih tinggi, dan yang terpenting adalah membuat layanan kesehatan lebih mudah diakses oleh semua orang.

Di sisi lain, consumertech mengubah cara kita hidup dan bekerja seiring dengan meningkatnya jumlah individu yang menunjukkan ketergantungan pada inovasi-inovasi seperti membangun rumah pintar, perangkat yang dapat dikenakan, atau bahkan metaverse.

Sustainability juga dengan cepat menjadi perhatian dunia dengan meningkatnya permintaan untuk mengurangi emisi karbon dan mempromosikan praktik-praktik berkelanjutan. Sebanyak 87% pemimpin bisnis diharapkan bisa meningkatkan investasi menuju level keberlanjutan. Bagi para pengembang teknologi dan pemimpin bisnis yang ingin tetap relevan dan kompetitif, maka fokus bisnisnya harus diarahkan pada pengembangan solusi teknologi berkelanjutan.

Bidik lebih banyak peserta

BEYOND Expo 2023 menargetkan lebih banyak peserta, keragaman industri perusahaan, jumlah peserta pameran, dan pengunjung, bersatu dalam satu venue dengan skala yang lebih besar. Pameran tahun ini, menempati area seluas hampir 100.000 meter persegi di Venetian Macao Convention and Exhibition Center, mengharapkan lebih dari 1.000 peserta pameran dari 500 perusahaan top dunia, perusahaan multinasional besar, perusahaan inovatif unicorn, dan perusahaan rintisan baru dari seluruh dunia.

Perusahaan dan delegasi internasional akan memamerkan teknologi mutakhir dan pencapaian penelitian mereka di stan mereka. Adapun sejumlah perusahaan yang akan berpartisipasi di BEYOND 2023 Expo, di antaranya:

CTM, Pemerintah Daerah Administratif Khusus Macao – Biro Pengembangan Ekonomi dan Teknologi, Macau Pass, Alibaba Cloud, Chinabric, Deloitte, FUJIFILM (China) Investment Co., Ltd., United Family Healthcare, Inc, Huawei, Cowarobot, Inspur, NAM KWONG (GROUP) COMPANY LIMITED, SenseTime, Industrial and Commercial Bank of China ( Macau) Limited, China Civil Engineering Construction Company (Macao) Ltd., Sands China, China State Construction International Holdings Limited, China Civil Engineering Construction Company (Macao) Ltd., China Taiping Insurance Group Limited, China Water Environment Group, Bank of China Cabang Makau.

Selenggarakan empat forum

Selama pameran, BEYOND juga akan menjadi tuan rumah empat konferensi utama: Sustainability Summit, Healthcare Summit, ConsumerTech Summit, dan International Investment Summit.

Forum ini akan mempertemukan para pemimpin global dalam inovasi teknologi, pakar terkenal, wirausahawan, dan perwakilan dari organisasi internasional untuk berdiskusi tentang topik yang sedang berkembang, berbagi tren industri, menampilkan dampak teknologi, mengeksplorasi ide-ide baru, dan membantu mempromosikan pengembangan dan perubahan industri.

Panitia penyelenggara BEYOND juga akan menyiapkan berbagai kegiatan unggulan selama konferensi tiga hari tersebut, termasuk peluncuran produk baru, DEMO DAY, pengalaman berkendara otonom, tur media, dan pesta.

Diharapkan BEYOND dapat menjadi tuan rumah bagi para pencari inovasi dari seluruh dunia untuk mempromosikan pengembangan industri inovasi teknologi di Asia-Pasifik dan global. Pameran ini akan mendorong penelitian dan pengembangan, transformasi dan penerapan teknologi mutakhir dan disruptive.

Disclosure: DailySocial.id adalah media partner dari BEYOND EXPO 2023

Bukalapak Kucurkan 110 Miliar Rupiah untuk Investasi Startup Tahap Awal Lewat 500 Southeast Asia

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) mengucurkan dana $7,5 juta (sekitar 110 miliar Rupiah) untuk berinvestasi di startup tahap awal. Aksi korporasi ini diteken Bukalapak pada 23 April 2023 lewat perjanjian penyertaan modal (subscription agreement) untuk menjadi Limited Partner (LP) dengan 500 Southeast Asia III, LP.

Berdasarkan keterangan resmi di Bursa Efek Indonesia (BEI), kemitraan terbatas ini bertujuan untuk menyalurkan investasi di startup pra-awal (pre-seed) hingga tahap awal (early stage) di dan dengan memiliki ekuitas dan/atau sekuritas yang berorientasi ekuitas dari perusahaan swasta yang beroperasi secara langsung atau tidak langsung di Asia Tenggara.

“[Perusahaan swasta] terutama yang berfokus pada teknologi informasi, komunikasi, internet, medis, dan bidang deep technology,” tulis Direktur dan Corporate Secretary Bukalapak Teddy Oetomo pada 3 Mei 2023.

Sebagai informasi, 500 Southeast Asia III LP adalah perusahaan modal ventura di bawah naungan 500 Southeast Asia. Sejauh ini, 500 Southeast Asia tercatat telah berinvestasi di lebih dari 270 perusahaan, termasuk Bukalapak, FinAccel (induk Kredivo), Carousell, dan Grab.

Aksi korporasi lainnya

Di sepanjang 2022, Bukalapak menggencarkan berbagai aksi korporasi untuk menunjang pertumbuhan kinerjanya. Keterlibatannya sebagai jajaran investor di AlloBank mulai mengecap hasil, di mana Bukalapak telah mengantongi laba laba nilai investasi market-to-market dari bank digital tersebut berdasarkan laporan keuangan tahun 2022.

Bukalapak melakukan akuisisi beberapa perusahaan antara lain situs pembanding harga asal Malaysia iPrice, startup edtech Bolu, termasuk brand SmartSari untuk melancarkan ekspansinya di Filipina.

Berdasarkan kinerja keuangan kuartal I 2023, Bukalapak mengalami rugi bersih sebesar Rp1 triliun dari capaian laba sebesar Rp14,5 triliun pada periode sama tahun lalu. Pendapatannya naik sebesar 28% menjadi Rp1 triliun yang utamanya disumbang dari lini bisnis Mitra (Rp513,7 miliar), diikuti Marketplace (Rp484,4 miliar), dan BukaPengadaan (Rp7,79 miliar).

Application Information Will Show Up Here

Startup E-grocery Tumbasin Berhenti Beroperasi

Startup e-grocery Tumbasin mengumumkan tutup, berhenti beroperasi sejak 2 Mei 2023. Kabar ini pertama kali diumumkan melalui akun media sosialnya.

“Terima kasih sudah bersama menggerakkan pasar tradisional dengan memilih belanja melalui Tumbasin. Kini saatnya Tumbasin pamit dan berharap semoga seluruh pelanggan setia Tumbasin tetap melestarikan budaya belanja dari pasar tradisional,” tulis perusahaan.

Bersamaan dengan itu, perusahaan menyampaikan seluruh operasional Tumbasin, termasuk situs dan aplikasi akan berhenti beroperasi.

Lebih lanjut mengutip dari unggahan CEO Tumbasin Bayu Saubig di LinkedIn, ia menyampaikan, “Saya ingin berbagi beberapa berita yang sulit dan disesalkan. Setelah perjuangan panjang, perusahaan kami menghadapi tantangan keuangan yang tidak dapat diatasi. Dengan berat hati, kami harus mengumumkan bahwa perusahaan kami akan mengajukan kebangkrutan.”

Dia melanjutkan, “Di saat-saat seperti ini, sangat menantang untuk menemukan kata yang tepat. Namun, saya ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak eksternal yang telah bekerja dengan perusahaan kami selama ini.”

Tumbasin yang berbasis di Semarang ini sudah hadir sejak 2017. Konsep yang diusung adalah menghubungkan pedagang pasar tradisional dan menjualkan barang dagangan mereka kepada pengguna lewat aplikasi. Nantinya kurir Tumbasin, yang akan mengantarkan pesanan kepada konsumen.

Dalam wawancara terakhir di 2020, Tumbasin telah hadir di Jakarta, Depok, Bekasi, Tangerang Selatan, Semarang, Yogyakarta, Malang, dan Makassar. Model sejenis juga ditawarkan oleh Titipku yang kini masih beroperasi dan masuk ke B2B dengan menyasar ke segmen horeka karena dianggap lebih stabil prospeknya.

Dirikan koperasi

Setahun sebelum mengumumkan kabar tersebut, para pendiri Tumbasin sebelumnya mendirikan koperasi simpan pinjam (KSP) di kota yang sama pada Februari 2022, bernama KSP Sitrama (Sinergi Mitra Bersama).

Dalam situsnya, M. Fuad Hasbi, Bayu Saubig, dan Triasworo Mituhu Subekti bergabung sebagai pengurus dan pengawas di koperasi tersebut.

KSP Sitrama itu sendiri adalah koperasi yang berfokus pada penyediaan dana bagi pedagang pasar dan UMKM dengan sistem ekonomi bersama. Dipaparkan, telah merangkul 73 anggota, dana simpanan Rp1,2 miliar sepanjang 2021-2022, dan menyalurkan pendanaan kepada pedagang sebesar Rp820 juta dalam kurun waktu yang sama.

Ada tiga produk keuangan yang ditawarkan. Pertama, pinjaman bagi hasil dengan limit Rp10 juta untuk pedagang dengan sistem bagi hasil harian selama 100-180 hari. Kedua, pinjaman modal usaha dengan limit yang sama dengan pembagian keuntungan bulanan dan pembayaran pokok di akhir selama 3 bulan-12 bulan.

Terakhir, simpanan berjangka dengan jangka waktu 6, 12, 18 bulan dengan imbal hasil 12%-18% flat per tahun. Besaran simpanan pokok sebesar Rp100 ribu, sementara simpanan wajib sebesar Rp30 ribu.

Startup Chat Commerce Mimin Umumkan Pendanaan Awal dari Otto Digital

Mimin, startup chat commerce enabler dan asisten virtual pengoperasian bisnis, hari ini (05/5) mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan dari Otto Digital, bagian dari Salim Group. Nantinya Mimin akan menggarap komunitas UMKM dari Otto Digital yang tersebar di seluruh Indonesia, sejalan karena menjadi target utama dari layanan Mimin.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk mengembangkan produk dan fitur baru demi melayani para UMKM dan penjual online, serta memperkuat infrastruktur teknologi dan software manajemen pesanan.

CEO Otto Digital Reginald Hamdani menyampaikan, ketertarikan Otto Digital terhadap Mimin karena startup tersebut memberikan solusi yang relevan bagi para UMKM dan membantu pelaku usaha dalam meningkatkan efisiensi penggunaan WhatsApp sebagai sarana jualan.

“Investasi ini sejalan dengan visi Otto Digital dalam membangun ekonomi dengan memberdayakan masyarakat dan memperluas pertumbuhan ekonomi hingga pedesaan. Mimin adalah salah satu enabler yang kita butuhkan untuk mewujudkannya. Karena itu, investasi kami merupakan salah satu bentuk komitmen dalam membangun UMKM Indonesia yang lebih kuat,” ungkap dia dalam keterangan resmi.

Reginald melanjutkan, pihaknya juga menaruh kepercayaan yang tinggi terhadap rekam jejak pendiri Mimin, yakni Joseph Simbar (CEO) dan Bayu Eka Putra (COO). Joseph merupakan serial entrepreneur yang berpengalaman dalam dunia teknologi, terutama SaaS enterprise selama 15 tahun. Sementara itu, Bayu memiliki pengalaman lebih dari 17 tahun sebagai manajemen eksekutif di berbagai perusahaan multi-industri.

“Pendiri Mimin mempunyai visi besar dan komitmen yang kuat. Kombinasi dari dua hal inilah yang menjadi kunci kesuksesan. Dengan usia yang relatif muda, kapasitas dan energi yang tinggi, kami percaya mereka dapat menyetir pengembangan Mimin ke jalur yang tepat,” tambah Reginald.

Industri chat commerce

Mimin mengutip dari dua sumber laporan, bahwa menurut Research and Markets, dalam lanskap industri jual-beli di Indonesia, social commerce diperkirakan tumbuh sebesar 17,9% per tahun dari 2022-2028. Didukung dari laporan Populix pada 2022, sebanyak 86% masyarakat Indonesia sudah pernah berbelanja melalui media sosial dan aplikasi chat, seperti TikTok Shop (45%), WhatsApp (21%), Facebook (10%), dan Instagram (10%).

Kenaikan tersebut menunjukkan bahwa mayoritas penjual online di Indonesia memiliki berbagai kanal penjualan. Tidak hanya membuka toko online di platform e-commerce, banyak penjual yang berfokus mempromosikan jualannya melalui media sosial dan aplikasi chat. Untuk mengelola penjualan social commerce ini, rata-rata penjual mengandalkan pencatatan order, pengecekan ongkir, dan penerimaan pembayaran secara manual. Proses manual ini cenderung memakan waktu dan rentan dengan risiko human error.

Mimin menawarkan automasi chat commerce dan platform pengelolaan pesanan agar para pelaku bisnis dapat lebih mudah menjalankan tokonya. Melalui Mimin, penjual dapat dengan mudah memasukkan pesanan dari format order yang telah tertulis melalui WhatsApp pada aplikasi Mimin dan secara otomatis memberikan invoice dan konfirmasi pembayaran.

Dengan solusi tersebut, pelaku usaha dapat memproses pesanan 70% lebih cepat dan akurat. Tidak hanya itu, setiap pembeli yang pernah melakukan transaksi pun dapat dengan mudah dihubungi kembali untuk diberikan penawaran yang sifatnya lebih personal dan relevan.

CEO Mimin Joseph Simbar menuturkan, berdasarkan temuan di lapangan, banyak penjual dan pembeli yang lebih nyaman melakukan transaksi secara conversational, misalnya melalui WhatsApp atau DM Instagram. Mimin hadir untuk membantu penjual online dengan mempermudah pemrosesan setiap pesanan melalui solusi otomatis, sehingga penjual bisa menghemat waktu dan tenaga, serta mengembangkan bisnis mereka lebih jauh.

“Kami pun memberikan insight relevan bagi para pelaku usaha agar mereka bisa berinovasi berdasarkan insight tersebut,” kata dia.

Saat ini, aplikasi Mimin telah digunakan oleh para UMKM di 20 provinsi dan 55 kota di Indonesia yang bergerak di berbagai industri, terutama F&B rumahan, fesyen, serta kebutuhan sehari-hari. Untuk memperbesar jangkauannya, Mimin berkolaborasi dengan pemerintah daerah di beberapa daerah seperti Sragen dan Kep. Riau serta mendekati komunitas UMKM lokal dengan memberikan pelatihan dan pendampingan. Salah satunya, pelatihan Mimin yang tengah berlangsung di Sragen dan Kep. Riau berhasil mengundang 10.000 UMKM untuk bergabung dan menggunakan Mimin untuk mengelola bisnis mereka.

Untuk melayani perusahaan ritel dengan skala lebih besar, Mimin juga menyediakan layanan Mimin Pro, penjual bisa dengan mudah memproses pesanan yang datang melalui chat, lalu mendelegasikan penyelesaian transaksi tersebut kepada cabang terdekat. Hal ini membantu meningkatkan omzet bagi perusahaan, serta menguntungkan pembeli karena membuat biaya ongkir menjadi lebih terjangkau. Layanan ini telah digunakan oleh brand ritel ternama seperti Hero Supermarket, Bumame Farmasi, dan LotteMart untuk menghubungkan pembeli dengan cabang terdekat.

Dorong Digitalisasi B2B, Paper.id dan VISA Umumkan Kolaborasi Strategis

Baru-baru ini, VISA Indonesia dan Paper.id menjalin kemitraan strategis melalui penunjukkan Paper.id sebagai salah satu mitra penyedia pembayaran bisnis (Business Payment Solution Provider/BPSP). Sebagai platform yang menawarkan solusi penagihan dan pembayaran online untuk UKM, Paper.id disebut memiliki volume transaksi terbesar di Indonesia.

Kepada DailySocial.id, CEO & Co-Founder Paper.id, Yosia Sugialam mengungkap bahwa kerja sama strategis ini telah terjalin sejak 2021. Namun, baru tahun ini kedua pihak memutuskan untuk mengumumkan secara resmi kolaborasi strategis tersebut. Kerja sama yang dilakukan pertama kali adalah opsi untuk pembayaran, yang mana bentuknya masih prototype pada akhir 2021.

“Harapan perusahaan melalui kerja sama strategis ini adalah dapat mendorong digitalisasi transaksi antar bisnis (B2B) dengan card-based. Saat ini penetrasi penggunaan kartu kredit masih sangat besar gap-nya untuk digitalisasi B2B,” kata Yosia.

Disinggung peluang VISA berinvestasi di Paper.id, Yosia enggan berkomentar. Namun, ia menegaskan Paper.id akan melancarkan kerja sama strategis lainnya, mulai dari institusi keuangan, perbankan dan pihak terkait. Menurutnya, saat ini awareness pengguna yang bertransaksi dengan VISA di dalam platform sudah cukup baik. Selanjutnya, Paper.id dan VISA akan mendorong tingkat awareness/reach lebih tinggi kepada target pengguna.

“Ini adalah bagian dari rangkaian kerja sama yang Paper.id dan VISA lakukan untuk memberikan solusi pembayaran bisnis yang inovatif dan membantu, tidak hanya perusahaan, tetapi juga UMKM. Kerja sama ini akan sangat memudahkan pelaku usaha menggunakan kartu kredit, karena pasti diterima di mana saja. Cashflow jadi anti-macet.” jelasnya.

Sebagai mitra penyedia BPSP, Paper.id membantu proses pembayaran bisnis pelaku usaha kepada supplier menggunakan kartu kredit dalam jaringan VISA. Pembayaran ini bisa dilakukan meskipun supplier/vendor tidak menerima opsi pembayaran kartu kredit ataupun tidak menyediakan mesin EDC. Tambahan tempo hingga 45 hari juga akan didapatkan oleh pelaku usaha, karena tagihan kartu kredit tidak dibayar saat itu juga oleh pemegang kartu, tetapi dibayar sesuai tanggal tagihan kartu kredit.

“Paper.id telah tumbuh menjadi mitra BPSP terbesar VISA berdasarkan transaksi di Indonesia. Pengguna platform Paper.id berpeluang untuk semakin mengefisiensikan pengeluaran perusahaan sekaligus bertransaksi dalam jaringan VISA di seluruh dunia, dengan proses-proses yang sederhana dan memanfaatkan sinergi kami secara maksimal,” kata Presiden Direktur VISA Indonesia Riko Abdurrahman dalam keterangan terpisah.

Investasi VISA di Indonesia

VISA telah bekerja sama dengan mitra lokal untuk mengaktifkan pembayaran digital dan mendorong inklusi keuangan. Mulai dari layanan fintech hingga platform finansial lainnya, VISA cukup memainkan peranan aktif untuk mendukung layanan finansial dan pembayaran di Indonesia.

Sebagai informasi, VISA merupakan perusahaan teknologi pembayaran global yang telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 30 tahun. VISA menyebut telah memainkan peran penting dalam lanskap pembayaran digital negara.

VISA juga telah melakukan investasi strategis pada startup di Indonesia dengan tujuan mendorong inovasi pembayaran digital. Seiring pertumbuhan pesat ekonomi digital di Indonesia, VISA melihat pentingnya keterlibatan startup dalam mendorong industri ini.

Beberapa investasi yang telah dikucurkan VISA di Indonesia di antaranya adalah putaran pendanaan seri F Gojek di 2019. VISA juga memberikan investasi senilai $5 juta kepada startup SaaS perpajakan OnlinePajak di 2021. Kemudian, pada 2020 VISA juga terlibat dalam pendanaan startup asal Singapura bernama Nium, (sebelumnya bernama InstaRem) yang menyediakan layanan remitansi di 90 negara. Nium beroperasi di Indonesia pada akhir 2019.

Di akhir 2022 lalu, startup open finance Brick mengumumkan kerja sama dengan VISA, pemimpin dunia dalam pembayaran digital, untuk memberi akses kepada lembaga pemberi pinjaman ke sumber data alternatif dan skor dari transaksi kartu debit dan kredit dari jaringan VISA. Kerja sama ini bertujuan untuk membantu perluasan akses keuangan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Praktis Tutup Pendanaan 294 Miliar Rupiah Dipimpin oleh East Ventures

Praktis, startup penyedia solusi rantai pasok menyeluruh, telah mengumpulkan dana sebesar $20 juta (lebih dari 294 miliar Rupiah) untuk putaran seri A yang dipimpin oleh East Ventures (Growth Fund), dengan partisipasi dari Triputra Group dan SMDV.

Investasi ini akan dialokasikan perusahaan untuk mempercepat peningkatan teknologi bagi para brand sekaligus para pemasok yang ingin memiliki proses bisnis yang lebih mudah. Lalu, membangun tim dan meningkatkan ekosistem rantai pasok secara end-to-end.

Dalam keterangan resminya, Co-Founder dan CEO Praktis Adrian Gilrandy menyampaikan, dalam riset internalnya, terdapat lebih dari $30 miliar pasar fesyen dan kecantikan di Indonesia yang diisi oleh UKM. Melalui proses agregasi, peningkatan proses, dan implementasi teknologi, pihaknya optimistis dapat membantu mereka memiliki proses rantai pasok yang lebih efisien sehingga dapat fokus meningkatkan dan mengembangkan bisnisnya.

“Hal ini menjadi tujuan kami sejak hari pertama, dan tercermin dari pertumbuhan kami yang luar biasa dan kesuksesan dalam menjaga keuntungan yang telah kami capai sejauh ini,” ucap Adrian.

Sementara, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menuturkan, pihaknya kembali berinvestasi di Praktis karena alasan upaya mereka memberdayakan brand D2C di Indonesia dan pencapaian profitabilitas yang jauh lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

“Kami yakin pada kemampuan Praktis untuk merevolusi solusi di industri rantai pasok di Indonesia, sejalan dengan usahanya dalam membantu para bisnis untuk berkembang dan menghadirkan dampak positif bagi masyarakat,” kata Willson.

East Ventures dan Triputra Group merupakan investor terdahulu di Praktis. Sebelumnya, kedua investor ini memimpin pendanaan pra seri A dengan nominal yang dirahasiakan pada Desember 2021.

Solusi Praktis

Praktis adalah end-to-end supply chain enabler dengan rangkaian solusi, mulai dari pembelian bahan baku, produksi, fulfillment, dan logistik dengan peningkatan teknologi untuk menyediakan proses operasi yang mudah, efisien, dan dapat diandalkan, baik untuk direct-to-consumer (D2C) brand dan pemasok berfokus di industri fesyen dan kecantikan.

Hal ini memungkinkan brand untuk fokus pada kompetensi utama mereka dan membiarkan Praktis menangani sisa operasi bisnis mereka melalui platform berbasis data dan teknologi yang andal untuk kelancaran proses rantai pasok. Dengan visibilitas penuh dari semua proses supply chain, Praktis membantu brand untuk mengoptimalkan operasinya.

Diklaim Praktis mencatatkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 12 kali lipat pada 2021 (YoY) dan pertumbuhan sebesar empat kali lipat pada 2022 (YoY).

Semua inisiatif dieksekusi dengan baik karena kesesuaian produk dengan kebutuhan pasar dan kemampuan dalam menyelesaikan pain point yang sebenarnya. Pandemi COVID-19 turut membantu perusahaan untuk mempercepat tingkat penyerapan produk ke pasar.

Induk Atome Raih Pendanaan 1,1 Triliun Rupiah dari Warburg Pincus dan Northstar

Induk Atome dan Kredit Pintar, Advance Intelligence Group, mengumumkan perolehan pendanan senilai $80 juta (lebih dari 1,1 triliun Rupiah). Putaran yang masuk dalam seri D ini dipimpin oleh investor terdahulu, yakni Warburg Pincus dan Northstar Group.

Penggalangan dana tersebut menyusul putaran seri D grup sebelumnya sebesar lebih dari $400 juta pada 2021. Secara total, grup ini telah mengumpulkan lebih dari $700 juta. Jajaran investornya berasal dari SoftBank Vision Fund 2, Vision Plus Capital, Gaorong Capital, EDBI, dan masih banyak lagi.

Dalam keterangan resminya, Co-Founder, Group Chairman dan CEO Advance Intelligence Group Jefferson Chen menyampaikan, sejak penggalangan terakhir di 2021, pihaknya telah mengambil pendekatan yang disiplin dan membuat kemajuan yang baik dalam memenuhi visi dalam memajukan ekosistem digital masa depan di seluruh wilayah.

“Investasi baru ini akan membantu mempercepat program kami dalam menggunakan teknologi AI untuk merampingkan transaksi konsumen dan memungkinkan akses yang lebih besar dan lebih adil ke produk dan layanan kredit dan keuangan. Kami menghargai keyakinan dan kepercayaan investor kami yang berkelanjutan kepada kami,” terang Chen.

Partner dan Managing Director Warburg Pincus Saurabh Agarwal menyampaikan tanggapannya. Dia bilang, “[..] kami berharap dapat melanjutkan kemitraan kami dengan Jefferson dan membantu perusahaan mewujudkan komitmennya kepada jutaan pelanggan di seluruh wilayah.”

Co-Founder dan Managing Partner Northstar Group Patrick Walujo menambahkan, pihaknya sangat antusias melanjutkan kemitraannya dengan Jefferson. Menurutnya, sejak 2016, ia telah menyaksikan pertumbuhan dan evolusi yang luar biasa dari ekosistem grup tersebut dan bangga memilikinya sebagai salah satu perusahaan portofolio.

“Kami senang dapat melanjutkan kemitraan kami dengan Jefferson dan timnya untuk mengembangkan Advance Intelligence Group menjadi perusahaan layanan keuangan digital bertenaga AI terkemuka di Asia,” kata Patrick.

Advance Intelligence Group yang berbasis di Singapura dan beroperasi di seluruh Asia ini memiliki tiga jenis produk, yaitu Atome Financial, platform SaaS untuk identitas digital perusahaan Advance.AI, dan omnichannel e-commerce Ginee.

Adapun, Atome Financial memiliki tiga produk di bawahnya, yakni Atome (paylater), Kredit Pintar, dan ND Finance, yang menawarkan layanan pinjaman online. Ketiganya diklaim telah memiliki lebih dari 20 juta konsumen tersebar di 10 negara Asia dengan pemakaian tersebar di kategori fesyen, kecantikan, gaya hidup, elektronik, perjalanan, dan peralatan rumah tangga.

Sementara itu, Ginee adalah platform omnichannel yang menggunakan sistem all-in-one untuk e-commerce dan dapat membantu pelaku usaha dalam mengelola toko online mereka, mulai dari atur stok, produk, pemesanan, hingga berkomunikasi dengan pelanggan dari setiap marketplace atau e-commerce yang sudah dimiliki melalui satu platform Ginee.

Menurut situsnya, Ginee telah mengumpulkan lebih dari $6,1 miliar dalam GMV dan memproses lebih dari 685 juta pesanan dari 200 ribu merchant aktif yang memiliki 269 ribu toko aktif. Para penggunanya tersebar di Indonesia, Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, dan Tiongkok.

Adapun, Advance.ai baru masuk Indonesia sejak 2020, bersamaan dengan sejumlah negara lainnya, seperti Singapura, Tiongkok, India, Vietnam, dan Filipina. Salah satu produknya, e-KYC memungkinkan proses onboarding pelanggan dapat selesai dengan cepat dan aman hanya dalam waktu 60 detik.

Para penggunanya mayoritas dari institusi keuangan dan teknologi. Di Indonesia saja, beberapa di antaranya adalah Bank Jago, Bank BTPN, Tokopedia, MNC Bank, Bank Mega, Standard Chartered, Gojek, Nanovest, dan Allo Bank.

Industri paylater

Sebelumnya mengutip dari Detik, data dari Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menunjukkan angka pembiayaan dari paylater di industri multifinance mencapai Rp4,2 triliun hingga September 2022. Angka ini hampir menyentuh pencapaian pembiayana paylater di 2020 sebesar Rp4,47 triliun.

Peningkatan tersebut diperkuat oleh sejumlah perusahaan pembiayaan yang menghadirkan layanan paylater sebagai opsi pembayaran. Salah satunya adalah Atome. Diklaim sepanjang tahun lalu, Atome mencetak pertumbuhan transaksi hingga 360 kali dengan penghasilan GMV lebih banyak 420 kali dibandingkan 2020.

“Angka ini kami dapatkan dari total pembiayaan yang telah diberikan kepada pengguna Atome di mana 70% dari mereka mayoritas berasal dari Jawa dan Bali. Angka ini menjadi pendorong bagi kami untuk dapat memperluas layanan paylater agar bisa dinikmati oleh masyarakat yang lebih luas lagi,” ungkap General Manager Atome Indonesia Winardi Wijaya.

Pencapaian lainnya, diklaim Atome berhasil mencatatkan pertumbuhan sebesar 9.600% dengan lebih dari 5 juta pengunduh aplikasi di Indonesia. Sebanyak 54% dari pengguna datang dari usia muda dengan persentase perempuan sebanyak 70%. Kemudian, ditemukan bahwa lebih dari 95% pengguna mengambil opsi tenor cicilan pembayaran untuk 3 dan 6 bulan.

“Hingga saat ini, kami telah bermitra dengan setidaknya 700 merchant dan lebih dari 10.000 toko offline di Indonesia. Beberapa brand besar yang sudah bergabung dengan ekosistem Atome seperti MAP Group, H&M, Matahari Department Store, Giordano Group, Sociolla, Gold Gym, Kanmo Group dan masih banyak lagi. Ekosistem ini masih terus kami perluas sehingga ke depannya, pengguna dapat dengan mudah mengakses seluruh kebutuhan mereka dengan opsi pembayaran paylater Atome,” kata Winardi.

Mengutip dari data internal Xendit, tren pembayaran digital di Indonesia untuk menggambarkan frekuensi penggunaan layanan Xendit Group oleh merchant. Salah satu temuannya adalah paylater catatkan pertumbuhan sepuluh kali lipat sepanjang 2022.

Penggunaan fasilitas pembayaran paylater semakin diminati konsumen, terbukti dari volume pembayaran yang meningkat hingga 10 kali lipat, diikuti dengan kartu kredit (6 kali lipat), uang elektronik (5 kali lipat) dibandingkan tahun sebelumnya.

BRIK Konfirmasi Tutup Pendanaan Pra Seri A Senilai 168 Miliar Rupiah

Startup konstruksi BRIK telah menutup putaran pendanaan pra seri A dengan nominal sebesar $11,5 juta (sekitar 168 miliar Rupiah). Hal ini telah dikonfirmasi oleh manajemen perusahaan menyusul pemberitaan terakhir terkait penggalangan dana mereka pada Desember 2022 silam.

Kepada DailySocial.id, pihak BRIK menyebut investor terdahulu, seperti Accel dan AC Ventures, kembali berpartisipasi dalam putaran ini. Kemudian, B Capital, Alter Global, Living Lab Ventures, perusahaan konstruksi asal Singapura Woh Hup, salah satu konglomerat lokal, dan beberapa angel investor yang mayoritas berasal dari India, juga ikut berinvestasi.

Sebelumnya, BRIK telah menerima pendanaan tahap awal senilai $4 juta atau Rp59,5 miliar pada Juli 2022, dipimpin oleh AC Ventures dengan keterlibatan Accel, Infra.Market, Alto Partners, BizOnGo, dan sejumlah angel investor.

Dana segar ini akan digunakan untuk memperluas jangkauan bisnis dan menambah lini produk BRIK. Dalam upaya mengembangkan bisnisnya, BRIK juga diketahui berencana untuk mempekerjakan beberapa individu di Singapura, Indonesia, dan India untuk menyediaan produk beton, pracetak dan nonstruktural, agregat berkualitas tinggi, dan bahan kimia konstruksi.

Di samping itu, perusahaan juga mendorong inovasi teknologi untuk dapat menurunkan harga. Hingga saat ini, BRIK telah tersedia di pulau Jawa, Bali, dan Lampung.

Saat ini, BRIK memiliki empat produk unggulan, yaitu beton, cat interior dan waterproofing dari Singapura, bata merah dan hebel brik, juga lem, thinner dan admixtures. Perusahaan segera menambah lini produk baru, seperti kayu untuk konstruksi, dan meningkatkan nilai produk dengan menuju ke green innovation.

Solusi BRIK

BRIK didirikan pada 2022 oleh empat orang founder, dua di antaranya mantan VP SEA Invesment di Jardines dan salah satu co-founder di iDexpress. BRIK merupakan perusahaan agregator bahan baku B2B yang memiliki fokus dalam membangun rumah produk bahan konstruksi.

Dalam operasionalnya, perusahaan memanfaatkan teknologi untuk memecahkan masalah di sektor konstruksi seperti kurangnya transparansi harga, kualitas bahan konstruksi yang tidak sesuai, basis vendor yang terfragmentasi, dan logistik yang tidak efisien. Dengan sistem bisnis ini, BRIK telah melayani klien institusional (B2B) dan juga pelanggan ritel.

BRIK mengembangkan produk konstruksi sendiri dengan kualitas dan karakteristik yang sesuai dengan riset yang telah dilakukan tim. Lewat mekanisme cloud manufacturing, perusahaan merangkul rekanan pemasok bahan bangunan untuk membantu perusahaan memproduksi barang. BRIK memberikan jaminan penjualan lewat kanal yang dimiliki.

Beberapa startup yang menyasar segmen konstruksi di Indonesia sebut saja GoCement yang berupaya mengefisiensikan bisnis konstruksi. Selain itu, ada Proglix yang menghadirkan solusi terpadu penyediaan raw material untuk konsumen infrastruktur dan manufaktur.

Menurut riset GlobalData, ukuran pasar bisnis konstruksi di Indonesia telah mencapai $234,6 miliar atau setara Rp3,591 triliun pada 2021 lalu. Diproyeksikan sektor ini akan mendapati average annual growth rate (AAGR) lebih dari 4% dalam periode 2023-2026 mendatang. Pertumbuhan ini berkorelasi langsung dengan sejumlah metrik perekonomian, termasuk PDB nasional yang pada 2022 berhasil tumbuh 5,31%.

Platform “99 Virtual Race” Gencarkan Gaya Hidup Sehat Lewat Kegiatan Olahraga Kolektif

Indonesia merupakan negara terbaru yang disorot sebagai bagian dari Geography of Wellness. Menurut data GWI, ekonomi kebugaran Indonesia tumbuh dari $35 miliar pada tahun 2017 menjadi $36,4 miliar pada tahun 2020. Indonesia berada di peringkat ke-19 dari 218 negara yang diukur di seluruh dunia dan ke-7 dari 46 di wilayah Asia-Pasifik.

Di Indonesia, platform yang menggencarkan wellness atau gaya hidup sehat sudah banyak ditemui, seperti Doogether yang fokus pada fasilitas kebugaran, Fita besutan Telkomsel, dan Aigis yang menyajikan platform insurtech B2B dilengkapi fitur wellness. 

Satu lagi platform yang juga menawarkan gaya hidup sehat adalah 99 Virtual Race (99VR). Platform ini didirikan sejak Mei 2017 oleh tiga orang founder yang gemar berolahraga lari, yaitu Stevie Go, David Aryadi, dan Stanley Adrian. Sempat menjajal Event Organizer (EO) untuk kegiatan lari, tetapi hasilnya tidak sepadan setelah memperhitungkan banyak hal. Akhirnya, mereka menemukan platform aplikasi builder yang dapat menyalurkan visinya lewat virtual run.

Pada Februari 2017, mereka memulai cikal bakal 99VR dengan mendirikan CV Samala Digital Solution. 99VR dibangun secara bootstrap, masing-masing founder berinvestasi awal sebesar Rp3,5 juta per orang dengan total Rp10,5 juta yang digunakan untuk membeli akses app builder dan memaksimalkan segala fitur.

Co-Founder dan CEO 99VR Stevie Go mengungkapkan bahwa di masa awal pengembangan produk, kegiatan operasional dilakukan oleh ketiga Founders dengan 1 orang admin dan hanya memiliki 1 orang tim IT dari pihak aplikasi builder. “Turning point terjadi pada saat kami bertemu dengan Founder dan CEO COMPRO yang tertarik bergabung dan support dari sisi tech team,” ujarnya

Para pendiri sepakat untuk mengembangkan 99VR menjadi sebuah PT Samala Sehat Bahagia sejak akhir 2018 hingga sekarang dengan total tim sampai dengan Maret 2023 sebanyak 13 orang.

Hingga Desember 2022, 99VR telah menjangkau 163 ribu downloader, finisher di 25 negara, serta 214 events dimana 70% lebih dilakukan dengan klien dari beragam industri, diantaranya Nutrifood Indonesia, Bank Indonesia, BCA, Pertamina, Universitas Indonesia, Uniqlo, dan Harris Hotel Grup.

Di bulan Agustus 2017, 99VR berhasil menghasilkan 100 juta pertama dalam waktu 3 bulan. Selama satu tahun beroperasi, pihaknya mengantongi total pendapatan sebesar lebih dari Rp1 miliar. Pada 2021, 99VR mengklaim telah memperoleh total pendapatan sebesar Rp7,8 miliar.

Aplikasi 99VR

Dalam wawancara bersama DailySocial, Stevie melihat industri teknologi secara umum masih berpotensi berkembang mengingat saat ini banyak yang merasakan bagaimana teknologi memberikan kemudahan dalam aktivitas kita sehari-hari.

99VR memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman pengguna, baik sejak flow pendaftaran sampai pembayaran. Penggunaan AI disebut membantu proses verifikasi data peserta, sedangkan machine learning dimanfaatkan untuk menghindari potensi kecurangan.

Di aplikasi 99VR, peserta bisa mendaftar event yang diinginkan. Saat periode dimulai, peserta bisa mulai lari dan submit untuk jarak yang diajukannya. Setelah menyelesaikan race, medali akan dikirimkan ke alamat masing-masing peserta. Tak hanya itu99VR juga menawarkan solusi pembuatan aplikasi dan desain bagi para perusahaan atau UMKM agar mempunyai alat untuk berjualan.

Perusahaan secara spesifik menargetkan generasi milenial dan gen X yang mulai sadar akan pentingnya kesehatan, tetapi tidak tahu harus memulai dari mana karena tidak ada motivasi. Saat ini, pengguna 99VR terdiri dari 70% pria dan 30% wanita yang tersebar di semua provinsi Indonesia dan 25 negara di dunia.

“Dengan beragam event dan challenge yang disuguhkan 99VR, mereka menjadi termotivasi dan berani memulai olahraga dan bergabung dengan event lari,” ungkap Stevie pada DailySocial.

Monetisasi dan kemitraan

Untuk monetisasi, 99VR mengambil fee pada layanan B2B dan pendaftaran peserta serta membership untuk B2C. Dari seluruh kegiatan yang diselenggarakan 99VR, saat ini lebih dari 220, sekitar 30% adalah event independen dengan rata-rata 4-5 (total B2B dan B2C) event baru setiap bulannya. 99VR melakukan penghematan dan efisiensi dari sisi opex dan berfokus pada bagian/divisi yang selama ini memberikan profit besar untuk perusahaan.

Stevie mengakui bahwa tantangan terberat justru memasuki tahun ke-6 di mana mereka harus sedikit melakukan pivot terkait perubahan kebiasaan pengguna yang akan lebih fokus lagi untuk B2B dan O2O dari sisi B2C. Ke depannya, 99VR akan mendorong misi olahraga sebagai gaya hidup sehat yang bisa dilakukan dari mana saja dan kapan saja.

“Itu sebabnya saat ini pun kami sedang mencari strategic partner untuk bisa mengembangkan produk-produk kami yang lain. Target kami bisa menembus satu juta pengguna dengan memiliki divisi atau bisnis unit baru untuk memperkuat ekosistem ini,” tegas Stevie.

Stevie juga mengungkapkan bahwa perusahaan saat ini tengah menggalang dana. “Saat ini kami berencana membuka kesempatan untuk menggandeng strategic partner dengan tujuan pengembangan produk 99VR agar rencana kami di 2023 bisa lebih cepat terwujud untuk memperluas atau menambah revenue stream baru,” ujarnya.