Grab dan Sembrani Wira Buka Program Akselerator Batch 4, Incar Startup Pemberdayaan UMKM

Grab dan Sembrani Wira, program akselerator dari BRI Ventures, kembali bekerja sama untuk membuka Grab Velocity Ventures (GVV) Batch 4. Tema yang diusung tak jauh berbeda dengan batch sebelumnya, yakni menyasar startup yang fokus pada pemberdayaan UMKM.

Namun kriteria startup yang dibidik kali ini lebih spesifik, memiliki model bisnis yang mampu menyediakan layanan bagi UMKM, contohnya point of sale (POS), customer relationship management, e-commerce enablement, software as a service (SaaS), dan model bisnis lainnya yang relevan.

“Tahun ini kami akan kembali fokus pada pemberdayaan UMKM. Kenapa UMKM? Sebab menurut data UNDP 2020 menyampaikan sebelum pandemi hanya 20% UMKM yang sudah memiliki kehadiran online, tapi sejak pandemi meningkat hingga 44%. Masuk ke ranah digital telah membantu banyak UMKM mempertahankan bisnis dan karyawan mereka,” ucap Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi dalam konferensi pers virtual, Rabu (9/6).

Menurutnya, UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian negara. Bila dibantu dengan solusi digital yang dapat, UMKM dapat terbantu untuk lebih cepat beradaptasi dengan kondisi sekarang ini dan pada akhirnya memainkan peran penting buat negara.

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, salah satu alasan Sembrani Wira turut serta dalam batch kali ini karena ia percaya setiap krisis pasti akan menciptakan perusahaan-perusahaan yang tangguh. Berkaca dari krisis yang terjadi krisis finansial di 2008, misalnya bermunculan perusahaan dengan konsep sharing economy seperti Airbnb dan Uber. “Secara pattern krisis selalu mendatangkan perusahaan yang lebih tangguh,” kata Nicko.

Neneng kembali melanjutkan, kriteria lainnya yang dicari oleh Grab pada batch ini adalah startup tersebut sudah mendapatkan pendanaan dari investor (post-seed); sudah berjalan dan memiliki model bisnis yang jelas (past proof of concept); dan memiliki produk atau jasa yang mampu untuk terus berkembang (scalable product of service).

Batch ini nantinya akan berjalan antara 12-16 minggu. Dalam rangkaian program akan diisi dengan kegiatan workshop dari berbagai industri untuk membawakan topik yang relevan buat startup; sesi mentoring 1:1 bersama para ahli di bidangnya, networking untuk bertemu dan menjalin hubungan dengan para startup founders, alumni, dan tim & partners dari Grab dan BRI Ventures.

Kemudian, pilot program sebuah kesempatan untuk menghubungkan usaha startup ke basis pelanggan dan pengguna Grab selama 8 minggu; dan partnership & investment possibility dari Grab dan/atau BRI Ventures. Pendaftaran batch 4 mulai dibuka pada hari ini sampai 27 Juni 2021.

Secara total GVV telah membina 20 startup, 15 di antaranya datang dari Indonesia. Beberapa namanya adalah Tanihub, Sayurbox, Qoala, Porter, Eragano, Pergiumroh, BookMyShow, Tamasia, Sejasa.com, Minutes, Luna, Printerous, KliknClean, GetCraft, dan Workmate.

Adapun Sembrani Wira sendiri baru membuka batch perdananya di tahun ini. Mereka membina delapan startup, di antaranya adalah Gredu, Brick, GajiGesa, MYCL, Minapoli, Tumbasin, Biteship, dan CookLab.

Daftar Program Inkubator dan Akselerator untuk Startup Indonesia 2021

Program inkubator atau akselerator startup dapat dipilih founder untuk membantu memaksimalkan proses peningkatan skala bisnis. Pada umumnya, program tersebut menawarkan rangkaian kegiatan pembelajaran dengan kurikulum yang spesifik — bahkan beberapa di antaranya memilih banyak fokus di vertikal bisnis tertentu saja.

Kendati dikemas dalam aktivitas yang hampir sama, inkubator dan akselerator memiliki perbedaan spesifik, terutama dalam kaitannya dengan target pesertanya. Inkubator lebih fokus kepada startup tahap awal, bahkan startup yang baru mau terbentuk. Tujuan utamanya membantu founder untuk mengembangkan ide, model bisnis, hingga mengeksekusi minimum viable product (MVP).

Sementara program akselerator fokusnya membantu startup yang sudah mencapai product-market fit [penerimaan produk di pasar] untuk melakukan eskalasi bisnis atau growth. Di tahap ini founder akan lebih banyak diajarkan tentang bagaimana melakukan ekspansi produk, growth hacking, hingga penggalangan dana ke investor untuk tahapan lebih lanjut.

Dari tahun ke tahun, program inkubator dan akselerator startup terus bermunculan dari berbagai pihak baik dari dalam maupun luar negeri. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan DailySocial, per tahun 2021 ini ada sekitar 17 program inkubator dan/atau akselerator yang masih aktif membuka batch untuk startup baru. Banyak di antaranya mengonversi kegiatan secara virtual di tengah pembatasan akibat pandemi.

Berikut daftar selengkapnya:

Inkubator Akselerator Startup Indonesia 2021

Sebagian besar, rangkaian program akselerator startup di Indonesia terdiri dari beberapa agenda. Dimulai dari seleksi ketat melalui perencanaan dan proyeksi bisnis — juga kecakapan founder. Dilanjutkan sesi mentoring dengan para pakar di berbagai bidang, mulai dari bisnis, pemasaran, hingga teknologi.

Tak sedikit pula saat sesi mentoring penyelenggara mempertemukan startup dengan berbagai kalangan, termasuk investor. Gunanya untuk memberikan validasi terhadap bisnis yang dikembangkan dari perspektif penanam modal. Sesi ini rata-rata memakan waktu yang cukup lama, berkisar antara 1 s/d 6 bulan. Dan setiap batch ada yang merekrut lima sampai puluhan startup binaan.

Acara puncaknya, startup akan diminta untuk melakukan pitching dalam sebuah “demo day”. Penyelenggara akan mengundang berbagai pihak, terutama venture capital, angel investor, hingga perusahaan yang berpotensi menjadi mitra strategis mereka.

DailySocial sendiri memiliki program inkubator yang dilakukan secara rutin setiap tahun bernama DSLaunchpad. Tahun 2021 rangkaian kegiatan akan sepenuhnya dilakukan secara online, mempertemukan founder dengan kurikulum pengembangan bisnis komprehensif, dipandu jajaran mentor berpengalaman. Pembaruan informasi tentang program tersebut dapat disimak melalui laman https://launchpad.dailysocial.id/.


Disclosure: Marsya Nabila berpartisipasi dalam penyusunan publikasi ini.
Gambar Header: Depositphotos.com

Dapat Pendanaan Tahap Awal dari Induk, Surge Incar Lebih Banyak Startup Indonesia Bergabung

Surge, program akselerator milik Sequoia Capital India, akan terus menarik lebih banyak startup Indonesia bergabung dalam program-program mereka setlah mengantongi pendanaan tahap awal sebesar $195 juta (lebih dari 2 triliun Rupiah) dari induknya. Sejak program Surge dimulai Maret 2019 lalu, telah menarik sembilan startup Indonesia, dari total 69 startup yang tersebar di Asia Tenggara dan India, mengasah potensi terbaiknya.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Managing Director Sequoia India Rajan Anandan tidak bersedia merinci secara eksplisit dana tersebut akan digunakan untuk apa saja dan di negara mana saja. Dana segar tersebut akan didedikasikan untuk memberdayakan para pendiri yang digerakkan oleh misi di Asia Tenggara dan India dan membantu mereka membangun perusahaan yang benar-benar tahan lama.

Ia juga memastikan Surge ingin merekrut lebih banyak perwakilannya di Indonesia, sebab negara ini telah menjadi bagian dari keluarga Sequoia Capital India. “Kami sangat terkesan dengan bakat dan potensi kawasan ini untuk membangun perusahaan kelas dunia. Sequoia Capital telah menjadi investor aktif di Indonesia sejak 2014,” kata Anandan.

Surge Cohort 4 telah selesai pada bulan lalu, terpilih 17 startup yang masuk ke dalam program. Ada empat startup dari Asia Tenggara di dalamnya, tiga di antaranya dari Singapura dan satu dari Indonesia, yakni Otoklix. Startup ini didirikan oleh Martin Reyhan Suryohusodo, Joseph Alexander Ananto, dan Benny Sutedjo pada 2019. Otoklix membantu mendigitalkan sektor aftermarket otomotif Indonesia dengan menyediakan solusi online ke offline.

Otoklix menambah jajaran startup lokal yang masuk komunitas Surge. Sebelumnya, terdapat Qoala, BukuKas, CoLearn, Hangry, Bobobox, Storie, Chilibeli, dan Rukita. Anandan menuturkan, lebih dari separuhnya telah melakukan putaran seri A dan menggunakan teknologi untuk mengubah cara orang hidup dan bekerja.

Ia mencontohkan, BukuKas yang bergabung di Surge pada April 2020, membantu UMKM mengerti dan mengatur pencatatan keuangan dengan lebih efektif lewat smartphone. Kini BukuKas memiliki lebih dari lima juta pengguna terdaftar dan di dalamnya terdapat dua juta pengguna aktif. Pertumbuhannya dalam setahun tembus 73 kali lipat dan volume transaksi tahunan sebesar $18 miliar. Pada awal tahun ini BukuKas mengantongi pendanaan Seri A $10 juta.

Sementara itu, CoLearn yang layanannya baru diresmikan pada Agustus 2020, telah berkembang pesat dengan 3,5 juta siswa mengajukan lebih dari 5 juta pertanyaan per bulan, yang dijawab melalui platform AI CoLearn. 80% siswa yang disurvei yang menggunakan produk telah melihat nilai mereka meningkat. Misi CoLearn meningkatkan standar pendidikan agar generasi muda Indonesia berdaya saing global.

Pesatnya perkembangan BukuKas dan CoLearn adalah bukti bahwa pandemi bisa menjadi kesempatan yang unik dalam menyelesaikan tantangan baru dengan pendekatan teknologi. Pasalnya, pandemi membuat akselerasi dan adopsi teknologi tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya selama 12 bulan terakhir, menciptakan peluang di beberapa sektor.

“Bisnis offline tradisional telah berubah menjadi online. Indonesia dengan populasi yang paham digital dan memprioritaskan seluler telah menyaksikan gelombang baru startup yang mendukung teknologi memanfaatkan hal ini dengan baik.“

Dirinci lebih jauh, dari 69 startup yang bergabung, mencakup lebih dari 15 sektor. Terbagi atas, sepertiganya membangun produk SaaS, mayoritas untuk pasar global; 25% membangun startup internet konsumen; 13% membangun merek konsumen, dan 12% berada di ruang B2B. 30 startup dari 52 startup dari tiga cohort yang diselenggara berhasil mengumpulkan $390 juta sebagai modal lanjutan (follow on capital) setelah program.

Surge Cohort 5

Surge membuka dua batch dalam setahun dengan kuota sekitar 15-20 startup untuk dibina selama 16 minggu per batch. Startup yang bergabung bisa masih berupa ide atau konsep, asal founder tersebut berkomitmen full time untuk mengembangkannya jadi bisnis nyata.

Startup tahap awal yang sudah punya bisnis diwajibkan mencantumkan kinerja bisnisnya, seperti traksi untuk mengukur seberapa besar potensi industrinya. Surge juga tidak membatasi segmen startup apa yang bisa bergabung, yang penting bergerak di teknologi.

Setiap startup yang bergabung akan mendapat pendanaan awal dengan nilai sekitar $1 juta-$2 juta (sekitar Rp14 miliar-Rp28 miliar). Dana tersebut dapat digunakan membangun tim yang solid dengan memanfaatkan jaringan program Sequoia lainnya, yakni 10x Engineer dalam mendapatkan talenta terbaik.

Dana juga dapat digunakan mematangkan produk agar siap dikomersialkan dan membangun perusahaan agar lebih sustain. “Indonesia adalah prioritas utama Surge dan kami berharap dapat menarik startup dan founder paling cemerlang dari Indonesia. Kami mendorong para pemula yang sudah dalam tahap pre-launch dan sudah diluncurkan untuk mendaftar ke program ini,” pungkas dia.

Saat ini Surge Cohort 5 akan kick off pada Juni hingga Oktober 2021. Pendaftaran telah ditutup pada 15 Maret kemarin.

Endeavor Indonesia Gelar “ScaleUp Growth Program”

Bertujuan mendukung para founder dan entrepreneur yang sudah melewati fase product-market fit untuk bisa scale-up melewati inflection point mereka yang selanjutnya, Endeavor Indonesia menggelar program “Endeavor Indonesia ScaleUp Growth Program”.

Mereka yang telah memiliki kantor pusat di Indonesia, telah menjalankan bisnis selama lebih dari dua tahun, telah menerima pendanaan sebesar $2 juta lebih atau mereka yang telah menghasilkan lebih dari $2 juta pendapatan tahunan di tahun 2020, berkesempatan mendaftar dalam program ini.

Ini adalah pertama kalinya Endeavor Indonesia mengadakan program akselerator.

Kepada DailySocial, Entrepreneur Search and Growth Endeavor Indonesia Zakia Syifa mengungkapkan, program ini merupakan akselerator non-dilutif, sehingga Endeavor tidak akan melakukan penyertaan modal bagi perusahaan yang terpilih. Hal ini juga yang menjaga Endeavor untuk menjaga prinsip pertama dan utamanya, yaitu “Entrepreneur First” dengan menyediakan dukungan yang netral melalui mentor-mentor, agar para mereka dapat menentukan langkah terbaik bagi bisnisnya.

“Program ini sepenuhnya didesain untuk menjadi tempat bagi pengusaha untuk tumbuh, menemukan kejelasan dan validasi tentang bisnis dan strategi mereka, serta jawaban atas tantangan-tantangan terbesar dalam proses scaling-up. Selain itu, peserta juga dapat mengembangkan bisnisnya dari sisi komersial melalui jaringan Endeavor yang mereka dapatkan melalui program ini, serta dapat mengakselerasi proses pendanaan bagi mereka yang sedang aktif mencari.”

Untuk mendukung kegiatan yang ada, ScaleUp Program juga akan memanfaatkan sejumlah mentor Endeavor yang sudah ada. Secara keseluruhan saat ini Endeavor Indonesia telah memiliki sekitar 80 orang mentor yang berasal dari pebisnis dan profesional dengan lebih dari 15 tahun pengalaman di bidangnya masing-masing.

“Melalui program ini Endeavor ingin berbuat lebih banyak untuk menyiapkan para entrepreneur untuk memasuki fase scale-up dan menjadi Endeavor Entrepreneur, sehingga ke depannya dapat segera menerima manfaat penuh dari Endeavor sebagai organisasi yang fokus menyediakan dukungan untuk perusahaan scale-up.”

Dukung entrepreneur daerah

Telah hadir sejak 2012, program Endeavor Indonesia yang fokus menyeleksi dan membantu high-impact entrepreneur telah memiliki beberapa rencana dan target yang bakal dilancarkan tahun ini. Salah satunya adalah membantu lebih banyak entrepreneur daerah yang hingga saat ini masih kurang mendapatkan kesempatan, seperti para entrepreneur yang bermukim di kota-kota besar.

“Kami ingin mencari lebih banyak startup yang berasal dari daerah, memiliki latar belakang unik namun memiliki impact yang besar. Bisa jadi mereka yang berasal dari kalangan menegah ke bawah dan memiliki perhatian dengan lingkungan akan menjadi prioritas kami ke depannya,” kata Chairman Endeavor Indonesia 2020 Arif P. Rachmat.

Selama ini Endeavor Indonesia telah membantu entrepreneur berpengaruh mengakselerasi pertumbuhan usaha mereka dengan memperkenalkan mereka ke pakar industri lokal dan global yang menjadi mentor mereka. Endeavor Indonesia juga memberikan akses komprehensif ke pasar, permodalan dan talenta. Salah satu entrepreneur berpengaruh yang didukung oleh Endeavor Indonesia adalah CEO dan Co-Founder eFishery Gibran Huzaifah.

Accelerating Asia Umumkan 11 Startup Cohort Keempat, Satu Startup dari Indonesia

Accelerating Asia, perusahaan modal ventura dan akselerator untuk startup pra-seri A, mengumumkan 11 startup yang masuk ke dalam cohort keempat. Mereka tersebar dari empat negara, yakni Singapura, Indonesia, Pakistan, dan Bangladesh. Ada satu startup lokal yang lolos dalam batch kali ini, yaitu TransTrack.ID.

Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo mengatakan, pada program cohort ke-4 ini telah menyeleksi sebanyak 500 startup yang berasal dari 30 negara. “Dengan hanya 2% startup terpilih, ke-11 startup tersebut akan menjadi bagian dari cohort terbesar kami dan berhak menerima investasi hingga 200 ribu dolar Singapura (senilai lebih dari 2 miliar Rupiah) dari dana modal ventura kami,” tuturnya, Selasa (13/4).

Nama-nama dari 11 startup tersebut adalah Amar Lab, Casa Mia, DoctorKoi, Drive Lah, HandyMama, Independents, KopiDate, Mobiliti, SWAP, Waitrr, dan TransTRACK.ID.

Dirinci lebih jauh, 11 startup ini telah mengumpulkan modal lebih dari 6 juta dolar Singapura sejak awal mengikuti program, membukukan total modal yang dihimpun dari para seluruh portofolio startup Accelerating Asia menjadi lebih dari 30 juta dolar Singapura. Sekitar 70% dari investasi ini terkumpul sejak bergabung dengan portofolio Accelerating Asia.

11 startup Cohort 4 Accelerating Asia / Accelerating Asia
11 startup cohort 4 Accelerating Asia / Accelerating Asia

Dalam waktu satu bulan sejak cohort keempat dimulai, para startup telah mencatat kenaikan pendapatan bulanan sebesar 25%, naik dari rata-rata senilai 45 ribu dolar Singapura hingga mencapai 56 ribu dolar Singapura. Tingkat pertumbuhannya juga telah naik dua kali lipat sejak bergabung, dengan rata-rata pertumbuhan 30% month-to-month, dari sebelumnya sebesar 16%.

Seluruh startup ini mencakup 10 vertikal bisnis yang di antaranya bergerak di properti, online dating, dan pemasaran/periklanan. Bila ditotal dengan seluruh portofolio, kini mencakup lebih dari 20 vertikal yang bergerak di bisnis B2B, B2C, dan B2B2C. Sebanyak 35% startup didirikan oleh perempuan dan 60% gender lens investment (investasi berbasis gender), dengan lebih dari 80% fokus pada dukungan terhadap program Sustainable Development Goals yang dicanangkan oleh PBB.

Satu-satunya startup lokal yang lolos dalam cohort ini adalah TransTRACK.ID. Mereka fokus mengumpulkan data untuk melacak, menganalisis, dan meningkatkan operasi transportasi. Tim pendirinya solid dengan pengalaman mendalam di industri yang sama. Pendapatan per tahun startup ini diklaim naik lebih dari dua kali lipat dan naik sebesar 130% sejak Maret 2020. Sebelum bergabung ke Accelerating Asia, TransTRACK.ID masuk ke dalam jajaran peserta terpilih dalam DSLaunchpad 2.0.

Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Craig Dixon menambahkan, pada cohort kali ini pihaknya melakukan sejumlah penyesuaian agar tetap sejalan dengan kondisi pandemi, seperti melirik startup yang berpotensi baik. Salah satunya tercermin dari Amar Lab dan Waitrr yang telah diuntungkan dari dinamika market yang sangat terdampak Covid-19.

“Mereka berada di posisi yang tepat untuk pertumbuhan jangka panjang karena sektor kesehatan dan hospitality global terus mempercepat upaya digitalisasi mereka dalam bentuk layanan jarak jauh dan mobile,” katanya.

Accelerating Asia menawarkan investornya akses lebih awal dan eksklusif dengan startup portofolionya, menyediakan deal-flow terkualifikasi, hak pro-rata, dan opsi pertama untuk investasi yang memenuhi syarat dan akan terus berlanjut pada kuartal II 2021, hingga saat akselerator modal ventura memperluas kemitraan dan peluang investasi.

Ke depannya, perusahaan berencana untuk memperluas kehadiran, mengembangkan jejak yang lebih besar di berbagai pasar melalui perekrutan cohort dan kemitraan dengan pemerintah serta investor. Untuk mendukung ekosistem startup, Accelerating Asia menawarkan program Amplify, sebuah program akselerator virtual dengan enam modul yang memberikan akses bagi startup ke jaringan papan atas untuk menumbuhkan bisnis mereka.

Selain itu, program lainnya adalah Angel350, program angel investing virtual yang menyediakan panduan langkah demi langkah kepada investor untuk berinvestasi di kawasan ini. Puncak program cohort ke-4 adalah Demo Day online pada 17 Juni 2021 mendatang, dan pendaftaran untuk cohort ke-5 sudah dibuka.

Lebih Dekat dengan Program Akselerator Sembrani Wira dari BRI Ventures

BRI Ventures (BVI) memperkenalkan program akselerator “Sembrani Wira”, bekerja sama dengan Fazz Financial dan didukung Prasetia Dwidharma. Tujuannya untuk membantu founder mempercepat pertumbuhan startupnya, sehingga siap memasuki pasar yang lebih luas secara regional maupun global.

Dalam rangkaian pertamanya, dari ratusan peserta yang mendaftar, telah dipilih 9 startup meliputi GajiGesa, Biteship, MYCL, CookLab, Gredu, Restock.id, Minapoli, Tumbasin, dan Brick.io. Selanjutnya mereka akan mengikuti rangkaian kegiatan selama 8 minggu dibimbing para mentor dan investor dari Indonesia, Singapura, Australia, sampai Amerika Serikat.

Sembrani Wira

Secara filosofis, Wira (वीर) diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti “ksatria”. Itu juga menjadi akar kata dari “wirausaha” atau “wiraswasta”, sesuai dengan DNA seorang founder startup.

“Selama satu dekade terakhir, ekosistem startup Indonesia tumbuh lebih besar, lebih baik, dan lebih berkelanjutan meskipun terjadi krisis di tahun 2020. Sektor teknologi sudah jelas menjadi pemenang meskipun banyak penurunan industri di seluruh dunia. Sekarang founder sudah sangat jauh berbeda, dari tingkat eksekusi ke tingkat pola pikir. Kami sangat optimis bahwa kelompok ini akan menjadi salah satu yang terbaik yang pernah saya tangani dalam karier saya,” ujar CEO BRI Ventures Nicko Widjaja.

Dalam wawancara bersama DailySocial, VP Investment & Business Development BRI Ventures Markus Liman Rahardja memaparkan, ada beberapa alasan yang menjadi dorongan kelahiran Sembrani Wira. Pertama, BVI merasa bahwa ini waktu yang tepat untuk “go earlier”. Seperti diketahui saat ini CVC tersebut memiliki beberapa dana kelolaan, untuk growth-stage ke atas dengan main fund yang dimiliki dan untuk early-stage dengan Sembrani Nusantara yang belum lama ini diumumkan.

Lewat program ini, BVI juga memiliki misi untuk melakukan pembinaan dan pengembangan ekosistem lokal untuk generasi startup selanjutnya. “The time is now, pandemi banyak mengakselerasi industri dan sektor baru, sehingga kami melihat banyak startup baru bermunculan dan mereka menarik-menarik [..] Wira itu juga diartikan sebagai ‘perang’, jadi kita ingin mencari ksatria digital baru di Indonesia,” ujar Markus.

Sembrani Wira tidak menargetkan sektor tertentu saja (agnostik), namun ada beberapa kriteria yang menjadi variabel dalam proses seleksinya. Yang paling kentara, mereka mencari startup yang lebih siap secara model bisnis dan produknya — beberapa peserta bahkan sudah mendapatkan pendanaan dari angel investor maupun pemodal ventura.

Fokus program ini adalah untuk memvalidasi lagi model bisnis yang sudah dimiliki, sembari mempertajam produk. Kemudian, ada kesempatan untuk dibantu membuka pangsa pasar lewat jaringan yang dimiliki BRI maupun BVI. Dengan harapan ketika selesai program mereka lebih siap masuk ke pipeline Sembrani Nusantara.

Markus juga menjelaskan, berbeda dengan program akselerator yang model pembelajarannya berupa classroom model, Sembrani Wira lebih banyak menyuguhkan sesi eksklusif untuk mempertemukan founder dengan mentor. Interaksi yang dijalankan lebih banyak fokus ke pengembangan bisnis secara spesifik sesuai kebutuhan masing-masing startup, alih-alih menambah wawasan bisnis secara umum.

Lebih lanjut Nicko menyampaikan, “Salah satu hal penting dalam agenda kami adalah membantu para founder tidak hanya mendapatkan product-market fit, tapi juga go beyond. Jadi kami akan berdiskusi dengan para founder untuk melihat apa tujuan mereka dan membantu mereka untuk menarik kembali apa yang harus mereka lakukan untuk mencapai tujuan tersebut.”

“Ekosistem startup di setiap negara memiliki pola pikir yang disebut Paying It Forward. Hal ini terlihat ketika Google, Facebook, Amazon, Alibaba, dan lainnya percaya pada ekosistem tempat mereka tumbuh dan berinvestasi ulang untuk mendorong inovasi yang berasal dari para pendiri baru,” imbuh Nicko.

BRI Ventures juga bekerja sama dengan DailySocial sebagai media partner dan penyedia platform akselerator. Selain itu, peserta juga akan mendapatkan bantuan layanan hukum melalui KontrakHukum, kredit AWS, dan manfaat menarik lainnya yang dapat membantu mereka mengembangkan bisnisnya ke tahap yang lebih baik.

Lolos ke Y Combinator, Finantier Mulai Gaet Investor Baru untuk Pendanaan Awalnya

Finantier, startup pengembang platform open finance, hari ini (23/12) mengumumkan telah terpilih untuk mengikuti program akselerasi Y Combinator untuk batch Winter 2021 di tahun depan. Bersamaan dengan itu, mereka juga menambah jajaran investor yang turut andil dalam pendanaan awal mereka, yakni Y Combinator dan Two Culture Capital.

Sebelumnya di akhir November 2020 lalu, startup yang digawangi oleh Diego Rojas, Keng Low, dan Edwin Kusuma tersebut mengumumkan pendanaan pra-tahap awal (pre-seed) yang dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari AC Ventures dan Genesia Ventures.

Para founder mengharapkan, bergabungnya Finantier ke YC diharapkan dapat menyerap berbagai keahlian ala Silicon Valley untuk memperkuat bisnis dan produk yang dimiliki di pasar Asia Tenggara. Di sisi lain, mereka juga menjadi makin yakin karena isu-isu yang coba diselesaikan melalui teknologinya secara tidak langsung turut tervalidasi.

“Y Combinator adalah kesempatan unik bagi kami untuk mempercepat pertumbuhan dengan bantuan mentor kelas dunia, terhubung dengan beberapa investor tahap awal teratas, dan membangun kemitraan strategis untuk rencana ekspansi masa depan kami,” ujar CEO Finantier Diego Rojas.

Sejak menerima pendanaan pre-seed, Finantier telah menerima sekitar 20 klien di fase beta. Mereka menyuguhkan tiga kapabilitas utama, yakni verifikasi identitas (eKYC); membantu bisnis mengelola data mentah dengan machine learning (big data); dan menghadirkan fitur untuk mengakomodasi pembayaran yang dilakukan rutin atau langganan. Layanan disuguhkan kepada pemain fintech, diintegrasikan melalui mekanisme API.

Turut ditambahkan, dana dari investor baru akan difokuskan untuk meningkatkan tim, teknologi, dan pemasaran. Hadirnya Y Combinator dan Two Culture Capital ke dalam jajaran bisnisnya juga dipandang sebagai kesempatan untuk memperluas cakupan layanan, termasuk di luar Asia Tenggara.

Startup Indonesia di Y Combinator

Per awal tahun ini kami mencatat, setidaknya ada tujuh startup lokal yang sudah bergabung di Y Combinator – di paruh kedua 2020, BukuWarung turut andil dalam program ini. Tidak dimungkiri, program akselerasi berbasis di Mountain View menjadi salah satu katalisator lahirnya startup digital terkemuka. Dropbox, Stripe, Coinbase, Twitch, Reddit, Airbnb adalah beberapa nama-nama alumni program tersebut yang saat ini bisnisnya mendunia.

Y Combinator Startup Indonesia

Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari program ini. Sebelumnya kami pernah merangkum dalam tulisan bertajuk “Studi Banding ke Program Akselerator Y Combinator“.

Salah satu testimoni diberikan oleh Co-Founder Shipper Budi Handoko yang tergabung dalam YC W19. Ia mengatakan, “Orang-orang di YC itu semuanya entrepreneur. Dengan bergabung di program itu kita makin banyak dikenal mitra, investor. Ini kesempatan bagi kami untuk memvalidasi bisnis kepada top entrepreneur. Di sana kami belajar cara presentasi bisnis dengan sangat efisien dan efektif.”

Co-Founder Nustantara Tech & SuperApp.id Steven Wongsoredjo juga mengaku mendapat pengalaman menyenangkan dari keikutsertaannya di program tersebut. Ia bercerita, “Pengalaman YC benar-benar mengubah pola pikir saya. Mereka mengajarkan untuk membuat versi paling sederhana dari produk dan meluncurkan secepat mungkin. Tujuannya untuk menguji apakah tesis kami memiliki kecocokan di pasar. Waktu adalah komoditas paling berharga, jadi kita harus secepat mungkin memastikan itu semua, bukan sekadar berasumsi.”

Endeavor Indonesia Ingin Rangkul Lebih Banyak Startup di Daerah

Telah hadir sejak 2012, program Endeavor Indonesia yang fokus menyeleksi dan membantu high-impact entrepreneur berbasis teknologi telah memiliki beberapa rencana dan target yang bakal dilancarkan tahun depan. Mereka juga baru mengumumkan suksesi dengan masuknya jajaran 4 board member baru, salah satunya Co-CEO Gojek Andre Soelistyo.

Dalam sesi temu media secara virtual, Arif P. Rachmat yang baru saja ditunjuk sebagai Chairman Endeavor Indonesia 2020 mengungkapkan, tahun 2021 mendatang diharapkan organisasi ini bisa menjaring lebih banyak startup yang saat ini masih terbilang ‘overlooked’ dan belum banyak diincar oleh venture capital dan program akselerator.

“Kami ingin mencari lebih banyak startup yang berasal dari daerah, memiliki latarbelakang unik namun memiliki impact yang besar. Bisa jadi mereka yang berasal dari kalangan menegah kebawah dan memiliki perhatian dengan lingkungan akan menjadi prioritas kami ke depannya.”

Selama ini Endeavor Indonesia telah membantu entrepreneur berpengaruh mengakselerasi pertumbuhan usaha mereka dengan memperkenalkan mereka ke pakar industri lokal dan global yang menjadi mentor mereka. Saat ini terdapat 73 mentor dengan 436 jam mentoring yang telah didedikasikan. Endeavor Indonesia juga memberikan akses komprehensif ke pasar, permodalan dan talenta.

“Negeri ini butuh lebih banyak high-impact entrepreneur karena mereka dapat membawa Indonesia menjadi negara maju. Presiden Jokowi menyatakan bahwa salah satu syarat menjadi negara maju adalah jumlah entrepreneur di negara tersebut mencapai 14% dari jumlah penduduknya. Dan di Indonesia, angkanya baru sekitar 3%,” kata Arif.

Dukungan mentoring selama program

Gibran Huzaifah (dua dari kiri) dalam acara Endeavor Scaleup Asia Clinic (Speed mentoring) 2016

Salah satu kegiatan yang dinilai cukup menarik dan menjadi keunggulan dari Endeavor Indonesia adalah, kegiatan mentoring yang diberikan kepada startup selama program berlangsung. Salah satu startup yang merupakan lulusan Endeavor Indonesia adalah eFishery.

Menurut Co-Founder & CEO eFishery Gibran Huzaifah, bukan saja berkesempatan bertemu dengan para mentor yang berkualitas, namun insight yang kemudian didapatkan selama mengikuti program adalah, agar startup bisa dream big dan memiliki impian hingga cita-cita yang sangat besar untuk startup yang dimiliki.

“Selama mengikuti program saya juga memiliki kesempatan menjalin relasi dengan penggiat startup yang sudah berpengalaman. Salah satu contohnya adalah pertemuan saya dengan Aldi Haryopratomo dari GoPay yang akhirnya membawa eFishery menjalin kerja sama strategis dengan Gojek saat ini,” kata Gibran.

Gibran Huzaifah bersama dengan Christian Sutardi (Co-Founder, Fabelio) merupakan dua startup asal Indonesia terpilih sebagai Endeavor Entrepreneur of The Year 2020. Penghargaan ini diberikan berdasarkan prestasi yang mereka raih, yaitu berhasil membawa startup mengalami perkembangan positif dan sukses melakukan penggalangan dana.

“Bukan hanya memperkuat skill dan wawasan dari pendiri startup, Endeavor Indonesia juga memiliki Endeavor Academy yang bertujuan untuk memperkuat tim. Kami juga memiliki program untuk memperkuat masing-masing bidang, seperti sales, HR dan lainnya. Kami juga memiliki bantuan terkait legal/hukum, terutama untuk isu yang saat ini sedang hangat yaitu omnibus law,” kata Managing Director Endeavor Indonesia Wayah Wiroto.

eBay di Indonesia Kini Fokus Bantu UKM Tingkatkan Ekspor

Berdalih ingin fokus ke ranah B2B, terhitung mulai 1 September 2020 layanan Blanja dihentikan. Seperti diketahui, Telkom tidak sendiri menggarap platform e-commerce tersebut, melainkan bersama eBay. Salah satu bentuk kerja samanya, memungkinkan masyarakat Indonesia membeli produk yang ada di katalog eBay.

Setelah penutupan Blanja, ternyata eBay masih berkomitmen melanjutkan bisnisnya di Indonesia dengan cara lain, yakni lewat program pemberdayaan UKM. Kini situs https://ebaysellercentre.co.id/ disediakan untuk penjual dari Indonesia.

Untuk tahu lebih detail, kami berkesempatan mewawancara Tam Yong Sheng selaku Head of Business Development eBay Asia Tenggara.

“Kabar bisnis terbaru dari eBay adalah peluncuran program eBay Global 24/7, yang didesain khusus untuk para pelaku UKM di Asia Tenggara. Terdapat berbagai benefit dalam program ini seperti New Business Seller insentif bagi para penjual baru, webinar edukasi, dan masih banyak lagi,” terang Tam.

Program tersebut memiliki tujuan membantu pengembangan ekspor produk dari Asia Tenggara ke pasar dunia. Tam turut mengatakan, Indonesia menjadi salah satu destinasi utama untuk pelaksanaan program ini. Hal tersebut didasarkan pada potensi produk lokal di tanah air yang banyak diminati di mancanegara, seperti produk otomotif, kesehatan, kecantikan, kerajinan kulit, hingga alat musik.

Momentum di tengah pandemi

Tam Yong Sheng selaku Head of Business Development eBay Asia Tenggara / eBay
Tam Yong Sheng selaku Head of Business Development eBay Asia Tenggara / eBay

Mengutip data di perusahaannya, Tam menuturkan bahwa e-commerce global telah mencatat pertumbuhan pesat akibat perubahan perilaku konsumen di tengah pandemi. Di kuartal kedua saja, eBay melihat peningkatan 8 juta pembeli aktif baru dan pertumbuhan penjualan 29% di banding periode tahun lalu.

“Ekspor UKM Indonesia di platform eBay juga menunjukkan pertumbuhan yang sejalan dengan tren global ini, terutama di segmen suplemen kesehatan, di mana volume penjualan meningkat dua kali lipat dari periode yang sama tahun lalu,” imbuhnya.

eBay sendiri sejauh ini sudah menjangkau pasar internasional di 190 negara, dengan total 182 juta pembeli aktif. Turut dikatakan bahwa Amerika Serikat, Australia, dan Kanada adalah tiga negara tujuan ekspor teratas bagi UKM Indonesia yang ada di eBay.

“Bagi pasar AS, kategori fesyen dan suplemen kesehatan merupakan yang paling populer (tumbuh 102%). Di Inggris produk fesyen dan aksesoris (tumbuh 158%). Sementara produk gaya hidup laris di Prancis, Italia, dan Spanyol (tumbuh 250%),” kata Tam menjelaskan beberapa pasar ekspor yang bertumbuh pesat selama pandemi.

Fitur untuk UKM

Kami sempat menanyakan, apakah saat ini eBay sudah memiliki entitas perusahaan dan tim lokal di Indonesia. Namun sayangnya Tam enggan untuk memberikan keterangan. Sampai saat ini, mereka cuma memiliki prioritas di program pemberdayaan UKM tersebut di Indonesia.

Program akselerator e-commerce Global 24/7 telah berlangsung sejak 1 Juli 2020, targetnya gelombang perdana ini akan sampai 31 Desember 2020. Beberapa manfaat yang akan diberikan seperti eBay akan membebaskan biaya store untuk level dasar dan diskon 50% untuk fitur promoted listing. Tiap UKM akan mendapatkan insentif sampai $1000. Terdapat juga subsidi untuk tarif pengiriman, khususnya ke Amerika Serikat. Fitur lain seperti market intelligence dan pengelolaan akun turut diberikan.

“Sebelumnya, eBay telah berhasil membantu pemilik UKM lokal, salah satunya Eko Saputro dan bisnisnya Klasikku (penjual suku cadang mobil/motor klasik). Setelah menjalankan bisnis di eBay selama 2 tahun, Klasikku telah memperoleh pertumbuhan bisnis global sebesar 150%, dengan pangsa pasar utama Amerika Serikat. Saat ini Klasikku dan eBay sedang menggarap pengembangan bisnis ke wilayah Australia dan Eropa,” jelas Tam.

Application Information Will Show Up Here

Gambar header: Depositphotos.com

Grab Ventures Velocity Ketiga Telah Usai, Tiga Finalis Jadi Bagian Solusi untuk Merchant

Grab Ventures Velocity (GVV) akhirnya menyatakan lima startup finalis lulus dari program akselerasi tersebut. LunaPOS, Printerous, KliknClean, GetCraft, dan Workmate dinyatakan lulus setelah melewati rangkaian bimbingan dari Grab sejak Mei lalu.

Tema besar GVV angkatan ketiga ini masih tentang pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah dengan fokus pada usaha kuliner. Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, dalam jangka waktu tersebut kelima startup tadi menerima berbagai jenis bimbingan mulai dari pendanaan, pengelolaan keuangan, hingga strategi pengembangan bisnis langsung dari Group CEO & Co-Founder Grab Anthony Tan.

“Ini bukti nyata untuk mendukung ekosistem startup dan akselerasi ekonomi digital melalui digitalisasi ekonomi,” ujar Neneng.

Salah satu yang paling penting dari rangkaian bimbingan di program ini adalah kesempatan uji layanan selama delapan pekan dengan menawarkan layanan para finalis lewat platform GrabFood. Ini menjadi penting bagi para finalis karena seperti diketahui platform Grab merupakan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara. Masuk ke dalam ekosistem aplikasi mereka merupakan akses langsung ke ratusan ribu merchant dan jutaan pengguna.

Marketplace untuk mitra merchant

Dari uji layanan tersebut, Grab memberi kesempatan kepada LunaPOS, Printerous, dan KliknClean untuk bergabung di dalam ekosistem Grab sebagai mitra bisnis resmi. Adapun LunaPOS menawarkan solusi kasir, manajemen inventaris, hingga layanan akuntansi berbasis cloud; Printerous menyediakan layanan percetakan dan pengepakan untuk bisnis kuliner; dan KliknClean menawarkan solusi pembersihan tempat usaha kuliner dengan disinfektan, pengendalian hama, hingga fogging.

Menurut Neneng, layanan ketiga startup itu sudah bisa diakses oleh mitra merchant Grab lewat marketplace Solusi Mitra GrabMerchant.

“Solusi mereka akan bisa ditemui oleh mitra merchant Grab adalah solusi kami yang baru. Marketplace kami akan memberikan layanan tambahan mulai POS, kebersihan, dan percetakan digital yang harganya terjangkau,” imbuh Neneng.

Kehadiran LunaPOS, Printerous, dan KliknClean menambah daftar startup yang digandeng oleh Grab dalam memenuhi kebutuhan merchant mereka. Dari situs resmi mereka, selain ketiga startup tersebut, ada nama-nama lain seperti Pawoon, Qasir, Majoo, Vireo, dan iSeller. Neneng mengatakan jumlah mitra di marketplace ini masih akan terus bertambah.

Sebagaimana pandemi mengubah banyak kebiasaan masyarakat, transformasi layanan ke platform digital merupakan salah satu dampak positif. Ini juga tercermin dari pencapaian Grab yang menerima lebih dari 350 ribu UKM dan 32 ribu pedagang tradisional ke dalam platform mereka sejak pandemi berlangsung.

“Sekitar 99% pelaku usaha itu kan UMKM, artinya potensinya gede banget. Oleh karena itu kami sangat mendukung startup-startup yang fokus membantu UMKM sehingga UMKM benar-benar bisa dibantu untuk bertahan apalagi di masa pandemi ini mereka harus digitalisasi,” pungkas Neneng.

Rangkaian program GVV angkatan ketiga sendiri sudah berlangsung sejak Maret 2020. UKM sektor kuliner dari awal sudah ditetapkan sebagai fokus untuk peserta angkatan teranyar ini. Grab menggandeng BRI Ventures sebagai mitra strategis dalam program ini.

Dari gelaran sebelumnya, GVV sudah menghasilkan beberapa startup lulusan program mereka. Nama-nama itu di antaranya adalah Qoala, TaniHub, SayurBox, BookMyShow dan Sejasa.

Disclosure: DailySocial adalah strategic partner Grab Ventures Velocity batch 3