Arise dan Centauri Melebur Jadi Ascent Venture Group, Galang Dana Kelolaan 3 Triliun Rupiah

Dua dana kelolaan Telkom, yakni Centauri dan Arise, resmi melebur menjadi Ascent Venture Group. Ascent menargetkan penggalangan dana ketiga sebesar $200 juta (sekitar Rp3 triliun) yang akan difokuskan pada investasi ke 25 startup tahap awal dengan dalam dua tahun ke depan.

Sebagai informasi, Centauri Fund adalah dana kelolaan MDI Ventures bersama KB Financial asal Korea Selatan yang diluncurkan pada akhir 2019. Fokus pendanaannya adalah pra-seri A dan seri B. Sementara, Arise Fund merupakan dana kelolaan MDI Ventures bersama Finch Capital asal Belanda yang diluncurkan pada 2020. Fokus pendanaannya juga serupa, yakni pra-seri A.

Dalam keterangan resminya, Ascent juga sekaligus mengumumkan Central Capital Ventura (CCV), lengan investasi milik BCA, sebagai mitra Ascent. Keterlibatan CCV disebut akan memperkuat sinergi ekosistem di Indonesia dan Asia Tenggara.

Diketahui, kedua dana kelolaan milik Telkom telah diinvestasikan ke 30 startup di Asia Tenggara, di mana 70% telah mengumpulkan dana lanjutan dari investor pihak ketiga setelah investasi awal Ascent–menghasilkan 2 M&A dan 1 IPO dengan money on invested capital (MOIC), atau metrik tingkat keuntungan investasi masing-masing 3,2x dan 1,75x. Beberapa portofolionya adalah Agriaku, Evermos, Qoala, Paxel, dan Fishlog.

“Tujuan konsolidasi sumber daya dan jaringan ekosistem kami adalah untuk membangun platform dengan nilai eksponensial yang dapat memperkuat strategi berbasis thesis-driven. Kami memberikan dukungan product-market fit kepada para founder saat mereka mengembangkan bisnisnya di Indonesia,” ujar Managing Partner Ascent Venture Group Aldi Adrian Hartanto.

Di samping itu, hubungan erat yang dibangun Ascent dengan firma investasi tahap pertumbuhan terkemuka, seperti KB Investment dan MDI Ventures memungkinkan dukungan tambahan bagi portofolio dengan modal tahap lanjut saat memasuki fase marginal profit atau business-model fit.

Ascent akan dikelola oleh 4 partner, yakni Kenneth Li, Aldi Adrian Hartanto, Eric Yoo, dan Hans De Back. Kendati De Back berasal dari Finch Capital, Kenneth Li mengonfirmasi bahwa peleburan ini hanya melibatkan kedua dana kelolaan saja. Ia tidak mengelaborasi lebih lanjut mengenai posisinya di MDI dan Ascent.

“Hanya Arise dan Centauri yang technically yang melebur. [Keempat] partner ini dedicated untuk Ascent,” ujar Kenneth saat dikonfirmasi oleh DailySocial.id.

Secara terpisah, CEO MDI Ventures Donald Wihardja juga menyampaikan bahwa fund ini akan berdiri dan dikelola secara independen oleh tim terkait. “We are an anchor LP to this fund,” ujarnya.

Managing Partner Ascent Eric Yoo, berpengalaman berinvestasi di Korea Selatan dan India–mewakili KB Investment, menambahkan, “Gelombang investasi pertama telah mempercepat adopsi belanja online, ride hailing, hingga fintech. Namun, Indonesia masih berada pada tahap awal adopsi, dan gelombang adopsi berikutnya akan mengikuti pasar berkembang di mana disrupsi akan lebih banyak terjadi di sektor tradisional maupun peluang baru.”

Meski dana kelolaan sebelumnya dijalankan secara terpisah, portofolio yang sudah ada kini dapat memiliki akses ke kemitraan gabungan ini untuk mendukung pertumbuhan mereka. Secara spesifik, Ascent Venture akan membidik peluang investasi di vertikal UMKM enabler, digitalisasi keuangan, dan neo consumer, termasuk sektor baru, seperti iklim dan kesehatan

[Video] Cara Arise Dukung Startup Indonesia

DailySocial bersama Aldi Adrian Hartanto, Partner Arise, dana kelolaan MDI Ventures dan Finch Capital, membahas bagaimana dana kelolaan ini memberikan dukungan bagi startup Indonesia, tak hanya dari sisi modal jangka panjang, tetapi juga terlibat langsung di keseharian perusahaan.

Di video ini, Aldi juga memberikan opini terkait perkembangan ekosistem startup ke depan dan tips bagi para pendiri yang ingin melakukan fundraising.

Untuk video menarik lainnya seputar modal ventura (venture capital) dan seperti apa dukungannya terhadap startup di Indonesia, kunjungi kanal YouTube DailySocialTV di sesi VCTalks.

Indogen, Finch Capital, dan Tokocrypto Kolaborasi Bentuk “Cydonia Fund” untuk Ekosistem Web3

Indogen Capital dan Finch Capital meresmikan kendaraan investasi baru “Cydonia Fund” menggandeng Tokocrypto, fokus mendanai ekosistem Web3 di Indonesia. Sebagai Web3 fund dengan mandat global pertama di Indonesia, Cydonia akan berinvestasi dalam pengembangan ekosistem Web3 berskala global dan menjadi enabler bagi para pelaku industri.

Langkah strategis ini sejalan dengan visi Tokocrypto untuk terus menjadi builder sekaligus leader di ekosistem kripto, blockchain, dan Web3 di tanah air, selaligus membawa Indonesia menjadi barometer di kancah global.

Dalam konferensi pers yang diadakan di T-Hub Tokocrypto di area Patal Senayan (17/3), CSO Tokocrypto Chung Ying Lai juga mengungkapkan, “Tokocrypto dan Cydonia Fund diharapkan bisa menjadi support system terbaik untuk membawa ekosistem Web3 di Indonesia naik tingkat di kancah global.

“Dengan perkembangan ekosistem aset digital, investasi kini tidak hanya berbentuk equity shares, namun juga bisa berbentuk token atau coin. Sebagai modal ventura, kami memiliki investment tesis sendiri. Inilah mengapa kami membentuk satu fund baru khusus melakukan investasi ke perusahaan dalam bentuk token atau coin,” ujar Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto.

Managing Partner Finch Asia Hans De Back melihat seiring dengan semakin maraknya adopsi aset kripto secara global, banyak perusahaan modal ventura baru yang berfokus pada investasi di aset digital bermunculan. Namun masih sedikit sekali perusahaan modal ventura yang memiliki hubungan strategis dengan platform perdagangan aset kripto berskala besar sebagai domain expert.

“Berkaca pada kolaborasi antara FTX, Solana Ventures, dan Lightspeed Venture Partners di Amerika Serikat pada penghujung tahun 2021, kami yakin merupakan langkah yang tepat bagi Cydonia Fund untuk turut bermitra dengan platform kenamaan serupa, dan kami sangat senang telah menemukan sosok mitra tersebut di jajaran eksekutif Tokocrypto,” tambahnya.

Disinggung mengenai nilai dana kelolaan yang akan disalurkan, baik pihak Indogen maupun Finch belum berani buka suara. Namun, Hans sempat mengutarakan bahwa jumlahnya cukup signifikan, “Cukup untuk menyokong 40-50 portfolio perusahaan,” bebernya.

Terkait sumber dana, Chandra juga membocorkan bahwa terdapat sekitar 20 LP yang siap mendukung setiap inisiatif yang akan dilancarkan oleh Cydonia. “Selengkapnya akan dikabarkan lagi paling lambat di bulan Juni 2022,” papar Chandra.

Indogen Capital sebagai modal ventura telah berpengalaman sejak 2016. Saat ini menjalankan 2 fund dengan 25 portofolio kelolaan, 2 unicorns, dan 5 exits. Sementara, Finch Asia adalah perusahaan modal ventura dengan rekam jejak fintech yang sudah aktif berinvestasi di Asia sejak 2014 dengan Indonesia sebagai fokus pasar. Sebelumnya Finch juga merilis dana kelolaan Arise Fund bersama MDI Ventures.

Ekosistem Web3 di Indonesia

Mengutip sejumlah sumber, Web3 memungkinkan pengguna dan mesin dapat berinteraksi dengan data, nilai, dan rekanan lainnya melalui substrat jaringan bersifat peer-to-peer. Dengan begitu, interaksi tidak lagi memerlukan pihak ketiga. Web3 memungkinkan pengguna mengontrol data mereka sendiri. Mereka akan berpindah dari media sosial ke email atau belanja dengan satu akun dipersonalisasi, membuat catatan di blockchain dari seluruh aktivitas.

Dengan adanya desentralisasi, nyatanya pengaruh Web3 terhadap perkembangan ekosistem aset kripto cukup besar. Mengingat bahwa desentralisasi kemungkinan akan menjadi salah satu bagian utama dari internet konsep baru ini, dapat disimpulkan bahwa aset kripto dan blockchain juga akan memainkan peran penting yang juga sama besarnya.

Di Indonesia sendiri, web3 tengah menjadi primadona di industri digital. Konsep desentralisasi ini bukan hanya merambah sektor finansial, namun juga semakin luas menjangkau industri seni dan musik. Beberapa proyek Web3 yang sudah diluncurkan tahun ini termasuk Superlative Secret Society yang belum lama ini meluncurkan galeri NFT pertama Indonesia. Selain itu juga ada Netra, platform NFT musik berbagi royalti untuk musisi dan para penikmat musik.

Namun, satu hal yang masih menjadi tantangan terbesar dalam industri Web3 adalah literasi. Layaknya masa awal pengembangan Web1 dan Web2, masyarakat tidak serta merta mengerti konsep dan utilitas dari fenomena baru yang terjadi. Maka dari itu, edukasi terhadap para stakeholder harusnya masih menjadi prioritas dalam pengembangan ekosistem web3 di tanah air.

MDI and Finch Capital Closes First Round of $40 Million for Arise Fund

Arise Fund, a joint venture capital vehicle for early-stage startups in ASEAN, today announced the first close on its US$40 million debut tech fund. This round is a collection of corporate investors, family offices, and high-net-worth backers committing capital, including Indonesia’s publicly traded ICT heavy-hitter Metrodata Electronics.

The managed fund aims to back 25 ‘real businesses’ that are building interesting tech in SEA, specifically Indonesia. There are at least five portfolios ready to be announced at the end of this year. The deal, which is currently in the finalization stage, revolves around the SaaS, B2B commerce, agritech, and fintech sectors.

Arise Fund’s Partner, Aldi Adrian Hartanto explained that, “Despite the significant influx of high-quality founders over the last decade, a disproportionate allocation of capital makes the situation more challenging for promising entrepreneurs to secure investments during the region’s economic slowdown.”

Launched in 2020, the fund mainly focusing on startups at post-seed and pre-series A stages. Arise offers ticket sizes ranging from US$250,000 to US$3 million per round, along with long-term capital, strategic go-to-market networks, and hands-on company building.

Finch Capital’s Managing Partner, Hans De Back said, “We’ve seen many seed-stage companies struggling to access the right markets, which is reflected by a lack of traction [..] Our role is to solve this problem with immediate go-to-market avenues by collaborating with our network of enterprise partners such as Metrodata and portfolio companies. In this way, we can enable companies to grow much faster and set them up stronger for series A.”

Long term investment

In addition to providing access to strategic go-to-market partners through its corporate LP network, the company also bridges asymmetric information related to validated business models, and empowers long-term capital through affiliated funds, including the Centauri Fund.

Hartanto adds, “Startups backed by Arise should ideally go on to receive investment from Centauri at the series A stage, MDI Ventures at series B and later stages, and finally — in some cases — see a meaningful exit via acquisition with Telkom Group as one of the potential buyers or IPO.”

In the Arise Fund affiliate network, one of the largest venture capitalists in Indonesia with total assets reaching US830+ million, MDI Ventures has 56 portfolios spread across 10 countries and generated 5 exits. On its website, Finch Capital itself has 29 international portfolios to date.

Dana kelolaan MDI Ventures

In order to foster long-term success, Arise’s strategic LPs and teams come with a unique, three-pronged offering to founders based on a proven global thesis and local conviction. The fund proactively looks for world-class -aspiring founders, then together builds companies with them while simultaneously looking for problems the startups can solve within its orbit and network of corporate LPs.

In addition, before receiving capital from Arise, startups will also have an option to enter Telkom’s Indigo Nation incubator, arrive at what they determine to be a repeatable and scalable business model, and then benefit from a broad network of Arise’s corporate LPs and tech ecosystems in Europe, Asia, and Silicon Valley.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

MDI dan Finch Capital Bukukan Putaran Pendanaan Pertama untuk “Arise Fund” Senilai 573 Miliar Rupiah

Kendaraan investasi hasil kolaborasi MDI Ventures dan Finch Capital yang dinamai “Arise Fund” berhasil menutup debut penggalangan dana senilai $40 juta atau setara 573 miliar Rupiah. Putaran ini melibatkan beberapa investor korporat, bisnis keluarga, serta konglomerat high-net-worth di Indonesia, termasuk Metrodata Electronics.

Dana kelolaan ini ditargetkan dapat menjangkau 25 bisnis yang fokus membangun industri teknologi di Asia Tenggara terutama Indonesia. Setidaknya ada lima portfolio yang siap diumumkan di akhir tahun ini. Kesepakatan yang tengah dalam tahap finalisasi tersebut berkisar pada sektor SaaS, B2B commerce, agritech, dan fintech.

Partner Arise Fund Aldi Adrian Hartanto mengungkapkan bahwa terlepas dari kehadiran banyak pendiri berkualitas dalam satu dekade terakhir, tantangan muncul dari alokasi modal yang tidak proporsional. Hal ini membuat para pengusaha kelimpungan untuk mengamankan modal di masa perlambatan ekonomi kawasan seperti saat ini.

Diperkenalkan pada akhir tahun 2020, Arise fokus pada investasi pasca-seed dan pra-seri A dengan ticket size mulai dari $250.000 hingga $3 juta per putaran. Selain itu, perusahaan juga menawarkan modal jangka panjang,  jaringan go-to-market strategis, serta terlibat langsung dengan portofolionya.

Managing Partner Finch Capital, Hans De Back turut mengungkapkan, “Kami telah melihat banyak perusahaan tahap awal berjuang untuk mengakses pasar yang tepat, yang tercermin dari kurangnya daya tarik [..] Peran kami adalah untuk memecahkan masalah ini dengan strategi go-to-market melalui kolaborasi dengan jaringan mitra perusahaan kami seperti Metrodata dan perusahaan portofolio. Dengan cara ini, kami dapat memungkinkan perusahaan untuk tumbuh lebih cepat dan mempersiapkan mereka untuk pendanaan seri A.”

Investasi jangka panjang

Selain menyediakan akses ke mitra go-to-market strategis melalui jaringan LP perusahaannya, perusahaan juga turut menjembatani informasi asimetris terkait model bisnis yang divalidasi, dan memberdayakan modal jangka panjang melalui dana afiliasinya, termasuk Centauri Fund.

Aldi menambahkan, “Startup yang didukung oleh Arise secara ideal akan terus menerima investasi dari Centauri di tahap seri A, MDI Ventures di seri B dan tahap selanjutnya, dan pada akhirnya – dalam beberapa kasus – berpotensi untuk exit melalui akuisisi dengan Telkom Group sebagai salah satu calon pembeli atau IPO.”

Dalam jaringan afiliasi Arise Fund, salah satu modal ventura terbesar di Indonesia dengan total aset mencapai US830+ juta, MDI Ventures telah memiliki 56 portfolio yang tersebar di 10 negara dan menghasilkan 5 exit. Dalam situsnya, Finch Capital sendiri telah memiliki 29 portfolio internasional hingga saat ini.

Dana kelolaan MDI Ventures

Untuk mendorong kesuksesan jangka panjang, LP dan tim strategis Arise memberi penawaran unik untuk para founder. Secara proaktif, perusahaan akan mencari calon pendiri kelas dunia, untuk kemudian bersama-sama membangun perusahaan, sembari tetap melakukan eksplorasi masalah yang dapat menciptakan sinergi dalam lingkaran perusahaan.

Selain itu, startup yang akan menerima investasi dari Arise juga memiliki opsi untuk ikut serta dalam program inkubasi Telkom Indigo Nation. Kesempatan ini diberikan untuk mereka bisa menentukan atau memastikan model bisnis saat ini scalable dan repeatable. Para LP yang terlibat juga berasal dari jaringan dan ekosistem teknologi global di Eropa, Asia dan Silicon Valley.

TADA Announces Series B1 Funding, to Enhance Business in Southeast Asia

TADA, a customer retention platform startup, announced the series B1 funding. This investment round was led by MDI Ventures, with the participation of Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) and the previous investors Finch Capital and Sovereign’s Capital.

In addition to upgrading the technology platform and infrastructure, TADA will use the funds to strengthen its position in Indonesia while expanding its strategy arund Southeast Asia. In addition, team building and partnerships will be intensified to support expansion.

Based on our records, TADA’s series B round was first announced in mid-2018, led by Finch Capital and supported by Sovereign’s Capital. In the previous round, TADA was supported by some investors, including RMK Ventures, SMDV, Venturra Capital, and Gunung Sewu Group.

TADA’s Founder & CEO, Antonius Taufan said, the participation of MDI Ventures and TMI is a strategic opportunity for the company, enabling it to reach markets from various businesses in the group. There will be various synergy collaboration opportunities to explore. “This investment will enable us to fulfill our mission of enhancing business sustainability by enabling them to better retain customers.”

MDI Ventures’ CEO, Donald Wihardja added, “We see opportunities for a synergistic partnership between TADA and Telkom Indonesia to bring more interesting and beneficial engagement and collaboration between various corporate clients in the Telkom ecosystem. This funding will be in line with MDI Ventures’ long-term goal to empower digital entrepreneurial growth.”

In a general note, TADA offers digital solutions for businesses to build relationships with customers (loyalty), helping to accelerate business growth and sustainability by maximizing customer lifetime value. The strategies applied is varied, from digital membership, subscriptions, referrals, and digital rewards platforms. To date, they claim to have 400 business clients spread across Indonesia, Malaysia and the Philippines.

In fact, there are still a few local startups engaged in the loyalty platform, apart from TADA, there are two other platforms that offer similar services with their respective approaches, GetPlus and Member.id. Earlier this year Member.id just announced series A funding obtained from East Ventures and Traveloka.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

TADA Umumkan Pendanaan Seri B1, Kuatkan Kehadiran Bisnis di Asia Tenggara

TADA, startup pengembang customer retention platform, mengumumkan telah mengamankan pendanaan seri B1. Putaran investasi ini dipimpin oleh MDI Ventures, dengan keterlibatan Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan investor sebelumnya yakni Finch Capital dan Sovereign’s Capital.

Selain untuk meningkatkan platform dan infrastruktur teknologi, TADA akan menggunakan dana tersebut untuk memperkuat posisinya di Indonesia sembari memperluas strategi memasuki ke kawasan Asia Tenggara. Selain itu penguatan tim dan kemitraan juga akan dijalankan guna mendukung ekspansi.

Dari catatan kami, putaran seri B TADA pertama kali diumumkan pada pertengahan tahun 2018 lalu, dipimpin Finch Capital dan didukung Sovereign’s Capital. Di putaran sebelumnya, TADA didukung sejumlah investor seperti RMK Ventures, SMDV, Venturra Capital, dan Gunung Sewu Group.

Founder & CEO TADA Antonius Taufan mengatakan, masuknya MDI Ventures dan TMI menjadi peluang strategis bagi perusahaannya, memungkinkan untuk menjangkau pasar dari berbagai bisnis di dalam grup. Berbagai peluang kolaborasi sinergi juga akan dieksplorasi. “Investasi ini akan memungkinkan kami mewujudkan misi untuk meningkatkan keberlanjutan bisnis dengan memungkinkan mereka mempertahankan pelanggan dengan lebih baik.”

CEO MDI Ventures Donald Wihardja menambahkan, “Kami melihat peluang kemitraan sinergis antara TADA dan Telkom Indonesia untuk menghadirkan keterlibatan dan kolaborasi yang lebih menarik dan bermanfaat antara berbagai klien perusahaan dalam ekosistem Telkom. Pendanaan ini juga sejalan dengan tujuan jangka panjang MDI Ventures untuk memberdayakan pertumbuhan kewirausahaan digital.”

Seperti diketahui, TADA menawarkan solusi digital bagi bisnis untuk membangun hubungan dengan pelanggan (loyalty), membantu mempercepat pertumbuhan dan keberlanjutan bisnis dengan memaksimalkan customer lifetime value. Strategi yang diterapkan pun beragam, mulai dari digital membership, subscription, referral, dan digital rewards platform. Sejauh ini mereka mengklaim telah memiliki 400 klien bisnis yang tersebar di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Memang tidak banyak startup lokal yang bermain di ranah loyalty, kendati demikian selain TADA ada dua platform lainnya yang menjajakan layanan serupa dengan pendekatan masing-masing, yakni GetPlus dan Member.id.  Awal tahun ini Member.id baru mengumumkan pendanaan seri A yang didapat dari East Ventures dan Traveloka.

Finch Capital Leads Pintek’s Follow-on Funding

Education-focused p2p lending platform Pintek announced undisclosed follow-on funding led by Finch Capital. Accion Venture Lab, as the previous investor in pre-Series A  also involved in this round. There were several other investors involved without being mentioned.

It is said that the total funding that Pintek has received with this round has reached $5 million (over 70 billion Rupiah). The fresh fund will be used to develop products and technology, as well as continue education so that Indonesians are familiar with education loans.

Pintek’s Co-Founder and SoCap’s CEO, Ioann Fainsilber said, during the Covid-19 pandemic, Pintek services experienced strong growth with revenue increasing by 12 times from the beginning of the year to September 2020, compared to the same period last year.

He said, this growth validates the company’s proposition to drive the entire education ecosystem, finance students, educational institutions, and suppliers of educational needs. “We have also adapted Pintek services to the needs during the pandemic, such as helping schools to finance digitalization and running an effective online learning environment,” Fainsilber said in an official statement, Tuesday (12/1).

Fainsilber continued, collaboration with investors such as Finch Capital and Accion Venture Lab will enable companies to develop teams, build platforms that provide smart financial solutions for better education, and enable inclusive and high-quality education for all Indonesians.

Managing Partner of Finch Capital Hans De Back also gave his statement, “We hope that Pintek will become a comprehensive solution for all needs from the perspective of students, educational institutions, to other educational supply companies. We are very pleased to have supported Pintek since his first term and are now moving into the next phase of growth,” he said.

The Finch Capital portfolio in Indonesia, apart from investing in Pintek, they also invested in Jojonomics, TADA, and Halofina. Previously, Finch Capital and Telkom created a new managed fund for the Arise Fund with a target fund of $40 million (around 565 billion Rupiah). This fund is to be focused on bridging the solution gap in post-seed to series A.

Pintek Instant service

Pintek is owned by SoCap, a company that focuses on growing businesses that facilitate cooperation, exchange, and innovation for social impact in a country. The company was founded in 2018 and is registered with AFPI as a member.

During this pandemic, the company released the Pintek Instant which is an upgraded version of the Pintek Students. This product is able to do credit approval in one hour. However, the credit limit that can be submitted is IDR 5 million with tenor varies of 30 days and 90 days, and interest of 2.19% (specifically for 90 days).

In a press conference held by the company previously, the education sector was deeply affected by the prolonged Covid-19 outbreak. The first is the increasing unemployment rate and the decreasing income of most people.

On the other hand, around 69 million students lost access to education during this pandemic, only 40% of Indonesia’s population has internet access. Educational institutions are automatically affected because they need funds to digitize teaching and learning activities.

To date, the company has collaborated with more than 80 formal and non-formal educational institutions through its Pintek Institutions and Pintek Students products. The total education financing that has been channeled reaches more than 70 billion Rupiah to more than 100 institutions and 3 thousand students spread across 26 provinces in Indonesia.

Apart from Pintek, Indonesia also has several similar services such as Danadidik, Installment, to KoinPintar from Koinworks.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Finch Capital Pimpin Pendanaan Lanjutan Pintek

Platform p2p lending khusus pendidikan Pintek mengumumkan pendanaan dengan nominal dirahasiakan yang dipimpin Finch Capital. Accion Venture Lab, investor sebelumnya di pra-Seri A ikut berpartisipasi dalam putaran ini. Ada beberapa investor lain yang turut terlibat, tapi tidak disebutkan namanya.

Disebutkan dengan putaran ini, total pendanaan yang didapatkan Pintek sejauh ini telah mencapai $5 juta (lebih dari 70 miliar Rupiah). Dana segar akan digunakan untuk mengembangkan produk dan teknologi, serta meneruskan edukasi agar masyarakat Indonesia mengenal pinjaman pendidikan.

Co-Founder Pintek sekaligus CEO SoCap, Ioann Fainsilber menuturkan, selama pandemi Covid-19, layanan Pintek mengalami pertumbuhan yang kuat dengan pendapatan meningkat hingga 12 kali lipat dari awal tahun hingga September 2020, dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Menurutnya, pertumbuhan ini memvalidasi proposisi perusahaan untuk mendorong seluruh ekosistem pendidikan, membiayai siswa, lembaga pendidikan, dan pemasok kebutuhan pendidikan. “Kami juga telah menyesuaikan layanan Pintek dengan kebutuhan selama pandemi, seperti membantu sekolah untuk membiayai keperluan mendigitalkan dan menjalankan lingkungan pembelajaran online yang efektif,” ujar Fainsilber dalam keterangan resmi, Selasa (1/12).

Fainsilber melanjutkan, kerja sama dengan investor seperti Finch Capital dan Accion Venture Lab akan memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan tim, membangun platform yang memberikan solusi keuangan cerdas untuk pendidikan yang lebih baik, dan memungkinkan pendidikan inklusif dan berkualitas tinggi untuk seluruh masyarakat Indonesia.

Managing Partner of Finch Capital Hans De Back turut memberikan pernyataannya, “Kami berharap Pintek menjadi solusi menyeluruh untuk segala kebutuhan dari segi siswa, institusi pendidikan, hingga perusahaan pemasok kebutuhan pendidikan lainnya. Kami sangat senang telah mendukung Pintek sejak periode pertamanya dan sekarang menuju fase pertumbuhan selanjutnya,” kata dia.

Portofolio Finch Capital di Indonesia, selain menanamkan investasi di Pintek, mereka juga berinvestasi ke Jojonomics, TADA, dan Halofina. Sebelumnya, Finch Capital bersama Telkom membuat dana kelolaan baru Arise Fund dengan target dana $40 juta (sekitar 565 miliar Rupiah). Fund ini diperuntukkan buat menjembatani solusi gap di post-seed hingga seri A.

Layanan Pintek Instan

Pintek dimiliki oleh SoCap, perusahaan yang fokus untuk menumbuhkan usaha yang memfasilitasi kerja sama, pertukaran, dan inovasi untuk dampak di sosial di suatu negara. Perusahaan ini hadir sejak 2018 dan terdaftar di AFPI sebagai anggota.

Pada pandemi ini, perusahaan merilis Pintek Instant yang merupakan versi upgrade dari Pintek Students. Produk ini mampu melakukan persetujuan kredit dalam satu jam. Namun batas kredit yang bisa diajukan Rp5 juta dengan pilihan tenor 30 hari dan 90 hari, dan bunga 2,19% (khusus tenor 90 hari).

Dalam konferensi pers yang diadakan perusahaan beberapa waktu lalu, sektor pendidikan terkena dampak yang cukup dalam dari wabah Covid-19 yang berkepanjangan. Pertama adalah membesarnya angka pengangguran dan kian turunnya pendapatan sebagian besar masyarakat.

Di sisi lain, sekitar 69 juta pelajar yang kehilangan akses pendidikan selama pandemi ini, hanya 40% dari penduduk Indonesia yang punya akses internet. Institusi pendidikan pun otomatis terkena imbasnya karena mereka butuh dana untuk melakukan digitalisasi kegiatan belajar-mengajar.

Hingga saat ini, perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 80 institusi pendidikan formal dan nonformal melalui produk Pintek Institutions dan Pintek Students. Total pembiayaan pendidikan yang telah disalurkan mencapai lebih dari 70 miliar Rupiah ke lebih dari 100 institusi dan 3 ribu siswa yang tersebar di 26 provinsi di Indonesia.

Selain Pintek, di Indonesia juga sudah ada beberapa layanan serupa seperti Danadidik, Cicil, hingga KoinPintar dari Koinworks.

Telkom dan VC Asal Belanda Finch Capital Luncurkan Dana Kelolaan Baru “Arise Fund”

Telkom Group melalui unit CVC MDI Ventures meluncurkan dana kelolaan barunya “Arise Fund” dengan menggandeng mitra VC asal Belanda Finch Capital. Dihubungi oleh DailySocial, VP of Investments MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto menerangkan, targetnya sebesar $40 juta atau sekitar Rp568 miliar untuk dana kelolaan baru ini.

Ada sejumlah alasan di balik pembentukan Arise Fund. Menurut Aldi, sebagian besar investor generasi awal yang bermain di tahapan seed, kini sudah mulai menggalang dana yang lebih besar dan mulai fokus ke pendanaan seri A dan di atasnya.

Alhasil, startup di tahapan pra seri A menjadi kesulitan untuk memperoleh pendanaan apapun. Dari sejumlah laporan, ungkapnya, total pendanaan pra seri A telah mengalami penurunan hingga 20 persen di sepanjang 2020 setelah sempat stagnan selama beberapa tahun terakhir.

Situasi ini juga menyulitkan startup unicorn di kawasan Asia Tenggara karena mereka hanya mampu menggalang sepertiga atau seperempat dari pendanaan di putaran sebelumnya.

Di sisi lain, pandemi Covid-19 tak dimungkiri telah membuat ketidakpastian di berbagai macam aspek menjadi semakin besar, termasuk dalam membangun perusahaan/bisnis baru. “Ini menjadi alasan lainnya mengapa kami menghindari investasi di startup tahap awal. Maka itu, kami berupaya mengisi gap di tahapan post-seed hingga seri A,” tutur Aldi.

Ia meyakini akan ada kemunculan peluang bisnis lain seiring dengan masalah baru yang bakal timbul pasca-pandemi nanti. Fenomena ini juga sekaligus akan memunculkan founder generasi baru yang lebih berkualitas. “Vertikal yang kami incar relatif agnostik. Kami lebih fokus pada karakteristik founder dan startupnya,” tambahnya.

Sebelumnya pada akhir 2019, Telkom telah meluncurkan Centauri Fund yang merupakan unit kelolaan baru, hasil kemitraan dengan KB Financial Group asal Korea Selatan. Tahapan pendanaan yang dibidik adalah pra seri A dan seri B.

Kemudian pada awal Maret 2020, Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin sempat mengungkap bahwa Telkom tengah menyiapkan dana kelolaan baru dengan kapasitas pendanaan berkisar US$300-500 juta atau Rp4,2 triliun-7 triliun (kurs Rp14.000/dolar AS).

Head of Investor Relations & Capital Raising MDI Ventures Kenneth Li juga menambahkan akan ada dua dana kelolaan baru tahun ini yang fokus pada pendanaan untuk segmen growth stage dan later stage.

Dana kelolaan baru pertama telah terealisasi pada Agustus 2020 senilai $500 juta atau sekitar Rp7 triliun, yakni Fund MDI 500. Adapun, Fund MDI 500 adalah kelanjutan dari Fund MDI 100 yang dimulai di 2015. Pengumuman dana kelolaan baru tersebut sekaligus berbarengan dengan penunjukan Fajrin Rasyid sebagai komisaris utama.

Memperluas value creation

Lebih lanjut, Aldi mengungkap bahwa kolaborasinya dengan Finch Capital diharapkan dapat menjembatani solusi gap pendanaan di post-seed hingga seri A di Indonesia. Ada beberapa hal yang dicari melalui kolaborasi ini. Pertama, VC yang memiliki pengalaman kuat dalam berinvestasi di ekosistem startup tahapan mature, baik di Eropa dan/atau Tiongkok.

Kemudian, MDI Ventures mencari kemitraan dengan pihak yang memiliki pemahaman dan posisi yang kuat terhadap ekosistem startup di Asia Tenggara, terutama startup tahapan awal di Indonesia. Selain itu, pihaknya juga mencari VC yang memiliki jaringan kuat pada limited partner (LP) dan korporasi di Indonesia untuk memperluas value creation-nya di luar Telkom dan lingkup perusahaan BUMN.

“Kami juga mencari orang/team yang dapat menguasai operasional dan atau latar belakang wirausaha. Setelah menjajaki sejumlah mitra, Finch Capital adalah satu-satunya yang dapat mengisi semua itu sehingga mendorong kami untuk bermitra dengan mereka,” kata Aldi.

Sekadar informasi, Finch Capital telah memiliki pengalaman berinvestasi selama 25 tahun di dua pasar utama, yakni kawasan Eropa dan Asia Tenggara. Dalam keterangan informasi di situs resminya, Finch Capital membidik vertikal bisnis AI, fintech, dan IoT di Eropa, sedangkan di Asia Tenggara membidik vertikal agrikultur, fintech, edukasi, dan transportasi.

Managing Partner Finch Capital Hans De Back mengatakan bahwa pandemi Covid-19 memicu kebutuhan untuk mengadopsi lebih banyak solusi digital. “Saat ini, Indonesia sudah menjadi pusat perekonomian terbesar di kawasan ini. Dengan sejumlah faktor pendukung ini, Indonesia siap menjadi pusat teknologi terbesar di Asia Tenggara pada 2025.” Ujar De Back dalam keterangan resminya.