Dapat Pendanaan Tahap Awal dari Induk, Surge Incar Lebih Banyak Startup Indonesia Bergabung

Surge, program akselerator milik Sequoia Capital India, akan terus menarik lebih banyak startup Indonesia bergabung dalam program-program mereka setlah mengantongi pendanaan tahap awal sebesar $195 juta (lebih dari 2 triliun Rupiah) dari induknya. Sejak program Surge dimulai Maret 2019 lalu, telah menarik sembilan startup Indonesia, dari total 69 startup yang tersebar di Asia Tenggara dan India, mengasah potensi terbaiknya.

Dalam wawancara bersama DailySocial, Managing Director Sequoia India Rajan Anandan tidak bersedia merinci secara eksplisit dana tersebut akan digunakan untuk apa saja dan di negara mana saja. Dana segar tersebut akan didedikasikan untuk memberdayakan para pendiri yang digerakkan oleh misi di Asia Tenggara dan India dan membantu mereka membangun perusahaan yang benar-benar tahan lama.

Ia juga memastikan Surge ingin merekrut lebih banyak perwakilannya di Indonesia, sebab negara ini telah menjadi bagian dari keluarga Sequoia Capital India. “Kami sangat terkesan dengan bakat dan potensi kawasan ini untuk membangun perusahaan kelas dunia. Sequoia Capital telah menjadi investor aktif di Indonesia sejak 2014,” kata Anandan.

Surge Cohort 4 telah selesai pada bulan lalu, terpilih 17 startup yang masuk ke dalam program. Ada empat startup dari Asia Tenggara di dalamnya, tiga di antaranya dari Singapura dan satu dari Indonesia, yakni Otoklix. Startup ini didirikan oleh Martin Reyhan Suryohusodo, Joseph Alexander Ananto, dan Benny Sutedjo pada 2019. Otoklix membantu mendigitalkan sektor aftermarket otomotif Indonesia dengan menyediakan solusi online ke offline.

Otoklix menambah jajaran startup lokal yang masuk komunitas Surge. Sebelumnya, terdapat Qoala, BukuKas, CoLearn, Hangry, Bobobox, Storie, Chilibeli, dan Rukita. Anandan menuturkan, lebih dari separuhnya telah melakukan putaran seri A dan menggunakan teknologi untuk mengubah cara orang hidup dan bekerja.

Ia mencontohkan, BukuKas yang bergabung di Surge pada April 2020, membantu UMKM mengerti dan mengatur pencatatan keuangan dengan lebih efektif lewat smartphone. Kini BukuKas memiliki lebih dari lima juta pengguna terdaftar dan di dalamnya terdapat dua juta pengguna aktif. Pertumbuhannya dalam setahun tembus 73 kali lipat dan volume transaksi tahunan sebesar $18 miliar. Pada awal tahun ini BukuKas mengantongi pendanaan Seri A $10 juta.

Sementara itu, CoLearn yang layanannya baru diresmikan pada Agustus 2020, telah berkembang pesat dengan 3,5 juta siswa mengajukan lebih dari 5 juta pertanyaan per bulan, yang dijawab melalui platform AI CoLearn. 80% siswa yang disurvei yang menggunakan produk telah melihat nilai mereka meningkat. Misi CoLearn meningkatkan standar pendidikan agar generasi muda Indonesia berdaya saing global.

Pesatnya perkembangan BukuKas dan CoLearn adalah bukti bahwa pandemi bisa menjadi kesempatan yang unik dalam menyelesaikan tantangan baru dengan pendekatan teknologi. Pasalnya, pandemi membuat akselerasi dan adopsi teknologi tertinggi yang belum pernah terjadi sebelumnya selama 12 bulan terakhir, menciptakan peluang di beberapa sektor.

“Bisnis offline tradisional telah berubah menjadi online. Indonesia dengan populasi yang paham digital dan memprioritaskan seluler telah menyaksikan gelombang baru startup yang mendukung teknologi memanfaatkan hal ini dengan baik.“

Dirinci lebih jauh, dari 69 startup yang bergabung, mencakup lebih dari 15 sektor. Terbagi atas, sepertiganya membangun produk SaaS, mayoritas untuk pasar global; 25% membangun startup internet konsumen; 13% membangun merek konsumen, dan 12% berada di ruang B2B. 30 startup dari 52 startup dari tiga cohort yang diselenggara berhasil mengumpulkan $390 juta sebagai modal lanjutan (follow on capital) setelah program.

Surge Cohort 5

Surge membuka dua batch dalam setahun dengan kuota sekitar 15-20 startup untuk dibina selama 16 minggu per batch. Startup yang bergabung bisa masih berupa ide atau konsep, asal founder tersebut berkomitmen full time untuk mengembangkannya jadi bisnis nyata.

Startup tahap awal yang sudah punya bisnis diwajibkan mencantumkan kinerja bisnisnya, seperti traksi untuk mengukur seberapa besar potensi industrinya. Surge juga tidak membatasi segmen startup apa yang bisa bergabung, yang penting bergerak di teknologi.

Setiap startup yang bergabung akan mendapat pendanaan awal dengan nilai sekitar $1 juta-$2 juta (sekitar Rp14 miliar-Rp28 miliar). Dana tersebut dapat digunakan membangun tim yang solid dengan memanfaatkan jaringan program Sequoia lainnya, yakni 10x Engineer dalam mendapatkan talenta terbaik.

Dana juga dapat digunakan mematangkan produk agar siap dikomersialkan dan membangun perusahaan agar lebih sustain. “Indonesia adalah prioritas utama Surge dan kami berharap dapat menarik startup dan founder paling cemerlang dari Indonesia. Kami mendorong para pemula yang sudah dalam tahap pre-launch dan sudah diluncurkan untuk mendaftar ke program ini,” pungkas dia.

Saat ini Surge Cohort 5 akan kick off pada Juni hingga Oktober 2021. Pendaftaran telah ditutup pada 15 Maret kemarin.

Shipper Announces Series B Funding Worth 923 Billion Rupiah

Shipper Logistics aggregator startup announced series B funding worth $63 million or equivalent to 923 billion Rupiah. This round was led by DST Global Partners and Sequoia Capital India with the participation of previous investors, including Prosus Ventures, Floodgate, Lightspeed, Insignia Ventures, AC Ventures and Y Combinator. Previously, the Y Combinator W19 graduate secured series A funding in mid-2020 and was led by Proses Ventures.

Fresh funds will be focused on developing technology and massively expanding its logistics network, serving MSMEs throughout Indonesia. Shipper Services provides fulfillment and delivery services through a network of fulfillment centers, delivery partners, and digitally managed retail points. According to the statistics, the company currently serves thousands of e-commerce businesses that distribute millions of products every day.

“The funding will significantly help Shipper increase its technological and operational capacity, while continuing to expand the company’s service network. We are proud of the achievements of our customers who use our services, and we are excited to continue to achieve success with our customers and logistics partners,” Shipper’s Co-Founder & CEO, Phil Opamuratawongse said.

The pandemic that has driven an increase in delivery packages volume purchased online, which has topped up Shipper’s transaction value. Several strategic efforts over the past year, including partnering with Dana to present logistics solutions in the digital payment application. To expand its business model, Shipper also acquired two logistics startups Porter and Pakde.

“We started Shipper four years ago, starting from personal experience when we observed difficulties in packaging and shipping as online merchants. In building Shipper, we always used an approach from MSME players perspective as it is our identity. We are very happy to be able to contribute and strengthen the MSME segment as well as to help strengthen the national logistics ecosystem,” Shipper’s Co-Founder & COO, Budi Handoko added.

Based on the 2020 Startup Report, there were 8 funding transactions involving logistics startups. The large market demand encourages various related businesses to rapidly accelerate and expand. Apart from Shipper, logistic startup Andalin has secured series A funding from BRI Ventures.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Shipper Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 923 Miliar Rupiah

Startup agregator logistik Shipper mengumumkan telah menerima pendanaan seri B senilai $63 juta atau setara 923 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh DST Global Partners dan Sequoia Capital India dengan partisipasi investor sebelumnya, meliputi Prosus Ventures, Floodgate, Lightspeed, Insignia Ventures, AC Ventures, dan Y Combinator. Sebelumnya jebolan Y Combinator W19 ini telah membukukan pendanaan seri A pada pertengahan 2020 lalu dipimpin Proses Ventures.

Dana segar akan difokuskan untuk pengembangan teknologi dan memperluas jaringan logistiknya secara masif, melayani UMKM di seluruh Indonesia. Layanan Shipper menyediakan jasa pemenuhan dan pengiriman melalui jaringan fulfillment center, mitra pengiriman, dan titik ritel yang dikelola secara digital. Statistik yang disampaikan, saat ini perusahaan melayani ribuan bisnis e-commerce yang mendistribusikan jutaan produk setiap harinya.

“Pendanaan yang kami dapatkan akan sangat membantu Shipper dalam meningkatkan kapasitas teknologi dan operasional, seraya terus memperluas jaringan layanan perusahaan. Kami bangga terhadap pencapaian para pelanggan yang menggunakan jasa kami, dan kami sangat antusias untuk terus meraih kesuksesan bersama pelanggan dan mitra logistik kami,” ungkap Co-Founder & CEO Shipper Phil Opamuratawongse.

Pandemi yang terjadi juga mendorong peningkatan volume pengiriman paket yang dibeli online, menjadikan nilai transaksi di Shipper turut terdongkrak naik. Beberapa upaya strategis juga dilakukan sepanjang tahun lalu, termasuk bermitra dengan Dana menghadirkan solusi logistik di aplikasi pembayaran digital tersebut. Untuk memperluas model bisnisnya, Shipper juga melakukan akuisisi dua startup logistik Porter dan Pakde.

“Kami memulai Shipper empat tahun lalu berangkat dari pengalaman pribadi saat melihat banyaknya kesulitan dalam melakukan pengemasan dan pengiriman paket sebagai pedagang online. Dalam membangun Shipper, kami selalu menggunakan pendekatan dari sudut pandang pelaku UMKM karena itu adalah jati diri kami. Kami sangat senang untuk dapat berkontribusi dan memperkuat segmen UMKM sekaligus untuk ikut mendorong penguatan ekosistem logistik nasional,” imbuh Co-Founder & COO Shipper Budi Handoko.

Berdasarkan Startup Report 2020, tahun lalu ada 8 transaksi pendanaan yang melibatkan startup logistik. Besarnya permintaan pasar mendorong berbagai bisnis terkait untuk mengakselerasi dan melakukan ekspansi secara lebih cepat. Tahun ini, selain Shipper startup logistik Andalin juga membukukan pendanaan seri A dari BRI Ventures.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang SaaS Manajemen SDM Asal India “Darwinbox” Perkuat Kehadiran di Indonesia

Startup SaaS HR asal India, Darwinbox, mengumumkan perolehan dana segar senilai $15 juta (lebih dari 211 miliar Rupiah) yang dipimpin Salesforce Ventures, diikuti investor sebelumnya Sequoia Capital India dan Lightspeed Venture Partners. Putaran ini merupakan kelanjutan dari seri B yang diperoleh perusahaan pada 2019 lalu.

Salesforce Ventures merupakan perusahaan investasi global, bagian dari Salesforce yang fokus membangun ekosistem perusahaan cloud di dunia dan memperluas penggunaan teknologi kepada masyarakat. Ada 400 perusahaan yang masuk ke dalam portofolio termasuk DocuSign, GoCardless, dan Zoom.

Dalam wawancara terbatas bersama media yang turut dihadiri oleh DailySocial, Co-Founder Darwinbox Jayant Paleti menerangkan dana segar akan digunakan untuk mempercepat ekspansi pasar, merekrut mitra baru, mendorong inovasi produk, dan secara signifikan memperbesar tim di Jakarta.

Funding ini untuk melancarkan ekspansi kami di Asia, sebagian besar dana akan kami fokuskan untuk operasional di Indonesia. Rekrut lebih banyak talenta, membuka kantor kecil untuk R&D di Jakarta, dan mempercepat agenda GTM (go to market) kami di wilayah tersebut,” ucap Jayant, Senin (18/1).

Secara terpisah dalam keterangan resmi, perwakilan dari Salesforce Ventures menyampaikan pemanfaatan adopsi cloud di Asia tumbuh luar biasa cepat dan adanya pandemi sejak tahun lalu semakin memperkuat pentingnya digitalisasi dalam mengelola SDM.

“Inovasi yang ditawarkan Darwinbox menjawab kebutuhan perusahaan-perusahaan terkemuka di Asia. Kami sangat senang menjadi bagian dari perjalanan Darwinbox dan mendukung misi mereka untuk memodernisasi teknologi manajemen SDM dan menjadi pemimpin di bidang ini,” kata dia.

Layanan Darwinbox telah digunakan oleh lebih dari 500 perusahaan global dengan satu juta karyawan yang tersebar di lebih dari 60 negara. Perusahaan ini hadir di Indonesia sejak setahun lalu dan memiliki tim terdedikasi untuk mengembangkan eksistensinya.

Hanya dalam kurun waktu singkat ini, solusi Darwinbox telah digunakan oleh perusahaan teknologi, seperti Tokopedia, Indorama, Kopi Kenangan, STP Tower, Alodokter, Pegi Pegi, Nivea, Puma, Axa, Cigna, dan WeWork yang beroperasi di Asia untuk mentransformasi manajemen SDM mereka secara digital.

Aplikasi Darwinbox
Aplikasi Darwinbox

Solusi Darwinbox

Jayant menuturkan, Darwinbox bermain di solusi HR untuk enterprise dengan rata-rata karyawan dari 300-500 orang hingga 60 ribu orang. Platform dapat dimodifikasi sedemikian rupa untuk menyesuaikan kebutuhan yang mereka dan industrinya masing-masing.

Kebanyakan solusi untuk enterprise di skala ini membutuhkan layanan yang komprehensif dan mudah dioperasikan. Oleh karenanya, Darwinbox memiliki layanan komprehensif yang memenuhi kebutuhan pengelolaan SDM di seluruh fase masa kerja karyawan, mulai dari awal bergabung hingga pensiun. Fitur-fitur tersebut seperti proses perekrutan, orientasi, manajemen tenaga kerja (penilaian performa, pengembangan, cuti, dll), manajemen keuangan (pembayaran gaji, dinas, dan proses reimbursement), manajemen kinerja, dan analisis data.

Dia mengklaim seluruh fitur tersebut sudah disesuaikan dengan pemahaman kultur kerja di Asia, seperti kemudahan penggunaan mobile friendly, tingkat konfigurasi tinggi, dan efisiensi waktu untuk penilaian karyawan lebih cepat. Dengan demikian, platform dapat digunakan oleh semua kalangan, baik dari C-level hingga pekerja kerah biru sekalipun.

“Data tarik utama ini membuat Darwinbox mendapat kepercayaan dari perusahaan besar di Indonesia, berkompetisi dengan SAP, Oracle, dan Workday. Solusi ini dibuat sedemikian rupa untuk mendukung kebutuhan perusahaan di Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri ditambah dengan ketersediaan penggunaan bahasa Indonesia pada platform.”

Pemanfaatan SaaS di perusahaan konglomerasi yang sudah berusia puluhan tahun, sebelumnya melihat sektor ini cukup esensial dalam rangka mendukung transformasi digital di SDM-nya. Namun akibat pandemi, pola pikir tersebut terakselerasi sangat signifikan.

Jayant mengklaim sepanjang kuartal ketiga dan keempat pada tahun lalu, terjadi peningkatan bisnis yang cukup tajam, terbaik sepanjang perusahaan berdiri. Pada sembilan bulan terakhir, perusahaan berhasil memperoleh hampir 180 perusahaan.

“Kami memastikan bahwa setiap fitur di Darwinbox dibuat mudah untuk digunakan semua orang di perusahaan, dari CEO hingga karyawan di lapangan. Jika seorang karyawan dapat menggunakan Whatsapp, Anda dapat menggunakan Darwinbox. Semudah itu.”

Business Head Darwinbox untuk Indonesia Marcelly Suhali menambahkan, tidak ada celah antara perusahaan teknologi dan perusahaan tradisional saat mengimplementasikan SaaS HR karena ditentukan oleh pola pikir. “Selama mereka menghargai pentingnya digitalisasi, mereka akan memiliki kemampuan untuk mengadopsi, karena sistem ini sangat mudah digunakan bahkan untuk kerah biru,” kata Marcelly.

Jayant menargetkan pada tahun ini perusahaan dapat meningkatkan bisnisnya hingga tiga kali lipat.

BukuKas Secures Series A Funding Worth of 142 Billion Rupiah Led by Sequoia Capital India

A startup developing a financial record keeping app for SMEs, BukuKas, today (12/1) announced Series A funding of $10 million or the equivalent of 142 billion Rupiah. This round was led by Sequoia Capital India with the participation of previous investors, including Saison Capital, January Capital, Founderbank Capital, Cambium Grove, Endeavor Catalyst, and Amrish Rau.

Founded in 2019, BukuKas has successfully raised $22 million or the equivalent of 313 billion Rupiah from investors – including through seed and pre-series A rounds. The additional capital will be focused on accelerating merchant acquisitions and building up the technical/product team at the Jakarta office. and Bangalore.

As of November 2020, BukuKas users has reached 3.5 million with 1.8 million active monthly users. However, BukuKas has quite some competitors in market share. The closest one is BukuWarung, with a business model similar to that of millions of users. In addition, there are several local startups that have also launched SME financial records applications, including Credibook, Moodah, Teman Bisnis, Akuntansiku, etc.

“To date, we see this funding round as a strong belief in a huge market opportunity, as well as team and execution capabilities. Even though we have grown rapidly this year, we are just getting started. This round is an important step for us to continue working towards our mission to empowering 60 million small traders and retailers in Indonesia so that they go digital,” BukuKas’ Co-Founder & CEO Krishnan Menon said.

In a previous interview with DailySocial, he said that his business is positioned as an SME digitization software company that will develop into a fintech player. “Sellers have realized that go-digital is very important to their business. Sellers save 2-4 hours a day, 20% in costs, and minimize manual calculation errors. We also allow merchants to recover debts 3x faster because the process is automated.”

Regarding its business model, he also explained, “We currently have an interesting initial experiment on monetization, but it’s still too early. It can be done in many ways, some of which are obvious like SaaS, financial solutions, and there are some interesting thoughts but we are yet to share.”

In its release, BukuKas also announced the acquisition of the Catatan Keuangan Harian app. This company act has actually been going on since last September 2020; expected of strengthening their leadership in related segments.

Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon
BukuKas user statistic with DAU metrics / LinkedIn, Khrisnan Menon

“Although the application features can be replicated as they develop, maintaining extreme levels of simplicity in products while adding substantial value will be a challenge. Eventually, companies that are able to make this happen on a large scale will take the lead,” said Krishnan.

With its unique characteristics, the Indonesian market does need a special touch. BukuKas team believes in this, which is represented in feature adjustments. For example, to be able to reach users in small cities, they present an offline mode with automatic synchronization when the user is successfully connected to the internet network.

Furthermore, BukuKas’ Co-Founder & COO Lorenzo Peracchione said, in the near future there will be several new features including digital payment integration. “Merchants will be able to collect money from their customers using various payment options in an easy way. Payments will be automatically added to the BukuKas application, which further automates the bookkeeping process and reduces the inconvenient process for our users.”

BukuKas also recently released an innovative inventory management module in its application. This feature allows small sellers to track the movement of their stock without creating complex frameworks that characterize today’s inventory management solutions.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

BukuKas Dapat Pendanaan Seri A 142 Miliar Rupiah Dipimpin Sequoia Capital India

BukuKas, startup pengembang aplikasi pencatatan finansial untuk UMKM hari ini (12/1) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $10 juta atau setara 142 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Sequoia Capital India dengan partisipasi investor sebelumnya, yakni Saison Capital, January Capital, Founderbank Capital, Cambium Grove, Endeavor Catalyst, dan Amrish Rau.

Sejak didirikan pada tahun 2019, BukuKas telah berhasil mengumpulkan dana $22 juta atau setara 313 miliar Rupiah dari investor — termasuk melalui putaran seed dan pre-series A. Modal tambahan akan difokuskan untuk mempercepat akuisisi merchant, dan memperkuat tim teknis/produk di kantor Jakarta dan Bangalore.

Per November 2020, BukuKas telah memiliki 3,5 juta pengguna aplikasi dengan 1,8 juta pengguna bulanan aktif. Namun demikian, BukuKas tidak bermain sendiri di pangsa pasar ini. Kompetitor terdekatnya adalah BukuWarung, dengan model bisnis yang mirip dengan jutaan pengguna. Selain itu ada beberapa startup lokal yang juga luncurkan aplikasi catatan keuangan UMKM, di antaranya Credibook, Moodah, Teman Bisnis, Akuntansiku, dll.

“Kami melihat putaran pendanaan ini sebagai kepercayaan yang kuat pada peluang pasar yang besar, serta kemampuan tim dan eksekusi sejauh ini. Meskipun kami telah berkembang pesat tahun ini, kami baru saja memulai. Putaran ini merupakan langkah penting bagi kami untuk terus bekerja menuju misi untuk memberdayakan 60 juta pedagang kecil dan pengecer di Indonesia agar mereka beralih ke digital,” kata Co-Founder & CEO BukuKas Krishnan Menon.

Dalam wawancara sebelumnya dengan DailySocial, ia menyampaikan bahwa bisnisnya diposisikan sebagai perusahaan perangkat lunak digitalisasi UMKM yang akan berkembang menjadi pemain fintech. “Para pedagang telah menyadari bahwa go-digital sangat penting bagi bisnis mereka. Pedagang menghemat waktu 2-4 jam sehari, 20% biaya, dan meminimalisir kesalahan perhitungan manual. Kami juga memungkinkan pedagang untuk memulihkan kasbon 3x lebih cepat karena prosesnya otomatis.”

Kemudian terkait model bisnis ia juga menjelaskan, “Saat ini kami memiliki eksperimen awal yang menarik tentang monetisasi, tapi masih terlalu dini. Itu bisa dilakukan dengan banyak cara, beberapa yang sudah jelas seperti SaaS, solusi finansial, dan ada beberapa yang menarik lainnya tapi belum bisa kami bagian saat ini.”

Dalam rilisnya, BukuKas juga mengumumkan akuisisinya terhadap aplikasi Catatan Keuangan Harian. Aksi perusahaan ini sebenarnya sudah dilakukan sejak bulan September 2020 lalu; dengan harapan bisa memperkuat kepemimpinan mereka di segmen terkait.

Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon
Statistik pengguna BukuKas dengan matriks DAU / LinkedIn, Krishnan Menon

“Meskipun fitur aplikasi dapat ditiru seiring perkembangan, mempertahankan tingkat kesederhanaan yang ekstrem dalam produk sambil menambahkan nilai substansial akan menjadi sebuah tantangan. Pada akhirnya perusahaan yang mampu mewujudkan hal ini dalam skala besar yang akan memimpin,” kata Krishnan.

Dengan karakteristik unik, pasar Indonesia memang perlu sentuhan khusus. Hal tersebut yang juga dipercayai tim BukuKas, direpresentasikan dalam penyesuaian fitur. Misalnya, untuk dapat menjangkau pengguna di kota-kota kecil, mereka menghadirkan fitur mode offline dengan sinkronisasi otomatis ketika pengguna berhasil terkoneksi ke jaringan internet.

Lebih lanjut Co-Founder & COO BukuKas Lorenzo Peracchione menyampaikan, dalam waktu dekat akan ada beberapa fitur baru termasuk integrasi pembayaran digital. “Pedagang akan dapat mengumpulkan uang dari pelanggan mereka menggunakan berbagai opsi pembayaran dengan cara yang mudah. Pembayaran akan secara otomatis ditambahkan di aplikasi BukuKas, yang selanjutnya mengotomatiskan proses pembukuan dan mengurangi proses yang kurang nyaman bagi pengguna kami.”

BukuKas juga baru saja mengeluarkan modul manajemen inventaris yang inovatif dalam aplikasinya. Fitur ini memungkinkan pedagang kecil melacak pergerakan stok mereka tanpa menimbulkan kerangka kerja rumit yang menjadi ciri solusi manajemen inventaris saat ini.

Application Information Will Show Up Here

Bibit Secures 418 Billion Rupiah Funding Led by Sequoia Capital India

The online mutual fund platform Bibit announced further funding of $ 30 million or the equivalent of more than 418 billion Rupiah led by Sequoia Capital India. East Ventures, EV Growth, and 500 Startups participated in this round.

In the official statement, fresh funds will be used to develop services to encourage more novice investors in Indonesia.

Bibit’s President Director, Sigit Kouwagam mentioned that user growth has increased significantly to over one million new participants during the past year. “This is due to the increased awareness and education are given to novice investors to save every month consistently and the importance of having good personal financial management principles,” he said, Tuesday (1/5).

Based on IDX and KSEI data, the number of retail investors in Indonesia grew 56% YOY last year. This was partly because of the number of millennials with a growth of 92% new investors, from 21-40 years old. Although it has increased significantly, the participation of the Indonesian people in the capital market is still less than 2% at this time.

“We believe that all people deserve a better future. It helps to increase financial inclusion and driving investment practice in the right way is one way to do this. We are very proud to have Sequoia Capital India’s support to pursue this mission.”

On the same occasion, Sequoia Capital India’s VP, Rohit Agarwal also said, “Globally, we see consumers starting to shift their savings from low-yield products, such as gold and property, to financial products with higher yields. In Indonesia, we see Bibit as a trusted investment platform that can help millions of Indonesians invest optimally.”

East Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, Willson Cuaca added, “Stockbit and Bibit have shown very high growth in the retail investor segment where transaction value growth will increase more than 10 times in 2020. We believe this funding will boost Stockbit’s growth and strengthen. their position as a leading investment platform.”

In addition, Stockbit released Bibit in January 2019, through the acquisition of a majority stake in Bibit with an undisclosed value. Stockbit alone was originally started as an investment community platform to exchange ideas and stock news in real-time.

As part of the Stockbit Group, Bibit is the company’s channel to reach novice investors with easy investments. Bibit utilizes Robo Advisor technology that adjusts products according to the user’s risk profile and investment goals. It is claimed that 90% of Seed users come from millennials.

According to the survey results summarized in the 2020 Fintech Report, currently there are several investment applications targeting consumers. Seeds themselves are the investment application that gets the highest total awareness from survey respondents.

Investment Platform in Indonesia

In terms of mutual funds, Bibit is currently in competition with other players, including Bareksa, Ajaib, and Bukalapak which will soon launch a subsidiary focused on investment products.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Bibit Umumkan Pendanaan 418 Miliar Rupiah yang Dipimpin Sequoia Capital India

Aplikasi reksa dana online Bibit mengumumkan pendanaan lanjutan senilai $30 juta atau setara lebih dari 418 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Sequoia Capital India. East Ventures, EV Growth, dan 500 Startups turut berpartisipasi dalam putaran ini.

Dalam keterangan resminya, dana segar akan digunakan untuk mengembangkan layanan untuk mendongkrak lebih banyak investor pemula di Indonesia untuk terjun berinvestasi.

Direktur Utama Bibit Sigit Kouwagam menjelaskan, jumlah pengguna Bibit naik drastis menjadi lebih dari satu juta investor baru selama satu tahun terakhir. “Hal ini disebabkan meningkatnya kesadaran dan edukasi yang diberikan kepada investor pemula untuk menabung rutin setiap bulan secara konsisten dan pentingnya memiliki prinsip manajemen keuangan pribadi yang baik,” ujarnya, Selasa (5/1).

Berdasarkan data IDX dan KSEI, jumlah investor ritel di Indonesia tumbuh 56% secara YOY pada tahun lalu. Peningkatan ini disumbang oleh kalangan milenial dengan pertumbuhan 92% investor baru, dari kalangan umur 21-40 tahun. Meski naik signifikan, partisipasi masyarakat Indonesia di pasar modal masih kurang dari 2% pada saat ini.

“Kami percaya semua masyarakat berhak mendapatkan masa depan yang lebih baik. Membantu meningkatkan inklusi keuangan dan mendorong kebiasaan berinvestasi dengan cara yang benar adalah salah satu cara untuk mewujudkannya. Kami sangat bangga bisa mendapatkan dukungan dari Sequoia Capital India untuk mengejar misi tersebut.”

Dalam kesempatan yang sama, VP Sequioa Capital India Rohit Agarwal turut menyampaikan, “Secara global kami melihat konsumer mulai memindahkan tabungan mereka dari produk dengan yield rendah, seperti emas dan properti beralih kepada produk finansial dengan yield yang lebih tinggi. Di Indonesia, kami melihat Bibit sebagai platform investasi terpercaya yang dapat membantu jutaan masyarakat Indonesia berinvestasi secara optimal.”

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, “Stockbit dan Bibit menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi di segmen retail investor di mana pertumbuhan nilai transaksi naik lebih dari 10 kali lipat pada tahun 2020. Kami yakin pendanaan ini akan mendorong pertumbuhan Stockbit dan memperkuat posisi mereka sebagai platform investasi terdepan.”

Sebagai informasi, Stockbit merilis Bibit pada Januari 2019, melalui akuisisi saham mayoritas di Bibit dengan nilai tidak disebutkan. Stockbit sendiri awalnya dimulai dari platform komunitas investasi untuk saling bertukar ide dan berita saham secara real time.

Sebagai bagian dari Stockbit Group, Bibit menjadi channel perusahaan untuk menjangkau investor pemula dengan investasi yang mudah. Bibit memanfaatkan teknologi Robo Advisor yang menyesuaikan produk sesuai dengan profil risiko dan tujuan investasi pengguna. Diklaim 90% pengguna Bibit datang dari kalangan milenial.

Menurut hasil survei yang dirangkum dalam Fintech Report 2020, saat ini ada beberapa aplikasi investasi yang menyasar kalangan konsumer. Bibit sendiri menjadi aplikasi investasi yang mendapatkan total awareness paling tinggi dari responden survei.

Investment Platform in Indonesia

Di sisi lain, untuk reksa dana, saat ini Bibit berkompetisi dengan pemain lain seperti Bareksa, Ajaib, sampai Bukalapak yang saat ini sedang menyiapkan anak perusahaan yang khusus menangani produk investasi.

Application Information Will Show Up Here

Otoklix Secures 28 Billion Rupiah Funding, Bridging Car Owners and Repair Shops through Application

An online-to-offline solution startup that digitizes the automotive aftermarket industry in Indonesia (including car service or repair services), Otoklix, announced initial funding of $2 million or the equivalent of 28 billion Rupiah. This round is led by Surge, the accelerator program of Sequoia Capital India. Also participating in this round GK Plug and Play, Kenangan Investment Fund 1, Lentor Ventures, Noble Star Ventures, and Andree Susanto as the founder of Waresix.

Surge is an acceleration program by Sequoia Capital aimed at startup companies in Southeast Asia and India. This program is held twice a year, Otoklix has successfully become a representative from Indonesia to participate in the fourth batch of Surge with other selected startups from India, Singapore, Vietnam, Indonesia, and Australia.

The Indonesian car aftermarket market is projected to grow up to $15 billion, with 20 million cars being part of the industry market by 2025. This is one of the reasons for Martin Reyhan Suryohusodo, Joseph Alexander Ananto, and Benny Sutedjo to start the largest automotive aftermarket network in Southeast Asia.

Otoklix was founded in 2019, with a mission to bridge the gap between vehicle owners and Indonesia’s fragmented general workshop industry. Transforming the vehicle maintenance experience for consumers and equipping workshops by increasing their visibility, providing business solutions through software, and reducing procurement costs.

Otoklix co-founder Martin Suryohusodo said, “The fragmented condition of the Indonesian automotive aftermarket creates difficulties for consumers due to the lack of information transparency. On the same side, the industry is also a large potential market that is often underestimated. Learning from the US market, shared mobility was able to increase aftermarket industry spending by 150% and this inspires us for the future of the Indonesian automotive aftermarket industry.”

Otoklix service covers two user segments. For car owners, Otoklix has developed a mobile application to facilitate car maintenance. Car owners can order service at a recommended independent repair shop nearby and receive standard rates and service levels. Car owners also get a guarantee for every transaction at Otoklix partner workshops and can track their repair and maintenance history in the application.

Within one year of operation, Otoklix has facilitated service for 10 thousand cars per month by more than 100 active workshop partners. The team believes that it is currently on a growth trajectory to become the largest and most trusted aftermarket service network in Indonesia, with 20 million cars that will become part of the automotive aftermarket market in the next five years.

With the funding obtained, Otoklix targets 500 partner workshops to join and serve 100 thousand cars per month, and 75% of the revenue share of the total procurement of goods and spare parts by partner workshops by December 2021.

Previously, there were three startups that had already tried out the previous batch of Surge acceleration programs from Indonesia. The three of them are Storie, Chilibeli, and Rukita.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Otoklix Raih Pendanaan 28 Milliar Rupiah, Hubungkan Pemilik Mobil dan Bengkel Melalui Aplikasi

Startup solusi online-to-offline yang mendigitalisasi industri aftermarket otomotif di Indonesia (termasuk di dalamnya layanan servis atau perbaikan mobil), Otoklix, mengumumkan pendanaan awal bernilai $2 juta atau setara 28 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Surge, program akselerator milik Sequoia Capital India. Turut berpartisipasi GK Plug and Play, Kenangan Investment Fund 1, Lentor Ventures, Noble Star Ventures, dan Andree Susanto selaku founder Waresix.

Surge adalah sebuah program percepatan oleh Sequoia Capital yang ditujukan untuk perusahaan startup di Asia Tenggara dan India. Program ini diadakan sebanyak dua kali dalam setahun, Otoklix berhasil menjadi wakil dari Indonesia untuk mengikuti Surge batch keempat bersama startup terpilih lainnya dari India, Singapura, Vietnam, Indonesia, dan Australia.

Pasar aftermarket mobil Indonesia diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan hingga $15 miliar dengan jumlah 20 juta mobil menjadi bagian pasar industri tersebut pada tahun 2025. Hal ini menjadi salah satu yang mendorong Martin Reyhan Suryohusodo, Joseph Alexander Ananto, dan Benny Sutedjo untuk memulai jaringan aftermarket otomotif terbesar di Asia Tenggara.

Otoklix didirikan pada tahun 2019, dengan misi untuk menjembatani kesenjangan antara pemilik kendaraan dan industri bengkel umum Indonesia yang terfragmentasi. Mentransformasi pengalaman perawatan kendaraan untuk konsumen dan memperlengkapi bengkel-bengkel dengan meningkatkan visibilitas mereka, penyediaan solusi bisnis melalui software, serta penghematan biaya pengadaan.

Co-founder Otoklix Martin Suryohusodo menyampaikan, “Kondisi industri aftermarket otomotif Indonesia yang cukup terfragmentasi memunculkan kesulitan bagi para konsumen karena kurangnya transparansi informasi. Di sisi yang sama, industri tersebut juga merupakan sebuah pasar berpotensi besar yang sering kali diremehkan. Belajar dari pasar Amerika Serikat, mobilitas bersama mampu meningkatkan pengeluaran industri aftermarket sebesar 150% dan hal ini menginspirasi kami untuk masa depan industri aftermarket otomotif Indonesia.”

Layanan Otoklix sendiri mencakup dua segmen pengguna. Untuk pemilik mobil, Otoklix telah mengembangkan aplikasi seluler yang memudahkan perawatan mobil. Pemilik mobil dapat memesan layanan di bengkel independen yang direkomendasikan di dekatnya dan menerima harga dan tingkat layanan standar. Pemilik mobil juga mendapatkan garansi untuk setiap transaksi di bengkel mitra Otoklix dan dapat melacak riwayat perbaikan dan pemeliharaan mereka di dalam aplikasi.

Selama kurang lebih satu tahun beroperasi, Otoklix telah memfasilitasi servis bagi 10 ribu mobil per bulan oleh lebih dari 100 mitra bengkel yang aktif. Pihaknya meyakini bahwa saat ini telah berada pada lintasan pertumbuhan untuk menjadi jaringan layanan aftermarket terbesar dan paling terpercaya di Indonesia, dengan 20 juta mobil yang akan menjadi bagian pasar aftermarket otomotif dalam lima tahun ke depan.

Dengan pendanaan yang didapat, Otoklix menargetkan 500 mitra bengkel yang tergabung serta melayani 100 ribu mobil per bulan, dan 75% bagian pendapatan dari total pengadaan barang dan suku cadang oleh bengkel-bengkel mitra pada Desember 2021.

Sebelumnya, ada tiga startup yang sudah lebih dulu menjajal program percepatan Surge batch sebelumnya dari Indonesia. Ketiganya adalah Storie, Chilibeli, dan Rukita.

Application Information Will Show Up Here