Perusahaan “Fintech Enabler” Asal Tiongkok OneConnect Resmikan Kehadirannya di Indonesia

Penyedia platform teknologi keuangan (fintech enabler) asal Tiongkok, OneConnect, resmi beroperasi di Indonesia. Melalui anak usahanya PT OneConnect Financial Technology Indonesia, perusahaan menawarkan sejumlah solusi yang diharapkan dapat mempercepat digitalisasi layanan keuangan di tanah air.

Dalam sambutannya, CEO OneConnect Financial Technology Tan Bin Ru menyebut Indonesia sebagai pasar utamanya di Asia Tenggara karena Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi digital tercepat pada 2018, yakni senilai $27 miliar.

Berbekal teknologi dan pengalaman yang dimiliki perusahaan, ia ingin membagikan keduanya kepada ekosistem di Indonesia. Pihaknya menyiapkan $10 juta (Rp 140 miliar) untuk mendukung digitalisasi pasar keuangan di Indonesia.

“Dalam menghadapi perkembangan ekonomi saat ini, tidak mungkin tanpa tantangan, institusi finansial selalu membutuhkan solusi. Kami salah satu perusahaan teknologi yang sangat mengenal institusi finansial. Kami yakin solusi kami dapat memenuhi kebutuhan mereka,” ujar Bin Ru di acara peluncuran OneConnect di Jakarta, Rabu (20/02).

Ada sembilan kategori solusi yang ditawarkan OneConnect kepada bank dan institusi finansial di Indonesia, antara lain Perbankan Digital, Asuransi Digital, Investasi Digital, Cloud Ping An, Pendaftaran Akun dan Pelayanan Pintar, Platform Peminjaman Pintar, Klaim Asuransi Pintar, Alat Agen Pintar, dan Blockchain-Fimax.

Sebagai langkah pertamanya, OneConnect membidik pedagang pasar untuk memperkuat basis awal ekosistemnya di Indonesia. Untuk itu, pihaknya juga menandatangani kesepakatan kerja sama (MoU) dengan Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (ASPARINDO).

Kolaborasi ini mencakup kunjungan dan penyuluhan di pasar-pasar tradisional untuk membantu para pedagang dan kios bertransformasi ke arah digital.

We need to learn (financial technology) to speed up with the economy. Makanya, kami gandeng ASPARINDO untuk buka jalan sehingga teknologi kami bisa sampai ke daerah,” ujar Direktur Utama PT OneConnect Financial Technology Indonesia Hendra Tan.

Hendra juga memiliki misi untuk membangun ekosistem secara menyeluruh di Indonesia sehingga OneConnect dapat menjadi penyedia teknologi keuangan yang tidak hanya menyelesaikan masalah peminjaman modal (lending) saja di Indonesia.

That’s why we need data source, orang-orang perbankan [sebagai sumber daya di OneConnect], dan lainnya untuk membangun ekosistem di sini. Kami juga sudah bangun data center untuk bisa comply dengan regulasi di Indonesia,” tambahnya.

Sementara, Ketua Umum ASPARINDO Joko Setiyanto menambahkan, pihaknya akan memulai pilot project dari kerja sama ini di sejumlah pasar tradisional di Tangerang Selatan.

“Tidak mudah mendigitalkan pasar, perlu edukasi. Asal ada sosialisasi upaya ini pasti jalan. Yang terpenting bagi pedagang adalah kegunaan sehingga mereka bisa merasakan efisiensinya,” kata Joko.

Kristin Siagian turut terlibat dalam penulisan artikel ini.

Warung Pintar Announces Series B Funding Worth of 390 Billion Rupiah

A startup of “new retail” platform developer, Warung Pintar, today (1/21) announced series B funding worth of $27.5 million, equivalent with 390 billion rupiah. Funding was acquired from the previous investors, SMDV, Vertex, Pavilion Capital, Line Ventures, Digital Garage, Agaeti, Triputra, Jerry Ng, and EV Growth. Participated also in this round, digital wallet developer under Lippo Group, Ovo.

Previously, Warung Pintar has received seed funding worth of 55 billion rupiah in early 2018. Later on, in the mid-year, they announce advanced funding worth of 57 billion rupiah. In 2018, the startup under East Venture has more than 1150 kiosk partners in all over Jabodetabek. Some strategic partnerships are held, with Ovo, Go-Pay, and Flock.

Agung Bezharie Hadinegoro, Warung Pintar’s Co-Founder and CEO said the company has vision to be a “golden standard” for micro entrepreneurs in Indonesia. Until now, Warung Pintar has increased partners income up to 41%.

OVO’s CEO, Jason Thompson added, Warung Pintar’s proposition resonates with OVO’s main focus to empower SMEs in Indonesia, it’s an important part of financial inclusion.

As Warung Pintar‘s Chairman, Willson Cuaca emphasized on the startup, as one with fastest development in East Ventures’ portfolio. The funding round is considered to close very fast.

Warung Pintar, after this round, intends to expand kiosk up to 5000 units in 2019. They’ll also expand network outside Jabodetabek, starts from Banyuwangi.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Warung Pintar Umumkan Pendanaan Seri B Senilai 390 Miliar Rupiah

Startup pengembang platform “new retail”  Warung Pintar hari ini (21/1) mengumumkan perolehan pendanaan seri B sebesar $27,5 juta, setara dengan 390 miliar Rupiah. Pendanaan diperoleh dari investor terdahulu mereka, yakni SMDV, Vertex, Pavilion Capital, Line Ventures, Digital Garage, Agaeti, Triputra, Jerry Ng dan EV Growth. Turut berpartisipasi dalam pendanaan kali ini, pengembang dompet digital di bawah naungan grup Lippo, yakni Ovo.

Sebelumnya Warung Pintar telah mendapatkan pendanaan awal senilai 55 miliar Rupiah di awal tahun 2018. Setelah itu di pertengahan tahun mereka mengumumkan pendanaan lanjutan senilai 57 miliar Rupiah. Di tahun 2018, startup besutan East Ventures ini telah memiliki lebih dari 1150 kios mitra yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Beberapa kemitraan strategis juga telah dijalin, di antaranya bersama Ovo, Go-Pay, dan Flock.

Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro menyampaikan, perusahaannya memiliki visi menjadi “golden standard”  bagi pengusaha mikro di Indonesia. Sejauh ini Warung Pintar telah mendorong kenaikan pendapatan mitra hingga 41%.

CEO OVO Jason Thompson turut menambahkan, proposisi Warung Pintar beresonansi dengan fokus OVO untuk memberdayakan UKM di Indonesia, ini menjadi bagian penting dari inklusi keuangan.

Sementara Chairman Warung Pintar, Willson Cuaca menegaskan, bahwa Warung Pintar adalah salah satu startup yang paling cepat berkembang dalam portofolio East Ventures. Ronde pendanaan turut dinilai mampu ditutup dengan sangat cepat.

Pasca pendanaan ini, Warung Pintar berambisi dapat meningkatkan pertumbuhan kios mencapai 5000 unit pada tahun 2019. Pihaknya juga akan memperluas jangkauan di luar Jabodetabek, dimulai dari Banyuwangi.

TemanBisnis Hadirkan Aplikasi Akuntansi Berstandar untuk UKM

Aplikasi TemanBisnis (Tebi) memiliki tujuan untuk memudahkan UKM di Indonesia mengelola keuangan. Fitur yang disediakan mulai dari pencatatan hingga laporan keuangan berbasis digital yang berstandar. Harapannya para UMK bisa lebih fokus mengembangkan bisnisnya.

Tebi berawal dari pemikiran Founder & CEO TemanBisnis Abidah yang berlatar belakang akuntansi, mengenai peran sertanya dalam membantu pengusaha UKM.

Abidah mengatakan, “Kalau bisa menjadi akuntan bagi jutaan pebisnis UKM kenapa harus puas dengan membantu satu atau dua pebisnis saja.” Dari sinilah kemudian lahir Tebi dengan berbagai macam fitur yang disematkan dalam aplikasi.

Sejak diluncurkan Oktober 2018, Tebi sudah diunduh lebih dari 35 ribu kali dengan pengguna aktif per hari berkisar 700 hingga 1000 orang. Dengan modal awal dari angel investor dan para co-founder, di tahun pertamanya Tebi fokus pada perluasan pasar dan pengembangan aplikasi; mulai dari desain interface dan beberapa fungsionalitas yang dibutuhkan para pebinsis UKM.

Saat ini beberapa fitur yang sudah ada di aplikasi TemanBisnis antara lain fitur pencatatan keuangan dengan Standar Akuntansi Keuangan Usaha Mikro Kecil Menengah (SAK EMKM), fitur laporan keuangan arus kas dan laba rugi otomatis, dan analisis singkat laporan. Semua dikemas Tebi dengan tampilan yang tidak hanya menarik tetapi juga mudah dipahami.

“Karena berangkat dari mimpi besar untuk menciptakan 10 juta usaha mikro kecil Indonesia yang mandiri pada tahun 2023, kita menekankan pada penggunaan yang mudah, terjangkau, dan menyeluruh bagi semua pebisnis UKM. Secara bisnis model, kita menerapkan tipe belangganan atas fitur advance, sehingga pengguna bisa tetap menggunakan fitur dasar secara gratis, tapi kalau butuh lebih dari itu tinggal berlangganan,” terang CMO TemanBisnis Muhammad Zulfahly yang akrab disapa Zul.

Saat ini untuk terus menggenjot pertumbuhan pengguna, tim Tebi tengah melakukan berbagai macam upaya, salah satunya dengan melakukan kunjungan dan pelatihan literasi keuangan ke komunitas, sekolah bisnis hingga inkubator. Selain itu tim Tebi juga berusaha menemukan tampilan yang efektif dan sesuai dengan banyak pengguna sehingga lebih memudahkan dalam penggunaan.

“Di 2019 kita optimis untuk terus menambah jumlah pengguna aplikasi hingga 500.000 pengguna. Targetnya kami ingin membangun kolaborasi dengan lebih banyak komunitas, sekolah bisnis, inkubator, bahkan pemerintah untuk meningkatkan literasi keuangan dan teknologi bagi pebisnis UKM Indonesia melalui event offline. Selain itu, kita juga terus melakukan pembaruan aplikasi untuk menghadirkan aplikasi akuntansi keuangan yang paling mudah, cepat, dan terjangkau berbasis Android,” ujar Zul.

Application Information Will Show Up Here

Mekar Bidik Dana 1,4 Triliun Rupiah untuk Program “Impact Fund”

Mekar sebagai platform fintech lending yang fokus menciptakan dampak sosial, akan melakukan penggalangan dana melalui program Mekar Impact Fund di tahun 2019. Mereka menargetkan dapat mengantongi dana hingga Rp1,4 triliun lewat program tersebut.

COO Mekar Pandu Aditya Kristy mengungkapkan, pihaknya ingin meningkatkan pertumbuhan usaha di sektor yang lebih besar, tidak hanya terpaku pada skala mikro atau UKM. Terlebih masih banyak sektor bisnis di Indonesia yang jika dikembangkan dapat memberikan dampak luas dan lebih baik.

Maka itu pendanaan dari Mekar Impact Fund akan dialokasikan untuk enam sektor terpilih, antara lain clean energy, food and agriculture, recycle and eco-materials, healthcare, education, serta financial inclusion.

Sebagaimana diketahui, impact fund tidak berorientasi pada imbal hasil, tetapi dampaknya terhadap lingkungan. Mekar akan memilih perusahaan penerima investasi (investee) berdasarkan dampak terbesar yang dapat ditawarkan. Dengan demikian, dana tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal.

“Target pengumpulan dana sebesar $50-100 juta, dan akan disalurkan ke 20-25 perusahaan. Jadi, rata-rata per sektor mendapat alokasi $8 juta. Rencananya [Mekar Impact Fund] akan jalan setelah Pilpres selesai, yaitu di kuartal kedua 2019,” ungkap Pandu.

Lebih lanjut, Pandu menjelaskan pelaku usaha dapat terhubung langsung dengan para investor. Nantinya, perusahaan akan memberikan opsi produk kepada calon investee, yang kemudian dapat dianalisis sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka.

Ada tiga opsi yang ditawarkan para investee, yaitu revenue sharing loan, bridge loan (mezzanine loan), dan venture debt (berdasarkan surat utang yang dapat dikonversi dalam bentuk kepemilikan saham).

Sementara pengumpulannya sendiri dapat dilakukan dengan sejumlah metode, seperti equity fund (filantropi/family office/investor), performance debt (pemerintahan/financial institution soft loan fund), dan grant fund (NGO/filantropi/CSR perusahaan besar). Perlu dicatat, pendanaan dapat berupa mata uang rupiah atau dolar.

Menurut Pandu, skema bisnis yang ditawarkan akan menarik bagi semua stakeholder. Pasalnya, Mekar Impact Fund menawarkan bunga dasar rendah bagi perusahaan investee, serta dampak sosial dan lingkungan yang lebih efisien dan terukur. Mekar juga memiliki perhitungan IRR di angka 16-22 persen p.a.

“Karena bunga dasar kami rendah, para investee dapat fokus ke bisnis agar bisa dorong omzet dan memberikan bagi hasil. Dengan begitu, perusahaan yang memberikan dampak sosial dan lingkungan dapat tumbuh bersama. Jika omzet tumbuh, dampak positif yang diberikan otomatis melebar jangkauan areanya dan jumlahnya.”

Saat ini Mekar telah menyalurkan total pinjaman sebanyak Rp100 miliar kepada 43.161 peminjam di Indonesia. Dengan total 48.000 jumlah pinjaman, rata-rata dana yang disalurkan berkisar Rp2,5-3,5 juta. Di tahun depan, Mekar akan menambah jumlah lending partner, tidak hanya dari koperasi simpan pinjam saja.

Strategi Pengembangan Bisnis Amartha di Tahun 2019

Amartha pemain p2p micro-lending menyampaikan strateginya untuk menggenjot performa bisnis tahun depanAda serangkaian kegiatan yang akan dilakukan, di antaranya penambahan mitra peminjam dan mitra pendana.

Brand Manager Amartha Lydia M Kusnadi tidak merinci inovasi (produk) seperti apa yang tengah disiapkan perusahaan. Ia memastikan bahwa perusahaan tak hanya fokus ke angka saja, tapi juga meningkatkan pelayanan dari segala sisi.

Disampaikan juga bahwa respons yang diterima sejauh ini cukup positif, karena akses pendanaan khususnya untuk masyarakat pedesaan menjadi terbuka lebih luas. Pada akhirnya berdampak pada semakin banyak desa yang terberdayakan.

“Dari sisi pendana, mereka memiliki opsi penanaman modal baru, sangat baik untuk portfolio investasi mereka,” terangnya kepada DailySocial.

Di satu sisi, perusahaan juga terus menambah porsi pendana dari segmen ritel dan institusi. Kendati dari sisi jumlahnya ritel tetap diutamakan memegang porsi mayoritas. Lydia menyebut, pendana dari institusi yang berpartisipasi di perusahaan berasal dari perbankan dan BPR.

“Untuk proporsi lenders ritel masih akan ditingkatkan, tentunya tanpa menutup kolaborasi dengan korporasi dan perbankan. Sebagai wujud komitmen kami dalam membuka akses keuangan dan mewujudkan inklusi keuangan.”

Dalam setahun ini, Amartha telah menyalurkan sekitar Rp719 miliar kepada lebih dari 170 ribu mitra peminjam yang berasal dari kalangan perempuan. Jumlah mitra menanjak cukup tajam dibandingkan tahun lalu, yakni sekitar 70 ribu mitra. Adapun dilihat dari jumlah dana yang disalurkan meningkat lebih dari 200% atau sebesar Rp200 miliar dibandingkan tahun lalu.

Perusahaan bekerja sama dengan perbankan untuk memberikan rekomendasi mitra peminjam yang sesuai dengan profil UKM masing-masing. Dua bank yang sudah melakukan kerja sama diantaranya adalah Bank Mandiri dan Bank Permata. Melalui proses scoring dari Amartha, diharapkan dapat membantu bank dalam meminimalisir peluang NPL (Non-Performing Loan) di kemudian hari.

Amartha juga mengklaim telah berhasil menekan risiko gagal bayar hingga 0%. Salah satu manajemen risiko yang dilakukan dengan menerapkan pinjaman kelompok yang memiliki mekanisme “tanggung renteng”. Setiap peminjam akan dikelompokkan ke dalam satu kumpulan yang disebut “Majelis” berisi 15-25 orang yang tinggal berdekatan.

Sistem ini akan mendorong setiap anggota untuk bertanggung jawab untuk melakukan tanggung renteng atau menanggung risiko secara kelompok, apabila salah satu anggota mengalami kredit macet.

Pinjaman mikro di Amartha dimulai dari Rp3 juta sampai Rp15 juta dengan tenor 3 sampai 12 bulan. Imbal hasil yang ditawarkan mulai dari 10% sampai 15% per tahun.

Application Information Will Show Up Here

HP Umumkan Jajaran Laptop dan Printer Terbaru untuk Solusi UKM Indonesia

HP Indonesia telah memperkenalkan sejumlah perangkat laptop, printer, dan layanan baru dalam acara bertemakan Work-Life 360 pada Kamis (6/12/2018). Ditujukan sebagai solusi untuk para pekerja dan bisnis, terutama usaha skala kecil dan menengah (UKM) yang terus berkembang.

Menurut HP, saat ini generasi pekerja muda dapat bekerja kapan saja dan di mana saja. Portofolio UKM terbaru HP ini pun dirancang untuk memenuhi kebutuhan pekerja masa kini dan menfasilitasi munculnya gaya kerja baru.

“Pekerja UKM sekarang ini menuntut adanya teknologi yang aman dan kolaboratif, yang mampu membantu mereka mewujudkan gaya kerja yang fleksibel.” Ujar David Tan, Managing Director HP Indonesia.

Portofolio UKM HP Indonesia 

Solusi UKM ini meliputi jajaran laptop termasuk HP EliteBook
x360 1040 G5, HP ProBook x360 440 G1, HP ZBook Studio x360 G5, HP ZBook Studio G5, dan HP ZBook 15 G5. Serta, printer HP LaserJet MFP M72625dn, HP A3 PageWide Pro, dan HP DesignJet T1700.

HP EliteBook x360 1040 G5 sendiri merupakan laptop konvertibel 14-inci yang punya ukuran kecil dan ringan. Dibekali gigabit-class 4G LTE2, ditenagai oleh prosesor Intel Quad Core Generasi ke-8, dan punya RAM hingga 32GB dan penyimpanan hingga 2TB.

Laptop ini dibekali sejumlah fitur yang mendukung gaya kerja baru yang tidak lagi berkutat di dalam kantor, seperti fitur Sure View. Di mana layar laptop akan tidak terlihat dari sisi kanan maupun kiri, dan Noise Cancellation untuk mengurangi kebisingan di sekitar pengguna sehingga suara tetap jernih ketika telekonferensi berlangsung.

Lanjut ke HP ProBook x360 440 G1, laptop konvertibel yang didesain untuk memenuhi kebutuhan pekerja UKM dengan kekuatan, keamanan, dan ketahanan superior.

Portofolio UKM ini juga memasukkan ZBook dari tipe Z, meliputi HP ZBook Studio x360 G5, HP ZBook Studio G5, dan HP ZBook 15 G5. Ketiganya diciptakan dengan kemampuan serbaguna untuk pengerjaan desain grafis secara mobile yang biasanya hanya dapat dilakukan di studio kerja.

HP ZBook Studio x360 G5 merupakan laptop konvertibel yang cocok untuk profesional masa kini di bidang kreatif. Engsel 360 derajat memberikan kenyamanan sebuah laptop, kepraktisan sebuah tablet, dan mode-mode baru lainnya.

Sementara, HP ZBook Studio G5 terbaru ialah laptop 4K dengan panel anti-silau HP DreamColor yang mendukung 100 persen Adobe RGB dan memiliki kecerahan 600 nit. HP ZBook Studio memiliki kapasitas penyimpanan hingga 6 TB, dengan sertifikasi grafik NVIDIA Quadro dan prosesor Intel Xeon 6-core.

Lalu, HP ZBook 15 G5 adalah mobile workstation yang mengunggulkan kinerja dan keamanan. Pengguna dapat meningkatkan produktivitas dengan kapasitas penyimpanan hingga 6 TB, tiga drive, serta tempat penyimpanan TB local PCle TLC hingga 4 TB.

Portofolio UKM juga mencakup printer HP A3 PageWide Pro yang memberikan solusi optimal dalam penghematan biaya, mencetak warna dengan harga sangat terjangkau, fitur pencetakan tanpa kabel dan fitur keamanan – serta fasilitas rental, yang merupakan sebuah kombinasi lengkap guna mendukung bisnis UKM.

Untuk membantu UKM mengubah brand mereka, HP juga menampilkan HP DesignJet T1700, salah satu printer DesignJet yang paling aman untuk CAD atau Computer-Aided Design, sebuah perangkat lunak untuk arsitek, insinyur dan seniman.

Printer ini membuat mereka mampu menciptakan lukisan dengan presisi tinggi, serta memiliki GIS atau Geographic Information System. Software yang dirancang untuk menyimpan, mengambil dan menganalisis semua tipe data geografis dan spasial.

DesignJet T1700 ini merupakan printer untuk kelompok kerja CAD/GIS yang dapat melindungi pekerjaan dan informasi Anda, sekaligus mencetak dokumen dengan warna yang tepat, efisien, dan tanpa interupsi.

Berbagai produk ini dapat dibeli melalui HP Financial Services, sebuah program yang memberikan solusi investasi untuk membantu Anda memaksimalkan potensi sepenuhnya dari Teknologi Informasi (TI) dalam menciptakan hasil bisnis yang lebih baik.

Selain itu, HP juga menawarkan pelatihan online gratis bernama HP LIFE untuk membantu wirausahawan dan UKM mempelajari apa yang mereka butuhkan untuk mengembangkan bisnis mereka.

Selama mengikuti berbagai kursus tersebut, para pengguna dapat belajar sesuai dengan irama mereka sendiri, termasuk mempelajari Basics of Finance, Profit and Loss, serta Audience Targeting.

HP juga menawarkan HP Business Club, sebuah platform pembelian tanpa hambatan untuk UKM dan perusahaan dengan program keanggotaan, serta solusi untuk kebutuhan bisnis melalui layanan penyewaan dan manajemen perangkat.

Berikut harga dan ketersediaan portofolio UKM HP terbaru:

• HP EliteBook x360 1040 G5 tersedia untuk pesanan inden dengan harga mulai dari Rp24.000.000
• HP ProBook x360 440 G1 tersedia di HPShopping.id dengan harga mulai dari Rp13.399.000
• HP ZBook Studio x360 G5 tersedia untuk pesanan inden dengan harga mulai dari Rp30.000.000
• HP Zbook Studio G5 tersedia untuk pesanan inden dengan harga mulai dari Rp27.000.000
• HP ZBook 15 G5 tersedia untuk pesanan inden dengan harga mulai dari Rp27.000.000
• HP LaserJet MFP M72625dn tersedia untuk pesanan inden dengan harga mulai Rp35.000.000
• HP A3 PageWide Pro Printer tersedia untuk pesanan inden dengan harga mulai dari Rp49.000.000
• HP DesignJet T1700 tersedia untuk pesanan inden dengan harga mulai dari Rp77.000.000

Ambisi Walletku Menjadi Alat Pembayaran Digital di Indonesia

Setelah resmi diakuisisi oleh TNG FinTech Group, startup fintech Walletku berencana segera merealisasikan ambisi mereka menjadi platform identitas finansial digital dan alat pembayaran digital di Indonesia.

CEO Walletku, Farid MN, menyebutkan pengguna Walletku akan mendapatkan berbagai kemudahan dalam menikmati jasa pembiayaan finansial seperti pengajuan kredit usaha rakyat, pinjaman KTA, dan lainnya.

“Nantinya akun Walletku dapat menjadi tolok ukur bagi seluruh institusi finansial di Indonesia dalam memberikan credit scoring untuk masyarakat Indonesia khususnya yang masih berstatus ‘unbanked’,” kata Farid.

Menurut data yang dikeluarkan Bank Indonesia bulan Januari 2018, persentase jumlah permohonan kredit yang tidak disetujui oleh bank sebesar 21,7%. Angka tersebut meningkat 18,1% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Fitur favorit Walletku dan peluncuran Walletku Mart

Berdiri sejak tahun 2017 lalu, fitur yang tersedia di Walletku di antaranya pembelian pulsa prabayar/paket data, tagihan bulanan (listrik, telepon, air, BPJS, TV berlangganan, dan leasing), penjualan tiket perjalanan (kereta, bus, dan pesawat), hingga penjualan voucher game.

“Untuk fitur favorit pengguna Walletku sejauh ini di antaranya pembelian pulsa, paket data, token listrik, serta pembayaran tagihan bulanan,” kata Farid.

WalletKu juga berencana meluncurkan fitur Walletku Mart, berfungsi sebagai supermarket digital yang menyediakan berbagai kebutuhan mulai dari makanan, minuman, hingga kebutuhan perkakas rumah tangga. Fitur tersebut akan didukung layanan uang elektronik yang dinamakan dengan wCash.

“Karena kami menyasar UMKM (toko kelontong dan kios kecil), maka nantinya mereka bisa memesan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang bisa dijual langsung melalui aplikasi Walletku,” tutup Farid.

Saat ini WalletKu telah memiliki sekitar 3 juta pengguna dan 22 ribu jaringan merchant di seluruh Indonesia. Konsep yang disuguhkan dan target pasarnya mirip dengan layanan Kudo.

Application Information Will Show Up Here

Lewat “Laju Digital” Facebook Ingin Melatih UKM Optimalkan Media Sosial

Facebook Indonesia baru saja meresmikan program bertajuk “Laju Digital”. Ditujukan untuk membantu UKM mengembangkan bisnis secara online. Program tersebut terdiri dari beberapa agenda. Pertama adalah sesi workshop peningkatan keterampilan digital bagi bisnis dan individu.

Untuk bisnis, workshop difokuskan pada materi pemanfaatan media sosial sebagai kanal pemasaran. Sedangkan untuk individu, workshop Laju Digital difokuskan untuk membantu meningkatkan profil media sosialnya. Kemudian agenda kedua, Facebook menggandeng Shopee untuk memberikan kelas pengembangan bisnis.

Kegiatan tersebut dielaborasi dengan “Kampus Shopee”, salah satunya berjalan pada 11 Agustus 2018 lalu di Yogyakarta. Kedua perusahaan membekali para penjual dengan pengetahuan media sosial dalam optimasi bisnis e-commerce, termasuk bagaimana mengelola iklan digital supaya tepat sasaran dan menghasilkan ROI yang menguntungkan.

Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia, Ruben Hattari, saat peluncuran Laju Digital di Jakarta mengatakan, visi besar dari kampanye tersebut pihaknya ingin mengeksplorasi bagaimana Facebook bisa digunakan untuk meningkatkan daya saing Indonesia. Facebook juga menggandeng Kemenkominfo, Kemendikbud, dan KemenkopUKM dalam pelaksanaannya.

Ditargetkan Laju Digital akan menyasar lebih dari 3 ribu UKM di 15 kota di Indonesia. Ruben turut menekankan, salah satu target prioritas (10 kota sasaran) adalah kota-kota di wilayah Indonesia bagian timur. Berbagai program akan intensif dimulai pada bulan September mendatang, dimulai dari Gorontalo, dilanjutkan ke kota lainnya termasuk Manokwari dan Kupang.

Tidak hanya Facebook, program serupa yang menyasar UKM juga dilakukan oleh perusahaan teknologi lain. Salah satu yang sudah lama berinisiatif adalah Google Indonesia. Program bertajuk UKM Go Online digelar melalui berbagai program pembinaan bertajuk “Gapura Digital” dan “Womenwill”, bekerja sama dengan Kemenperin.

Bahkan pada Juli 2018 lalu Google melaporkan capaiannya telah melatih lebih dari 2600 UKM di Indonesia. Jika Facebook mengoptimalkan media sosial sebagai tools, Google memanfaatkan beberapa fitur optimasi website seperti Google My Business, Google Primer, dan Test My Site.

Application Information Will Show Up Here

Mendorong Startup Melantai di Bursa Saham

Indonesia saat ini memiliki empat startup teknologi yang memiliki valuasi di atas satu miliar dollar (lebih dari 14 triliun Rupiah menurut kurs hari ini). Mereka adalah Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. Meskipun demikian, keempatnya belum ada yang go public di bursa saham, khususnya Bursa Efek Indonesia.

Jagartha Advisors, sebuah layanan independent wealth management melihat hal ini didorong beberapa faktor.

Peraturan masih ketat

Saat ini tercatat baru tiga startup yang didominasi dari kalangan fintech yang sudah melakukan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia. Mereka adalah Kios, MCash dan NFC Indonesia. Meskipun sudah banyak startup di Indonesia yang memiliki potensi untuk melakukan IPO, namun masih ketatnya peraturan dari BEI dan OJK, menyulitkan mereka untuk melakukan IPO di bursa efek.

“Saya melihat salah satu alasan rendahnya minat startup untuk melantai adalah karena saat ini Indonesia masih mengacu kepada dua papan, yaitu papan utama (mainboard) dan papan pengembangan (development). Untuk papan utama persyaratannya cukup sulit untuk bisa dipenuhi oleh startup yang terbilang masih kecil skala perusahaannya,” kata Co-Founder dan Managing Partner Jagartha Advisors Ari Adil.

Ketiga startup yang sudah masuk dalam bursa tersebut saat ini juga masih tergolong dalam papan pengembangan dan belum bisa terdaftar di papan utama. Untuk itu Ari melihat, rencana bursa untuk melihat kembali peraturan yang ada dan rencana untuk menerbitkan papan akselerasi menjadi solusi yang tepat untuk startup dan UKM.

Sebagai informasi, performa saham Kioson dan M Cash cukup memuaskan sejak mereka melakukan IPO akhir tahun lalu. Kapitalisasi pasar kedua perusahaan kini sudah di atas 2 triliun Rupiah.

Co-Founder dan Managing Partner Jagartha Advisors Ari Adil
Co-Founder dan Managing Partner Jagartha Advisors Ari Adil

“Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) mengatakan akan membuka satu papan akselerasi bagi emiten mungkin sekitar akhir tahun 2018. Jika nantinya diluncurkan, startup bisa mendapatkan tambahan modal alternatif dari IPO tersebut,” kata Ari.

Saat ini fenomena sharing economy yang ditawarkan oleh startup “Unicorn” di Indonesia disinyalir menjadi faktor pemicu utama masuknya dana investasi asing yang fantastis. Baik GO-JEK, Tokopedia, Bukalapak, maupun Traveloka memaksimalkan konsep one stop solution dalam satu aplikasi. Menurut Ari, mereka (startup unicorn) tidak memiliki aset seperti perusahaan konvensional pada umumnya.

“Startup tersebut menyediakan aplikasi yang bermanfaat bukan hanya bagi pengguna tetapi bagi mereka yang memiliki aset seperti motor, mobil, produk, dan kehadiran startup ini mampu menjembatani gap di antara ini,” kata Ari.

Investor lokal harus jadi “raja”

Maraknya investor asing yang mendanai banyak startup di Indonesia merupakan hal yang positif untuk mempercepat pertumbuhan startup. Namun demikian, fenomena tersebut belum diimbangi dengan jumlah investor lokal dari venture capital hingga kalangan individu untuk berinvestasi. Hal tersebut yang menurut Ari, kurang untuk dikembangkan potensinya untuk investor lokal.

“Saya melihatnya sebenarnya orang Indonesia ingin berinvestasi di GO-JEK atau Traveloka, namun selama ini belum ada pasar atau peluang untuk melakukan kegiatan tersebut. Dengan adanya papan akselerasi untuk startup, merupakan akses untuk masyarakat Indonesia berinvestasi di startup indonesia melalui IPO,” kata Ari.

Masalah akses tersebut yang masih menjadi penghambat kegiatan melakukan investasi. Peluang bagi para investor lokal untuk berinvestasi pada startup unicorn Indonesia masih tersedia. Terlebih jika startup tersebut memutuskan untuk melantai di bursa saham Indonesia. Peran, dukungan, dan kolaborasi dari banyak pihak termasuk swasta dan pemerintah sangat dibutuhkan guna mencetak investor lokal yang menjadi “raja” sepenuhnya bagi startup-startup unicorn asal Indonesia.