GoTo Umumkan Kinerja Q2 2024: Pendapatan Naik 39 Persen, Kerugian Turun 95 Persen

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GoTo) mengumumkan kinerja keuangan kuartal kedua tahun 2024 dengan sejumlah pencapaian. Grup mencatat peningkatan Gross Transaction Value (GTV) inti sebesar 54% YoY, mencapai Rp63,2 triliun, sementara pendapatan bruto tumbuh 39% YoY menjadi Rp4,3 triliun.

Rugi EBITDA yang disesuaikan dilaporkan menurun drastis sebesar 95% YoY menjadi Rp48 miliar, dinilai menunjukkan langkah yang tepat untuk mencapai target impas EBITDA untuk tahun buku 2024.

Group CEO GoTo Patrick Walujo menyatakan, “Pertumbuhan yang cepat di kuartal kedua menunjukkan strategi kami untuk fokus pada pasar massal telah tepat. Kami terus berkomitmen untuk mencapai EBITDA impas untuk tahun buku 2024.”

Kinerja segmen bisnis

  • On-Demand Services: Segmen ini mencatat rekor tertinggi sejak awal 2023 dengan peningkatan pesanan yang diselesaikan sebesar 20% YoY dan GTV tumbuh 14% YoY menjadi Rp15,5 triliun. Pendapatan bruto meningkat 17% YoY menjadi Rp3,4 triliun. Segmen ini berhasil mencatat EBITDA yang disesuaikan positif selama tiga kuartal berturut-turut.
  • Financial Technology: GTV inti segmen ini tumbuh 65% YoY mencapai Rp56,2 triliun. Pendapatan bruto meningkat 97% YoY menjadi Rp788 miliar. Nilai pinjaman yang disalurkan meningkat sekitar 3,5 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan aplikasi GoPay telah diunduh lebih dari 30 juta kali.

Group CFO GoTo Jacky Lo menambahkan, “Dengan pertumbuhan pengguna Gojek Plus yang dua kali lipat dan adopsi aplikasi GoPay yang semakin meluas, kami yakin berada di jalur yang tepat untuk mencapai target profitabilitas.”

Efisiensi dan pengelolaan biaya

Beban kas rutin tetap GoTo menurun 5% YoY menjadi Rp1,3 triliun. Pengurangan biaya ini didorong oleh efisiensi operasional dan pengelolaan beban usaha yang disiplin. GoTo juga mencatat posisi kas yang kuat dengan Rp22,0 triliun pada akhir Juni 2024.

GoTo juga menyatakan terus berkomitmen pada praktik terbaik terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG). Perusahaan meningkatkan jumlah armada kendaraan listrik roda dua sebesar 172% dan meluncurkan berbagai kemitraan serta produk baru untuk mitra.

Ke depan, GoTo berencana untuk terus fokus pada pengembangan bisnis Financial Technology dan On-Demand Services, dengan target mencapai EBITDA impas pada akhir tahun 2024.

Application Information Will Show Up Here
Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Kargo Technologies Dikabarkan Dapat Pendanaan Rp144 Miliar Dipimpin AC Ventures

Pengembang platform marketplace logistik Kargo Technologies dikabarkan membukukan pendanaan seri A dari para investor terdahulu. Mengutip data regulator, seperti tercantum di laporan Alternative.pe, AC Ventures memimpin putaran ini dengan dukungan Teleport, Intudo Ventures, Tenaya Capital, January Capital, Peak XV, dan Cypress Capital.

Total dana yang berhasil dihimpun dalam putaran ini mencapai $8,8 juta atau setara Rp144 miliar. Dengan dana segar ini, diestimasi nilai valuasi perusahaan telah mencapai $100 juta. Namun demikian yang menjadi catatan, putaran seri A ini menyiratkan pembelian saham dengan harga yang lebih rendah (downround) dibandingkan dengan putaran sebelumnya.

Kami sempat meminta keterangan kepada pihak terkait mengenai pendanaan ini, namun mereka memilih tidak berkomentar.

Kargo menyediakan solusi marketplace yang menghubungkan transporter dan shipper. Mengutip dari situs resminya, saat ini mereka telah memiliki lebih dari 8 ribu jaringan transporter di semua moda transportasi (darat, laut, dan udara), baik untuk pasar domestik ataupun internasional. Khusus untuk armada truk, sudah ada lebih dari 15 ribu jaringan yang ada di marketplace, dengan 1.500 sopir terpercaya. Kini Kargo telah dipercaya lebih dari 200 perusahaan seperti Orang Tua, Unilever, Nestle, Kino, Danone, dan lainnya.

Kargo didirikan sejak tahun 2018 oleh Tiger Fang (CEO) dan Yodi Aditya (CTO). Pada Februari 2022 lalu, anak usaha grup maskapai AirAsia, yakni Teleport, memberikan  pendanaan ke Kargo. Perusahaan lain pun juga menaruh investasi ke startup logistik ini, termasuk CVC milik Coca-Cola, Amatil X dan juga perusahaan logistik last-mile FedEx.

Dalam sebuah kesempatan tahun lalu, Tiger Fang menyampaikan bahwa saat ini Kargo baru melayani 1% dari total potensi industri logistik di Indonesia. Diperkirakan ukuran pasarnya mencapai $250 miliar.

Selain Kargo, penyedia platform teknologi logistik lain yang juga sudah beroperasi di Indonesia termasuk Logisly, Waresix, dan Andalin. Beberapa di antaranya menyediakan solusi selain manajemen transportasi untuk truk, seperti Andalin yang juga menjangkau transportasi udara dan laut dan Waresix yang menawarkan layanan manajemen warehouse.

Application Information Will Show Up Here

Bank Jago Kini Miliki 10 Juta Pengguna, Kontribusi Gopay dan Bibit Capai 66 Persen

PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatatkan pertumbuhan bisnis  pada semester pertama tahun 2024. Mengedepankan inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital, perseroan berhasil mencapai hasil yang positif dari sisi jumlah nasabah, dana pihak ketiga (DPK), dan penyaluran kredit.

Hingga Juli 2024, pengguna aplikasi Jago telah mencapai lebih dari 10 juta nasabah funding. Jika ditambahkan dengan nasabah lending, total nasabah Bank Jago mencapai 12,5 juta. Keberhasilan ini tidak lepas dari kontribusi signifikan mitra ekosistem strategis, seperti ekosistem GoTo (khususnya Gopay) dan platform reksa dana online Bibit. Sekitar 66% nasabah funding berasal dari mitra ekosistem ini.

Pertumbuhan pengguna aplikasi Jago juga sejalan dengan peningkatan DPK  yang mencapai Rp14,8 triliun pada akhir kuartal II-2024, tumbuh 47% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp10,1 triliun. Dari total DPK tersebut, 61% atau sekitar Rp9,1 triliun merupakan current account and savings account (CASA), sementara sisanya 39% atau Rp5,7 triliun merupakan term deposit.

Dalam hal penyaluran kredit, Bank Jago berhasil menyalurkan sebesar Rp15,7 triliun hingga akhir kuartal II-2024, meningkat 40% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp11,2 triliun. Penyaluran kredit ini dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, terbukti dari rendahnya rasio non-performing loan gross yang hanya sebesar 0,4%.

“Sebagai bank yang menggabungkan cara-cara digital dengan strategi bisnis yang kuat, Bank Jago menjaga pertumbuhan bisnis yang positif dan kualitas yang baik. Inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital adalah model bisnis yang tepat untuk kami,” ujar Direktur Utama Bank Jago, Arief Harris Tandjung.

Pertumbuhan kredit yang berkualitas ini turut mendorong total aset Bank Jago menjadi Rp24,2 triliun per semester I-2024, meningkat 29% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp18,9 triliun. Rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) mencapai 50%, menunjukkan kuatnya permodalan Bank Jago untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan. Hingga akhir Juni 2024, Bank Jago membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp50 miliar, tumbuh 23% dari Rp41 miliar pada Juni 2023.

Arief menambahkan, “Sebagai bank berbasis teknologi, kami tidak akan berhenti melakukan inovasi dan kolaborasi dengan ekosistem digital. Kombinasi inovasi dan manajemen risiko yang baik merupakan landasan kuat bagi Bank Jago untuk bertumbuh lebih tinggi lagi.”

Selain itu, Bank Jago juga mendapatkan pengakuan internasional. Pada April 2024, Forbes menempatkan Bank Jago dalam daftar 403 bank terbaik di dunia, dan nomor empat teratas di Indonesia. Pengakuan ini diberikan berdasarkan survei terhadap 49 ribu nasabah dari 33 negara, yang mengevaluasi tingkat kepercayaan, layanan nasabah, layanan digital, serta syarat dan ketentuan.

“Dengan inovasi dan kolaborasi yang kami lakukan, Aplikasi Jago sekarang sudah digunakan jutaan nasabah dan membantu mereka mencapai mimpinya,” kata Head of Consumer Business Bank Jago, Trio Lumbantoruan.

Dengan pencapaian ini, Bank Jago menunjukkan bahwa pendekatan digital dan kolaboratifnya mampu menjawab tantangan dan kebutuhan perbankan modern, serta terus mengukuhkan posisinya sebagai salah satu bank terdepan di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Laporan EY: IPO di Asia Pasifik Mengalami Penurunan Signifikan di H1 2024

Wilayah Asia-Pasifik mengalami penurunan tajam dalam aktivitas penawaran umum perdana (IPO) selama semester pertama tahun 2024. Menurut laporan terbaru dari EY Global IPO Trends Q2 2024, jumlah IPO turun sebesar 43% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan total dana yang dihimpun menurun drastis sebesar 73%.

Data IPO per H1 2024 / EY
Data IPO per H1 2024 / EY

Faktor Penyebab Penurunan

Berbagai tantangan ekonomi dan geopolitik menjadi penyebab utama penurunan ini. Ketegangan geopolitik yang terus berlanjut, perlambatan ekonomi di beberapa negara utama, serta peningkatan suku bunga telah membuat para investor lebih berhati-hati. Dampak ini paling terasa di Tiongkok dan Hong Kong, di mana regulasi yang lebih ketat dan masalah likuiditas telah meredam aktivitas IPO.

Analisis regional berdasarkan pasar:

  • Tiongkok Daratan dan Hong Kong: Tiongkok Daratan mencatat penurunan terbesar di wilayah ini, dengan jumlah IPO turun 75% dan dana yang dihimpun anjlok 85%. Meskipun demikian, sejak Februari 2024, pasar saham A-share menunjukkan tanda-tanda pemulihan berkat kebijakan regulasi yang lebih ketat dan valuasi pasar yang lebih efisien. Hong Kong juga mengalami penurunan jumlah IPO sebesar 7% dan dana yang dihimpun turun 34%.
  • ASEAN: Pasar IPO di ASEAN juga mengalami penurunan, dengan Indonesia, Malaysia, dan Thailand sebagai pasar paling aktif. Indonesia mencatat penurunan tajam dengan hanya 25 IPO yang menghimpun dana US$251,6 juta, turun 43% dalam jumlah dan 89% dalam nilai dana yang dihimpun. Meskipun demikian, stabilitas politik dan ekonomi di kawasan ini menawarkan alternatif yang menarik bagi perusahaan yang menghadapi iklim global yang tidak pasti.
  • Jepang: Pasar IPO Jepang mengalami penurunan moderat dalam jumlah daftar baru dengan total 37 IPO, turun 12% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, sektor teknologi menunjukkan ketahanan dengan beberapa IPO signifikan yang mencerminkan potensi pertumbuhan di masa depan. Jepang juga melihat peningkatan dalam sektor teknologi penerbangan dengan beberapa startup yang berpotensi melakukan IPO di paruh kedua tahun ini.
  • Korea Selatan: Pasar IPO Korea Selatan menunjukkan penurunan, namun industri-industri tertentu seperti industri berat menunjukkan ketahanan. IPO terbesar berasal dari unit perbaikan kapal dari konglomerat pengapalan terbesar di negara ini, yang merupakan IPO terbesar sejak 2022.
  • Australia dan Selandia Baru: Aktivitas IPO di Australia dan Selandia Baru tetap rendah karena kondisi ekonomi yang tidak menentu, meskipun ada minat yang tumbuh dalam inovasi AI dan IPO terkait energi. Peraturan baru mengenai pengungkapan terkait iklim dan potensi “greenwashing” juga mempengaruhi keputusan IPO di sektor ini.

Prospek Masa Depan

Meskipun mengalami penurunan, terdapat tanda-tanda optimisme di wilayah Asia-Pasifik dengan tren ekonomi yang positif, perubahan regulasi, dan dinamika geopolitik yang berkembang. Para calon IPO harus siap untuk memanfaatkan jendela peluang yang cepat berlalu dengan menyusun cerita ekuitas yang menarik bagi investor.

Perusahaan di Asia-Pasifik cenderung mempertimbangkan opsi listing lintas batas untuk mengakses pasar baru, meningkatkan valuasi, dan meningkatkan profil merek, terutama untuk perusahaan teknologi yang berencana go public di AS.

Dengan pemulihan ekonomi yang bertahap dan kebijakan moneter yang lebih mendukung, wilayah Asia-Pasifik diharapkan dapat melihat peningkatan aktivitas IPO di paruh kedua tahun ini, meskipun ketidakpastian geopolitik dan ekonomi tetap menjadi tantangan utama.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

HSBC Berikan Debt Funding Rp300 Miliar ke AwanTunai

HSBC memberikan fasilitas debt sebesar Rp300 miliar ($18,5 juta) kepada AwanTunai untuk mendukung pengadaan persediaan bagi UMKM di Indonesia. Pembiayaan ini diharapkan dapat membantu AwanTunai mengatasi tantangan pengelolaan inventaris yang dihadapi oleh sekitar 3,5 juta warung di seluruh Indonesia.

HSBC bertindak sebagai bank penyusun, pemberi pinjaman bilateral, agen fasilitas, agen keamanan, dan bank akun dalam struktur pendanaan ini. Pembiayaan ini dirancang dengan fleksibilitas yang diperlukan AwanTunai untuk tumbuh, dengan paket keamanan yang terkait dengan kinerja buku pinjaman daripada ketentuan keuangan pada perusahaan secara keseluruhan.

Ini adalah pendanaan kedua yang diumumkan AwanTunai tahun ini. Maret lalu perusahaan juga baru membukukan pendanaan seri B senilai $27,5 juta dipimpin Norfund, MIUP (lengan investasi MUFG), dan FinnFund.

Warung, yang menguasai 70% pasar penjualan bahan makanan di Indonesia, sering kali mengandalkan uang tunai dan tidak memiliki akses ke layanan keuangan formal. Menurut data AwanTunai, kesenjangan pembiayaan pembelian persediaan untuk UMKM di Indonesia mencapai $50 miliar.

Untuk menjembatani kesenjangan ini, AwanTunai mengembangkan platform AwanToko yang memungkinkan pemilik warung memeriksa stok dan harga dari ratusan grosir serta melakukan pemesanan secara online. Selain itu, layanan AwanTempo memberikan pendanaan hingga Rp500 juta kepada pemilik warung untuk membeli persediaan.

“Kami menantikan kemitraan strategis jangka panjang dengan HSBC, yang memiliki visi dan komitmen untuk memungkinkan inklusi keuangan dalam skala besar. Kami berharap dapat membuka segmen UMKM yang sulit dilayani di Indonesia dan di pasar berkembang lainnya dengan dukungan global HSBC,” kata Co-Founder & CEO AwanTunai, Dino Setiawan.

Direktur Perbankan Wholesale, Commercial Banking HSBC Indonesia, Riko Tasmaya menyatakan, “Kami senang mendukung tujuan AwanTunai dalam menggunakan pembiayaan tertanam untuk membantu bisnis kecil di Indonesia mengatasi hambatan dalam mengejar peluang pertumbuhan.”

Ia menambahkan bahwa kesenjangan pembiayaan global untuk UMKM formal dan informal diperkirakan mencapai $8 triliun, dan kerja sama antara bank dan fintech sangat penting untuk mengatasi hambatan kritis ini terhadap pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan kualitas hidup di seluruh dunia berkembang.

Debt funding khusus dari HSBC

Maret lalu, HSBC mengumumkan peluncuran debt fund khusus startup “ASEAN Growth Fund” senilai $1 miliar (sekitar Rp15,8 triliun) untuk mengakselerasi ekspansi startup di kawasan Asia Tenggara yang tumbuh pesat. Dana ini dikhususkan pada startup/perusahaan digital, terutama di sektor new economy yang mengincar ekspansi ke Asia Tenggara.

Ticket size untuk tiap pinjaman ini dimulai dari $15 juta-$100 juta dengan tenor satu sampai tiga tahun. Bank akan menggunakan metriks saat penilaian dengan mempertimbangkan operasional bisnis terkait portofolio aset generatif arus kas perusahaan, termasuk piutang, dibandingkan hanya berpatokan pada metrik keuangan tradisional.

Hal menarik lainnya, untuk startup yang ingin ekspansi ke kawasan ASEAN dapat menggunakan limit yang mereka terima dan dicairkan sesuai mata uang negara di mana negara yang akan mereka sasar. Sebagai catatan, di kawasan ini HSBC beroperasi di enam negara, yakni Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Sejumlah startup dari kawasan ini telah mendapat fasilitas pembiayaan dari HSBC, di antaranya Akulaku, Sea Group, eFishery, Atome, dan Funding Societies.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Pendapatan Amar Bank Naik 15% di Semester Pertama 2024 Berkat Digitalisasi

Amar Bank melaporkan lonjakan laba sebesar 15% pada semester pertama tahun 2024, terutama didorong oleh penerapan inovasi digital dalam operasional mereka. Dalam rilis pers  resminya, induk platform fintech Tunaiku ini menyoroti keberhasilan strategi digitalisasi yang telah mereka jalankan.

CEO Amar Bank, Vishal Tulsian, mengungkapkan bahwa transformasi digital adalah kunci utama di balik peningkatan kinerja keuangan ini.

“Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan memanfaatkan teknologi terkini guna memberikan layanan terbaik kepada nasabah kami,” ujarnya.

Platform digital Tunaiku menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ini. Dengan memanfaatkan teknologi big data dan AI, Tunaiku berhasil memberikan akses kredit yang lebih mudah dan cepat kepada nasabah. Inovasi ini tidak hanya mempercepat proses persetujuan kredit, tetapi juga meningkatkan tingkat kepuasan nasabah.

Peningkatan penggunaan aplikasi mobile

Salah satu faktor signifikan lainnya yang berkontribusi pada peningkatan laba Amar Bank adalah peningkatan penggunaan aplikasi mobile oleh nasabah. Aplikasi ini memudahkan nasabah dalam mengelola akun mereka, melakukan transaksi, dan mengajukan pinjaman secara real-time. Dengan antarmuka yang user-friendly dan fitur-fitur canggih, aplikasi mobile Amar Bank berhasil menarik lebih banyak pengguna dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut data internal, penggunaan aplikasi mobile meningkat hingga 25% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kepercayaan nasabah terhadap keamanan dan kenyamanan yang ditawarkan oleh platform digital Amar Bank.

Selain inovasi teknologi, Amar Bank juga fokus pada strategi kolaborasi dan pengembangan produk. Bank ini menjalin kemitraan dengan berbagai fintech dan perusahaan teknologi untuk memperluas jangkauan layanan mereka. Salah satu kolaborasi terbaru adalah dengan perusahaan teknologi finansial terkemuka, yang memungkinkan Amar Bank untuk memperkenalkan produk-produk baru yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar saat ini.

Inovasi produk juga menjadi salah satu fokus utama. Amar Bank meluncurkan beberapa produk baru yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan finansial berbagai segmen masyarakat. Produk-produk ini mencakup solusi pinjaman untuk usaha kecil dan menengah (UKM) serta layanan keuangan yang lebih inklusif bagi masyarakat yang belum terlayani oleh bank konvensional.

Tantangan dan prospek masa depan

Meski mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, Amar Bank tetap waspada terhadap tantangan yang mungkin dihadapi di masa depan. Kondisi ekonomi global yang tidak menentu dan persaingan yang semakin ketat di industri perbankan menjadi beberapa tantangan utama yang harus dihadapi.

Namun, dengan strategi yang solid dan fokus pada inovasi, Amar Bank optimis dapat terus tumbuh dan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian Indonesia.

“Kami percaya bahwa dengan terus berinovasi dan beradaptasi dengan perkembangan teknologi, kami dapat menghadapi tantangan dan meraih peluang yang ada,” tutup Vishal Tulsian.

Dengan pencapaian ini, Amar Bank telah membuktikan bahwa inovasi digital bukan hanya tren sementara, melainkan masa depan industri perbankan yang mampu memberikan manfaat nyata bagi nasabah dan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.

Application Information Will Show Up Here

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

RedDoorz Seriusi Model B2B, Bidik Segmen Pelanggan Korporasi

RedDoorz mengumumkan telah membukukan pendapatan lebih dari Rp1 miliar dari segmen B2B pada semester pertama 2024. Prestasi ini mencerminkan pertumbuhan signifikan dalam permintaan dan kontribusi pendapatan dari pasar korporasi.

Head of Corporate Sales RedDoorz Indonesia Alif Aldila, menyatakan bahwa potensi di pasar korporasi sangat besar, dan perusahaan akan terus fokus menciptakan solusi inovatif untuk memenuhi kebutuhan mitra dan pelanggan.

“Kami senang dengan peluang yang ada saat ini dan yakin akan mencapai hasil positif yang berkelanjutan,” ujarnya.

Selama dua tahun terakhir, pasar korporasi RedDoorz tumbuh sebesar 195%, dengan lebih dari 3.000 perusahaan bermitra. Mitra tersebut termasuk Badan Usaha Milik Negara, perusahaan migas, instansi pendidikan, fintech, dan perusahaan ekonomi kreatif seperti rumah produksi film.

Permintaan akomodasi dari segmen korporasi tersebar di berbagai daerah seperti Sumatra Utara (Medan), Yogyakarta, Jawa Timur (Malang), dan Kalimantan Timur (Samarinda dan Balikpapan). Rata-rata, korporasi memiliki tingkat okupansi 100 hingga 200 kamar per malam setiap bulannya.

“Pencapaian ini menjadi tonggak penting yang didukung oleh penerapan struktur tarif baru dan strategi kemitraan yang kuat di pasar korporasi RedDoorz. Meski demikian, kami tetap berdedikasi untuk hasil maksimal di semua lini bisnis,” tutup Alif.

Pasar korporasi memberikan berbagai manfaat bagi mitra properti dan korporasi. Bagi pemilik properti, tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga meningkatkan kualitas dan rating properti, serta pendapatan yang stabil. Sementara bagi korporasi, mereka mendapatkan harga spesial dengan potongan 30%, kamar gratis tambahan, komisi untuk pemesan pertama, serta jaminan properti berkualitas dengan harga terjangkau.

RedDoorz terus berinovasi di industri perhotelan dengan mengubah inventaris yang terfragmentasi menjadi akomodasi bermerek terstandar, menggunakan aplikasi seluler dan saluran digital untuk mendorong permintaan konsumen yang kuat. Didirikan pada 2015, RedDoorz telah berkembang di pasar regional. Kini beroperasi di Indonesia, Singapura, Filipina, Vietnam, dan Thailand, dengan lebih dari 3.700 mitra properti secara global.

Di Indonesia, RedDoorz bersaing langsung dengan sejumlah penyedia layanan serupa. Beberapa di antaranya OYO, Singgahsini by Mamikos, dan Bobobox. OYO juga memiliki cakupan di pasar regional, baru-baru ini mereka mengumumkan pendanaan $50 juta atau setara Rp810 miliar dari jajaran investor yang difasilitasi InCred Wealth and Investment.

Disclosure: Artikel ini diproduksi dengan teknologi AI dan supervisi penulis konten

Seeds Dapat Pendanaan Lanjutan, Perdalam Konten Gamifikasi Edukasi Finansial

Seeds Finance, pengembang platform social investing, mendapatkan pendanaan lanjutan dari investor tahap awal mereka, yakni Seven Capital Valor. Tidak disebutkan detail pendanaan yang berhasil dibukukan dari pemodal ventura berbasis di Swiss tersebut.

Menurut Managing Partner Seven Capital Valor Yves Baumann, follow-on funding ini dilakukan atas dasar pertumbuhan bisnis mengesankan yang berhasil didapat oleh Seeds. Menurutnya apa yang dikembangkan Seeds berpotensi untuk diekspansi ke banyak wilayah di Asia Tenggara.

Lewat model gamifikasi, Seeds menyuguhkan platform edukasi investasi terpadu yang menyenangkan. Di dalamnya pengguna juga dapat saling berinteraksi untuk bertukar informasi. Salah satu segmen utama yang dibidik adalah kalangan pelajar dan mahasiswa.

Perkembangan bisnis Seeds

Dikonfirmasi terpisah, Founder & CEO Seeds Willy Tan menyampaikan sejumlah capaian yang berhasil diraih perusahaan. Setelah aplikasi versi 1.0 meluncur di September 2023, pada Q2 2024 ini Seeds telah diunduh lebih dari 70 ribu kali. Sejak peluncuran, MaU aplikasi meningkat 235% dan berdampak langsung pada pertumbuhan revenue yang signifikan (diklaim hingga 697%).

“Pertumbuhan Seeds cukup signifikan setelah diluncurkannya fitur ‘Play’, di mana pengguna dapat menerapkan strategi investasi yang telah mereka pelajari melalui kompetisi simulasi perdagangan tanpa risiko dan mendapatkan hadiah uang tunai jika mereka memenangkan kompetisi,” imbuh Willy.

Dengan pendanaan segar ini, Seeds miliki sejumlah rencana strategis guna mempercepat pertumbuhan bisnis. Beberapa di antaranya penambahan varian konten edukasi, pengembangan fitur gamifikasi, dan kolaborasi dengan mitra strategis.

“Seeds akan memperluas pasarnya ke beberapa negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam dengan melakukan lokalisasi konten dan menyesuaikan platform agar sesuai dengan kebutuhan pasar lokal,” tambah Willy.

Application Information Will Show Up Here

OJK Berencana Naikkan Limit Fintech Lending Produktif, Ini Gambaran Sektornya

Pekan lalu, OJK menerbitkan pengumuman bahwasanya mereka tengah menyusun Rancangan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentang Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (RPOJK LPBBTI) atau fintech lending. Saat ini prosesnya telah mencapai penyusunan peraturan, termasuk menerima pandangan dan masukan dari pemangku kepentingan.

Ada beberapa aspek yang coba dirombak, antara lain kelembagaan, manajemen risiko, tata kelola dan pelindungan konsumen, serta penguatan dukungan terhadap sektor produktif. Fokus pada sektor produktif tersebut sejalan dengan Roadmap Pengembangan dan Penguatan LPBBTI 2023-2028 yang bertujuan agar mening​katkan kontribusi terhadap UMKM dan pertumbuhan ekonomi nasional.

Salah satu pembaruan yang cukup mencolok adalah rencana OJK untuk meningkatkan batas maksimum pendanaan produktif lebih tinggi dibanding batas maksimum sebelumnya sebesar Rp2 miliar menjadi Rp10 miliar.

Bukan tanpa syarat, pemain fintech lending yang dapat menyalurkan batas maksimal tersebut harus memenuhi kriteria tertentu antara lain memiliki rasio TWP90 maksimum sebesar 5%. Seperti diketahui, TWP90 adalah ukuran tingkat wanprestasi atau kelalaian penyelesaian kewajiban yang tertera dalam perjanjian pendanaan di atas 90 hari sejak tanggal jatuh tempo.

Penyaluran pendanaan produktif

Melihat statistik fintech yang dirilis OJK pada April 2024, total pembiayaan yang berhasil didistribusikan sekitar Rp6,9 triliun. Angka tersebut setara dengan 31,86% dari total pinjaman — yang artinya fintech lending masih didominasi untuk mengakomodasi kebutuhan konsumtif.

Jika dipetakan berdasarkan sektornya, sebagian besar pinjaman produktif masih berkuat di industri ritel dan F&B. Tidak dimungkiri sejumlah nama besar dalam fintech lending produktif memang memiliki produk andalan invoice financing untuk membantu pengadaan di kalangan peritel – sebut saja AwanTunai, Modalku, KoinWorks, dan beberapa lainnya.

Penyaluran sektor produktif oleh fintech lending / DailySocial.id
Penyaluran sektor produktif oleh fintech lending / DailySocial.id

Sementara sektor underserved lain seperti pertanian justru memiliki tantangan yang cukup rumit. Hal ini terbukti dengan sejumlah pemain besar di segmen ini memiliki operasional yang tidak stabil, bahkan sebagian menyerah. Sebut saja Tanihub yang akhirnya pailit akibat platform TaniFund untuk pinjaman produktif ke petani tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Investigasi OJK menemukan fakta bahwa TKB90 platform tersebut hanya 36%. Akibatnya banyak pemberi pinjaman yang mengalami kerugian akibat kredit macet yang sangat besar. Ada sekitar 128 investor yang dirugikan, dengan total nilai investasi gagal bayar sekitar Rp14 miliar.

Tidak hanya TaniFund, startup sejenis lain iGrow sempat mengalami masalah serupa. Namun dengan berada di bawah naungan LinkAja (diakuisisi), tampaknya  masalah tersebut lebih teratasi. Namun demikian faktanya mereka memiliki TKB90 hanya 53,44%. Idealnya persentase untuk bisnis yang sehat di atas 95%.

Masih banyak PR yang harus dikerjakan oleh para stakeholder untuk memaksimalkan penyaluran pinjaman produktif dari fintech lending.

Berdasarkan riset EY bertajuk “MSME Market Study and Policy Advocacy”, total kebutuhan pembiayaan UMKM pada tahun 2026 diproyeksikan mencapai Rp4.300 triliun dengan kemampuan suplai sebesar Rp1.900 triliun. Sehingga akan ada credit gap sebesar Rp2.400 triliun dari lembaga jasa keuangan konvensional, ini memang menjadi peluang bagi fintech lending untuk berkontribusi.

Sementara menurut data AFPI, per 2023 ada sekitar 46,6 juta UMKM yang belum tersentuh kredit perbankan, menyisakan credit gap Rp1.650 triliun.

Grab Akuisisi Platform Reservasi Restoran Chope

Grab mengumumkan akuisisinya terhadap platform reservasi restoran Chope. Berita ini  pertama kali dipublikasikan The Business Times, merujuk pada email internal yang dibagikan perusahaan kepada stakeholder pada Senin (22/7).

Seperti diketahui, Chope saat ini beroperasi di sejumlah pasar kunci Grab, seperti Indonesia, Singapura, dan Thailand. Sebelumnya Grab memang tengah memperluas cakupan layanannya dengan memungkinkan penggunanya untuk melakukan pembelian voucher dine-in di restoran lewat GrabFood Dine-in. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan value added layanan digital mereka kepada para merchant.

Bisnis Chope di Indonesia

Meski sudah hadir sejak 2018 di tanah air, Chope baru fokus di dua pasar utama mereka yakni Jakarta dan Bali. Mereka menawarkan sejumlah layanan melalui aplikasinya, yakni direktori restoran, voucher dan informasi diskon, dan fitur reward untuk loyalty.

Berdasarkan wawancara yang kami lakukan pada pertengahan 2023 bersama General Manager Chope Indonesia Karthik Shetty, perusahaan telah menjalin kerja sama dengan 1800+ restoran dan 120 ribu pengguna di Jakarta dan Bali. Operasional mereka di sini telah didukung 50+ anggota tim.

Terdapat beberapa model bisnis yang diaplikasikan Chope kepada mitra restoran mereka. Untuk sistem reservasi Chope memiliki dua opsi, online reservation dan table management system. Untuk kedua produk tersebut perusahaan kenakan biaya berlangganan per bulan kepada restoran.

Kemudian untuk setiap online reservation yang dilakukan dari semua platform Chope, mereka mengenakan commission fee dari setiap pelanggan yang datang ke restoran. Namun jika pelanggan melakukan reservasi langsung ke website atau media sosial restoran, Chope tidak mengenakan biaya kepada mereka.

Model bisnis perusahaan lainnya adalah melalui penjualan deals. Yaitu setiap ada pelanggan yang membeli deals di platform Chope, akan dikenakan biaya, serupa dengan yang dilancarkan oleh layanan e-commerce kepada mitra merchant mereka.

Revenue terakhir yang didapatkan oleh Chope kepada restoran adalah melalui Paid Marketing Services. Meskipun Chope menawarkan layanan tersebut secara gratis, namun bagi restoran yang ingin melakukan kegiatan pemasaran atau promosi lebih, Chope akan mengenakan biaya untuk layanan tersebut.

Chope menawarkan data analytics kepada mitra restoran mereka. Perusahaan juga mencatat sebanyak 70% reservasi restoran paling banyak dilakukan di aplikasi Chope dan sisanya di mobile browser hingga desktop.

Pemain serupa

Sebelumnya ada sejumlah platform serupa yang telah beroperasi di Indonesia. Zomato dari India adalah salah satunya, namun memutuskan untuk menutup bisnis mereka di Indonesia. Pemain lokal pun ada yang turut andil di sini, termasuk PergiKuliner.

Sementara Qraved yang awalnya fokus kepada reservasi restoran online, kini hanya bermain di ranah listing saja dan memosisikan platform mereka sebagai aplikasi gaya hidup. Founder Qraved kini juga mengembangkan YOBO sebagai platform loyalitas untuk berbagai macam bisnis.