Startup Pembiayaan Showroom Mobil “Broom” Umumkan Pendanaan 43 Miliar Rupiah

Startup pembiayaan showroom mobil Broom mengumumkan perolehan pendanaan pre-seed senilai $3 juta atau lebih dari 43 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh AC Ventures, dengan partisipasi dari Quona Capital dan beberapa angel investor, termasuk pendiri Kopi Kenangan dan Lummo. Dana segar akan dimanfaatkan untuk meningkatkan produk dan layanan, memperluas kehadiran di kota-kota besar, dan menggandakan tim.

Secara unik, Broom memosisikan diri sebagai solusi digital untuk ekosistem mobilitas yang menyediakan platform tunggal bagi UKM otomotif guna mendigitalkan proses bisnis showroom, seperti mengelola inventaris, mendapatkan akses ke pembiayaan, dan mengelola alat sisi penjualan mereka.

Startup ini dirintis sejak tahun lalu oleh Pandu Adi Laras (CEO), Pungky Wibawa (CBO), dan Andreas Sutanto (CFO). Ketiganya memiliki pengalaman kuat di bidang mobilitas. Pandu telah berkecimpung dalam mobilitas sejak 2016, ketika dia bekerja untuk Uber, sebelum bergabung di Go-Fleet.

Lalu, Pungky adalah wirausahawan berpengalaman dan memiliki koneksi yang baik dalam ruang diler, mengingat status Pungky sebagai pemilik salah satu diler BMW terbesar di Indonesia. Pengalaman para pendiri menggabungkan pemahaman yang mendalam tentang bisnis dan kejelasan tentang bagaimana teknologi dapat merevolusi industri.

Solusi yang dihadirkan

Dalam keterangan resmi Pandu mengatakan, Broom memiliki berambisi jadi pilihan pertama diler mobil bekas untuk mengembangkan bisnisnya dengan menyediakan berbagai produk dan layanan. “Dengan dukungan dari investor terkemuka yang percaya pada visi kami, ini akan meningkatkan kepercayaan diri kami untuk terus berjuang dalam perjalanan kami memberdayakan dealer mobil bekas di Indonesia,” katanya, Jumat (25/2).

Diler mobil umumnya bekerja dengan sangat tradisional, dengan sebagian besar penghitungan stok dilakukan di papan tulis. Saat mencoba online, diler mobil merasa cukup sulit untuk menjual di platform dan menemukan pembeli yang tepat di lokasi mereka. Pembiayaan umumnya cukup menantang karena kurangnya dokumentasi.

Namun, diler mobil pergi ke rentenir untuk pinjaman 6 minggu karena mereka merasa sedikit menguntungkan bahkan dengan bunga signifikan yang diberikan oleh pemberi pinjaman ini (diperkirakan 8% per bulan). Dengan kondisi ini, Broom bertujuan untuk memberikan digitalisasi diler dan pembiayaan untuk memberdayakan diler mobil.

Broom menyediakan tiga solusi bagi diler melalui platformnya, mulai dari peningkatan operasional, enabler penjualan online, dan akses ke pembiayaan. Pembiayaan produktif Broom menawarkan fasilitas pinjaman jangka pendek dengan tingkat bunga yang kompetitif dengan bermitra dengan lembaga keuangan yang menyediakan pembiayaan murah. Hal ini memungkinkan nasabah untuk mengakses fasilitas pinjaman dengan memanfaatkan persediaan yang ada sebagai jaminan dengan proses persetujuan yang cepat.

“Ketika solusi digital menembus setiap industri, keuangan tertanam merupakan peluang yang sangat besar. Industri mobil bekas melihat nilai transaksi tahunan sebesar $14 miliar, dan dealer mobil UMKM mewakili lebih dari 80% dengan sedikit atau tanpa akses ke pembiayaan yang terjangkau. Broom berupaya memberdayakan dealer ini dengan produk keuangan dan pendukung untuk membantu mereka berkembang,” kata Founder & Managing Partner AC Ventures Adrian Li.

Saat ini, Broom memiliki lebih dari 2000 diler mobil bekas di wilayah Jabodetabek dan optimistis bisa bertambah karena perusahaan memiliki kerja sama dengan lembaga keuangan besar seperti BRI Finance dan BRI Insurance. Juga, lebih dari 4 ribu mobil terdaftar di platform marketplace Broom dan dari jumlah mobil tersebut sebesar Rp120 miliar sudah didanai.

Peta persaingan startup otomotif

Belakangan peta persaingan startup otomotif semakin mengerucut untuk level regional dan lokal lewat pendanaan yang mereka umumkan. Di regional, ada Carsome dan Carro yang berlomba mendominasi pasar. Pada awal tahun, Carsome mengumumkan pendanaan Seri E senilai $290 juta yang berhasil mendongkrak valuasi di angka $1,7 miliar.

Mereka menjalankan bisnis C2B2C –membeli dari konsumen dan menjualnya ke jaringan diler, juga menjual mobil bekas langsung ke konsumen. Serta, dilengkapi dengan pengalaman O2O melalui experience center yang tersebar di sejumlah kota. Kompetitor terdekatnya, Carro mendapat pendanaan Seri C senilai $360 juta dengan valuasi lebih dari $1 miliar. Carro juga memiliki layanan experience center Carro Automall.

Di luar itu, di level lokal ada OLX Autos dengan fokus utamanya lebih ke pembelian mobil dari konsumen, meski saat ini beberapa produk hasil inspeksinya juga mulai dijual melalui OLX dan kanal online marketplace lainnya. Selanjutnya ada Moladin yang mengantongi pendanaan Seri A $42 juta dipimpin Sequoia Capital India dan Northstar Group.

Awalnya, Moladin bermain di pembelian motor, namun pivot sepenuhnya pada 2021 menjadi jual-beli mobil bekas. Dibandingkan pemain sejenisnya, diferensiasi yang ditawarkan Modalin adalah pemberdayaan jaringan agen dalam menawarkan pengalaman transaksi mobil yang lebih personal kepada pelanggan.

Fazz Financial Segera Galang Pendanaan Seri C untuk Realisasikan “Superapp”

Fazz Financial Group (Fazz) mengungkapkan sedang mempersiapkan putaran dana Seri C. Sejumlah investor teknologi di Amerika Serikat disebutkan bakal terlibat dalam putaran tersebut. Kendati demikian ketika kami hubungi, salah satu eksekutif perusahaan enggan menyebutkan target-target terkait penggalangan dana baru ini — bahkan ia mengatakan beberapa rumor yang beredar tidak tepat.

Sejauh ini, secara valuasi Fazz telah masuk ke dalam kategori centaur, mengumpulkan lebih dari $74,1 juta pendanaan ekuitas dari berbagai investor blue-chip, termasuk Tiger Global, Y Combinator, dan DST Partners. Putaran Seri B diumumkan pada Juli 2020 sebesar $53 juta yang dipimpin oleh B Capital Group dan Insignia Ventures.

Untuk menjadi unicorn berikutnya, sedikitnya perusahaan membutuhkan putaran seri C ini paling sedikit $150 juta (dengan faktor pengali sebanyak 4x — berkaca pada beberapa unicorn baru yang muncul akhir-akhir ini).

Dalam keterangan resmi, dana segar nantinya akan digunakan untuk merealisasikan aplikasi super alias superapp yang menawarkan kemampuan penerimaan pembayaran klien bisnis, high yield cash accounts, corporate cards, pembayaran tagihan/faktur, solusi kredit, dan manajemen biaya. Disebutkan saat ini perusahaan telah menjelma sebagai platform keuangan all-in-one terbesar dengan pertumbuhan tercepat yang melayani lebih dari 150 ribu bisnis di Asia Tenggara.

Capaian bisnis

Pada tahun lalu, grup fintech ini telah mencapai lebih dari $10 miliar dalam volume transaksi tahunan dalam platformnya, naik lebih dari 200% secara yoy. Perusahaan berada di jalur untuk mencapai pendapatan lebih dari $60 juta pada akhir 2022, naik dari $32 juta pada 2021.

CFO Fazz Karl Hu mengatakan, “Rekor transaksi setahun penuh dan pertumbuhan pendapatan adalah hasil langsung dari strategi fokus Fazz dalam melayani kumpulan besar bisnis underbanked di Asia Tenggara dan menghubungkan mereka dengan komprehensif kami semua dalam satu platform keuangan.”

Platform Fazz memungkinkan UMKM mendigitalkan sistem keuangan dan pembayaran mereka melalui empat pilar utama. Pertama, bisnis dapat menerima semua jenis pembayaran utama dan memungkinkan transfer melalui semua jalur pembayaran; dapat mendigitalkan sejumlah fungsi keuangan dan operasional inti, termasuk manajemen inventaris, pembayaran tagihan, pembukuan, dan penggajian.

Kemudian, memanfaatkan fungsi perbankan termasuk rekening kas, untuk membantu pelanggan menabung dan mendapatkan hasil yang tinggi. Fazz juga menyediakan kartu perusahaan untuk memfasilitasi transaksi bisnis antar bisnis. Terakhir, bisnis dapat mengakses modal pertumbuhan melalui lengan pinjaman Fazz.

Saat ini, ada lebih dari 150 ribu bisnis di platform Fazz yang terhubung langsung ke ekosistem pembayaran B2B dan B2C. Grup ini juga memegang jumlah lisensi untuk fungsi e-money, penerimaan pembayaran, transfer, peminjaman, perbankan, dan kartu. Blibli, Bukalapak, Aspire, Sirclo, dan Kargo Technologies adalah beberapa klien utama Fazz di Singapura dan Indonesia.

“Pertumbuhan kuat kami pada tahun 2021 hanyalah awal dari perjalanan kami, dengan jalan panjang untuk mendukung bisnis yang berkembang di kawasan ini dan kami akan terus menggandakan pertumbuhan pada tahun 2022,” tambah Hu.

Portofolio Fazz

Fazz saat ini telah menjelma sebagai raksasa baru di industri fintech yang memiliki berbagai afiliasi di vertikal bisnis keuangan. Lewat penggabungan bersama Xfers membentuk Fazz Financial Group, menyatukan tiga bisnis keuangan yang menyasar pada merchant (Payfazz), ritel (neu), dan enterprise (Xfers).

Di luar itu, ada StraitsX yang bergerak di pengembang aset digital, Modal Rakyat yang bergerak di lending usaha produktif, PT Cashfazz Teknologi Nusantara sebagai pemegang lisensi uang elektronik, startup pencatatan keuangan CrediBook yang masuk ke dalam portofolio lewat investasi yang dikucurkan dari Payfazz.

Menariknya, baik Hendra maupun Hendoko, serta co-founder Payfazz lainnya juga aktif berinvestasi tahap awal ke berbagai startup, baik itu berhubungan langsung dengan dunia fintech maupun tidak. Pun, melalui kantong sendiri atau lewat fund VC. Nama-namanya adalah UpBanx, Aspire, Verihubs, Shipper, dan Pahamify.

Application Information Will Show Up Here

Terima Pendanaan Seri B, Platform Logistik Shipsy Segera Dirikan Kantor Pusat Regional di Indonesia

Startup pengembang platform SaaS logistik “Shipsy” mengumumkan baru menutup putaran pendanaan seri B senilai $25 juta dari A91 Partners, Z3 Partner, Info Edge, dan Surge dari Sequoia Capital India. Salah satu rencana yang akan dieksekusi dalam waktu dekat adalah membangun kantor pusat regional di Indonesia, untuk melayani pangsa pasar di Asia Tenggara.

Ekspansi besar-besaran memang akan dilakukan dengan dana segar yang baru didapat ini. Selain Asia Tenggara, Shipsy juga akan merambah pasar baru di Eropa dan Amerika Serikat. Saat ini tim Shipsy telah memiliki 220+ pekerja berbasis di India, Dubai, dan Indonesia yang melayani 60+ pelanggan dari berbagai negara. Diklaim layanan mereka telah menghasilkan 100 juta+ pengiriman kargo setiap bulan dan mengoptimalkan pergerakan lebih dari 2 juta paket setiap harinya.

Layanan utama Shipsy membantu bisnis untuk membangun rantai pasok dan manajemen operasional logistik mereka, seperti pengadaan jasa logistik, pelacakan pengiriman, perencanaan/optimasi rute, agregator kurir, dan lain-lain. Berbagai kebutuhan tersebut diakomodasi dua platform utama mereka, yakni Shipsy Geocoding dan Shipsy Live Tracking.

Potensi bisnis logistik

Menurut laporan yang diterbitkan CLSA dan riset Frost & Sullivan, ukuran pasar logistik di Indonesia telah mencapai $275 miliar pada tahun 2020 dengan pertumbuhan CAGR 16,2% dari periode tahun 2015. Diproyeksikan revenue dari bisnis ini akan melebihi $300 miliar pada tahun 2024 mendatang.  Namun demikian, masih ada berbagai isu mendasar yang dialami oleh para pelaku bisnis di Indonesia terkait logistik, mulai dari ekosistem yang terfragmentasi, sistem bisnis yang kurang efisien, hingga utilisasi infrastruktur logistik yang belum optimal.

Melihat potensi tersebut, startup lokal di bidang logistik terus bermunculan, berharap bisa melayani pasar lokal yang masih terus membutuhkan dukungan pengiriman yang prima – di tengah pertumbuhan pesat bisnis e-commerce dan grocery. Pun demikian di sisi investasi, banyak pemodal yang mematangkan hipotesisnya untuk model bisnis logistik. Sejumlah startup pun silih-berganti memperoleh pendanaan.

Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id
Pendanaan startup logistik di Indonesia / DailySocial.id

Platform SaaS logistik

Andalin adalah startup lokal terkini yang mendapatkan dukungan investor. Tepatnya pada pertengahan Februari 2020 kemarin, perusahaan mendapatkan tambahan pendanaan hingga 57 miliar Rupiah yang dipimpin Intudo Ventures. Salah satu layanan mereka berbentuk SaaS, yang dapat dimanfaatkan berbagai perusahaan untuk mengelola pengiriman barang ke luar negeri memanfaatkan layanan kargo. Selain Andalin, platform yang menyuguhkan solusi serupa di pasar lokal antara lain Tera Logistic, Allsome, dan Janio.

Solusi SaaS lainnya terkait tata kelola armada logistik, misalnya yang disediakan Kargo Technologies, McEasy, Lacak.io, dan lain sebagainya. Sementara SaaS untuk agregator logistik ada Shipper, BukaSend dari Bukalapak, LODI, Luwjistik, dan lain-lain.

Ekosistem pemain logistik di Indonesia / AC Ventures
Ekosistem pemain logistik di Indonesia / AC Ventures

Meskipun persaingan ketat, Co-Founder & CEO Shipsy Soham Chokshi mengatakan bahwa investasi ini memungkinkan mereka untuk mengubah industri logistik global dengan menggunakan pendekatan utama teknologi. Pendanaan baru yang didapat, tambah Chokshi, akan membantu Shipsy membangun roadmap produk yang jauh lebih kuat, yang akan membantu pelanggan mengurangi biaya logistik dan menciptakan pengalaman yang berbeda.

StraitsX Hadirkan Akun Bisnis Stablecoin XIDR di Indonesia

Startup pengembang platform aset digital StraitsX mengumumkan kehadiran akun bisnis untuk stablecoin XIDR di Indonesia. Akun bisnis ini menyediakan infrastruktur dan solusi aset digital yang terjangkau, mudah, diakses, dan developer-friendly bagi UKM dan korporasi.

StraitsX sendiri merupakan bagian dari startup fintech Xfers, yang saat ini juga tergabung ke dalam Fazz Financial Group.

Head of StraitsX Aymeric Salley mengatakan, stablecoin XIDR punya potensi besar dalam ekosistem keuangan global, selain fungsi utamanya dalam transaksi kripto di blockchain publik. Stablecoin dapat membantu memfasilitas pengiriman aset digital kepada siapa saja, tanpa perantara apapun, sehingga memberikan opsi pengiriman yang lebih cepat dan murah.

“Banyak area fintech yang bisa kita bangun di atas stablecoin. Potensi tersebut sejalan dengan tujuan kami yang ingin membangun ekosistem aset digital yang kuat dan dapat dioperasikan oleh mitra lokal dan internasional secara terpercaya,” terangnya dalam konferensi pers virtual, kemarin (23/2).

Menurut datareportal.com, sebesar 51,1% dari 270 juta penduduk Indonesia masuk dalam kategori underbanked dan unbanked, sedangkan tingkat penetrasi internet hanya 73,3%. dengan pertumbuhan fintech, blockchain, dan aset digital yang begitu pesat, permintaan untuk stablecoin Rupiah yang kompatibel semakin tinggi. Maka dari itu, XIDR hadir untuk memberikan cara yang mudah dan aman bagi orang-orang yang tidak memiliki rekening bank untuk mengakses layanan keuangan.

“Aktivitas ekonomi digital yang terus meningkat sehingga membuat permintaan aset digital tidak hanya dari investor saja, tetapi dari pelaku usaha. Dari perspektif yang lebih luas, tren tersebut juga menunjukkan bagaimana bisnis dan industri dapat mendorong inklusi keuangan, di mana literasi digital memegang peranan penting,” tambah Business Development Manager StraitsX Indonesia Kinansyah Pramaditia.

Akun bisnis memiliki kapabilitas yang lebih luas dari akun pribadi StraitsX. Pengguna bisnis memiliki batas transaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan akun pribadi, fitur advanced account management, dan solusi yang developer-friendly berbentuk API siap pakai untuk mengumpulkan, mencairkan, dan merekonsiliasi dana pelanggan.

Stablecoin XIDR

Adapun stablecoin ini berguna untuk menukar aset kripto untuk menghindari fluktuasi harga, pilihan untuk menukar mata uang fiat ke stablecoin yang didukung oleh fiat, menggunakan stablecoin untuk melakukan pembayaran secara global, dan sistem pembayaran yang berbasis blockchain ini menghilangkan perantara dalam transaksi.

Diklaim, mengirim XIDR dapat dilakukan kapan pun dalam hitungan menit tanpa perantara apa pun. Berbeda dengan keuangan tradisional, untuk transfer fiat apalagi ke luar negeri, butuh waktu lebih dari tujuh hari.

XIDR bertujuan menjadi stablecoin Rupiah yang paling hemat biaya sekaligus menawarkan utilitas maksimum kepada pemiliknya. Proses pencetakan dan penukaran XIDR ke Rupiah dapat dilakukan secara gratis melalui platform StraitsX, dengan biaya transaksi on-chain yang dibatasi. Pengguna dapat memanfaatkan kemampuan stablecoin XIDR untuk mengirim Rupiah secara terpercaya dan aman pada protokol blockchain Ethereum dan Ziliqa.

Salley mengatakan, tidak menutup kemungkinan pihaknya membuka lebih banyak jaringan publik blockchain lainnya agar utilitas XIDR semakin luas, tidak terbatas di Ethereum dan Ziliqa saja. Dia bilang, gas fee yang mahal untuk setiap kontrak yang tercatat di jaringan blockchain itu termasuk salah satu friksi yang memengaruhi banyak pihak dalam proses adopsi.

“Makanya banyak orang yang enggan spent uangnya untuk gas fee yang mahal, terutama di Ethereum. Ziliqa kami pilih karena gas fee-nya murah dan terjangkau bagi semua orang. Kami membuka kemungkinan untuk masuk ke jaringan blockchain populer lainnya.”

Diklaim, platform StraitsX telah menyelesaikan lebih dari 130 ribu transaksi dengan nilai lebih dari S$2,5 miliar sepanjang tahun lalu. XSGd memiliki kapitalisasi pasar senilai lebih dari $200 juta. XIDR diharapkan mampu mengikuti keberhasilan peluncuran XSGD ke depannya.

Prixa Gandeng AdMedika untuk Perluas Ekosistem Layanan Kesehatan di Segmen B2B

Startup healthtech Prixa resmi menggandeng AdMedika untuk memperluas ekosistem layanan kesehatan di segmen B2B. Melalui kemitraan ini, AdMedika dapat memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki oleh Prixa untuk menghadirkan layanan kepada kliennya, mulai dari telekonsultasi, pharmacy delivery, hingga on-demand lab secara end-to-end.

“Kolaborasi ini mengombinasikan kekuatan kedua pihak untuk capture segmen pasar yang tidak memiliki asuransi, terutama rawat jalan. Ini menjadi stepping stone kami untuk sinergi selanjutnya. Kami dapat saling leverage untuk membantu streamline di ekosistem kesehatan. Masih banyak pasar yang belum terjamah teknologi yang bisa kami tap in,” ujar Co-founder dan CEO Prixa James Roring dalam konferensi pers virtual.

Untuk tahap awal, kemitraan ini mencakup layanan telekonsultasi dan resep elektronik bagi pengguna AdMedika. Pengguna AdMedika kini dapat mengakses layanan Prixa di aplikasi MyAdMedika.

Adapun, sinergi Prixa dan AdMedika sepenuhnya menggunakan pendekatan digital dengan memanfaatkan API sehingga dapat memotong proses administrasi yang selama ini manual. Adapun, ini disebut kolaborasi pertama dari portofolio MDI Ventures antara startup healthtech dan perusahaan third party administrator (TPA).

CEO AdMedika Dwi Sulistiani menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan upaya perusahaan untuk mempercepat ekosistem kesehatan digital. “Kami ‘dijodohkan’ oleh MDI Ventures untuk bersinergi. Nantinya, ecosystem hub ada di AdMedika dan teknologi dari Prixa. Kemudian, pengembangannya nanti tidak hanya di telekonsultasi, tetapi bisa juga data. Data dari AI ini akan kami maksimalkan untuk memperkuat pelayanan, kami bisa suggest data ini ke pemerintah atau stakeholder terkait,” tambahnya.

Sebagai informasi, Prixa merupakan penyedia layanan kesehatan berbasis web yang mengklaim sebagai platform pertama dengan AI-based diagnosis engine di Indonesia. Prixa menawarkan berbagai macam layanan kesehatan, yakni telekonsultasi, pharmacy delivery, rujukan ke RS dan klinik, serta laboratorium.

Sementara itu, AdMedika adalah perusahaan TPA di bidang solusi kesehatan. Portofolio utama layanannya adalah Health Claim Management Services, Provider Management Services, dan Health Digital Services. Perusahaan telah melayani 5,1 juta pengguna dari 145 klien dari sektor asuransi pribadi, korporasi, dan BUMN dengan lebih dari 5.200 jaringan terhubung. AdMedika berada di bawah naungan PT Multimedia Nusantara (TelkomMetra) yang merupakan anak usaha Telkom.

Layanan kesehatan di B2B

Prixa memiliki misi untuk menjadi digital entry point di industri kesehatan Indonesia. Saat ini, platform Prixa didukung oleh lebih dari 100 informasi penyakit, lebih dari 400 point of delivery farmasi, dan 300 fasilitas lab. Mereka juga telah menghubungkan lebih dari 10 juta pemegang polis pribadi dengan akses telekonsultasi.

Di Indonesia, rata-rata industri healthtech masih didominasi oleh layanan telekonsultasi untuk B2C. Layanan ini tumbuh signifikan sejak 2020 karena masyarakat mengurangi kunjungan fisik selama masa pandemi.

Namun, kemunculan startup healthtech di B2B dan B2G dinilai dapat membantu mempercepat digitaliasi di industri kesehatan. Selain Prixa, startup lain yang bermain di segmen B2B adalah Klinik Pintar. Startup ini berfokus menjadi penyedia clinic chain di Indonesia yang dianggap dapat menyentuh grass roots, segmen yang dianggap kesulitan mendapat akses ke layanan kesehatan.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan 2020 mencatat rasio dokter mencapai 03,8 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur RS berkisar 1,2 per 1.000 populasi di Indonesia.

Pintek Tengah Negosiasi untuk Pendanaan Seri A Lanjutan, FMO Berpotensi Terlibat

Setelah mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai hampir 100 miliar Rupiah akhir tahun 2021 lalu, Pintek dikabarkan tengah dalam diskusi untuk perpanjangan seri A. FMO, bank pembangunan internasional Belanda berpotensi untuk masuk di pendanaan tersebut.

DailySocial.id mencoba menghubungi Pintek terkait hal ini. Representatif perusahaan memberikan konfirmasi bahwa perusahaan memang tengah menjajaki potensi pendanaan dalam perpanjangan seri A bersama FMO. Namun, saat ini masih dalam tahap diskusi dan belum ada kesepakatan resmi.

Dilansir dari DealStreetAsia, ketertarikan FMO untuk berinvestasi di platform p2p lending khusus pendidikan ini juga terpapar dalam keterbukaan perusahaan.

Di putaran kemarin, investor Pintek termasuk Kaizenvest, Heritas Capital, Blue7, dan Earlsfield Capital. Selain itu juga ada investor terdahulu, seperti Finch Capital, Global Founder Capital (GFC), Accion Venture Lab, Strive, dan Fox Ventures.

Investasi berdampak

Sebagai bank pembangunan kewirausahaan, FMO memiliki misi untuk memberdayakan pengusaha untuk membangun dunia yang lebih baik ini. Untuk itu, perusahaan berinvestasi dalam bisnis, proyek, dan lembaga keuangan, dengan menyediakan pembiayaan, pengetahuan, dan jaringan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Investasi ini berfokus pada sejumlah SDG dan di sektor-sektor utama yang penting bagi kemajuan ekonomi dan sosial serta memiliki posisi yang kuat di pasar Lembaga Pembiayaan Pembangunan (DFI).

Ini bukanlah kali pertama perusahaan terlibat dalam investasi di Asia Tenggara. Sebelumnya, FMO pernah menyalurkan kredit pendanaan untuk PT Indosurya Inti Finance dengan tujuan pembiayaan UMKM Indonesia. Selain itu, bank pembangunan asal Belanda ini juga terlibat dalam dana kelolaan Jungle Ventures, salah satu pemodal ventura yang memiliki fokus investasi di Asia Tenggara.

Perkembangan bisnis Pintek

Sejak didirikan pada 2018, Pintek dan afiliasinya telah mendukung lebih dari 2.750 institusi pendidikan dan 100 UKM pendidikan untuk menjangkau lebih dari 650 ribu siswa, serta menyediakan konten edukasi keuangan kepada masyarakat dengan 1,3 juta pengunjung unik setiap bulan. Pencapaian tersebut, membuat Pintek optimis menargetkan 10 juta pelanggan di ekosistem dalam lima tahun ke depan.

Perusahaan juga mengklaim telah menggelontorkan dana pinjaman sebesar Rp14.8 miliar kepada 849 penerima pinjaman. Dengan besar pinjaman mulai dari Rp3 juta hingga Rp300 juta. Bunga yang ditawarkan berkisar 0-1.5 persen per bulan.

Belum lama ini, Pintek juga telah berkolaborasi dengan SIPLah. Melalui program SIPLah, Pintek terus berkomitmen untuk menjadi salah satu roda penggerak pendidikan di Indonesia dengan mengajak para pelaku usaha/UKM pendidikan mengembangkan potensi bisnis yang lebih optimal melalui proses digitalisasi.

Hal ini menjadi salah satu langkah Pintek dalam mendukung perkembangan pelaku usaha/UKM pendidikan khususnya yang memiliki bisnis pada pengadaan kebutuhan pendidikan di Indonesia.

Selain Pintek, sejumlah fintech lending lainnya di Indonesia juga memiliki fokus ke sektor pendidikan, di antaranya Danadidik, Cicil, hingga KoinPintar dari Koinworks.

Fore Coffee Genjot Ekspansi Gerai Baru untuk Jangkau 30 Kota di Indonesia

Fore Coffee akan menggenjot ekspansi gerai baru di Indonesia tahun ini demi mengakselerasi pertumbuhan bisnisnya. Startup coffee chain ini menargetkan penambahan maksimal sebanyak 100 gerai baru dan melanjutkan pengembangan produk F&B seasonal (musiman).

Dalam keterangan resminya, Fore Coffee menyebut telah menjual 5 juta cup kopi di sepanjang 2021. Salah satu produk musimannya, Almond Cocoa Series yang dirilis akhir November 2021, tercatat menjadi menu terlaris dengan penjualan lebih dari 300 ribu cup.

Adapun, Fore Coffee telah membuka 42 gerai baru di beberapa kota metropolitan, seperti Denpasar, Palembang, Yogyakarta, Malang, hingga Batam. Per Februari 2022, Fore Coffee tercatat memiliki 110 gerai.

Dihubungi DailySocial.id secara terpisah, Co-Founder & CEO Fore Coffee Vico Lomar mengaku bahwa industri F&B memang tengah dalam pemulihan di masa pandemi. Kendati demikian, penambahan gerai Fore Coffee meningkat cukup signifikan dari awalnya hanya ada di empat kota di awal 2021, kini sudah berada di 18 kota.

Terlepas dari itu, ujarnya, Fore Coffee mampu mengecap pertumbuhan penjualan yang baik, bahkan ketika varian Delta sedang mengganas di Indonesia pada pertengahan Juni 2021.

“Saya meyakini strategi the right product, price, dan experience menjadi landasan kuat ekspansi kami. Tentu kami selektif dalam membangun gerai baru, kami cek lokasi, visibility agar dapat menjangkau ke 30 kota di Indonesia,” paparnya.

Selain ekspansi gerai, Fore Coffee juga menggenjot program pemasaran kreatif bersama mitra food delivery seperti Go Food, Grab Food, Shopee Food, dan Traveloka Eats. Salah satunya melanjutkan menu-menu musiman terbaru pada Maret-April mendatang dan meluncurkan lini produk makanan terbaru bernama Fore Deli.

“Potensi pasar upper class terus berkembang, terutama segmen pasar yang selalu mencari tahu produk baru dan relevan terhadap kebutuhannya. Kami akan berkolaborasi dengan brand, influencer, yang cocok dengan produk kami, serta melakukan campaign. Artinya, kami tidak sekadar membangun gerai baru saja,” tambahnya.

Seperti diketahui, Vico Lomar merupakan pakar profesional di bidang F&B selama lebih dari 20 tahun. Misinya adalah memperkuat kehadiran Fore Coffee di kalangan masyarakat peminat kopi kekinian. Ia berkomitmen untuk terus mengawal proses dari hulu ke hilir untuk dapat menyajikan kopi bernilai bagi masyarakat.

Selain Vico, Fore Coffee juga diperkuat oleh Umara Ardra yang mengembang posisi sebagai Chief Financial Officer (CFO). Kepemimpinan Vico Lomar dan Umara Ardra diyakini dapat membuka berbagai peluang untuk mendongkrak jangkauan Fore Coffee di Indonesia, baik dari upaya penggalangan dana, pembukaan gerai, hingga pengembangan fitur di aplikasi Fore Coffee untuk mendorong pengguna dan transaksi.

Terkait kebutuhan modal untuk ekspansi ini, Vico enggan berkomentar lebih lanjut. “Saat ini yang bisa kami katakan, kami adalah profitable business and we have a very good numbers in terms of it untuk bisa grow secara eksponensial,” ujarnya.

Dinamika coffee chain Indonesia

Di sepanjang 2021, gerak startup coffee chain di Indonesia terbilang dinamis. Beberapa di antaranya mendapatkan pendanaan baru untuk mendukung ekspansi gerai mereka di Indonesia. Menurut data yang kami himpun per November 2021, ada lebih dari 4.500 jaringan coffee chain di seluruh Indonesia.

Selain Fore Coffee, startup lain yang mengusung konsep “grab and go“, adalah Kopi Kenangan baru-baru ini mengantongi status baru sebagai startup new retail unicorn pertama di Indonesia. 

Kemudian, JIWA Group juga memperoleh mendapatkan pendanaan tahun lalu untuk memperkuat strategi omnichannel dengan memanfaatkan aplikasi JIWA+. Startup portofolio dari Rocket Internet, Flash Coffee juga mulai ekspansi ke pasar Indonesia dengan menargetkan pembangunan 75 gerai baru di 2021.

Application Information Will Show Up Here

Anak Usaha Telkomsel dan GoTo Bentuk Perusahaan Game “Majamojo”

Telkomsel melalui anak usahanya PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED) dan GoTo melalui PT Aplikasi Multimedia Anak Bangsa (AMAB) mengumumkan perusahaan patungan PT Games Karya Nusantara (Majamojo). Perusahaan ini khusus menggarap pasar game di Asia Tenggara.

Seperti diketahui juga, Telkomsel merupakan salah satu investor strategis di Gojek. Ini adalah inisiatif ke sekian dari hasil sinergi keduanya. Sebelumnya sejumlah agenda telah dijalankan, misalnya mengintegrasikan Telkomsel MyAds dengan GoBiz, paket Telkomsel khusus mitra pengemudi, dan lain-lain. Terkait game sendiri, juga telah diumumkan kolaborasi Telkomsel Dunia Games dengan platform Gopay.

Majamojo akan berfokus menjadi perusahaan penerbit (publisher) yang membuka peluang kemitraan strategis bersama perusahaan pengembang pihak ketiga. Perusahaan akan mendorong penetrasi dan dominasi dalam industri gaming lokal nasional, khususnya platform mobile.

Menurut laporan Newzoo dan Niko Partners, pertumbuhan mobile game di Asia Tenggara pada 2014-2017 mencapai lebih dari 180%. Angka tersebut diprediksi akan terus tumbuh selama lima tahun ke depan. Shibuya Data Count juga memperkirakan pertumbuhan rata-rata tahunan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) industri game di Asia Tenggara akan mencapai 8,5% pada periode 2020-2025.

Potensi tersebut membuat kedua perusahaan percaya diri untuk menggarap industri game secara lebih serius. Mereka akan berkolaborasi dengan menyinergikan sumber daya kedua perusahaan, termasuk kapabilitas digital, aset teknologi, dan ekosistem bisnis yang terintegrasi.

Kerja sama ini akan memperkuat eksistensi para pelaku industri gaming lokal, terutama mendorong lahirnya lebih banyak lagi talenta digital anak negeri. Oleh karena itu, kehadiran Majamojo diharapkan akan mendukung akselerasi transformasi digital dan memperluas manfaat ekonomi digital nasional.

CEO Telkomsel Ekosistem Digital Andi Kristianto mengatakan, pihaknya berupaya memaksimalkan keunggulan aset dan kapabilitas Telkomsel untuk mengembangkan Majamojo dalam ekosistem gaming, melengkapi yang selama ini sudah dicakup oleh Dunia Games. “Kami optimistis Majamojo akan memiliki peran strategis dan bisa berkontribusi optimal dalam memajukan industri gaming di Indonesia dan Asia Tenggara,” kata Andi dalam keterangan resmi, Rabu (23/2).

Kehadiran Majamojo turut memperkuat upaya Telkomsel memperkaya lini bisnis vertikal di bidang digital, setelah PT Kuncie Pintar Nusantara (Kuncie) dan PT Fita Sehat Nusantara (Fita). Pun demikian dari sisi GoTo, melalui Gojek, sebelumnya sudah ada beberapa platform game yang terafiliasi, seperti MPL (diinvestasi Go-Ventures) dan MainGame (diberdayakan untuk GoGames).

Head of GoTo Strategic Partnership Reggy Susanto menambahkan, perusahaan patungan ini memiliki sumber daya yang luar biasa menjadi perusahaan game terbesar di regional. Terlebih itu selama beberapa tahun terakhir, kedua perusahaan sudah menjalin kerja sama yang erat karena ada kesamaan visi dalam menumbuhkan ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

“Kami percaya sinergi ini akan memberikan kemudahan bagi semua orang dalam mengakses produk dan layanan digital dari GoTo dan Telkomsel, dengan tujuan melayani kebutuhan pasar mobile-first di Indonesia yang sedang berkembang,” ucap Reggy.

Dalam struktur kepemilikan Majamojo, TED menjadi pemegang saham mayoritas. Jungwon Hahn dipercaya sebagai Direktur Utama dan M. Dody Darmawan sebagai Direktur Keuangan. Jungwon Hahn sebelumnya pernah bekerja sejumlah perusahaan game, seperti Razer, Wargaming, dan Molten Games.

Direktur Utama Majamojo Jungwon Hahn menjelaskan, “Saya bersemangat untuk memimpin Majamojo yang akan fokus pada penerbitan dan pengembangan bisnis gaming. Misi kami adalah untuk melayani para gamer dengan dedikasi dan menjadi perusahaan gaming yang diperhitungkan di Asia Tenggara. Kami menargetkan Majamojo menjadi kekuatan unggul di Indonesia yang akan memperkuat ekosistem game Indonesia di Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

HiPajak Umumkan Pendanaan Awal dari 1982 Ventures

Startup pengembang platform asisten virtual untuk perpajakan HiPajak mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari 1982 Ventures, perusahaan pemodal ventura dari Singapura yang berfokus pada startup fintech di Asia Tenggara. Dana segar yang tidak disebutkan nilainya tersebut, akan difokuskan perusahaan untuk pengembangan produk, sehingga lebih mempermudah aktivitas perpajakan bagi penggunanya.

Sejak berdiri pada awal 2020, HiPajak mengaku mendapatkan pertumbuhan signifikan. Dari statistik yang disampaikan, kini mereka telah merangkul lebih dari 150 ribu pengguna dan 70 ribu UMKM di berbagai wilayah di Indonesia. Menariknya, tren pengguna HiPajak memperlihatkan peningkatan pertumbuhan hingga 100 kali lipat pada rentang usia 18-24 tahun.

“Sejak diluncurkan, HiPajak selalu berkomitmen memberikan solusi yang tepat untuk urusan perpajakan, khususnya bagi orang yang memiliki profesi nonkonvensional atau pekerja lepas, serta bagi segmen UMKM. HiPajak hadir untuk menyederhanakan berbagai langkah terkait pajak penghasilan yang dapat menghemat biaya hingga 95%. Hanya dengan semudah chatting, semua orang dapat dengan mudah mengakses layanan HiPajak, bahkan bagi orang yang awam tentang pajak atau akuntansi sekalipun,” terang Founder & CEO HiPajak Tracy Tardia.

Kencangkan strategi kolaborasi

Untuk menggenjot pertumbuhan traksi, strategi kolaborasi digencarkan oleh HiPajak dengan berbagai ekosistem aplikasi berbasis pengguna besar. Salah satunya bersama Gojek, kerja sama strategis dijalankan melalui unit GoBiz – HiPajak berperan sebagai tax aggregator apps dalam membantu kurang lebih satu juta mitra atau merchant GoFood. Selain itu juga ada sejumlah mitra lain seperti LinkAja, Midtrans, dan KoinWorks.

Layanan HiPajak tidak hanya berfokus untuk mengurus proses perpajakan, mereka juga memberikan akses ke literasi perpajakan. Selain melalui aplikasi, HiPajak secara rutin mengadakan program edukasi pajak kepada mahasiswa serta melakukan sosialisasi dan workshop bagi UMKM.

Aplikasi HiPajak dilengkapi dengan 5 fitur utama terdiri dari Rekomendasi Pajak, Catat & Hitung Pajak, Bayar Pajak, Lapor Pajak, Konsultasi Pajak (Curhat Pajak), serta Pembuatan NPWP. Untuk keamanan data privasi pengguna, mereka menggunakan sistem proteksi yang berlapis dan teruji. Saat ini mereka juga diawasi dan terhubung secara langsung dengan Direktorat Jenderal Pajak. Sementara itu dalam penerimaan dana pengguna, HiPajak telah bekerja sama dengan BNI.

“Dengan kemajuan teknologi yang pesat, kami terus termotivasi dalam berinovasi mengembangkan berbagai fitur yang ada di HiPajak sehingga masyarakat dapat semakin dimudahkan dan menghilangkan kesan bahwa mengurus pajak itu sulit. Menyederhanakan layanan perpajakan bagi masyarakat akan terus menjadi prioritas utama kami. HiPajak juga akan melanjutkan kontribusinya dalam mendukung pemerintah untuk meningkatkan kinerja penerimaan pajak yang menjadi sumber pendapatan negara dan membantu percepatan pembangunan nasional,” imbuh Tracy.

Layanan pajak digital

Terkait digitalisasi layanan perpajakan, sejumlah startup di Indonesia telah hadirkan inovasi – baik yang menyasar kalangan perorangan maupun pelaku bisnis. Salah satu yang terbesar adalah OnlinePajak, akhir tahun 2021 lalu mereka tengah mengumpulkan pendanaan seri C melibatkan Visa, Tencent, dan sejumlah investor lainnya. Diperkirakan, dengan perolehan investasi tersebut, valuasi OnlinePajak telah mencapai $184 juta atau sekitar 2,6 triliun Rupiah.

Hadir sebagai layanan SaaS untuk bisnis, saat ini OnlinePajak menyajikan beberapa layanan yang dikemas dalam tiga  kategori produk utama: Invoice, Payroll, dan Lainnya. Di dalam sub-layanan Invoice terdapat beragam fitur seperti hitung/setor/lapor PPn dan PPh, pembuatan buku potong, faktur, validasi NPWP, dan lainnya. Mereka turut menyediakan API yang bisa diintegrasikan dengan layanan aplikasi yang dimiliki sebuah perusahaan.

Pemain lain ada Pajak.io, pertengahan tahun lalu mereka juga meluncurkan layanan chatbot bernama “Bee-Jak” untuk mudahkan pelaku UMKM melaporkan dan membayar pajaknya. Pendekatan ini mirip yang dilakukan HiPajak. Sementara itu ada beberapa platform lain yang juga memiliki layanan perpajakan dengan konsep unik masing-masing, mulai dari KlikPajak, Pajakku, MitraBijak, Mekari, dan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian Fortune Business Insight, layanan pajak digital atau perangkat lunak yang membantu manajemen pajak telah mencapai $5,24 miliar pada 2018, diproyeksikan akan meningkat $11,19 miliar di tahun 2026 dengan CAGR 10,4%. Segmen UMKM menjadi salah satu sasaran menarik, mengingat di tingkat ini biasanya bisnis masih belum memiliki tim khusus yang didedikasikan untuk mengurus pajak.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Lini Bisnis, Flip Kenalkan Layanan “Flip for Business”

Flip, startup penyedia platform pembayaran dan transfer dana antarbank, mengumumkan rebranding lini B2B “Big Flip” menjadi “Flip for Business”. Perubahan turut didukung dengan penguatan solusi automasi transaksi keuangan, mencakup transfer uang, penerimaan pembayaran, dan transfer internasional.

Sejatinya lini B2B ini sudah dirilis sejak Maret 2017. Saat itu, Big Flip masih fokus membantu bisnis melakukan operasional bisnis, seperti penggajian, pembayaran ke mitra bisnis, maupun refund ke konsumer. Seiring berkembangnya waktu, kebutuhan konsumen B2B makin banyak, maka Flip perlu melakukan berbagai pengembangan lebih lanjut.

Dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan hari ini (22/2), Head of Marketing Flip Andri Rahmad Wijaya mengatakan, rebranding ini tidak sebatas simbolis, tapi membawa semangat bagi perusahaan dalam memperkuat ekosistem solusi B2B. Pasalnya, solusi berkaitan keuangan ini tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaan teknologi saja, tapi juga perusahaan yang proses bisnisnya masih konvensional sekalipun.

“Kami percaya Flip dapat menjadi solusi andal karena kami memberikan solusi yang seamless yang dapat membantu mitra bisnis meningkatkan pengalaman untuk pelanggannya jadi jauh lebih efektif. Bahkan diklaim solusi ini empat kali jauh lebih cepat dari solusi konvensional,” ujarnya.

Flip for Business kini ditenagai dengan teknologi mutakhir, seperti dashboard for no-code solution, API for seamless integration, fitur lanjutan seperti verifikasi dan idempotency key. Ada tiga fitur unggulan yang ditawarkan, yakni Money Transfer memungkinkan mitra dapat mengirim dana hingga 20 ribu akun bank dalam beberapa klik.

Kemudian, Accept Payment yang menyediakan pembayaran bagi konsumen perusahaan klien yang mulus dan dapat diterima secara real-time. Terakhir, International Transfer yang mampu menghemat biaya transfer hingga 50% ke lima negara. Dalam mendukung fitur tersebut, perusahaan menyediakan layanan pelanggan 24/7, fleksibilitas dalam limit, opsi top-up, dan transaksi di luar jam kantor.

Efisiensi sistem pembayaran bisnis

Mengutip dari perusahaan riset global Censuswide dan platform automasi pembayaran global Tipalti menemukan bahwa rata-rata 520 jam kerja per tahun tim keuangan terbuang untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat dengan mudah diotomatisasi melalui teknologi, seperti pembayaran dan verifikasi.

Temuan ini beresonansi dengan survei CFO Indicator Survey 2021 yang dipublikasikan Workday. Riset ini menyimpulkan bahwa 17% waktu dari tim keuangan di perusahaan dimanfaatkan untuk aktivitas strategis dan 50% dari waktu pekerja keuangan dihabiskan untuk pemrosesan transaksi.

VP Enterprise Growth & Business Development Flip Henri Halim menuturkan, sebelum menggunakan Flip para pemilik usaha mengaku terbebani oleh proses manual untuk transaksi keuangan rutin atau berulang yang memakan waktu, biaya transfer yang mahal, dan besarnya volume transaksi yang gagal akibat kesalahan-kesalahan kecil, dan perangkat transaksi bisnis yang sulit diintegrasikan dan dikustomisasi.

“Waktu dan tenaga yang tersita untuk pemrosesan transaksi keuangan tumbuh seperti kanker dalam tubuh perusahaan. Tanpa kita sadari, semakin besar perusahaan, semakin besar pula produktivitas yang terbuang. Flip menjawab masalah ini dengan menghadirkan solusi automasi transaksi yang efisien dan andal melalui Flip for Business,” kata dia.

Meski tidak diterangkan secara spesifik perkembangan bisnisnya, Henri menyampaikan solusi B2B tumbuh signifikan dan telah dimanfaatkan oleh banyak perusahaan, baik itu dari perusahaan teknologi maupun non-teknologi. Makanya, ke depannya perusahaan akan lebih aktif menggaet lebih banyak pengguna bisnis dari multi sektor.

“Kita ingin bantu bisnis dari semua kalangan karena kebutuhan transfer ini enggak terlepas dari bisnis [sektor] mana pun. Bisnis yang masih konvensional bisa kita berikan dasbor untuk bantu efisiensi, sementara perusahaan teknologi akan tetap kita targetkan karena kita bisa support dengan API.”

Monetisasi Flip B2B

Dalam melakukan monetisasi, ada dua hal yang perusahaan lakukan. Henri menjelaskan, pada dasarnya Flip for Business itu melihat bagaimana Flip membantu B2B melakukan transfer. Selama dari transfer tersebut, Flip bisa menyimpan dari sisi Flip sebagai sumber dana, untuk push melakukan transfer tersebut.

“Dari situ merupakan satu perjalanan monetisasi. Kedua, dari sisi platform. Setelah perjalanan monetisasi terjadi saat transfer, platform kami adalah sebuah wadah monetisasi karena membantu me-streamline semua proses-proses dan rekonsiliasi tersebut. Kedua perjalanan monetisasi tersebut kami gabungkan untuk bagaimana Flip dapat mengembangkan bisnis dari Flip for Business.”

Potensi transaksi digital

Pemain terdekat Flip, OY! juga memiliki lini B2B OY! Bisnis yang menyasar pemilik usaha dari skala kecil hingga enterprise. Solusi yang disediakan juga tak jauh berbeda yang berfungsi membantu bisnis menerima pembayaran dari pelanggan dan pengiriman uang ke ribuan rekening sekaligus (disbursement).

Potensi transaksi digital terus meningkat. Menurut data Bank Indonesia, nilai transaksi digital banking pada tahun lalu mencapai Rp39.841 triliun atau tumbuh 45,64% secara yoy. Angka tersebut diproyeksikan akan tumbuh 24,83% menjadi Rp49.733 triliun pada tahun ini.

Nilai transaksi uang elektronik tercatat tumbuh 49,06% mencapai Rp305 triliun pada 2021 dan diproyeksikan meningkat 17,13%. Bank sentral menyatakan, transaksi ekonomi dan keuangan digital selama 2021 berkembang pesat seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja online, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital, serta akselerasi digital banking.

Tren tersebut akan terus berlanjut seiring upaya bank sentral dalam mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran untuk mendorong pemulihan ekonomi, dalam bentuk perluasan penggunaan QRIS, akseptasi BI-FAST, dan masih banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here