East Ventures Berpartisipasi di Putaran Seri B Startup Logistik Inteluck

Startup e-logistics Inteluck menutup pendanaan seri B senilai $15 juta (lebih dari 215 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Creo Capital, perusahaan investasi asal Hong Kong yang menjadi bagian dari New World Group. East Ventures dan Headline Asia termasuk sejumlah investor yang berpartisipasi.  Favour Capital menjadi penasihat keuangan eksklusif dalam babak pendanaan tersebut.

Inteluck didirikan tahun 2014 oleh Kevin Zhang yang berpengalaman di sektor-sektor logistik, rantai pasok, teknologi, dan bisnis lintas wilayah lain, serta didukung tim inti yang menguasai pengalaman fungsional di beragam perusahaan internasional.

Inteluck menyediakan solusi platform e-logistics yang membantu klien dan mitra pemasok untuk menemukan dan menghasilkan valuasi dalam setiap aspek. Valuasi ini terwujud dengan memaksimalkan efisiensi logistik lewat teknologi, data, dan analisis. Startup ini mendukung beragam layanan platform logistik, termasuk FTL (full truckload) transportasi, manajemen gudang, freight forwarding, dan layanan rantai pasok lain yang dirancang secara khusus.

Selain itu, Inteluck mengintegrasikan dan mengoptimalkan sumber daya berdasarkan pemberdayaan teknologi, serta jaringan mitra pemasok yang telah terbentuk di Asia Tenggara selama dekade terakhir. Dengan demikian, diklaim penggunaan platform tersebut dapat menghemat biaya logistik dan meningkatkan efisiensi operasional.

Di saat bersamaan, Inteluck membantu lebih dari 5.000 mitra pemasok mengatasi tekanan arus kas dengan menambah jumlah pesanan yang diterima. Saat ini perusahaan telah melayani lebih dari 250 perusahaan ternama di sejumlah industri, seperti telekomunikasi, FMCG, manufaktur, e-commerce, pengiriman barang, dan lain sebagainya.

Dalam keterangan resmi, Founder & CEO Inteluck Kevin Zhang mengatakan, meski banyak perusahaan terdampak pandemi, bahkan memperoleh pelanggan baru kini menjadi lebih sulit, perusahaan mampu meningkatkan pendapatan sebesar 512% dalam tiga tahun terakhir.

“Pencapaian ini terwujud berkat kerja keras tim kami yang selalu melayani klien dengan layanan bermutu tinggi. Kami juga meningkatkan nilai tambah bagi klien dan vendor dengan memanfaatkan order reconstruction, dispatch optimization, dynamic pricing, dan sederet teknologi lain,” ujarnya, Rabu (26/1).

Inteluck telah memperkuat jangkauannya di segmen 3PL yang bernilai $300 miliar. Berkantor pusat di Singapura, Inteluck telah merambah Filipina, Thailand, dan negara-negara lain. Inteluck kini memperluas jangkauannya di Asia Tenggara, dan menargetkan pertumbuhan luar biasa dalam tiga tahun ke depan.

Managing Partner Creo Capital Christopher Cheng berujar, “Setelah dunia menghadapi ketidakpastian rantai pasok yang tak terduga, dan permintaan pelanggan yang cepat berubah, platform Inteluck yang canggih dan berorientasi data, serta jaringan luasnya menyediakan cara hemat biaya bagi pemasok dan perusahaan.”

Dia melanjutkan, “Hasilnya, kegiatan operasional menjadi lebih optimal, dan inefisiensi pun berkurang. Tim manajemen Inteluck yang piawai, dan produk unggulannya sejalan dengan strategi Creo untuk berinvestasi pada perusahaan transformatif yang dipimpin pengusaha inovatif. Kami optimis, Inteluck berpotensi menjadi penyedia solusi logistik terkemuka di Asia Tenggara pada masa mendatang.”

Co-founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca turut menambahkan, “Kami gembira mendukung Inteluck dan menjadi bagian dari tim Kevin dalam mengatasi kendala logistik. Platform Inteluck yang berorientasi pada teknologi dan data membantu perusahaan logistik dan pengiriman barang mengoptimalkan seluruh rantai pasok secara lebih efisien dan transparan. Kami ingin menyaksikan pencapaian Inteluck yang berikutnya.”

Tren pendanaan startup logistik

Dalam mendukung ekonomi digital, industri logistik masih memiliki banyak friksi di dalam proses bisnisnya. Kesempatan tersebut mendorong pemain startup untuk terjun yang membutuhkan banyak investasi dalam mengembangkan teknologinya.

Sejak awal tahun 2019 hingga Juli 2021, tim riset DailySocial.id mencatat ada sekitar 16 transaksi pendanaan yang diumumkan melibatkan perusahaan logistik berbasis teknologi. Investasi ini berhasil membukukan total nilai dana $586 juta. Setidaknya ada 4 startup logistik yang memiliki valuasi di atas $100 juta, yaitu SiCepat, Waresix, Shipper, dan GudangAda.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020

Startup Katering Makanan Bayi Grouu Terima Pendanaan Awal 6 Miliar Rupiah

Startup katering makanan bayi Grouu mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal senilai $400 ribu (sekitar 6 miliar Rupiah) dari Selera Kapital, lengan investasi dari Sour Sally Group. Turut andil juga beberapa angel investor, di antaranya Wesley Harjono (Managing Director Plug and Play Indonesia) dan Rama Notowidigdo (Co-founder Sayurbox dan AwanTunai).

Perusahaan akan memanfaatkan dana segar tersebut untuk memperluas cakupan layanan katering dengan membuka satellite kitchen di sejumlah kota besar di Indonesia, serta melakukan diversifikasi produk makanan kemasan.

Grouu menempatkan diri sebagai penyedia makanan pendamping asi (MPASI) untuk bayi usia enam bulan ke atas dengan pemilihan bahan baku berkualitas, memiliki cita rasa, dan kandungan gizi yang lengkap di tiap hidangannya. Di tengah aktivitas yang padat dalam mengurus anak usia dini, kehadiran menu makanan yang praktis, sehat dan bergizi menjadi salah satu hal yang sangat dibutuhkan oleh para orang tua masa kini.

Adapun, permasalahan gizi dan kesehatan anak masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah Indonesia. Data Kementerian Kesehatan Indonesia tahun 2020 menyebutkan bahwa prevalensi stunting (pendek) pada balita Indonesia tercatat sebesar 27,7%, atau 28 dari 100 balita mengalami stunting. Padahal, 1.000 hari pertama kehidupan bayi merupakan usia emas bagi tumbuh kembang anak. Sayangnya, anak-anak yang seharusnya menjadi harapan masa depan bangsa masih banyak yang mengalami masalah gizi di usia dini.

Co-founder & CEO Grouu Jessica Marthin menjelaskan, pihaknya memahami bahwa salah satu kesulitan orang tua pada masa pertumbuhan anak adalah memberikan pilihan makanan yang variatif untuk menunjang tumbuh kembang yang optimal.

“Grouu hadir menjadi solusi MPASI yang lezat dan sehat untuk membantu kebutuhan orang tua urban di tengah kesibukannya. Melalui pendanaan ini, kami akan melakukan ekspansi dan inovasi untuk dapat menjangkau lebih banyak lagi orang tua di Indonesia,” ucap Jessica dalam keterangan resmi, Selasa (25/1).

Pendiri Selera Kapital Donny Pramono mengungkapkan keyakinannya terhadap visi dan misi Grouu dalam menyediakan makanan bermutu untuk anak di Indonesia. Tak hanya itu, pihaknya melihat komitmen Grouu dalam memberikan pelayanan yang terbaik untuk para orang tua dengan menghadirkan meal subscription management platform yang memudahkan para orang tua untuk mengatur jadwal pengiriman makanan secara real time.

“Selera Kapital siap mendukung Grouu melalui sinergi dengan berbagai portofolio maupun unit bisnis kami dalam kategori makanan dan minuman,” kata Donny. Grouu menambah jajaran portofolio investasi di Selera Kapital, sebelumnya ada ESB (Esensi Solusi Buana), Wahyoo, Yummy Corp, dan EVOS Esports.

Grouu telah menyajikan lebih dari 200.000 porsi MPASI pada 2021. Semua produk Grouu dibuat menggunakan bahan segar berkualitas tanpa tambahan pengawet, pewarna, penguat rasa, termasuk garam dan gula. Grouu juga telah mengantongi Sertifikat Laik Sehat dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta sehingga terjamin kebersihannya sebagai pilihan MPASI yang tepat untuk anak.

Setiap menu disusun bersama oleh tim ahli gizi, food scientist, dan koki untuk memenuhi kebutuhan nutrisi harian pada bayi. Grouu juga menyediakan berbagai pilihan tekstur makanan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan bayi di usia perkembangannya.

Orang tua dapat menikmati pengiriman gratis setiap harinya melalui paket langganan fleksibel yang didukung oleh meal subscription management platform yang memudahkan untuk memilih menu, maupun tekstur dengan mudah dan real time hingga kemudahan dalam melakukan berbagai perubahan mulai dari tanggal dan alamat pengiriman.

Resmikan T-Hub di Bali, Tokocrypto Ingin Dorong Penetrasi dan Literasi Aset Kripto di Indonesia

Penetrasi pasar aset kripto di Indonesia kini tengah berkembang pesat menjadi salah satu pasar terbesar di Asia Tenggara. Dengan lebih dari 273 juta orang yang tersebar di negara kepulauan terpadat ini, Indonesia layak menjadi lahan subur bagi teknologi dan bisnis apa pun yang beroperasi di atasnya dengan daya tarik yang optimal.

Di sisi lain, hal ini juga didukung oleh literasi yang semakin inklusif oleh para stakeholders yang berkecimpung di dalam ekosistem. Salah satunya platform marketplace aset kripto, Tokocrypto, dengan meluncurkan inisiatif barunya, T-Hub, di Bali. Hal ini juga disebut sebagai bentuk dukungan upaya pemulihan perekonomian daerah, sekaligus diharapkan membawa multiplier effect untuk membangkitkan ekonomi nasional melalui pengembangan ekonomi digital dan akselerasi industri berbasis wisata dan hospitality.

Dipilihnya Bali, karena memiliki potensi ekonomi digital dan kreatif, serta respons atas besarnya animo dan permintaan pasar investasi aset kripto di Pulau Dewata tersebut. Belum lama ini, Tokocrypto juga mendukung realisasi dari salah satu galeri offline NFT di Bali oleh Superlative Secret Society.

T-Hub merupakan inisiatif Tokocrypto dalam menghadirkan ‘rumah’ yang terbuka bagi para antusias dan komunitas untuk berdiskusi dan mengembangkan berbagai ide guna mendorong perkembangan investasi aset kripto di Tanah Air. Bali menjadi T-Hub kedua Tokocrypto setelah sebelumnya hadir di Patal Senayan, Jakarta.

CMO Tokocrypto Nanda Ivens melihat bahwa Bali memiliki potensi pengembangan pasar kripto yang cukup besar ke depannya. Hal ini ditandai dengan pertumbuhan jumlah investor aset kripto yang signifikan. Tokocrypto mencatat jumlah investor aset kripto di Pulau Dewata pada tahun 2020 sebanyak kurang lebih 900 pengguna yang berinvestasi di Tokocrypto lalu meningkat sangat pesat di tahun 2021, yaitu lebih dari 28.000 pengguna yang berinvestasi di Tokocrypto.

Melalui T-Hub, Tokocrypto bukan hanya menjadi sebuah platform, tetapi juga ekosistem yang mewadahi komunitas yang membutuhkan sarana kumpul, edukasi dan diskusi sekaligus mengembangkan berbagai ide tepat guna untuk mendorong perkembangan investasi aset kripto dan penggunaan teknologi blockchain di berbagai sektor digital di Indonesia.

“Sesuai misi kami, menjadikan crypto legitimate dan mainstream dan dengan value yang dimiliki Tokocrypto yaitu; trust, transparency, and synergy menjadi kekuatan kami untuk terus mengedukasi, mengadvokasi dan meng-empower demi perkembangan industri aset kripto dan teknologi blockchain,” tutup Nanda.

COO Tokocrypto Teguh Kurniawan Harmanda mengatakan, pihaknya secara aktif berdiskusi dan berkolaborasi untuk membangun kesamaan value (trust, transparency & synergy) dengan berbagai stakeholders. Bukan hanya dengan pemerintah, tetapi juga dengan asosiasi, media dan komunitas.

T-hub, tambah Manda, merupakan wujud komitmen Tokocrypto untuk memperluas kolaborasi demi mendukung perkembangan industri aset kripto dan blockchain melalui medium diskusi-diskusi untuk penguatan regulasi dan pengawasan agar industri dan ekosistem kripto dan blockchain lebih aman dan lebih dipercaya masyarakat Indonesia.

Dukungan pemerintah

Regulasi aset kripto beserta turunannya di Indonesia masih memiliki banyak celah dan butuh lebih dielaborasi. Namun, satu yang pasti, fungsi yang bisa diamalkan oleh aset kripto saat ini hanyalah sebagai komoditas atau aset, bukan alat pembayaran. Hal ini turut dipertegas oleh Wakil Menteri Perdagangan Indonesia, Jerry Sambuaga, “[..] Bahwa alat pembayaran yang sah hanya Rupiah.”

Dalam kesempatan ini, Jerry  juga mengungkapkan pertumbuhan dan perkembangan aset kripto yang luar biasa di Indonesia. Hingga Desember 2021 lalu, terdapat sekitar 11,2 juta pengguna aktif aset kripto di bulan Desember 2021 dengan total transaksi mencapai 859 triliun rupiah dengan rata-rata 2,7 triliun transaksi per hari.

Selain itu, pihak Kementerian Perdagangan kembali menegaskan bahwa bursa untuk aset kripto sedang dalam proses finalisasi dan akan segera diresmikan dalam waktu dekat. Pendirian bursa ini dirasa penting untuk menghidupkan serta menggairahkan ekosistem aset kripto di Indonesia. Di samping lebih terintegrasi, juga untuk memberikan rasa aman bagi para shareholder.

Lebih lanjut, Jerry menyinggung bahwa Bappepti sebagai bagian dari Kementerian Perdagangan akan bertugas untuk memastikan operasional bursa sehingga semuanya bisa terintegrasi. Hal ini semata-mata untuk meminimalisir risiko terjadinya kecurangan atau kelalaian oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. “Jadi semua akan melihat ke bursa sebagai acuan dan instrumen utama. Ini merupakan komitmen pemerintah untuk memastikan bahwa perlindungan konsumen adalah yang utama,” tambahnya.

Menurut data yang dikeluarkan oleh Bappepti, hingga saat ini, terdapat 11 penyelenggara aset kripto yang terdaftar di serta 229 aset kripto yang dapat diperdagangkan di Indonesia.

Sehari sebelum peresmian T-Hub Bali, Tokocrypto melakukan penandatanganan MoU dengan BRI Ventures, perusahaan modal ventura milik PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), menciptakan TSBA (Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator) untuk bersama-sama membangun ekosistem inkubasi berbagai startup yang didukung teknologi blockchain.

Application Information Will Show Up Here

Lumina Dapat Pendanaan dari Y Combinator dan Alpha JWC Ventures

Startup platform komunitas kerja Lumina mendapat pendanaan dari Y Combinator (YC) dan Alpha JWC Ventures dengan nominal yang dirahasiakan. Melalui pendanaan ini, Lumina memiliki misi untuk membantu sebanyak 80-120 juta pekerja kerah biru di Indonesia yang punya keterbatasan akses dan kesempatan layak mencari pekerjaan dan mengembangkan karier.

Lumina mengklaim sebagai platform pertama yang menyediakan fitur komunitas profesional untuk pekerja kerah biru (blue collar) di Indonesia. Platform ini menyediakan sistem rekrutmen dan benefits berbasis komunitas.

Dalam keterangan resminya, Co-founder & CEO Lumina Aswin Andrison mengatakan, pihaknya berupaya tak hanya memberikan akses terhadap pemberi kerja, tetapi juga terhadap pengembangan diri, dan peluang untuk meningkatkan ekonomi lebih baik.

“Dengan memanfaatkan kekuatan komunitas eksklusif kami dan rekomendasi pekerjaan berbasis kecerdasan buatan, kami ingin mendemokratisasikan perekrutan dan mengautomasi pencocokan kualitas antara pekerja kerah biru dan pemberi kerja,” ujar Aswin.

Lumina didirikan pada September 2021 oleh Aswin Andrison, seorang serial entrepreneur yang memiliki fokus pada pekerja kerah biru, FMCG, grosir, dan UMKM selama 16 tahun terakhir. Selain Aswin, mantan developer Twitter Tri Ahmad Irfan ikut mendirikan Lumina.

Aswin sendiri sebelumnya sempat mendirikan Stoqo pada tahun 2017, lalu bisnis tersebut ditutup pada April 2020.

Dalam dua bulan terakhir, Lumina memiliki lebih dari 100 ribu pencari kerja, di mana sebanyak 20 ribu lowongan pekerjaan telah terisi. Lumina juga mencatat 1.000 pendaftar baru dan penambahan 3.000 pekerja baru setiap harinya.

Group Partner Y Combinator Gustaf Alstromer mengungkap, pendanaan ini akan membantu membuka potensi Lumina untuk membawa perubahan kepada tenaga kerja Indonesia. “Kami telah melihat startup di negara lain menghadirkan pasar tenaga kerja ini secara online dan tim Lumina adalah tim yang tepat untuk menghadapi tantangan ini,” tuturnya.

Sementara itu Co-Founder & General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe menambahkan bahwa Lumina akan memegang peran penting dalam memaksimalkan tenaga kerja, potensi individu, dan bisnis.

Upaya mengakomodasi pekerjaan kerah biru

Pekerja blue collar didefinisikan sebagai orang-orang yang melakukan kerja kasar untuk suatu organisasi dan upahnya dibayarkan setiap jam. Pekerja di kategori ini sering diidentikkan sebagai pekerja yang tidak memerlukan pendidikan tinggi dan hanya membutuhkan kekuatan fisik. Umumnya, pekerja kerah biru mencakup bidang manufaktur, penambangan, hingga konstruksi.

Berdasarkan sebuah riset, tingkat turnover alias pergantian/perputaran pekerja kerah biru di mencapai 20%. Kondisi ini dapat memberatkan perusahaan karena mengacu survei yang sama, biaya untuk mengatasi turnover bisa mencapai $4.569. Menurut data BPS di 2019, kalangan low skill worker mendominasi sektor informal dengan angka 57,27%.

Pelaku startup di Indonesia mulai melirik peluang untuk mengatasi berbagai masalah di kalangan pekerja kerah biru sejak beberapa tahun terakhir. Beberapa startup yang menyediakan pekerjaan kerah biru antara lain MyRobin, Sampingan, dan Workmate. Platform ini ada yang berbasis aplikasi keagenan atau job marketplace.

RateS Tutup Investasi 85,8 Miliar Rupiah, Terdiri dari Pendanaan Ekuitas dan Debt

Startup pengembang platform social commerce RateS telah mendapatkan pendanaan segar dengan total nilai $6 juta atau setara 85,8 miliar Rupiah. Putaran lanjutan ini terbagi ke dalam dua bentuk, yakni $4,5 juta untuk pendanaan ekuitas dan $1,5 juta untuk pendanaan debt.

KVision dari Kasikon Bank bergabung menjadi investor baru. Sementara pendana sebelumnya yakni Vertex Ventures, Insignia Ventures Partners, dan Genesis Ventures juga terlibat di dalamnya.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CSO RateS Albert Ho mengatakan, dana segar ini akan dilanjutkan dengan penggalangan dana seri B yang ditargetkan bisa ditutup tahun ini. Dengan bergabungnya Kasikorn Bank, RateS juga tertarik untuk menjajaki produk pembiayaan baru untuk mitra reseller dan pengguna akhir mereka.

“Kami akan memperluas kehadiran di kota tier-2 dan 3 lainnya, memperkuat tim pengembangan produk, dan investasi lebih besar ke bisnis private label kami, yakni Hozu dan Kidzu,” ujar Albert.

Sebelumnya RateS mengumumkan pendanaan seri A mereka pada Februari 2021 dengan nominal yang tidak disebutkan. Vertex Ventures dan Genesis Ventures memimpin pendanaan ini. Mereka membukukan pendanaan awal dari Alpha JWC Ventures dan Insignia Ventures Partners sejak tahun 2018 lalu.

“2021 adalah tahun pertumbuhan yang luar biasa bagi kami, dengan peningkatan 4x lipat sejak tahun 2020. Saat ini, kami juga memiliki tim offline yang hadir di 25 kota, sambil melakukan pengiriman ke lebih dari 300 kota. Putaran [dana] perpanjangan ini merupakan bukti keyakinan investor atas pertumbuhan kami,” imbuh Albert.

Pertumbuhan social commerce di Indonesia

Lewat aplikasi RateS, siapa saja bisa berjualan (menjadi reseller) tanpa harus membeli stok barang terlebih dulu. Pengguna bisa membuat sebuah lapak online berisi berbagai produk sesuai yang ada di katalog RateS, selanjutnya mempromosikannya melalui kanal online dan offline yang dimiliki. Sebagai mitra, reseller akan mendapatkan harga beli khusus dan harga jual ke konsumen sehingga mendapatkan keuntungan.

Menurut proyeksi dari McKinsey, nilai GMV yang akan dihasilkan industri e-commerce di Indonesia akan mencapai $65 miliar pada 2022 mendatang. Social commerce sendiri memiliki dapat menyumbang sampai $25 miliar pada capaian tersebut.

Secara ekosistem, pemain social commerce lokal juga terus berdatangan dengan pendekatan yang unik. Namun satu hal yang nyaris sama, dilakukan semua platform, adalah menyasar kalangan pengguna di kota-kota kecil. Sementara pengguna di kota besar sudah terbiasa dengan e-commerce atau online marketplace, di daerah pinggiran masih banyak potensi yang belum terakomodasi dari dua layanan tersebut.

Salah satu hal yang dilakukan social commerce adalah menjembatani antara kebutuhan masyarakat untuk berbelanja online namun belum memiliki kemampuan atau akses [misalnya ke sistem pembayaran] untuk melakukannya sendiri. Peran reseller untuk membantu proses tersebut.

Sejumlah pemain yang mengaplikasikan model bisnis social commerce adalah Evermos, Raena, Dagangan, Kitabeli, dan lain-lain.

Application Information Will Show Up Here

Grab dan Singtel Bergabung sebagai Investor Strategis Bank Fama

PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (IDX: EMTK) melalui PT Elang Media Visitama mengumumkan bergabungnya Grab dan Singtel sebagai investor strategis PT Bank Fama International (FAMA). Baik Grab dan Singtel mengakuisisi sebanyak 16,26% saham Bank Fama.

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Grab Holdings Limited (Grab) dan Singtel Telecommunications Limited melalui Singtel Alpha Investments Pte. Ltd. melakukan penyertaan modal lewat penerbatan saham baru di Bank Fama.

Keduanya sepakat mengakuisisi masing-masing sebanyak 2,35 miliar lembar saham baru di Bank Fama atau setara 16,26% dari modal ditempatkan dan disetor Bank FAMA yang telah ditingkatkan.

Usai penerbitan saham baru kepada Grab dan Singtel, komposisi kepemilikan saham EMV di Bank Fama menjadi 62,76%, PT Nusantara Berkat Agung menjadi 4,72%, serta Grab dan Singtel masing-masing memiliki 16,26%.

“Investor strategis ini dalam rangka akselerasi dan pengembangan usaha serta ekosistem digital Bank Fama,” demikian pernyataan dalam keterbukaan informasi BEI.

Adapun, kesepakatan penyertaan saham Grab dan Singtel tertuang dalam Akta Pernyataan Keputusan Pemegang Saham PT Bank Fama International Nomor 2 pada 5 Januari 2022.

Sebelumnya, EMTEK telah mencaplok sebanyak 9 miliar lembar saham Bank Fama atau mewakili 93% dari seluruh modal yang ditempatkan dan disetor. Aksi korporasi ini telah dirampungkan pada Desember 2021. 

Sebagai informasi, Bank Fama berkantor pusat di Bandung dan berdiri sejak 1993 sebagai bank umum dengan modal awal disetor Rp10 miliar. Bank Fama memiliki beberapa jaringan kantor secara online di Bandung, Jakarta, dan Tangerang dengan fokus pasar pada segmen ritel, khususnya UKM. Pada Desember 2020, Bank Fama memiliki modal inti utama senilai Rp1,001 triliun.

Keterlibatan Grab di bank digital

Cukup menarik jika menilik sekilas tentang keterlibatan Grab sebagai salah satu investor strategis di bank digital milik Emtek. Apabila ditelusuri jejak perjalanan keduanya, Grab bukanlah nama baru bagi perusahaan konglomerasi media ini.

Tahun lalu saja, Emtek menyuntik PT Grab Teknologi Indonesia atau Grab Indonesia senilai Rp5,44 triliun sebagai tanda sinergi yang lebih dalam. Per Juni 2021, Emtek tercatat mengantongi 5,88% saham di Grab Indonesia.

Kemudian, baru-baru ini Grab dan Bukalapak ikut terlibat dalam penyerapan right issue di Allo Bank, yang notabene merupakan bank digital milik konglomerat Chairul Tanjung alias CT. Bukalapak kini memiliki 11,49% saham di Allo Bank.

Seperti diketahui, PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) merupakan entitas asosiasi melalui PT Kreatif Media Karya (KMK) yang adalah anak usaha Emtek di bidang media dan digital. Per 31 Maret 2021, Emtek melalui KMK telah menggenggam sebesar 34,88% saham di Bukalapak.

Afiliasi antara Emtek, Grab, dan Bukalapak tampaknya menunjukkan benang merah yang kuat untuk bersama-sama memperluas cakupan ekosistem produk, terutama pada layanan keuangan, melalui kendaraan bank digital di Indonesia.

Bergabungnya Grab juga memperkuat kabar sebelumnya tentang upaya integrasi ekosistem digital yang lebih luas dari commerce, online-to-offline (O2O), dan pembayaran digital di Bank Fama. Di Grab sendiri, super app ini memiliki ekosistem layanan lengkap yang dapat terintegrasi dengan layanan keuangan digital Bank Fama,

Demikian juga Bukalapak masuk melalui Allo Bank, yang mungkin akan menggunakan pendekatan berbeda. Bukalapak diketahui tengah fokus menggenjot jangkauan lini usaha Buka Mitra ke pelaku UMKM di daerah-daerah. Buka Mitra merupakan motor penggerak pertumbuhan kinerja Bukalapak. Keterlibatannya di Allo Bank dapat memampukan perusahaan untuk melakukan penetrasi ke lebih banyak pelaku usaha.

Namun, bukan tidak mungkin, ada potensi sinergi yang lebih besar terjadi antara Bank Fama dan Allo Bank.

Tokocrypto dan BRI Ventures Resmikan Program Akselerator Blockchain

Setelah peluncuran TokoLaunchpad versi 2.0 di akhir 2021 lalu, Tokocrypto kini berkolaborasi dengan BRI Ventures melalui inisiatif Sembrani Wira Akselerator mengembangkan Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA). Program ini bertujuan untuk memberdayakan proyek startup dengan teknologi blockchain dan tokenisasi di Indonesia.

CEO Tokocrypto Pang Xue Kai menyebut kolaborasi ini sebagai pencapaian karena berhasil mendapatkan kepercayaan dari salah satu CVC di bawah naungan bank pelat merah Indonesia, BRI Ventures. Harapannya untuk program akselerator ini dapat mengembangkan ekosistem dan memberi dampak bagi industri startup dan blockchain di Indonesia.

“Kami berharap, kolaborasi ini dapat menjadi akselerator dari berbagai inisiatif Web3 dan perkembangan ekosistem metaverse. Terlebih kami memiliki dua dana ventura yang tengah berkembang yaitu Sembrani Nusantara dan Sembrani Kiqani yang berfokus pada pendanaan di sektor-sektor non-fintech,” ungkap CEO BRI Ventures Nicko Widjadja dalam pernyataan resmi.

Program akselerator dan kriteria pesertanya

Melalui TSBA, kedua perusahaan membentuk program akselerator yang menyediakan modul ekstensif khusus dirancang demi membawa proyek dan startup blockchain untuk muncul ke panggung dunia. Program ini meliputi berbagai aspek seperti pengembangan teknologi blockchain itu sendiri, nilai ekonomi atau tokenomics, pembentukan budaya tim, pendampingan untuk listing, serta fundraising.

Adapun kriteria proyek blockchain untuk program ini adalah startup yang sudah memiliki validasi dari sisi kapital atau pendanaan tahap awal. Lalu, perusahaan juga diwajibkan untuk memiliki teknologi blockchain sendiri serta rencana pengembangan secara smart contract. Lalu, perusahaan harus sudah memiliki working products atau white paper secara tokenomics. 

Markus Liman Rahardja, VP of Investment dan Business Development BRI Ventures yang turut hadir dalam acara penandatanganan MoU di Seminyak, Bali (20/1) menyoroti bahwa dua sisi aspek penggalangan dana yaitu crypto fundraising dan venture fundraising akan menjadi fokus dari partisipasi BRI Ventures.

BRI Ventures sendiri telah melakukan investasi ke lebih dari 18 startup baik fintech maupun non-fintech dan meluncurkan dua dana ventura yang diikuti oleh Grab Ventures, Celebes Capital, Mahanusa Capital, Buana Investment, Pulau Intan, dan beberapa bisnis keluarga.

Dana Ventura Sembrani Nusantara yang diluncurkan pada awal 2021 telah melakukan investasi di bidang agritech seperti Sayurbox, sektor new retail seperti Haus!, Brodo, Yummy Corp, dan sektor logistik seperti Andalin. Sedangkan, Dana Ventura Sembrani Kiqani yang baru diluncurkan awal tahun 2022 dengan fokus di sektor D2C atau consumer brands serta metaverse.

Menyediakan hub bagi para penggiat kripto

Selama tahun 2021, Tokocrypto dengan gerilya meluncurkan berbagai inisiatif untuk mengembangkan ekosistem aset kripto di Indonesia. Mulai dari meluncurkan token sendiri (TKO) di bulan April lalu, meresmikan platform marketplace NFT (TokoMall) di bulan Agustus, hingga menggandeng Bekind untuk mengembangkan berbagai CSR program melalui TokoCare.

Bersamaan dengan peluncuran TSBA, Tokocrypto resmi mengenalkan T-Hub yang berlokasi di Batubelig, Bali. Ini diharapkan bisa menjadi sarana edukasi dan berkumpulnya komunitas untuk berdiskusi dan mengembangkan berbagai ide guna mendorong perkembangan investasi kripto di Bali. Sebelumnya, Tokocrypto telah lebih dulu mengoperasikan T-hub yang berlokasi di Senayan, Jakarta.

Sebagai marketplace aset kripto yang legitimate, Tokocrypto merasa adalah sebuah keharusan untuk bisa mewadahi setiap kegiatan yang berpotensi untuk mengembangkan ekosistem aset kripto, “Karena salah satu cara agar blockchain dan aset kripto bisa mengakar dan bertumbuh dalam industri ini adalah dengan koneksi. Maka dari itu, Tokocrypto ingin menjembatani semua kebutuhan terkait pengembangan aset kripto di tengah sistem finansial tradisional yang ada,” tutup Kai.

Di luar TSBA, hingga saat ini, sudah ada berbagai startup maupun proyek yang berpartisipasi program inkubator TokoLaunchpad yang sudah berjalan. Beberapa di antaranya termasuk Play it Forward DAO, Avarik Saga dan Nanovest. Kai juga menyebutkan terdapat lebih dari 15 startup maupun proyek yang masih dalam tahap penjajakan.

Sebagai informasi, proses registrasi program akselerator TSBA akan ditutup pada 10 Februari 2022, lalu peserta yang lolos seleksi akan diumumkan pada 14 Februari 2022, sementara kick-off akselerator akan dimulai pada 21 Februari 2022.

Application Information Will Show Up Here

Mandiri Capital Lanjutkan Tesis Investasi “Beyond Fintech”, Siap Danai Empat Startup Baru Tahun Ini

Mandiri Capital Indonesia (MCI) mengungkapkan akan menyuntik tiga hingga empat startup baru yang bergerak di sektor fintech dan fintech enabler sepanjang tahun 2022 ini. MCI akan masuk dengan nominal mulai dari Rp100 miliar ke atas ke tahapan investasi yang lebih beragam dari tahap awal hingga seri C, melalui fund yang berbeda-beda di bawah naungan MCI.

Vertikal startup yang diincar “beyond fintech”, mulai dari corporate enabler, SME enabler, wealthtech, earned wage access (EWA), logistic tech, dan edutech. Kepada DailySocial.id, Direktur Utama MCI Eddi Danusaputro mengatakan strategi tesis MCI dalam berinvestasi itu bergantung pada fund yang dikelola. Bila fund tersebut datang dari Mandiri Group, sudah tentu harus berkaitan dengan mandat grup, yakni mendorong inisiatif transformasi dan dampak positif bagi Mandiri Group melalui optimalisasi sinergi.

“Kami selalu mencari apa kebutuhan dari grup, seperti itu tesisnya. Baru kemudian mencari startup-startupnya. Dana dari Mandiri juga terus bergulir, terkadang bisa untuk dua tahun, atau ada setahun dua kali, itu semua kembali lagi dari kebutuhannya,” kata Eddi.

Menurut dia, sejauh ini MCI baru mengelola dua fund aktif. Pertama, fund yang dananya bersumber dari Mandiri Group. Kedua, Indonesia Impact Fund (IIF) yang menitikberatkan pada startup yang menciptakan dampak lingkungan dan sosial merujuk pada lima tujuan dalam SDG (sustainable development goals). Untuk IIF sejauh ini telah menyuntik satu startup dengan detail dirahasiakan.

Eddi juga mengonfirmasi bahwa fund baru yang menargetkan pada LP di luar Mandiri Group masih berlangsung sampai sekarang. Dia beralasan mandegnya rencana tersebut disebabkan oleh pandemi Covid-19. Awalnya, rencana tersebut sudah dibentuk sejak 2019 dengan target dana sebesar $100 juta. MCI sudah melakukan roadshow ke Jepang dan Korea Selatan untuk proses penggalangan dananya.

Tahun 2021

Sepanjang tahun lalu, MCI berpartisipasi dalam tujuh pendanaan, terdiri atas tiga investasi baru dan empat investasi follow-on. Bila dirinci sebagai berikut, I) investasi baru untuk Bukalapak, dalam pendanaan Pra-IPO dengan nominal dirahasiakan; II) AyoConnect untuk pendanaan pra-seri B dengan jumlah total sekitar Rp143 miliar; III) startup insurtech pada pertengahan Desember 2021.

Sementara, untuk investasi follow-on, terdapat investasi ke Amartha dengan jumlah total lebih dari Rp510 miliar; V) iSeller untuk pendanaan pra-seri B dengan total suntikan dana Rp120 miliar; VI) Crowdee untuk pendanaan seri B, dan VII) PrivyID untuk pendanaan seri B dengan nilai lebih dari Rp251 miliar.

Menjelang akhir tahun lalu, MCI bersama empat CVC BUMN lainnya dilibatkan oleh pemerintah untuk mendukung Merah Putih Fund (Dana Ventura Merah Putih atau MPF). MPF adalah sebuah inisiatif dari Kementerian BUMN sebagai dana kelolaan yang bertujuan untuk mengakselerasi startup lokal yang berpotensi menjadi unicorn.

Dalam fase pertama, MPF akan menutup dana kelolaan sebesar $300 juta atau setara 4,3 triliun Rupiah yang didukung lima BUMN. Sejauh ini MPF belum beroperasi, baru diumumkan secara resmi oleh Presiden. Lima CVC BUMN yang terlibat dalam awal pembentukan dana kelolaan ini, termasuk MCI, masing-masing akan mengirimkan perwakilan untuk ditempatkan sebagai ‘Co-Fund Manager.’

Target investasi yang dibidik adalah tahap lanjutan untuk startup yang masuk status soonicorn/centaur.

StaffAny Dapat Pendanaan dari East Ventures dan Sejumlah Investor, Segera Ekspansi ke Indonesia

East Ventures ikut terlibat dalam putaran pendanaan seri A yang diperoleh StaffAny sebesar $3,4 juta atau 48,8 miliar Rupiah. StaffAny merupakan startup penyedia solusi untuk workforce management asal Singapura.

Dalam keterangan resminya, StaffAny mengungkap akan memanfaatkan pendanaan ini untuk meningkatkan skala bisnis dan timnya ke regional, khususnya ke pasar Indonesia dan Malaysia.

Adapun, pendanaan ini dipimpin oleh GGV Capital, turut pula berpartisipasi sejumlah investor FreakOut Shinsei Fund, Far East Ventures, Farquhar Venture Capital, serta beberapa angel investor, termasuk eks CFO Slack Allen Shim.

Sebagai informasi, StaffAny menawarkan solusi bagi pekerja blue collar untuk mengoptimalkan layanan operasional secara real-time dan terintegrasi , meningkatkan kinerja, dan memangkas biaya melalui pengembangan sejumlah fitur, seperti penjadwalan waktu kerja, pelacakan kehadiran karyawan, hingga pengajuan cuti.

Co-founder StaffAny Janson Seah mengatakan, kebutuhan terhadap digitalisasi workforce management di kalangan perusahaan terus meningkat yang dipicu oleh penerapan sistem Work From Home (WFH) selama pandemi Covid-19.

“Perusahaan mulai menyadari bahwa segala tools ini membantu mendorong skala [bisnis] secara efisien, serta menghasilkan data yang dapat meningkatkan operasional dan keuntungan,” ujar Janson.

Di 2021, StaffAny telah berhasil menjangkau pasar di tujuh negara,  solusinya telah membantu melacak lebih dari 11 juta jam kerja karyawan dan menghemat lebih dari 350.000 jam kerja.

Fleksibilitas kerja di masa pandemi

Survei Gartner mengungkap bahwa pandemi Covid-19 berdampak signifikan terhadap cara dan sistem kerja yang ada selama ini. Pemimpin bisnis di dunia menilai bahwa workforce management menjadi salah satu elemen untuk menuju sukses di masa depan.

Gartner juga melaporkan bahwa pengelolaan tenaga kerja full time secara tradisional atau berbasis di kantor dinilai sudah ketinggalan zaman dan tak lagi relevan untuk memenuhi kebutuhan bisnis yang cepat berubah.

Sebanyak 32% perusahaan mempertimbangkan untuk mengganti karyawan tetap dengan pekerja kontingen dan gig untuk menghemat biaya. Keduanya menawarkan fleksibilitas terhadap workforce management yang lebih besar.

Tak hanya itu, kombinasi tenaga kerja dengan AI, otomatisasi, dan teknologi canggih lainnya dinilai dapat berdampak besar terhadap pengelolaan pekerjaan yang lebih gesit, scalable, dan ulet. Apalagi dengan semakin berkembangnya sistem kerja dari rumah, karyawan bisa mendapatkan fleksibilitas kerja.

Berdasarkan laporan ReportLinker, pasar solusi workforce management di dunia diestimasi mencapai $3,5 triliun di 2020 dan diproyeksi mencapai $3,86 triliun di 2021. Dengan CAGR 8,68%, nilainya diestimasi naik menjadi $6,38 triliun di 2027.

Startup Kesehatan Mental Riliv Bukukan Pendanaan Awal Dipimpin East Ventures

Startup penyedia layanan kesehatan mental (mental health) Riliv mengumumkan telah meraih pendanaan tahap awal (seed round) yang dipimpin oleh East Ventures. Tidak disebutkan nominal investasi yang diberikan, sejumlah investor turut andil di putaran ini termasuk Benson Capital, Sankalpa Ventures, Teja Ventures, Telkom Indonesia melalui program akselerasi Indigo, dan angel investor Shweta Shrivastava.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk memperluas layanan kesehatan mental Riliv ke sektor yang lebih luas, seperti masyarakat umum yang membutuhkan layanan kesehatan terintegrasi, serta industri yang spesifik memberikan akses tenaga kesehatan mental bagi karyawan.

“Terdapat peningkatan pengguna Riliv hingga hampir 400% selama pandemi baik dari pekerja maupun pengguna umum seperti pelajar dan ibu rumah tangga. Kebanyakan dari mereka memiliki masalah yang dengan perasaan cemas dan tidak aman terkait kondisi mereka saat ini,” ujar Co-Founder & CEO Riliv Audrey Maximillian Herli.

Lebih lanjut Audrey mengatakan, “Kehadiran konseling daring dan konten-konten mindfulness yang terpadu dari Riliv dapat memperkenalkan kesehatan mental sebagai kebutuhan yang wajar bagi Gen Y, Z, dan Alpha dalam bonus demografi Indonesia saat ini. Kami membuka pintu bagi semua pihak untuk bekerja sama menanggulangi kesehatan mental bersama.”

Seiring perkembangannya, Riliv terus bertumbuh hingga menyediakan layanan konseling psikolog daring lewat sebuah aplikasi. Pengguna bisa memanfaatkan self-help seperti meditasi, journalling, dan juga sleepcast untuk membantu istirahat. Selain itu, Riliv juga menawarkan layanan Employee Assistance Program yaitu Riliv for Company yang menjangkau perusahaan untuk mendapatkan layanan konseling dan program wellness bagi karyawan.

“COVID-19 semakin meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan mental. Layanan Riliv menjadi semakin relevan dengan kebutuhan pasar saat ini dan kami yakin Riliv dapat membantu masyarakat Indonesia untuk mendapatkan akses layanan kesehatan mental dengan mudah. Kami senang bisa mendukung Maxi dan Audy untuk memajukan industri mental health di Indonesia,” sambut Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Layanan terkait mental health bermunculan

Isu kesehatan mental memang tengah menjadi topik populer akhir-akhir ini. Riset Kesehatan Dasar 2018 yang diselenggarakan oleh Kemenkes menunjukkan bahwa lebih dari 21 juta jiwa masyarakat Indonesia mengalami masalah psikologis emosional dan depresi. Riset pada tahun 2020 juga menunjukkan bahwa gangguan mental meningkat hampir 2 kali lipat saat pandemi Covid-19.

Melihat peluang tersebut, sejumlah startup hadir dengan berbagai bentuk layanan kesehatan mental. Beberapa pemain yang mirip dengan Riliv adalah Kalbu, Kalm, Bicarakan.id, hingga Halodoc yang turut gulirkan paket layanan kesehatan mental di ekosistem telemedisnya.

Application Information Will Show Up Here