Teja Ventures Rampungkan Penutupan Dana Kelolaan Pertama 143,6 Miliar Rupiah

Hadir sebagai venture capital yang memiliki fokus lensa gender, Teja Ventures  mengumumkan telah merampungkan pendanaan pertama mereka. Nilai dana kelolaan yang diterima sekitar $10 juta atau sekitar 143,6 miliar Rupiah. Dana diperoleh sejumlah family office di Asia.

Kepada DailySocial.id, Partner Teja Ventures David Soukhasing mengungkapkan, dengan dana segar ini pihaknya memiliki rencana untuk mendukung 18 portofolio yang saat ini sudah dimiliki.

“Terutama karena di antara mereka saat ini tengah mengalami pertumbuhan bisnis dan dalam proses finalisasi penggalangan dana, di mana Teja Ventures memimpin pendanaan tersebut,” kata David.

Platform seperti Siklus, Binar, Riliv, Burgreens, Lifepack, Green Rebel, Klikdaily adalah startup yang telah didanai oleh Teja Ventures. Saat ini mereka tengah dalam tahap finalisasi pendanaan kedua dan mengklaim telah mendapat dukungan dari investor.

Teja Ventures mengklaim sebagai venture capital pertama yang berkomitmen untuk berinvestasi dengan lensa gender di seluruh Asia. Negara seperti Tingkok hingga Asia Tenggara menjadi pasar yang mereka sasar. Sementara kategori startup yang ditargetkan adalah di bidang keuangan inklusif/fintech, consumption, edutech, dan new economy.

Dukung bisnis yang dimiliki perempuan

Dikenal juga sebagai Managing Director ANGIN, David bersama relasinya Virginia Tan, yang juga merupakan klien dari ANGIN, mendirikan Teja Ventures. Pendanaan yang diberikan Teja Ventures menargetkan perusahaan yang memiliki impact positif dalam demografi perempuan sebagai konsumen sebagai bagian dari supply chain dan secara keseluruhan sebagai penggerak ekonomi dalam model bisnis mereka.

Meskipun mengklaim sebagai lensa gender investor, namun secara khusus konsep tersebut tidak hanya mendukung pendiri startup perempuan saja. Tidak menutup kemungkinan pendiri startup laki-laki juga bisa dilirik oleh Teja Ventures, yang perlu diperhatikan adalah mereka harus memahami dan secara efektif bisa menangkap pengguna perempuan.

“Kami senang melihat bahwa beberapa investor sekarang memasukkan pola pikir ini ke dalam tesis investasi mereka dan kami melihatnya akan mengarah pada lebih banyak peluang untuk scale, aliran modal, dan dampak gender di Indonesia,” kata David.

Kolektibel Gaet Musikus Lokal Masuk ke NFT, Segera Rilis Maret 2022

Platform marketplace NFT Kolektibel mengumumkan kreator berikutnya, kali ini datang dari industri musik, yang digandeng untuk terjun ke NFT, bernama Laleilmanino. Saat ini waitlist sudah dibuka dan rencananya akan meluncur pada Maret 2022 mendatang.

Laleilmanino merupakan trio produser rekaman yang beranggotakan Nino RAN, serta gitaris dan kibordis Maliq & D’Essentials, Lale dan Ilman. Pada awal kemunculan Kolektibel bersama mitra pertamanya, berhasil menjual lebih dari 525 NFT yang dibuat bersama Liga Basket Indonesia (IBL).

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, CEO Kolektibel Pungkas Riandika menceritakan anggota Laleilmanino memiliki passion sebagai pencipta lagu (composer) yang ingin aktif berkarya menciptakan lagu. Sebelumnya, passion tersebut belum bisa terakomodasi dengan maksimal ketika mereka berkarir di grup musik masing-masing.

“Di Laleilmanino mereka enggak perform, tapi sebagai penulis lagu. Artinya, IP-nya mereka yang pegang. Semangat itu pas dengan Kolektibel dan akhirnya sepakat untuk kerja sama,” kata Pungkas.

Dalam keterangan resmi, Nino RAN menyampaikan antusiasmenya terhadap kerja sama ini. Ia percaya bahwa NFT adalah bentuk pengembangan paling mutakhir di industri hiburan saat ini. “Kami menyadari bahwa dunia musik terus berinovasi. Kami melihat NFT bukanlah sebuah tren sesaat, melainkan era baru bagi industri musik masa depan,” ujarnya.

Sebagai pemilik IP, Laleilamino akan mengutilisasi aset-asetnya, mulai dari dokumentasi penciptaan lagu, mulai dari penggalan lirik, voice note, foto, workshop, dan lain-lainnya untuk dijadikan sebagai NFT. Untuk menciptakan unsur rarity (kelangkaan), sebagai komponen penting di fundamental NFT, Laleilmanino akan memberikan penawaran eksklusif kepada para kolektornya dengan berbagai macam bentuk engagement, hingga berkesempatan mendapat royalti.

“Laleilmanino ini ingin bentuk komunitas karena mereka tahu pendengarnya itu cukup die hard [terhadap karya-karyanya]. Untuk itu, mereka mau lebih dekat dengan komunitasnya dengan memberikan penawaran eksklusif,” tambah Pungkas.

Saat ini, Laleilmanino telah membuka daftar tunggu (waitlist) untuk para penggemarnya melalui laman ini. Rencananya akan dirilis dalam dua bulan mendatang, sekitar Maret 2022.

Sedikit berbeda dengan NFT marketplace lain di Indonesia, Kolektibel tidak menggunakan mata uang kripto sebagai metode pembayaran NFT. Untuk membeli, orang-orang bisa menggunakan fiat alias mata uang yang berlaku di Indonesia, yakni Rupiah di berbagai instrumen pembayaran digital yang populer, seperti GoPay, OVO, dan Virtual Account.

Model bisnis Kolektibel

Sebagai catatan, Kolektibel menerapkan dua skema model bisnis dalam menjalankan kemitraannya dengan brand pemilik IP, yakni B2B dan B2C. Untuk B2B, Kolektibel menyediakan domain khusus untuk brand dalam mengakomodasi transaksi jual-beli NFT dan domain utama Kolektibel di kolom kategori. Sementara B2C, disediakan domain (contoh: kolektibel.com/customername) untuk para kolektor dengan kategori top spender dan VIP.

Setiap NFT yang terjual, baik itu di primary market atau pun di secondary market, para pemilik IP akan tetap mendapat revenue sharing dengan persentase yang sudah disepakati bersama.

Model bisnis seperti ini, menurut Pungkas, merupakan rangkaian untuk menciptakan efek Trifecta Synergy, yang melibatkan IP, Kolektibel, dan kolektor. Tujuan dari Trifecta Synergy tersebut adalah mendapatkan perluasan pasar dan memperkuat loyalitas merek dengan membidik transformasi dari pelanggan menjadi kolektor, menciptakan sebuah bisnis yang digerakkan oleh komunitas (community driven business).

Setelah industri musik, salah satu IP berikutnya yang akan digandeng Kolektibel datang dari stasiun televisi lokal. Karya seni digital, yang menjadi salah satu karya yang paling banyak di NFT-kan di pasar global, justru belum menjadi incaran Kolektibel berikutnya.

“Kami enggak akan buru-buru masuk ke sana [karya seni]. Kami ini unik dari yang lain [marketplace NFT] karena bisa dibeli pakai Rupiah dan setiap NFT selalu punya utilitasnya,” tutup dia.

Brankas Tutup Pendanaan Seri B 287 Miliar Rupiah, Dipimpin Insignia Ventures

Startup fintech penyedia solusi open finance Brankas mengumumkan penutupan putaran seri B senilai $20 juta (lebih dari 287 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh Insignia Ventures Partners dengan partisipasi dari investor sebelumnya, yakni Beenext dan Integra Partners. Dengan putaran ini, Brankas akan perluas jaringan, produk BaaS API di enam negara di Asia, dan menggandakan tim dari saat ini berjumlah 100 orang.

Lebih lanjut, dalam putaran ini juga turut diikuti oleh Visa, AFG Partners dan Treasury International, perusahaan modal ventura yang dipimpin oleh pendiri fintech veteran Jeff Cruttenden dari Acorns dan Eli Broverman dari Betterment.

Brankas adalah salah satu peserta dari program akselerator yang diselenggarakan Visa pada tahun lalu. Salah satu inovasi yang dikerjakan bersama Visa adalah penerbitan kartu kredit digital yang menggunakan kemampuan data Visa. Solusi ini dipamerkan saat demo day di September 2021.

Dalam keterangan resmi, Prinsipal di Insignia Ventures Partners Samir Chaibi menuturkan, Brankas memiliki perlengkapan yang baik dan posisi yang baik untuk mendukung percepatan industri open finance di Asia Tenggara. Pihaknya senang dapat bermitra dengan tim yang memiliki infrastruktur berbasis API kelas dunia yang dibangun untuk pasar utama Asia Tenggara untuk melayani pemain fintech yang sedang berkembang.

“Kami juga terkesan dengan pendekatan Brankas terhadap pengembangan pasar dan kemampuan mereka untuk meluncurkan dan menskalakan produk mereka dengan cara yang sesuai dengan peraturan sambil memastikan bahwa pengembang mendapat manfaat dari sumber data perbankan dan keuangan yang andal dan stabil dan seterusnya,” ucap Chaibi, Rabu (5/1).

Saat ini platform Brankas menawarkan lebih dari 10 BaaS API, termasuk di antaranya membuka rekening bank online, penilaian kredit, verifikasi identitas, transaksi e-commerce, dan solusi pembayaran untuk gig economy. Startup yang didirikan pada 2016 ini memiliki visi ingin mendemokratisasi akses ke data keuangan dan identitas untuk bank, lembaga keuangan tradisional, dan startup fintech.

Untuk lembaga keuangan, platform API Brankas membuka kemampuan digital dan aliran pendapatan baru seperti pembayaran online, verifikasi identitas dan pembukaan rekening, dan dengan ekstensi memperluas jangkauan mereka, terutama kepada pengguna yang secara historis sulit dilayani dengan layanan keuangan tradisional.

Sementara bagi perusahaan fintech, platform Brankas adalah jembatan untuk kebutuhan data penting untuk proses verifikasi atau penilaian yang seharusnya memakan waktu lebih lama untuk dikembangkan dan dioptimalkan bagi pengguna. Kasus penggunaan ini juga dimanfaatkan di luar layanan keuangan, seperti perusahaan e-commerce yang menggunakan API Brankas untuk memverifikasi dan mengamankan pembayaran di platform mereka.

Di seluruh industri dan kasus penggunaan, Brankas menawarkan sistem yang sesuai, andal, dan aman dalam skala besar untuk menyederhanakan kerumitan lokal dalam membangun dan mengoperasikan produk dan layanan fintech.

Saat ini solusi Brankas sudah dimanfaatkan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, Filipina, dan Thailand. Dalam waktu dekat, akan segera merambah ke Vietnam dan Bangladesh lewat kemitraan dengan pemain bank dan fintech terdepan di sana.

Mengutip dari Techcrunch, minat perusahaan terhadap solusi API BaaS Brankas mengalami pertumbuhan hingga 30% tiap bulannya. Kini ada lebih dari 40 lembaga keuangan dan 100 perusahaan teknologi dan mitra saluran. Semenjak banyak klien dari startup fintech berfokus pada kelompok unbanked dan underbanked, mitra Brankas meluas hingga perusahaan penyedia keuangan seperti remitansi dan e-wallet.

Co-Founder & CEO Brankas Todd Schweitzer menuturkan peluang yang begitu besar untuk industri open finance di Asia Tenggara. Menurut dia, open finance itu lebih dari sekadar pembayaran atau perbankan. Brankas membangun infrastruktur layanan keuangan generasi berikutnya di Asia Tenggara telah membuka peluang pengembangan produk keuangan baru, di wilayah yang secara historis didominasi oleh pemain lama yang mapan.

“Berkat jaringan mitra dan pelanggan kami yang berkembang, kami terus memperdalam pemahaman kami tentang peluang ini dan memimpin pengembangan solusi untuk membuka pintu ini bagi mereka di sini di Asia Tenggara,” ujar dia.

Dia melanjutkan, tahun 2021 kemarin adalah tahun terobosan bagi perusahaan karena membuka kesempatan bagi lembaga keuangan dan perusahaan untuk bermitra dalam bisnis baru dengan cara yang belum pernah ada sebelumnya bagi konsumen di Asia Tenggara.

Layanan open finance di Indonesia

Dibandingkan pemain sejenisnya, seperti Finantier dan Finverse, Brankas mengklaim dirinya sebagai satu-satunya perusahaan yang menawarkan API pembayaran teregulasi yang memungkinkan transfer bank langsung dan pengiriman uang tanpa perantara, serta pembayaran mata uang kripto dan e-wallet yang terhubung secara API.

Brankas sendiri menyampaikan empat poin terkait hal yang menjadi pembeda dengan para kompetitornya. Pertama, mereka lebih fokus pada “sisi pasokan” dari open finance, yakni membantu lembaga keuangan untuk menjadi “API-ready”. Solusi yang dihadirkan membantu bank untuk menghadirkan produk API komersial dalam jangka 6 minggu atau kurang.

Kedua, Brankas berupaya untuk membantu pemerintah menciptakan ekonomi open finance yang kompetitif dan diregulasi dengan baik, sehingga memilih terlibat aktif dan mengetuai asosiasi terkait untuk urun rembuk. Ketiga, jalinan kemitraan strategis regional yang terus dibangun menghadirkan teknologi dan solusi baru ke Indonesia; termasuk bersama Visa, APIX, dan Proxtera. Dan yang terakhir, Brankas ingin selalu memastikan agregasi API yang dihadirkan selalu dapat diandalkan secara performa dan keamanan.

Indosat Ooredoo Hutchison Rampung Merger, Kejar Inovasi Digital dan Jaringan 5G

Mengawali tahun baru, Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia mengumumkan telah menyelesaikan penggabungan usaha setelah menerima semua persetujuan hukum dan pemegang saham yang diperlukan. Dengan nama baru, Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), akan beroperasi dan tetap menjadi perusahaan terbuka di Bursa Efek Indonesia dengan ticker ISAT.

Penggabungan dua usaha ini akan menyatukan dua bisnis yang saling melengkapi untuk menciptakan perusahaan telekomunikasi dan internet digital berskala dunia di Indonesia. Perseroan memiliki kemampuan yang lebih baik untuk bersaing dan memberikan nilai lebih untuk semua stakeholder.

Lebih lanjut, penggabungan usaha ini turut mengubah jajaran direksi perseroan. Vikram Sinha, yang sebelumnya COO Indosat Ooredoo akan memimpin Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) sebagai CEO. Dari Tri Indonesia ada dua yang menjabat di IOH, yakni Muhammad Danny Buldyansyah (Director & Chief Regulatory Officer) dan Nicky Lee Chi Hung (Director & Chief Financial Officer).

Dari jajaran komisaris terdapat Eks Direktur Utama Indosat Ooredoo Ahmad Abdulaziz AA Al Neama dan Eks Direktur Utama Tri Cliff Woo Chiu Man menjadi komisaris bersama Patrick Walujo (Northstar Group). Sementara dari Indosat Ooredoo ada Irsyad Syahroni di posisi yang sama. Eks Menteri Kominfo periode 2014-2019 Rudiantara turut bergabung sebagai Komisaris Independen.

President Director dan CEO Indosat Ooredoo Hutchison yang Ditunjuk Vikram Sinha menyampaikan, perusahaan berada di posisi yang lebih kuat untuk menjadi industri telekomunikasi digital yang paling dipilih di Indonesia serta menjadi pemain penting dalam ekosistem 5G dan transformasi digital bangsa.

“Hari ini menandai dimulainya babak baru yang menarik bagi Indosat Ooredoo Hutchison. Saya merasa terhormat untuk memimpin perusahaan yang bersatu menjadi lebih besar dan lebih kompetitif, dengan didukung oleh pengalaman kelas dunia dan keahlian lokal yang terbukti, dalam upaya untuk menghubungkan dan memberdayakan seluruh masyarakat Indonesia,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Dia melanjutkan, “Kami akan membangkitkan rasa bangga dari masyarakat Indonesia dengan berkontribusi pada pertumbuhan digital dan ekonomi bangsa seraya mempersiapkan Indosat Ooredoo Hutchison untuk menjadi salah satu perusahaan telekomunikasi paling terpercaya di Asia Tenggara.”

Penggabungan usaha ini tidak berdampak pada pelanggan Indosat Ooredoo Hutchison sebab pelanggan akan terus menerima layanan dan penawaran. Untuk menandai hari pertama setelah merger, perseroan menawarkan bebas menelepon selama sebulan untuk para pelanggan hingga 200 menit sehari.

Mengutip dari Kontan, Director & Chief Strategy & Execution Officer Indosat Ooredoo Hutchison Armand Hermawan mengatakan, merger ini akan memberikan manfaat yang besar bagi seluruh pelanggan. Pasalnya, kekuatan finansial yang dimiliki dapat menjadi amunisi bagi perseroan untuk memberikan layanan yang lebih baik, termasuk meluasnya cakupan dan jaringan.

“Ada peningkatan efisiensi yang didapat karena perusahaan dapat mengalihkan investasi ke daerah-daerah lain, di luar daerah yang sudah padat dengan sinyal kami,” ucap Armand.

Terkait rencana pengembangan 5G, Director & Chief Regulatory Officer Indosat Ooredoo Hutchison Danny Buldansyah menambahkan, gabungan dua usaha ini akan menghasilkan spektrum yang mencukupi agar pergelaran 5G akan jauh lebih baik.

Pengembangan jaringan 5G

Pengamat industri telekomunikasi Moch S. Hendrowijono menuturkan dengan tambahan modal, perseroan memiliki manfaat strategis dengan skala yang lebih besar dan struktur biaya yang lebih efisien, spektrum frekuensi teragregat dan kapasitas, kecepatan dan layanan yang lebih handal.

Kondisi ini membuat perseroan siap melakukan investasi untuk jaringan 5G yang padat modal, sebab terjadi efisiensi di biaya modal untuk memperluas jangkauan. “Penggabungan infrastruktur memungkinkan mereka melakukan perluasan jangkauan dengan biaya modal lebih murah, memanfaatkan infrastruktur yang direlokasi, serta pengurangan duplikasi dalam penggunaan teknologi,” terangnya dikutip dari Kompas.com.

Tanpa banyak investasi, mereka dapat menambah jumlah BTS yang dioperasikan dengan merelokasi BTS yang ada, menjadi kelebihan dibandingkan operator lain. Saat ini BTS ex-Indosat ada sebanyak 235.885 BTS, sebanyak 70.109 buah merupakan BTS 4G, dan BTS ex-Tri ada di lebih 37.000 desa/kelurahan. Ada 18.000 BTS kedua operator yang berdekatan, sehingga bisa direlokasi untuk meluaskan jaringan yang berpotensi menambah jumlah pelanggan.

Bukan tidak mungkin jumlah pelanggan IOH akan mendekati Telkomsel. Sebab sebagai pemegang lisensi modern, IOH berkewajiban melayani seluruh Indonesia, tidak hanya Jawa dan Sumatera saja.

Gencar layanan digital

Setelah sektor digital ditinggal selama beberapa waktu, Indosat mulai gencar melakukan berbagai inisiatif digital. Beberapa yang sudah diluncurkan adalah IMove dan IMBeats. IMove adalah aplikasi wellness yang menawarkan pendekatan holistik untuk kesehatan yang optimal, dimulai dari gerakan, nutrisi, dan kesehatan emosional.

Sementara IMBeats adalah aplikasi streaming musik dengan pustaka musik lebih dari 50 ribu musik dan video klip yang dapat dinikmati. Selain mendengarkan musik secara streaming, pengguna dapat menggunakan aplikasi untuk membuat playlist lagu, menonton cuplikan video klip, hingga membaca berita dari musisi favorit.

Aplikasi konsumer Indosat, yakni myIM3 kini ditenagai dengan berbagai fitur, mulai dari fintech (UCan bersama Bank QNB Indonesia), keagenan (Kios myIM3), streaming video (Vidio, KlikFilm, trueID), e-commerce (iStyle.id), keyboard virtual (Bobble AI), dan gaming (myIM3 Games Club bersama AMK dan Own Games).

Sementara di Tri Indonesia sendiri, sektor digital menjadi fokus perusahaan mengingat bahwa 95% penggunanya didominasi oleh anak muda. Oleh karenanya, perusahaan memosisikan diri sebagai digital lifestyle provider dengan menyediakan beragam produk, mulai dari kartu perdana hingga isi ulang AlwaysOn dan Happy dengan harga hemat, masa aktif panjang, dan dilengkapi dengan produk unlimited internet mulai dari kuota harian hingga paket bundling berbagai aplikasi favorit pelanggan.

Pelanggan dapat mengikuti loyalty program poin BonsTri, berwirausaha bersama Bima Agent, menemukan potensi dalam bermain game dengan H3RO, dan mendapatkan ragam kemudahan dalam bertransaksi digital melalui aplikasi bima+. Produk H3RO dilengkapi dengan teknologi Tri Primeline, yang memungkinkan para pengguna mendapatkan akses prioritas di jaringan kuat 4.5G Pro, pengalaman bebas nge-lag dengan teknologi low latency. Tidak hanya ragam produk H3RO yang dihadirkan, 3 Indonesia juga menyediakan wadah untuk mengasah potensi gaming anak muda melalui H3RO Esports Tournament.

Application Information Will Show Up Here

Init-6 Berikan Pendanaan Kepada Platform Komunitas Developer “Showwcase”

Setelah sebelumnya berinvestasi di penyedia layanan cloud lokal IDCloudHost, awal tahun 2022 ini Init-6 kembali mengumumkan pendanaan kepada Showwcase.

Showwcase adalah startup asal Amerika Serikat yang secara khusus menghadirkan jaringan profesional yang dibangun untuk developer agar saling terhubung, membangun komunitas, dan menemukan peluang baru. Karena semakin banyak jumlah developer yang hadir secara online saat ini, menjadikan platform seperti Showwcase dinilai sangat relevan untuk mereka.

Putaran pendanaan kali ini adalah pendanaan tahap awal yang diterima oleh Showwcase. Tidak disebutkan lebih lanjut nilai investasi yang diberikan. Secara total saat ini Init-6 telah memiliki sekitar 15 portofolio. Sebagian besar adalah startup asal Indonesia. Saat ini Showwcase memiliki rencana untuk melakukan ekspansi di Indonesia.

Kepada DailySocial.id, Partner of Init-6 Nugroho Herucahyono mengungkapkan alasan mereka memberikan pendanaan kepada Showwcase adalah masih sedikitnya talenta digital saat ini. Ada ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan untuk talenta teknologi.

“Salah satu masalah yang kami amati adalah kurangnya solusi yang dapat mengakomodasi kebutuhan talenta teknologi untuk terhubung, berbagi pengetahuan, menunjukkan keterampilan teknologi, dan menemukan peluang di komunitas teknologi. Melihat masalah itu, kami yakin Showwcase bisa menjadi jawaban untuk mewakili kebutuhan talenta teknologi di pasar. Kami yakin bahwa platform Showwcase dapat menjembatani kesenjangan penawaran dan permintaan untuk talenta teknologi.”

Diluncurkan pada tahun 2020 lalu Init-6 didirikan dengan fokus mereka yaitu berinvestasi ke startup tahap awal. Init-6 memberikan investasi perdananya ke platform edtech Eduka. Rencananya sepanjang tahun 2022 ini, akan ada lagi rencana investasi Init-6 untuk startup di Indonesia.

Pertumbuhan platform untuk developer

Makin bertambahnya platform pelatihan seperti coding class hingga coding bootcamp, telah melahirkan developer baru di Indonesia. Namun demikian belum banyak platform yang memberikan peluang untuk mereka membuka jaringan dan memperluas wawasan. Showwcase ke depannya ingin menjadi wadah bagi para developer di Indonesia untuk menjalin relasi secara online.

Platform lokal yang sebelumnya juga menawarkan konsep serupa adalah Dicoding. Sejak awal, Dicoding memanfaatkan platform website yang dimiliki untuk menjangkau pengembang dan calon pengembang di Indonesia. Ada beberapa kegiatan yang bisa diikuti melalui web Dicoding, mulai dari kompetisi developer, acara developer, hingga kanal pembelajaran dengan topik pemrograman.

Platform lain yang menawarkan konsep serupa adalah Kotakode. Kotakode juga berfungsi sebagai kanal tanya jawab dan diskusi para programmer.

Analisis Pendanaan, Merger GoTo, Bank Digital, NFT, dan Artikel Populer Lain Sepanjang 2021

Salah satu tujuan DailySocial.id adalah menghadirkan wawasan mendalam seputar industri kepada ekosistem kewirausahaan digital di Indonesia. Sepanjang tahun 2021 –masih di tengah suasana pandemi Covid-19—ekosistem startup masih memperlihatkan dinamika yang menarik untuk diikuti. Unicorn baru, konsep bisnis baru yang menjadi populer, hingga aksi-aksi penting perusahaan turut andil di dalamnya.

Berikut ini kami rangkum sejumlah artikel populer di DailySocial.id sepanjang 2021. Daftar ini merupakan sajikan spesial, karena berisi ulasan/analisis mendalam seputar topik tertentu yang tengah banyak diperbincangkan oleh pemain industri.

Analisis Pendanaan

Data pendanaan selalu menjadi komoditas berita menarik dalam media bisnis dan startup teknologi. Kami memberikan rangkuman tren pendanaan setiap kuartal untuk melihat bagaimana sektor-sektor tertentu dalam industri mendapatkan perhatian dari para investor.

Banyak temuan menarik yang diungkapkan, sepanjang Q3 2021 ini pendanaan lanjutan (seri A dan di atasnya) mulai banyak mendominasi di ekosistem startup Indonesia, baik dari sisi nominal yang dibukukan ataupun jumlah transaksi.

Selengkapnya simak artikel-artikel berikut ini:

Bank digital mulai bersinar

Bisnis bank digital juga menjadi topik yang sangat hangat diperbincangkan sepanjang tahun 2021. Kehadiran model bisnis baru dalam perbankan tersebut digadang-gadang akan menjadi masa depan yang tengah dibentuk oleh pemain industri. Yang tak kalah menarik, banyak perusahaan digital turut andil di dalamnya, baik secara aktif dalam proses pengembangan maupun menjadi penyokong dana.

Untuk memahami perspektif industri bank digital, tahun lalu kami melakukan wawancara dengan sejumlah pemain bank digital yang sudah meramaikan industri. Konteksnya untuk mendalami, visi seperti apa yang akan mereka realisasikan dengan model bisnis tersebut. Berikut ini daftar artikelnya:

Selain itu, terdapat ulasan yang menyoroti tentang bagaimana sinergi mutualisme antara startup dan bank digital dapat berdampak pada peningkatan indeks inklusi keuangan di Indonesia. Di sini pembaca dibawa untuk memahami beberapa startup digital yang berinvestasi ke bank digital, seperti Gojek berinvestasi ke Bank Jago, Akulaku ke Bank Neo Commerce, dan Sea Group ke BKE. Selengkapnya di artikel berikut ini: Kolaborasi Startup dan Bank Digital untuk Memperkuat Inovasi dan Inklusi Keuangan.

Dengan sudut pandang berbeda, editor DailySocial.id juga menyelami hiruk-pikuk kehadiran bank digital, mencoba satu per satu layanan yang sudah meluncur dan memberikan opini terkait impresi awal terhadap aplikasi tersebut. Hingga pada akhirnya disimpulkan bahwa bank digital itu saat ini baru sekadar nice to have, belum benar-benar menyajikan gebrakan yang signifikan hingga menjadi sesuatu yang mendesak untuk dimiliki. Simak cerita pengalaman tersebut melalui artikel ini: Bank Digital Masih Sekadar “Nice to Have”.

Merger GoTo

Dua startup lokal paling fenomenal (dibaca: terbesar dari sisi valuasi) memutuskan untuk merger. Gabungan antara unit bisnis Gojek dan Tokopedia digadang-gadang akan mampu menghasilkan nilai ekonomi yang sangat besar, mengingat keduanya memiliki basis pelanggan dan mitra yang sangat luas. Dalam artikel berjudul “Mendalami Potensi Integrasi Goto, Hasil Merger Gojek dan Tokopedia”, kami mencoba melihat dari sudut pandang lain, yakni potensi kolaborasi antarfitur yang mungkin saling melengkapi – atau saling bertabrakan karena keduanya memiliki unit yang sama.

Secara khusus kami membedah ekosistem layanan di masing-masing platform untuk mengetahui sejauh mana inovasi produk yang telah berhasil mereka telurkan. Di dalamnya termasuk integrasi-integrasi yang telah dilakukan bersama mitra strategisnya. Contohnya untuk studi kasus Gojek digambarkan dalam bagan berikut ini.

Di artikel tersebut di atas, kami juga mengulas dari sudut Tokopedia. Dengan memahami unit-unit produk dan bisnis yang dimiliki, beserta afiliasinya, diharapkan pembaca bisa mendapatkan gambaran tentang bagaimana roadmap produk GoTo ke depannya. Termasuk mendalami aspek-aspek apa saja yang akan menjadi kekuatan utama mereka atas gabungan dua kekuatan yang berbeda tersebut.

Model bisnis baru

Ekosistem startup syarat dengan inovasi layanan yang terus berkembang. Setiap tahun selalu ada model-model baru yang coba ditawarkan oleh para pemain. Salah satu yang cukup mendapatkan perhatian adalah Open Finance, konsep tersebut memungkinkan sebuah layanan fintech disematkan ke dalam berbagai jenis aplikasi digital. Tidak hanya itu, Open Finance dianggap menghilangkan berbagai friksi yang masih menjadi halangan dalam pengembangan ekosistem keuangan digital, misalnya dengan menghadirkan mekanisme skoring kredit yang lebih komprehensif. Ulasan tentang Open Finance kami tulis di sini: Mengenal Ragam Konsep “Open Finance” di Dunia Digital.

Selain Open Finance, NFT juga menjadi satu hal yang cukup menghebohkan menjelang akhir tahun. Selain kreator lokal yang mulai meramaikan ekosistemnya, mulai ada beberapa startup yang coba mengakomodasi kebutuhan di sisi bisnis. Pemahaman tentang NFT dan bagaimana cara konsep tersebut bekerja menjadi banyak dicari. Kami pun secara khusus berbincang dengan beberapa pakar untuk menyimpulkan tentang konsep NFT dan bagaimana potensi yang dapat diberikan untuk ekosistem lokal dalam artikel: Memahami Non-Fungible Token (NFT), Mempercepat Adopsi di Indonesia.

Wawancara eksklusif

Tahun 2021, DailySocial.id juga melakukan wawancara eksklusif dengan banyak pelaku industri. Beberapa di antaranya berhasil mendapatkan perhatian dari pembaca. Berikut ini daftar artikel wawancara paling populer sepanjang tahun lalu:

Kami terus berkomitmen untuk terus menghadirkan artikel-artikel berkualitas yang bermanfaat untuk pelaku industri. Untuk berbagai artikel pilihan lain yang sudah terbit dan yang akan datang dapat Anda nikmati melalui kanal DS Premium: https://dailysocial.id/premium-content.

East Ventures Pimpin Pendanaan Seri A Startup Healthtech “Smarter Health”

Smarter Health mengumumkan telah memperoleh pendanaan seri A senilai S$ 5,15 juta (sekitar 54 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh East Ventures. Dana segar akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk dan perluasan pasar di Asia Tenggara. Putaran ini turut diikuti oleh jajaran investor strategis lainnya, seperti Orbit Malaysia, Citrine Capital, HMI Group, dan EMTEK.

Platform Smarter Health memfasilitasi pertukaran data yang aman antara perusahaan asuransi, penyedia layanan kesehatan, dan pasien. Hal ini memungkinkan penggunaan data untuk memandu pengambilan keputusan bagi pasien, serta meningkatkan akurasi dan kecepatan pemrosesan klaim. Perkembangan masa depan akan mendorong efisiensi operasional yang lebih besar, efektif, dan meningkatkan pengamanan pelanggan.

Setelah mencapai traksi yang menjanjikan di Singapura, Malaysia, Indonesia, Smarter Health ingin lebih meningkatkan dan memperluas pasar dan rangkaian solusi.

“Kami sangat senang dapat bermitra dengan East Ventures dan investor strategis lainnya untuk mewujudkan visi kami menjadi layanan kesehatan ‘Mudah diakses, Terjangkau, dan Akuntabel’. Kami berharap dapat berkolaborasi dengan lebih banyak perusahaan asuransi, penyedia layanan kesehatan, dan dokter untuk mencapai visi ini,” kata CEO Smarter Health Liaw Yit Ming dalam keterangan resmi, Senin (3/1).

Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menambahkan, pandemi Covid-19 telah memaksa perusahaan asuransi dan penyedia layanan kesehatan untuk mempertimbangkan dan menyusun ulang strategi operasi mereka dengan mempercepat transformasi digital. Smarter Health hadir untuk membuat kesehatan dapat diakses, terjangkau, dan akuntabel dengan menyediakan platform yang dapat dioperasikan dengan AI.

“Kami sangat antusias untuk mendukung Smarter Health dalam menyelesaikan inefisiensi proses pelayanan kesehatan antara pemangku kepentingan di ekosistem kesehatan,” ucap Willson.

Salah satu solusi Smarter Health yang bisa diakses di Indonesia adalah layanan Pendapat Medis Kedua (Second Medical Opinion), yang memungkinkan pasien mendapatkan tinjauan lengkap tentang kondisi medis mereka dari jaringan kolaboratif dokter spesialis yang dikuratori oleh Smarther Health dengan cermat.

Para dokter spesialis ini berasal dari Singapura dan memiliki spesialisasi dan disiplin ilmu medis berbeda-beda. Mereka berpraktik di rumah sakit swasta utama seperti Rumah Sakit Elizabeth Novena, Rumah Sakit Mount Elizabeth, Rumah Sakit Gleneagles, dan lainnya dengan biaya tetap sebesar S$250.

Pasien Indonesia akan dijadwalkan untuk sesi telekonsultasi selama 20 menit dan menerima laporan medis tertulis dari dokter spesialis terpilih dalam waktu lima hari kerja setelah sesi konsultasi.

Transformasi digital industri kesehatan tengah jadi perhatian

Kementerian Kesehatan menerbitkan peta jalan yang tertuang dalam cetak biru (blueprint) transformasi dan digitalisasi sektor kesehatan Indonesia pada periode 2021-2024. Ada tiga agenda utama yang menjadi prioritas Kementerian, yaitu integrasi dan pengembangan pada sistem data, aplikasi pelayanan, dan ekosistem di bidang teknologi kesehatan (healthtech).

Alasan peluncuran roadmap ini, selain mendapat momentum yang tepat karena pandemi Covid-19, dihantui oleh sejumlah tantangan besar. Di antaranya, tantangan pada sistem data serta tidak seimbangnya rasio jumlah tenaga kesehatan dan kapasitas kamar dengan jumlah penduduk.

Saat ini, terdapat ratusan aplikasi Saat ini, terdapat ratusan aplikasi yang pengelolaan datanya masih berbasis informasi individu. Di pemerintahan, ada lebih dari 400 aplikasi di bidang kesehatan, dan jumlah ini belum termasuk di tingkat daerah. Ini belum lagi bicara rekam medis milik 270 juta penduduk Indonesia yang belum sepenuhnya berbasis digital.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan 2020 mencatat rasio dokter mencapai 03,8 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur RS berkisar 1,2 per 1.000 populasi di Indonesia.

“Kita telah melihat bagaimana pandemi Covid-19 berdampak signifikan pada berbagai hal, termasuk mengubah cara masyarakat berkonsultasi. Kami harus mulai transformasi ini dan fokus pada pengembangan platform serta pelaksanaan insiatif yang kolaboratif dengan para pemangku kepentingan. Kami harap bisa wujudkan Indonesia sehat dan membuat platform kesehatan terintegrasi,” papar Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan Setiaji.

Platform Fintech untuk Kreator UpBanx Raih Pendanaan 74 Miliar Rupiah, Klaim Valuasi Centaur di Tahun Pertama Beroperasi

Platform fintech UpBanx, yang bertujuan mengembangkan platform perbankan digital untuk kreator (atau influencer) dan brand, mengumumkan perolehan pendanaan pra-pendanaan awal dengan nilai $5,2 juta atau sekitar 74 miliar Rupiah dengan klaim valuasi $120 juta (centaur) hanya dalam 6 bulan beroperasi atau 1 bulan berdiri resmi. Layanannya sendiri belum bisa diakses oleh publik.

Pendanaan kali ini diikuti Y Combinator, Alpha JWC Ventures, Alto Partners Multi-Family Office, Number Capital, UBI Capital, Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, jaringan kreator Collab Asia dan DRM (Digital Rantai Maya), dan sejumlah angel investor ternama.

Termasuk di jajaran angel investor ini adalah Melvin Hade (Partner GFC), Hendra Kwik (CEO Fazz Financial), Hendoko Kwik (CEO Modal Rakyat), Budi Handoko (CEO Shipper), dan Arya Setiadharma (CEO Prasetia Dwidharma).

UpBanx didirikan oleh Wafa Taftazani (ex-Googler dan Co-Founder Modal Rakyat), Hendri Wijaya, dan Alif Jafar Fatkhurrohman. Mereka mengikuti inkubator prestisius Y Combinator batch W22.

CEO Wafa Taftazani mengatakan, “Kami membangun UpBanx sebagai platform terintegrasi untuk ekonomi kreator dan lebih luasnya. Selain menyediakan solusi keuangan, kami juga akan memfasilitasi kolaborasi yang lancar antara kreator dan brand. Dalam waktu dekat, kami juga akan bertindak sebagai platform peluncuran Web3 untuk kreator dan brand, untuk membantu fan engagement dengan cara baru yang inovatif.”

UpBanx bakal hadir tahun 2022 ini. Konsepnya agak berbeda dengan perbankan digital kebanyakan. Untuk bergabung, peserta harus menjadi kreator di YouTube, Instagram, atau TikTok. Belum diketahui bagaimana kriteria kurasi yang dilakukan platform nantinya.

UpBanx nantinya akan menggunakan lisensi perbankan milik BPR Sentral Mandiri dan didukung ekosistem fintech milik Fazz Financial, khususnya Modal Rakyat dan Cashfazz.

Belum banyak platform perbankan digital yang spesifik menargetkan pasar-pasar ceruk (niche). Sebelumnya Hijra dari Alami juga diproyeksikan menjadi bank digital syariah pertama.

Willix Halim Ditunjuk sebagai CEO Sementara Bukalapak

Dalam hari yang sama (29/12), setelah Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Direktur Utama, Bukalapak mengumumkan penunjukkan Willix Halim sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Utama atau CEO sementara Bukalapak. Ia akan memimpin Bukalapak selama masa transisi hingga ditutupnya RUPSLB Perseroan yang meratifikasi dan mengonfirmasi pengunduran diri Rachmat Kaimuddin dan ditunjuknya Direktur Utama yang baru.

Teddy Oetomo dan Natalia Firmansyah akan tetap menjabat sebagai Direktur Bukalapak.

“Selama menjabat sebagai Pelaksana Tugas Direktur Utama, Willix akan bertanggung jawab terhadap kegiatan operasional perusahaan secara menyeluruh serta memastikan Bukalapak terus mewujudkan misinya menciptakan A Fair Economy For All,” tulis manajemen Bukalapak dalam keterangan resmi.

Willix bergabung dengan Bukalapak sebagai Chief Operating Officer Bukalapak pada 2016. Di bawah posisi departemennya, Willix menangani seluruh operasional bisnis Bukalapak, product, data & design, hingga teknologi.

Sebelumnya, ia menjabat sebagai Senior Vice President Growth untuk Freelancer.com, salah satu startup terbesar di Australia. Willix mendapat gelar sarjana Computer Science dan Mechatronics dengan First Class Honors pada tahun 2009 dari University of Melbourne.

Manajemen Bukalapak sebelumnya menyampaikan pengunduran diri Rachmat telah diterima pada 28 Desember 2021 yang berencana ingin melanjutkan karirnya bekerja untuk pemerintah. Menurut kabar burung yang beredar, dikabarkan Rachmat akan melanjutkan karirnya sebagai salah satu deputi di bawah kepemimpinan Luhut Binsar Pandjaitan di Kemenko Kemaritiman dan Investasi.

Lirik Filipina

Di tengah kabar pergantian manajerial ini, Bukalapak dikabarkan tengah melirik ekspansi ke Filipina. Ditandai dengan dibukanya lowongan untuk posisi Country Manager di Filipina. Belum ada jawaban yang diberikan perwakilan perseroan saat DailySocial.id hubungi.

Sebelumnya, Bukalapak, bersama Sembrani Kiqani, dana kelolaan milik BRI Ventures, terlibat dalam pendanaan untuk Yield Guild Games Southeast Asia (YGG SEA) dengan total dana $15 juta lewat dua putaran. YGG SEA adalah DAO di bawah naungan YGG, startup pengembang game berbasis blockchain asal Filipina.

Menurut laporan e-Conomy SEA, pada tahun ini GMV yang dihasilkan dari ekonomi digital di negara tersebut diprediksi mencapai $17 miliar, naik 93% YoY. Kontributor terbesarnya datang dari bisnis e-commerce dengan pertumbuhan 132% atau senilai $12 miliar. Diprediksi dengan pertumbuhan 24% CAGR, pada 2025 mendatang, secara keseluruhan ekonomi internet kemungkinan akan mencapai nilai $40 miliar.

Di sana, pertumbuhan penetrasi internet masih memiliki ruang yang luas bahkan salah satu terendah dibandingkan negara tetangga di ASEAN, mengingat baru 68% populasi yang sudah menggunakan layanan online.

Application Information Will Show Up Here

MDI Ventures Dikabarkan Pimpin Pendanaan Seri B Startup Healthtech mClinica

MDI Ventures dikabarkan kembali berinvestasi untuk startup healthtech asal Singapura mClinica untuk pendanaan senilai $17,4 juta (sekitar 248 miliar Rupiah). DailySocial.id sudah menghubungi pihak MDI Ventures terkait hal ini, namun belum ada konfirmasi yang diberikan hingga berita ini diturunkan.

Berdasarkan informasi yang didapat, MDI Ventures memimpin putaran Seri B ini bersama sejumlah investor lainnya, seperti SAI Global, Johnson & Johnson Foundation Scotland, dan Global Innovation Fund.

MDI Ventures pertama kali berpartisipasi dalam pendanaan seri A untuk mClinica pada 2017 yang dipimpin oleh Unitus Impact dan Global Innovation Fund. Potensi integrasi bisnis yang ditawarkan mClinica dengan ekosistem Telkom Group membawa minat MDI Ventures untuk berinvestasi.

CEO MDI Ventures pada saat itu, Nicko Widjaja menuturkan, ekosistem kesehatan Indonesia telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir sejak diperkenalkannya sistem kesehatan nasional. Telkom Indonesia, melalui Admedika dan Telkomedika, telah bekerja sangat erat dengan pemerintah dan industri kesehatan untuk menghadirkan layanan kesehatan berkualitas di seluruh negeri.

“Produk dan solusi mClinica harus sesuai dengan inisiatif ini. Bersama-sama kita dapat memperkenalkan model bisnis inovatif yang memungkinkan layanan kesehatan berkualitas lebih baik sekaligus mengurangi beban ekosistem pendukung. Kami sangat antusias untuk mendukung ekspansi pasar mClinica ke Indonesia seiring dengan inovasi kami dalam mengelola layanan kesehatan di negara ini”.

mClinica sendiri sudah tancap gas hadir di Indonesia sejak 2014 dengan badan hukum PT mClinica Health Solutions. Melalui platformnya, mClinica memungkinkan perusahaan farmasi multinasional terkemuka, pemerintah, LSM, dan institusi akademik untuk mendapatkan data yang sebelumnya tidak dapat diakses dan menjalankan program pasien yang secara langsung menyentuh populasi di tingkat apotek lokal. Sesuai dengan misinya yang ingin menyatukan apotek dunia untuk mengubah data kesehatan global dan memajukan kesehatan pasien.

Mengutip dari Suara.com, mClinica memiliki salah satu solusi berbasis aplikasi bernama SwipeRx yang sudah hadir di enam negara (Indonesia, Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Kamboja) dengan total pengguna lebih dari 200 ribu apotek. Aplikasi ini merupakan komunitas yang dibentuk mClinica untuk para apoteker di Asia Tenggara dalam meningkatkan kapasitas digital di dunia farmasi dengan fitur edukasi, riset, marketplace, dan informasi.

Di dalam marketplace-nya, terdapat fitur SwipeRx Belanja yang memungkinkan pemilik apotek dapat lebih mudah melakukan pengadaan restock obat-obatan dengan lebih mudah. Pemilik apotek dapat menemukan produk apotek dengan cepat melalui fitur pencarian yang mudah digunakan, harga yang kompetitif, dan pengiriman yang lebih cepat. Fitur ini sudah bisa dinikmati di Pulau Jawa, mencakup Bandung, Cimahi, Cirebon, Semarang, hingga Surabaya.