Dapat Pendanaan Baru 2,1 Triliun Rupiah, Xendit Sandang Status “Unicorn”

Xendit mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $150 juta atau setara 2,1 triliun Rupiah. Putaran ini sekaligus mengokohkan valuasi perusahaan di atas $1 miliar dan menjadikan Xendit sebagai startup “unicorn” selanjutnya di Indonesia.

Investasi ini dipimpin oleh Tiger Global Management dengan partisipasi sejumlah investor, yaitu Accel, Amasia, dan Goat Capital. Dengan dana segar ini, Xendit berencana untuk terus melakukan inovasi pada jajaran produknya, dengan tujuan ekspansi ke negara-negara terpilih di Asia Tenggara.

Platform fintech Xendit juga sudah mulai dijajakan ke Filipina. Untuk mantapkan debutnya, perusahaan belum lama ini berinvestasi ke Dragonpay selaku startup pembayaran setempat.

“Kami sedang melihat pergeseran besar-besar ke ranah digital yang dilakukan hampir semua pelaku usaha, baik pemilik toko kecil di Instagram, sampai perusahaan-perusahaan terbesar di Indonesia [..] Infrastruktur pembayaran digital Xendit memungkinkan para pelaku usaha untuk dapat menerima pembayaran dengan lebih cepat,” ujar Founder & CEO Xendit Moses Lo.

Sebelumnya Xendit telah menutup putaran pendanaan seri B senilai  $64,6 juta pada Maret 2021 lalu dipimpin Accel. Dengan perolehan baru ini, secara total mereka telah mengumpulkan dana Rp3,4 triliun ($238 juta) sejak ronde awal di tahun 2015.

“Xendit mencatatkan peningkatan total volume pembayaran lebih dari 200% yoy di Indonesia dan Filipina, melanjutkan rekam jejak kami yang tumbuh lebih dari 10% dari bulan-ke-bulan, sejak awal pendirian. Status baru kami sebagai unicorn akan membantu memperkuat misi yang sejak awal menjadi pegangan kami,” imbuh Co-Founder & COO Xendit Tessa Wijaya.

Beyond fintech

Solusi utama Xendit adalah payment gateway, memungkinkan pebisnis memiliki infrastruktur pembayaran digital, baik yang diintegrasikan ke backend sistem (misalnya di e-commerce atau layanan lain seperti online travel) maupun digunakan langsung melalui aplikasi yang disediakan (misalnya untuk social commerce).

Menyadari besarnya potensi UMKM di Indonesia, saat ini Xendit juga turut mengambangkan produk SaaS untuk membantu pebisnis mikro-kecil untuk melakukan digitalisasi proses bisnis, di luar produk fintech murni. Teranyar, mereka menghadirkan layanan inventori produk untuk memudahkan pemilik usaha melakukan sinkronisasi antarplatform online untuk penjualan.

Modal tambahan yang didapat turut dikatakan akan difokuskan untuk meningkatkan penetrasi Xendit ke segmen UMKM. Berbagai fitur dan layanan yang spesifik akan digulirkan, di samping menguatkan kapabilitas produk yang sudah ada seperti  pinjaman modal, asuransi tolak bayar, sampai pencegahan penipuan.

“Infrastruktur pembayaran digital Xendit yang dirancang khusus untuk Asia Tenggara, kini menjadi standar baru untuk industri finansial di kawasan ini. Dengan menyediakan payment gateway yang andal dan aman, Xendit telah membuka jalan menuju ekonomi digital bagi para pelaku bisnis,” kata Partner Tiger Global Management Alex Cook.

Di sisi lain Xedit juga memiliki produk khusus Instamoney, sebagai layanan API untuk membantu bisnis menghadirkan fitur remitansi. Beberapa platform yang telah menggunakan sistem tersebut seperti Wise dan MoneyGram.

Unicorn di Indonesia

Melihat ekosistem startup di Indonesia saat ini, rasanya dalam beberapa waktu mendatang kita masih akan terus menyambut generasi baru unicorn. Pasalnya, saat ini startup bervaluasi centaur pun jumlahnya sudah puluhan – sementara investor global dan lokal juga makin bersemangat untuk menyuntikkan dananya.

Dari data yang kami miliki, saat ini total ada 10 startup yang terkonfirmasi sebagai unicorn. Beberapa pemain berpotensi menyusul dalam waktu dekat dengan kepemilikan valuasi di atas $500 juta, seperti SiCepat, Kopi Kenangan, Ruangguru, dan Akulaku.

Perusahaan Est. Valuasi
Gojek-Tokopedia $18 miliar
Traveloka ~$3 miliar
Bukalapak ~$3 miliar
OVO ~$2,9 miliar
JD.id (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Blibli (dikonfirmasi perusahaan) undisclosed
Tiket.com (dikonfirmasi perusahaan) ~$1 miliar
Kredivo* $2,5 miliar
Xendit ~$1 miliar

* dengan asumsi telah menyelesaikan proses merger untuk selanjutnya go-public via SPAC

MNC Vision Beri Pendanaan 570 Miliar Rupiah ke Migo, Agendakan Sejumlah Kolaborasi

MNC Vision Networks (IDX: IPTV), anak usaha MNC Group yang membawahi beberapa unit bisnis OTT, mengumumkan investasinya ke Migo Indonesia senilai $40 juta atau setara 570 miliar Rupiah. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk meningkatkan jangkauan layanan dengan target 100 juta pengguna di tahun 2022.

Pendanaan ini melanjutkan perolehan Migo pada tahun 2020 lalu dalam putaran seri B. Nilainya tidak disebutkan, sejumlah pemodal ventura dan angel investor terlibat, termasuk Temasek, Provident Capital, Ray Zage (Komisioner Gojek dan Lippo Karawaci), Steve Chen (Co-founder & ex-CTO Youtube), dan Pandu Sjahrir.

Dibandingkan layanan video streaming lain, teknologi Migo cukup unik berupa online to offline (O2O) videos-to-go yang memungkinkan pengguna menonton film secara offline tanpa buffering. Distribusi konten dilakukan melalui Wargo (Warung Migo) atau Migo Download Stations (MDS). Pengguna hanya perlu menuju lokasi warung kelontong mitra untuk mengunduh konten lalu bisa dinikmati secara offline di aplikasi.

Mekanisme distribusi konten di aplikasi Migo / Migo

Secara khusus target pasar Migo adalah segmen pasar masal yang memiliki isu dengan data dan tidak memiliki konektivitas memadai di rumah. Migo mulai menapaki perjalanan di Indonesia sejak Maret 2020, sebelum kemudian meluncur penuh di pasar global Juni 2020 dengan model berbayar. Saat ini cakupan layanannya (keberadaan mitra) baru seputar Jakarta dan Bekasi.

Selanjutnya, dengan dana yang didapat, Migo juga punya target untuk menambah titik MDS di 10 ribu lokasi baru di Jawa.

“Migo secara unik dan eksklusif berinovasi bagi 3 miliar konsumen di pasar negara berkembang. Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia merupakan rumah bagi lebih dari 200 juta masyarakat yang under-innovated. Para individu dan keluarga tersebut pada dasarnya ingin berpartisipasi penuh dalam abad digital kita, dan Migo dapat mewujudkan hal tersebut,” ujar Founder & CEO Migo Barrett Comiskey.

Kemitraan dengan MNC

Aksi korporasi IPTV akan dilanjutkan dengan sejumlah kerja sama strategis, melanjutkan integrasi Vision+ di aplikasi Migo yang sudah dilakukan sejak Juni 2021 lalu. Tujuannya untuk menghadirkan pengalaman menonton OTT Vision+ kepada pelanggan offline. Dengan modal tambahan yang diberikan, Migo cukup optimis mematok target 20 juta pelanggan bulanan berbayar bagi layanan Vision+ di Migo pada tahun 2025. Biaya berlangganan Migo sendiri di kisaran Rp15 ribu per bulan.

“Bekerja sama dengan MNC Group, yang memberikan sumber daya dan pengalaman dalam negeri yang sangat besar, untuk mempercepat skala Migo dan memperbesar dampak dari Migo bagi masyarakat. MNC Vision Networks adalah mitra yang luar biasa dengan sekaligus mengembangkan jaringan kami secara nasional dalam rangka mewujudkan misi kami untuk mengubah kehidupan digital masyarakat Indonesia setiap harinya,” imbuh Barrett.

Selain itu, kesepakatan tersebut juga mencakup penunjukan Presiden Direktur MNC Vision Networks Ade Tjendra dan Marketing Head Presiden Direktur MNC Vision Networks Clarissa Tanoesoedibjo sebagai Dewan Komisaris Migo Indonesia.

” Didukung dengan berbagai konten unggulan milik MVN dan jangkauan Migo yang terus berkembang pesat, kami berharap dapat menjangkau puluhan juta orang yang tidak memiliki akses ke layanan OTT, atau memiliki keterbatasan atas beban kuota data berkelanjutan. Selain itu, kami meyakini bahwa dengan adanya layanan ini akan mengubah kehidupan masyarakat karena mereka akan memiliki akses yang lebih baik ke konten hiburan dan pendidikan,” sambut Presiden Direktur MNC Vision Networks Ade Tjendra.

Bisnis OTT MNC Group

Tahun ini, MNC Vision Networks telah mengumumkan sejumlah rencana penting. Satu yang cukup signifikan, rencana go-public di bursa Amerika Serikat untuk anak usahanya Asia Vision Networks (AVN) atau dikenal dengan produk aplikasinya Vision+. Aksi korporasi tersebut dimulai dengan penandatanganan perjanjian penggabungan usaha dengan Malacca Straits Acquisition Company (NASDAQ: MLAC), sebuah SPAC (Special Purpose Acquisition Company).

Selain mengoperasikan OTT (over the top) lewat aplikasi streaming video, AVN juga membawahi MNC Play sebagai operator TV berbayar dan layanan broadband.

Kekuatan MNC jelas pada diversifikasi konten yang diberikan. Terlebih, mereka memiliki aset siaran televisi yang menguasai rating nasional. Aplikasi VOD yang disajikan turut menjembatani akses ke tayangan tersebut, sembari menyajikan opsi pemutaran ulang pascatayang. Hadirnya Migo tentu menjadi jembatan yang apik juga untuk menjangkau kalangan baru – khususnya untuk mengonversi penonton televisi ke VOD.

Menurut data yang disampaikan dalam keterbukaan, hingga awal tahun ini Vision+ saat ini memiliki 5,6 juta pelanggan, dan 1,6 juta di antaranya adalah pelanggan berbayar. Sementara kompetitornya, menurut data Media Partners Asia, hingga awal tahun ini Disney+ Hotstar sudah memiliki 2,5 juta pelanggan berbayar di Indonesia, Viu memiliki 1,5 juta pelanggan, dan Vidio 1,1 juta pelanggan. Sementara Netflix memiliki 800 ribu.

Sementara itu, menurut popularitasnya (diakses hari in [14/9] melalui layanan analitik AppBrain), berikut daftar aplikasi VOD terpopuler di platform Android:

Peringkat di Google Play (Entertainment) Aplikasi
1 WeTV
2 Vidio
7 iQIYI
8 Mola TV
12 Viu
14 RCTI+
15 Netflix
16 Iflix
20 Disney+ Hotstar
27 Vision+
37 MAXstream
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Platform Manajemen Kendaraan Logistik “McEasy” Kantongi Pendanaan Awal dari East Ventures

Startup SaaS manajemen dan pelacakan kendaraan logistik McEasy mengumumkan pendanaan tahap awal senilai $1,5 juta (sekitar 22 miliar Rupiah) dari East Ventures. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun teknologi logistik, merekrut tim pemasaran dan penjualan guna menjangkau lebih banyak pengguna.

“Sistem pelacakan pintar memang bukan hal baru di dunia otomotif dan industri, namun kami tahu bagaimana cara mengintegrasikan hardware yang ada, mulai dari sensor hingga GPS, dengan platform kami untuk menjadi solusi tepat. Dengan rencana bisnis yang telah dirancang, kami percaya bahwa dana dari investor akan mendorong pertumbuhan perusahaan secara eksponensial,” kata Co-Founder McEasy Raymond Sutjiono dalam keterangan resmi, Selasa (14/9).

Partner East Ventures Melisa Irene menambahkan, pada masa ini penerapan solusi teknologi untuk mendorong peningkatan efisiensi manajemen aset dan mencapai kepuasan pelanggan merupakan kunci utama dalam memenangkan kompetisi di industri logistik.

“McEasy telah berhasil memberikan solusi dan produk yang cocok dengan berbagai pemain dalam industri logistik Indonesia untuk membantu mereka mengidentifikasi potensi pasar logistik yang tengah berkembang saat ini hingga pasca pandemi. Kami senang bisa menyambut McEasy ke dalam ekosistem East Ventures,” ujarnya.

Tim McEasy / McEasy

Momentum pertumbuhan industri

Startup ini didirikan sejak 2017 oleh Raymond Sutjiono dan Hendrik Ekowaluyo. Keduanya memiliki pengalaman bekerja di Ford. Hendrik di bagian perancangan struktural dan manajemen program dalam mobil, sementara Raymond ahli dalam tata elektronik mesin, kontrol sistem, hingga handling data kendaraan.

Keduanya merintis McEasy sebagai katalis digitalisasi pada industri logistik dan transportasi B2B. Selama ini, manajemen transportasi logistik di Indonesia masih memiliki sejumlah tantangan. Di antaranya, terbatasnya integrasi dari satu pihak ke pihak lain, padahal masih berada di rantai pasok yang sama.

Berikutnya, proses operasional usaha cenderung mengandalkan cara-cara manual dengan administrasi yang rumit, sehingga proses digitalisasi belum berjalan mulus; dan sistem automasi dan optimasi untuk menyederhanakan operasional logistik yang juga belum maksimal.

Menurut Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), potensi pertumbuhan bisnis industri logistik Indonesia dari tahun ke tahun berkisar sekitar 40 triliun Rupiah ($2.8 billion). Berdasarkan analisis Redseer, industri ini telah mengalami pertumbuhan sampai 100% selama pandemi.

Solusi yang ditawarkan

McEasy memberikan dua solusi, yakni Vehicle Smart Management System (VSMS) dan Transportation Management System (TMS) & Smart Driver Apps. VSMS merupakan solusi digital berbasis smart tracker untuk membantu operasional logistik dan pelacakan lokasi kendaraan secara real-time.

Sementara itu, TMS merupakan SaaS untuk perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan optimasi proses pengiriman barang terpadu. Melalui integrasi dalam Smart Driver Apps, pelanggan McEasy dapat melacak posisi kendaraan dan seluruh biaya operasional secara transparan, tanpa perlu repot untuk memeriksanya secara manual.

Kedua solusi ini dapat digunakan oleh para pelaku bisnis logistik, mulai dari perusahaan manufaktur & distribusi hingga perusahaan brand besar yang telah memiliki armada sendiri ataupun terintegrasi dengan vendor-vendor penyedia jasa logistik.

Co-Founder McEasy Hendrik Ekowaluyo menambahkan, kekuatan utama layanannya terletak pada platform yang fleksibel, menjadi solusi setiap kebutuhan pelanggan. Berbeda dari penyedia software lain, biasanya akan mendalami problem utama klien, lalu memaparkan cara menggunakan elemen-elemen pada platform kami untuk mengatasi masalah tersebut.

“Misalnya, perusahaan logistik A memiliki masalah X, maka kami akan mencari pengaturan paling optimal pada platform dan memandu klien menggunakan pengaturan tersebut sebagai solusi. Secara scalability, konsep bisnis ini jauh lebih sustainable karena kita tinggal mengulik fitur-fitur dalam platform tanpa harus membuat software yang berbeda setiap saat,” kata dia.

McEasy menggunakan model bisnis berbasis langganan (subscription) dan memberikan solusi yang dapat disesuaikan dengan skala bisnis pelanggan, seperti 3PL, 4PL, distributor, atau pemilik brand. Hingga saat ini, wilayah yang terjangkau oleh solusi digital McEasy meliputi Jawa, Bali, Sumatra, Kalimantan, serta Sulawesi.

Portfolio pelanggannya mencakup berbagai industri dan ukuran usaha, misalnya MGM Bosco untuk sektor rantai pasok dingin (cold-chain), Rosalia Indah Group untuk sektor transportasi publik, serta RPX dan FeDex Indonesia untuk sektor logistik last-mile di Indonesia.

Sejak pandemi, bisnis McEasy turut terdongkrak berkat transformasi digital di industri logistik. Jumlah pelanggannya telah tumbuh 10 kali lipat. Perusahaan menargetkan pada kuartal terakhir tahun ini dapat meningkatkan total kendaraan yang terintegrasi dengan sistem menjadi dua kali lipat, serta membantu digitalisasi sistem transportasi untuk pelanggan perusahaan.

Sementara itu pada tahun berikutnya, perusahaan akan meningkatkan targetnya untuk mencapai pertumbuhan minimal empat kali lipat dari 2021. Ambisi McEasy adalah membuat ekosistem terintegrasi yang memudahkan para stakeholder mengoptimasi semua proses logistik dan rantai pasok.

Tren pendanaan startup logistik

Dalam mendukung ekonomi digital, industri logistik masih memiliki banyak friksi di dalam proses bisnisnya. Kesempatan tersebut mendorong pemain startup untuk terjun yang membutuhkan banyak investasi dalam mengembangkan teknologinya.

Sejak awal tahun 2019 hingga Juli 2021, tim riset DailySocial mencatat ada sekitar 16 transaksi pendanaan yang diumumkan melibatkan perusahaan logistik berbasis teknologi. Investasi ini berhasil membukukan total nilai dana $586 juta. Setidaknya ada 4 startup logistik yang memiliki valuasi di atas $100 juta, yaitu SiCepat, Waresix, Shipper, dan GudangAda.

Perusahaan Putaran Tahun
ASSA (induk AnterAja) Convertible Bond 2021
Andalin Series A 2021
Deliveree Series A 2017
Finfleet Series A 2019
GudangAda Series A

Series B

2020

2021

Kargo Technologies Seed Funding

Series A

2019

2020

Logisly Series A 2020
Pakde Seed Funding 2018
Ritase Series A 2019
Shipper Seed Funding

Series A

Series B

2019

2020

2021

SiCepat Series B 2021
Triplogic Seed Funding 2019
Waresix Seed Funding

Pre-Series A

Series A

Series A+

Series B

2018

2018

2019

2020

2020

Webtrace Seed Funding 2020
Application Information Will Show Up Here

VIDA Kantongi Pendanaan Pra-Seri A, Fokus Perluas Ekosistem Indentitas Digital

VIDA, platform pengembang solusi verifikasi identitas, tanda tangan elektronik, dan kredensial digital mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A dari investor yang dipimpin oleh Jungle Ventures, Alpha JWC Ventures, dan Monk’s Hill Ventures. Tidak disebutkan nominal dana yang diberikan.

Dengan dana segar ini, perusahaan akan fokus pada perekrutan, pengembangan teknologi, dan pemasaran; serta memperluas kehadirannya di sektor fintech, perbankan, asuransi, dan perawatan kesehatan. Tercatat saat ini teknologi VIDA telah digunakan oleh startup hingga perusahaan teknologi seperti Gojek, Grab, Ajaib, Sicepat, Trevo, LINE, hingga HappyFresh.

“Kami percaya bahwa kemitraan adalah kunci untuk meningkatkan dan memberdayakan ekosistem, serta membangun kolaborasi untuk mendukung pertumbuhan perusahaan dalam dalam ketahanan jaringan terpercaya,” kata Founder & Executive Chairman VIDA Niki Luhur.

Sementara itu Co-Founder & General Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe mengungkapkan, VIDA menawarkan solusi mutakhir yang akan memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi digital Asia Tenggara. “Kami telah melihat bagaimana solusi serupa menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari di pasar Amerika Serikat dan Eropa, tetapi tidak sebanyak di Indonesia di mana tidak ada pemain dominan di sektor ini.”

Terdaftar di otoritas

Didirikan pada tahun 2018 oleh Niki Luhur, Sati Rasuanto, dan Gajendran Kandasamy, VIDA menjadi Penyelenggara Sertifikat Elektronik (PSrE) pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikasi WebTrust dan terdaftar dalam Adobe Approved Trust List (AATL). Selain itu mereka telah meraih sertifikasi ISO 27001. Sehingga tanda tangan digital VIDA adalah dapat dikenali di lebih dari 40 negara.

Saat ini VIDA juga terdaftar sebagai penyelenggara Inovasi Keuangan Digital (IKD) OJK di klaster e-KYC.  Selain itu, kini mereka telah terdaftar dan berinduk di bawah Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia sebagai PSrE atau Certification Authority (CA).

“Verifikasi identitas mendasari setiap transaksi digital. Kami memanfaatkan keahlian kami dalam keamanan siber untuk membangun produk yang secara mendasar mengubah pengalaman pengguna di berbagai platform dan produk digital. Sebagai penyedia kepercayaan digital, kami memberikan solusi untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh keamanan siber saat ini,” kata Niki.

Industri tanda tangan digital

Urgensi penerapan tanda tangan digital atau sistem verifikasi pendukung makin krusial di tengah lahirnya layanan digital yang membutuhkan keamanan ekstra — seperti layanan finansial. Perannya juga makin dominan kala pandemi memaksa setiap aktivitas untuk bertransformasi secara digital, proses persetujuan untuk mengesahkan sebuah dokumen legal pun kini dituntut untuk bisa dilakukan secara daring.

Melihat potensi tersebut, beberapa startup kemudian menggarap layanan sebagai pendukung. Di klaster e-KYC IKD OJK sendiri saat ini tercatat ada empat pemain terdaftar, termasuk PrivyID, Digisign, dan ASLI RI.

Daftar penyelenggara e-KYC yang tercatat di klaster IKD OJK

Platform e-KYC membantu sebuah layanan digital untuk memverifikasi keabsahan identitas calon pengguna. Biasanya mereka juga menghubungkan sistem verifikasi dengan data yang dimiliki Dukcapil.

Sementara itu untuk penyelenggara sertifikasi elektronik atau digital signature, regulasinya melalui Kementerian Kominfo. Setiap pemain yang mendaftarkan diri akan mendapat peringkat mulai dari terdaftar, tersertifikasi, dan yang tertinggi berinduk. Untuk mencapai berinduk, platform harus memenuhi banyak persyaratan teknis, sistem, dan keamanan.

Selain harus lolos audit yang cukup ketat dari Kementerian Kominfo, status tersebut turut didapat perusahaan berkat infrastruktur yang tersertifikasi. Misalnya, mereka sudah mendapatkan ISO 27001 untuk keamanan sistem. Perusahaan juga telah memiliki fasilitas pusat data tier-3 dan pusat pemulihan data tier-4 untuk melakukan proses bisnis.

Daftar penyelenggara sertifikasi elektronik dari Kominfo

Platform Kedaireka Beri Pendanaan dan Binaan kepada 14 Proyek Inkubasi Bangkit 2021

Program pengembangan karier Bangkit 2021 resmi mengumumkan 15 tim terpilih dengan ide terbaik. Ke-15 tim ini akan mendapatkan pendanaan dari Google masing-masing senilai $5.000 atau Rp71 juta untuk mendukung pengembangan produk ke pasar di bidang kesehatan hingga lingkungan.

Bangkit merupakan program pengembangan karier yang diinisiasi oleh Google bersama Kemendikbudristek, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka. Pada angkatan pertama Kampus Merdeka, program Bangkit 2021 telah meluluskan sebanyak 2.250 peserta.

Dihubungi oleh DailySocial.id, Product Marketing Manager Google Indonesia Dora Songco mengatakan bahwa seluruh peserta wajib mengerjakan tugas akhir kelompok dengan salah satu topik strategis dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial.

Kemudian, sebanyak 483 tim harus menyelesaikan proyek akhir dari tema yang ditentukan dengan melibatkan tiga kurikulum Bangkit, yaitu machine learning, cloud computing, dan Android mobile development. Dora berujar, tema proyek akhir tersebut dirancang untuk dapat menggali berbagai masalah yang dihadapi Indonesia, mulai dari tema umum pendidikan, pertahanan ekonomi, layanan kesehatan, hingga spesifik membahas pengolahan sampah.

“Peserta terpilih telah melalui hasil seleksi oleh panel juri ahli dari bidang akademis, teknologi, dan bisnis. Saat ini, 15 tim siap untuk merealisasikan capaian tiga bulan dan mengimplementasi proyek sesuai rencana. Dukungan pendanaan nantinya bisa membantu mewujudkan proyek menjadi inisiatif bisnis yang berkelanjutan,” ungkap Dora.

Meski belum diumumkan secara resmi, pihaknya berencana melanjutkan program angkatan kedua di tahun depan dengan struktur kegiatan serupa, di mana ada tiga jalur pembelajaran yang sama dan tetap berjalan sebagai bagian dari Kampus Merdeka.

“Kami menerima tanggapan dari berbagai pihak mengenai Bangkit, dan kami bekerja untuk meningkatkan program ini selama beberapa bulan terakhir. Sebentar lagi, program selanjutnya akan diumumkan resmi di acara Google for Indonesia. Dengan semakin banyaknya informasi dan rekomendasi tentang program Bangkit dan Kampus Merdeka, kami targetkan tahun depan ada sebanyak 3.000 mahasiswa yang tertarik mendaftar,” ujarnya.

Kedaireka salurkan matching fund

Tak berhenti sampai di situ, program ini kembali menyeleksi peserta di atas yang akan menerima tambahan pendanaan atau matching fund sebesar Rp855.712.788 dari Kedaireka. Hasilnya, sebanyak 14 proyek inkubasi terpilih untuk menerima matching fund, antara lain Adil, Artesia, Baca, Bacara, Buangin, Citizen, Jagawana, Naratik, Next Parking, Obuce, Phoodto, Q-Hope, Samapta, dan Usahaq.

Sebagai informasi, Kedaireka adalah platform resmi yang diluncurkan Ditjen Diktiristek pada 2020. Melalui platform ini, pemerintah berupaya membuka peluang sinergi dari perguruan tinggi dengan komersialisasi industri. Adapun untuk mewujudkan kolaborasi ini, 14 proyek terpilih akan dibina oleh Lab Inkubasi dan Kewirausahaan di 12 Kampus Mitra Bangkit.

Platform Kedaireka / Ditjen DIktiristek
Platform Kedaireka / Ditjen DIktiristek

Koordinator Matching Fund Kedaireka Endang Taryono mengatakan, pendanaan ini dapat membantu peserta untuk merealisasikan proyek inkubasinya menjadi produk jadi yang siap bersaing di pasar serta membuka peluang bisnis berkelanjutan.

“Kami harap matching fund dapat memberikan dampak besar terhadap Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi dan solusi bagi sektor industri agar lebih produktif dan maju” ungkap Endang dalam keterangan resminya.

Beberapa contoh proyek terpilih adakah platform telenutrisi OBUCE dan aplikasi berbasis AI Naratik. OBUCE dikembangkan oleh delapan mahasiswa dari Institut Pertanian Bogor, Universitas Jember, dan Universitas Brawijaya. Sementara, Naratik dibangun oleh mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, Universitas Diponegoro, dan Institut Teknologi Telkom Purwokerto.

Perwakilan OBUCE mengatakan, pihaknya akan mengembangkan lebih banyak fitur, seperti pendeteksi objek makanan, asisten status gizi, hingga konsultasi bersama ahli gizi. Pendanaan ini juga rencananya dimanfaatkan untuk mendapatkan hak paten dan merealisasikannya produk jadi dan meluncurkannya ke pasar.

Adapun, Naratik dikembangkan untuk membantu mengklasifikasi keaslian batik dan motifnya melalui teknologi AI. Aplikasi ini juga menyediakan fitur jual-beli khusus batik dengan menggandeng mitra UMKM dan industri rumah tangga.

Pluang Umumkan Pendanaan Lanjutan 499 Miliar Rupiah

Pluang hari ini (13/9) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan lanjutan senilai $35 juta atau setara 499,3 miliar Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Square Peg dengan keterlibatan SIG, UOB Venture Management, dan beberapa investor sebelumnya termasuk Go-Ventures dan Openspace Ventures.

Perolehan ini melanjutkan investasi pra-seri B yang diterima pada Maret 2021 lalu senilai $20 juta. Jika ditotal, perusahaan telah membukukan dana $55 juta di putaran tahun ini. Dana segar akan difokuskan untuk percepatan peluncuran produk baru untuk memenuhi kebutuhan investasi penggunanya. Selain itu penguatan tim internal juga akan menjadi fokus berikutnya.

Mudahkan konsumen diversifikasi investasi

Dimulai dengan menyediakan akses ke investasi emas, kini Pluang telah memiliki beberapa instrumen lain di platformnya, termasuk saham, reksa dana, dan kripto. Ini menjadikan mereka menjadi salah satu aplikasi investasi yang cukup lengkap dan memudahkan pengguna untuk melakukan diversifikasi aset di satu dasbor.

Pluang memungkinkan penggunanya untuk menabung dan berinvestasi mulai dari Rp10.000, tentu ini menjadi menarik untuk membuka pasar baru, khususnya bagi kalangan gen Z dan milenial yang masih belajar berinvestasi.

Strategi kolaborasi antarpemain digital juga khas dilakukan Pluang. Untuk menghadirkan varian instrumen investasi, mereka juga menggandeng banyak pihak. Misalnya kripto, saat ini Pluang bekerja sama dengan Zipmex dan Tokocrypto untuk memproses transaksi melalui backend aplikasi. Pun untuk distribusi layanan, Pluang saat ini terintegrasi di beberapa aplikasi konsumer, seperti Gojek, Dana, dan Bukalapak.

Wealthtech makin memikat

Didirikan sejak tahun 2019 oleh Claudia Kolonas dan Richard Chua, Pluang saat ini telah memiliki sekitar 3 juta pengguna terdaftar. Potensinya juga masih besar, karena hingga H1 2021 ini baru 2% dari total penduduk usia produktif di Indonesia yang mengakses produk investasi di pasar modal – secara total ada 4,5 juta orang. Untuk investor kripto sendiri, saat ini memiliki jumlah lebih banyak yakni 6,5 juta orang.

“Kami beruntung terus menambah investasi kami di Pluang pada setiap seri pendanaannya, menjadikan Pluang sebagai salah satu portofolio utama kami. Kami selalu kagum atas inovasi produk, pertumbuhan bisnis Pluang, dan unit ekonomi yang terbaik di kelasnya. Kami berharap untuk terus bekerja sama dengan tim Pluang dalam tahun-tahun mendatang,” ujar Partner Go-Ventures Aditya Kamath.

Sepanjang tahun ini, beberapa aplikasi investasi mendapatkan pendanaan ekuitas dari investor. Selain Pluang, ada Bibit, Ajaib, dan FUNDtastic yang juga mendapatkan pendanaan lanjutan. Ini menjadi validasi tersendiri terkait keabsahan potensi pasar yang dapat digarap oleh para pemain di vertikal tersebut.

Aplikasi Peringkat Google Play (Finance) Pendanaan Terakhir
Ajaib 20 Seri A, $90 juta
Bibit 16 Pre-Seri B, $65 juta
Stockbit Seri C, $35 juta
Pluang 26 Pra-Seri B, $55 juta
FUNDtastic Seri A, $7,7 juta
Bareksa 193 Seri B

Selain yang disebutkan di atas, masih banyak aplikasi yang dapat digunakan oleh pengguna untuk melakukan investasi, seperti Tanamduit, Raiz Invest, E-mas, Lakuemas, Treasury, Tamasia, Indogold, Tokocrypto, Indodax, Luno, Pintu, dll.

Application Information Will Show Up Here

Sirclo Resmi Umumkan Pendanaan Lanjutan Senilai 512 Miliar Rupiah

Setelah beredar kabar terkait putaran pendanaan tambahan, Sirclo pada hari ini (10/9) secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan senilai $36 juta atau setara 512 miliar Rupiah yang dipimpin oleh East Ventures dan Saratoga. Investor lain turut terlibat adalah Traveloka.

Dalam rilis resminya disebut bahwa pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan kapabilitas teknologi yang ditawarkan serta mengakselerasi digitalisasi ritel bagi berbagai usaha di Indonesia. Selama pandemi, perusahaan mengaku tengah mendapat momentum untuk memperbaiki unit ekonomi dan sudah menuju tahap profitabilitas.

“Dengan suntikan dana ini, kami berencana membangun momentum tingginya minat konsumen untuk berbelanja di kanal e-commerce selama masa pandemi dan setelahnya. Sirclo terus berpegang pada misi untuk membantu brands berjualan online melalui pendekatan omnichannel,” ujar Founder & CEO Sirclo Brian Marshal.

Sebelumnya, platform e-commerce enabler ini telah mengembangkan solusi SaaS Sirclo Store dengan pendekatan omnichannel yang ditujukan untuk membantu brand berjualan online melalui berbagai kanal sekaligus, seperti website, marketplace, dan penjualan berbasis percakapan (chat commerce).

Selain itu, dalam rangkaian inisiatif Online-to-Offline (O2O), platform yang belum lama ini meluncurkan program #MerdekaJualanOnline dalam program pemulihan ekonomi nasional negara ini juga tengah mengembangkan solusi finansial yang ditujukan untuk mendukung para pelaku UMKM bisa bersaing dengan pemain ritel berskala lebih besar.

Co-Founder & Managing Partner East Ventures Wilson Cuaca menempatkan Sirclo sebagai salah satu contoh klasik dari startup yang melakukan maraton. Sebagai investor, East Ventures merasa bahwa Sirclo agak terlalu cepat dari market-timing ketika didirikan pada tahun 2013. Namun, fokus akan visi dari pendiri yang konsisten sejak awal membuat Sirclo bisa bertahan dan tumbuh selama ini.

“Pandemi Covid-19 telah mengakselerasi penguatan bisnis perusahaan, Sirclo mencatatkan pemasukan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, dengan nominal ratusan juta dolar, dan sudah mendekati tahap profitable. Kami sangat senang bisa menjadi bagian dari perjalanan mereka, dan berpartisipasi kembali di tahap pendanaan ini,” lanjut Willson.

Sepanjang masa pandemi, Sirclo sendiri mencatat lonjakan transaksi hingga 5x lipat yang didorong oleh perubahan perilaku konsumen selama pandemi Covid-19. Hingga tahun ini, Sirclo telah membantu lebih dari 100.000 brand untuk berjualan online, baik dari skala pengusaha perseorangan, UMKM, hingga perusahaan-perusahaan besar.

Kinerja e-commerce enabler di masa pandemi

Industri e-commerce di Indonesia telah meningkat dengan pesat sejak pandemi Covid-19. Hampir setengah dari populasi Indonesia menggunakan teknologi digital untuk kebutuhan sehari-hari, menjadikan industri ini memiliki potensi tinggi untuk tumbuh. Kehadiran layanan e-commerce enabler bertujuan untuk memudahkan brand principal masuk ke ranah online. Melalui dasbor tunggal, mereka dapat mengelola kehadiran produknya di beberapa layanan online marketplace sekaligus.

Di Indonesia, bukan hanya Sirclo yang coba mengambil peran sebagai e-commerce enabler, ada beberapa pemain yang juga ikut bersaing meramaikan pasar ini. Salah satunya adalah JetCommerce. Melalui solusinya, mereka mengklaim telah berhasil mencatat peningkatan transaksi di kuartal IV tahun 2020 secara keseluruhan sebanyak 36% dari kuartal sebelumnya, hingga mencapai lebih dari 750 ribu transaksi pada berbagai platform marketplace di awal tahun 2021. Perusahaan juga memiliki unit bisnis yang berkembang pesat di China, Thailand, Filipina dan Vietnam.

Di antara pemain yang sudah lebih dulu hadir, penyedia solusi e-commerce enabler berbasis cloud dari Singapura, Genie coba meramaikan persaingan dengan melakukan ekspansi ke pasar Indonesia. Platform ini mengklaim memiliki integrasi regional back-end dengan pembuat e-commerce situs web seperti Shopify dan WooCommerce, sehingga mengurangi kerumitan bagi pedagang ketika mereka mendirikan toko online.

Laporan Digital Market Outlook yang dipublikasikan Statista menyebutkan bahwa pengguna e-commerce di Indonesia tahun ini diprediksi tumbuh 15% dari total 138 juta pengguna pada tahun 2020, atau mencapai 159 juta pengguna di tahun 2021. Sementara pendapatan industri ini diprediksi meningkat sebanyak 26% mencapai $38 juta, dari $30 juta pada tahun 2020 lalu.

Modalku Kini Sediakan Pinjaman Usaha Mikro untuk Pengguna BukuWarung

Modalku mengumumkan kemitraan dengan BukuWarung sebagai mitra penyedia pinjaman usaha mikro untuk 6,5 juta pengguna aplikasinya. Solusi ini diharapkan membuat lebih banyak pengusaha mikro yang mendapat akses produk keuangan yang beragam.

Seperti diketahui, usaha mikro adalah salah satu segmen usaha yang sulit mendapatkan akses ke pembiayaan. Berdasarkan laporan Modalku bertajuk “Dampak Ekonomi dan Sosial Pembiayaan UMKM Menggunakan Fintech P2P Lending” kepada 350 pelaku UMKM peminjam Modalku, menunjukkan sebanyak 50% dari mereka mengalami hambatan ketika mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan konvensional karena tidak memiliki laporan keuangan yang tersusun rapi.

Terkait kolaborasi kedua perusahaan, Co-Founder & COO Modalku Iwan Kurniawan mengatakan, kedua perusahaan memiliki kesamaan visi, yakni sama-sama ingin mendukung bisnis UMKM untuk terus berkembang. Salah satunya dengan memiliki arus kas yang lancar, serta didukung dengan pencatatan keuangan yang baik.

“Harapan kami, kolaborasi ini dapat menjadi salah satu solusi dari tantangan yang dihadapi para pelaku UMKM, serta bermanfaat untuk kemajuan bisnisnya,” kata Iwan dalam keterangan resmi, Kamis (9/9).

Co-Founder & Presiden BukuWarung Chinmay Chauhan menambahkan, layanan pembiayaan bersama Modalku ini melengkapi fitur pembayaran yang telah disediakan perusahaan sejak September 2020. Sebelumnya, perusahaan telah bekerja sama dengan sejumlah bank besar di Indonesia dan penyedia dompet digital untuk menghadirkan fitur pembayaran.

BukuWarung pertama kali hadir dengan menghadirkan solusi pencatatan keuangan digital yang mudah digunakan para pelaku UMKM. Seiring berjalannya waktu, inovasi berikutnya yang diluncurkan adalah etalase online dan pembayaran. Seluruh inovasi ini bertujuan untuk membantu UMKM dalam mengelola dan mengembangkan bisnis mereka secara efisien.

Plafon pinjaman yang disediakan Modalku dalam kolaborasi ini hingga Rp100 juta dengan tenor hingga 30 hari. Adapun untuk bunga disesuaikan dengan portofolio dan riwayat transaksi bisnis peminjam. Pengusaha yang memiliki bisnis dan telah berjalan selama lebih dari enam bulan bisa menggunakan fasilitas tersebut.

Pinjaman usaha ini dapat digunakan sebagai modal usaha untuk memenuhi berbagai kebutuhan bisnis, seperti menambah stok barang, membeli perlengkapan usaha, menyewa lokasi usaha, ataupun biaya pemasaran.

Digitalisasi UMKM yang beragam

Digitalisasi tidak hanya bicara tentang menjual produk secara digital. Lebih dari itu, banyak aspek yang bisa dioptimalkan melalui pendekatan digital, termasuk terkait rantai pasokan, logistik, pemasaran, sampai operasional bisnis. Menurut survei yang dilakukan Deloitte pada 2015, tingkat digitalisasi UMKM sebagian besar masih berada di tahap dasar dan menengah.

Umumnya di sini pemanfaatan teknologi baru terbatas pada satu-dua pemrosesan, seperti memanfaatkan online marketplace untuk menjual produk, menggunakan uang elektronik untuk menerima transaksi, atau memanfaatkan media sosial untuk memasarkan layanan.

Tingkatan digitalisasi UKM di Indonesia / Deloitte

Kesempatan tersebut dimanfaatkan para startup untuk menyasar UMKM sebagai target penggunanya. Menurut riset SME Empowerment 2020 oleh DSInnovate memetakan berbagai layanan startup lokal yang telah dirilis dan menyasar penyelesaian permasalahan finansial/permodalan, operasional, dan ekspansi.

Bentuknya bermacam-macam. Sebagian besar dibungkus berbentuk SaaS (Software as a Services), online marketplace, dan model keanggotaan lainnya. Jumlahnya cukup banyak dengan tipe platform yang unik dan spesifik.

Platform digital untuk UKM dari startup Indonesia / DSResearch
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Sirclo Dikabarkan Kembali Dapat Tambahan Pendanaan 213 Miliar Rupiah

Startup pengembang layanan e-commerce enabler Sirclo dikabarkan membukukan putaran pendanaan tambahan senilai $15 juta atau setara 213,6 miliar Rupiah. Sejumlah investor turut serta dalam investasi ini, termasuk East Ventures, SMDV, OCBC NISP Ventura, dan beberapa lainnya.

Kendati pihak Sirco belum memberikan komentar terkait kabar ini, kepada DailySocial.id seorang sumber yang terlibat membenarkan informasi tersebut.

Sebelumnya sempat beredar kabar pada Mei 2021 terkait pendanaan seri B+ Sirclo senilai $45 juta dari investor yang disebutkan di atas. Kala itu Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menyampaikan bahwa informasi tersebut sebenarnya adalah bagian proses akuisisi Sirclo terhadap Orami. “Let’s say it’s a part of acquisition process,” ujarnya

Mengacu dari ujaran Willson, bisa dikatakan bahwa dalam proses akuisisi ini investor dari Orami melakukan top up. Pun East Ventures juga ikut top up ke Sirclo. Analisis kami, putaran terbaru ini juga bagian dari aksi strategis tersebut.

Pendanaan seri B Sirclo sendiri secara resmi diumumkan pada Agustus 2020 senilai $6 juta, dengan keterlibatan East Ventures, OCBC NISP Ventura, Skystar Capital, dan Sinar Mas Land.

Seriusi pasar UMKM

Sejauh ini Sirclo sudah melayani lebih dari 100 ribu brand dari berbagai kota di Indonesia dengan empat layanan utama yang mereka miliki. Untuk meningkatkan jangkauan, tahun ini mereka mulai mantap menjangkau segmen UMKM dengan produk Sirclo Store (webstore) dan Swift (omnichannel); sebelumnya mereka fokus membantu brand besar memasuki jalur distribusi online dan menerapkan teknologi omnichannel di sistemnya.

Untuk debut awal, mereka menggalakkan program MerdekaJualanOnline. Selain penerapan teknologi yang dimiliki Sirclo, mereka juga membantu di sisi proses edukasi dan adopsi awal melalui fasilitator yang disediakan khusus.

Dalam laporan bertajuk “Tech Logistics in SEA” dijelaskan mengenai ekosistem platform yang membantu pebisnis melakukan on-boarding di online marketplace. Masing-masing memiliki spesialisasi dan keunggulan di segmen tertentu. Sirclo sendiri memiliki kekuatan utama di produk SaaS, untuk memungkinkan pelaku usaha mengelola dan membuat toko online-nya sendiri.

Dengan potensi GMV yang terus bertumbuh dari e-commerce, pemain enabler pun memandang ini sebagai peluang bisnis tersendiri. Selain Sirclo, saat ini pemain lokal yang membantu bisnis untuk go-online di antaranya iSeller, PowerCommerce, Jet Commerce, 8commerce, Tokotalk, GudangAda, JarvisStore, Genie, dan lain-lain.

East Ventures Pimpin Pendanaan Tahap Awal Perusahaan F&B “Legit Group”

Perusahaan F&B lokal Legit Group mengumumkan pendanaan tahap awal sebesar $3 juta (senilai Rp43 miliar) yang dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari AC Ventures. Legit Group akan menggunakan dana tersebut untuk meluncurkan dua brand baru yang berfokus pada layanan pengiriman dengan pemasaran; serta memperluas operasional ke 135 titik distribusi hingga akhir tahun ini.

Legit Group adalah konseptor dan operator cloud kitchen multi-brand yang didirikan oleh Sumarno Ngadiman, Monica Evanti, dan Asrul Abraham Hendrata pada awal Februari 2021. Sumarno sebelumnya adalah founder Eatwell Group, pemilik jaringan grup restoran yang mengoperasikan brand Ta Wan, Ichiban Sushi, Warung Solo, dan Eat and Eat.

Saat ini, Legit Group mengoperasikan tiga brand, yakni Pastaria, Sei’Tan dan Juju Chikin yang telah tersebar di 45 titik distribusi. Mereka mendesain bisnisnya dengan memanfaatkan solusi pesan-antar yang tengah mendapatkan kesempatan besar sepanjang pandemi ini.

Menurut data yang dihimpun Statista, Indonesia adalah pasar layanan pesan-antar makanan terbesar di Asia Tenggara dengan nilai $3,7 miliar dan menyumbang 31% dari total pengiriman di kawasan ini. Nilai ini tercatat terus bertumbuh sebesar 32,5% setiap tahun.

Di tengah situasi pandemi, mayoritas masyarakat global mengalami perubahan perilaku konsumsi produk F&B. Perilaku konsumen yang cenderung mengurangi intensitas mereka untuk makan dan minum di luar (dine-in) telah menciptakan peluang besar bagi bisnis F&B yang berfokus pada layanan pesan-antar.

Co-Founder & CEO Legit Group Sumarno Ngadiman mengatakan, DNA dari bisnis F&B yang mengutamakan pengiriman sangat berbeda dari bisnis restoran offline atau tradisional, itulah sebabnya banyak restoran tradisional kesulitan untuk bersaing di pasar layanan pesan-antar.

“Kunci sukses dari bisnis F&B yang berfokus pada layanan pesan-antar adalah mampu menciptakan makanan berkualitas tinggi yang memiliki ketepatan waktu konsisten serta tetap optimal selama pengiriman dan memiliki harga terjangkau sehingga pelanggan dapat menjadikannya sebagai bagian dari kebiasaan sehari-hari mereka.”

Pihaknya percaya tren adopsi layanan pesan-antar makanan akan tetap ada hingga pandemi usai. Penjualan Legit Group telah tumbuh 9,5 kali sejak awal berdiri, dan mengalami peningkatan pendapatan hingga 61% dari Juni hingga Juli saja.

Legit Group telah membangun kerja sama strategis dengan Ismaya Group, Yummy Corp, dan GK Hebat untuk mempercepat ekspansi dan mendorong strategi pertumbuhan bisnis. Posisi tersebut membuat perusahaan dapat menggunakan infrastruktur yang dimiliki untuk memperluas operasional dengan cepat tanpa investasi besar di awal.

“Hal ini memungkinkan kami untuk memperluas cakupan kami dengan cepat sehingga menurunkan biaya pengiriman untuk pelanggan yang memesan produk kami. Kami telah berkecimpung dalam bisnis F&B selama lebih dari 20 tahun dan akan menggunakan pengalaman kami untuk menciptakan produk yang diinginkan pelanggan dengan tetap menerapkan standar penanganan food safety terbaik,” imbuh Sumarno.

Managing Partner East Ventures Roderick Purwana mengatakan, sejak awal pandemi sektor F&B sangat terpukul karena pembatasan mobilitas dan kegiatan makan di tempat. Mereka tidak bisa lagi mengandalkan penjualan makan di tempat tradisional seperti sebelumnya, sekarang harus menyertakan layanan pengiriman makanan online, yang merupakan langkah yang diperlukan untuk tetap bertahan.

“Meski baru diluncurkan awal tahun ini, Legit Group telah membuktikan kemampuannya dalam menciptakan brand F&B yang unik dan menarik dengan pertumbuhan yang mengesankan. Pencapaian tersebut berkat tim yang sangat solid dengan pengalaman industri terkemuka,” kata dia.

Operating Partner East Ventures David Fernando Audy menambahkan, kiprah Ismaya di industri F&B sudah tidak diragukan lagi. Sekarang konsep tersebut direplikasi melalui Legit Group dengan memanfaatkan dapur dan infrastruktur jaringan mereka dengan berbagai inisiatif online dan teknologi untuk menghadirkan makanan berkualitas dengan rasa yang enak dan harga terjangkau.

“Pada tingkat kecepatan dan skala ekonomis akan menjadikan Legit Group sebagai pemain yang hebat di industri pesan-antar makanan online (on-demand food delivery business).”

Industri cloud kitchen di Indonesia

Menurut laporan e-Conomy SEA 2020, industri transportasi dan pengiriman makanan bakal bernilai $16 miliar (secara GMV) pada 2025 mendatang, dari $5 miliar di 2020. Mesin utama ekonomi digital di negara ini masih didominasi oleh perdagangan lewat platform e-commerce yang diproyeksikan akan bernilai $83 miliar.

Dalam ekosistem layanan pesan-antar makanan, turut didorong oleh perkembangan industri cloud kitchen. Di Indonesia, mengutip dari laporan Rise of Virtual Kitchen 2021 yang diterbitkan Savills Research & Consultancy, model cloud kitchen yang beroperasi saat ini menyasar target konsumen yang berbeda dari restoran di mal.

Diestimasi ada 70 outlet cloud kitchen yang dioperasikan tujuh pemain di Jakarta. Ismaya Group, melalui salah satunya afiliasinya, Yummy Kitchen.

No Nama Operator Tahun berdiri Lokasi Minimum kontrak Ukuran dapur Harga sewa (mulai dari) Mitra brand
1 GrabKitchen 2018 45 outlet 1 tahun 10-20 m2 Bagi hasil Geprek Bensu, Reddog, The Good Habit Express
2 Dapur Bersama GoFood 2019 27 outlet 1 tahun 14-25 m2 Bagi hasil FamilyMart, Banzai, I am Geprek Bensu
3 Everplate 2019 9 outlet 1 tahun 6-17 m2 Biaya tetap, 6 juta/bln 2080 Burger, The Moo, Bakso Gembul
4 Yummy Kitchen 2019 40 outlet 6 bulan 5-10 m2 Bagi hasil, 7 juta/bln Dailybox, KyoChon, Se’i Sapi Lamalera
5 Kita Kitchen 2020 3 outlet 6 bulan 6-17 m2 Biaya tetap, 5 juta/bln Burgreens, Thai Alley, Yoshinoya, SaladStop
6 Telepot 2020 1 outlet 6 bulan 7-19 m2 Bagi hasil, 6 juta/bln Yuks Bowl, Kaka Bakes, CWIMS
7 Hangry 2020 40 outlet N/A N/A N/A Own brand
8 Popitsnack N/A 1 outlet N/A N/A N/A Segara Market, Tehna
9 Tabula 2020 53 outlet N/A N/A N/A Mujigae, Palava, Fondre
10 Eden Kitchen 2020 1 outlet N/A N/A Biaya tetap, 5 juta/bln Oppa Corn Dog, Unicorn Burger
11 Foodstory 2021 2 outlet N/A N/A N/A Ayam Sunda Empire, Nasi Goreng TikTok, Chick Pok!
12 Lookalkitchen 2021 50 outlet N/A N/A N/A Dapoer Bang Jali by Denny Cagur
13 DishServe 2021 100 outlet N/A N/A Komisi Phago, Daipan
14 Eatsii 2021 N/A N/A N/A N/A Nasi Goreng Endoy, Simply Fry
15 Boga Kitchen 2020 16 outlet N/A N/A N/A Own brand