Menyimak Transformasi Fitur dan Layanan LINE Indonesia

Berawal dari platform messenger yang menawarkan tampilan unik dan ikonik, aplikasi LINE telah bertransformasi menjadi lebih dari sekedar chat platform dan mulai menjelajah ke ranah fintech. Bukan hanya menawarkan kemudahan transaksi dalam satu platform, mereka juga menyematkan konsep sosial dengan beberapa fitur yang telah dihadirkan.

Gebrakan paling kini yang telah dilancarkan oleh LINE adalah meluncurkan LINE Bank by Hana Bank (LINE Bank). Dalam sesi #SelasaStartup, Director of Strategy, Content, and New Biz LINE Indonesia Fanny Verona berbagi cerita seputar transformasi layanan social-fintech dan strategi LINE lainnya di Indonesia.

Layanan social-fintech

LINE Bank by Hana Bank / LINE Bank
LINE Bank by Hana Bank / LINE Bank

Meskipun masih menyasar target pengguna dari kalangan milenial dan gen Z, saat ini LINE Indonesia telah meningkatkan layanan finansial mereka dengan meluncurkan bank digital. Indonesia menjadi pasar ketiga LINE Bank, menyusul Thailand dan Taiwan.

Kerja sama ini dimulai sejak Oktober 2018, ketika LINE Financial Asia mengakuisisi 20% saham Bank Hana melalui perjanjian penyertaan modal. Hal tersebut menjadi awal terbentuknya layanan perbankan digital asing pertama, antara bank dengan perusahaan teknologi.

“Kami tentunya mengikuti semua regulasi yang ada, namun yang membedakan LINE Bank dengan perbankan lainnya adalah kemudahan yang kami tawarkan dan pengalaman pengguna yang berbeda. LINE Bank juga menargetkan kalangan milenial dan gen Z,” kata Fanny.

Fitur Split Bill Line Indonesia
Fitur Split Bill Line Indonesia

Di negara asalnya Jepang, LINE memiliki fitur yang banyak dan telah digunakan oleh pengguna. Namun demikian, tidak semua fitur tersebut bisa di implementasikan di setiap negara, termasuk Indonesia. Sebelum meluncurkan produk, tim LINE Indonesia melakukan sejumlah riset dan mencoba untuk menemukan solusi terbaik.

“Salah satu kendala yang masih kami temui adalah persoalan Split Bill atau pembagian pembayaran saat acara makan bersama di restoran. Selama ini kami masih menemui banyak orang yang menggunaan cara konvensional seperti menghitung memanfaatkan Excel untuk menentukan pembayaran masing-masing,” kata Fanny.

Dengan menghadirkan fitur Split Bill yang telah diluncurkan oleh LINE Indonesia sejak tahun 2019 lalu, memungkinkan pengguna untuk menghitung dan membagi tagihan. Fitur ini dikembangkan menggunakan teknologi OCR (Optical Character Recognition) sehingga memungkinkan untuk memindai dan menghitung tagihan secara otomatis. Diklaim menjadi fitur hitung dan bagi tagihan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi OCR.

Varian fitur LINE Indonesia

Perbedaan secara signifikan di negara lain dengan Indonesia terkait fitur lainnya adalah Line Official Account. Di Jepang fungsi fitur ini banyak dimanfaatkan oleh pemlik restoran sebagai marketing tools. Sementara di Indonesia fitur ini justru banyak digunakan oleh penjual online sebagai media promosi dan engagement dengan pelanggan di akun media sosial.

Fitur menarik lainnya yang juga mulai banyak digunakan oleh target pengguna adalah Open Chat. Sebelumnya dikenal dengan nama LINE Square, pengguna dapat dengan bebas memperluas cakupan komunikasi mereka tanpa perlu memberikan identitas asli dan tetap menjaga privasi dari akun personal mereka. Keunikan lain yang dimiliki adalah besarnya kapasitas ruang obrolan, setiap ruang obrolan dapat menampung hingga 5000 anggota.

Transformasi juga bakal dilakukan untuk LINE Today. Jika sebelumnya hanya fokus kepada berita hangat seputar politik dan hot issue lainnya, nantinya juga akan diperkaya dengan cerita seru dan menarik, menyesuaikan tren dan minat target pengguna mereka yaitu kalangan milenial dan gen z.

“Perbedaan dari setiap negara yang menjadikan LINE sangat unik. Bahwa tidak semua negara bisa serupa dalam implementasi fitur, namun dengan mengedepankan lokalisasi menjadi sangat relevan dan tentunya dibutuhkan oleh pengguna di setiap negara,” kata Fanny.

Application Information Will Show Up Here

Masuki Tahun Ke-2, LinkAja Pertajam Solusi Keuangan untuk UMKM

LinkAja bakal menggencarkan lebih banyak solusi keuangan untuk merchant UMKM agar dapat naik kelas memasuki usianya yang ke-2. Salah satu inisiatif yang segera dilakukan adalah menyalurkan kredit modal kerja melalui iGrow, startup fintech lending yang telah diakuisisi perusahaan pada April kemarin.

CEO LinkAja Haryati Lawidjaja menuturkan, UMKM adalah sektor yang paling terdampak selama pandemi, padahal sektor ini adalah tulang punggung negara. Oleh karenanya mereka butuh bantuan modal kerja agar mereka tetap dapat bertahan. Tidak hanya bersama iGrow, LinkAja juga menggaet para pemegang sahamnya yang bergerak di industri keuangan untuk masuk menyalurkan kredit.

Terhitung saat ini LinkAja bekerja sama dengan lebih dari 1,1 juta UMKM atau naik 104% dibandingkan tahun sebelumnya. UMKM tersebut mayoritas bergerak di pasar super ultra mikro di kota lapis dua dan tiga, sesuai dengan area fokus perusahaan. Mereka juga bermitra dengan lebih dari 100 industri keuangan yang menyediakan berbagai solusi finansial digital baik untuk konsumen dan bisnis.

“Saat ini kami masih sediakan produk pembayaran, ke depan kami sasar pembiayaan,” ucapnya dalam konferensi pers virtual (30/6).

Dalam kesempatan yang sama, LinkAja juga mengungkapkan pengguna terdaftar di platformnya mencapai 71 juta orang atau naik 43%. Sementara Layanan Syariah LinkAja telah memiliki lebih dari 3,5 juta orang. Sebanyak 74% dari total pengguna berasal dari kota lapis dua dan tiga.

Sebagai aplikasi pembayaran yang bermain di jenis transaksi esensial dan produktif, LinkAja hadir di berbagai titik. Untuk keperluan belanja online, mereka telah bermitra dengan lebih dari 7.500 online marketplace, 400 ribu merchant nasional, dan 750 pasar tradisional. Kemudian, menyediakan lebih dari 1 juta akses cash in dan cash out kepada masyarakat, baik berupa kanal bank, ritel modern, hingga layanan keuangan digital.

Di bidang transportasi, LinkAja dapat digunakan di lebih dari 240 moda transportasi, seperti KRL, Taxi Bluebird, Grab, Gojek, hingga transportasi lokal di berbagai daerah. Baik Grab dan Gojek telah resmi menjadi pemegang saham LinkAja, sehingga untuk pembayaran transportasi dan memesan makanan dapat menggunakan saldo LinkAja.

Perusahaan juga mengungkap telah memproses 1,4 miliar transaksi sepanjang satu tahun terakhir. Sayangnya tidak disebutkan lebih lanjut kontribusinya datang dari jenis pembayaran di sektor mana. Perusahaan justru memakai hasil survei yang dilakukan Kadence International pada Mei 2021 mengenai fitur-fitur apa saja yang paling banyak digunakan UMKM.

Responden mengatakan LinkAja paling banyak mereka gunakan untuk membeli pulsa dan kuota internet (masing-masing persentasenya 82%), transfer saldo ke rekening bank (76%), tarik saldo ke rekening bank (57%), dan pembayaran PLN (34%).

“Ini memperlihatkan fungsi LinkAja yang tepat sebagai aplikasi untuk pembayaran kebutuhan esensial dalam keseharian pengguna.”

Haryati melanjutkan, LinkAja tidak hanya fokus dengan aplikasi konsumer dan UMKM untuk solusi keuangan digital saja, namun juga bermain di ranah enterprise untuk berbagai solusi.

Seperti, cash collection (cash handling risk, real-time reporting, dan pembayaran non tunai); incentive disbursement (pencairan real-time, pelaporan terintegrasi, dan flexible use case); dan cross sell & advertisement (memaksimalkan jangkauan produk menggunakan platform yang sesuai). Mitra enterprise yang sudah memanfaatkan solusi dari LinkAja adalah Gudang Garam, SRC (Sampoerna Retail Community), dan Kospin Jasa.

Application Information Will Show Up Here

Bukukan Pendanaan Pra-Seri A, Fairbanc Perluas Jaringan Mitra Distributor dan Tim Teknologi di Indonesia

Langkah startup fintech Fairbanc untuk ekspansi ke Indonesia semakin agresif. Terlebih mereka kembali membukukan pendanaan baru untuk tahap pra-seri A. Adapun beberapa investor yang terlibat antara lain ADB Ventures, Accion Venture Lab, East Ventures, dan Sampoerna Strategic Group.

Pendanaan baru ini diperoleh usai Fairbanc menerima investasi dengan nominal yang dirahasiakan dari 500 Startups dan miliarder Indonesia Michael Sompoerna pada awal tahun ini untuk memperluas jangkauan bisnisnya ke Indonesia.

Dalam keterangan resminya, perusahaan menyebut akan melakukan scale up pinjaman ke pelaku UMKM di Indonesia yang memiliki keterbatasan akses terhadap modal kerja. Sebelumnya, World Bank memperkirakan kebutuhan kredit yang belum terpenuhi pada UMKM di Indonesia mencapai $166 miliar.

Presiden & CEO Accion Michael Schlein mengatakan, pedagang mikro merupakan segmen paling rentan terdampak ekonominya, terutama di situasi pandemi Covid-19 yang bakal berlangsung lama. “Fairbanc dapat mengisi kesenjangan pada akses kredit ke para pelaku usaha. Dengan begitu, mereka tetap dapat mengoperasikan toko-tokonya dan mempertahankan mata pencaharian mereka,” tuturnya.

Sementara Senior Fund Manager ADB Ventures Daniel Hersson menambahkan, Fairbanc memiliki posisi unik dan berbeda di pasar pembiayaan inventaris pelaku usaha mikro. Keterlibatannya pada pendanaan ini akan membantu Fairbanc untuk mempercepat inklusi keuangan Indonesia dan mendukung climate resilience di kawasan Asia Pasifik.

Ekspansi bisnis ke Indonesia

Founder & CEO Fairbanc Mir Haque mengungkap, pendanaan baru ini akan digunakan untuk memperluas jaringan mitra distributor hingga memperkuat tim teknologinya di Indonesia. Saat ini, akses pinjaman Fairbanc telah terhubung di 60 ribu merchant. Beberapa brand consumer besar ini antara lain jaringan merchant Unilever, L’oreal, dan Danone.

Pihaknya juga tengah mengembangkan sistem rekomendasi produk yang dapat membantu perencanaan inventory para merchant ketika ada bencana alam di mana Indonesia termasuk negara rawan bencana alam.

“Lewat pinjaman ini, kami dapat membantu merchant yang unbanked dan underbanked untuk menggenjot pertumbuhan pendapatan dengan meningkatkan inventory pelaku usaha. Sejak 2019, Fairbanc melalui merchant-merchant ini telah membantu UMKM untuk mendorong penjualan hingga 35% dengan menekan rasio NPL ke hampir nol,” ujar Haque.

Fairbanc bekerja sama dengan perusahaan FMCG besar untuk menawarkan pinjaman produktif “Buy Now Pay Later” ke 10 ribu peritel tanpa perlu mengajukan melalui smartphone. Fairbanc menggunakan credit scoring berbasis AI yang dapat membantu memproses pinjaman microcredit secara instan.

Dengan sistem yang terintegrasi ke berbagai brand consumer, Fairbanc dapat mengakses pesanan merchant dan rekam jejak pembayarannya. Perusahaan dapat mengutilisasi data ini lebih lanjut untuk melakukan underwriting pinjaman serta mendongkrak penjualan merchant dengan menjaga biaya operasional tetap rendah.

Pada pemberitaan sebelumnya, Fairbanc menyebutkan bahwa pihaknya memiliki model bisnis yang sedikit berbeda dengan lainnya. Fairbanc menghasilkan uang dengan mengoptimalkan pembayaran tunai langsung ke distributor dan penggunaan diskon dari volume penjualan. Dengan begitu, pedagang mikro tidak dibebankan bunga dan tambahan biaya dari merchant FMCG dan para distributornya.

Konsep serupa sebenarnya juga sudah diakomodasi oleh beberapa fintech di Indonesia melalui layanan invoice financing. Untuk memaksimalkan potensi paylater bagi kalangan pebisnis, Investree baru-baru ini juga meluncurkan produk baru serupa, bekerja sama dengan Andalin. Di luar itu ada AwanTunai dan beberapa pemain lainnya yang juga mencoba memfasilitasi kebutuhan yang sama.

Tiga Startup Asal Indonesia Lolos ke Program Akselerator Surge Kohort Kelima

Program scale-up untuk startup dari Sequoia Capital India, Surge, hari ini (30/6) mengumumkan kohort kelima dan terbesar. Dana sebesar $55 juta berhasil dikumpulkan dan siap dikucurkan untuk 23 perusahaan rintisan tahap awal, tiga di antaranya berasal dari Indonesia.

Ketiga startup asal Indonesia yang terpilih mengikuti gelombang ini adalah Durianpay, penyedia pembayaran end-to-end; Rara Delivery, pengiriman instan revolusioner untuk brand e-commerce di Indonesia; dan Bukugaji/Vara, platform manajemen staf yang mudah digunakan dan ringan untuk UMKM di seluruh Asia Tenggara.

Dari 23 perusahaan rintisan tahap awal yang dipilih, mayoritas berada di sektor fintech, pembayaran, komunikasi, logistik, dan SaaS.

Sebelumnya, ada beberapa perusahaan Indonesia yang juga telah mendapat dukungan dari Surge. Di gelombang pertama, terdapat Bobobox dan Qoala, serta Chilibeli, Storie, dan Rukita yang terpilih pada gelombang kedua. BukuKas, Hangry dan CoLearn berhasil masuk di gelombang ketiga, dan Otoklix menjadi satu-satunya startup dari Indonesia yang terpilih di gelombang sebelum ini.

Rajan Anandan selaku Managing Director Surge & Sequoia Capital India mengatakan, “Sequoia Capital India adalah mitra awal untuk beberapa perusahaan paling berpengaruh di Indonesia sejak 2014. Dengan Surge, kami bersemangat untuk mendukung startup Indonesia di masa depan. Perusahaan-perusahaan ini membantu mendigitalkan dan modernisasi industri tradisional dan kami bangga mendukung mereka.”

Pertama kali dimulai pada Maret 2019, Surge telah berhasil menggandeng 72 startup dalam program akseleratornya. Hampir 50% perusahaan dari tiga kohort pertama telah mendapatkan pendanaan seri A.  Saat ini, komunitas Surge telah memiliki 203 founder, dari 91 perusahaan di 15 sektor. Salah satu fakta menarik di kohort kelima ini, terdapat 10 founder wanita, terbanyak di antara gelombang lainnya.

Mulai tanggal 30 Juni ini, para founder Surge akan menjalani program ketat selama 16 minggu secara virtual untuk meningkatkan bisnis dan memberi mereka akses ke Sequoia dengan pengetahuan global selama 49 tahun, serta alat dan pengalaman dari jaringan pendiri dan operator perusahaan yang sukses.

Program ini mencakup hal-hal fundamental dalam membangun perusahaan, dan diakhiri dengan minggu investor yang disebut sebagai UpSurge. Di sana para founder memiliki kesempatan untuk membangun koneksi dan hubungan, serta menemukan calon investor dan mitra yang akan menjadi bagian dari perusahaan mereka untuk jangka panjang.

Dalam gelombang ini, Surge memiliki satu benang merah yaitu mengubah potensi manusia dengan mendigitalisasi cara hidup, bekerja, dan belajar. Ide-ide yang dibawa oleh sekelompok pendiri yang beragam ini memiliki tujuan untuk menunjukkan bahwa mereka tertarik memainkan peran penting dalam membentuk potensi Asia Tenggara dan India pasca pandemi.

Selain melalui program akselerator Surge, Sequoia Capital juga telah menggelontorkan investasi ke beberapa perusahaan ternama di Indonesia seperti Tokopedia, Gojek, dan Traveloka.

Venturra Discovery Tambah Portofolio di Luar Indonesia

Besarnya potensi yang ditawarkan oleh berbagai startup di Vietnam, menjadi alasan utama mengapa Venturra Discovery kemudian kembali untuk memberikan pendanaan. Setelah sebelumnya startup social commerce Mio, kali ini mereka kembali terlibat dalam pendanaan startup lain asal Vietnam, Infina.

Diluncurkan pada Januari 2021, Infina adalah aplikasi investasi digital, mereka menyebut dirinya sebagai “Rohinhood of Vietnam”. Sama seperti aplikasi Ajaib atau Bibit di Indonesia, platform tersebut menargetkan kalangan investor ritel atau dari masyarakat umum.

“Ada banyak kesamaan antara Vietnam dan Indonesia. Kami tertarik untuk menjelajahi lebih jauh lagi semua peluang yang ada di Vietnam,” kata Partner Venturra Discovery Raditya Pramana kepada DailySocial.

Selain Mio dan Infina, secara keseluruhan untuk negara Vietnam, pemodal ventura yang terafiliasi dengan Lippo Group tersebut telah memiliki empat portofolio, termasuk Med247 yang merupakan platform healthtech dan Vui App platform fintech.

Fokus ke startup Asia Tenggara

Selain Vietnam, sepanjang tahun 2018 hingga 2021, Venturra Discovery juga telah berinvestasi kepada Antler dan Cove yang merupakan startup asal Singapura. Antler merupakan venture builder untuk startup; sementara Cove adalah marketplace sewa rumah yang menghubungkan pemilik properti dengan penyewa untuk menawarkan kamar yang terjangkau.

Negara lain yang juga diincar oleh Venturra Discovery adalah Filipina. Awal tahun 2021 lalu mereka memberikan pendanaan tahap awal kepada Podcast Network Asia (PNA) senilai $750 ribu. Dipilihnya Filipina oleh Venturra Discovery untuk berinvestasi adalah, negara yang memiliki banyak keunikannya. Tidak cuma jumlah penduduknya banyak, secara demografi penduduknya relatif muda, buying power juga semakin meningkat.

Podcast saat ini masih dalam tahap awal di Asia Tenggara. Saat kita melihat podcast dengan tangga lagu teratas, sebagian besar diluncurkan dalam satu tahun terakhir. Industri ini memiliki momentum yang kuat, karena platform streaming audio menggandakan segmen ini. Kami yakin kami dapat memberdayakan para kreator untuk meningkatkan dan mengomersialkan konten mereka melalui analisis data dan dukungan produksi,” kata Raditya.

Hedosophia, Saison Capital, dan Sejumlah Investor Terlibat di Pendanaan Seri B BukuKas

Pertengahan Mei 2021 lalu, BukuKas baru mengumumkan pendanaan seri B senilai $50 juta. Sequioa Capital India dikatakan memimpin putaran tersebut diikuti angel investor Gokul Rajaram dan Taavet Hinrikus.

Dari data yang kami dapatkan, sejumlah investor global ternama turut andil dalam putaran tersebut. Pemodal ventura asal London, Hedosophia dikabarkan menjadi pemimpin dalam putaran ini, dengan partisipasi nilai mayoritas dari total pendanaan (est $30 juta).

Selain itu ada juga limited partner yang bergabung dengan total keterlibatan hampir seperlima dari total saham yang diperdagangkan, yakni Gemini Investments. Diketahui LP ini juga masuk sempat berpartisipasi ke pendanaan Kopi Kenangan dan Payfazz.

Adapun daftar investor lainnya yang turut terlibat dan belum disebut dalam pemberitaan sebelumnya meliputi Cormano Trade & Investment, Saison Capital, Dogan Online, Cambium Grove Capital, Alter Global, Delaware, January Capital, Orion Advisor, TS Guardians, dan Endeavor Catalyst.

Dengan pendanaan tersebut, saat ini BukuKas diperkirakan telah mencapai valuasi $195 juta.

Hingga April 2021, BukuKas telah berhasil merangkul 6,3 juta pemilik toko dan pelaku usaha kecil, yang mana hampir separuhnya atau sebanyak 3 juta pengguna di antaranya adalah pengguna aktif bulanan. BukuKas mencatatkan akumulasi nilai transaksi sebesar hampir $25,9 juta miliar, atau setara 2,2% dari PDB Indonesia.

BukuKas menargetkan pada 2022 mendatang, perusahaan dapat menumbuhkan jumlah pengguna hingga 20 juta UMKM.

Sementara itu rival utamanya BukuWarung pada awal Juni 2021 ini juga baru mengumumkan penutupan pendanaan seri A yang dipimpin oleh Valar Ventures dan Goodwater Capital. Putaran ini menghasilkan nilai investasi $60 juta, membawa valuasi perusahaan di kisaran $190 juta.

Baik BukuKas dan BukuWarung sama-sama menyuguhkan aplikasi untuk membantu pelaku UMKM melakukan pencatatan transaksi harian. Misi jangka panjangnya untuk menghadirkan layanan fintech komprehensif bagi UMKM di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Startup Perawatan Gigi KLAR Peroleh Investasi Awal dari AC Ventures dan Kenangan Fund

Startup teknologi perawatan gigi estetika KLAR mengumumkan investasi tahap awal yang dipimpin oleh AC Ventures dan diikuti oleh partisipasi dari Kenangan Fund. Perusahaan tidak menyebut nominal yang didapat dalam putaran ini.

Dana segar ini akan dimanfaatkan KLAR untuk mencapai empat tujuan bisnis utamanya. Pertama, pengembangan dan riset untuk mengoptimalkan biaya perawatan agar pasien dapat menikmati layanan kualitas internasional tanpa menguras banyak biaya. Kedua, memperbesar tim agar dapat menjadi pemimpin di pasar.

Ketiga, dana akan dialokasikan untuk memperkuat posisi KLAR sebagai brand andalan pasien dan dokter gigi mitra yang menginginkan solusi merapikan gigi tanpa proses yang rumit. Terakhir, KLAR akan menambah portofolio produk pendukung untuk merapikan gigi pasien secara menyeluruh.

Co-Founder & CEO KLAR Ellen Pranata menyampaikan, pendanaan ini adalah langkah awal mengembangkan KLAR. Ia melihat semakin banyak pasien yang ingin memiliki gigi yang rapi dan senyum yang menarik untuk menambah rasa percaya diri, namun menginginkan proses yang nyaman tanpa mengorbankan estetik.

“Kami dan investor sedari awal sepakat bahwa tujuan bisnis kami adalah untuk memberikan solusi teknologi perawatan gigi yang reliable bagi masyarakat Indonesia,” kata Ellen dalam keterangan resmi, Selasa (29/6).

Potensi pasar untuk aligner di Indonesia diestimasi bisa mencapai $3 miliar (Rp43 triliun). Dengan pertumbuhan PDB per kapita dan meningkatnya minat perawatan diri dan estetika, KLAR yakin permintaan aligner di Indonesia akan terus meningkat. Di Indonesia, selain KLAR, ada RATA yang bermain di segmen yang sama.

“KLAR mencoba menyelesaikan masalah yang selama ini ada dengan solusi yang lebih baik, terjangkau, dan lebih nyaman. Didukung dengan tim pendiri yang solid dan jaringan industri yang kuat, kami percaya KLAR memiliki kapasitas yang dibutuhkan untuk menjadi pemimpin di industri estetika gigi di Indonesia,” ucap Founder & General Partner AC Ventures Michael Soerijadji.

Model bisnis KLAR

Salah satu varian produk yang ditawarkan KLAR untuk perawatan gigi / KLAR

KLAR sendiri dirintis pada September 2020 oleh Ellen Pranata, Adelia Susanto, dan David Sugiharta. Ellen sebelumnya adalah Direktur Cobra Dental, salah satu perusahaan importir dan penjual peralatan dental. Bersama Ellen, Adelia Susanto (Chief Orthodontist KLAR) merupakan spesialis ortodonti yang memiliki banyak pengalaman terkait perawatan dengan clear aligners.

Sementara, David (COO) adalah dokter gigi yang ahli di bidang prosthetics, aesthetics, dan full mouth rehabilitations. Ketiga eksekutif ini juga didampingi oleh penasihat senior, seperti Gita Prihanto (eks-COO RuangGuru dan eks-Senior Director Grab Indonesia) dan Adrian Susanto (CEO Cobra Dental).

KLAR mengandalkan model bisnis B2B2C, melengkapi layanan yang ditawarkan dokter gigi mitra dengan menghadirkan teknologi aligner berkualitas, sehingga mereka dapat menawarkan produk tersebut ke pasien. Dokter gigi dan pasien dapat berinteraksi dan memantau status perawatan dari jarak jauh dengan aplikasi KLAR Smile.

Nilai tambah tersebut menobatkan KLAR sebagai pembeda di industri karena dapat mengurangi jumlah kunjungan dan waktu yang dihabiskan untuk kontrol berkala. Dalam waktu kurang dari setahun, perusahaan telah bermitra dengan lebih dari 600 dokter gigi (dokter gigi umum dan spesialis) di seluruh penjuru negeri.

Untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat terhadap gigi yang rapi dan senyum yang menarik, KLAR telah hadir di lebih dari 100 klinik gigi yang tersebar di 32 kota. Jakarta, Bali, dan Surabaya menjadi tiga kota paling strategis bagi perkembangan bisnis KLAR. Beroperasi di tengah pandemi Covid-19, startup ini tetap mampu meningkatkan pendapatan dengan pesat.

KLAR mengelola operasional perusahaan dari hulu ke hilir secara mandiri, bahkan mereka telah memiliki fasilitas produksi khusus untuk memproduksi aligner transparan, KLAR Aligner. Dengan pendekatan ini, maka KLAR dapat menjaga kualitas serta menekan biaya produksi.

KLAR Aligner dikembangkan oleh spesialis ortodonti berpengalaman. Setiap set produk KLAR dibuat secara personal, sesuai dengan kebutuhan khusus setiap pasien. Bahkan, ultra-clear aligner dari KLAR menjadi satu-satunya produk aligner lokal buatan Indonesia yang terdaftar secara resmi di Kementerian Kesehatan RI. Alhasil, produk ini terjamin aman dan nyaman untuk digunakan. KLAR Aligner juga menawarkan perawatan maloklusi gigi secara menyeluruh untuk memastikan tata letak gigi dan gigitan yang sehat setelah perawatan.

“Kami menawarkan kualitas perawatan estetik gigi kelas dunia, tetapi kami mampu menawarkannya dengan harga yang lebih terjangkau karena keseluruhan proses produksi dan perawatan kami dilakukan di Indonesia,” tambah Ellen.

Saat ini KLAR didukung oleh 20 orang profesional berencana untuk terus menambah jumlah tim menjadi setidaknya 80 orang di tahun 2021, demi memenuhi permintaan yang kian meningkat.

StartupBlink: Indonesia Masuk Peringkat ke-45 di Ekosistem Startup Global 2021

Ekosistem startup di Indonesia naik sembilan peringkat menjadi ke-45 secara global menurut laporan termutakhir yang dikeluarkan StartupBlink “Global Startup Ecosystem Index 2021”. Pada laporan di tahun sebelumnya, Indonesia masuk dalam urutan ke-54.

Dibandingkan negara tetangga di Asia Tenggara, Singapura memimpin posisi di peringkat ke-10, disusul Malaysia (40). Posisi Thailand mengekor setelah Indonesia berada di peringkat ke-50, Filipina (52), dan Vietnam (59).

Lebih jauh dipaparkan, untuk di kawasan Asia Pasifik, Indonesia masuk dalam peringkat ke-10. Jakarta adalah kota dengan peringkat tertinggi di Indonesia, naik tujuh peringkat ke peringkat ke-34 secara global dan peringkat ke-12 di antara kota-kota lain di kawasan APAC.

Secara global, kota ini juga mendapat label sebagai pusat inovasi kewirausahaan ke-12 untuk teknologi transportasi, ke-13 untuk e-commerce dan teknologi ritel, dan masuk dalam 50 besar untuk teknologi pendidikan, pangan, Teknologi pemasaran & penjualan, dan sosial & kenyamanan.

Di balik peringkat tersebut, masih ada kesenjangan yang cukup besar antara Jakarta dan kota-kota lainnya di Indonesia. Misalnya, Bandung yang merupakan kota nasional terbesar kedua, namun secara global ada di peringkat ke-368. Lalu, Yogyakarta ada di posisi ke-668 setelah turun 21 peringkat, dan Surabaya turun 24 peringkat ke peringkat 759. Namun, secara total Indonesia memiliki 7 kota yang masuk dalam top 1000 secara global.

Dengan bonus demografi yang besar, negara ini masih memiliki tantangan dari lingkungan politik yang tidak stabil dan tingkat birokrasi regulasi yang tinggi. Untuk mengatasi hal tersebut, StartupBlink merekomendasikan sektor publik harus fokus pada penciptaan infrastruktur hukum dan sistem pendukung yang sesuai agar startup dan pengusaha berkembang.

Selain itu, kota-kota di Pulau Bali juga berpotensi menjadi hub startup Indonesia, mengingat di sana banyak pengusaha asing yang hidup nomaden digital bermukim. “Jika saja infrastruktur internet menawarkan konektivitas yang lebih andal, mempertimbangkan populasi dan ukuran negara, Indonesia sangat membutuhkan kota-kota dengan ekosistem startup yang lebih kecil untuk mempersempit kesenjangan besar dengan Jakarta,” tulisnya.

Dalam menyusun indeks ini, StartupBlink mengompilasi dari berbagai sumber data yang diproses oleh suatu algoritma dan terintegrasi dengan StartupBlink Global Startup Ecosystem Map yang interaktif dan crowdsourced. Data-data dari mitra global StartupBlink, seperti Crunchbase, Semrush, dan Meetup, juga digabungkan untuk melengkapi analisis.

Laporan tersebut memberikan dua set peringkat: yang pertama untuk negara, dan yang kedua untuk ekosistem individu di dalam kota. Setiap lokasi memiliki skor total, yang merupakan penjumlahan dari tiga skor pengukuran Kuantitas, Kualitas, dan Lingkungan Bisnis. Skor memiliki kepentingan komparatif, memberikan wawasan unik tentang perbedaan antara ekosistem yang berbeda secara absolut.

Berdasarkan algoritme tahun-tahun sebelumnya, laporan tahun ini memberikan bobot lebih kepada startup B2B, menambahkan lebih banyak parameter yang terkait dengan layanan teknologi dalam kumpulan data, dan meningkatkan pengumpulan data dari pusat R&D perusahaan internasional.

Foto Header: Depositphotos.com

Perluas Segmentasi Bisnis, IDN Media Segera Luncurkan Kanal “Fortune Indonesia”

Melihat masih minimnya jumlah pengguna dari segmen bisnis, IDN Media yang selama ini ingin menjadi one stop media platform dan bertujuan membangun ekosistem yang lengkap, segera meluncurkan “Fortune Indonesia”. Rencananya kanal baru tersebut akan resmi dirilis pada kuartal ketiga tahun ini.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO IDN Media Winston Utomo mengungkapkan, Fortune Indonesia diharapkan bisa menjangkau segmentasi umum yang tertarik untuk mengetahui lebih lanjut perkembangan informasi dalam kategori bisnis seperti pasar, ekonomi, teknologi, syariah, dan beberapa lainnya.

“Bicara soal target umur cukup beragam, karena kita ingin menargetkan mereka yang masuk dalam kategori seperti eksekutif, decision maker, termasuk aspiring leader atau aspiring profesional.”

Didirikan pertama kali di New York pada tahun 1929, Fortune merupakan media bisnis terkemuka di dunia yang berfokus pada majalah, situs web, dan seri konferensi. Sejak pertama kali didirikan, Fortune dinilai berhasil mempertahankan kualitas, akurasi, dan transparansi dalam setiap penyampaian informasinya. Untuk Fortune Indonesia nantinya pengguna bisa menikmati konten tersebut dalam platform digital, majalah, dan juga ragam agenda acara.

“Nantinya kita akan menempatkan dedicated team dari IDN Media yang bertanggung jawab untuk mengelola semua konten dan kegiatan yang ada,” kata Winston.

Fortune Indonesia juga akan menciptakan kategori peringkatnya sendiri. Kategori tersebut terinspirasi dari Fortune Rankings yang sudah melegenda, seperti Fortune 500, World’s 50 Greatest Leaders, Fortune 40 under 40, 100 Best Companies to Work for, 100 Fastest Growing Companies, Most Powerful Woman, dan masih banyak lagi.

Pandemi dan pertumbuhan bisnis IDN Media

Terkait vertikal bisnis IDN Media lainnya seperti IDN Programmatic OOH, IDN App, dan IDN Pictures, menurut Winston masih terus tumbuh namun mengalami hambatan selama pandemi. Masing-masing bisnis masih terus berjalan, namun memiliki fokus dan perkembangan yang cukup bervariasi.

“Untuk IDN Pictures sendiri saat ini kami masih terus memproduksi film, namun karena pandemi kami mengalami kendala untuk jadwal rilisnya,” kata Winston.

Namun karena memiliki dua model bisnis, untuk branded content di IDN Pictures diklaim terus mendapatkan demand yang cukup tinggi terutama dari kalangan advertiser. Sementara untuk IDN Programmatic OOH, pandemi juga menghambat pertumbuhan layanan tersebut dan masih jauh dari ekspektasi perusahaan. Untuk itu perusahaan memutuskan untuk fokus kepada pengembangan produk dan teknologi.

“Setelah meluncurkan Fortune Indonesia kita belum memiliki rencana untuk meluncurkan produk atau layanan lainnya dalam waktu dekat. Fokus kami masih ingin membesarkan pertumbuhan IDN App,” tutup Winston.

Application Information Will Show Up Here

Kevin Aluwi dan Sejumlah VC Lokal Turut Terlibat dalam Pendanaan Awal Gotrade

Jumat (25/6) lalu platform investasi saham asal Singapura, Gotrade, mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai $7 juta yang dipimpin oleh LocalGlobe. Di putaran tersebut, Co-Founder & CEO Gojek Kevin Aluwi turut serta menjadi angel investor.

Sejumlah pemodal ventura lokal juga terlibat di dalamnya, di antaranya Amand Ventures, Prasetia Dwidharma, dan Brama One Ventures. Yang terakhir adalah pemodal ventura berbasis di Surabaya yang telah berinvestasi di sejumlah startup, termasuk Ayoconnect, Halodoc, NalaGenetics, dan lain-lain.

Gotrade sendiri hadir menawarkan kemudahan untuk melakukan trading saham dari bursa Amerika Serikat. Saat ini layanan tersebut juga sudah bisa diakses oleh pengguna di Indonesia secara terbatas. Sejak diluncurkan, hingga saat ini, mereka masih menjalankan model undangan bagi pengguna barunya.

Model tersebut mengharuskan calon pengguna untuk terlebih dulu mendapatkan undangan dari pengguna sebelumnya. Hal ini dilakukan lantaran aplikasi memang masih di tahap awal. Statistik yang disampaikan Gotrade telah menggaet lebih dari 100 ribu pengguna sejak 13 minggu aplikasi diluncurkan.

Startup ini didirikan sejak tahun 2019 oleh David Grant, Norman Wanto, dan Rohit Mulani. Mereka juga tengah bergabung dalam program akselerator Y Combinator [YC menjadi salah satu investor tahap awalnya].

Salah satu proposisi nilai yang coba ditawarkan Gotrade, mereka meleburkan batasan geografis untuk investasi, dengan tidak memungut komisi dan menghapus ukuran setoran minimum. Pengguna dari 150 negara dapat membeli saham pecahan di Dow Jones, S&P 500, dan NASDAQ mulai dari $1.

Platform investasi atau wealthtech memang cukup berkembang di Indonesia, seiring meningkatkan kemauan kalangan muda (milenial dan gen Z) untuk mulai berinvestasi sejak dini. Beberapa startup lokal yang mengembangkan layanan terkait juga mendapatkan dukungan yang cukup baik dari investor. Misalnya Ajaib, bulan Maret 2021 lalu mereka baru merampungkan putaran pendanaan seri A dengan total nilai mencapai 1,3 triliun Rupiah. Setelah Sequoia juga mengumumkan pendanaan lanjutan 938 miliar Rupiah pada Mei 2021.

Di luar itu, juga masih banyak platform lain yang tawarkan layanan investasi dengan berbagai instrumen. Adapun yang juga memberikan akses ke bursa saham AS adalah Pluang – baru terbatas S&P 500; mereka juga didukung Go-Ventures sebagai investor, saat ini juga terintegrasi di ekosistem layanan Gojek.

Application Information Will Show Up Here