Tokocrypto Amankan Pendanaan dari Binance

Platform jual beli aset kripto Tokocrypto mengumumkan telah mendapatkan pendanaan dari Binance, sebuah perusahaan yang juga berkecimpung di industri blockchain. Tidak ada nominal yang disebutkan untuk pendanaan kali ini. Hanya saja Tokocrypto menjelaskan akan memanfaatkan pendanaan kali ini untuk menggenjot pertumbuhan bisnis.

Beberapa hal yang direncanakan adalah mengembangkan produk dan layanan baru, pengembangan teknologi, menghadirkan inisiatif baru dalam hal edukasi blockchain di Indonesia, dan juga melakukan ekspansi secara nasional, meliputi Surabaya, Bali, Medan, Makassar, Balikpapan, dan lainnya.

“Investasi di Tokocrypto ini menjadi penegasan akan kepercayaan dari pemimpin pasar aset kripto secara global terhadap potensi blockchain ekosistem di Indonesia yang sangat menjanjikan. Investasi dari Binance ini akan digunakan untuk menghadirkan dan meningkatkan layanan terbaik dari Tokocrypto di pasar Indonesia, serta mempercepat visi kami dalam menghadirkan ekosistem keuangan terbuka melalui teknologi blockchain,” kata Co-Founder dan CEO Tokocrypto Pang Xue Kai.

Dimulai pada tahun 2018, Tokocrypto sebelumnya juga berhasil mendapatkan pendanaan dari QCP Capital, perusahaan perdagangan aset digital dan investasi yang berbasis di Singapura. Seiring berjalannya waktu, pada thaun 2019 Tokocrypto meluncurkan Toko Launchpad, sebuah platform yang berfungsi untuk menjembatani proyek blockchain dengan mekanisme Initial Exchange Offering (IEO). Kemudian di tahun yang sama, mereka berhasil terdaftar di BAPPEBTI.

Pihak Tokocrypto sendiri saat ini cukup optimis dengan apa yang telah mereka lakukan dan capai selama ini. Termasuk rencana-rencana besar yang mereka siapkan untuk melaju selepas pendanaan ini.

“Saat ini bisnis Tokocrypto terus berkembang secara positif, baik dari sisi pengguna maupun transaksi harian. Saat ini, trading volume harian Tokocrypto telah berhasil mencapai $700,000. Selanjutnya, kami tentu akan terus berinovasi dengan menghadirkan fitur atau produk menarik lainnya, serta juga akan menghadirkan berbagai promo menarik,” ujar Kai.

Perkembangan industri aset kripto di Indonesia mungkin belum semasif industri e-commerce maupun teknologi finansial yang dikenal baik masyarakat umum. Masalah edukasi pengguna ini tampaknya masih jadi salah satu hambatan yang menjadi tantangan bersama para pemain di dalamnya.

Untuk saat ini industri perdagangan aset kripto di Indonesia sendiri sudah cukup ramai. Beberapa nama pemain lokal bermunculan dan beberapa pemain luar mulai masuk ke pasar Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Luno, Indodax, Coinone, Pintu, dan Tokenomy.

Application Information Will Show Up Here

Kopi Kenangan Umumkan Pendanaan Seri B Lebih dari 1,6 Triliun Rupiah

Startup new retail Kopi Kenangan mengumumkan pendanaan seri B senilai $109 juta (lebih dari 1,6 triliun Rupiah) yang dipimpin investor terdahulunya Sequoia Capital India. Beberapa nama baru seperti B Capital, Horizons Ventures, Verlinvest, Kunlun, dan Sofina turut bergabung dalam putaran ini, sekaligus investor pertamanya Alpha JWC Ventures.

Dikabarkan pula, salah satu co-founder Facebook Eduardo Saverin bergabung ke dalam jajaran komisaris Kopi Kenangan, melalui B Capital. Keterlibatannya diharapkan dapat membantu transformasi perusahaan jauh lebih cepat.

“Saya berharap dapat bekerja sama dengan Kopi Kenangan dan membangun merek global yang merayakan citarasa khas Indonesia dan Asia Tenggara,” kata Saverin dalam keterangan resmi, Selasa (12/5).

Dalam rekam jejaknya, Kopi Kenangan pertama kali mengantongi pendanaan tahap awal dari Alpha JWC Ventures senilai $8 juta pada 2018. Setahun kemudian, menggalang pendanaan seri A sebesar $20 juta dipimpin oleh Sequoia Capital India dan tambahan dana dengan nilai dirahasiakan dari Arrive, Serena Ventures, pebasket NBA Caris LeVert, dan pendiri Sweetgreen Jonathan Neman.

Bila ditotal, investasi yang diterima perusahaan mencapai lebih dari $137 juta (lebih dari 2 triliun Rupiah).

Secara terpisah, kepada DailySocial, Co-Founder & CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata mengonfirmasi, sampai tahap ini perusahaan belum menyandang status unicorn, sebelumnya diketahui bahwa valuasi Kopi Kenangan sudah tembus status centaur. “Sampai saat ini Kopi Kenangan belum menjadi unicorn,” ujarnya.

Dia menerangkan mengatakan pendanaan segar ini akan digunakan untuk memperkuat posisinya di Indonesia. Salah satunya, rencana untuk menawarkan berbagai produk makanan dan minuman dari pedagang lokal serta mengembangkan cloud kitchen.

“Sebagai startup yang sedang tumbuh, kami cepat beradaptasi terhadap tantangan melalui transaksi tanpa kontak dan standar kebersihan yang tidak kenal kompromi di seluruh toko kami. Kesejahteraan karyawan adalah prioritas besar dan kami berinvestasi untuk keselamatan mereka, bersamaan dengan itu peningkatan manfaat kesehatan dan pelatihan tambahan untuk membantu mereka mengatasi perubahan besar ini,” ujarnya.

Dampak pandemi, juga menghantam bisnis Kopi Kenangan. Edward menuturkan, semua industri lain, F&B juga mengalami penurunan signifikan, terutama di gerai offline. Tapi berkat model bisnis grab & go, perusahaan melihat adanya peningkatan online order sebesar 50% di lokasi-lokasi tertentu.

Dia pun percaya, bisnis yang cepat beradaptasi dengan kondisi dapat bertahan di tengah krisis, bukanlah mereka yang terpintar atau punya modal besar. “Kopi Kenangan mendapatkan kepercayaan investor dengan mengangkat model bisnis grab and go yang cocok dengan situasi saat ini.”

Saat ini Kopi Kenangan memperkerjakan 3 ribu karyawan tersebar di 324 gerai di seluruh kota di Indonesia. Diharapkan pada tahun ini dapat menambah lokasi toko hingga mencapai 500 gerai. Perusahaan juga berambisi untuk ekspansi regional pasca pandemi. Thailand, Filipina, dan Malaysia, menjadi negara yang mereka incar.

“Rencana ekspansi regional akan tetap dilaksanakan, dengan melihat situasi pasca-Covid-19,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Gandeng Maingame.com Perkaya Fitur GoGames

Gojek, melalui GoGames, menjalin kerja sama dengan platform penyedia game lokal Maingame.com untuk menghadirkan berbagai kompetisi dan hiburan game di aplikasi.

Menurut pemaparan Head of Third Party Platform Gojek Sony Radhityo, inisiatif ini diharapkan dapat turut mengisi waktu luang pelanggan di tengah karantina mandiri yang tengah dilakukan masyarakat di berbagai daerah.

“Kehadiran Maingame.com semakin memperkuat posisi GoGames sebagai one-stop gaming ecosystem, yang kini fokus untuk menghadirkan pengalaman bermain para pecinta game maupun masyarakat umum lewat berbagai macam game menarik hanya dalam satu platform,” ujar Sony.

Integrasi aplikasi GoGames dan Maingame.com di Gojek
Integrasi aplikasi GoGames dan Maingame.com di Gojek

Maingame.com didirikan oleh Anton Soeharyo sejak November 2019. Di bawah naungan PT Bahagia Bersama Indonesia, platform ini dikembangkan untuk memudahkan pengguna memainkan berbagai game tanpa harus repot mengunduh aplikasi satu per satu.

Berbasis situs web berbasis HTML 5 dan Progressive Web App, layanan ini diharapkan bisa menjangkau semua kalangan. Karena relatif lebih efisien dan bersahabat dengan berbagai tipe ponsel pintar.

Salah satu fitur andalan di Maingame.com adalah “Kompetisi”, memungkinkan para peserta untuk bergabung dalam sebuah kontes permainan yang diadakan dalam periode tertentu. Ada hadiah utama dan hadiah harian yang akan diberikan untuk setiap pemenang.

Untuk kebutuhan transaksi pembayaran khususnya membeli tiket ke kompetisi, selain potong pulsa, Maingame.com juga telah mengintegrasikan layanannya dengan GoPay.

Gojek sendiri telah merilis fitur GoGames sejak September 2019 lalu. Di fase awalnya, terdiri dari tiga fitur utama. Pertama adalah GoGames Top-up, memungkinkan pengguna melakukan top-up kredit dan membeli barang virtual untuk kebutuhan bermain game.

Kedua ada GoGames Recipe, berisi kanal informasi yang juga dilengkapi tips dan trik permainan game. Dan yang ketiga adalah GoGames TV, menampilkan konten terkurasi perhelatan kompetisi game tingkat nasional dan internasional.

Application Information Will Show Up Here

Mempersiapkan “The New Normal” untuk Bisnis Fintech Lending

Efek pandemi mendera sebagian besar sektor bisnis, turut dirasakan oleh industri fintech lending yang harus mempersiapkan sejumlah langkah preventif demi mencegah gagal bayar oleh para peminjamnya. Pemain fintech dituntut untuk bersiap diri menuju “the new normal”.

Untuk membahas topik ini, DailySocial mengundang CMO KoinWorks Jonathan Bryan sebagai pembicara untuk #SelasaStartup edisi pekan pertama Mei 2020.

KoinWorks termasuk salah satu pionir startup fintech p2p lending di Indonesia.
Pada Februari 2020, perusahaan mengumumkan pendanaan baru dalam dua skema, yakni pinjaman dan ekuitas dengan total nilai $20 juta atau setara 316 miliar Rupiah.

Berikut ringkasannya:

Melakukan restrukturisasi kredit

Mengikuti anjuran regulator, KoinWorks juga menerapkan restrukturisasi kredit untuk bisnis peminjam yang terkena dampak pandemi. Namun, relaksasi ini tidak bisa dimanfaatkan secara merata buat semua peminjam. Dikarenakan, pemain platform tidak bisa bertindak seperti bank.

Posisi mereka ada di tengah-tengah, di antara peminjam dan pemberi pinjaman. Pemain platform memosisikan diri untuk membantu bisnis agar tetap bisa berjalan dan tidak merugikan pemberi pinjaman.

Peminjam harus menunjukkan data untuk memperlihatkan keabsahan bahwa bisnisnya benar-benar terdampak Covid-19. Entah itu dari laporan buku bank, jika mereka berupa bisnis offline bisa menunjukkan penutupan tokonya.

“Jangan sampai bisnisnya benar-benar mati, maka yang kita bangun adalah penyesuaian jadwal kepada para peminjam dengan perpanjang tenor. Itu tujuannya untuk memastikan bisnis tersebut bisa bayar dan tetap survive,” terangnya.

Lebih selektif dan cari potensi bisnis lain

Jonathan melanjutkan salah satu produk pinjaman yang tersedia di KoinWorks adalah pinjaman untuk penjual online. Lini ini masih menunjukkan tren positif seperti yang terjadi di tahun sebelumnya.

Tren kenaikan permintaan pinjaman biasanya terjadi saat awal tahun, baik itu saat salah satu e-commerce merayakan hari jadinya, momen lebaran, dan pada akhir tahun masuk ke momen akhir tahun dan harbolnas.

Menjelang momen tersebut tiba, sekitar dua sampai tiga bulan sebelumnya kenaikan pinjaman akan banyak bermunculan. Penjual pada saat itu butuh dana pinjaman untuk menyetok barang dagangannya agar aman ketika pembelian membludak.

“Kenaikannya [pinjaman] bisa 1-2 kali lipat secara yoy saat high season, terutama saat lebaran. Tahun ini kita lakukan pengetatan, misalnya tidak memberikan ke segmen yang paling terdampak Covid-19 seperti pariwisata. Ada pemetaan yang kita buat.”

Bersiap menuju “the new normal” fintech

Ketika restrukturisasi dan pengetatan scoring dilakukan, maka langkah terakhirnya adalah mengantisipasi terjadinya second wave dari dampak pandemi. Jonathan bertutur dari hasil riset internal perusahaan, banyak temuan yang bisa ditarik dari iklim investasi di berbagai negara maju.

“Menurut kita, pandemi ini selesai setelah lebaran. Tapi yang ditakutkan adalah second wave karena penyebarannya yang begitu mudah. Setelah itu baru masuk ke fase recovery, ada strategi bagaimana untuk defensif dan agresif. Jadi harus pick the right battle untuk masing-masing bisnis.”

Ketika kondisi pemulihan berhasil dilewati, maka saatnya untuk kembali ke misi awal, yakni membantu bisnis UKM tumbuh lebih agresif. “Semua bisnis yang berhasil melewati pasca pandemi, bisa dipastikan dia bisa terbang dan jump berkali-kali lipat karena sudah melewati bagian terburuknya. Itu yang mau kita bawa, mungkin sampai akhir tahun ini baru benar-benar recover,” pungkasnya.

Donald Wihardja Resmi Menjabat CEO MDI Ventures

Setelah menjabat sebagai Partner di Convergence Ventures yang kini berubah nama menjadi AC Ventures pasca merger dengan Agaeti Ventures, Donald Wihardja resmi menempati posisi baru sebagai CEO MDI Ventures, mengisi kekosongan posisi tersebut selama 9 bulan sejak ditinggal pendahulunya. Seperti diketahui, posisi ini sebelumnya ditempati oleh Nicko Widjaja yang kini hijrah untuk membangun BRI Ventures.

Bersamaan dengan masuknya Donald, Aldi Adrian Hartanto kini menjabat sebagai VP of Investments di MDI Ventures.

Kepada KrASIA VP of investments MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto mengungkapkan, berangkat dari pengalaman yang dimiliki oleh Donald Wihardja dalam hal investasi dan menjalankan bisnis, bisa menambah warna tersendiri kepada gaya investasi dan kultur di MDI Ventures selanjutnya.

Ditambahkan olehnya, dalam beberapa tahun ke depan, tujuan utama dari MDI Ventures adalah tetap sama, yaitu sesuai dengan visi menjadi VC yang fokus kepada pendanaan top multi-stage di Asia Tenggara.

Diharapkan Donald bersama tim bisa membantu untuk mengakselerasi aktivitas penggalangan dana, agar bisa menciptakan asosiasi pendanaan yang mandiri, sekaligus mendukung dan memperkuat organisasi. Tahun 2019 MDI Ventures berhasil catatkan 5 exit, dengan 3 akuisisi dan 2 IPO.

Tambah dana kelolaan baru

Tahun ini MDI Ventures segera menambah dua dana kelolaan baru lagi untuk memperkuat portfolio investasi startup Telkom Group dari tahap early stage sampai later stage. Kepada DailySocial Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li mengungkapkan, bahwa penambahan ini dikarenakan alokasi dana putaran pertama selama empat tahun sudah habis.

Dana Kelolaan MDI Ventures

Awal Desember 2019 lalu, Telkom Group melalui MDI Ventures dan KB Financial Group asal Korea Selatan juga membentuk dana kelolaan baru bernama Centauri Fund. Mundur lagi, di pertengahan 2019, anak usaha di bisnis seluler Telkomsel membentuk unit investasi baru, yaitu Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) yang akan dikelola oleh MDI Ventures.

Tantangan investasi di 2020

Pandemi membuat banyak strategi bisnis harus disusun ulang, pun demikian dengan strategi investasi.  Dalam sejumlah wawancara dengan venture capitalist, kami banyak mendapatkan insight soal prediksi bahwa investasi di Indonesia bakal menurun di 2020. Kendati beberapa pemodal meyakinkan tidak akan menunda rencana-rencana yang sudah ada.

Kenneth menilai, akan ada penyesuaian pada aktivitas investasi. Namun, ia memperkirakan akan ada investor yang memanfaatkan situasi ini untuk mencari portfolio startup yang valuasinya dapat di-discount, terutama, investor yang punya cash reserve kuat.

“Kita tidak melihat rencana investasi dari agresivitas pasar, tetapi startup yang bakal berhasil di masa depan. Bagaimanapun juga, investasi itu bergantung dari cara investor menetapkan hipotesisnya. Saya yakin VC yang punya fund baru dan track record baik bisa bertahan di situasi ini,” ujarnya.

Tahun Lalu Dimo Dikabarkan Telah Diakuisisi Traveloka Group

Traveloka dikabarkan telah mengakuisisi startup sistem pembayaran berbasis kode QR Dimo Pay Indonesia (Dimo) awal tahun lalu. Sumber terpercaya yang tak mau disebutkan namanya kepada DailySocial mengungkapkan, proses pembelian dilakukan melalui perusahaan cangkang (special purpose vehicle / SPV).

Traveloka menggunakan modus yang sama ketika mengakuisisi Pegipegi dan dua startup OTA lain di bawah naungan Recruit Holdings pada awal 2018. Berbeda dengan Gojek, Traveloka memilih tidak memasukkan branding-nya untuk setiap perusahaan hasil akuisisi.

Informasi awal ini kami dapat dari SEAcosystem.com – sebuah worksheet kolaboratif yang diinisiasi sejumlah modal ventura di Asia Tenggara untuk membantu talenta yang terdampak layoff tahun ini. Seluruh data yang dicantumkan di situs tersebut diisi secara sukarela.

Di sana sejumlah pegawai Dimo yang terdampak layoff mengkaitkan nama perusahaannya dengan Traveloka Group. Kami pun mencoba menghubungi pihak Dimo, namun hingga berita diturunkan tidak ada respons yang diberikan.

Dimo berdiri sejak 2016 di bawah naungan Sinar Mas Group, khususnya SMDV. Saat ini Dimo dipimpin Grégory Soetrisnardi, sementara CTO Christoforus Yoga Haryanto berasal dari Traveloka.

Selain Dimo, di bawah badan hukum perusahaan ini ada dua produk lain yang masih beroperasi, yakni Uangku dan Cashbac. Seluruh produk tersebut bergerak di bidang fintech dengan segmen yang berbeda.

Akuisisi oleh Traveloka menjawab pertanyaan mengapa Uangku menjadi opsi pembayaran uang elektronik yang terdapat di aplikasinya. Meskipun demikian kami belum memperoleh konfirmasi apakah Cashbac juga telah diambil alih pengelolaannya oleh Traveloka.

Dimo bergerak di layanan sistem pembayaran berbasis kode QR dengan jargonnya Pay by QR. Mereka bergerak secara agnostik alias kode QR yang terdapat di merchant dapat menerima berbagai sumber dana (source of funds) dari aplikasi uang elektronik yang sudah bekerja sama.

Hubungan Traveloka dan anak usaha Sinarmas juga dilakukan untuk layanan PayLater bersama Danamas. Pihak Danamas mengonfirmasi bahwa hubungan kedua perusahaan adalah sebatas kesepakatan bisnis. Tidak ada penanaman saham dilakukan oleh Traveloka.

Di dalam aplikasi Traveloka, terdapat pemindaian kode QR yang digunakan di lokasi partner merchant Traveloka Eats, stan Traveloka di bandara dan pusat perbelanjaan, dan acara-acara yang digelar Traveloka. Tersedia pula akses cepat untuk masuk ke tempat wisata tanpa perlu mencetak tiket fisik.

Dampak pandemi yang masih berlangsung memukul sektor pariwisata dengan penurunan tertajam dibandingkan sektor lainnya. Selain pemutusan hubungan kerja di Dimo, Airy yang sering diasosiasikan dengan Traveloka telah mengumumkan penutupan operasional per akhir Mei mendatang.

Airy akan Tutup Bisnis secara Permanen, OTA Kalang Kabut Akibat Pandemi

Kabar buruk datang dari industri OTA (Online Travel Agency) lokal. Airy atau Airy Rooms akan menghentikan operasionalnya secara permanen per akhir Mei 2020. Kabar tersebut awalnya kami dapatkan dari seorang yang terlibat dalam operasional perusahaan. Belakangan diketahui, beberapa mitra properti telah mendapatkan email pemberitahuan resmi mengenai rencana penutupan layanan.

DailySocial mencoba menghubungi jajaran manajemen sejak Rabu (06/5), pihaknya masih belum bisa memberikan informasi – kendati tidak menampik kabar tersebut.

Badai PHK juga terus berlangsung di Airy, perkembangan jumlahnya terpantau melalui situs SEAcosystem.com – sebuah worksheet kolaboratif yang diinisiasi sejumlah pemodal ventura Asia Tenggara untuk membantu talenta dan startup yang terdampak layoff karena Covid-19. Narasumber kami pun membenarkan adanya PHK yang dilakukan secara bertahap.

Selain itu, dari percobaan kami, saat ini platform Airy sudah tidak menampilkan lagi daftar properti untuk pencarian di atas tanggal 31 Mei 2020. Pun untuk pemesanan tiket pesawat, jika memasukkan tanggal 1 Juni 2020 ke atas, tidak akan menampilkan hasil pencarian rute.

Sejak awal tahun, saat pandemi Covid-19 mulai menghantui kawasan Asia Tenggara, terjadi penurunan yang cukup tajam untuk pengguna layanan Airy. Diperburuk dengan insiatif lockdown dan physical distancing di hampir semua negara yang menjadikan kegiatan bepergian (ke luar kota atau luar negeri) nyaris tidak dilakukan oleh orang-orang.

Seperti diketahui, selain menawarkan akomodasi penginapan berbiaya rendah, Airy juga menyediakan fitur pemesanan tiket pesawat.

Penurunan trafik kunjungan situs Airy, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
Penurunan trafik kunjungan situs Airy, di platform dekstop dan mobile / Similarweb

Awal tahun ini perusahaan juga baru lakukan suksesi dengan menunjuk Louis Alfonso Kodoatie sebagai CEO baru. Beberbekal 30 ribu kamar yang tersebar di 100 kota, mereka cukup percaya diri bisa terus melanjutkan penetrasi pasar. Terlebih akhir tahun lalu Airy for Business juga baru diluncurkan, sebagai layanan yang menawarkan pelayanan online untuk manajemen perjalanan dinas perusahaan.

Semua OTA terdampak, tak terkecuali

Bulan lalu juga tersiar kabar mengenai pengurangan pegawai dengan jumlah yang cukup signifikan oleh Traveloka. Berhentinya operasional moda transportasi umum antarkota seperti pesawat dan kereta api tentu berimbas pada turunnya pemasukan perusahaan. Kunjungan wisata yang nyaris nol juga membuat pemesanan layanan akomodasi seperti hotel atau tiket rekreasi menurun tajam.

Penurunan trafik kunjungan situs Traveloka, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
Penurunan trafik kunjungan situs Traveloka, di platform dekstop dan mobile / Similarweb

Berbeda dengan Airy, dengan status unicorn Traveloka idealnya memiliki runway yang lebih panjang. Terlebih sejak tahun lalu perusahaan juga tengah gencarkan fundraising hingga 7 triliun Rupiah. Disampaikan juga dalam sebuah kesempatan oleh Co-Founder & CEO Ferry Unardi bahwa startup yang didirikannya direncanakan tempuh dual-listing IPO dalam 2-3 tahun mendatang – kala itu belum ada asumsi worst case akibat pandemi.

Mengamati kondisi yang terjadi saat ini, kepada DailySocial ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet yakin pelaku OTA di Indonesia pasti terpukul akibat Covid-19. Akan tetapi Yusuf melihat mereka bukan tanpa harapan dalam situasi genting seperti sekarang.

“Menurut saya mereka bisa memanfaatkan potensi wisatawan domestik tapi yang sifatnya lebih lokal, seperti wisata kuliner,” ucap Yusuf.

Perwakilan Traveloka, yang dihubungi secara terpisah, mengaku prihatin atas situasi yang terjadi. Namun mereka menolak menjelaskan sejauh apa dampak yang mereka terima. “Saat ini fokus kami adalah mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengguna dalam merencanakan perjalanannya,” ujar Head of Marketing, Transport, Traveloka Andhini Putri.

Pegipegi juga rasakan hal yang sama. Respons perusahaan tak jauh berbeda. Mereka masih sibuk mengakomodasi kebutuhan para pelancong yang menggunakan jasa mereka, termasuk dalam pembatalan reservasi. “Saat ini, bagi pelanggan yang ingin membatalkan pemesanan mereka, dapat dilakukan dengan mudah melalui aplikasi Pegipegi dengan menggunakan fitur Online Refund,” terang Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza kepada Dailysocial.

OTA di Indonesia

Bisnis OTA lokal dipenuhi oleh pemain lokal dan luar, kendati demikian dari tren-tren di tahun sebelumnya pemain lokal mendapatkan porsi pengguna yang lebih besar. Dari banyaknya pemain, lima di antaranya miliki traksi yang paling besar, meliputi Traveloka, Pegipegi, Tiket, Airy, dan Nusatrip.

Platform OTA lokal populer di Indonesia / DSResearch
Platform OTA lokal populer di Indonesia / DSResearch

Laporan e-Conomy SEA 2019 juga menunjukkan, online travel masih menjadi sektor digital yang paling berpengaruh nomor dua setelah e-commerce. Tahun 2019 industri tersebut catatkan GMV mencapai US$10 miliar dan diproyeksikan tumbuh jadi US$25 miliar dalam lima tahun ke depan.

Situasinya bisa jadi berubah, pasca pandemi berakhir pun “new normal” akan menjadi tantangan di semua sektor bisnis. Untuk tetap on-track mencapai potensi tertingginya, setiap bisnis harus mampu beradaptasi dan berinovasi, pun untuk travel. Baiknya, industri ini sudah berkembang pesat, para pemain OTA tak lagi hanya jajakan tiket. Lebih dari itu, masing-masing menjelma menjadi layanan dengan beragam fitur terpadu.

Ini adalah tentang bagaimana cara perusahaan bertahan. Pada dasarnya bepergian adalah sebuah kebutuhan, baik untuk pribadi maupun kepentingan bisnis. Saat situasinya mulai kondusif, cepat atau lambat, sektor yang tengah lunglai ini akan kembal bergas seperti sediakala.

Application Information Will Show Up Here

Cashlez Resmi IPO, Buka Peluang Akuisisi Perusahaan Lain

Startup payment gateway dan mPOS Cashlez resmi melantai di Bursa Efek Indonesia, kemarin (4/5) dengan kode saham “CASH”. Cashlez tercatat di papan akselerasi, sekaligus menjadi perusahaan ke-27 yang melantai di bursa pada tahun ini.

Perusahaan melepas 250 juta saham baru dengan harga Rp350 per lembar. Jumlah modal ini meliputi sekitar 17,5 persen dari modal disetor dan ditempatkan pada Cashlez. Secara bersamaan, perusahaan menerbitkan Waran Seri I dengan rasio 1:1.

Presiden Direktur Cashlez Tee Teddy Setiawan mengatakan, dana yang berhasil diraup perusahaan dari hajatan ini adalah Rp87,5 miliar. Sesuai rencana, sebanyak 61,31% dari dana tersebut digunakan untuk akuisisi PT Softorb Technology Indonesia (STI), sisanya 38,69% untuk modal kerja.

“Melalui IPO ini, kami dapat terus berinovasi dalam mengembangkan bisnis dan salah satunya adalah akuisisi STI yang menurut kami sangat strategis untuk pertumbuhan bisnis kami,” ucapnya dalam keterangan resmi.

Mengutip dari wawancaranya bersama IDX Channel, Teddy mengungkapkan selain akuisisi STI, ia juga membuka kemungkinan untuk melakukan aksi korporasi lainnya. “Kita masih cari opportunity untuk akuisisi perusahaan sejenis untuk menunjang growth anorganik.”

Dia melanjutkan, proses due diligence untuk akuisisi STI sudah dimulai sejak tahun lalu. Kedua belah pihak mulai membuka perbincangan untuk sinergi bisnis ke depannya, mengingat potensi industri sistem pembayaran yang masih sangat besar di Indonesia.

Memasuki paruh kedua tahun lalu, perusahaan mulai buka opsi untuk melantai di bursa, terlebih perusahaan sendiri masuk sebagai peserta di IDX Incubator. “Kami di-encourage untuk berani melantai di bursa, apalagi sekarang ada papan baru [papan akselerasi], akhirnya kita putuskan untuk masuk ke bursa.”

Secara fundamental, STI punya basis bisnis yang sudah kuat dan stabil, ketimbang Cashlez yang masuk dalam kategori startup. STI fokus pada front-end, sementara Cashlez fokus di back-end. Mereka butuh front-end yang bisa menciptakan inovasi, misalnya menggabungkan sensor-sensor alat pembayaran non-tunai seperti kartu.

“Sekarang kami mulai masuk [pembayaran] segmen transportasi, prepaid card, parking, dan theme park,” sambungnya.

Diklaim saat ini Cashlez telah menjaring lebih dari 7.300 merchant yang terdiri atas usaha kecil, menengah, hingga enterprise. Namun, 88% di antaranya didominasi oleh UKM.

Target meleset dari rencana

Meski penggunaan dana sesuai dengan rencana awal, sebenarnya target nominal dana yang diincar Cashlez meleset. Awalnya perusahaan mengincar dana antara Rp90 miliar sampai Rp100 miliar dengan melepas 300 juta lembar saham biasa. Harga penawaran ada di rentang Rp298-Rp358 per lembar. Pun tanggal pencatatan saham di BEI tadinya direncanakan tanggal 20 April 2020.

Teddy mengungkapkan bergesernya tanggal pencatatan ini terjadi karena dipengaruhi perubahan struktur. Awal tahun ini diawali isu yang kurang baik dari Jiwasraya, kemudian pada Maret muncul pandemi Covid-19. Akhirnya berdampak pada beberapa calon investor yang awalnya sudah menyatakan komitmennya untuk masuk, akhirnya berubah pikiran.

“Tapi sekarang semua sudah back to normal, ini timing yang baik untuk mulai lagi.”

Di samping itu, mengenai target perusahaan sepanjang tahun ini, Teddy mengaku belum melakukan revisi. Akan tetapi, ia membuka kemungkinan bahwa pada kuartal kedua tahun ini akan terjadi koreksi. Ditargetkan bisnis Cashlez secara keseluruhan dapat naik antara 2,5 hingga 3 kali lipat dari tahun lalu.

“Di Maret 2020 kinerja kita masih positif. Efek Covid-19 terhadap bisnis kita, berkaitan dengan PSBB, praktis bisnis hampir semua turun 80%. Kita harus lebih kreatif meng-cater transaksi ke online.”

Application Information Will Show Up Here

GudangAda Dapatkan Pendanaan Seri A Senilai 372 Miliar Rupiah

Setelah Februari 2020 lalu umumkan pendanaan awal, hari ini (05/5) GudangAda platform marketplace B2B untuk produk FMCG kembali mengumumkan pendanaan terbarunya. Dalam putaran seri A, mereka berhasil bukukan dana senilai US$25,4 juta atau setara 372 miliar Rupiah. Pendanaan ini dipimpin oleh Sequoia India dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari Wavemaker Partners. Perusahaan akan menggunakan pendanaan ini untuk terus mengembangkan sistem teknologinya, meluncurkan lini bisnis baru, dan memperkuat tim internal.

Platform yang dihadirkan menyediakan tempat bagi pemain industri FMCG untuk bertemu dan melakukan transaksi secara online, mulai dari pemasok, distributor, hingga pedagang eceran. GudangAda ini memberikan kesempatan bagi pedagang untuk mengembangkan bisnis mereka melalui perputaran inventori yang lebih cepat, penentuan harga yang optimal, pilihan barang dan rekan bisnis yang lebih banyak, serta manajemen transaksi yang transparan.

Diklaim saat ini GudangAda berhasil menghubungkan sekitar 50 ribu pedagang di 500 kota, serta mencakup hampir 100 persen dari pedagang grosir FMCG di Indonesia, melalui pendekatan sebagai penyokong (enabler).

Sebelumnya, GudangAda mendapatkan pendanaan awal dari Alpha JWC Ventures dan Wavemaker Partners, dengan partisipasi dari Pavilion Capital, sejumlah US$10,5 juta atau sekitar 154 miliar Rupiah. Dengan pendanaan seri A ini, perusahaan telah berhasil mendapatkan pendanaan total sebesar US$36 juta  dalam 15 bulan sejak berdiri.

“Saat kami pertama kali berinvestasi pada GudangAda dan Stevensang, kami tahu bawa mereka akan menjadi pemain unggulan di industri FMCG, tak hanya di Indonesia, tapi juga di Asia Tenggara […] FMCG adalah industri yang masih beroperasi secara tradisional dan juga sulit didobrak inovasi. Tidak mudah untuk mengubah kebiasaan dan perilaku, terutama yang telah dilakukan selama puluhan tahun. Namun, GudangAda membuktikan bahwa hal tersebut dapat dilakukan jika pelakunya paham di mana pintu masuk terbaik, kesulitan apa yang dihadapi, dan bagaimana cara mengeksekusi strategi dengan efektif,” jelas Managing Partner Alpha JWC Ventures, Chandra Tjan.

Benar saja, sebelumnya memang sudah ada beberapa startup yang jajakan layanan serupa, memberikan kemudahan bagi mitra pebisnis memenuhi kebutuhan dasar. Menyasar mitra dari pebisnis makanan, sebelumnya ada Stoqo yang sajikan layanan serupa. Namun awal tahun ini mereka harus mengumumkan penghentian layanan. Selain itu, masih ada pemain lain seperti Foodia, Eden Farm, Wahyoo dan lain-lain dengan spesialisasi yang berbeda — namun intinya sama, menjadi hub untuk pebisnis dengan penyedia barang dagangan.

Momentum di tengah pandemi

Stevensang GudangAda
Founder & CEO GudangAda Stevensang / GudangAda

GudangAda didirikan akhir tahun 2018 oleh Stevensang (CEO) yang telah berpengalaman di industri FMGC selama 25 tahun. Dalam wawancaranya dengan DailySocial ia pernah mengatakan, “GudangAda didirikan karena adanya keprihatinan terhadap kelangsungan bisnis toko tradisional di era digital. Konsep bisnis yang diusung adalah untuk memberdayakan semua pihak yang terlibat dalam ekosistem sehingga bisa mendapatkan manfaat yang optimal dari platform.”

Di tengah pandemi Covid-19, solusi GudangAda justru mendapatkan momentum baik untuk memperluas cakupannya. Adanya anjuran untuk melakukan physical distancing membuat solusi berbasis online menjadi alternatif untuk pemenuhan kebutuhan produk FMGC – membantu menjamin ketersediaan sembako dan kebutuhan sehari-hari lain, serta membantu pelaku industri agar tetap berjalan optimal di masa PSBB di banyak daerah.

“Rantai pasokan B2B di banyak negara berkembang menghadapi tantangan dari segi keterbatasan modal, manajemen inventori yang tidak efektif, dan proses operasional manual. GudangAda membangun sebuah ekosistem digital yang dapat mengubah wajah industri FMCG Indonesia yang kini masih berjalan secara tradisional […] Indonesia akan menyaksikan muncul dan berkembangnya penggunaan teknologi B2B dalam gelombang e-commerce kedua, dan kami sangat senang atas kesempatan bekerja sama dengan GudangAda dalam perjalanan ini,” ujar Managing Director Sequoia Capital (India) Singapore, Abheek Anand.

Application Information Will Show Up Here

Dana Luncurkan Fitur “Home Shopping”, Upaya Penyesuaian di Tengah Pandemi

Platform pembayaran digital Dana meluncurkan layanan home shopping, memungkinkan pengguna berbelanja barang, makanan dan minuman dari merchant melalui aplikasi. Selanjutnya pesanan akan diantarkan langsung ke alamat tujuan. Layanan ini merupakan salah satu inisiatif menanggapi kebijakan physical distancing dan PSBB yang berdampak langsung bagi para penjual atau merchant.

“Salah satu yang paling terdampak oleh pandemi adalah industri makanan dan minuman yang mengalami penurunan pendapatan sangat signifikan hampir di seluruh lokasi di Indonesia. Mereka yang terdampak adalah masyarakat sebagai konsumen, serta para pelaku usaha mulai dari skala mikro hingga pengusaha ritel berskala besar,” terang Co-Founder & CEO Dana Vincent Iswara.

Fitur ini didesain untuk bisa menghubungkan para penjual atau merchant dengan pengguna melalui layanan pesan instan WhatsApp. Selanjutnya konsumen dapat langsung memesan barang atau makanan dari merchant dan melanjutkan transaksi pembayaran menggunakan Dana QRIS.

Adapun beberapa merchant yang sudah tersedia dalam sistem antara lain Martha Tilaar Shop, Apotek Senopati, Bengawan Solo Coffee, Burgreens, Le Viet, Dailybox, Genki Sushi, Momoiro, Bariuma Ramen, Steak 21, Roti O, dan beberapa lainnya. Pihak DANA juga menjanjikan akan terus menambah daftar mitra merchant yang ada pada fitur ini.

DANA Home Shopping
DANA Home Shopping

Menyesuaikan diri menghadapi pandemi

Apa yang dilakukan Dana adalah salah satu bentuk penyesuaian bisnis di tengah pandemi. Kehadiran home shopping ini nantinya tidak hanya akan berdampak pada pengguna dan merchant, tetapi juga ekosistem layanan Dana secara keseluruhan.

Di Singapura, Google Pay melakukan hal yang serupa. Fitur “Menu Discovery” yang hadir eksklusif di Google Pay Singapura tersebut menghadirkan daftar merchant yang menjajakan warung makanan yang juga bisa dipilih atau dipesan penggunanya.

Strategi para pengembang pembayaran digital bisa dibilang jadi strategi yang realistis. Sebagai salah satu e-money yang cukup besar penggunanya di Indonesia sebelumnya hanya DANA yang belum terintegrasi dengan layanan pesan antar, sementara dua pemain lainnya, Ovo dan Gopay sudah terintegrasi dengan GrabFood dan GoFood.

Inovasi di tengah pandemi yang serupa juga dilakukan oleh Ovo dan Cashbac. Mereka menghadirkan pilihan bagi pengguna untuk berbelanja dari rumah. Bedanya keduanya tidak menghadirkan fitur eksklusif tetapi hanya menghubungkan pengguna dengan merchant melalui kanal digital, baik komunikasi maupun pembayaran.

Pandemi akan berdampak pada banyak hal, termasuk kondisi yang banyak disebut sebagai new normal. Reaksi atau inovasi bisnis seperti yang Dana ini mungkin adalah satu dari banyak bentuk penyesuaian lainnya, tujuannya tentu untuk tetap menjaga stabilitas ekosistem bisnis yang sudah dibangun selama ini.

Application Information Will Show Up Here