Bank Danamon Resmikan Aplikasi Khusus Supply Chain “D-BisMart”

Bank Danamon meresmikan aplikasi D-BisMart untuk membantu pelaku bisnis dan komunitas financial supply chain atau rantai pasok dalam mengelola pemesanan barang. Platform ini memungkinkan pembayaran secara langsung atau tunda, mendapatkan rekonsiliasi seluruh transaksi, dan menjamin perputaran dana untuk kelancaran bisnis.

Transaction Banking Head Bank Danamon Andrew Suhandinata mengatakan, aplikasi ini dirancang untuk mendukung segmen kecil seperti UKM hingga mikro. Mereka pun dapat menekan biaya operasional karena transaksi dalam D-BisMart dapat terjadi tanpa tatap muka.

“Seluruh kebutuhan pemesanan, pembayaran, dan konfirmasi pembelian barang dapat diakses dengan mudah. Kami juga free [of] charge,” terangnya seperti dikutip dari SWA.

Menariknya, aplikasi ini memiliki konsep yang berbeda dengan marketplace karena menggunakan sistem closed group. Artinya, hanya melayani komunitas penjual dan pembeli yang sudah menjadi nasabah Bank Danamon dan terdaftar dalam layanan D-BisMart.

Keduanya juga diharuskan memiliki kerja sama komersil agar bisa saling terkoneksi. Kendati demikian, penjual dan pembeli yang bisa bergabung ini harus memiliki toko fisik, sehingga tidak diperuntukkan buat pedagang online.

Alhasil, konsep inilah yang dipertegas oleh perseroan bahwa ini bukan aplikasi marketplace. Sebab marketplace itu bisa belanja ke supplier mana saja, sedangkan pembeli (retailer) di aplikasi ini hanya bisa mendaftar apabila mendapat rekomendasi dari penjual (anchor).

“Tapi retailer bisa menyebar link-nya ke lebih dari satu penjual asalkan dia bagian dari komunitas anchor-anchor tersebut dan sudah terdaftar,” kata Head of Transaction Banking Product Bank Danamon Elisa Majasari Halim.

Bisa dikatakan aplikasi ini cocok bagi penjual yang belum memiliki platform jual beli barang. Mereka bisa mempromosikan produknya, mendapatkan laporan pemesanan dan pembayaran, dan memudahkan distributor untuk memintakan pembayaran dari pembeli. Di satu sisi, pembeli dapat melihat katalog barang, memesan barang secara online, dan bayar secara cashless.

Elisa menyebut, saat ini ada satu penjual dari industri consumer goods dengan 20 pembeli yang telah memanfaatkan aplikasi. Ada dua penjual tambahan sedang dalam penjajakan untuk bergabung.

Menurut Elisa, sektor yang dinilai potensial untuk bergabung adalah F&B dan toko bahan bangunan. Ditargetkan dalam lima tahun ke depan pengguna D-BisMart meningkat jadi 1.250 pembeli yang berasal dari 50 penjual.

Perseroan belum menetapkan monetisasi dari produk ini karena masih fokus pada penamabahan jumlah penjual dan pembeli untuk bergabung. Perlu diketahui, seluruh transaksi yang ada di D-BisMart adalah transaksi pindah buku antar rekening Bank Danamon.

Waresix Terima Investasi Seri A Senilai 205 Miliar Rupiah dari EV Growth

Peta persaingan startup e-logistik di Indonesia makin memanas. Hari ini (5/7), Waresix mengumumkan perolehan investasi Seri A senilai Rp205 miliar rupiah ($14,5 juta) yang dipimpin oleh EV Growth. Turut berpartisipasi SMDV dan Jungle Ventures.

Pendanaan ini sepenuhnya akan dipakai untuk mengembangkan layanan transportasi darat, memperkuat jaringan gudang hingga ke kota tier dua, membangun R&D demi meningkatkan kemampuan data analisis perusahaan, dan merekrut lebih banyak anggota tim.

“Saat ini, Indonesia sedang mengalami pertumbuhan pesat dalam hal infrastruktur berkat kebijakan-kebijakan pemerintah. Pertumbuhan pesat ini juga akan membantu perluas jangkauan layanan Waresix,” terang Co-Founder dan CEO Waresix Andree Susanto dalam keterangan resmi.

Pendanaan yang diterima Waresix ini, hanya berselang delapan bulan dari pendanaan Pra Seri A yang diperoleh pada Oktober 2018 sebesar Rp23 miliar. Rentang waktu dari pendanaan tahap awal juga cukup singkat, Waresix mengumumkannya pada Februari 2018.

Indonesia menjadi salah satu negara dengan biaya logistik tertinggi di Asia. Dalam Logistics Performance Index 2018, Bank Dunia menemukan rasio antara biaya logistik dengan PDB masih tinggi di angka 24%.

Padahal kontribusi dari sektor ini hampir seperempat dari PDB Indonesia yang bernilai Rp14.500 triliun. Masih banyaknya isu logistik dan inovasi yang ada belum dianggap solutif, menyebabkan sektor ini makin menarik buat digarap oleh pemain startup.

Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menamambahkan, “Singkatnya, semakin efisien logistik kita, maka semakin kompetitif produk kita. Ini hanyalah salah satu dari banyak contoh sederhana bagaimana logistik mempengaruhi ekonomi Indonesia. Tapi masih banyak hal yang perlu ditingkatkan.”

Waresix fokus menghadirkan teknologi yang menghubungkan pemilik bisnis atau pihak yang ingin mengirim barang dengan gudang dan truk yang tersedia di seluruh Indonesia. Semangat yang diusung adalah meningkatkan efisiensi distribusi dengan meningkatkan penggunaan aset dan menghilangkan peran pihak ketiga sebagai broker.

Perusahaan menyediakan layanan multi moda yang mencakup transportasi darat dan laut, penanganan kargo, penyimpanan dingin demi memenuhi pergerakan kargo antar pulau di Indonesia.

Co-Founder dan CFO Waresix Edwin menambahkan, Waresix menggabungkan data analisis ke dalam infrastruktur logistik sehingga memudahkan pemilik bisnis untuk mengawasi dan mengontrol penuh produk mereka. Serta, memaksimalkan pemanfaatan ruang penyimpanan milik supplier.

“Dengan begitu, Waresix bisa memastikan ketersediaan transportasi yang cepat dan dapat diandalkan, sekaligus menjaga rantai harga pasokan tetap rendah dan bisa diprediksi,” ujar Edwin.

Disebutkan Waresix kini telah menjangkau lebih dari 20 ribu truk dan 200 gudang sejak resmi beroperasi di 2017.

Sehari sebelumnya, pemain startup manajemen truk Ritase juga mengumumkan pendanaan Seri A sebesar $8,5 juta yang dipimpin Golden Gate Ventures.

Ritase Umumkan Perolehan Pendanaan Seri A 120 Miliar Rupiah

Startup manajemen logistik khusus truk Ritase mengumumkan perolehan pendanaan Seri A senilai $8,5 juta (lebih dari Rp120 miliar) yang dipimpin Golden Gate Ventures. Investor baru yang turut bergabung di antaranya Jafco Asia dan QWC, diikuti investor sebelumnya Insignia Ventures, Beenext and Skystar Capital.

Dana segar tersebut akan digunakan memperkuat dominasi Ritase di Indonesia, sekaligus memulai debutnya di pasar Asia Tenggara.

CEO Ritase Iman Kusnadi menjelaskan, lewat pendanaan ini perusahaan berkomitmen untuk memberdayakan lebih banyak pengangkut lokal di platform-nya melalui pembiayaan rantai pasokan. Juga, aksesibilitas yang lebih besar ke suku cadang dan truk yang terjangkau melalui fitur Group Buy.

“Pertumbuhan berkelanjutan dan penyempurnaan platform adalah rencana yang terus Ritase lakukan sehingga akhirnya menjadi channel yang memperkenalkan truk semi-otonom di Asia Tenggara,” katanya dalam keterangan resmi.

Partner Golden Gate Ventures Hall Justin menjelaskan, ketertarikannya untuk mendanai Ritase. Menurutnya, ketika ekonomi Indonesia terus tumbuh, perlu infrastruktur logistik yang sudah terdigitalkan untuk memenuhi permintaan yang berkembang untuk pengirim dan pengemudi truk.

“Ritase akan menjadi landasan infrastruktur logistik digital di Indonesia dan kami merasa terhormat untuk bekerja sama dengan Iman [CEO Ritase] beserta timnya,” kata Justin.

Sebelumnya, dalam wawancara bersama DailySocial, Iman menyebut pendanaan ini juga akan dipakai untuk membangun kantor R&D untuk pengembangan teknologi autonomous trucking. Mitra pabrikan truk asal Jepang akan digandeng untuk mewujudkan ambisi tersebut.

Perkembangan bisnis Ritase bisa dikatakan pesat sejak pertama kali meluncur dua tahun lalu. Diklaim perusahaan telah memfasilitasi ratusan pengiriman tiap bulannya dengan lebih dari 7.500 armada truk, 500 transporter, dan 7 ribu mitra pengemudi yang telah terhubung dengan aplikasi Ritase.

Beberapa nama mitra perusahaan yang telah memanfaatkan Ritase diantaranya Nestle, Unilever, Universal Ribena Corporation (URC), Japfa, Signify, dan Lotte. Untuk Nestle, Ritase menjadi mitra teknologi untuk memenuhi kebutuhan di industri FMCG, seperti transparansi kepada pengirim dan pengangkut, manajemen pemrosesan pesanan digital, perencanaan muatan, dan optimalisasi rute.

Ritase menyediakan platform API terbuka dan perangkat lunak berbasis cloud yang memungkinkan pengirim untuk menikmati akses informasi real time dari marketplace truk dan arus barangnya.

Application Information Will Show Up Here

Go-Play Jadi Aplikasi Terpisah Kedua di Luar Go-Jek

Gojek akhirnya merilis aplikasi Go-Play di Google Play sebagai aplikasi terpisah, mengikuti jejak Go-Life. Meski sudah bisa diunduh semua pengguna, akses untuk masuk ke dalam sistem masih terbatas untuk pengguna terpilih yang mendapatkan notifikasi dari Gojek.

Di tahap awal, fase beta konten yang ditawarkan Go-Play cukup menarik. Selain menyajikan konten ekslusif berlabel Go-Play Original seperti show stand up comedy The HAHA Club Jakarta, film Ku Lari Kepantai, Aruna & Lidahnya, dan seri Filosofi Kopi, mereka juga menghadirkan beberapa film dan seri populer seperti Cek Toko Sebelah, What’s Wrong with Secretary Kim, dan lain sebagainya. Tak hanya streaming langsung, tersedia pilihan untuk mengunduh film-film yang diinginkan untuk ditonton di lain kesempatan, dengan jangka waktu yang ditentukan.

Berdasarkan percobaan, pengalaman menonton menggunakan Go-Play cukup memuaskan karena konten yang disajikan memiliki kualitas gambar tinggi (tergantung koneksi karena belum ada pengaturan memilih resolusi).

Persaingan aplikasi konten on demand

Di Indonesia raksasa layanan on demand konten Netflix masih diblokir Telkom Group. Kendati demikian persaingan masih cukup ketat berkat hadirnya layanan lokal dan regional seperti Hooq, Iflix, Maxstream, Viu, dan Vidio.

Selain platform streaming, Gojek juga mengembangkan Go-Studio yang memproduksi konten sendiri. Go-Play dan Go-Studio termasuk dalam jajaran Gojek Entertainment yang kini dipimpin Edy Sulistyo.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Rencana Ekspansi “Smart Locker” Paxel Tahun Ini, Targetkan Tersedia di 20 Kota

Direktur Utama Paxel Zaldy Ilham Masita punya mimpi suatu hari nanti setiap orang dapat menikmati biaya pengiriman yang sama di setiap jengkal wilayah Indonesia. Kedengarannya mustahil mengingat geografis Indonesia dipetakan oleh ribuan pulau.

Akan tetapi, Zaldy melalui perusahaan logistik Paxel yang dirintisnya bersama Bryant Christanto, telah memulai langkah tersebut dengan merevolusi model bisnis yang selama ini dianggap konvensional karena menggabungkan bisnis logistik dengan teknologi.

Paxel adalah startup logistik berbasis aplikasi yang mengunggulkan layanan same day delivery dengan tarif flat. Layanannya hadir dalam beberapa model pengiriman, tetapi saat ini baru tersedia pemesanan via aplikasi yang akan diantarkan mitra kurir ke feeder Paxel terdekat.

Perusahaan mengusung sistem pengiriman estafet dengan memanfaatkan big data, algoritma AI, dan loker pintar (smart locker) yang berfungsi sebagai hub untuk sorting barang.

Loker tersebut berbentuk screenless dan dilengkapi akses QR Code bagi mitra kurir yang ingin menaruh barang. Di dalamnya terdapat mini sorting location berbasis AI yang mana akan memproses sorting berdasarkan kota tujuan, misal Bekasi.

Ditemui di Editor Luncheon, Rabu (3/7), Zaldy mengungkap optimismenya dengan model bisnis baru ini. Menurutnya, revolusi bisnis logistik harus dilakukan untuk membangkitkan kembali gairah di industri ini untuk beberapa tahun ke depan.

“E-commerce memang menyelamatkan bisnis logistik tapi tidak bisa sustain jika e-commerce dan logistik terus-terusan subsidi ongkos kirim. Kita perlu terobosan model bisnis baru karena model yang sudah ada tidak dirancang untuk same day delivery. Jangan sampai bisnis logistik dalam negeri tidak dapat menikmati keuntungan dari pesatnya bisnis e-commerce Indonesia,” papar Zaldy.

Kita tahu tantangan terbesar di industri logistik adalah mahalnya biaya logistik. Kemenhub mencatat biaya logistik di Indonesia mencapai 25 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Selain itu, e-commerce yang menjadi motor penggerak logistik kebanyakan marketplace yang hub-nya terdesentralisasi.

Ketersediaan lebih banyak smart locker yang tersebar di Indonesia menjadi kunci untuk menjalankan model bisnis baru ini. Menurut Zaldy, smart locker dapat mengurangi biaya logistik tanpa mengorbankan service level.

Targetnya, ia ingin menghadirkan setidaknya satu smart locker untuk setiap kode pos wilayah. Saat ini smart locker baru ada di 150 titik di Jawa dan Bali, dengan 67 buah berada di Jakarta. Saat ini total mitra kurir Paxel telah meningkat menjadi 1.500.

“Sampai tahun ini, kami ingin ekspansi lagi jumlahnya menjadi 500 titik di seluruh Indonesia. Ini sejalan dengan ekspansi layanan kami di delapan kota tambahan di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi sehingga targetnya tahun ini Paxel tersedia di 20 kota,” ungkapnya.

Melalui ekspansi smart locker di sejumlah wilayah Indonesia, ungkapnya, Paxel menargetkan dapat mengomersialisasikan fitur layanan locker-to-locker tahun depan. Dengan fitur ini, pengguna dapat mengirim barang dengan menaruhnya di loker, dan penerima barang dapat mengambilnya sendiri.

Pengembangan algoritma dan produksi lokal

Sebelumnya smart locker Paxel dimanufaktur oleh mitra asal Hong Kong, yakni Pokpobox. Zaldy mengungkap kini smart locker Paxel telah dirakit tiga perusahaan manufaktur lokal. Pokpobox hanya memproduksi motherbroad-nya. Biaya produksi satu smart locker berkisar Rp50 juta.

Terkait kemampuan sorting, ia mengaku pengembangan algoritma smart locker terus ditingkatkan oleh tim Paxel untuk meminimalisasi kesalahan. Jika ini terjadi, kesalahan sorting akan terdeteksi langsung di sistem Paxel.

Smart locker itu berbasis QR Code, begitu scan langsung ketahuan lokasi tujuannya. Tentu kami tune up terus algoritmanya untuk menekan kemungkinan salah sorting. Kurir juga kami edukasi karena di awal baru 10 persen yang bisa pakai ini.” Pungkasnya.

Modal Ventura Milik Telkomsel Berikan Pendanaan Perdananya untuk Kredivo

Hari ini (03/7) Telkomsel melalui unit investasinya Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) mengumumkan telah memberikan pendanaan baru untuk FinAccel (Kredivo). Pendanaan tersebut juga didukung MDI Ventures, yang merupakan unit investasi milik Telkom Group. Mengenai detail dan nominal pendanaan tidak dipaparkan.

Sebagai informasi, pendanaan terakhir yang didapatkan Kredivo senilai 435 miliar Rupiah dalam putaran seri B, dipimpin Square Peg Capital dengan partisipasi MDI Ventures, Atami Capital, dan investor lamanya. Sebelumnya mereka juga telah mendapatkan pendanaan seri A dari sejumlah investor termasuk Jungle Ventures, Alpha JWC Ventures, 500 Startup dll.

“Kerja sama Telkomsel dan Kredivo tidak hanya bertujuan untuk menyediakan solusi pembayaran, tapi sekaligus  untuk memajukan ribuan pengusaha ritel Indonesia dengan memberikan alternatif layanan finansial yang dapat menjangkau segmen pelanggan yang lebih luas,” CEO TMI Andi Kristianto.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengatakan, “Terdapat sejumlah kolaborasi dan sinergi yang telah kami identifikasi yang mampu menghasilkan manfaat besar bagi Telkomsel dan FinAccel. Kerja sama ini sangat menguntungkan karena kedua belah pihak dapat ‘go-to-market’ secara bersama-sama, menjangkau pelanggan Telkomsel yang luas dan memberikan layanan dengan nilai tambah yang signifikan kepada mereka.”

Inisiatif TMI diumumkan pada Mei 2019 lalu. Dana sebesar $40 juta (setara dengan 576 miliar Rupiah) disiapkan untuk diinvestasikan ke sejumlah startup yang beroperasi di Indonesia. Dalam inisiatif tersebut, Telkomsel bermitra dengan MDI Ventures dan Singtel Innov8. Awalnya pemberian dana akan difokuskan untuk startup di bidang big data, IoT, serta industri hiburan.

Kredivo sendiri hadir dengan inovasi yang pas di tengah momentum e-commerce di Indonesia. Layanannya menawarkan “kartu kredit virtual” untuk beragam kebutuhan belanja. Terkait penetrasi pasar, saat ini mereka baru melayani pengguna di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Semarang, Palembang, Medan, Bali, Yogyakarta, dan Solo.

Kredit yang diberikan berdurasi 30 hari, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun. Bunga per bulan yang diterapkan mencapai 2,95%. Saat ini platform Kredivo sudah diterapkan di hampir semua e-commerce besar yang beroperasi di Indonesia. Belum lama ini perusahaan yang didirikan oleh yang didirikan oleh Akshay Garg, Alie Tan, dan Umang Rustagi tersebut juga meluncurkan produk baru berupa pinjaman tunai.

Sebelumnya yang dikabarkan hendak menyuntik pendanaan baru untuk Kredivo adalah investor lamanya di putaran seri A, yakni Jungle Venture dengan nilai hampir 2,5 triliun Rupiah. Namun tampaknya belum terealisasi sampai saat ini.

Application Information Will Show Up Here

Bisnis “Data Center” XL Axiata Diakuisisi Princeton Digital Group

Princeton Digital Group (PDG), pengembang dan operator infrastruktur internet dari Singapura, mengakuisisi 70% saham kepemilikan bisnis data center milik XL Axiata dan mendirikan perusahaan patungan dinamai Princeton Digital Group Data Centers.

PDG juga memberikan komitmen investasi sebesar $100 juta (lebih dari Rp1,4 triliun) untuk pertumbuhan modalnya.

Perusahaan patungan ini, berambisi menjadi operator data center yang melayani perusahaan hyperscalers, unicorn domestik, korporasi, dan perusahaan telekomunikasi. Adapun, XL Axiata memiliki lima data center tersebar di seluruh Indonesia.

Chairman & CEO PDG Rangu Salgame menerangkan, akuisisi ini dimaksudkan untuk memperbesar kapasitas data center yang sudah ada. Bakal ada tambahan satu data center hyperscale baru di akhir tahun ini. Bagi perusahaan, seluruh rangkaian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetisi yang mumpuni dalam infrastruktur internet global.

“Dengan investasi lanjutan, perusahaan patungan ini akan menjadi pemimpin pasar di Indonesia dan salah satu operator data center terbesar di Asia Tenggara,” terang Salgame dalam keterangan resmi.

Presiden Direktur dan CEO XL Axiata Dian Siswarini menambahkan, keahlian dan pengalaman yang luas dari PDG menjadikan entitas baru ini sebagai pilihan untuk para penyedia layanan digital berskala besar dan multinasional yang ingin memperluas operasi mereka di Indonesia dan kawasan Asia.

Data center adalah tulang punggung pertumbuhan ekonomi digital Indonesia, yang diprediksi akan mendominasi Asia Tenggara pada 2025 mendatang. Penyedia layanan public cloud global seperti Alibaba Cloud, Amazon Web Services, dan Google Cloud telah membangun beberapa hub strategis di pasar Indonesia.

Alibaba sendiri sudah memiliki dua data center di sini. Sementara Google miliki cloud region yang akan bertindak mirip dengan data center. Sebelumnya kebijakan pemerintah mewajibkan perusahaan penyedia layanan cloud dan server untuk miliki data center di sini, khususnya untuk menyimpan data-data dengan risiko tinggi — misalnya yang mengandung identitas pengguna di Indonesia.

Di Asia Tenggara, pasar data center diprediksi akan mengalami kemajuan pesat, lebih dari dua kali lipat nilainya dalam empat tahun ke depan. Menurut Technavio, di kawasan ini akan tumbuh stabil pada tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sekitar 14% selama 2017 sampai 2021.

HappyFresh Buka Kemungkinan Bawa “Konsep GrabFresh” di Platform Lain

HappyFresh mengungkapkan terbukanya kemungkinan membawa konsep GrabFresh ke platform lain, agar konsumen semakin mudah mengakses layanan groceries dari perusahaan. Rencana tersebut masih dimatangkan, sehingga belum ditentukan apakah bakal diterapkan di Indonesia atau di negara lain.

CEO HappyFresh Guillem Segarra menjelaskan, pendekatan partnership seperti dengan Grab ini akan memudahkan konsumen dalam mengakses layanan groceries dari aplikasi yang mereka pakai, tanpa harus mengunduh aplikasi HappyFresh. Untuk itu, perusahaan tengah mencari platform apa pun yang menawarkan berbagai solusi dan memiliki basis pengguna yang banyak.

“Kita percaya dengan pendekatan partnership dan sudah terbukti dengan Grab. Mereka sangat membantu kami dalam mendapatkan konsumen baru. Dari sini kami memutuskan untuk terbuka ke platform lain yang memiliki basis pengguna yang banyak,” terang Segarra, Rabu (3/7).

Adapun kabar terbaru dari GrabFresh, rencananya perusahaan akan membuka kehadirannya di Malaysia, Grab dan HappyFresh juga beroperasi di sana. Namun belum diputuskan kapan akan direalisasikan. Sejauh ini, GrabFresh telah hadir di Indonesia dan Thailand.

Segarra enggan menyebut kontribusi yang diberikan GrabFresh pasca peresmiannya. Tanpa menyebut angka detail, transaksi secara keseluruhan dikatakan selalu tumbuh double digit tiap bulannya sejak 18 bulan yang lalu.

Di samping itu, Segarra juga menyebutkan fokus perusahaan untuk ekspansi, baik lokasi baru maupun layanan groceries yang bisa menyasar berbagai segmen konsumen. Setidaknya dalam setahun ke depan, akan ada tambahan lokasi baru yang akan disasar perusahaan di tiga negara operasionalnya.

“Ada juga rencana untuk buka di negara baru, tetap dalam kawasan Asia Tenggara. Tapi kami masih belum tentukan.”

Sebagai pemain grocery delivery, HappyFresh kini menyediakan berbagai kebutuhan belanja mingguan lintas segmen. Tidak hanya supermarket saja, tapi juga bekerja sama dengan toko khusus yang menjual produk organik, kosmetik, kue, wine, bunga, dan makanan hewan.

Menurut Segarra, strategi ini diharapkan dapat menarik konsumen untuk terus berbelanja. Tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan mingguan mereka, juga menyediakan kebutuhan khusus yang tidak selalu dibutuhkan.

“Dari situ, kami ingin HappyFresh bisa hadir dan memenuhi semua kebutuhan konsumen.”

Resmikan tampilan baru

Di saat yang bersamaan, HappyFresh memperkenalkan wajah baru; baik logo, maskot, dan tampilan aplikasi; untuk menarik konsumen dari kalangan milenial. Fitur chat dalam aplikasi juga ikut disertakan, untuk memudahkan komunikasi antara konsumen dan shopper, terutama saat stok produk yang dipesan tidak tersedia.

Fitur ini juga dilengkapi dengan terjemahan otomatis yang berguna untuk konsumen yang hanya bisa berbahasa asing, saat ingin berhubungan dengan shopper. Dari segi layanan, terdapat peningkatan untuk peralatan antar, seperti kantong kemas termal untuk membawa produk beku dan dingin.

Disediakan pula kotak kardus atau tas biodegradable yang ramah lingkungan untuk mengirimkan barang pesanan konsumen. Peningkatan ini dimulai terlebih dahulu di Indonesia, kemudian diikuti Malaysia dan Thailand pada akhir tahun ini.

“Peningkatan integrasi dengan mitra supermarket juga kami lakukan, update stok lebih cepat, promosi dengan menawarkan harga yang terbaik untuk konsumen. Sebab pada dasarnya, teknologilah yang memungkinkan kami untuk menyelesaikan masalah di lapangan.”

Seluruh strategi di atas adalah rangkaian rencana perusahaan pasca mengumumkan perolehan pendanaan Seri C sebesar $20 juta pada April 2019, dipimpin oleh Mirae Asset-Naver Growth Fund, serta mitra strategis lainnya, seperti Line Ventures, Singha Ventures dan Grab Ventures.

Operasional HappyFresh di Indonesia tersebar di Jadetabek, Bandung, Surabaya, dan Malang. Untuk pengemudi dan shopper diklaim ada ribuan yang telah bergabung.

Application Information Will Show Up Here

Modalku Salurkan Dana Pinjaman 7 Triliun Rupiah, Mulai Fokus Sasar Pebisnis Mikro

Setelah sebelumnya diberitakan tengah menggalang pendanaan lanjutan senilai $50 juta, CEO Modalku Reynold Wijaya enggan memberikan komentar. Ditemui di sela-sela acara temu media di Jakarta, mereka mengatakan masih memiliki dana untuk menjalankan bisnis. Kini startup fintech tersebut fokus pada pengembangan layanan dan peningkatan jumlah peminjam di Indonesia.

“Bisa kami pastikan Modalku masih terus menjalankan bisnis dengan sumber daya yang ada. Tentunya tidak menutup kemungkinan kalau ada investor yang ingin berinvestasi di Modalku.”

Modalku telah mengantongi pendanaan seri B senilai senilai 344 miliar Rupiah dipimpin oleh Softbank Ventures Korea dengan dukungan Sequoia India, Alpha JWC Ventures, Golden Gate Ventures, Qualgro dan LINE Ventures.

Terkait ekspansi, Reynold menegaskan saat ini belum memiliki rencana untuk menambah basis operasional di negara lain. Sejauh ini Modalku sudah memiliki basis operasional di Indonesia, Singapura, dan Malaysia.

Telah menyalurkan pinjaman 7 triliun Rupiah

Dalam kesempatan tersebut Reynold Wijaya bersama dengan COO Modalku Iwan Kurniawan menyampaikan beberapa capaian bisnis. Dikatakan mereka telah berhasil menyalurkan pinjaman modal usaha sebesar senilai 7 triliun Rupiah bagi UKM di wilayah operasionalnya. Sementara itu, hingga kuartal pertama tahun 2019, Modalku menyalurkan hingga 750 ribu pinjaman UKM.

“Targetnya hingga akhir tahun 2019 kami bisa meningkatkan penyaluran dana hingga 10 triliun Rupiah di Indonesia, Singapura dan Malaysia. Sementara untuk penambahan jumlah peminjam, diharapkan bisa meningkat lebih dari 1 juta borrower,” kata Reynold.

Disinggung tentang perolehan izin usaha dari OJK, pihaknya mengungkapkan masih dalam proses dan berupaya mematuhi semua permintaan yang ditentukan regulator. Sejauh ini Modalku baru berstatus terdaftar dan diawasi oleh OJK sebagai pemain fintech lending.

“Kami sudah submit semua persyaratan yang diminta dan masih menunggu antrean terkait dengan perolehan izin. Yang pasti kami berusaha untuk mematuhi semua ketentuan dan persyaratan yang diberikan oleh OJK kepada kami,” kata Reynold.

Hingga bulan Mei 2019 sedikitnya sudah ada tujuh perusahaan fintech lending yang sudah mengantongi izin usaha dari OJK. Mereka adalah Investree, Amartha, Dompet Kilat, Kimo, Danamas, TokoModal dan Uang Teman. Sementara per Mei 2019 sudah ada 113 perusahaan p2p lending terdaftar dan diawasi oleh OJK.

Menyasar kalangan pemilik toko sembako dan warung

Modalku telah menghadirkan layanan untuk bisnis mikro berupa pinjaman tanpa agunan. Sasarannya adalah pemilik warung dan toko sembako di pasar. Pinjaman yang bisa didapatkan oleh pelaku usaha tersebut mulai dari 1 juta Rupiah hingga 1,5 juta Rupiah. Sudah mulai dijalankan sejak tahun 2018 lalu.

“Untuk kegiatan pemasaran dan edukasi, saat ini sistem kami masih berupa ‘jemput bola’, artinya secara langsung perwakilan dari Modalku datang ke mereka dan menawarkan pinjaman dengan sistem cepat dan terpercaya,” kata VP of Micro Business & Operations Modalku Sigit Aryo Tejo.

Tahun ini Modalku akan lebih banyak menyasar segmen yang disebut masih underserved dan belum banyak dilirik oleh alternative player. Hingga kini Modalku telah merangkul sekitar 20 ribu pemilik usaha warung dan toko sembako di kawasan Jabodetabek. Untuk di luar Jabodetabek, juga telah tersedia di Bandung. Dalam waktu dekat menyusul di Surabaya.

Untuk mempermudah akses peminjam, tim Modalku juga secara aktif memberikan edukasi untuk penggunaan platform Modalku di desktop.

“Selama ini untuk pemberi pinjaman penggunaan aplikasi masih banyak dipilih, sementara untuk peminjam secara khusus kami sediakan akses melalui desktop atau mobile browser,” kata Reynold.

Sejauh ini Modalku juga telah menawarkan berbagai produk, termasuk pinjaman UKM dan Invoice Financing yang didasari oleh tagihan usaha. Reynold mengatakan saat ini Invoice Financing memberikan kontribusi yang cukup besar pada pemasukan bisnis.

“Bisa saya sebutkan Invoice Financing portofolio yang paling besar jumlahnya di Modalku, bisa hampir setengah kontribusinya. Namun awal tahun 2019 ini kami mulai aktif melayani segmen pedagang mikro yang membutuhkan pinjaman tanpa agunan yang cepat dan mudah,” tutup Reynold.

Application Information Will Show Up Here

Ruangguru Luncurkan Bimbingan Belajar “Brain Academy”

Startup pendidikan Ruangguru meluncurkan bimbingan belajar (bimbel) Brain Academy. Bimbel tersebut nantinya akan mengombinasikan teknologi dengan proses pembelajaran tatap muka untuk memaksimalkan kegiatan belajar dengan siswa.

Ruangguru saat ini menjadi salah satu startup pendidikan teratas di Indonesia. Mulai dikembangkan sejak tahun 2014 silam mereka saat ini kurang lebih sudah memiliki 300.000 guru privat dengan total 13 juta pengguna terdaftar.

Brain Academy dibuka untuk siswa-siswi kelas 4 SD hingga 12 SMA. Saat ini sudah ada di 10 kota di Indonesia, yaitu Medan, Pekanbaru, Palembang, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Malang.

Konsep Brain Academy diklaim berbeda dengan bimbel pada umumnya. Mereka memanfaatkan teknologi untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar. Setiap siswa yang bergabungakan mendapatkan tes diagnostik dalam setiap sesi. Hasilnya akan menjadi dasar rekomendasi materi belajar mana yang dapat dipelajari.

Para siswa yang bergabung juga akan mendapat materi dan tryout online dalam format digital yang diklaim bisa membuat proses belajar menjadi lebih interaktif, personal, dan dapat dimonitor dengan akurat. Selain itu Brain Academy juga menjanjikan materi pengembangan diri di luar pelajaran sekolah meliputi critical thinking, communications, problem solving, leadership, technology literacy, dan lain-lain dan menyediakan lokasi yang nyaman dengan fasilitas yang lengkap, seperti studio kreatif, kafetaria, hingga musala.

“Lahirnya Brain Academy sejalan dengan visi kami di Ruangguru yaitu mempermudah akses terhadap pendidikan yang berkualitas. Kami percaya bahwa hal ini tidak hanya dilakukan secara online tetapi juga offline. Selain menjadi tempat belajar Brain Academy juga berfungsi sebagai pusat informasi, tempat pembayaran dan layanan customer care untuk layanan-layanan Ruangguru lainnya,” jelas CEO Ruangguru Belva Devara.

Application Information Will Show Up Here