Tidak Terafiliasi dengan Traveloka, Pegipegi Fokuskan Kegiatan Pemasaran

Pasca diakuisisi oleh Jet Tech Innovation Ventures Pte Ltd (Jet Tech) bulan Maret 2018 lalu, platform OTA Pegipegi kembali hadir dengan beragam penawaran dan target capaian. Meskipun Jet Tech terafiliasi dengan Traveloka, namun secara bisnis semua dijalankan independen tanpa adanya hubungan langsung dengan Traveloka. Sebelumnya sempat dikabarkan, Traveloka yang melakukan akuisisi kepada Pegipegi.

“Bisa kami pastikan semua bisnis dari Pegipegi tidak ada kaitannya dengan Traveloka. Hubungan dengan Traveloka hanya terjadi dengan Jet Tech sebagai pihak yang mengambil alih Pegipegi,” kata Head of Business Development & Strategic Partnership Pegipegi Ryan Kartawidjaja.

Masih fokus kepada penjualan tiket pesawat udara, kereta api dan hotel; Pegipegi ingin melancarkan kegiatan pemasaran yang lebih masif tahun ini dengan memberikan promosi untuk pengguna, khususnya di bulan Ramadan.

Saat ini Pegipegi mulai berupaya menambah jumlah pelanggan sekaligus memperbanyak kerja sama dengan mitra yang relevan. Pegipegi juga telah menjalin kemitraan dengan Kredivo, dengan memberikan pilihan pembayaran PayLater.

“Di periode Ramadan kali ini kami menggandeng banyak partner dari hotel, bank, dan lembaga nirlaba untuk bergabung bersama menyukseskan mudik agar membawa banyak keberkahan bagi seluruh masyarakat Indonesia.”

Menambah fitur

Untuk memberikan kemudahan kepada pengguna, Pegipegi meluncurkan beberapa fitur baru di aplikasi. Pertama ada Online Check-In, memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk menghindari keterlambatan saat check-in di bandara. Kemudian ada Travel Insurance, memberikan perlindungan untuk keterlambatan hingga kecelakaan diri. Jika pelanggan pada akhirnya perlu membatalkan perjalanan ada fitur Online Refund. Dan yang terakhir adalah PayLater dari Kredivo sehingga dapat mencicil biaya akomodasi hingga 12 bulan.

“Setelah fitur terbaru tersebut, kami juga akan terus menghadirkan fitur-fitur baru dan menarik lainnya yang diharapkan bisa memudahkan pengguna mengakses aplikasi Pegipegi,” kata Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza.

Saat ini penggunaan aplikasi masih mendominasi dengan jumlah pengunduh 4 juta kali di Android dan iOS. Tahun 2019 ini diharapkan Pegipegi bisa mencapai target pengguna baru hingga tiga kali lipat. Untuk produk favorit pengguna Pegipegi yakni pembelian tiket pesawat terbang dan hotel masih memberikan kontribusi yang besar hingga lebih dari 90%.

Disinggung apakah Pegipegi akan meluncurkan produk experience atau aktivitas yang banyak dimiliki oleh platform OTA serupa di Indonesia, Ryan enggan untuk menyebutkan lebih lanjut.

“Dalam waktu dekat kami juga akan merilis produk terbaru yang diharapkan bisa melengkapi produk travel yang terdapat di Pegipegi. Sementara untuk fundraising kami belum memiliki rencana untuk melakukan kegiatan tersebut saat ini,” tutup Ryan.

Application Information Will Show Up Here

Bobobox Terima Pendanaan dari Surge Sequoia, Agaeti Ventures, Everhaus dan Investor Sebelumnya

Startup akomodasi hotel kapsul Bobobox belum lama ini menerima pendanaan dalam seed round dari beberapa investor, termasuk Sequoia Capital India (Surge), Agaeti Ventures, dan Everhaus. Investor sebelumnya yakni Aplha JWC dan Ganesia Ventures turut terlibat dalam pendanaan ini. Tidak disebutkan nominal keseluruhan yang didapat.

Menurut informasi yang beredar, Surge memberikan kontribusi sebesar $1,5 juta (atau setara 21,6 miliar Rupiah). Tidak hanya untuk Bobobox, beberapa startup di Asia turut mendapatkan pendanaan dari Surge, dari Indonesia ada startup insurtech Qoala.

Modal tambahan yang didapat akan difokuskan untuk pengembangan outlet, improvisasi teknologi, dan inovasi pengembangan. Sejak hadir di tahun 2017, Bobobox menjadi game changer yang fokus pada pasar milenial/traveler yang membutuhkan akomodasi terjangkau.

Bisnis yang berpusat di Bandung tersebut menghadirkan pods, kapsul ruang tidur, yang dilengkapi dengan aplikasi untuk mengendalikan akses pintu, nyala lampu yang bisa disesuaikan, fitur keamanan, bluetooth speaker, hingga pendingin ruangan.

Pasca pendanaan ini pihak Bobobox turut menyampaikan akan membuka unit di 10-20 lokasi baru. Cukup percaya diri, pasalnya mereka mengklaim traksi yang didapat cukup tinggi dari pangsa pasar yang ditargetkan.

Untuk tetap unggul di pasar, Bobobox miliki tiga strategi utama. Pertama ialah dengan pengembangan produk dan teknologi secara berkelanjutan. Kedua dengan pengembangan sistem yang meningkatkan pengalaman tamu. Dan ketiga adalah penambahan lokasi dan varian unit yang ditawarkan.

Application Information Will Show Up Here

Apakah Ada “Sesuatu” Antara Tokopedia dan Bridestory?

Hari ini, DealStreetAsia menerbitkan berita mengenai kemungkinan akuisisi 100 persen saham marketplace produk pernikahan ternama Bridestory oleh marketplace terkemuka Tokopedia. Dalam kegamangan informasi akan transaksi yang mungkin (atau tidak) terjadi, kabar burung telah menyebar. Ada setidaknya tiga sumber yang menginformasikan kepada kami soal ini sebelum DealStreetAsia mempublikasikan artikelnya, namun CEO kedua belah pihak masih enggan memberikan keterangan lebih lanjut.

Menanggapi pertanyaan DailySocial, CEO Bridestory Kevin Mintaraga menyatakan kami menerima “informasi yang salah”, sementara CEO Tokopedia William Tanuwijaya, dengan singkat mengungkapkan bahwa ia tidak menanggapi rumor pasar.

Sekalipun sama-sama menjadi marketplace, Tokopedia dan Bridestory memiliki pasar yang berbeda. Kecil kemungkinan tujuannya untuk akuisisi pegawai (mungkin beberapa pegawai bisa berbagi fungsi yang sama), karena Bridestory kini tengah mendominasi pasar. Perkiraan terdekat adalah mereka berkolaborasi dalam usaha mendominasi pasar masing-masing.

Tokopedia memiliki dana yang cukup di lumbung mereka, sementara menginformasikan ke media tentang langkah akuisisi bukanlah tradisi mereka. Kami menemukan adanya sebuah akuisisi (lebih tepatnya akuisisi pegawai) yang pernah dilakukannya namun tidak ada pernyataan resmi sampai saat ini.

Berdiri sejak tahun 2014, Bridestory digawangi oleh Mintaraga dan Doni Hanafi. Tanpa ada jumlah investasi yang diumumkan setelah melalui setidaknya empat putaran pendanaan, termasuk dari angel investor, DealStreetAsia menyebutkan valuasi Bridestory bisa mencapai $50 juta (lebih dari 700 miliar Rupiah) — jumlah yang belum seberapa dibandingkan Tokopedia yang menjadi startup dengan valuasi terbesar kedua di Indonesia senilai $7 miliar (lebih dari 100 triliun Rupiah) , setelah pendanaan teranyar yang dipimpin Softbank Vision Fund dan Alibaba akhir tahun kemarin.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Fitur BukaGlobal Mungkinkan Konsumen Luar Negeri Belanja di Bukalapak

Minggu ini kanal Youtube Bukalapak menggunggah sebuah video yang mempromosikan BukaGlobal, sebuah layanan yang memungkinkan pengguna luar negeri untuk berbelanja di Bukalapak. Ini merupakan terobosan baru karena membuka kesempatan barang-barang dari Indonesia diakses para pembeli dari luar negeri. Kabarnya BukaGlobal akan diresmikan Senin (20/5) pekan depan di Singapura.

Dalam video promosi yang diunggah akun Bukalapak, mereka mengklaim sebagai bisnis e-commerce Indonesia pertama yang bisa dinikmati oleh pengguna luar negeri.

Dikutip dari sebuah tulisan yang dimuat di BukaReview, fitur baru Bukalapak ini tampaknya akan mulai melayani beberapa negara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Hongkong dan Taiwan. Sedangan untuk penjual masih terbatas, hanya untuk pelapak terpilih yang berada di area Jakarta dan Tangerang.

Masih dari sumber yang sama, bentuk pengiriman yang berlaku di BukaGlobal hanya berlaku satu arah atau ekspor. Sementara untuk pembayarannya menggunakan kartu kredit, kartu debit, collection point yang disediakan oleh local remittance agent dan menggunakan kurs rupiah.

BukaGlobal akan menjadi rangkaian inovasi baru dari Bukalapak di tahun 2019 setelah sebelumnya mereka meresmikan layanan “same day delivery” bekerja sama dengan Paxel, BukaAsuransi, dan meresmikan kantor riset dan inovasi. Awal tahun ini juga Bukalapak membukukan pendanaan 706 miliar dari Mirae Asset dan Naver Corp.

Application Information Will Show Up Here

 

LinkAja Syariah Segera Dirilis Agustus Tahun Ini

Pemerintah melalui Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) segera memperluas layanan pembayaran LinkAja ke sistem pembayaran berbasis syariah. Disebutkan LinkAja Syariah sekarang sedang dalam tahap uji coba dan ditargetkan segera meluncur pada Agustus 2019.

Perluasan ditandai lewat penandatanganan nota kesepahaman “Pengembangan Sistem Pembayaran Digital yang Dikelola Secara Syariah” antara empat bank syariah milik BUMN, yakni BNI Syariah, Bank Mandiri Syariah, BRI Syariah, dan unit usaha syariah BTN dengan Finarya sebagai pengelola LinkAja.

Inisitiaf ini sebenarnya tertuang dalam peta jalan pengembangan ekonomi syariah KNKS, yang salah satunya menyebutkan pembentukkan LinkAja Syariah sebagai alat pembayaran syariah untuk dukung Rencana Induk Ekonomi Syariah.

“Ke depan kita harapkan LinkAja Syariah menjadi sistem pembayaran digital yang mampu mendukung ekosistem digital ekonomi syariah yang terhubung dengan sistem perdagangan e-commerce, produk keuangan syariah, dan pariwisata halal,” terang Direktur Pengembangan Ekonomi Syariah dan Industri Halal KNKS Afdhal Aliasar dikutip dari Bisnis.com.

Secara teknis LinkAja Syariah tidak akan jauh berbeda dengan yang konvensional, namun prinsip-prinsip transaksinya akan dijalankan secara syariah. Dari sisi fitur, LinkAja akan ditujukan untuk berbagai kegiatan yang berbasis syariah seperti transaksi dana sosial keagamaan, seperti infak, zakat, dan wakaf dengan masjid-masjid dan lembaga zakat di seluruh Indonesia.

LinkAja Syariah juga akan digunakan memfasilitasi pengguna belanja di layanan e-commerce. Pemerintah sudah menggandeng Tokopedia dan Bukalapak sebagai fasilitatornya. Rencananya melalui kedua marketplace ini pengguna dapat lebih mudah mencari dan mengidentifikasi produk-produk dengan nomor sertifikasi halal.

Tidak hanya itu, pengguna akan dipermudah untuk berinvestasi pada instrumen syariah seperti reksa dana syariah yang telah tersedia di kedua pemain tersebut.

“Hal ini dimulai dengan mengajak marketplace yang sudah ada saat ini, yaitu Bukalapak dan Tokopedia untuk menghadirkan produk-produk halal dan produk keuangan syariah di masing-masing e-commerce. Diharapkan ke depannya akan lebih banyak lagi pemain e-commerce yang turut bergabung dalam ekosistem ini.”

Direktur Bidang Inovasi Produk, Pendalaman Pasar, dan Pengembangan Infrastruktur Sistem Keuangan Syariah KNKS Ronald Rulindo menyebutkan proses uji coba LinkAja Syariah telah dilakukan dan disaksikan pihak bank dan Finarya itu sendiri. Diharapkan aplikasi ini dapat diluncurkan pada Agustus 2019.

Traveloka Perkuat Vertikal Bisnis, Fokus Hadirkan Layanan Transportasi Darat

Awal tahun ini Traveloka mulai mengembangkan vertikal bisnis mereka dengan fokus kepada masing-masing kategori dan ingin dikenal sebagai “discovery platform“. Masing-masing layanan tersebut adalah transportasi, akomodasi, dan experience.

PR Director Traveloka Sufintri Rahayu mengungkapkan, rencana ini sudah mulai dikembangkan sejak tahun 2018 lalu, namun mulai diresmikan pada awal tahun 2019.

“Kini masing-masing vertikal bisnis memiliki CEO yang bertanggung jawab untuk mengembangkan layanan unggulan discovery platform Traveloka. Mulai dari CEO Transport yang dipimpin oleh Caesar Indra dan CEO lainnya.”

Fokus Traveloka saat ini adalah mengembangkan masing-masing vertikal bisnis agar bisa mempercepat pertumbuhan bisnis dan terus menambah berbagai layanan bagi pelanggan Traveloka di Indonesia.

“Kami juga memiliki misi untuk terus menjangkau destinasi yang masih sulit untuk dijangkau oleh masyarakat Indonesia. Dengan mengkombinasikan transportasi udara dan darat, semua proses tersebut bisa dinikmati hanya dengan melakukan pemesanan di aplikasi Traveloka,” kata Sufintri.

Transportasi darat

Dalam acara temu media, Head of Growth Management Transportation Product Traveloka Iko Putera menyebutkan, Traveloka menawarkan pilihan tiket pesawat dengan tujuan ke lebih dari 200 ribu pilihan rute, kereta api ke lebih dari 9 ribu kombinasi rute, bus dan travel dengan lebih dari 110 pilihan operator, rental mobil yang sudah tersedia di 36 kota di Indonesia, serta layanan antar jemput bandara yang telah tersedia di 149 bandara domestik dan luar negeri.

“Berdasarkan riset yang kami lakukan, animo masyarakat terhadap moda transportasi pesawat terbang masih cukup tinggi. Namun di tahun ini, permintaan terhadap moda transportasi darat meningkat secara signifikan, yaitu mencapai hingga 30 persen untuk kereta api dan 300 persen untuk bus antar kota dibandingkan dengan periode normal.”

Bukan hanya membantu pelanggan untuk mendapatkan informasi lengkap seputar transportasi bus yang dipilih, Traveloka juga membantu pemilik operator bus untuk meningkatkan layanan mereka memanfaatkan big data analytics dan feedback dari pelanggan. Layanan bus yang saat ini dinilai masih sangat fragmented, menyulitkan pihak operator hingga Traveloka untuk bisa membantu dan membenahi sistem yang ada.

“Secara khusus kami bisa menyediakan informasi waktu yang paling banyak dipilih oleh pelanggan untuk membeli tiket, tipe bus seperti apa yang mereka inginkan hingga destinasi dari pelanggan memanfaatkan data yang masuk dan tentunya masukan dari pelanggan,” kata Iko.

Disinggung apakah dengan fokus ke transportasi darat, jumlah penjualan tiket pesawat terbang menurun di platform Traveloka, Iko menegaskan tiket pesawat terbang masih menjadi dominasi di Traveloka, diikuti beberapa alternatif lain di transportasi darat, seperti kereta api, bus dan rental mobil.

“Di kuartal pertama terdapat pertumbuhan di pemesanan tiket pesawat, meskipun terjadi kelesuan industri dikarenakan peningkatan harga pesawat terbang dan disusul dengan moda transportasi darat lainnya. Hal ini sejalan dengan perkembangan infrastruktur di Indonesia yang semakin menunjang,” kata Iko.

Hingga saat ini penggunaan aplikasi masih mendominasi pilihan pelanggan untuk melakukan pemesanan dan pembelian tiket. Aplikasi Traveloka sendiri saat ini telah diunduh lebih dari 40 juta kali.

Traveloka mengklaim telah memiliki inventori dengan lebih dari 450 ribu hotel di 100 negara dan 100 mitra maskapai.

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Perkenalkan Layanan “Fulfillment” TokoCabang

Tokopedia memperkenalkan layanan fulfillment TokoCabang untuk permudah merchant menjangkau konsumen tanpa harus buka gudang sendiri. Layanan ini sekaligus menunjukkan komitmen perusahaan yang kini ingin menjadi platform IaaS.

Dalam wawancara sebelumnya bersama DailySocial, Head of Fulfillment Tokopedia Erwin Dwi Saputra menerangkan gudang pintar (TokoCabang) ini bisa dimanfaatkan para penjual untuk menaruh persediaan produk di wilayah-wilayah di mana tingkat permintaannya cenderung tinggi.

Pembeli di wilayah tersebut pada akhirnya bisa mendapatkan kebutuhannya dengan lebih efisien karena ongkos kirim yang lebih murah dan waktu pengiriman lebih singkat.

“Inovasi seperti ini diharapkan bisa membawa solusi nyata bagi ekosistem perdagangan online, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di Indonesia,” kata Erwin.

Perusahaan sudah mulai menghadirkan gudang-gudang pintar ini di beberapa kota di Indonesia sebagai langkah awal dan inisiatif tersebut akan diumumkan secara resmi dalam waktu dekat.

“Inovasi-inovasi di atas kami percaya akan menjadi lompatan berikutnya, yang dapat mengakselerasi pencapaian misi kami untuk pemerataan ekonomi secara digital di Indonesia.”

Model bisnis TokoCabang

Erwin tidak menjelaskan di mana saja lokasi TokoCabang. Menurut informasi resmi di situs, layanan ini dijalankan oleh mitra yang ditunjuk perusahaan, yakni PT Bintang Digital Internasional.

Partner ini akan bertanggung jawab untuk seluruh proses fulfillment, mulai dari pengelolaan pesanan, pembalasan chat dan diskusi produk, pergudangan, pengemasan, hingga pengiriman produk melalui agen logistik last mile ke pembeli.

TokoCabang tidak bisa digunakan merchant untuk menyimpan produk yang dilarang diperdagangkan Tokopedia, makanan dan minuman segar, produk yang sudah kadaluarsa, dimensi melebihi 40cm x 28cm x 28cm, dan produk aerosol.

Merchant yang bisa memanfaatkan TokoCabang ini minimum memiliki reputasi Gold 1 atau Official Store. Beberapa nama merchant yang telah bergabung adalah Audio Technica, EMPO, Jabra, Pioneer, dan Ria Miranda.

Ketika merchant telah terpilih, mereka dapat menempatkan stok produk ke lokasi fulfillment yang dituju. Ada dua komponen biaya yang dikenakan merchant apabila ingin memanfaatkan TokoCabang, yakni handling fee sebesar Rp3.000 per item untuk produk terjual yang dilayani dan storage fee sebesar Rp2.000 per item setiap bulan untuk produk yang tersimpan di gudang lebih dari 60 hari.

Diklaim biaya tersebut lebih efisien ketimbang merchant harus membuka cabang atau gudang sendiri, memperhatikan biaya pekerja, biaya pengemasan, dan beban gudang.

Application Information Will Show Up Here

Pengembang Platform SaaS Supply Chain “Advotics” Dapatkan Pendanaan Awal 39 Miliar Rupiah yang Dipimpin East Ventures

Advotics startup pengembang layanan SaaS Offline-to-Online Analytics hari ini (14/5) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal (seed funding) yang dipimpin oleh East Ventures. Turut terlibat beberapa investor dalam putaran pendanaan ini, namun tidak disebutkan detailnya. Nilai pendanaan mencapai $2,7 juta (atau setara dengan 39 miliar Rupiah). Pendanaan tersebut akan difokuskan untuk pengembangan teknologi dan mempercepat pertumbuhan pengguna.

Platform Advotics fokus membantu pebisnis rantai pasokan barang (supply chain) dalam mengambil keputusan berdasarkan data. Sebagian besar pelaku bisnis masih mengandalkan metode offline dalam mengelola dan melacak operasional penjualan dan distribusi. Dengan banyaknya dokumen yang harus dikelola secara manual, para pebisnis menghabiskan waktu hanya untuk pekerjaan rutin, bukan untuk sesuatu yang bersifat strategis.

“Klien dapat membeli solusi yang sesuai dengan kebutuhan mereka, baik berupa solusi digitalisasi yang menyeluruh atau hanya modul tertentu saja. Advotics juga menyediakan fitur yang sangat diminati oleh pelaku industri, seperti aplikasi produktivitas untuk memantau pekerja di dalam toko dengan sistem pelacakan geografis, sistem pengaturan rute dan pengiriman barang, sistem pemasaran offline-to-online, platform perdagangan B2B, serta dasbor analitik dan business intelligence untuk tim manajemen,” ujar Co-Founder & CTO Advotics Hendi Chandi.

Advotics mencoba mendigitalkan data-data terkait tenaga kerja,  jaringan bisnis, serta aset dan produk fisik milik perusahaan. Tujuan utamanya adalah untuk mengubah data dari aktivitas perdagangan dan pekerjaan offline di lapangan menjadi data berguna yang bisa membantu tim manajemen dalam membuat keputusan bisnis penting seperti penetrasi penjualan, produktivitas, serta strategi penjualan ritel.

Salah satu terobosan yang dilakukan Advotics adalah dengan mendigitalkan produk melalui penggunaan identitas unik, seperti kode QR yang dicetak pada kemasan produk. Hak tersebut dinilai dapat membantu perusahaan melacak keberadaan produk mulai dari distributor pertama hingga ke tangan konsumen, serta melindungi dari adanya pemalsuan produk.

“Tim Advotics berhasil mengatasi inti masalah dalam pemantauan rantai pasokan di Indonesia. Solusi Advotics bisa membantu para perusahaan dalam memantau pergerakan tenaga kerja dan barang-barang mereka. Data point yang dikumpulkan bisa digunakan untuk memahami peta persebaran (heatmap) dari distribusi produk dan mengefisienkan rantai pasokan. Kami percaya ini hanyalah awal dari transformasi rantai pasokan di Indonesia. Kami menyambut baik masuknya tim Advotics ke dalam ekosistem B2B dari East Ventures,” sambut Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Tim manajemen Advotics terdiri atas tiga engineer dengan latar belakang yang beragam, yakni Boris Sanjaya adalah seorang industrial engineer dengan pengalaman konsultasi di Boston Consulting Group (BCG); Hendi Chandi mantan software developer senior di Amazon, serta lulusan dari program teknik komputer University of Washington Seattle; dan Jeffry Tani merupakan pemegang gelar Ph.D. teknik mesin dari MIT.

Mengenal Pesendulu.com, Katering Online dari CRP Group Berkonsep Cloud Kitchen

CRP Group merilis unit usaha baru bergerak di bidang katering online Pesendulu.com dengan konsep cloud kitchen. Saat ini Pesendulu.com masih berbentuk situs dapat digunakan untuk pemesanan makanan dan reservasi tempat secara online.

Cloud kitchen merupakan konsep baru di Indonesia, namun sudah cukup populer di India, Tiongkok, dan beberapa negara lainnya di Amerika dan Eropa. Konsep ini menghadirkan lebih dari satu brand dalam satu dapur, memudahkan orang memilih jasa delivery makanan untuk memenuhi kebutuhannya.

“Tantangan utama dari bisnis kuliner tidak hanya soal kualitas makanan dan tempat kekinian yang nyaman, melainkan pelaku usaha kuliner juga perlu menemukan cara untuk mencari orang-orang yang akan mengonsumsi makanan tersebut. Untuk menangkap kesempatan itu, kami membuat Pesendulu.com,” terang Direktur Marketing CRP Group Rex Marindo kepada DailySocial.

CRP Group sendiri adalah perusahaan yang mewadahi brand tempat makan seperti Warunk Upnormal, Upnormal Coffee Roasters, Bakso Boedjangan, Sambal Khas Karmila, Fish Wow Cheese, dan lainnya. Konsumen dapat memesan seluruh makanan dari kedai tersebut melalui Pesendulu.com dalam jumlah besar atau reservasi tempat.

Kendati menghadirkan lebih dari satu brand dalam satu dapur, Rex memastikan di dalam dapur sentral ini tetap mempertahankan kualitasnya sesuai standar.

Baru ada dua dapur sentral yang beroperasi saat ini, yakni di Tanjung Duren, Jakarta dan Kebon Pisang, Bandung. Sedangkan untuk konsumen yang di luar wilayah tersebut, pemesanan nasi kotak diolah di gerai yang mereka pilih dengan standar food safety sesuai SOP.

Fitur Pesendulu.com

Apabila konsumen ingin memesan lewat Pesendulu.com, dapat memilih menu yang tersedia dari semua brand. Akan tetapi masih bersifat pre-order, artinya minimal pesanan dilakukan tiga hari sebelum jadwal pengiriman.

Metode pengirimannya ada dua pilihan. Konsumen dapat memilih mengambil pesanan sendiri langsung dari outlet atau mengirimnya ke lokasi yang dipilih dengan ongkos kirim disesuaikan dengan jarak pengiriman.

Sementara untuk fitur reservasi tempat, konsumen dapat memanfaatkannya apabila ada keperluan untuk meeting, acara ulang tahun atau kegiatan spesial lainnya. Reservasi dapat dilakukan H-1 sebelum jadwal yang diinginkan.

Pesendulu.com telah tersedia di 39 kota untuk pemesanan makanan dalam jumlah besar dan 37 kota untuk reservasi tempat. Rex mengungkapkan pihaknya akan terus menyempurnakan situs Pesendulu.com sebelum memutuskan untuk memasukkannya ke dalam aplikasi.

“Untuk sementara masih web based dulu, sembari kami melihat feedback dari konsumen untuk meningkatkan pelayanan dari situs Pesendulu.com,” pungkas Rex.

Sebelumnya, CRP Group merilis fitur “Pay at Table” dalam aplikasi Upnormal. Fitur ini memungkinkan konsumen tidak perlu mengantre di kasir saat memesan menu, cukup scan barcode meja mereka untuk memilih makanan. Pembayaran sudah terintegrasi dengan Go-Pay.

Telkomsel Bentuk Unit Investasi Baru, Siapkan 576 Miliar Rupiah untuk Pendanaan Startup

Telkomsel mengumumkan pembentukan sub-unit investasi baru bernama TMI (Telkomsel Mitra Inovasi) yang akan bertanggung jawab atas pengelolaan dana investasi dan proses sinergi lini bisnis perusahaan. Dana sebesar $40 juta (setara dengan 576 miliar Rupiah) sudah disiapkan untuk diinvestasikan ke sejumlah startup di Indonesia. Dalam pengucuran investasi tersebut, Telkomsel bermitra dengan MDI Ventures dan Singtel Innov8.

Pendanaan akan fokus pada startup di bidang big data, IoT, serta industri hiburan (musik, game, dan video). Pihaknya berharap hal ini dapat membantu meningkatkan corporate awareness dalam ekosistem bisnis digital yang kian berkembang.

Sekian lama dikenal sebagai perusahaan konektivitas dan telekomunikasi, Telkomsel berinisiatif  untuk memulai model bisnis baru. Secara konsep sebenarnya sudah dimulai sejak tiga tahun lalu.

Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah menjelaskan, “Melalui TMI, Telkomsel ingin menghadirkan engagement model yang lebih fleksibel, responsif dan dapat diandalkan bagi startup yang mencari akses ke permodalan strategis dan di saat bersamaan juga dapat menghadirkan user experience yang lebih baik dengan aliansi simbiosis yang berkelanjutan.”

Sebagai modal ventura hasil perpanjangan tangan Telkom Group, MDI Ventures akan berperan sebagai Fund Manager, serta fokus berbagi insight dengan Telkomsel dalam menjalankan TMI.

Dalam keterangan resminya, Nicko Widjaja selaku CEO dari MDI Ventures mengungkapkan, “Dalam jangka waktu tiga tahun, kami berkembang dari sebuah CVC (Corporate Venture Capital) eksperimental menjadi kendaraan pertumbuhan untuk Telkom Indonesia [..] Kami antusias dapat berkolaborasi dengan TMI untuk berpartisipasi dalam pendanaan ini dan bekerja dalam berbagai sektor telekomunikasi digital.”

Mengenai timeline di tahun pertama, Nicko mengakui pihaknya sudah mengincar beberapa startup untuk jadi portofolio. Targetnya di tahun ini adalah untuk bisa berinvestasi di lebih dari sepuluh startup tahap awal.