Revisi PP PSTE, Kemkominfo Soroti Perlindungan Data

Kominfo menyoroti isu perlindungan data sebagai dasar revisi PP PSTE atau PP No 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik. Isu ini diterjemahkan ke dalam penempatan data center (DC) dan data recovery center (DRC) harus ada di Indonesia.

Aturan lama lebih mementingkan bukti fisiknya harus di Indonesia, padahal sebenarnya yang dinilai lebih penting adalah data-datanya.

“Dalam aturan yang lama itu mengatur fisiknya, padahal yang penting itu datanya. Saat ini kami mensyaratkan datanya bukan hanya fisiknya,” Dirjen Aptika Kemkominfo, Semuel A Pangerapan, seperti dikutip dari Antara.

Kominfo merumuskan kembali aturan tersebut dalam revisi, dengan membuat Klasifikasi Data Elektronik (KDE). Pengaturan dibutuhkan untuk perjelas subjek hukum tata kelola elektronik, meliputi pemilik, pengendali, dan pemroses data elektronik.

KDE ini akan mengatur lokalisasi data berdasarkan pendekatan klasifikasi data. Klasifikasi tersebut dibagi jadi tiga jenis, yakni seperti data strategis, data tinggi, dan rendah.

Data strategis ini wajib di dalam wilayah Indonesia, menggunakan jaringan sistem elektronik Indonesia, dan membuat rekam cadang elektronik dan terhubung ke pusat data tersebut. Ketentuan teknis lebih lanjut akan ditetapkan oleh presiden dan diatur secara terpisah melalui Peraturan Presiden (Perpres).

Data strategis tidak boleh dipertukarkan keluar negeri. Sebab data yang tergolong dalam klasifikasi ini antara lain data mengenai penyelenggaraan negara, keamanan, dan pertahanan.

Data tinggi dan data rendah dalam kondisi tertentu dapat berada di luar Indonesia dengan catatan jika memenuhi persyaratan dari kajian industri. Yang menentukan ini adalah Instansi Pengawas dan Pengatur Sektor (IIPS) yang bertanggung jawab terhadap sektor tertentu. Misalnya BI dan OJK untuk sektor keuangan.

Revisi PP ini juga akan memuat bahwa data harus terenkripsi, sehingga data tetap aman dari serangan siber.

Tegaskan sanksi

Klasifikasi data ini, sebelumnya tidak hadir dalam aturan lama. Yang mana, menurut Semmy (panggilan Semuel), rentan dengan tindakan tidak patuh oleh para Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE).

“Tidak ada klasifikasi data apa saja yang wajib ditempatkan, sehingga tidak ada parameter bagi PSE selaku pelaku usaha. Dengan tidak adanya klasifikasi tersebut, kemungkinan banyak PSE yang akan ditutup atau diblok karena pelanggaran atas kewajiban tersebut.”

Untuk itu, dalam revisi juga diperjelas soal pelanggaran dari sanksi administrasi, denda, sampai pemblokiran kepada PSE sesuai dengan UU ITE pasal 40.

Saat ini revisi PP PSTE disebutkan sudah masuk di Sekretariat Negara untuk proses pengecekan ulang sebelum ditandatangani presiden. Draf sudah dikirimkan sejak 26 Oktober 2018, setelah selesai proses harmonisasi sejak 22 Oktober 2018.

Anak Usaha Astra Graphia Rilis Marketplace Percetakan Online Bernama PrinterQoe

Astragraphia Xprins Indonesia (AXI), anak usaha dari Astra Graphia, memperkenalkan layanan baru yang bergerak di layanan marketplace online printing “PrinterQoe”. Kehadiran layanan ini melengkapi inovasi produk AXI lainnya yang telah lebih dahulu hadir, yakni AXIQoe, PrintQoe, CourierQoe, dan SpotQoe.

Strategic Business Planning AXI dan PrintQoe Chief, Adi Vidyanto, mengatakan PrinterQoe hadir sebagai inisiatif baru dari layanan print on demand PrintQoe dengan model bisnis lebih mengarah ke B2B. PrinterQoe mengembangkan lebih jauh fasilitas pencetakan dokumen yang sifatnya lebih personal untuk aktivitas bisnis secara cepat di lokasi terdekat.

Pelanggan bebas memilih dan membandingkan penyedia jasa cetak yang diinginkan, serta kemudahan pembayaran secara langsung ke merchant. Pelanggan yang disasar ada di segmen B2B2C, seperti pelaku bisnis, mahasiswa, digital nomad, dan startup.

“Oleh karena itu, solusi PrinterQoe kami sediakan sebagai bagian dari PrintQoe dalam mencetak agar lebih inovatif dan solutif kepada para pelanggan,” terangnya, Rabu (31/10).

Bagi penyedia jasa cetak, PrinterQoe dapat membantu perluas cakupan pasar mereka dengan memberikan layanan kepada pelanggannya secara online tanpa perlu mengeluarkan tambahan biaya. Untuk bergabung sebagai merchant, PrinterQoe sama sekali tidak membebankan biaya admin atau pendaftaran.

Tidak ada strategi monetisasi yang disiapkan untuk PrinterQoe. Adi menerangkan, justru potensi bisnis diharapkan datang dari produk AXI lainnya.

“Untuk monetisasi ini enggak bisa dilihat dari satu point of view saja, kami justru harapkan [monetisasi] datang dari sinergi bisnis yang bisa datang dari berbagai arah. Misalnya, ada yang tertarik pakai SpotQoe, atau sebagainya.”

PrinterQoe telah memiliki lebih dari 1500 printer yang telah terhubung dari 300 merchant yang tersebar di Jadetabek. Pelanggan dapat memilih merchant terdekat mereka untuk mencetak dokumen dengan mengunggahnya lewat situs atau aplikasi.

Ke depannya, perusahaan akan perluas jaringan printer yang tersebar di berbagai daerah dan mengembangkan fitur dalam aplikasi misalnya kurir instan dan pembayaran online. Pelanggan pun diharapkan akan semakin dipermudah dengan pelayanan PrinterQoe.

Perusahaan juga mendorong merchant yang sudah bergabung di PrintQoe untuk turut serta mengambil peluang di layanan terbarunya tersebut. Kurang lebih ada 300 merchant tersebar di 106 kota di seluruh Indonesia.

Merchant di PrintQoe juga kami ajak untuk masuk ke PrinterQoe. Merchant di PrintQoe ini kami benar-benar seleksi sehingga kualitasnya benar-benar maksimal. Untuk PrinterQoe baru kami buka keran seluas-luasnya untuk penyedia jasa percetakan buat gabung.”

Sejak diluncurkan pada 2016, PrintQoe memiliki 1200 pelanggan korporat dengan pemesanan yang masuk mencapai 100-500 dalam setiap harinya.

Kontribusi pendapatan AXI terhadap Astra Graphia diklaim mencapai 60%. Selain AXI, di bawah Astra Graphia ada dua perusahaan lainnya, yakni Astragraphia Document Solution, dan Astra Graphia Information Technology (AGIT).

Nalagenetics Terima Pendanaan Awal 15 Miliar Rupiah, Kembangkan Layanan Tes Genetik Berbiaya Murah

Startup di bidang kesehatan (healthtech) untuk pengujian genetik Nalagenetics hari ini (01/11) mengumumkan perolehan putaran pendanaan tahap awal (pre-seed round) senilai $1 juta (setara 15 miliar Rupiah). Pendanaan ini didapat East Ventures, Intudo Ventures, dan beberapa angel investor. Melalui solusinya, Nalagenetics mencoba menghadirkan layanan tes genetik yang berbiaya murah disesuaikan pasar Asia. Penetrasi bisnisnya akan dimulai di pasar Singapura dan Indonesia.

Dana yang diperoleh akan dialokasikan untuk menyelesaikan proof-of-value project bekerja sama dengan beberapa rumah sakit dan institusi kesehatan di Singapura dan Indonesia. Selain itu Nalagenetics juga mengharapkan bisa merekrut anggota untuk menguatkan tim. Selain tes genetik, Nalagenetics juga mengembangkan beberapa produk lain untuk mendukung pengujian, termasuk Cilincal Decision Support dan Patient Engagement Tools.

Nalagenetics didirikan oleh sekelompok ilmuwan, yakni Jianjun Liu, Astrid Irwanto, Alexander Lezhava dan Levana Sani. Keempatnya bertemu saat bekerja di Genome Institute of Singapore. Pengembangan produk tes genetik bukan tanpa sebab, tim Nalagenetics mendasarkan pada sebuah temuan riset yang dilakukan di Singapura. Banyak kerugian yang bisa ditimbulkan oleh efek samping obat karena faktor genetik. Nalagenetics berfokus pada farmakogenomik, cabang dalam genetika yang mempelajari bagaimana DNA mempengaruhi respons obat seseorang.

Nalagenetics
Founder Nalagenetics / Nalagenetics

Sekitar 30% efek samping oleh obat-obatan disebabkan karena faktor genetik. Dengan mengetahui susunan genetik seseorang dapat menyelamatkan pasien dari efek samping, yang kadang bisa saja mematikan. Produk Nalagenetics juga berproses dari temuan dan pengujian para founder-nya. Salah satunya Astrid, dalam sebuah penelitiannya di Papua, ia bekerja sama dengan Lezhava untuk merancang tes genetik dengan biaya di bawah $5 dan melakukan tes sebanyak 1000 kali

Tes genetik ini diharapkan juga memberikan solusi pengobatan terbaik. Misalnya saat di Genome Institute of Singapore, tim bekerja sama untuk membawa produk biomarker genetik yang mereka temukan untuk menentukan apakah pasien kusta tertentu ada kemungkinan memiliki reaksi merugikan yang bisa berdampak fatal, dalam bahasa medis disebut Sindrom Hipersensitivitas Dapsone (DHS). Deteksi tersebut hasilnya akan digunakan untuk penentuan obat-obatan untuk menghindari efek samping.

Sepak terjang dan pembuktian penelitian tim Nalagenetics yang juga membuat para investor percaya. Salah satunya diungkapkan Managing Partner East Ventures, Willson Cuaca. Ia mengungkapkan, pertemuan pertama dengan tim Nalagenetics membuatnya langsung terkesan. Apa yang diselesaikan Nalagenetics akan berdampak baik bagi populasi di Asia. Solusi tes dengan biaya hemat yang dikerjakan dipastikan dapat diakses oleh khalayak yang lebih luas.

Pun demikian dengan Partrick Yap, Founding Partner Intudo Ventures. Ia menyampaikan bahwa inovasi yang turut didukung ilmuwan Indonesia ini akan membantu mengatasi tantangan kesehatan lokal yang sebelumnya diabaikan. Pihaknya berkomitmen mendukung bisnis Nalagenetics melalui jaringan mitra strategis lokal dan internasional yang dimiliki.

Sejak didirikan pada tahun 2016 untuk proyek kusta, Nalagenetics telah diinkubasi di program Harvard’s Venture Incubation Program dan memperoleh dukungan untuk pengembangan tes genetik mereka di Genome Institute of Singapore melalui Exploit Technologies Pte Ltd (ETPL).

G2Lab Umumkan Perolehan Dana dari Primedge Investment Holdings

G2Lab, sebuah startup teknologi pendidikan dan konsultasi teknis yang didirikan Ferry Sutanto, mengumumkan perolehan dana dengan jumlah yang tidak disebutkan dari Primedge Investment Holdings. Primedge berada di bawah naungan grup Ancora Capital yang dikepalai Gita Wirjawan. Kucuran dana ini untuk mendukung rencana besar G2Lab meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia di bidang teknologi.

Sebelum mendirikan G2Lab, Ferry telah lama berkecimpung di dunia teknologi informasi, baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia. Setelah 21 tahun bekerja di Amerika Serikat, ia bergabung dengan GDP Venture dan Blibli. Posisi terakhirnya di Blibli adalah sebagai Head of Technology.

“Dengan pendanaan ini, G2Lab berencana untuk dapat mengakomodasi lebih banyak peserta dengan berinvestasi untuk memiliki kantor pusat bagi siswa dan alumni, serta merekrut lebih banyak instruktur ahli. Seluruh perencanaan akan difokuskan kepada penyempurnaan program-program yang diformulasi khusus untuk mewujudkan sumber daya manusia untuk teknologi di Indonesia bisa bersaing di dunia internasional,” ujar Ferry.

Keinginannya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di bidang teknologi mendorong Ferry mendirikan G2Lab yang memiliki dua segmen bisnis. Yang pertama adalah penciptaan kelas-kelas belajar intensif di segmen teknologi supaya masyarakat umum memiliki skill yang unggul di dunia kerja. Topik yang dicakup dalam kelas ini termasuk soal web development, pengembangan aplikasi untuk iOS dan Android, cybersecurity, UI/UX, dan digital marketing.

Segmen kedua adalah segmen konsultasi dengan skema CTO as a Service (CTOaaS). Dengan skema ini, G2Lab akan membantu klien memenuhi kebutuhan-kebutuhan teknologinya, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang belum memiliki tim teknologi yang mumpuni.

Di segmen edukasi, G2Lab memiliki irisan dengan lembaga pendidikan intensif lain, seperti Hacktiv8 dan Dicoding. G2Lab juga didukung Kejora Ventures, dengan Managing Partner-nya Andy Zain dan Sebastian Togelang menjadi Advisor.

“Visi kita sama, yaitu untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia melalui peningkatan kapasitas pendidikan dan penciptaan jaringan produktif bagi human capital di Indonesia,” ujar Gita Wirjawan tentang pendanaan ini.

Induk Perusahaan Rumah.com Dapat Suntikan Dana 2,2 Triliun Rupiah

Induk perusahaan Rumah.com (Rumah), PropertyGuru berhasil mengamankan pendanaan sebesar $145 juta atau setara dengan 2,2 triliun rupiah. Putaran pendanaan Seri D ini diperoleh dari perusahaan investasi global KKR. Dengan investasi ini KKR bergabung dengan pemegang saham PropertyGuru bersama dengan TPG, Emtek dan Square Peg Capital. Pendanaan kali ini akan digunakan untuk memperkuat posisi PropertyGuru di Asia Tenggara termasuk konsolidasi penuh portal properti Batdongsan.com.vn di Vietnam.

Saat ini di Asia Tenggara PropertyGuru memiliki beberapa layanan yang memimpin pasar properti, seperti PropertyGuru di Singapura dan Malaysia, DDproperty.com di Thailand, Rumah.com di Indonesia dan yang baru saja bergabung Batdongsan.com.vn di Vietnam. Dan dengan pendanaan kali ini, pihak PropertyGuru akan terus mendorong investasi dalam teknologi dan membawa solusi yang bermanfaat bagi pencari rumah, agen real estate dan pengembang PropertyGuru.

“Investasi baru ini mengukuhkan validasi yang kuat dari pertumbuhan berbasis teknologi yang telah diberikan oleh PropertyGuru. Didukung oleh satu dekade kepemimpinan pasar di Asia Tenggara dan perkembangan bisnis dalam beberapa tahun terakhir. Hari ini Group kami sudah profitable, arus kas positif dan memiliki pendapatan yang tumbuh lebih dari 25 persen dari tahun ke tahun. Kami berbahagia menyambut KKR, investor blue-chip, bergabung menjadi dewan investor kami, karena kami miliki rencana ambisius untuk inovasi dan pertumbuhan dalam satu dekade ke depan,” terang Chief Executive Officer PropertyGuru Group Hari V Krishnan.

Pihak KKR juga menyambut positif investasi ini. Bagi mereka PropertyGuru telah berhasil memantapkan diri sebagai pimpinan di industri properti online Asia Tenggara, dan berharap dengan investasi ini bisa membawa PropertyGuru ke tingkat selanjutnya.

“Kami senang berinvestasi di PropertyGuru, salah satu bisnis teknologi yang paling menarik di Asia Tenggara. Dengan migrasi online cepat yang berjalan dengan baik di banyak industri, tim PropertyGuru yang dipimpin oleh Hari V Krishnan telah dengan jelas memantapkan dirinya sebagai pemimpin di Asia Tenggara dalam industri properti online. Kami berharap dapat bermitra dengan mereka untuk membantu membawa ke tingkat selanjutnya,” terang Member & Head of Southeast Asia KKR Ashish Shastry.

Investasi KKR di PropertyGuru ini didanai melalui KKR Asian Fund III. Investasi tersebut merupakan bagian dari strategi KKR untuk berinvestasi di pasar dengan pertumbuhan yang tinggi dan diyakini bisa memperoleh manfaat dari peningkatan pesat teknologinya. Bagi PropertyGuru, selain konsolidasi penuh dengan Batdongsan dan fokus ke pasar Asia Tenggara, mereka juga berencana menembus vertikal baru dan mendongkrak penjualan di pasar.

OVO Resmi Jadi Opsi Pembayaran Tokopedia

Setelah sebelumnya diberitakan soal rencana implementasi teknologi OVO di layanan pembayaran Tokopedia, hari ini (31/10) keduanya mengumumkan secara resmi kerja sama strategis. Kerja sama yang diumumkan hari ini mengabarkan bahwa kini pengguna Tokopedia bisa memilih OVO sebagai opsi pembayaran dalam transaksi mereka.

Dari rilis yang kami terima belum disampaikan secara eksplisit mengenai rencana pemanfaatan teknologi OVO untuk mendukung sistem e-wallet Tokopedia. Kami sudah mencoba mengonfirmasi ke pihak OVO terkait ini, tapi belum mendapatkan jawaban.

Bagi OVO, kemitraan ini sebagai upaya untuk mematangkan strategi “tiga cabang” mereka, yakni melayani ritel offline (di gerai mall, warung dll melalui metode QR payment), online-to-offline (seperti kemitraan dengan Grab), dan e-commerce. Visinya untuk menegaskan OVO sebagai platform pembayaran terbuka dengan jangkauan transaksi yang luas.

“Setelah memantapkan diri sebagai platform pembayaran seluler nomor satu berdasarkan volume transaksi, kemitraan dengan Tokopedia akan lebih mempercepat pertumbuhan kami. Kami berharap adanya lonjakan pengguna baru dan transaksi tambahan dari e-commerce untuk mendorong kepemimpinan pasar secara menyeluruh,” sambut CEO OVO, Jason Thompson.

Dari statistik yang disampaikan, saat ini ada sekitar 60 juta pengguna aktif bulanan di platform OVO. Sementara di Tokopedia sudah mencapai 80 juta pengguna. Diharapkan keduanya dapat saling memperbesar pasar dari basis data pengguna yang ada.

“Kami sangat antusias bekerja sama dengan OVO dengan menawarkan kepada pengguna kami opsi pembayaran baru. Bersama OVO, kami tidak hanya memberikan pengalaman belanja lebih nyaman, tapi kami juga menampilkan opsi pembayaran yang memiliki kegunaan luas secara online dan offline serta membantu meningkatkan inklusi keuangan. Ini membawa kita satu langkah lebih dekat ke misi kita mendemokrasikan perdagangan melalui teknologi,” ujar COO Tokopedia, Melissa Siska Juminto.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Bekerja Sama dengan CIAYO Comics, BBM Hadirkan Komik Digital di Aplikasi

Aplikasi pesan BBM hari ini kedatangan fitur baru lagi. BBM Comics, menyediakan ratusan komik digital yang dibuat oleh para ilustrator di Indonesia, seperti seri Si Juki, Rumah Mice, Patrick Jonbray, dan Si Nopal. Layanan konten baru ini terealisasi atas kerja sama strategis antara BBM dan CIAYO Comics. Konten BBM Comics bisa ditemukan di tab DANA dalam aplikasi.

“Sejak menjadi bagian dari EMTEK, BBM terus berfokus membangun dan menyediakan konten lokal untuk Indonesia. Kerja sama kami dengan CIAYO Comics menandakan bahwa pengguna BBM dapat menikmati karya dari ilustrator komik terbaik di Indonesia dan membagikan komik-komik favorit mereka bersama teman-teman mereka melalui BBM, baik itu chat personal ataupun dalam grup BBM,” kata Matthew Talbot, CEO Creative Media Works, perusahaan yang mengoperasikan BBM Consumer secara global.

Di menu Komik, pengguna dapat mencari komik favorit mereka, yang terdiri dari 8 genre – romance, comedy, horror, slice of life, drama, action dan special. Koleksi komik selalu diperbarui secara berkala, sebagian besar dilakukan setiap minggu oleh ilustrator seperti Muhammad ‘Mice’ Misrad dan Faza Meonk. Saat ini sudah ada 170 komik yang dapat dibaca, ditargetkan akan mencapai 300 komik hingga akhir tahun ini.

CEO CIAYO Comics Borton Liew menyatakan, “Kemitraan strategis dengan BBM ini kami harapkan dapat membawa solusi yang baik bagi kedua pihak dan menambah nilai bagi para pengguna BBM dan stakeholders CIAYO Comics.”

BBM yakin kerja sama dengan CIAYO Comics ini akan membawa antusiasme dan bakat baru bagi industri komik di negeri ini. Talbot melanjutkan, “Bersama-sama kita menciptakan ekosistem yang hidup bagi ilustrator untuk menuangkan ide mereka ke dalam BBM Comics.”

Saat ini memang sudah banyak integrasi yang dilakukan ke dalam aplikasi BBM. Sebelumnya BBM juga bekerja sama dengan Yogrt untuk menghadirkan konten game instan di dalam aplikasi.

Application Information Will Show Up Here

Akulaku Dapatkan Pendanaan Seri C Senilai 1 Triliun Rupiah

Startup fintech bidang pembiayaan Akulaku mendapatkan pendanaan seri C senilai $70 juta (setara dengan 1,06 triliun Rupiah). Pendanaan ini dipimpin oleh Fanpujinke Group, dengan partisipasi Sequoia India, BlueSky Venture Capital, dan Qiming Venture Capital. Tambahan modal ini akan difokuskan untuk menjajaki model layanan fintech lain dan memperkuat kehadiran Akulaku di pangsa pasar.

Menurut pemaparan Founder & CEO Akulaku Li Wenbo, pasca pendanaan ini akan lebih banyak lagi skenario konsumen yang akan dieksplorasi, misalnya pembayaran di toserba dan layanan pinjaman untuk pedagang kecil. Di samping itu pasca kesuksesannya di Indonesia, Akulaku juga akan mulai fokus memperdalam kehadirannya di Vietnam dan Filipina.

Di Indonesia, Akulaku cukup agresif dalam menjalankan manuver bisnis. Belum lama ini pihaknya meluncurkan inovasi baru dalam peluncuran “Akulaku Pay Offline“. Skema ini memungkinkan pengguna bisa mencicil tagihan di warung atau gerai kovensional. Saat ini baru beroperasi di Jabodetabek dengan 21 ribu merchant terdaftar.

Dari statistik yang ada, Wenbo memaparkan, saat ini aplikasi Akulaku sudah diunduh lebih dari 20 juta kali. Pengguna aktifnya mencapai 13 juta orang dengan transaksi bulanan mencapai 1.5 triliun Rupiah. Kehadirannya untuk menangani konsumen secara online dan offline dinilai dapat meningkatkan capaian bisnis Akulaku.

Bisnis kredit virtual seperti Akulaku bukan satu-satunya di Indonesia. Ada juga Kredivo yang beroperasi, di bawah naungan FinAccel. Model bisnis seperti ini di Indonesia diawasi OJK.

Kemitraan juga menjadi salah satu strategi bisnis yang dilancarkan Akulaku. Di Indonesia, pihaknya sudah bekerja sama khusus dengan beberapa pemain, di antaranya platform marketplace Bukalapak dan pengembang tanda tangan digital PrivyID.

Application Information Will Show Up Here

PLN Disjaya Manfaatkan NB-IoT Smart Meter dari Telkomsel

PLN Disjaya kini memanfaatkan teknologi narrow band Internet of Things (NB-IoT) yang dikembangkan Telkomsel untuk sistem smart meter di jaringan listrik, yang disebut sebagai Advanced Meter Infrastructure (AMI). Kerja sama ini sekaligus menandakan dimulainya komersialisasi teknologi ke publik. Sebelumnya Telkomsel memperkenalkan teknologi ini sebagai bentuk CSR untuk konsep bike sharing di Universitas Indonesia.

VP Corporate Account Management Telkomsel Primadi K. Putra menerangkan, tren IoT yang tengah berkembang dimanfaatkan penuh oleh perseroan untuk konsisten meningkatkan kesiapan teknologi dan jaringan demi terbentuknya ekosistem IoT di Indonesia.

“Implementasi teknologi NB-IoT ini juga sejalan dengan visi Telkomsel sebagai digital telco company yang senantiasa menghadirkan layanan dan solusi digital terkini yang dapat meningkatkan perkembangan ekonomi negara,” terangnya, kemarin (30/10).

Implementasi NB-IoT pada sistem metering di PLN adalah salah satu use case yang dapat menunjukkan bagaimana teknologi dapat memberikan manfaat nyata di kehidupan masyarakat. Terlebih, pemanfaatan teknologi ini merupakan bagian dari modernisasi gardu PLN dan alat meter yang digunakan pelanggan korporat.

“Telkomsel memiliki 176 ribu BTS di seluruh Indonesia, memungkinkan kami untuk perluas solusi ini ke berbagai use case.”

NB-IoT merupakan teknologi terbaru yang dirancang secara khusus agar komunikasi antar mesin semakin masif dengan coverage jaringan telekomunikasi yang semakin luas hingga 2 kali dari jangkauan GSM. Di saat yang sama, teknologi ini mampu menghasilkan kapasitas koneksi yang masif untuk solusi dan aplikasi berbasis IoT.

Berdasarkan data dari GSMA (3GPP), 1 BTS NB-IoT dapat menghubungkan hingga 300 ribu perangkat terkoneksi dengan konsumsi daya lebih hemat. Teknologi radio akses NB-IoT merupakan salah satu jenis teknologi jaringan Low Power Wide Area (LPWA), memungkinkan optimalisasi daya sehingga perangkat bisa beroperasi sampai 10 tahun tanpa pengisian daya ulang baterai.

Efisiensi untuk PLN

Senior Manager Distribusi PLN Disjaya Faisol mengatakan, penerapan teknologi smart meter adalah keniscayaan. Pihaknya percaya dengan teknologi banyak memberikan manfaat bagi pelanggan korporat berlokasi di Jakarta, seperti pembacaan meter yang lebih akurat, kontrol status, dan mengumpulkan informasi langsung dari meter dengan data terkini.

Selain itu, pemanfaatan teknologi ini juga bisa mengurangi potensi kecurangan di meter pelanggan dan memberikan akurasi tagihan yang lebih tepat.

PLN dapat mengidentifikasi gangguan lebih cepat tanpa harus menunggu aduan dari pelanggan. Dalam kurun waktu 30 menit PLN berharap solusi bisa cepat teratasi, daripada kondisi saat ini yang masih memakan waktu lebih dari 1 jam.

“PLN butuh teknologi monitoring system di gardu-gardu secara real time. Kalau ada gangguan, pelanggan tidak perlu lapor ke kita karena kita sudah tahu kebih dulu. Pelayanan pun akan lebih baik ke depannya,” kata Faisol.

Adapun penerapan teknologi ini baru berlaku untuk pelanggan korporat PLN, jumlahnya mencapai 23 ribu institusi. Pelanggan korporat dapat memonitor langsung billing system-nya dari meter masing-masing. Untuk pelanggan ritel, teknologi ini baru dimanfaatkan di 13 ribu gardu. Ada 4,3 juta pelanggan di Jakarta yang dilayani oleh PLN Disjaya.

Menurut Faisol, sebelumnya PLN sudah menggunakan teknologi IoT dengan jaringan 3G yang juga dikembangkan Telkomsel, namun ada kekurangan di situ. Perusahaan harus menanggung biaya operasional bulanan yang tinggi karena konsumsi data yang tinggi, bisa sampai 4-5 Watt per meter. Kini hanya memerlukan 0,7 Watt.

“Memang Watt-nya kecil, tapi kan meter itu selalu running itu yang buat opex kita besar. Tapi sekarang kami bisa efisiensi sampai 80%.”

Teknologi NB-IoT AMI yang dipakai PLN merupakan bagian dari Smart Grid yang berfungsi sebagai “last mile” atau akses pelanggan, di mana semua perangkat dan alat terhubung secara online dengan server terpusat.

Komponen AMI terdiri dari sistem smart meter untuk mengukur dan menyimpan data, sistem komunikasi M2M antara meter pintar dengan server control center PLN. Terakhir, aplikasi analisis serta manajemen data meter secara otomatis pada control center.

Berkat teknologi ini, PLN berharap tercipta sistem jaringan listrik pintar (Smart Grid), khususnya jaringan distribusi pintar (Smart Distribution). Memungkinkan terciptanya otomatisasi pada jaringan PLN sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kecepatan pelayanan kepada pelanggan PLN di Jakarta.

“Sebab Jakarta itu kota yang padat, konsumsi listriknya juga besar untuk ukuran sekecil Jakarta, sehingga kalau ada gangguan listrik akan sangat menganggu aktivitas.”

Faisol mengungkapkan pihaknya belum membuka kemungkinan implementasi lebih jauh untuk pelanggan PLN di lokasi luar Jakarta, terutama untuk pelanggan ritel. PLN masih mencari opsi lain yang lebih efisien mengingat biaya investasi yang harus disiapkan membeli perangkat smart meter baru.

DIVA Rencanakan IPO 29 November Mendatang

PT Distribusi Voucher Nusantara (DIVA), anak usaha Kresna Graha Investama, siap melantai di bursa akhir November 2018 dengan melepas 214.285.700 lembar saham baru atau setara dengan 30% dari modal disetor perusahaan.

Dalam hajatan ini, perseroan menawarkan harga saham berkisar antara Rp2.800 sampai Rp3.750 per lembar saham, sehingga diperkirakan perseroan akan mengantongi dana segar sekitar Rp600 miliar sampai Rp803 miliar.

Perseroan menunjuk Kresna Sekuritas, Trimegah Sekuritas, dan Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi saham.

Presiden Direktur DIVA Raymond Loho meyakini saham akan terserap dengan baik ke publik. Pasalnya, perseroan mengalokasikan lebih banyak investor institusi ketimbang ritel. Porsi untuk investor lokal sedikit lebih besar daripada asing, dengan perbandingan 60:40.

Dari sisi peluang bisnis, menurutnya, ada banyak ruang yang bisa disasar perseroan mulai dari kerja sama dengan pihak ketiga untuk pengembangan produk. UKM pun pada akhirnya memiliki variasi produk yang bisa mereka jual lebih menarik.

“DIVA tidak hanya akan memberdayakan UKM untuk go digital tetapi meningkatkan kontribusi mereka terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan. Kami percaya bahwa IPO hanya merupakan awal dari apa yang DIVA dapat lakukan agar UKM dapat bersaing secara digital,” ucap Raymond, Selasa (30/10).

Dia mengungkapkan, pihaknya akan menggunakan dana segar dari IPO untuk modal kerja (55%), belanja modal (40%), dan sisanya diarahkan ke investasi SDM (5%).

Saat ini komposisi pemegang saham DIVA dimiliki oleh 1 Inti Dot Com (30%), Nusantara Utama Jaya (20%), Kresna Karisma Persada (20%), Martin Suharlie (20%), dan M Cash Integrasi (10%).

Mengutip kinerja perseroan hingga Mei 2018, perusahaan berhasil mencetak laba bersih Rp3,3 miliar, melonjak 280,1% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

DIVA bergerak di bidang digital business converter dan accelerator dengan model bisnis B2B2C. Melalui platform digitalnya, DIVA menyediakan dua produk untuk para UKM, yakni DIVA Smart Outlet (SO) dan DIVA Intelligent Instant Messaging (IIM).

DIVA SO adalah perangkat multi-payment terpadu yang dapat memproses berbagai opsi pembayaran tunai dan non tunai sebagai POS dan menawarkan berbagai varian produk digital. DIVA dan Telkomsel telah bermitra untuk membangun T-Kiosk.

Sementara DIVA IIM adalah sistem platform terintegrasi, didukung teknologi chatbot dan AI, serta memanfaatkan berbagai aplikasi instant messaging populer, seperti WhatsApp, Telegram, dan LINE.

Dengan hampir 17.000 UKM yang terhubung dengan DIVA, perseroan menawarkan produk paket bundling, melalui kolaborasi dengan berbagai industri. Melalui platform DIVA, visi perseroan diterjemahkan lewat DBA (DIVA Business Architecture) untuk memberdayakan para agen telekomunikasi, perjalanan dan branchless banking, termasuk UKM, dan mengonversi mereka dari model distribusi produk dan channel tunggal menuju model distribusi multi-produk/multichannel.