Ramalan Industri VC Indonesia 2020 di Tengah Pandemi

Tahun 2019 membawa angin segar terhadap iklim investasi di industri startup Indonesia. Startup Report yang diterbitkan DailySocial mencatat sejumlah pencapaian menarik pada lanskap investasi startup di Tanah Air sepanjang 2019.

Pertama, terdapat 113 transaksi yang diumumkan ke publik dengan total nilai $2,95 miliar. Jumlah transaksi ini melampaui pencapaian di 2017 (67) dan 2018 (71). Kedua, pendanaan pada startup di growth stage, yakni seri A hingga seri C, mengalami peningkatan cukup signifikan dibandingkan tahun 2018 dan 2017.

Tahun ini, pencapaian di atas belum tentu dapat berulang. Krisis kesehatan akibat COVID-19 memukul rata seluruh perekonomian dan bisnis global. Banyak kekhawatiran yang timbul atas berbagai kebijakan pemerintah terkait untuk menyetop rantai penyebaran COVID-19.

Bagi perusahaan pemodal ventura (venture capital/VC), kekhawatiran ini tentu akan membatasi rencana investasi dan “exit strategy“. Bahkan di kuartal satu ini, industri telah menyaksikan konsolidasi pertama VC di Indonesia yang diumumkan ke publik, yakni Agaeti Ventures dan Convergence Ventures menjadi AC Ventures (ACV).

Apakah tren konsolidasi bakal mewarnai industri VC di Tanah Air? Bagaimana tren dan proyeksi industri VC di sepanjang tahun ini?

Iklim investasi menurun di 2020

Dari informasi yang dihimpun DailySocial,  sejumlah venture capitalist memprediksi bahwa aktivitas investasi di Indonesia bakal menurun di 2020. CEO BRI Ventures Nicko Widjaja memprediksi ada potensi penurunan nilai pada target penggalangan dana startup. Ia mencontohkan, startup yang sempat menggalang dana seri D bisa saja turun ke seri C2, atau dari target seri C menjadi seri B2, dan begitu seterusnya.

Akan tetapi, dengan proyeksi ini, Nicko tetap memastikan tidak akan ada penundaan rencana investasi bagi BRI Ventures. Selain VC tersebut baru dibentuk pertengahan tahun lalu, eks CEO MDI Ventures ini mengaku sudah mengantongi sejumlah deal jauh sebelum pandemi ini terjadi.

“Setiap rencana investasi kami tentu disesuaikan dengan strategi induk usaha. Nah, kami sudah closing beberapa funding sebelum COVID-19 ini. Kami percaya ekosistem bakal pulih dengan sendirinya,” ungkapnya.

Sementara itu, Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li menilai akan ada penyesuaian pada aktivitas investasi. Namun, ia memperkirakan akan ada investor yang memanfaatkan situasi ini untuk mencari portfolio startup yang valuasinya dapat di-discount, terutama, investor yang punya cash reserve kuat.

“Kita tidak melihat rencana investasi dari agresivitas pasar, tetapi startup yang bakal berhasil di masa depan. Bagaimanapun juga, investasi itu bergantung dari cara investor menetapkan hipotesisnya. Saya yakin VC yang punya fund baru dan track record baik bisa bertahan di situasi ini,” paparnya dalam pesan singkat.

Kenneth juga memastikan bahwa penyebaran virus Corona tersebut tidak akan menunda rencana investasi dan pembentukan dua dana kelolaan barunya tahun ini. Apalagi, dana kelolaan baru ini ditarget mengumpulkan Rp7 triliun.

Sebetulnya, hingga kuartal pertama 2020, pendanaan terhadap startup di Indonesia masih terbilang normal. DSResearch mencatat terdapat 20 transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik pada periode Januari-Maret 2020. Angka ini relatif normal jika dibandingkan dengan jumlah transaksi pendanaan di periode sama tahun lalu yang sebanyak 27 transaksi.

Namun, jika melihat perkembangan situasi yang mulai genting sejak Maret ini, ada kemungkinan sejumlah kesepakatan investasi yang sudah dijajaki di bulan-bulan sebelumnya bakal terhambat.

Pelaku startup diminta berhati-hati

Kebijakan pembatasan kegiatan selama sebulan terakhir mulai memberikan dampak ganda terhadap pertumbuhan bisnis di industri startup. Ada yang sudah mulai mengalami kemerosotan permintaan, dan sebaliknya ada banyak yang kebanjiran transaksi karena kebijakan ini.

Masih disampaikan Nicko, startup early stage hingga unicorn sekalipun harus berhati-hati dalam menjalankan strategi bisnis dan kegiatan ekspansi demi mengejar pertumbuhan tahunan. Terutama startup early stage perlu waspada karena hanya memiliki runway yang singkat. Adapun, startup di growth stage perlu menyesuaikan capital spending dalam menjalankan aktivitas bisnis.

“Nah, startup late stage yang berencana exit dengan IPO atau M&A bakal tertunda. Intinya, kebanyakan valuasi [startup] bakal berkurang signifikan dari target yang diincar, setidaknya dalam dua kuartal ke depan,” ungkapnya.

Di situasi seperti ini, ia akan menerapkan berbagai skenario yang lebih hati-hati terhadap portfolio dan calon investee. Namun, Nicko meyakini situasi ini bakal memicu sinergi yang lebih aktif antara startup dan korporasi.

Sementara itu, VC paling aktif di Indonesia, East Ventures, mengungkap bahwa pihaknya terus mengamati perkembangan situasi, tetapi akan mengurangi rencana untuk mengantongi deal investasi baru.

Bagi East Ventures yang mengelola 170 portfolio, situasi ini menjadi tanda waspada mengingat segala macam strategi yang direncanakan menjadi tidak valid dengan situasi saat ini. Maka itu, ia memastikan bahwa seluruh portfolionya memiliki keuangan yang disiplin agar mampu melewati krisis ini

“Saat ini, kami akan lebih fokus mengelola portfolio existing. Kita akan lihat bagaimana COVID-19 berdampak ke industri keuangan,” kata Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca kepada DailySocial.

Tahun sulit bagi pendanaan di 2015/2016 untuk menuai untung

Dikatakan Nicko Widjaja sebelumnya, situasi pandemi dapat memberikan efek berkepanjangan karena strategi “exit“, baik dengan IPO maupun M&A menjadi tidak memungkinkan dilakukan tahun ini.

Menurutnya, bagi funding di pertengahan atau akhir 2017/2018, situasi sekarang menjadi sangat tidak pasti mengingat investor berupaya beradaptasi dengan menyelaraskan tesis awal–terutama mereka yang membuat rencana bisnis besar, seperti ekspansi ke pasar Asia Tenggara.

Sementara, bagi VC yang menghimpun pendanaan di 2015/2016, terutama VC yang belum dapat menggalang dana putaran kedua, tahun ini menjadi tahun yang sulit untuk panen untung. Hal ini karena seharusnya VC sudah bisa “menuai” hasil dari opsi exit di 2020.

Ia bahkan menyebut sulit bicara keuntungan hingga 20 kali lipat di tahun ini meskipun Indonesia sudah memiliki banyak startup unicorn dan centaur. Sebagai catatan, Nicko telah membawa 7 exit dari 30 portfolio MDI Ventures di 2018 dan 2019 dengan rerata keuntungan 3-7 kali lipat.

“VC seperti kami dan Tanglin Ventures Partners–berdasarkan white paper terbaru oleh SEA Founders–menilai langkah yang tepat di situasi seperti adalah buying time, terutama investor yang baru saja menggalang dana dan punya cash cukup besar untuk deploy,” papar Nicko.

Maka itu, ia menggarisbawahi pentingnya likuiditas bagi VC maupun corporate venture capital (CVC). Bagi investor yang mengincar likuiditas, langkah terbaik saat ini adalah masuk ke pasar sekunder. “Pasar sekunder punya nilai tawar paling banyak karena likuiditas sangat terbatas. Terutama bagi dana investasi di periode 2015/2016. Jika tidak, investor akan sulit meyakinkan LP untuk galang dana di putaran berikutnya,” jelasnya.

Sebetulnya, ujar Nicko, masuk ke pasar sekunder tidak pernah menjadi opsi ideal bagi VC. Langkah ini dapat menunjukkan kurangnya manuver LP di masa turbulensi sekarang karena tidak dapat memaksimalkan pengembalian modal yang paling diinginkan.

“Saya percaya market correction adalah sesuatu yang kita butuhkan di sektor teknologi sehingga dapat memisahkan pemain sungguhan dan yang tidak. Namun, saya percaya dengan ekosistem VC, dan ini saat yang tepat bagi kami untuk membangun bisnis lebih dari sebelumnya,” paparnya.

Di Kuartal Pertama 2020, Pendanaan Startup Indonesia Relatif Berjalan Normal

Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak signifikan di berbagai sektor, tak terkecuali lanskap investasi. Menurut catatan Startup Genome, sejak permulaan krisis dalam dua bulan pertama tahun 2020, 57% dari total kesepakatan investasi pemodal ventura di Tiongkok telah terguncang. Kondisi tersebut turut diproyeksikan berdampak pada hilangnya potensi pendanaan startup senilai $28 miliar secara global.

Faktanya persebaran virus masih berlanjut. Banyak negara yang dibuat kalang-kabut dalam penanganannya, termasuk di Amerika Serikat dan Indonesia. Finch Capital, dalam laporan terbarunya, memprediksi krisis ini masih akan terus mengganggu ekosistem hingga Q3 2020 nanti, bahkan pemulihannya bisa membutuhkan waktu 12-18 bulan. Kondisi “normal baru” juga akan muncul, saat orang mulai terbiasa dengan layanan yang sepenuhnya digital.

Pendanaan startup Indonesia Q1 2020

Bedasarkan catatan DSResearch, pada periode Januari-Maret 2020 terdapat 20 transaksi pendanaan yang diumumkan startup Indonesia ke publik. Angka ini sebenarnya relatif normal jika dibandingkan dengan pendanaan periode yang sama tahun lalu. Menurut laporan Startup Report 2019 yang disusun DSResearch dengan dukungan Bank Mandiri dan Vidio, di periode yang sama tahun lalu (Q1 2019) ada 27 transaksi pendanaan yang diumumkan ke publik.

Startup Pendanaan
YukStay Seed Funding
Chilibeli Series A
Nusantics Seed Funding
Pahamify Seed Funding
Gojek Series F
Digiasia Bios Series B
Giladiskon Seed Funding
Datasaur Seed Funding
Visinema Series A
Greenly Seed Funding
Printerous Series A
Hukumonline Series A
Vutura Seed Funding
Arkademi Seed Funding
Gredu Pre-Series A
Zulu Seed Funding
Moladin Pre-Series A
Waresix Series A
Hacktiv8 Pre-Series A
Svara Seed Funding

Dirinci lebih dalam, pendanaan yang dikuncurkan investor kebanyakan di tahap awal, berkisar antara seed dan series A. Artinya inovasi yang dilahirkan startup baru masih memukau para investor di tengah kondisi pasar yang bergejolak.

Di tengah daftar juga ada pendanan Seri F yang kembali didapat Gojek mencapai 21 triliun Rupiah – kembali mengindikasikan kepercayaan investor untuk startup besar.

Untuk kondisi di Asia secara umum, merujuk pada daftar pendanaan yang diumumkan ke publik, CB Insight mencatat sepanjang Q1 2020 private market funding di Asia berpotensi membukukan $20 miliar. Nilainya turun 35% dibandingkan Q4 2019 yang mencapai $31 miliar.

Baru permulaan?

Analisis lain mengatakan, dampak yang sebenarnya dari pandemi mungkin baru akan terasa di Q2 2020. Perolehan di Q1 biasanya merupakan hasil kesepakatan yang sudah dilakukan sejak tahun 2019. Seperti diketahui, rata-rata startup membutuhkan waktu 6-12 bulan untuk melahirkan kesepakatan dengan pemodal ventura.

Terkait dengan ini, CB Insight melaporkan data temuannya. Menurut proyeksinya, sepanjang kuartal pertama 2020 kesepakatan pendanaan tahap awal yang paling terganggu.

Secara global penurunannya, secara jumlah transaksi, ditaksir mencapai 8% dibanding kuartal sebelumnya. Di Asia kondisinya lebih ekstrem, karena penurunannya mencapai 24%, berdasarkan jumlah transaksi, dibanding kuartal sebelumnya.

Dengan data yang ada, bisa dibilang tren investasi Q1 2020 di Indonesia belum terdampak terlalu serius. Secara regional, Sequoia Capital India menyatakan sudah berinvestasi tahap awal ke tiga startup, sementara pemodal ventura Rocket Internet yang berbasis Singapura, Global Founders Capital, telah berinvestasi tahap awal ke dua startup.

VC menyesuaikan

Menanggapi kondisi ini, Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menyampaikan bahwa perusahaannya tetap akan melakukan investasi ke startup seperti waktu-waktu sebelumnya. Menurutnya, perlambatan dalam kesepakatan mungkin saja terjadi –tanpa pembatalan—karena beberapa startup mulai menggeser fokus bisnisnya menyesuaikan pangsa pasar.

“Kalau hujan berinvestasi untuk payung, kalau panas untuk topi,” begitu ujar Willson menganalogikan, seperti dikutip Bisnis.com.

Selama kuartal pertama, mereka telah berinvestasi setidaknya ke empat startup Indonesia, yakni Hacktiv8, Moladin, Greenly, dan Nusantics. Yang terakhir, East Ventures dan sejumlah portofolionya membantu Nusantics melakukan penggalangan dana untuk membuat tes PCR mandiri dengan meluncurkan inisiatif “Indonesia Pasti Bisa”.

Hal senada dilayangkan CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro. Menurutnya pandemi jelas akan mempengaruhi proses pendanaan startup di Indonesia. Kendati demikian, pihaknya masih terus aktif untuk menemukan startup yang layak didanai, salah satunya dengan melakukan sesi pitching secara online.

“Pada 2020 kami ada budget Rp50 miliar untuk dua hingga tiga investasi baru. Juga menyiapkan dana Rp50 miliar untuk pendanaan lanjutan. Startup yang diincar adalah fintech yang harus bisa sinergi dengan Mandiri Group seperti insurtech dan remittance,” terang Eddi seperti dikutip Kontan.

Di sisi lain, beberapa rencana modal ventura mulai terganggu. Pada November 2019 lalu, Mandiri Capital mengumumkan hendak mengumpulkan dana kelolaan (venture fund) yang bernilai total $100 juta. Karena Covid-19, pihaknya sulit untuk melakukan roadshow pengumpulan dana investor ke Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara tujuan lainnya. Kemungkinan penggalangan dana ini dilanjutkan di Q3 2020 jika pandemi benar-benar berakhir.

The SME Accounting App Developer BukuWarung Announces Seed Funding Led by East Ventures

BukuWarung, a SaaS accounting startup for SMEs, announced seed funding led by East Ventures. The fresh money will be channeled to tighten the company’s position and recruiting talents of engineers, product, design, growth and partnership.

Also participated other investors such as AC Ventures (merger of Agaeti Ventures and Convergence Ventures), Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, and Michael Sampoerna. It is also mentioned some angel investors from Grab, Gojek, Flipkart, Paypal, Xendit, Rapyd, Alterra, ZenRooms, and others.

In the exact event, Lunasbos‘ founder, Adjie Purbojati joined BukaWarung as the founding team to help accelerate the company’s growth. Lunasbos is a two-way accounting, claimed as one of the leading players in the accounting service industry for Indonesian SMEs.

BukuWarung was founded by Abhinay Peddisetty and Chinmay Chauhan in late 2019 when both are still working at Carousell. Previously, they also had experienced working in Grab, Belong and Near. They’re actively develop services for payment and financial for the last 15 years for SMEs in Indonesia and Southeast Asia.

BukuWarung is an app to facilitate SME players to record transactions digitally. It also provides feature to record debt and return.

The shop owner can record the transactions of customers who owe money. Nevertheless, the business owner owes the supplier or another party. Billing notifications are available via SMS or WhatsApp which will be sent as a bill.

There is also feature for income and outcome in order to record the cash flow and the report is accessible per day, week, or month.

bukuwarunng

In today’s official release (4/7), BukuWarung’s Co-founder, Abhinay Peddisetty said, “In the early days, BukuWarung has its own moment of strong growth. However, the number has not reached 1% of 60 million shop owners in Indonesia, which mostly depends on traditional accounting or never had any.”

“[..] Our mission is to support the shop owners with technology, therefore, they can manage their business in an efficient way. Kasbon (debt/return) includes in 80% of their business. This is the main reason we focus on digital accounting,” he added.

BukaWarung’s Co-founder, Chinmay Chauhan continued, “From our experience of developing products for driver and seller in Grab and Carousell, we are aware of the most useful product for SME is a simple product. The feature we offer has increased engagement for 500% in the last two months.”

Chinmay said that in the near future the company will release a feature for stall owners to send bills to their customers in the form of a payment link. The link is connected with a digital wallet and other methods.

“This is our effort to help them reduce direct contact amid the threat of the Covid-19 outbreak.”

East Ventures’ Co-Founder and Managing Partner Willson Cuaca said, they’re interested in BukuWarung because of their focus and quick execution. As a result, the traction and engagement growth is quite rapid, making them one of the main players in the market.

“We are sure the next wave of innovative startups will emerge from efforts to encourage digitization in the SME segment. Therefore, we don’t waste much time to decide to become a BukuWarung partner,” explained Willson.

It also mentioned that the following months after its launching, BukuWarung already used by 250 thousand stalls in 500 cities and regencies in Indonesia. The majority of them are located in second and third-tier cities.

It is said, through the application, users receive return debt payments three times faster and feel the impact of payment reminder features on their business cash flow. In addition, users can save time and expenses by an average of Rp110 thousand, which is usually spent on manual bookkeeping with ledgers, stationery, and calculators.

The new BukuWarung application is available for Android users. The iOS version is being considered for its availability.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Pengembang Aplikasi Pembukuan UKM “BukuWarung” Dapatkan Pendanaan Awal, Dipimpin East Ventures

BukuWarung, startup SaaS pembukuan untuk UKM, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh East Ventures. Dana segar akan digunakan untuk memperkuat posisi di pasar dan merekrut talenta baru di bidang engineer, produk, desain, pertumbuhan, dan kemitraan.

Turut berpartisipasi investor lainnya seperti AC Ventures (merger Agaeti Ventures dan Convergence Ventures), Golden Gate Ventures, Tanglin Venture Partners, dan Michael Sampoerna. Disebutkan juga ada beberapa angel investor yang ikut mengucurkan dananya dari Grab, Gojek, Flipkart, Paypal, Xendit, Rapyd, Alterra, ZenRooms, dan lainnya.

Pada saat yang sama, founder Lunasbos Adjie Purbojati bergabung di BukuWarung sebagai founding team untuk mengakselerasi pertumbuhan perusahaan. Lunasbos adalah aplikasi pencatatan keuangan dua arah, mengklaim dirinya sebagai salah satu pemain utama dalam industri layanan akuntansi untuk UKM di Indonesia.

BukuWarung didirikan oleh Abhinay Peddisetty dan Chinmay Chauhan pada akhir tahun 2019 saat keduanya masih bekerja di Carousell. Sebelumnya mereka berdua pernah meniti karier di Grab, Belong, dan Near. Selama 15 tahun mereka aktif mengembangkan layanan pembayaran dan finansial untuk segmen UKM di Indonesia dan Asia Tenggara.

BukuWarung adalah aplikasi yang memudahkan pengusaha UKM dalam mencatat pembukuan usahanya secara digital. Di dalamnya terdapat fitur catat utang dan piutang.

Pemilik warung dapat mencatat transaksi pelanggan yang membeli dengan cara utang. Atau, jika pemilik usaha memiliki utang terhadap penyuplai ataupun pihak lain. Tersedia notifikasi tagihan melalui SMS atau WhatsApp yang akan dikirim sebagai tagihan.

Fitur lainnya adalah pencatatan pemasukan dan pengeluaran agar arus kas tetap tercatat dan laporan pembukuan usaha yang dapat diakses per hari, minggu, atau bulanan.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (7/4), Co-Founder BukuWarung Abhinay Peddisetty mengatakan, “Dalam beberapa bulan pertama, BukuWarung menikmati momentum pertumbuhan yang kuat. Namun, angka itu belum mencapai 1% dari 60 juta pemilik warung di Indonesia, yang hampir seluruhnya bergantung pada metode pencatatan tradisional atau tidak melakukan pembukuan sama sekali.”

“[..] Misi kami adalah mendukung pemilik warung ini dengan teknologi sehingga mereka bisa mengelola bisnis mereka dengan efisien. Kasbon (utang/piutang) mencakup 80% dari bisnis mereka. Ini alasan kami berfokus kepada produk pembukuan digital,” sambungnya.

Co-Founder BukuWarung Chinmay Chauhan menambahkan, “Dari pengalaman membangun produk untuk pengemudi dan pedagang di Grab dan Carousell, kami memahami bahwa produk yang paling bermanfaat bagi UKM adalah produk yang simpel. Fitur-fitur yang kami tawarkan membuat engagement naik 500% dalam dua bulan terakhir.”

Chinmay menyebut dalam waktu dekat perusahaan akan merilis fitur yang bisa dimanfaatkan oleh pemilik warung untuk mengirimkan tagihan ke pelanggan mereka dalam bentuk tautan pembayaran. Tautan tersebut terhubung dengan dompet digital dan metode lainnya.

“Ini adalah upaya kami untuk membantu mereka mengurangi kontak langsung di tengah ancaman wabah Covid-19.”

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca menjelaskan, pihaknya tertarik dengan BukuWarung karena mereka mengeksekusi dengan cepat dan fokus. Alhasil, pertumbuhan traction dan engagement yang dihasilkan cukup pesat, menjadikan mereka sebagai salah satu pemain utama.

“Kami yakin gelombang startup inovatif berikutnya akan muncul dari upaya mendorong digitalisasi di segmen UKM. Oleh karena itu, kami tidak hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk memutuskan menjadi mitra BukuWarung,” terang Willson.

Disebutkan dalam beberapa bulan pasca diluncurkan, BukuWarung telah digunakan oleh 250 ribu warung di 500 kota dan kabupaten di Indonesia. Mayoritas mereka berlokasi di kota lapis dua dan tiga.

Diklaim, lewat aplikasi, pengguna menerima pembayaran piutang tiga kali lebih cepat dan merasakan dampak dari fitur pengingat pembayaran terhadap arus kas bisnis mereka. Di samping itu, pengguna bisa menghemat waktu dan pengeluaran dengan rata-rata Rp110 ribu, yang biasanya dihabiskan untuk pembukuan manual dengan buku besar, alat tulis, dan kalkulator.

Aplikasi BukuWarung baru tersedia untuk pengguna Android. Versi iOS sedang dipertimbangkan untuk ketersediaannya.

Application Information Will Show Up Here

[Weekly Updates] Bukalapak’s New Logo; $17 Million Funding for TaniHub; and More

Bukalapak has announced the usage of new logo following the succession of its CEO. In the highlight last week were series of funding announcement by TaniHub, Kargo, and ProSpark. Lastly, East Ventures and its portfolio initiate crowdfunding scheme to help financing Covid-19 test kit.

Bukalapak Introduces The New Logo

Bukalapak is officially launched a new logo. The new logo introduced only three months after the reins of company leadership were transferred from the Co-Founder to a professional. With this new face, Bukalapak intends to benefit more people with the features and technologies in their ecosystem.

Bukalapak team told DailySocial that the rebranding initiative had long been prepared. At the age of 10, Bukalapak remains the same, trying to help raise the standard of living of its users in the whole ecosystem.

Bukalapak said the new company’s logo contains 4 meanings: Excitement, Fun, Strength, and Bukalapak. The meaning of the new Bukalapak logo illustrates that Bukalapak is ready to become a platform with answers to all the needs of its users to get or sell goods.

TaniHub Secures 285 Billion Rupiah Worth of Series A+ Funding

TaniHub Group announced to secure series A+ funding worth of US$17 million or around 285 billion Rupiah. This is the follow on round of the series A last May 2019.

The latest round was led by Openspace Ventures and Intudo Ventures. Also involved in this round, UOB Venture Management, Vertec Ventures, BRI Ventures, Tenaya Capital and Golden Gate Ventures. In total, TaniHub has obtained Rp462 billion funding since 2016.

The additional funding will be allocated to tighten business position by expanding services, both for farmers and customers. They will also focus to improve operational, such as the implementation of automation in processing and packaging centers.

Coca-Cola’s CVC, “Amatil X” Pours Its First Investment to Kargo Technology

Following its official launch in early 2019, Coca-Cola Amatil Indonesia (Amatil Indonesia), through the Amatil X corporate venture capital (CVC) initiative, has established strategic partnerships with some startups in Indonesia.

The latest collaboration is with Kargo Technologies, it is said to help them expand the business strategy and logistics digitization process in Indonesia.

Kargo Technologies is a logistics marketplace that connects companies and truck service providers. In the middle of last year, they obtained funding of $7.6 million (more than 107 billion Rupiah) led by Sequoia India and the 10100 Fund – the latter one was founded by Uber Co-Founder Travis Kalanick.

ProSpark Provides Edtech Solution in B2B Segment

Founded in 2018, ProSpark offers a Learning Management System (LMS) that allows companies to train, certify, transfer knowledge, and collaborate. In particular targeting B2B segment by providing a learning management system to improve staff comprehension.

In order to accelerate business development, ProSpark has secured pre-seed funding led by Agaeti Ventures. Prasetia Dwidharma and an angel investor, Adi Adisaputro, also participated in this round.

ProSpark plans to use the funds to expand its commercial footprint and strengthen its position in the market. The company is also working on plans for regional expansion across SE Asia in the future.

East Ventures and Its Portfolios Initiated “Indonesia Pasti Bisa” Project

Amidst the Covid-19 pandemic outbreak throughout Indonesia, East Ventures along with some of its portfolios have collaborated to make a contribution. They’ve launched the crowdfunding platform named Indonesia Pasti Bisa to collect funds and channel it for Nusantics to produce its own Covid-19 test kit.

There are three of East Ventures’ portfolios took part in this initiative. First and the main player is Nusantics. The deep-tech genomic startup has just announced the funding last week and currently developing a test kit for Covid-19. The project is part of Nusantics’ job as a member of the Research Force and Technology Innovation Task Force for Handling Covid-19 (TFRIC19) formed by BPPT.

The company to produce 100 sets of qPCR as prototypes and massive production for 100,000 test kits. In time, Nusantics will be launching the whole-genome sequencing to map the virus causing Covid-19 in Indonesia. The genomic mapping of various kinds of the virus becomes important due to the virus mostly mutating to different kind of form based on the environment.

Gelombang Inisiatif Startup Demi Redam Dampak Pandemi Covid-19 di Indonesia

Tak ada yang mudah di masa pandemi seperti sekarang. Tanpa mengesampingkan pentingnya keselamatan dan kesehatan, kemerosotan pun memukul telak berbagai sendi kehidupan masyarakat. Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) ini selain menyerang organ pernapasan manusia, tapi juga secara tidak langsung melumpuhkan perekonomian dari yang skalanya besar hingga yang terkecil.

Dampak Covid-19 terhadap perekonomian ini memang tak kenal pandang bulu. Perusahaan dan individu sama-sama menanggung dampaknya. Kegiatan kantor terbatas secara virtual, bandara hampir kosong, hotel dan penginapan nyaris tak berpenghuni, rumah makan sepi pengunjung, pun jalan raya tak banyak yang melewati.

Namun hal tersebut justru mendorong sejumlah pihak untuk bergerak bahu-membahu membantu orang-orang yang membutuhkan, termasuk dari para startup. Inisiatif berupa bantuan finansial, pengetahuan, dan teknologi mereka berikan untuk melewati masa-masa sulit ini. Kami merangkum inisiatif-inisiatif yang terbungkus dalam berbagai cara dalam tulisan berikut ini.

DANA

Fintech dompet digital ini baru saja mengumumkan inisiatifnya beberapa hari lalu. Inisiatif yang mereka lakukan untuk meringankan beban mereka yang terdampak dari Covid-19 ini seluruhnya berada di aplikasi mereka.

Program ini mereka namakan “Siap Siaga Covid-19”. Program ini termasuk sejumlah fitur baru di aplikasi DANA yang meliputi update kasus Covid-19 di Indonesia, kontak layanan hotline Covid-19, hingga opsi donasi yang terhubung dengan platform Kitabisa. DANA yang mereka kumpulkan akan dipakai untuk menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan.

“Kami mengajak para pengguna DANA untuk bersinergi, berbagi, dan bergotong-royong secara digital dalam turut menanggulangi penyebaran virus Corona COVID-19. Melalui cara yang praktis, aman, dan efisien kita sudah turut berpartisipasi melindungi mereka yang sedang berjuang menyelamatkan jiwa dengan resiko terpapar virus saat bertugas ,” ucap CEO Dana Vincent Iswara dalam keterangan tertulis.

Gojek

Sejak wabah virus korona ini makin meluas dan kampanye #dirumahaja kian gencar, pengemudi ojek online mungkin yang paling mudah terlacak kena imbasnya. Mereka yang sedianya bergantung pada mobilitas warga untuk memperoleh pemasukan harian harus rela menepi atau setidaknya mengurangi intensitas pekerjaannya.

Merespons hal itu, Gojek meluncurkan program dana bantuan untuk ratusan ribu pengemudi dan merchant yang tergabung di platform mereka. Dana bantuan akan dikelola oleh yayasan mereka sendiri bernama Yayasan Anak Bangsa Bisa. Adapun sumber pendanaan di program ini berasal dari:

1. potongan 25% dari gaji setahun pimpinan dan manajemen senior,
2. realokasi anggaran kenaikan gaji tahunan seluruh karyawan Gojek,
3. kumpulan donasi dari perusahaan rekan bisnis Gojek.

Wahyoo

#RantangHati merupakan nama inisiatif dari Wahyoo untuk memerangi dampak Covid-19. Melalui inisiatif ini Wahyoo menghubungkan mitra warung makan yang diperkirakan omzetnya turun hingga 50% dengan orang-orang yang membutuhkan.

Wahyoo merinci cara kerja inisiatif mereka dengan mengumpulkan donasi berjumlah Rp350 juta via Kitabisa. Uang ini kemudian akan disebar ke sejumlah warung makan dengan target menyediakan makanan untuk 700 orang selama dua pekan. Anggaran di atas dibuat berdasarkan hitungan dua kali makan sehari dengan biaya makan Rp15.000 per porsi. Untuk menggelar inisiatif ini Wahyoo menggandeng influencer Edho Zell, pengemudi Gojek, serta kelompok relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT).

“Penerapan physical distancing yang berimbas pada imbauan kerja dari rumah, membuat warung makan di Jadetabek sepi pengunjung. Ironisnya, sebenarnya banyak orang yang tidak sanggup membeli makanan di warung,” ucap CEO & Founder Wahyoo Peter Shearer.

East Ventures dan Nusantics

East Ventures memulai inisiatifnya dengan membuka urun dana terbuka. Inisiatif bertajuk Indonesia Pasti Bisa ini menargetkan nominal Rp10 miliar. Hingga artikel ditulis jumlah yang sudah diperoleh sudah 45% dari target. Selain East Ventures sendiri, tercatat banyak startup dan korporasi lain yang ikut dalam urun dana ini. Sebut saja Tokopedia, Sociolla, Traveloka, Agaeti Convergence Ventures, hingga Warung Pintar.

“Ini pertama kalinya East Ventures memimpin fundraising non-profit. East Ventures mendapatkan berita keterlibatan salah satu portofolio East Ventures yaitu Nusantics di dalam task force BPPT pada Minggu (22/3). Ini membuat kami terdorong untuk berpartipasi lebih jauh dan berinisiatif untuk mengajak segenap ekosistem digital untuk berkontribusi,” kata Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Program inisiatif East Ventures ini menempatkan Nusantics, startup deep-tech, sebagai ujung tombak. Dari nominal target di atas, Rp9 miliar di antaranya akan diberikan ke Nusantics untuk mengembangkan test kit qPCR, menjalankan proyek pemetaan mutasi Covid-19 di Indonesia atau biasa disebut whole game sequencing.

Nusantics berencana menciptakan 100 test kit qPCR berupa prototipe dan dilanjutkan produksi massal berjumlah 100.000 test kit. Nusantics yang juga masuk dalam Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Covid-19 (TFRIC19) pun berpacu dengan waktu mengingat penyebaran virus corona di Indonesia terus meluas dan jumlah kasus yang meningkat.

Prixa, Halodoc, Alodokter

Persoalan sektor kesehatan membutuhkan solusi kesehatan. Kesadaran tersebut mendorong sejumlah startup bidang kesehatan seperti Halodoc, Alodokter, dan Prixa untuk menciptakan fitur baru dalam membantu masyarakat menghadapi wabah Covid-19.

Prixa, startup bidang kesehatan yang berada di naungan Kata.ai, menyediakan fitur baru untuk memerika gejala dan risiko terhadap Covid-19. Diluncurkan sejak 18 Maret lalu, fitur ini memungkinkan pengguna memahami keluhan kesehatan untuk antisipasi sedini mungkin terhadap gejala Covid-19. Fitur Prixa ini juga membantu tenaga kesehatan di luar sana agar masyarakat yang hendak memeriksakan diri tak perlu datang ke rumah sakit.

Prixa juga terlibat dalam pengembangan aplikasi pemeriksaan kesehatan mandiri Pikobar milik Pemprov Jawa Barat. Sistem kecerdasan buatan Prixa menjadi salah satu andalan Pikobar untuk mengenal gejala penyakit pernapasan untuk warga Jawa Barat.

Sementara Halodoc dan Alodokter menyediakan inisiatif yang identik dalam membantu masyarakat menghadapi virus corona. Keduanya menambahkan fitur pemeriksaan mandiri berupa chatbot. Fitur ini meski sederhana jelas akan membantu warga yang khawatir akan kemungkinan terpapar Covid-19. Halodoc mengalokasikan 1.000 dokter dari total 22.000 dokter yang tergabung untuk konsultasi mengenai Covid-19.

MDI Ventures 

MDI Ventures menginisiasi perlawanan mereka terhadap wabah Covid-19 dengan menciptakan program Indonesia Bergerak. Serupa dengan East Ventures, MDI Ventures melibatkan startup-startup yang berada di portofolionya, yaitu Qlue, Kata.ai, Qiscus, dan Volantis.

Melalui Qlue, mereka mengandalkan ekosistem smart city mereka sebagai wadah warga dalam memantau dan melaporkan perkembangan Covid-19. Data yang dihimpun akan disajikan menjadi visualisasi di laman Indonesia Bergerak.

Selain itu, Qlue juga membuat QlueWork yang ditujukan untuk petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Fitur tersebut nantinya dapat dimanfaatkan BNPB sebagai manajemen tenaga kerja di lapangan.

Ruangguru dan Zenius

Kegiatan belajar mengajar di segala tingkatan praktis terganggu sejak Covid-19 merebak. Kementerian Pendidikan pun sudah menghentikan sementara segala kegiatan di sekolah. Ruangguru dan Zenius mengisi kekosongan ruang kelas tersebut dengan menggratiskan layanan edukasi mereka.

Ruangguru misalnya, sejak dua pekan lalu resmi membuka program Sekolah Online Ruangguru Gratis. Program ini membantu para siswa untuk mengikuti berbagai macam kelas dengan jam belajar selayaknya di sekolah untuk kelas 1 SD hingga 12 SMA. Guru pun turut mendapat perhatian dengan program Program Guru Online di mana mereka dapat mengakses modul pelatihan guru secara gratis.

Tak hanya itu, Ruangguru juga membuka layanan Skill Academy mereka secara gratis secara terbatas. Berlaku sejak 23 Maret, siapa pun kini bisa mengikuti bermacam kelas pelatihan online dengan beragam topik secara gratis selama dua pekan.

Zenius pun menyediakan hal serupa. Edutech ini membuka lebar-lebar konten edukasinya yang lebih dari 80 juta secara cuma-cuma. Agar memudahkan proses belajar, Zenius memodifikasi videonya berlatar putih agar menghemat kuota pengakses. Selain itu mereka juga menyediakan fitur Live Teaching yang memungkinkan interaksi antara pengajar dan murid selayaknya di sekolah.

“Dengan proses pengajaran yang disiarkan langsung dan dilengkapi dengan Live Chat, kami berharap para siswa lebih semangat belajar dari rumah karena pengalaman yang berbeda,” ucap CEO Zenius, Rohan Monga seperti dikutip dari CNN Indonesia.

East Ventures and Its Portfolios Initiated Indonesia Pasti Bisa Project

Amidst the Covid-19 pandemic outbreak throughout Indonesia, East Ventures along with some of its portfolios have collaborated to make a contribution. They’ve launched the crowdfunding platform named Indonesia Pasti Bisa to collect funds and channel it for Nusantics to produce its own Covid-19 test kit.

There are three of East Ventures’ portfolios took part in this initiative. First and the main player is Nusantics. The deep-tech genomic startup has just announced the funding last week and currently developing a test kit for Covid-19. The project is part of Nusantics’ job as a member of the Research Force and Technology Innovation Task Force for Handling Covid-19 (TFRIC19) formed by BPPT.

This is another initiation from venture capital to take part in the effort against the pandemic. Prior to this, MDI and its portfolios have created the Indonesia Bergerak dashboard.

The test kit development

In the next three weeks, Nusantics will develop qPCR test kit specifically designed for Indonesian people based on Covid-19 research from all around the globe. The company is to produce 100 sets of qPCR as prototypes and massive production for 100,000 test kits.

In time, Nusantics will be launching the whole-genome sequencing to map the virus causing Covid-19 in Indonesia. The genomic mapping of various kinds of the virus becomes important due to the virus mostly mutating to different kind of form based on the environment.

Nusantics’ CEO, Sharlini Eriza Putri said, “The technology Nusantics uses in microbiome skin analysis is almost the same as the technology needed to detect Covid-19. Nusantics team has experience in designing our medical tests and bioinformatics analysis in similar projects. The urge to be of service to the nation and an appropriate background encourages us to contribute.”

The second startup that took part in the initiative is KoinWorks. In Indonesia, KoinWorks can certainly play a role in providing and managing the fund-collecting platform.

“It is a privilege for us to contribute to Indonesia by engaging and playing an active role in this activity against Covid-19. KoinWorks will use its expertise and technology in crowdfunding activities to provide a clear and transparent accountability platform. The technology we use is the same with the one we use to gather thousands of lenders to set funds on our platform,” Co-Founder and Executive Chairman of KoinWorks Willy Arifin said.

Next, the IDN Media. IDN Media CEO Winston Utomo admitted that he had never hesitated to take part in presenting relevant and useful content for readers, including with positive initiatives amid the Covid-19 pandemic.

IDN Media feels some kind of social responsibility to take part in efforts to suppress the spread of Covid-19. We believe Indonesia Pasti Bisa initiated by East Ventures and several other partners can be the right platform to contribute to the suppression of the spread of Covid-19 in Indonesia. Through the platform “IDN Times news (part of IDN Media), which reaches more than 45 million readers throughout Indonesia, we are ready to maintain transparency of this initiative and periodically convey its developments to the wider community,” he explained.

Crowdfunding

For the initial stage, East Ventures is targeting to raise IDR 10 billion funding. The Rp9 billion will be allocated to support Nusantics in providing 100,000 test kits, while Rp1 billion will be used for whole-genome sequencing projects. East Ventures’ Co-Founder and Managing Partner, Wilson hopes Indonesia Pasti Bisa can definitely be non-profit funds to be channeled properly through the East Ventures network.

“By running the platform based on a result-oriented, accountability and transparent foundation, we hope that everyone can participate confidently through donations and move together for our beloved Indonesia, against the Covid-19 virus. Indonesia Can Definitely Make Covid Test Kits -19 alone, “added Willson.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Lika-Liku Proses Pencarian Pendanaan Seri A

Dalam proses membangun startup yang berkelanjutan, ada banyak tahapan yang harus dilalui, pendanaan menjadi salah satu yang signifikan dan tidak bisa dipisahkan dari metrik pertumbuhan bisnis sebuah perusahaan. Dalam artikel ini, DailySocial akan membahas lebih lanjut mengenai pendanaan eksternal pada tahapan Seri A atau sering disebut putaran Seri A. Tahapan ini adalah lanjutan dari  pendanaan tahap awal atau seed round. 

Startup yang sampai pada tahapan ini umumnya sudah memiliki beberapa produk yang matang dan mendapat beberapa klien / income yang lumayan, namun masih membutuhkan inovasi untuk terus growth. Hal ini juga yang membuat peran investor pada tahapan Seri A menjadi esensial, karena dapat menentukan keberlangsungan bisnis perusahaan.

Di Startup Report 2019 bertajuk “Scaling Through Technology Democratization” yang diterbitkan DSResearch, setidaknya ada 31 startup di Indonesia telah mendapatkan pendanaan Seri A di tahun 2019. Y Combinator juga telah merilis sebuah panduan lengkap bagi perusahaan yang sedang atau akan melanjutkan pendanaan ke tahapan Seri A.

Berikut ini beberapa tips bagi para pemain industri yang berencana menggalang pendanaan Seri A. Sebagai catatan, tips ini tidak disusun berdasarkan urutan langkah yang harus dilakukan pertama kali.

Apa saja yang harus “disajikan”?

Sebagaimana lanjutan dari pendanaan tahap awal, fokus pendanaan Seri A berkembang dari sekedar mengukur potensi produk serta mengidentifikasi calon pengguna. Hal-hal yang ditawarkan bukan lagi sekedar impian dan dramatisasi kreasi perusahaan. Pada tahap ini, perusahaan harus sudah memiliki traksidata-data pendukung cerita, dan target-target ke depannya.

pendanaan seri A
Ilustrasi timeline pendanaan seri A dari Y Combinator

Metrik menjadi kunci dari persiapan pendanaan Seri A. Dalam hal ini, Y Combinator mematok standar pertumbuhan 30% setiap bulan (month over month) untuk tahap awal. Dari sini dapat terlihat bahwa perusahaan telah menemukan product market fit dengan potensi pertumbuhan eksponensial. Masing-masing perusahaan bisa memiliki metrik yang berbeda-beda. Salah satu contoh adalah Xendit, sebagai bisnis pembayaran, metrik mereka adalah TPV (total payment value).

Metrik yang jelas serta dibuktikan dengan angka-angka yang tepat akan sangat membantu dalam membangun narasi yang bisa meyakinkan investor untuk berinvestasi pada perusahaan Anda.

“Ketika Anda telah menemukan pasar-produk yang sesuai dan Anda siap untuk memulai mengembangkan skala bisnis. VC hanya akan mendukung gagasan yang dapat berkembang,” ujar Founder dan CEO Xendit, Moses Lo.

The dos and don’ts

Jika Anda ingin berhasil dengan pendanaan Seri A ini, buatlah target yang terukur dan transparan. Misalnya dalam hal jumlah, daripada memberikan rentang, lebih baik langsung menentukan digit angka. Semakin rinci sebuah financial plan menunjukkan kematangan perusahaan.

Meskipun demikian, kejujuran dan transparansi tetap harus jadi prioritas. Investor sendiri punya tim khusus untuk melakukan background check serta perhitungan finansial perusahaan. Jadi hindari resiko fraud atau manipulasi, karena akan terlihat buruk dalam sejarah perusahaan.

Ketika Anda sudah yakin dengan semua perhitungan yang ada dan menyampaikan narasi dengan percaya diri, tapi kemudian mendapat penolakan, Anda tidak perlu berpikir terlalu dalam. Penggalangan dana, layaknya penjualan, adalah permainan angka dengan berbagai risiko penolakan. VC pun terkadang menggunakan strategi “tarik-ulur” dalam menentukan portfolio mereka.

“Jangan biarkan penolakan membuatmu patah semangat. Kami pun berkali-kali ditolak oleh VC. Namun, hal itu tidak jadi personal. Terkadang VC akan menolak dulu sebelum mengatakan ‘Ya’ untuk berinvestasi,” ujar Moses.

Memang membutuhkan lebih banyak ketekunan, waktu dan usaha, namun ketika Anda telah mengerahkan seluruh energi untuk membuat produk ini layak dan dicintai masyarakat, mengapa perlu patah semangat?

Mengenal investor yang tepat

Tidak sedikit founder yang menganalogikan pendanaan dengan pernikahan. Memang keduanya melibatkan komitmen yang tidak dangkal, serta rasa saling percaya bahwa masing-masing punya tanggung jawab dan bisa melaksanakan dengan baik. Karena itu, muncul pertimbangan lain ketika perusahaan dan investor memutuskan untuk mengikat janji dalam sebuah term sheet. 

Para investor pun punya metrik sendiri untuk menilai founder di luar perhitungan-perhitungan yang mereka buat. Anda juga perlu menciptakan sebuah proses di mana kurva permintaan dan penawaran sesuai dengan target valuasi. Dengan begitu, Anda bisa menilai investor mana yang menawarkan tidak hanya kuantitas namun juga kualitas.

Willson Cuaca, Managing Partner East Ventures, selalu menekankan, “Kuncinya adalah berinvestasi pada individu. Setelah Anda menemukan seseorang yang tepat dan klik, Anda akan percaya sepenuhnya pada kemampuan mereka untuk berjalan secara independen dan membawa hasil terbaik melalui kesepakatan [term sheet] ini.”

Dalam hal ini, penting sekali untuk memastikan bahwa investor memiliki value yang sejalan dengan visi dan misi perusahaan. Hal ini semata-mata demi menghindari adanya clash of understanding di tengah perjalanan.

Seperti dikutip dari Series A Guide by Y Combinator, “Sederhananya adalah seperti ini: dalam proses evaluasi, cobalah pahami setiap bagian dari kualifikasi dan kondisi yang bisa menciptakan efek domino jangka panjang. Ekonomi bersifat sementara, tetapi kontrol berjalan selamanya.”

Strategi bisnis ke depan

Berbicara pendanaan, bukan hanya tentang persiapan pelaksanaan namun juga berkaitan dengan rencana masa depan. Dalam kasus ini, pendanaan Seri A merupakan goal, namun bukan hasil akhir. Dana yang didapat hanya berlaku sebagai alat. Alat yang bisa dipakai untuk membangun perusahaan atau malah menjatuhkannya.

Beberapa founder memanfaatkan kesempatan ini untuk strategi burn money. Tidak ada yang salah dengan hal itu, selama masing-masing bertanggung jawab dengan keputusannya. Para pendiri yang sukses dengan pendanaan Seri A tidak lantas bisa beristirahat dengan tenang, karena jalanan di depan akan jauh lebih terjal.

Dengan demikian, menghabiskan waktu dengan menyusun strategi selanjutnya seperti rencana rekrutmen, pengembangan produk, manajemen para investor, serta bagaimana bertumbuh secara individu menjadi sebuah keputusan bijak.

Formula ini berlaku pada beberapa perusahaan dari berbagai sektor industri. Tidak bisa dipungkiri, akan ada anomali dalam beberapa kasus. Namun, selama Anda berinvestasi pada diri sendiri dan percaya dengan produk yang ditawarkan, panduan ini akan membantu dalam melancarkan proses serta mewujudkan target jangka panjang tersebut.

East Ventures dan Portofolionya Luncurkan Inisiatif “Indonesia Pasti Bisa”

Di tengah pandemi Covid-19 yang terus menyebar di Indonesia East Ventures dan jajaran portofolionya berupaya menggabungkan keahlian untuk mengambil peran. Mereka meluncurkan platform urun dana “Indonesia Pasti Bisa” untuk mengumpulkan dana dan membiayai Nusantics untuk memproduksi test kit Covid-19 sendiri.

Ada tiga startup portofolio East Ventures yang mengambil peran di sini. Yang pertama dan  menjadi ujung tombak adalah Nusantics. Startup deep-tech bidang genomic iniyang baru mengumumkan perolehan pendanaannya minggu lalu, tengah mengembangkan test kit untuk pengujian infeksi Covid-19. Proyek ini adalah bagian tugas Nusantics sebagai anggota Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan Covid-19 (TFRIC19) yang dibentuk BPPT.

Ini adalah inisiatif lain perusahaan modal ventura untuk ambil peran dalam menghadapi pandemi ini. Sebelumnya MDI Ventures dan portofolionya telah membangun dasbor Indonesia Bergerak.

Pengembangan test kit

Selama 3 pekan ke depan, Nusantics akan mengembangkan test kit aPCR yang didesain spesifik untuk populasi Indonesia berdasarkan hasil riset tentang Covid-19 dari seluruh dunia. Perusahaan berkomitmen untuk memproduksi 100 set test kit qPCR sebagai prototipe, kemudian melakukan produksi masal dengan target 100.000 test kit.

Secara bersamaan Nusantics juga akan melaksanakan proyek whole genome sequencing  untuk memetakan mutasi virus penyebab Covid-19 yang menyebar di Indonesia. Pemetaan genomika berabgai varian virus ini penting karena virus cenderung untuk bermutasi dengan cepat ke beragam bentuk yang unik sesuai wilayah penyebarannya.

CEO Nusantics Sharlini Eriza Putri mengatakan, “Teknologi yang Nusantics gunakan dalam analisa skin microblome hampir sama dengan teknologi yang dibutuhkan untuk mendeteksi Covid-19. Personel Nusantics memiliki pengalaman dalam mendesain medical test kita dan analisis bioinformatics di proyek sejenis. Keinginan untuk berbakti kepada bangsa dan latar belakang yang sesuai mendorong kam iuntuk ikut berkontribusi.”

Startup kedua yang turut mengambil peran adalah KoinWorks. Di Indonesia Pasti Bisa KoinWorks berperan dalam menyediakan dan mengelola platform urun dana.

“Merupakan sebuah kebanggan tersendiri bagi kami untuk berkontribusi untuk Indonesia dengan terlibat dan berperan aktif dalam kegiatan melawan Covid-19 ini. KoinWorks akan menggunakan keahlian dan teknologi kami dalam aktivitas crowdfunding untuk menyediakan platform akuntabilitas yang jelas dan transparan. Teknologi yang kami gunakan adalah teknologi yang sama saat kami mengumpulkan ribuan pendana untuk mendanai sebuah pinjaman di platform kami,” terang Co-Founder dan Executive Chairman KoinWorks Willy Arifin.

Kemudian yang ketiga adalah IDN Media. CEO IDN Media Winston Utomo mengaku pihaknya tak pernah ragu untuk turut mengambil peran dalam menyuguhkan konten-konten yang relevan dan berguna bagi pembaca, termasuk dengan inisiatif positif di tengah pandemi Covid-19.

IDN Media merasa memiliki tanggung jawab sosial untuk ambil bagian dalam upaya menekan penyebaran Covid-19. Kami meyakini Indonesia Pasti Bisa yang diinisiasi East Ventures dan beberapa partnert lainnya dapat menjadi platform yang tepat untuk berkontribusi bagi penekanan penyebaran Covid-19 di Indonesia. Melalui platform berita IDN Times (bagian dari IDN Media) yang menjangkau lebih dari 45 juta pembaca di seluruh Indonesia, kami siap menjaga transparansi dari inisiatif ini dan secara berkala menyampaikan perkembangannya kepada masyarakat luas,” terangnya.

Urun dana

Untuk tahap awal, East Ventures menargetkan bisa menghimpun pendanaan Rp10 miliar. Dana senilai Rp9 miliar akan digunakan untuk mendukung Nusantics dalam menyediakan 100.000 test kit, sedangkan dana Rp1 miliar digunakan untuk proyek whole gnome sequencing. Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson berharap dengan adanya Indonesia Pasti Bisa ada dana non-profit yang bisa tersalurkan dengan baik melalui network East Ventures.

“Dengan meletakkan fondasi platform berasaskan result-oriented, accountability dan transparancy, kami berharap agar semua orang bisa berpartipasi dengan yakin lewat donasi dan bersama-sama bergerak untuk Indonesia yang kita cintai, melawan virus Covid-19. Indonesia Pasti Bisa membuat test-kit covid-19 sendiri,” imbuh Willson.

Lanskap Platform Produk Kecantikan dan Perawatan Pribadi di Indonesia

Salah satu industri yang mulai banyak digarap wirausahawan lokal adalah segmen kecantikan dan perawatan pribadi (personal care). Tercatat saat ini industri kecantikan dan perawatan pribadi dunia pada tahun 2019 dikabarkan bernilai $532 miliar.

Tidak dapat dipungkiri, adanya kemudahan akses informasi tentang tren gaya hidup melalui media sosial mendorong adopsi yang lebih masif, meniru apa yang sudah terjadi di sejumlah negara maju.

Di Indonesia sendiri layanan seperti ini, termasuk yang berbasis teknologi, sebagian besar menyasar kalangan perempuan. Meskipun demikian, mulai ada startup perawatan pribadi yang menyediakan produk perawatan untuk laki-laki.

Meskipun masih harus bersaing dengan brand konvensional yang jauh lebih berpengalaman, kehadiran startup yang menyasar produk kecantikan dan  perawatan pribadi bisa menjadi alternatif bagi masyarakat menikmati layanan dan produk dengan harga terjangkau.

Konsep Direct to Consumer

Nilai pasar industri kecantikan di Indonesia diperkirakan mencapai $5,8 miliar. Pertumbuhan tertinggi, sekitar 9,6%, terjadi di kategori produk perawatan kulit.

Startup seperti Base, Callista, Social Bella, dan Neuffa mencoba menyasar pasar ini dan kebanyakan menerapkan konsep Direct to Consumer (DTC).

Penerapan DTC menjadi solusi agar aktivitas di platform memberikan pengalaman berinteraksi yang berbeda, termasuk personalisasi.

“Dengan DTC, sebagai praktisi bisnis, kami dapat memberikan brand experience yang lebih holistik. Selain itu, kami mengembangkan algoritma berdasarkan jurnal-jurnal sains terkini untuk memberikan hasil analisis kulit kepada konsumen. Hasil analisis ini kemudian akan diolah oleh algoritma kami untuk menentukan bahan baku [active ingredient] apa yang dibutuhkan oleh konsumen,” kata CEO Base Yaumi Fauziah Sugiharta.

Untuk membeli produk Base, konsumen, biasa disebut “Base Friends”, terlebih dahulu melakukan konsultasi kulit secara virtual melalui fitur Skin Test sebelum mengirimkan produk yang sesuai dengan kondisi kulit, “skin goals”, dan gaya hidup mereka.

Sementara bagi Callista, penerapan Direct to Consumer, selain secara online, juga secara langsung melalui personal beauty assistant untuk mempermudah pelanggan mendapatkan paket produk personalisasi yang sesuai dengan masalah dan jenis kulit mereka.

“Setiap bulannya beauty asisstant kami akan melakukan follow up melalui WhatsApp untuk melihat progress dan melakukan optimalisasi pada paket perawatan selanjutnya,” kata Co-Founder & CEO Callista Ryan Narendra.

Di sisi lain, HelloBeauty menyediakan teknologi Software-as-a-Service (SaaS) untuk membantu para beauty artist (penyedia layanan kecantikan) mengelola, mempromosikan, dan mengembangkan layanan atau bisnis kecantikan dengan lebih mudah dengan bantuan teknologi. SaaS ini bisa digunakan dengan sistem berlangganan.

“HelloBeauty tentu menerapkan proses Direct to Consumer dalam menciptakan produk, marketing, penjualan hingga user retention karena dibutuhkan edukasi pengguna dengan benar,” kata CEO HelloBeauty Dennish Tjandra.

Model bisnis seperti ini, menurut Dennish memiliki tantangan yang cukup rumit, dilihat dari banyaknya pemain yang tumbang di Asia Tenggara.

Vanitee dan Vaniday di Singapura dan Bfab di Malaysia sudah tidak beroperasi. Bahkan akhir tahun lalu Go-Glam juga menutup layanannya.

“Hal ini bisa jadi menunjukkan bahwa industri layanan kecantikan digital masih sangat early stage dan menjadi tantangan bagi kami untuk mengedukasi pasar secara baik dan benar,” kata Dennish.

Tren dan tantangan startup lokal

Salah satu alasan tumbuhnya pasar di segmen ini adalah masuknya produk dan tren dari Korea Selatan. Apalagi dengan tren K-Pop dan K-Drama di berbagai negara, termasuk Indonesia.

“Audiens kami cenderung mengenal sosial media sejak dini dan terpapar dengan Korean Wave yang masuk ke Indonesia sejak awal 2006. Hal ini, turut membentuk persepsi audiens kami terhadap gaya hidup ataupun kultur. Sampai hari ini, masih banyak brand kosmetik lokal yang mengeluarkan produk kosmetik ala Korea Selatan seperti bedak cushion yang banyak digunakan oleh artis dan penyanyi dari negara ginseng tersebut,” kata Yaumi.

Hal senada diungkapkan Dennish yang melihat masuknya produk asal Korea Selatan ke Indonesia secara langsung ikut mendorong industri kecantikan di Indonesia. Namun Dennish melihat, produk-produk kecantikan lokal di Indonesia saat ini juga tidak kalah hebat.

Kebutuhan kulit orang Indonesia berbeda dengan orang Korea Selatan atau negara lainnya. Produk lokal dianggap memiliki kesempatan yang besar untuk lebih unggul, karena memahami dan sesuai dengan kebutuhan kulit orang Indonesia.

“Yang kadang disayangkan adalah masih banyaknya konsumen di Indonesia yang memandang bahwa brand luar lebih baik kualitasnya dari brand lokal Indonesia. Padahal belum tentu seperti itu. Banyak produk kecantikan lokal Indonesia yang punya kualitas lebih baik dari produk luar,” kata Dennish.

Persoalan tersebut diklaim masih menjadi tantangan startup yang menyasar industri produk kecantikan dan perawatan tubuh. Untuk bisa bersaing dengan produk luar, Yaumi mengajak para pemain lokal untuk bisa lebih kreatif dalam menjangkau pasar dengan bekal kapital atau modal yang efisien.

Strategi lain yang dianggap ampuh menambah jumlah pelanggan adalah melakukan pendekatan personalisasi. Salah satunya dengan layanan konsultasi.

“Saya melihat saat ini personalized skin care merupakan tren yang sedang terjadi di tahun 2020,” ujar Ryan.

Minat investor

Dukungan investor memiliki peranan penting bagi startup. Selain untuk mempercepat pertumbuhan, menemukan investor sebagai mitra yang tepat dan mengerti industri kecantikan penting untuk perkembangan bisnis ke depannya.

Meskipun belum banyak jumlah startup yang menawarkan produk dan layanan kecantikan saat ini, beberapa investor mulai banyak melirik model bisnis yang mereka tawarkan, termasuk venture capital seperti East Ventures dan program akselerasi Gojek Xcelerate.

Salah satu alasan mengapa sejumlah investor tertarik berinvestasi ke startup teknologi yang berkutat di industri kecantikan adalah pendekatan personalisasi ke pelanggan dan pemahaman yang kuat akan industri yang mereka sasar.

Beauty merupakan sektor yang menarik, karena masyarakat indonesia mencari produk-produk beauty inovasi baru yang bagus namun terjangkau. Selain itu, potensinya juga besar, bukan ‘industry winner takes all‘ tetapi bisa ada beberapa pemain besar,” kata Partner East Ventures Melisa Irene.

East Ventures telah memberikan pendanaan tahap awal tahun lalu ke Base, sementara marketplace Social Bella (dengan brand Sociolla) telah mendapatkan sejumlah pendanaan lanjutan dan termasuk dalam jajaran startup bervaluasi di atas $100 juta (centaur).

“Kami mengerti bahwa setiap investor memiliki preferensi masing-masing mengenai jenis industri ataupun lini bisnis yang ingin digeluti. Sampai saat ini, kami sudah bertemu dengan investor yang memang memiliki fokus ataupun ketertarikan di bidang kecantikan, wellness, consumer goods, e-commerce, dan retail. Sejauh ini, kami mendapatkan respon dan masukan positif,” kata Yaumi.

Sementara itu, Gojek Xcelerate melihat pencapaian Callista yang signifikan dalam menciptakan produk dan layanan kecantikan. Mereka terus mendorong Callista untuk memperluas skala bisnis dan mencapai pertumbuhan yang signifikan.

Tahun ini Callista memiliki sejumlah target yang ingin dicapai, termasuk fokus ke jalur offline melalui program beauty ambassador. Hal tersebut dilakukan berdasarkan pengalaman, karena banyak pelanggan yang membeli produk Callista apabila direkomendasikan teman atau keluarganya.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here