Jalin Kemitraan Strategis, PasarPolis Resmi Menjadi Layanan Teknologi BPJS

Setelah menjalankan bisnis selama 3 tahun, layanan InsurTech yang fokus kepada penjualan asuransi di Indonesia PasarPolis meresmikan kerja sama strategis dengan BPJS. Kemitraan ini secara langsung menjadikan PasarPolis layanan asuransi teknologi official yang berhak menyediakan pendaftaran BPJS Ketenagakerjaan untuk calon peserta.

Kepada media kemarin (14/09) Founder PasarPolis Cleosent Randing (Cleo) mengatakan, adanya kesamaan visi dan misi dari BPJS dengan PasarPolis merupakan alasan utama mengapa kerja sama ini dilakukan. Dengan melakukan integrasi API milik BPJS dan PasarPolis secara real time pendaftar yang masuk melalui PasarPolis akan langsung online dengan BPJS.

“Sejak awal PasarPolis ingin memberikan kemudahan asuransi kepada semua secara digital. Dengan pilihan baru ini memungkinkan pengguna PasarPolis yang belum mendaftarkan BPJS Ketenagakerjaan melalui PasarPolis hanya dalam waktu 3 menit saja.”

Selain pendaftaran, selanjutnya PasarPolis juga akan menyediakan platform pembayaran iuran peserta BPJS serta klaim asuransi secara online. Fitur ini bakal dihadirkan oleh PasarPolis dalam waktu 3 minggu ke depan. Kemitraan strategis antara BPJS dengan PasarPolis akan bersifat tetap tanpa adanya batas waktu.

“Dengan diresmikannya kerja sama ini diharapkan bisa mempermudah seluruh pekerja kantoran dan individu mendaftarkan dirinya kepada BPJS Ketenagakerjaan,” kata Direktur Perluasan Kepesertaan dan Hubungan antar Lembaga BPJS E Ilyas Lubis.

Meluncurkan layanan pelanggan 24 jam

Sebagai salah satu layanan yang menghadirkan pilihan dan pembanding produk asuransi secara online, kompetitor dari PasarPolis saat ini di antaranya adalah seperti CekPremi, Asuransi88, CekAja, Raja Premi, dan Halo Money. Mengklaim telah memiliki pertumbuhan dari sisi pengguna dan mitra perusahaan asuransi yang jumlahnya lebih dari 100 produk, saat ini PasarPolis belum berencana melakukan fundraising.

“Pada dasarnya saat ini bisnis kami berjalan cukup baik sehingga belum terlalu urgent untuk melakukan fundraising. Namun demikian kami tidak pernah menutup kesempatan untuk bertemu dengan calon partner yang memiliki visi dan misi yang sama dengan PasarPolis,” kata Cleo.

Dalam waktu 3 bulan ke depan PasarPolis akan meluncurkan layanan pelanggan 24 jam, untuk memudahkan pengguna mencari tahu lebih dalam dan bertanya langsung terkait dengan PasarPolis.

“Saat ini PasarPolis telah memiliki lebih dari seratus ribu pengguna di Indonesia hingga mancanegara. Untuk menghadirkan fitur lainnya yang bermanfaat PasarPolis akan terus menjalin kemitraan dengan pihak terkait seperti BPJS dan Tokopedia,” tutup Cleo.

Menyimak Curhatan Para Investor Terhadap Startup di Indonesia

Dalam sesi diskusi yang digelar di JSC Hive Jakarta, enam investor yang cukup aktif berinvestasi kepada startup Indonesia yaitu Director Skystar Capital Abraham Hidayat, Investment Manager Venturra Capital Raditya Pramana, Head of Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto, Associate East Ventures Agung Bezharie, Vice President CyberAgent Ventures Steven Vanada, dan Managing Partner Coffee Ventures Kevin Darmawan, menyampaikan “rasa frustrasinya” terhadap startup Indonesia yang belum signifikan berhasil menciptakan inovasi yang baru saat ini.

Sedikitnya jumlah investor yang memberikan pendanaan kepada startup baru tampaknya menjadi bukti nyata rasa frustrasi dan pesimis.

“East Ventures selama ini cukup aktif memberikan pendanaan untuk Indonesia dan Singapura. Namun akhir-akhir ini kami memutuskan untuk lebih fokus kepada startup di luar Indonesia dan Singapura,” kata Agung.

Sempitnya inovasi baru dari startup asal Indonesia serta minimnya pengetahuan dari para founder asal Indonesia terkait dengan bisnis secara umum dan teknologi pada khususnya, merupakan beberapa alasan mengapa pada akhirnya Kevin Darmawan dari Coffee Ventures menganjurkan kepada para Founders untuk menguasai pemahaman bisnis dan teknologi, terkait dengan ide dan inovasi yang bakal dibuat.

“Idealnya para pendiri startup tersebut harus melakukan uji coba terlebih dulu dan tentunya menguasai bisnis yang ada. Namun demikian saat ini cost dari uji coba tersebut sudah tergolong mahal biayanya, menyulitkan kami investor untuk meneruskan investasi.”

Kevin juga menambahkan masih banyak startup baru menerapkan pola yang sama, yaitu membangun bisnis yang sebelumnya sudah ada dan terbilang sukses seperti Tokopedia, GO-JEK dan Traveloka. Hal tersebut menyulitkan investor untuk memiliki minat dan tertarik untuk berinvestasi.

“Dibutuhkan waktu yang cukup lama bagi startup tersebut bisa besar seperti ini. Saat ini ketika teknologi, demand dan ekspektasi semakin tinggi menyulitkan startup untuk tumbuh jika masih menerapkan pola yang serupa.”

Investor semakin “picky” dan berhati-hati

Meskipun saat ini makin banyak investor yang hadir di Indonesia, namun tidak semua investor lokal dan asing tersebut memiliki keyakinan kepada startup baru. Belajar dari pengalaman sebelumnya memberikan investasi kepada startup dan berakhir tidak sukses, pada akhirnya membuat investor harus mengencangkan ikat pinggang dan memilih dengan baik startup yang bakal diinvestasikan.

“Jika kita lihat saat ini pendanaan tahap seed hingga seri B dan C makin sedikit diberikan oleh investor. Salah satu alasannya adalah extra picky dan extra filtering dari investor dalam hal pemberian dana,” kata Vice President CyberAgent Ventures Steven Vanada.

Pemilihan yang ketat tersebut juga dilakukan oleh Head of Investment Mandiri Capital Aldi Adrian Hartanto.

“Bukan hanya startup yang saat ini evolving tapi investor juga evolved. Investor semakin hati- hati saat melakukan investasi dengan mencari tahu terlebih dahulu rencana atau goals dari startup. Investor ingin melihat path dari startup 2-3 tahun ke depan,” kata Aldi.

Aldi juga menambahkan orisinalitas dan produk yang bisa memberikan solusi terbaik merupakan jenis startup yang memiliki potensi dan bakal di lirik oleh investor.

Kekurangan talenta dan dukungan dari pemerintah yang belum memberikan impact

Selama ini pemerintah dan pihak terkait lainnya sudah mulai cukup agresif menghadirkan wadah hingga platform yang bertujuan untuk membantu calon pelaku startup mengembangkan bisnisnya. Namun masih belum terlihat startup yang berkualitas hasil dari program tersebut. Hal ini terjadi menurut Investment Manager Venturra Capital Raditya Pramana adalah masih kurangnya talenta untuk engineer di Indonesia.

“Krisis talenta yang berkualitas mempengaruhi startup asal Indonesia menghasilkan layanan yang baik memanfaatkan teknologi, karena alasan itulah program yang dilancarkan oleh pemerintah belum memiliki impact yang cukup masif untuk ekosistem startup di Indonesia.”

Tren startup favorit investor

Di akhir sesi diskusi tersebut, Director Skystar Capital Abraham Hidayat memberikan beberapa masukan kepada calon pelaku startup yang ingin mendirikan bisnis startup, di antaranya mulai untuk mencoba layanan edutech, healthtech hingga peer-to-peer lending. Layanan lain yang masih bisa digali potensinya adalah logistik.

“Saya menganjurkan kepada calon pelaku startup untuk terus mencari ide-ide baru dan meningkatkan kreativitas yang ada, agar bisa menghadirkan inovasi baru memanfaatkan teknologi yang berguna untuk orang banyak.”

Intinya jangan membangun startup hanya untuk mendapatkan funding atau menarik perhatian media saja. Namun bangun startup yang memiliki layanan dan produk yang baru memanfaatkan teknologi dan tentunya dibutuhkan.

Pada akhirnya para investor tersebut masih memiliki perhatian dan optimis kepada startup Indonesia. Namun hal tersebut kembali lagi kepada ide serta kreativitas yang dimiliki oleh founder agar bisa tampil beda dan unik dengan layanan yang bakal dihadirkan.

“Bisnis kita adalah memberikan funding kepada startup, jika tidak ada startup yang memiliki potensi akan menjadi percuma bisnis kita sebagai investor,” tutup Kevin.

Sleekr Perluas Kerja Sama Strategis dengan Beberapa Startup Bisnis

Setelah meluncurkan aplikasi akuntansi, platform bisnis berbasis komputasi awan Sleekr kembali hadir dengan inovasi terbaru. Pertama ialah hasil kerja sama dengan Online Pajak, untuk perusahaan yang ingin melaporkan pajak perusahaan secara online melalui aplikasi Sleekr. Kepada media, Co-founder dan CEO Sleekr Suwandi Soh menyebutkan, fitur terbaru ini tentunya bisa membantu perusahaan melakukan kegiatan laporan pajak perusahaan.

“Terintegrasi melalui API dengan Online Pajak selain mampu menghitung PPH21 secara langsung, saat ini Sleekr juga bisa digunakan untuk perusahaan melakukan kegiatan laporan pajak secara online.”

Sejak awal Sleekr didesain untuk memudahkan UKM hingga startup melakukan kegiatan akunting hingga HR. Bukan hanya pelaku UKM dan startup saja, Sleekr juga telah digunakan oleh perusahaan besar untuk kegiatan HR dan akuntansi perusahaan.

Selain dengan online pajak, Sleeker juga terus melakukan kolaborasi dengan startup, salah satunya adalah dengan Kartunama. Untuk memudahkan perusahaan melakukan pemesanan kartu nama secara langsung, Sleekr menyediakan pilihan tersebut langsung melalui platform yang dimiliki.

“Secara langsung melalui Sleeker data dari pegawai serta informasi tambahan lainnya bisa mendapatkan kartu nama secara cepat. Sehingga memudahkan pegawai baru dan pihak HR,” kata Suwandi.

Kerja sama strategis lainnya yang juga telah dilancarkan oleh Sleeker adalah dengan MOKA, startup yang menyediakan layanan sistem kasir (POS) yang memakai teknologi sistem Cloud. Memanfaatkan platform yang dimiliki Sleekr, selanjutnya klien yang telah memilih paket dari Sleekr bisa memanfaatkan layanan POS dari MOKA.

“Layanan ini tentunya bisa sangat membantu pihak restoran dalam hal pengelolan SDM hingga perhitungan pendapatan setiap harinya.”

Fitur “kas kecil” di Sleekr

Layanan lainnya yang saat ini sudah siap untuk dihadirkan oleh Sleekr adalah fitur Petty Cash atau kas kecil yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengelola pembayaran reimbuirse transportasi hingga pengeluaran kantor karyawan. Dengan langkah mudah semua kegiatan rutin tersebut bisa dilakukan melalui Sleekr secara langsung. Untuk memonitor kegiatan keuangan yang ada, pihak HR dan akunting perusahaan bisa melihat secara langsung dalam dashboard.

Petty cash ini merupakan fitur sederhana dari Sleekr namun mampu memotong cara-cara konvensional dalam hal proses reimbuirse di perusahaan,” kata Suwandi.

Sleekr yang saat ini masih memanfaatkan pendanaan tahap Pre-Seri A dari korporasi, belum berniat untuk melakukan penggalangan dana. Meskipun sejak awal diluncurkan masih fokus kepada penjualan, untuk akhir tahun 2017 ini rencananya Sleekr akan mulai fokus kepada promosi secara online hingga edukasi kepada pelanggan.

“Saat ini masih banyak perusahaan yang masih belum mengerti apa itu komputasi awan dan bagaimana cara kerjanya. Dengan kegiatan edukasi diharapkan akan lebih banyak lagi perusahaan yang mengerti manfaat dari Sleekr dan bergabung menjadi klien kami,” tutup Suwandi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Yellow Pages Hadirkan Aplikasi Bisnis Direktori dan Otomasi Digital Marketing

Situs direktori bisnis Yellow Pages hari ini meluncurkan aplikasi terpadu yang menargetkan kalangan UKM di Indonesia. MD Media merupakan subsidiary dari PT Telkom Indonesia. Kepada media hari ini (20/07) CEO MD Media Syaifudin mengungkapkan, diluncurkan aplikasi Yellow Pages ini diharapkan bisa meningkatkan penjualan sekaligus kolaborasi antara pelaku UKM di tanah air.

“Bukan sekedar direktori bisnis saja, aplikasi Yellow Pages juga berfungsi menjadi enabler pelaku UKM hingga marketplace dan layanan e-commerce di tanah air, mendukung ekosistem B2B untuk menjalankan bisnis.”

Sempat mengalami masa jayanya sebagai buku direktori lengkap untuk informasi bisnis hingga media untuk beriklan, saat ini aplikasi Yellow Pages memiliki fitur lengkap didukung oleh inventori dan layanan dari Telkom Group.

Mengembangkan teknologi artificial intelligence (AI) dari Kofera untuk Yellow Pages

Aplikasi Yellow Pages sudah bisa diunduh di Android dan menyusul di iOS. Menggandeng Kofera yang merupakan startup lokal binaan Telkom (peserta program Indigo) telah mengusung beberapa teknologi terkini seperti machine learning hingga artificial intelligence (AI). Mengandalkan 1 juta data bisnis yang dimiliki oleh Telkom, aplikasi Yellow Pages juga dilengkapi dengan fitur beriklan langsung memanfaatkan pilihan SMS hingga Google Adwords langsung dari Aplikasi.

“Pelaku UKM yang telah beriklan juga bisa memonitor iklan melalui Dashboard langsung dari aplikasi dengan mudah dan real time,” kata CEO Kofera Technology Bachtiar Rifai.

Untuk saat ini fitur yang menjadi andalan Yellow Pages untuk beriklan adalah fitur Targeted SMS, yang secara mudah bisa di akses dengan biaya berkisar Rp 500 per SMS. Melalui aplikasi, pengiklan bisa memilih tipe pelanggan (consumer behaviour), lokasi dan jenis operator yang diinginkan. Untuk pembayaran Yellow Pages memanfaatkan e-payment milik Telkom yaitu Finnet.

“Usai pembayaran telah dilakukan iklan akan secara otomatis di sebarkan melalui SMS memanfaatkan teknologi dari Kofera, bukan hanya operator Telkom saja namun ke semua operator telekomunikasi di Indonesia.”

Fitur lainnya yang juga bisa dinikmati oleh pengguna adalah Google Adwords yang dengan mudah dan langsung bisa digunakan melalui aplikasi Yellow Pages. Jika sebelumnya proses hingga pembayaran menggunakan Google Adwords terbilang rumit dan harus menggunakan pembayaran kartu kredit, kini dengan Yellow Pages semua hal tersebut bisa dijalankan lebih mudah hanya dalam satu aplikasi. Untuk paket harga otomasi mulai dari Rp 1,5 juta untuk seribu calon konsumen.

“Untuk Google Adwords biasanya proses membutuhkan waktu sekitar 2-6 jam mengikuti proses yang ada. Sementara untuk tulisan (text) hingga gambar akan secara otomatis dilakukan oleh teknologi AI Kofera. Sehingga pengguna tidak perlu menuliskan tulisan hingga mengunggah foto terlebih dahulu ketika ingin beriklan di Google Adwords,” kata Bachtiar.

Kolaborasi antar UKM hingga startup

Saat ini platform iklan yang dihadirkan oleh Yellow Pages hanya terdiri dari Sponsor Listing (promosi iklan di aplikasi Yellow Pages saja) Targeted SMS dan Google Adwords, namun tidak menutup kemungkinan nantinya pilihan beriklan di Facebook dan Instagram juga akan dihadirkan di Yellow Pages. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, nantinya pengguna juga bisa beriklan di billboard digital melalui aplikasi Yellow Pages.

“Untuk tahun 2017 ini Yellow Pages memiliki target menjadi solusi digital bisnis UKM dengan pilihan platform seperti Google Adwords, Facebook hingga inventori dari Telkom. Untuk tahun 2018, Yellow Pages juga akan mengembangkan B2B e-commerce sekaligus pemanfaatan big data analytic,” kata Syaifudin.

Untuk memperluas kolaborasi yang ada, di platform Yellow Pages nantinya juga akan disertakan informasi lengkap mulai dari lokasi, kontak informasi hingga pilihan pembelian di berbagai layanan e-commerce serta marketplace di Indonesia. Misalnya pengguna yang ingin mencari penjual AC atau televisi, bisa membeli langsung di alamat penjual atau memanfaatkan platform marketplace dan layanan e-commerce yang tersedia.

“Hal tersebut sudah menjadi bagian dari rencana ke depan atau roadmap dari Yellow Pages, tujuannya tentu saja untuk memberikan pilihan beragam kepada pengguna,” tutup Syaifudin.

Application Information Will Show Up Here

Temuan Menarik tentang Startup di Yogyakarta Tahun 2017

Jogja Start-Up sebuah komunitas penggiat usaha rintisan di Yogyakarta baru saja merilis hasil survei mereka terhadap lanskap startup digital periode paruh pertama tahun 2017. Terdapat beberapa temuan menarik, terkait dengan jumlah startup dan kategori bisnisnya. Dari jumlah yang berhasil diidentifikasi, ada sekitar 115 startup digital yang beroperasi di Yogyakarta per tahun ini. Sebanyak 86 di antaranya adalah startup asli, sedangkan sisanya pendatang dari luar kota.

Menilik lebih dalam, persentase pebisnis digital di Kota Gudeg tersebut masih didominasi oleh Software House (21,05%), disusul pemain Commerce (11%), Fintech (10%), dan Digital Agency (8%). Kendati demikian, kategori lain seperti Travel, Education, Game House, hingga IoT masih bisa ditemui. Kemudian terkait dengan ukuran startup, mayoritas digerakkan antar 2-5 orang (36,84%) dan sebagian besar lagi merupakan single player (14.04%).

“Secara umum, ini merupakan tren yang bagus untuk ekosistem digital di Yogyakarta. Dari kuantitas bisnis dan kualitas produk saya pantau terus meningkat, didukung dengan banyaknya pemain yang berasal dari luar kota hadir ke sini. Ke depannya optimis akan terus meningkat dan memberikan dampak positif bagi Yogyakarta dan komunitas startup di dalamnya,” ujar Ketua Asosiasi Digital Kreatif (ADITIF) Saga Iqranegara.

Selama ini pemain bisnis banyak yang meyakini bahwa Yogyakarta menjadi salah satu sumber talenta berkualitas. Tak salah anggapan tersebut, adanya 121 kampus di dalam provinsi tersebut memang menyumbang salah satu angka lulusan terbanyak. Dari pantauan Jogja Start-Up dapat dipetakan talenta yang mendukung bisnis digital sebagai berikut:

Pemetaan sumber talenta bisnis digital di Yogyakarta / Jogja Start-Up
Pemetaan sumber talenta bisnis digital di Yogyakarta / Jogja Start-Up

Diprediksikan masih akan banyak startup luar yang bersinggah di Yogyakarta

Menilik data temuan di atas, Akbar Faisal salah satu inisiator dari Jogja Start-Up memprediksikan bahwa tren ke depan justru yang akan meningkat ialah jumlah startup dari luar kota yang meramaikan lanskap bisnis di sana. Faktor yang mendorong adalah melimpahnya SDM yang dapat dijangkau oleh bisnis, ditambah dengan “biaya hidup” yang relatif lebih efisien.

Kendati demikian diyakini bahwa hal tersebut akan berimbang dengan peningkatan kualitas talenta dari Yogyakarta yang siap terjun di dunia startup, seiring dengan awareness kampus-kampus tentang bisnis digital yang kian matang.

“Stok talenta akan semakin melimpah jika melihat dari kesiapan kampus saat ini. Beberapa kampus besar seperti UGM hingga AMIKOM bahkan telah memiliki strategi khusus untuk membina talenta dari dalam, salah satunya dengan memiliki pusat pengembangan bisnis digital di lingkungan internal kampus,” ujar Akbar.

Hal lain yang menjadi temuan menarik dari survei adalah tentang tingkatan bisnis digital di Yogyakarta. Temuan survei menyatakan bahwa mayoritas (69%) startup dijalankan menggunakan pendanaan sendiri, mirisnya masih banyak (48%) yang belum berlegalitas dalam bentuk badan usaha. Hal ini bisa jadi berhubungan dengan temuan sebelumnya, masih banyak startup yang dijalankan secara perorangan.

Tentang tingkatan bisnis digital yang ada di Yogyakarta / Jogja Start-Up

Tentang upah kerja bisnis digital di Yogyakarta

Apa yang dikatakan oleh Akbar sebelumnya mungkin mengacu pada temuan berikutnya, yakni tentang rate gaji yang diberikan oleh startup untuk para talentanya. UMR yang masih cukup kecil jika dibanding dengan kota besar lain memang membawa tren standar gaji yang lebih minimalis. Kendati demikian diyakini, persaingan untuk mendapatkan talenta terbaik yang ada saat ini akan terus mendongkrak angka tersebut.

Rerata gaji minimal yang diberikan untuk talenta dalam bisnis digital / Jogja Start-Up
Rerata gaji minimal yang diberikan untuk talenta dalam bisnis digital / Jogja Start-Up

Pada dasarnya startup di Yogyakarta makin kompetitif. Tantangannya bisnis lokal tidak hanya harus bekerja keras memperjuangkan potensi pasar (khususnya millennials) yang melimpah, melainkan harus berkompetisi dengan kompetitor dari luar.

Program Akselerator muru-D Singapura Umumkan Pendaftaran Gelombang Ketiga

muru-D Singapura, program akselerator startup global yang didukung Telstra, umumkan pembukaan pendaftaran program untuk gelombang ketiga. muru-D akan memilih sepuluh startup digital untuk berpartisipasi dalam program selama enam bulan, dimulai pada September 2017 mendatang.

Fasilitas yang disiapkan muru-D untuk 10 startup terpilih di antaranya bantuan modal awal sebesar 60 ribu dolar Singapura, akses ke berbagai dukungan bisnis selama enam bulan, fasilitas ruang kerja kolaboratif di pusat distrik bisnis Singapura, perjalanan ke Silicon Valley, hingga kesempatan berkenalan dengan sejumlah mentor pembimbing dan investor kelas dunia serta ahli dari Telstra.

“Komunitas startup di Asia Tenggara terus berkembang dan ketika pemerintah lokal terus meningkatkan investasi di sektor-sektor penting seperti kecerdasan buatan, analisis data, teknologi pengobatan, dan manufaktur dengan teknologi terkini. Maka kami memiliki misi untuk berinvestasi di ekosistem lokal, yang memungkinkan para talenta digital untuk berkembang,” terang Entrepreneur in Residence muru-D Singapura Craig Dixon dalam keterangan resmi.

Sedikit berbeda dari gelombang sebelumnya, muru-D akan mengadopsi instrumen pendanaan terbaru yaitu Simple Agreement for Future Equity (SAFE). Instrumen tersebut dapat memudahkan syarat pengumpulan dana dan memastikan muru-D akan terus menarik talenta digital terbaik. muru-D diklaim sebagai akselerator pertama yang mengadopsi SAFE di Asia Tenggara.

SAFE adalah sistem keuangan dengan ketentuan yang lebih sederhana dan lebih ramah terhadap startup. Sistem ini menyediakan investasi kepada perusahaan yang dikonversi menjadi ekuitas ketika startup telah menyelesaikan program pertamanya, tentunya hal ini akan meningkatkan nilai perusahaan itu sendiri.

Dixon menilai, lewat perjanjian model baru ini memosisikan struktur pendanaan muru-D sejalan dengan praktik terbaik di dunia. Serta memastikan startup lulusan muru-D bisa mendapatkan penawaran terbaik, sehingga mereka dapat fokus pada pengembangan bisnis berkesinambungan berskala global.

“SAFE notes akan memungkinkan muru-D untuk menarik perhatian, baik itu startup fase awal atau akhir dan kami percaya bahwa program kami akan terus menambahkan nilai untuk mereka.”

Pada gelombang kedua di tahun lalu, tiga startup asal Indonesia berhasil menyelesaikan program pelatihan selama enam bulan setelah melalui proses seleksi ketat oleh muru-D dan Indigo. Adapun ketiga startup tersebut adalah amtiss, Teman Usaha, dan Zelos.

amtiss adalah startup yang membantu perusahaan tambang untuk meningkatkan uptime dan masa ketahanan alat berat lewat standardisasi proses pemeliharaan dan optimasi konsumsi sumber daya. Sedangkan Teman Usaha adalah aplikasi yang memungkinkan UKM lokal untuk membandingkan dan mengajukan pinjaman secara cepat.

Terakhir, Zelos adalah startup perekrutan talenta berbakat generasi millennial lewat konten visual dan tes yang sudah disesuaikan dengan budaya saat ini.

Hingga saat ini, muru-D telah meluluskan 17 startup dari seluruh Asia Tenggara sejak gelombang pertama. Sebanyak delapan startup dari gelombang kedua telah menyelesaikan program, secara keseluruhan telah menambah 12 ribu pelanggan baru dan meningkatkan pendapatan lebih dari 300 ribu dolar Singapura selama prosesnya.

Masa Depan Kolaborasi Startup

Jika mengacu pada hasil survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016 dapat diketahui bahwa penetrasi pengguna internet di Indonesia mencapai 132,7 juta dari total populasi penduduk Indonesia yaitu 252,4 juta jiwa. Di samping itu, perilaku pengguna internet di Indonesia didominasi oleh penggunaan mobile yang mencapai 63,1 juta atau 47,6% dari populasi pengguna internet di Indonesia.

Fakta tersebut menjadikan bisnis rintisan atau yang dikenal dengan startup di bidang teknologi merupakan salah satu sektor yang semakin diminati dan terus berkembang dengan cepat. Perkembangan tersebut diikuti dengan munculnya startupstartup lokal maupun masuknya startup luar ke Indonesia serta bermunculannya investor baik venture capital maupun angel investor untuk mendorong ekspansi bisnis startup.

Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara potensial dalam perkembangan startup di bidang teknologi. Tetapi, untuk mendorong lebih banyak lagi startup yang muncul dan berkembang di Indonesia, dibutuhkan kerja sama atau kolaborasi dari para stakeholders baik itu perusahaan konvensional, pelaku startup, institusi pendidikan, komunitas hingga para investor. Diharapkan dengan adanya kolaborasi tersebut akan menciptakan inovasi-inovasi baru dalam bidang teknologi.

Fintech (Financial Technology) sebagai Primadona Baru

Fintech kini menjadi primadona baru dalam dunia startup. Financial technology (Fintech) muncul di tengah masyarakat karena adanya kebutuhan bertransaksi keuangan secara cepat, mudah, dan praktis. Kebutuhan cash less yang semakin besar, membuka peluang pelaku perusahaan rintisan atau startup mengembangkan aplikasi fintech.

Fintech yang banyak dilirik seperti peer-to-peer lending (pinjam meminjam uang melalui aplikasi), pengaturan investasi saham dan reksa dana, sampai pembayaran melalui uang elektronik. Fintech yang dianggap masa depan bagi industri keuangan sudah disadari banyak pihak, terutama dari sektor perbankan. Mereka berlomba-lomba meluncurkan inovasi di bidang fintech

Berdasarkan data Bank Indonesia, nilai transaksi fintech bakal mencapai 1,9 miliar dolar AS atau Rp 25,28 triliun (kurs Rp 13.308/dolar AS) pada tahun 2017. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memperkirakan investasi yang digelontorkan pada sektor fintech sampai tahun 2018 nanti mencapai angka 8 miliar dollar AS.

Data tersebut membuat investor melirik potensi pasar fintech di Indonesia. Dalam laporan Startup Teknologi Indonesia 2016, DailySocial melaporkan bahwa 60 persen investor setuju jika fintech akan menjadi tren di 2017. Disusul sektor Software-as-a-Service (SaaS) yaitu adopsi perangkat lunak sebagai service atau layanan sebesar 20 persen, lalu e-commerce 10 persen, dan lainnya (revenue generating business) sebesar 10 persen.

Inovasi dan Kolaborasi

Berdasarkan hasil survei General Electric Global Innovation Barometer tahun 2016 melaporkan bahwa 85 persen perusahaan mengungkapkan bahwa kolaborasi akan mendorong keberhasilan organisasi di masa mendatang.

Begitupun yang dilakukan oleh PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) yang mengusung inovasi dan kolaborasi sebagai spirit awal terbentuknya BCA Finhacks (Financial Hackathon). Berbekal ide-ide terbaru dan kerja sama antara pelaku industri dan developer IT, melalui Finhacks diharapkan akan hadir inovasi-inovasi digital dan menjadi solusi bagi dunia keuangan, khususnya perbankan.

Finhacks sendiri telah diselenggarakan pada 2016 lalu. Hampir 500 ide inovasi dari developer TI di seluruh Indonesia telah berhasil dijaring oleh Finhacks dan menghasilkan inovasi-inovasi sistem pembayaran menggunakan e-wallet. Jika tahun lalu mengusung tema #HackByTheBeach dengan suasana tepi laut. Finhacks 2017 ini mengusung tema #Codescape dengan nuansa pegunungan yang akan mengambil lokasi di BCA Learning Institute, Sentul. Sebelum menuju perhelatan Finhacks 2017, BCA dan DailySocial terlebih dahulu akan mengadakan meetup dan Mini Finhacks.

Tahun ini, perhelatan Finhacks 2017 menyiapkan total hadiah uang tunai senilai 120 juta rupiah untuk tiga tim pemenang utama yang dapat menghadirkan solusi yang berkaitan dengan digital banking. Bahkan, lebih dari itu, para pemenang juga secara otomatis akan mendapatkan MacBook Pro 13.3″ Retina Display (juara pertama), MSI GE62 2QL (juara kedua), dan Ricoh Theta S 360 Degree (juara ketiga).

Melalui Finhacks 2017, BCA mengajak para developer atau praktisi TI berkolaborasi dan berlomba menghasilkan inovasi yang dapat menjawab tantangan dalam menciptakan inovasi teknologi layanan perbankan yang lebih mudah, aman dan menyenangkan bagi gaya hidup nasabah sehari-hari.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama DailySocial dan BCA, sebagai bagian dari rangkaian acara Finhacks 2017.

Tiga Hal yang Perlu Dicermati Startup saat Melakukan Penggalangan Dana

Kesuksesan yang telah diraih Aria Rajasa Masna dengan bisnis yang telah dibangun, yaitu gantibaju dan Tees, bisa dijadikan inspirasi kepada calon entrepreneur. Meskipun tidak selalu berjalan mulus sejak awal, dengan Tees Aria bersama mitra dan investor sudah menemukan produk yang tepat dan pasar yang sesuai untuk bisnis yang dijalankan.

Dalam sesi #SelasaStartup yang diselenggarakan DailySocial, Co-Founder dan CEO Tees Aria Rajasa Masna berbagi pengalaman, tips, dan trik yang wajib diketahui calon pelaku startup ketika tengah bersiap melakukan penggalangan dana.

Hindari melakukan penggalangan dana saat startup baru dibangun

Di masa awal startup dibangun, yang menjadi fokus utama adalah bagaimana ide yang dimiliki mampu diimplementasikan menjadi produk yang berfungsi dengan baik melalui percobaan hingga menentukan target pasar. Menjadi hal yang kurang ideal untuk melakukan penggalangan dana di masa itu, karena pada umumnya startup belum memiliki kesiapan dari sisi materi hingga mental untuk mengelola pendanaan tersebut.

Di masa awal ini, pendiri startup juga wajib untuk mempelajari manajemen hingga hal-hal teknis terkait dengan bisnis yang akan dijalankan. Jika pendiri tidak memiliki cukup pengalaman dan pengetahuan, ada baiknya untuk mengajak rekan bisnis yang memiliki kemampuan dan pengalaman tersebut.

“Menjadi hal yang penting bagi startup untuk membentuk tim terlebih dahulu ketika startup baru dibangun. Dengan demikian ketika nantinya produk sudah siap dan target pasar telah ditentukan, startup pun bisa menentukan langkah berikutnya yaitu pertumbuhan atau growth,” kata Aria.

Penting bagi startup untuk melakukan product market fit terlebih dahulu, sebelum kegiatan penggalangan dana dilakukan hingga meluncurkan produk. Proses Product Market Fit yang tidak dilakukan sejak awal, akan mempengaruhi jalannya bisnis ke depannya.

“Lakukan market research terlebih dahulu, dan pastikan Anda memahami bisnis serta siapa target pasar yang paling sesuai untuk produk atau layanan yang bakal Anda hadirkan.”

Hal lain yang menjadi pertimbangan untuk tidak melakukan penggalangan dana kepada investor di masa awal startup adalah pembagian atau kesepakatan yang dituntut investor yang biasanya akan lebih merugikan startup baru ketimbang saat startup mulai tumbuh dan mengalami peningkatan yang positif.

Lakukan penggalangan dana ketika kondisi keuangan masih aman

Pengalaman menarik lainnya yang dibagikan Aria dalam sesi tanya jawab #SelasaStartup adalah ketika akhirnya Tees mendapatkan investor yang tertarik untuk menanamkan modal, Aria dan tim tidak pernah secara langsung melakukan kegiatan penggalangan dana. Semua berjalan secara organik berdasarkan pertumbuhan dan pendapatan yang telah diraih.

“Ketika bisnis sudah mulai menunjukkan pendapatan yang stabil, biasanya akan datang penawaran dari investor untuk memberikan pendanaan kepada startup Anda. Intinya adalah tunjukkan terlebih dahulu potensi dari bisnis Anda, agar bisa menarik perhatian investor yang tepat untuk berinvestasi.”

Saat pendanaan pada akhirnya didapatkan, gunakan uang tersebut dengan bijak, jangan terlalu fokus kepada hal-hal yang tidak relevan namun prioritaskan rencana dan goal dari bisnis Anda ke depannya.

“Kebanyakan ketika startup telah mendapatkan funding lebih memikirkan untuk eksistensi. Idealnya pendanaan yang dimiliki bisa digunakan untuk mendorong pertumbuhan startup. Apakah itu menambah jumlah pengguna, unduhan aplikasi dan lainnya,” kata Aria.

Bina hubungan baik dengan investor

Melakukan pendekatan dengan investor terutama untuk Anda pemilik startup baru, memerlukan waktu yang lama dan pengenalan yang baik dengan investor dari VC hingga angel investor. Biasanya investor akan lebih mudah didekati ketika telah mengenal Anda pemilik startup sebelumnya, dibandingkan dengan pemilik startup baru yang belum dikenal. Untuk itu ada baiknya untuk memiliki kenalan atau rekomendasi dari pelaku startup lainnya kepada investor yang Anda incar untuk mulai melakukan pitching atau presentasi.

“Cara terbaik adalah membina hubungan baik terlebih dahulu, yaitu berkenalan antara Anda dan investor. Lebih baik lagi jika Anda memiliki teman atau rekomendasi dari kalangan investor, karena biasanya investor lebih nyaman melakukan bisnis dengan orang yang sudah dikenal sebelumnya,” kata Aria.

Untuk itu lakukan terus networking dan perluas jaringan pertemanan dikalangan pelaku startup, investor, dan komunitas yang relevan.

Application Information Will Show Up Here

HANDL Beri Kemudahan Layanan Manajemen Registrasi Acara

Ada berbagai platform yang mengusung kemudahan manajemen acara, beberapa nama yang sering terdengar di antaranya adalah Eventbrite dan Meetup. Keduanya adalah pemain besar dan bukan dari lokal, namun kini dengan mengusung semangat yang sama dan pendekatan yang berbeda, hadir platform buatan anak Yogyakarta yakni HANDL. Platform ini sudah hadir sejak awal tahun lalu.

HANDL adalah platform manajemen acara khususnya untuk bagian registrasi. Peserta dapat langsung melakukan registrasi secara online dan data akan terekap dalam basis data penyelenggara. Selain itu, penyelenggara dapat mengawasi aliran pemasukan pembayaran tiket mulai dari pendaftaran hingga pencairannya setiap waktunya.

Co-Founder HANDL Fahmi Ardhianto menceritakan platform ini didirikan untuk membantu event organizer (EO) dalam menjalani pekerjaan, sehingga mereka dapat fokus pada membuat konsep acara yang lebih penting. Waktu mereka pun jadi tidak terbuang karena harus mengerjakan pekerjaan yang repetitif seperti mengirim email pengumuman atau mengonfirmasi pembayaran pendaftaran peserta.

HANDL, sambungnya, juga mendukung alternatif pembayaran yang variatif mulai dari transfer bank, kartu kredit, dan offline melalui mini market. Ini diharapkan dapat memudahkan konsumen Indonesia.

Saat ini, HANDL baru menyasar pengguna di kalangan anak muda, terutama mahasiswa yang notabenenya aktif mengadakan berbagai macam acara di kampusnya. Dalam rekam jejaknya, HANDL telah melayani registrasi peserta dengan jumlah kurang lebih 2 ribu orang dari sekitar 60 acara.

“Kami memiliki visi menjadi perusahaan SaaS. Service yang kami tawarkan diharapkan mampu membantu EO menjalani pekerjaannya sehingga energi mereka bisa terfokus membuat konsep acara yang memberikan dampak besar [..],” terangya kepada DailySocial.

Rencananya setelah menyasar mahasiswa, HANDL akan memperluas cakupan penggunanya untuk kalangan profesional EO. Daerah sasarannya pun akan bertambah ke beberapa kota besar di Indonesia. Selain itu, pihaknya juga akan merilis fitur baru untuk mendukung visi HANDL, yakni fitur chat demi memudahkan komunikasi antara EO dengan para peserta.

Sempat pivot menjadi portal informasi acara

Fahmi bercerita, sebelum HANDL menemukan model bisnis idealnya, sempat melakukan pivot dengan nama startup Simpleve, sebuah portal informasi acara pada pertengahan 2015. Namun setelah enam bulan berjalan, pihaknya menyadari apa yang dibuat bukan solusi yang dibutuhkan.

Dengan model bisnis demikian, ia juga kesulitan menemukan model bisnis yang bagus selain mencari uang dari iklan. Akibatnya ia memutuskan untuk pivot sedikit dengan membuat tools yang membantu EO mengatasi masalahnya.

“Saat ini masalah utama yang coba kami selesaikan adalah proses verifikasi peserta acara yang cukup makan waktu dan memakan antrean panjang. Dengan fitur registrasi peserta dan verifikasi dengan aplikasi, EO jadi lebih cepat mencocokkan tiket peserta dengan data mereka.”

Dia melanjutkan, “Januari 2016, kami mulai melayani pengguna namun masih menggunakan nama Simpleve. Baru pada Juni 2016, setelah mengikuti acara GBG BrandFormer, kami coba perbaiki brand dan mengubahnya jadi HANDL.”

Tim HANDL saat ini terdiri dari lima orang, termasuk Fahmi sendiri. Tim juga tergabung menjadi program inkubasi di bawah naungan PT Gama Inovasi Berdikari.

Save Youselves Hadirkan Layanan Edukasi dan Konsultasi Kesehatan Mental

Startup yang menyasar layanan sosial dan kesehatan mental saat ini masih belum banyak di Indonesia, kebanyakan startup yang menyasar social enterprise berupa dukungan donasi atau ekonomi sosial. Salah satu startup yang mencoba untuk memberikan layanan konsultasi untuk kesehatan mental adalah Save Yourselves.

Didirikan oleh tiga co-founder yaitu Indri Mahadiraka, Riva Rumamby dan Syatitah Muharina, Save Yourselves memiliki tujuan untuk membawa perubahan dan impact untuk kesehatan mental di Indonesia.

“Kami membahas tingkat bunuh diri di Indonesia yang terus meningkat, dengan mayoritas demografi anak muda. Lalu muncullah ide untuk membuat sebuah platform online yang accessible, educational dan juga low-cost. Kami memulai dengan membuat akun Line untuk support chat bagi pengguna yang ingin bercerita dan membutuhkan dukungan,” kata Indri kepada DailySocial

Belajar dari latar belakang salah satu co-founder yang memiliki pendidikan psikologi, Save Yourselves mencoba untuk menyentuh isu-isu kesehatan mental.  Setelah menjalankan layanan selama beberapa waktu, Save Yourselves mulai mengikuti beberapa kompetisi, salah satunya adalah Startup Weekend. Pada November 2016 Save Yourselves terpilih sebagai pemenang dari Startup Weekend Jakarta.

“Hal ini membuat kami makin terpacu untuk melanjutkan perjuangan kami dalam isu mental health. Pada Februari 2017 kami diundang untuk mengikuti akselerator bisnis yang berfokus dalam social enterprise yaitu SIAP (Social Innovation Acceleration Programme),” kata Indri.

Layanan yang dimulai dari sebuah inisiatif sederhana untuk membantu orang, kemudian menjadi sebuah bisnis sosial. Pada Juni 2017 Save Yourselves lolos seleksi top 100 startups Echelon Asia Summit, dan berangkat ke Singapura untuk pitch ide. Save Yourselves masuk sebagai startup terbaik dari kategori Health and Lifestyle Vertical dan merupakan top 6 dari Asia.

Layanan edukasi dan support chat

Saat ini Save Yourselves telah memiliki kontributor sebanyak 26 orang. Dalam waktu 8 bulan, Save Yourselves telah memiliki total pengguna sebanyak 5640 orang di seluruh platform, dengan total hampir 1500 orang yang pernah memanfaatkan fitur Chat Save Yourselves. Sejak diluncurkan layanan paling banyak yang dimanfaatkan oleh pengguna adalah bagian edukasi dan support chat.

“Kami sangat bangga dengan tim kami dan juga para kontributor, mereka adalah sekumpulan orang yang passionate dengan isu mental health. Target kami adalah untuk meningkatkan kuantitas layanan kami agar bisa mencangkup lebih banyak orang, dan juga meningkatkan sisi edukasional dari platform kami,” kata Indri.

Saat ini Save Yourselves hanya bisa diakses melalui situs, sementara untuk platform Chat bisa digunakan melalui akun Line Save Yourselves (@vol7047). Untuk ke depannya Save Yourselves diharapkan bisa menjadi platform alternatif untuk membantu lebih banyak masyarakat di Indonesia yang membutuhkan bantuan dan konsultasi terkait kesehatan mental.

“Kami memperhatikan bahwa, banyak dari pengguna memang membutuhkan bantuan namun masih sulit untuk membuka diri dan bercerita ke orang-orang terdekat. Di luar itu, stigma mengenai kesehatan mental juga membuat pengguna ragu untuk mendapatkan bantuan kesehatan psikologis yang profesional,” tutup Indri.