Dukungan SIRCLO Dalam Mempercepat Transformasi Digital Bagi Industri UMKM

Dalam merespon situasi pandemi yang mulai memasuki tahun kedua, mendorong pemulihan ekonomi menjadi salah satu agenda penting banyak pihak di dalam negeri. Salah satu strategi pemulihan ekonomi yang digenjot datang dari industri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), dengan langkah digitalisasi yang menjadi kunci. Sebagai sektor yang sangat terdampak, UMKM sejatinya memiliki peran besar terhadap roda perekonomian Indonesia, dengan nilai kontribusi yang mencapai lebih dari Rp8,500 triliun.

Menurut data yang dilansir oleh Asosiasi UMKM Indonesia, pandemi menekan jauh kontribusi sektor UMKM terhadap PDB Indonesia di tahun 2020 yang melorot hingga 37.3%, cukup jauh jika dibandingkan pada tahun 2019 dengan kontribusi yang mencapai 60.3%. Digitalisasi diyakini menjadi langkah yang esensial, sesuai dengan target pemerintah yang ingin menghubungkan 30 juta UMKM secara online di tahun 2024.

Langkah strategis yang menjadi pekerjaan rumah bagi banyak pihak ini turut disambut oleh SIRCLO – perusahaan teknologi penyedia solusi eCommerce, yang bermisi membantu pebisnis tanah air berjualan di ranah digital. Melalui program #MerdekaJualanOnline, SIRCLO bertujuan untuk mengakselerasi industri UMKM, sekaligus memberikan dampak positif terhadap pemulihan ekonomi negara.

Program #MerdekaJualanOnline yang diluncurkan SIRCLO pada Agustus 2021 kemarin menghadirkan modul penjualan online, yang mencakup penyediaan dan pelatihan teknologi bagi pelaku UMKM. Dukungan yang dimaksud berupa solusi teknologi terpadu pengelolaan toko online SIRCLO Store, dan juga pelatihan intensif seputar menjalankan bisnis di ranah online yang mencakup berbagai aspek operasional bisnis seperti; pelatihan content marketing, digital marketing, keuangan, legal, dan lain sebagainya.

Dalam laman resminya, Brian Marshal selaku Founder & CEO SIRCLO mengatakan, program ini sengaja disiapkan untuk tak hanya membuat para pelaku UMKM mampu bertahan, namun juga membuka peluang untuk bertumbuh di tengah ketidakpastian ekonomi.

“SIRCLO, melalui SIRCLO Store, kini turut mendukung gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia yang bertujuan untuk kembali menggerakkan perputaran roda dunia usaha, terutama melalui pemberdayaan UMKM. Tujuan utama yang ingin kami capai adalah mendukung UMKM untuk onboarding digital dan bertahan selama/setelah pandemi, hingga bahkan mampu naik kelas melalui penggunaan teknologi,” ujar Brian.

Strategi yang diterapkan SIRCLO bisa jadi selaras dengan berbagai temuan dan kondisi lanskap industri UMKM tanah air. Pasalnya, laporan SME Empowerment Report 2021 yang dirilis oleh DailySocial.id mengemukakan, sebagian besar pelaku UMKM dari berbagai jenis usaha mengaku masih mengalami kesulitan dalam mempromosikan produk dan jasa yang ditawarkan. Lebih spesifik, tantangan itu dialami oleh 78% pengusaha mikro, 72% pengusaha kecil, dan 56% pengusaha menengah berdasarkan hasil survei yang dilaporkan DSResearch.

Tantangan itu mesti dijawab dengan pendekatan digital. Perusahaan konsultan global, Mckinsey & Company memperkirakan, digitalisasi di sektor UMKM patut diadaptasi dalam mendorong kontribusi sektor UMKM terhadap PDB Indonesia, yang diproyeksi bakal mencapai angka US$ 140 miliar di tahun 2030 mendatang.
Sejak pandemi bergulir, pembatasan mobilitas rupanya cukup berhasil mendorong pelaku usaha untuk beralih ke ranah online. Dalam survei terhadap 100 orang yang dilakukan pada Mei hingga Juni lalu, 83% pelaku UMKM di 6 kota besar di Indonesia (Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan, Denpasar, dan Makassar) mengaku telah memanfaatkan platform online untuk mendukung roda bisnisnya.

Menariknya, dari survei tersebut juga ditemukan pelaku UMKM memanfaatkan teknologi untuk berbagai hal demi menunjang bisnisnya, seperti pengimplementasian kanal jual-beli online, layanan pembayaran digital, logistik, hingga memanfaatkan layanan SaaS (Software as a Service) untuk kebutuhan pencatatan keuangan, pajak, dan sejenisnya.

SIRCLO turut melaporkan adanya pertumbuhan yang baik terkait digitalisasi bisnis. Dalam laporannya, pada Maret 2021 kemarin, jumlah pebisnis yang bergabung dengan platform SIRCLO mengalami kenaikan hingga 130%, yang sebagian besar didominasi dari pelaku usaha UMKM yang datang dari berbagai jenis usaha ritel seperti fesyen, kuliner, hingga produk rumah tangga.

Berdasarkan temuan di atas, semakin jelas bahwa transformasi digital berperan esensial dalam membekali industri UMKM dalam menghadapi situasi pandemi yang masih bergulir, sekaligus mempersiapkan akselerasi bisnis menjelang situasi pasca pandemi dengan target pertumbuhan yang signifikan. Meski tren positif digitalisasi tengah berjalan, komitmen dan sikap keseriusan wajib ditunjukkan dari para stakeholder terkait untuk kian mengakselerasi pertumbuhan tersebut.

Sebagai entitas teknologi, SIRCLO merupakan satu dari sekian startup teknologi yang juga berfokus dalam menghadapi tantangan ini. Sangat menarik untuk kita nantikan bersama seperti apa kolaborasi dan inovasi selanjutnya dari industri startup teknologi tanah air, dalam memajukan industri UMKM dan perekonomian bangsa.

Impact Credit Solution Jembatani Perusahaan Teknologi dengan Lembaga Finansial

Besarnya kebutuhan pelaku UMKM untuk menambah modal usaha mereka, dipandang sebagai peluang bagi platform fintech, institusi finansial, dan perbankan untuk memenuhi permintaan tersebut. Salah satu layanan fintech yang ingin menghadirkan solusi terkait adalah Impact Credit Solution (ICS).

Didirikan oleh Reinier Musters (CEO) dan Mackenzie Tan (COO), startup asal singapura tersebut Singapura ingin menjembatani perbankan dan perusahaan teknologi finansial dan nonfinansial yang ingin memberikan akses pinjaman modal kepada pelanggan/mitra mereka. Indonesia dinilai menjadi pasar yang memiliki potensi besar bagi mereka untuk menghadirkan solusi tersebut.

Untuk memaksimalkan bisnisnya di Indonesia, mereka juga telah menunjuk Dewi Wiranti sebagai Country Head.

Reinier Musters, Mackenzie Tan dan Dewi Wiranti dari ICS / ICS

Kepada DailySocial.id, Mackenzie bercerita bahwa dengan memanfaatkan pelanggan atau merchant yang dimiliki perusahaan teknologi di masing-masing platform, ICS melalui Single API menghadirkan teknologi dan koneksi antara dua pihak pinjaman kepada pelanggan.

“ICS adalah perusahaan teknologi keuangan yang memungkinkan pinjaman UMKM di Asia Tenggara. Kami membangun embedded lending solution yang dapat digunakan oleh perusahaan teknologi, P2P, atau bank mana pun untuk membuat produk pinjaman.”

Secara khusus solusi ICS memungkinkan pembuatan produk, alur kerja, dan pengambilan keputusan yang seamless di seluruh proses peminjaman. Kemampuan ICS mencakup mesin analisis kredit yang dibangun di atas jutaan dataset UMKM.

Terintegrasi dengan penyedia layanan internal dan eksternal, memberikan klien dari ICS satu titik kontak untuk semuanya mulai dari onboarding hingga collection. Strategi monetisasi yang dilancarkan adalah, mengenakan biaya berlangganan berbasis SaaS kepada pelanggan berdasarkan volume pinjaman.

Salah satu kendala yang banyak ditemui oleh UMKM ketika ingin mengajukan proses pinjaman adalah proses persetujuan yang panjang. ICS ingin memangkas proses tersebut menjadi lebih cepat dan mudah. ICS juga telah menjalin kerja sama strategis dengan sejumlah bank ternama di Indonesia.

Untuk startup, mereka juga telah bermitra dengan platform ALAMI. Kerja sama tersebut bertujuan untuk menyediakan pembiayaan syariah untuk rumah sakit, klinik, apotek, dan pemain lain dalam rantai pasokan layanan kesehatan di Indonesia.

Terkait kegiatan penggalangan dana, ICS saat ini telah mengumpulkan pendanaan dari bank dan perusahaan modal ventura terkemuka termasuk BCA, Patamar Capital, 500 Startup, Mitra Integra, Mitra M Venture, dan lainnya.

“Kami juga telah menerima dukungan dari U.S. Development Finance Corporation, USAID, dan Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia,” imbuh Mackenzie.

Mendukung perusahaan teknologi dan perbankan

Dalam prosesnya, konsumen akhir tidak akan terhubung langsung ke platform ICS, karena sifatnya di backend. Aplikasi melakukan pre-approved dan pre-scoring, kemudian ICS akan mengelola semua termasuk menghubungkan perusahaan-perusahaan P2P ke bank yang relevan. Dari pihak perbankan sendiri, hanya calon peminjam yang telah lolos kriteria yang kemudian layak untuk mendapatkan modal usaha.

“Sebagai embedded lender, kami tidak harus berinteraksi langsung dengan peminjam akhir. Klien kami memaksimalkan loyalitas pelanggan mereka karena pelanggan mereka hanya melihat brand dan platform. Mereka tidak melihat solusi ICS yang memungkinkan end-to-end lending process,” kata Mackenzie.

ICS berfungsi sebagai perusahaan fintech dan perbankan one-stop-solution untuk pinjaman. Single API ICS memungkinkan klien untuk membuat produk pinjaman dipesan lebih dahulu yang memenuhi kebutuhan spesifik pelanggan mereka, sambil memberi mereka akses ke modal bank berbiaya rendah untuk mendanai pinjaman.

Potensi pinjaman untuk UMKM

Dengan hampir 60 juta jumlah pelaku UMKM di Indonesia, potensi penyaluran kredit produktif memang menjadi layan dieksplorasi. Dari data yang dihimpun OJK, sejauh ini nominal pinjaman produktif yang diberikan platform fintech lending terus meningkat triliunan Rupiah. Tentu ini memberikan dampak baik, karena tidak semua pelaku UMKM bisa mengakses pinjaman dari institusi seperti bank.

Penyaluran pinjaman produktif oleh fintech lending sepanjang paruh pertama 2021 / OJK

Adanya upaya penyaluran melalui platform teknologi (dengan bekerja sama dengan perusahaan fintech) juga dapat dipandang sebagai angin segar peningkatan inklusi keuangan. Apalagi adanya platform berbasis open finance memungkinkan terjadinya kolaborasi antar institusi keuangan, termasuk dengan perbankan.

Hybrid Channel Jadi Kunci UMKM Bertahan Sekaligus Bertumbuh di Tengah Pandemi

Di tengah situasi ketidakpastian ekonomi akibat pandemi Covid-19, digitalisasi ternyata memegang peranan penting bagi pebisnis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar dapat bertahan, bahkan sekaligus meraih pertumbuhan yang signifikan.

Hal itu dibuktikan melalui data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Kemenkop UKM) yang menyatakan, hanya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang telah terhubung dengan platform digital mampu mengalami pertumbuhan. Lebih spesifik lagi, pertumbuhan tersebut mencapai 26%.

Merespon potensi di atas, indeks kepercayaan UMKM di semester awal tahun 2021 meningkat tajam dibanding dengan periode sebelumnya terhadap iklim bisnis di kala pandemi. Sejalan dengan itu, kini pelaku UMKM semakin “melek” dengan strategi kanalisasi ‘Hybrid’ (Hybrid Channel), yakni menjalankan bisnis di dua kanal yaitu offline dan online. Strategi ini diyakini sebagian besar pebisnis UMKM dapat membantu meraih pertumbuhan yang positif di tengah tantangan pandemi.

Pengaplikasian ‘Hybrid Channel’ diklaim mampu meningkatkan penjualan yang signifikan. Berdasarkan laporan Digital SME Confidence Index 2021 yang dirilis oleh KoinWorks, sebanyak 48% pelaku UMKM lebih memilih mengadopsi kanal hybrid untuk bertahan dan membuka peluang baru. Hal ini dibuktikan dengan kenaikan penjualan sebesar 7% atau rata-rata 44% pada UMKM yang menjalankan bisnis secara hybrid.

Hybrid Channel juga mendorong pergerakan Offline to Online (O2O) yang di sisi lain mampu membuka peluang komprehensif bagi pelaku industri startup digital untuk menciptakan sebuah ekosistem baru guna mendukung pertumbuhan UMKM.

Ekosistem UMKM digital sendiri lahir karena adanya kolaborasi antara pemilik bisnis dan perusahaan. Kolaborasi dan sinergi ini diperlukan untuk menghadapi masa sulit saat ini dan juga perbekalan untuk menghadapi era pasca pandemi.

Solusi yang lahir dari ekosistem digital UMKM hadir dengan berbagai macam solusi di antaranya; solusi ecommerce, logistik, akses pendanaan berbasis teknologi, hingga pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia.

Salah satu solusi yang bisa kita lihat saat ini yakni adanya dukungan akses pendanaan berbasis teknologi seperti yang diusung oleh KoinWorks. Dalam pemaparannya pada webinar “A new hope: What’s next for the SME’s in the digital era” beberapa waktu lalu, angka pencairan pendanaan produktif dari KoinWorks mencapai lebih dari Rp930 Miliar pada kuartal pertama tahun 2021.

Meski begitu, persaingan industri yang semakin ketat menuntut para pelaku UKM untuk mempelajari kiat dan strategi baru di ranah digital untuk terus menarik konsumen. Masih dengan laporan yang sama dari KoinWorks, terbukti sebanyak 89% pelaku UMKM mengikuti proses e-learning untuk mempelajari seluk-beluk menjalankan bisnis secara digital, mulai dari pemahaman pemasaran digital hingga media sosial.

Di sisi lain, dampak positif digitalisasi selain meningkatkan indeks kepercayaan dan kemampuan meningkatkan penjualan, transformasi digital juga berhasil membuat para pelaku UMKM tak lagi khawatir dengan gempuran produk impor.

Sebagian dari mereka bahkan menjadikan hal itu sebagai peluang baru untuk dapat menjual kembali produk impor tersebut agar mendapatkan nilai tambah pada bisnisnya. Di samping itu, transformasi digital juga bahkan membantu mereka membuka keran ekspor, yang artinya tentu juga berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan nilai ekspor secara nasional.

Transformasi digital diharapkan dapat terus diakselerasi tidak hanya semata-mata demi menghadapi pandemi, namun juga mempersiapkan situasi dan kondisi pasar pasca pandemi yang nantinya akan semakin dinamis dan kompetitif.

Sesuai data yang dilansir oleh Kominfo, baru ada 3,79 juta UMKM yang memanfaatkan platform online dalam memasarkan produknya. Jumlah ini hanya baru berkisar sekitar 8% dari total pelaku UMKM yang ada di Indonesia, yakni 59,2 juta. Potensi dan ceruk pasarnya artinya masih sangat luas dan perjalanannya masih cukup panjang dalam mewujudkan ekosistem UMKM digital yang menyeluruh. Untuk itu diperlukan sinergi apik ke depannya antara UMKM, startup digital, dan tak lupa pemerintah sebagai regulator.

BukaPengadaan Gandeng Modalku Luncurkan Produk “Paylater” untuk Bisnis

BukaPengadaan mengumumkan kerja sama dengan Modalku untuk memfasilitasi pembiayaan bagi para pelaku UMKM dalam jaringan ekosistem Bukalapak. Konsepnya sendiri tidak berbeda dengan layanan paylater atau BNPL, hanya saja untuk segmen B2B. Kesepakatan ini dibuat dengan visi untuk mengakselerasi pertumbuhan UMKM yang terkendala cashflow terbatas di tengah pandemi.

Baik buyer dan vendor yang telah bergabung dalam ekosistem BukaPengadaan dapat menikmati kemudahan dalam memperoleh pembiayaan modal usaha dari Modalku. Nominal pembiayaan yang ditawarkan mencapai Rp500 juta per pinjaman dengan tenor hingga 60 hari.

Direktur BukaPengadaan Hita Supranjaya menyampaikan antusiasmenya terkait misi Bukalapak dalam menghadirkan keadilan ekonomi untuk semua melalui platform bisnis ini. Timnya pun selalu berupaya untuk memajukan dan memperkuat UMKM dalam sektor e-procurement. Sebelumnya, perusahaan juga menjalin kolaborasi dengan Golden Nusa untuk pengadaan layanan pemesanan tiket perjalanan dinas.

Bergabungnya layanan P2P lending Modalku ke sektor pembiayaan pelaku UMKM melalui BukaPengadaan ini disebut sebagai langkah strategis dalam membangun inklusivitas pembiayaan di Indonesia.

“Bersama BukaPengadaan, kami berkomitmen untuk memenuhi kebutuhan para pelaku bisnis dalam hal pengadaan barang. Kami berharap sinergi ini dapat menjadi salah satu solusi dari kendala yang dihadapi para pelaku UMKM di tengah pandemi Covid-19,” ungkap Head of Growth and Partership Modalku Arthur Adisusanto.

Adapun persyaratan pengajuan pinjaman di Modalku bagi UMKM dalam ekosistem BukaPengadaan, yaitu (1) Memiliki bisnis baik dalam bentuk usaha PT/CV, (2) Memiliki domisili usaha atau kantor pusat di Jabodetabek, Bandung, dan Surabaya, (3) Telah menjalankan usaha lebih dari 6 bulan, dan (4) Melampirkan dokumen pendukung, seperti identitas dan data keuangan.

Mengendalikan cashflow

Ulasan FinBox tentang potensi platform paylater atau BNPL dalam B2B Commerce / FinBox

Berbeda dengan layanan paylater yang fokus di segmen konsumen, bisnis atau yang dikenal secara global dengan istilah B2B BNPL ini menawarkan objektif yang berbeda. Sama halnya dengan visi yang diusung oleh BukaPengadaan dan Modalku, model pembiayaan ini memiliki tujuan utama untuk bisa mengelola cashflow dengan lebih baik.

Cashflow atau arus kas sendiri menjadi sumber kehidupan bagi setiap lini bisnis. Kemampuan untuk bisa mengelola pendapatan dan pengeluaran merupakan ilmu esensial dalam mengembangkan usaha apa pun. Ketika arus kas masuk lebih lambat daripada arus keluar (arus kas negatif), menjalankan dan mengembangkan bisnis akan menjadi sulit.

Dalam salah satu artikel di situs Fundera, startup crowdfunding untuk UKM seluruh dunia, disebutkan lebih dari 60% faktur terlambat dibayar, dan 20%-nya mengalami keterlambatan lebih dari dua minggu. Pembayaran yang terlambat ini menghambat banyak hal, seperti kekurangan uang tunai, tunggakan gaji karyawan, pembayaran sewa, atau melewatkan peluang bisnis penting.

Sebelumnya, startup fintech lending Investree telah lebih dulu memperkenalkan produk paylater B2B untuk membiayai UMKM yang membutuhkan pembayaran di awal. Startup digital freight forwarder Andalin menjadi startup pertama yang digandeng Investree untuk peluncuran produk ini.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Menjawab Tantangan Bisnis Bagi Pelaku UMKM di Era Pandemi Lewat Digitalisasi

Tantangan mengakselerasi pertumbuhan industri usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) Indonesia kian dinamis. Terlebih di tengah situasi yang penuh ketidakpastian ekonomi akibat pandemi, strategi yang dipasang perlu dicermati dengan seksama agar tidak salah langkah. Kontribusinya yang krusial di kancah perekonomian Indonesia, membuat industri UMKM patut memperoleh perhatian khusus, baik itu dari regulator, maupun institusi swasta yang berasal dari berbagai macam industri. Transformasi digital dinilai punya peranan penting untuk mendorong pertumbuhan tersebut, di samping adanya berbagai tantangan yang akan dihadapi selama masa pandemi ini hingga sesudahnya. Lalu apa saja yang sekiranya bakal menjadi babak selanjutnya bagi pelaku industri UMKM?

Digitalisasi masih menjadi kunci. Transformasi digital bagi pelaku UMKM yang sejatinya telah digaungkan bertahun-tahun ke belakang, dinilai perlu didorong lebih kuat lagi. Manfaatnya diyakini tak hanya bisa mempertahankan bisnis, namun juga bisa membuka peluang lebar yang menguntungkan di tengah masa penuh tantangan saat ini. Dalam diskusi panel virtual bertajuk “A new hope: What’s next for the SME’s in the digital era” yang diprakarsai oleh KoinWorks, pemanfaatan kanal digital diklaim tak hanya berhasil meningkatkan performa bisnis, namun juga berhasil membuka kemungkinan ekspor bagi para pelaku UMKM.

Dalam pemaparannya, Benedicto Haryono selaku CEO KoinWorks mengungkapkan, sebanyak 5% pelaku UMKM mampu melakukan ekspor yang dimungkinkan melalui dukungan teknologi eCommerce.

“Walaupun kita melihat UMKM masih memberikan peran yang sangat kecil untuk ekspor [dari target pemerintah], tapi kita melihat sudah ada potensinya. Dengan mereka onboarding ke digital, mereka bisa mengakses customer based di pasar internasional yang mungkin sebelumnya secara offline sulit untuk digapai. Tentunya dengan adanya kanal eCommerce sudah ada beberapa pelaku UMKM yang berhasil mencakup pasar Asia Tenggara,” ungkapnya.

Temuan terkait nilai ekspor tadi juga didukung oleh situasi dan tren pebisnis UMKM yang saat ini mulai banyak menghadirkan bisnisnya secara ‘hybrid’, yakni berada di kanal offline dan juga online. “Berdasarkan riset yang kami lakukan dan juga dari data-data publik, kita melihat ada sebanyak 48% pelaku usaha yang menjalankan bisnisnya di ranah offline sekaligus online, menariknya lagi kita juga melihat dengan lebih banyaknya kanal digital yang dimanfaatkan, pebisnis juga mampu meningkatkan penjualan mereka secara signifikan,” tambah Benedicto.

Seiring dengan tren peningkatan digitalisasi di industri UMKM, inklusi keuangan juga disorot selaras dengan pertumbuhan tersebut. Seperti yang disampaikan oleh Rose Dian Sundari, Deputi Direktur Pengembangan Inklusi Keuangan OJK yang mengatakan, digitalisasi menjadi salah satu hal yang masuk sebagai strategi atau agenda dalam strategi percepatan inklusi keuangan nasional. Dalam pemaparannya disebutkan, dalam program strategi nasional keuangan inklusif OJK, digitalisasi mengambil bagian penting, khususnya dalam hal edukasi keuangan, dan juga fasilitas intermediasi dan saluran distribusi keuangan.

“Dalam hal ini OJK terlibat langsung dalam strategi edukasi, fasilitas intermediasi dan saluran distribusi, dan juga terkait perlindungan konsumen,” tuturnya.

Senada dengan pihak OJK, pihak institusi jasa perbankan yang diwakili oleh BRI Agro juga tak melewatkan menyambut positif perihal digitalisasi yang mendorong kemajuan industri UMKM. Pembiayaan bank berbasis digital menjadi salah satu poin penting dalam rancangan strategi BRI Agro dalam memperluas akses pendanaan bagi UMKM. Menurutnya, strategi tersebut direalisasikan BRI Agro dalam bentuk pengembangan produk pinjaman dan tabungan yang seluruhnya terintegrasi penuh secara digital.

Kolaborasi dengan pelaku financial technology (fintech) turut pula dilakukan oleh BRI Agro. Dalam salah satu upaya pemulihan industri UMKM akibat pandemi, pihaknya telah menjalin kerja sama dengan KoinWorks untuk jangkauan pendanaan yang lebih luas dari sebelumnya.

“Melalui sinergi dan kemitraan dengan pelaku fintech, penyaluran pendanaan kami bisa dikatakan sangat menggembirakan, hingga saat ini sudah ada sekitar 828 ribu pelaku UMKM potensial yang terjangkau, dan juga sudah ada sekitar 92 miliar lebih dana yang disalurkan melalui kemitraan kami dengan KoinWorks. Kami harap kedepannya dari kerja sama ini bisa sustain, dan juga tentu dapat menjangkau pelaku UMKM yang lebih banyak lagi agar kita bisa memberikan impact yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia,” tutur Bhimo Wikan Hantoro selaku Direktur Digital Bisnis BRI Agro.

Digitalisasi rupanya masih disepakati menjadi kunci utama dalam pertumbuhan industri UMKM yang semakin masif lagi di masa mendatang. Dari panel diskusi virtual yang diselenggarakan oleh KoinWorks, bisa dilihat bahwa kolaborasi apik antara regulator, institusi keuangan, dan penyedia teknologi finansial mampu mempercepat upaya transformasi digital UMKM untuk menghadapi tantangan pasar di era pandemi dan sesudahnya. Sangat menarik untuk disimak kolaborasi seperti apa yang nantinya akan terjadi di masa mendatang untuk kemajuan UMKM dan perekonomian digital Indonesia.

Sebagai super financial-app terkemuka di Indonesia, KoinWorks juga telah merilis laporan yang bertajuk “Digital SME Confidence Index 1st Half of 2021”. Dalam laporan tersebut, transformasi digital berhasil mendorong indeks confidence dan optimisme dari pelaku UMKM dalam menghadapi pandemi lewat bisnis digital. Untuk insight selengkapnya, laporan tersebut dapat Anda unduh di halaman ini.

Sirclo Mulai Garap Pasar UMKM

Startup e-commerce enabler Sirclo menjadi perusahaan berikutnya yang meramaikan segmen UMKM untuk go digital. Di saat yang bersamaan, lewat Orami, juga membuat program pemberdayaan para ibu untuk berwirausaha menjadi reseller brand yang dikelola Orami dan Sirclo.

Menurut data yang dikutip perusahaan, jumlah pelaku UMKM di Indonesia saat ini mencapai 65 juta, dengan 12 juta di antaranya sudah hadir secara online. Pemerintah sendiri menargetkan sebanyak 30 juta UMKM go digital pada 2024 mendatang. Sehingga untuk onboarding lebih banyak UMKM, perlu partisipasi dari semua pihak untuk mencapai target.

Founder dan CEO Sirclo Brian Marshal mengatakan dengan diperpanjangnya PPKM yang membatasi kapasitas operasional ritel offline, UMKM di Indonesia semakin membutuhkan peran e-commerce untuk berinteraksi dan bertransaksi dengan konsumen. Berbeda dari pengguna solusi Sirclo yang mayoritas merupakan korporat atau enterprise, masih banyak UMKM yang tidak siap menghadapi pandemi.

“Pelaku UMKM ini ternyata banyak yang tidak siap. Berbeda dari enterprise yang sudah memiliki mitigasi risiko, sehingga akhirnya kami fokus membantu pelaku UMKM di program MerdekaJualanOnline,” ujar Brian.

COO Sirclo Danang Cahyono menambahkan, program tersebut akan berfokus pada peningkatan sumber daya manusia dari pelaku UMKM karena memegang faktor terpenting untuk go digital. Dari modul penjualan yang disediakan, perusahaan juga bekerja sama dengan para fasilitator untuk memberikan pelatihan dan pendampingan.

“Program ini menyasar UMKM dengan sejumlah kriteria, seperti sudah mampu mengoperasikan media sosial dan email, memiliki akses internet yang baik, serta mampu mengikuti pelatihan dan pendampingan.” tuturnya.

Untuk menangkap peluang tersebut, sebenarnya sejak awal tahun ini perusahaan mulai merambah segmen UMKM dengan menyediakan modul penjualan online berisi paket ‘Starter’ untuk berjualan di situs, platform marketplace, dan WhatsApp tanpa biaya. Sejauh ini ada lebih dari 1000 UMKM yang sudah bergabung.

Modul ini memanfaatkan solusi bisnis yang dihadirkan oleh Sirclo Store. Sirclo Store merupakan teknologi dasbor toko online UMKM, memberikan solusi bagi brand untuk berjualan di situs brand dot com, marketplace, dan WhatsApp. Perusahaan memiliki solusi lainnya untuk brand, di antaranya SIRCLO Commerce, dan ICUBE by SIRCLO.

Danang menuturkan pihaknya akan lebih agresif menggaet banyak pihak agar pada akhir tahun ini bisa onboarding lebih banyak UMKM ke digital hingga 10 ribu UMKM. Strategi yang akan dilakukan, salah satunya dengan perbankan yang memiliki UMKM binaan.

“Isu UMKM itu ada tiga, modal kerja, bahan baku, dan akses pasar. Bank punya modal kerja, dan kami yang menyediakan platform agar UMKM bisa jualan secara mandiri terhubung dengan marketplace dan WhatsApp.”

Lebih lanjut terkait program pemberdayaan yang diselenggarakan Orami, CMO SIrclo Ferry Tenka menjelaskan, sebagai perpanjangan tangan perusahaan, Orami ingin mengajak para ibu yang berminat dengan kewirausahaan. Menurutnya, segmen mompreneur sangat penting peranannya dalam menjaga ketahanan ekonomi keluarga, maupun mendukung ekosistem UMKM di Indonesia.

Oleh karena itu di IbuSibuk, para anggota diberi kesempatan untuk memiliki pendapatan sendiri dengan menjadi agen reseller bagi brands yang dikelola Orami maupun Sirclo. Mereka juga akan mendapatkan berbagai pelatihan kewirausahaan eksklusif untuk mendukung aktivitas berbisnis mereka.

“Komunitas IbuSibuk ini sudah memiliki lebih lebih dari 40 ribu anggota. Kami akan gaet lebih banyak para ibu karena mereka punya peran penting dalam pemberdayaan ekonomi di keluarganya,” kata Ferry.

Berdasarkan data Sirclo, mayoritas UMKM yang menggunakan teknologi toko online Sirclo berada di kota, termasuk DKI Jakarta (40.5%), Jawa Barat (21%), Jawa Timur (7%) dan Jawa Tengah (6.5%). Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak potensi pertumbuhan bagi UMKM di luar kota-kota besar untuk go digital.

Pemberdayaan UMKM

Segmen UMKM memang besar potensinya tapi penuh tantangan. Digitalisasi menjadi suatu keharusan agar mereka dapat tetap bertahan di tengah pandemi. DailySocial sempat membuat daftar solusi digital yang diinisiasi oleh perusahaan dari berbagai vertikal agar semakin banyak UMKM onboarding go digital.

Tak hanya dari sisi channel penjualan saja yang dibantu, UMKM kini mendapat opsi untuk mengembangkan bisnisnya dengan modal kerja, cara pemasaran, operasional, pengembangan bisnis, hingga legalitas.

 

Ragam solusi digital untuk UMKM / DailySocial
Application Information Will Show Up Here

Menantang Inovator dan Founder Bantu UMKM Memasarkan dan Mengiklankan Produknya Secara Efektif

Hadirnya layanan digital seperti online marketplace dan social media telah terbukti membuka ruang yang semakin lebar bagi pelaku UMKM untuk merangkul pangsa pasar yang lebih luas. Namun di balik itu, kemudahan akses yang diberikan juga memberikan tantangan tersendiri, yakni kompetisi yang semakin sengit. Di ranah online, ada ribuan hingga jutaan pelaku usaha yang menyajikan produk atau layanan serupa, maka selain unique selling point yang kuat, pebisnis juga harus memikirkan secara matang strategi pemasaran dan pengiklanan yang tepat.

Sayangnya dengan kondisi pasar yang sangat beragam mengharuskan pelaku bisnis untuk memiliki cara-caranya sendiri agar kegiatan pemasaran dan iklannya mendapati perhatian dan konversi maksimal. Dan kenyataannya tidak semua pebisnis memiliki kecakapan tersebut, dan kelas-kelas ala digital marketing membutuhkan biaya dan waktu yang relatif panjang.
Dari permasalahan tersebut kemudian munculah terminologi advertising technology (adtech) dan marketing technology (martech). Pada dasarnya kedua inovasi teknologi tersebut ditujukan untuk memudahkan pebisnis dalam merencanakan, merancang, mengeksekusi, dan mengukur kegiatan pemasaran dan iklan yang dilakukan agar lebih tepat sasaran dan efektif. Peran teknologi di dalamnya membantu pelaku UMKM dalam melakukan pemasaran digital modern.

Cakupannya dapat dimulai dari aspek yang paling dasar, misalnya, di tahap perencanaan. Teknologi seperti kecerdasan buatan dapat membantu pebisnis menentukan kanal pemasaran yang efektif didasarkan pada tipe bisnis dan persona konsumen yang ingin disasar. Atau di tingkat eksekusi inovasi ala omnichannel yang dapat memudahkan pebisnis dalam mengelola iklan digital di berbagai kanal dalam satu dasbor terpusat.

Melalui berbagai kanal pemasaran tersebut, industri UMKM dapat menerapkan beragam solusi kreatif tersebut dalam bisnis mereka. Mengingat menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga kini, tercatat lebih dari 60 juta pelaku UMKM, sayangnya hanya sebesar 8 persen jumlah pelaku UMKM yang baru mengadopsi digital. Melihat jumlah tersebut potensi masif jelas terpampang lebar, terlebih pada kebutuhan mendorong industri UMKM lewat pemasaran digital.

Untuk menyambut potensi tersebut, inovator di bidang teknologi mesti mampu melihat celah yang dapat dimanfaatkan untuk sama-sama bertumbuh. Dalam mendukung modernisasi pemasaran digital, salah satu operator telekomunikasi terbesar di Indonesia, Telkomsel menyelenggarakan Digihackaction, sebuah wadah kolaboratif di bidang teknologi yang menargetkan lahirnya inovasi baru di bidang advertising technology dan juga marketing technology, untuk mendukung industri UMKM lewat pemasaran digital.

Guna merealisasikan ide ataupun solusi yang Anda miliki untuk UMKM Indonesia, Telkomsel DigiAds, Tinc, berkolaborasi dengan DailySocial.id dalam membuka kesempatan tersebut melalui program hackathon Digihackaction 2021, yang menjadi perhelatan hackathon pertama di Indonesia pada bidang pemasaran digital modern. Program tersebut memberikan peluang bagi para inovator yang memiliki ide untuk memperkuat UMKM melalui berbagai kanal pemasaran digital, yang bisa diaplikasikan langsung oleh para pelaku usaha mikro.

Inovasi yang dapat Anda tawarkan dalam bidang ini sangat terbuka lebar. Misalnya saja, jika Anda memiliki ide untuk mengkombinasikan omnichannel dengan permasalahan di dunia periklanan, Anda dapat mengimplementasikannya ke dalam inovasi Digital Advertising Omnichannel. Inovasi lain yang mungkin dapat menjadi inspirasi, Anda bisa mencoba di ranah analisis data bagi industri periklanan, dengan mengkombinasikan fungsi Business Intelligence untuk ranah marketing yang akan menghasilkan strategi pemasaran berbasis data. Masih banyak lagi inspirasi dan inovasi lainnya yang dapat Anda telusuri untuk menghasilkan solusi di dunia pemasaran digital. Ranah seperti SEO, programmatic ads, hingga Software-As-A-Service (SaaS) juga dapat Anda jajaki.

Setiap orang maupun tim bisa mendaftarkan lebih dari satu ide di Digihackaction. Yang nantinya akan diimplementasikan untuk mengembangkan industri UMKM, sekaligus Anda juga berkesempatan untuk mengembangkan prototype tersebut menjadi sebuah startup yang bisa dibangun ke depannya, dibantu dengan teknologi yang didukung oleh Telkomsel DigiAds dan Tinc, serta berkesempatan mendapatkan pendanaan dari Telkomsel.

Tidak hanya itu, Telkomsel DigiAds dan Tinc menyediakan akses API sandbox berupa, API ‘Adtag’ dan ‘Adscript’ yang dapat dimanfaatkan para pengembang sebagai “playground” atau “testing environment” untuk menghasilkan prototipe (purwarupa) terkait solusi bagi AdTech dan juga MarTech. Secara teknis, akses API ini akan diberikan secara eksklusif bagi peserta Digihackaction yang berhasil memasuki fase 100 besar. Keuntungan lain yang akan didapatkan oleh para peserta adalah memperluas network bisnis startup bersama Telkomsel DigiAds, Tinc, dan jejaring mereka, hingga mendapatkan kesempatan hadiah ratusan juta rupiah.

Untuk bisa mengikuti program hackathon ini, para peserta diminta untuk mengisi formulir registrasi yang ada di laman resmi Digihackaction 2021. Peserta bisa mendaftarkan diri secara perseorangan maupun tim dan mendaftarkan beragam ide yang berbeda dengan formulir yang berbeda. Bagi Anda yang belum memiliki link video bisa melewati persyaratan tersebut dan melanjutkan mengisi kolom yang tersedia. Sedangkan untuk contoh portofolio bisa diunduh dan mengikuti template yang telah disediakan oleh panitia.

Advertorial ini didukung oleh Digihackaction

Perkuat Sinergi, Payfazz dan Credibook Luncurkan Aplikasi “Payfazz Buku”

Payfazz didukung oleh Credibook meluncurkan aplikasi Payfazz Buku. Ini merupakan aplikasi pencatatan keuangan digital yang bisa diakses melalui smartphone berbasis Android secara gratis. Layanan dasarnya meliputi pencatatan transaksi, utang dan piutang, serta pembayaran kebutuhan usaha antarbank.

Payfazz Buku juga dilengkapi dengan berbagai fitur lain yang dapat membantu UMKM mengelola keuangan usahanya, seperti: pencatatan penjualan dan stok produk, laporan penjualan, manajemen hutang yang mencakup pencatatan, penagihan, terima pembayaran, hingga kartu nama digital yang mendukung sarana promosi pelaku usaha.

“Payfazz Buku itu hybrid antara software akunting Credibook dan software transaksi Payfazz. Diluncurkan untuk menjangkau segmen pasar bisnis yang lebih luas, bahkan bisnis non warung sekali pun,” kata Co-Founder & CEO Payfazz Hendra Kwik kepada DailySocial.

Saat ini ada lebih dari 250 ribu agen aktif Payfazz yang tersebar di seluruh Indonesia. Pertumbuhan jumlah agen yang bergerak ke arah positif menjadi peluang dalam merangkul lebih banyak UMKM ritel memanfaatkan aplikasi Payfazz Buku demi mempermudah pencatatan keuangan usaha sehari-hari. Aplikasi Payfazz Buku merupakan aplikasi yang terpisah dari Payfazz.

“Sebagai perusahaan rintisan asli Indonesia, kami ingin lebih banyak UMKM go-digital. Lewat Payfazz Buku, kami memfasilitasi pelaku UMKM masuk ke ekosistem digital dengan mudah melalui pencatatan keuangan usaha berbasis digital,” kata Co-Founder & CEO CrediBook Gabriel Frans.

Layanan serupa Payfazz Buku sebenarnya juga berkembang pesat akhir-akhir ini, dengan BukuWarung dan BukuKas sebagai pemimpin pasar — bersaing langsung dengan Credibook. Selian itu juga ada startup lokal lainnya yang mengembangkan aplikasi serupa, mulai dari Moodah, Lababook, Temanbisnis, hingga Akuntansiku.

Sinergi berkelanjutan Payfazz dan Credibook

Sebagai platform yang mengoperasikan jaringan agen keuangan digital di Indonesia untuk mendistribusikan layanan keuangan, Payfazz telah meluncurkan beberapa produk yang bisa dimanfaatkan oleh pelaku UMKM. Salah satunya adalah Warung Online, memungkinkan pesanan dari pelanggan dapat langsung tercatat di aplikasi Payfazz.

Awal tahun 2021 Payfazz juga dikabarkan telah mengucurkan investasi strategis terhadap startup payment gateway asal Singapura Xfers. Aksi strategis membawa Xfers menjadi bagian dari entitas Fazz Financial Group (FFG) untuk bersama-sama mencapai misi dalam menyediakan inklusi keuangan di seluruh Asia Tenggara. Di bawah Fazz Financial, juga terdapat platform p2p lending Modal Rakyat.

“Kami pilih segmen wholesale dan retail karena UMKM non-pertanian di Indonesia terbanyak bergerak di bidang ini, sekitar 46%, atau ada lebih dari 10 juta pelaku. Jumlahnya besar sekali. Ada potensi ekonomi di sana dan yang terpenting ini sejalan dengan visi kami melakukan pemberdayaan dan digitalisasi pada sebanyak mungkin UMKM,” terang Gabriel.

Application Information Will Show Up Here

Gayo Capital Announces Two New Portfolios, Alatté Beauty and PasarMIKRO

The venture company under Ideosource, Gayo Capital, officially announced seed funding for two of its newest portfolios, Alatté Beauty and PasarMIKRO. Gayo Capital is reluctant to mention the exact investment value the two have received. However, Alatté Beauty is said to have secured around $100- $500 thousand, while PasarMIKRO around $500 thousand – $1 million.

Gayo Capital’s Co-founder & Managing Partner, Ishara Yusdian said the two portfolios are in line with the company’s vision to provide “impact investment”. He also prepared a business roadmap to encourage future business growth for both of them.

“We are impact investors. Therefore, we incubate first, give mentoring and pre-seed rounds before the product launches. Once launched, we entered as investors for the seed round,” Ishara said in an interview with DailySocial.

Thus, Gayo Capital has nine portfolios now, including in the agricultural segment (Lampung Cocoa Farmers, Inacom, Tunas Farm, PasarMIKRO, AGRetail & AGLogistics), waste management (WLabku, DAUR), and lifestyle (Alatté Beauty and Foom).

Alatté Beauty’s development

Throughout 2020, Gayo Capital saw a trend of increasing sales of beauty products during the pandemic. Moreover, his team began to conduct various researches in Q2 2020 and found that the average local cosmetic brand is still using the retail business model. In order to invest in this sector, Ishara said he wanted to find a business model that could have a broad impact.

He said, Alatté met Gayo Capital’s criteria. With a reseller-based business model, he believes Alatté can have a broad impact, especially for MSMEs in Indonesia. In contrast to most retail cosmetic brands, which are considered to require large capital to become a reseller. In fact, there is no assistance regarding selling, engagement, and transformation to digital selling.

“After our exploration, we found that Alatté has a different model from other brands, partnering with individuals and MSMEs. Think about resellers, such as the Oriflame [model]. Therefore, Alatté prepared the whole thing, the reseller will make sales and they will receive coaching, starting from the framework, marketing, and going to the market. Indirectly, Alatté is one of the medium to increase the GDP contribution from MSMEs,” he explained.

Ishara said, Alatté has achieved organic growth. Moreover, Alatté’s focus in 2021 is to fully increase sales figures through digital platforms, such as Tokopedia and Shopee. In 2022, Alatté will expand to offline stores, such as Watson, Sephora, Sociolla, and Metro.

Next, in the following year, then Alatté will enter into innovation development. One of the use cases that is currently being prepared is the development of face recognition to provide a virtual experience for buyers of Alatté cosmetic products.

“it’s currently on trial. But, we’ll be able to launch it if we have a significant number we can get. Therefore, it depends on the reseller in the area. Alatté’s equity value is different from other brands. The sales forecast seems very close . For example, when the equity value has been built, we want to make Alatté the first local cosmetics brand to be IPO,” he said.

Farmer’s financing facility

Next, the PasarMIKRO, this platform is prepared to synergize with existing portfolios in agriculture, Lampung Cocoa Farmers (PKL) and Inacom. Ishara revealed, PasarMIKRO  has provided financing facilities to more than 50 farmers. This year, his team targets to provide access to finance to 200 farmers in Indonesia.

In a general note, PasarMIKRO provides financing facilities for upstream farmers with risk profiling in accordance with POJK. Ishara assessed that farmers and ranchers in the regions have the ability to supply their crops to large retailers, such as Carrefour and Giant. However, this is considered difficult without the help of middlemen.

“PasarMIKRO has a business model similar to Investree P2P, only it is channeled into the captive market, including farmers and breeders. PasarMIKRO also provides facilities where farmers can trade their crops to agri food companies, such as Japfa Comfeed,” he added.

Target in 2021

During this year, Gayo Capital is preparing some other plans. Ishara revealed that his team would collaborate with the International Design School (IDS) and state-owned subsidiary PT INTI to prepare digital-based learning content. He said, the pre-employment market potential is huge, especially after Lebaran.

As a general note, IDS is owned by Andi Boediman, who is also a Managing Partner at Ideosource. Gayo Capital will announce a new portfolio in the third quarter, a Singapore-based insurtech platform, Ocktolife.

In addition, the company will launch three incubation programs this year. First, Start Camp Asia which aims to consolidate and integrate the MICRO Market with the existing portfolio. Second, Codiac for the integration and collaboration of AGRetail & AGLogistics with external parties.

Third, PILAR, the program that prepares leadership assistance for its portfolio, most of which are from agricultural verticals. “I think we have to have standards for those running the company. Currently, we are still providing one by one assistance,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Laporan DSInnovate: Dampak Ekonomi dan Sosial Pembiayaan UMKM Menggunakan “Fintech P2P Lending”

Kehadiran teknologi finansial (fintech) di Indonesia memberikan berbagai manfaat, terlebih saat kalangan undeserved dan unbankable masih banyak tersebar di berbagai wilayah. Tak terkecuali bagi pelaku UMKM, layanan fintech seperti peer-to-peer lending (p2p lending) memberikan opsi yang lebih mudah bagi mereka untuk mendapatkan akses pendanaan bantuan modal. Terlebih saat berbicara usaha berskala mikro, masih banyak yang belum tersentuh akses lembaga keuangan konvensional.

Fokus fintech untuk pemberdayaan UMKM menjadi penting, lantaran besarnya kontribusi terhadap perekonomian nasional. Data teranyar menyatakan sumbangsih UMKM mencapai 60% untuk PBD dan 97% untuk pembukaan lapangan kerja. Banyak gap yang coba dijembatani oleh fintech p2p lending, mulai dari akses yang lebih terjangkau lewat teknologi, sampai proses penilaian kelayakan kredit yang lebih bisa disesuaikan dengan kondisi pelaku UMKM.

Pandemi yang mulai terjadi di tahun 2020 juga memberikan turbulensi untuk pelaku bisnis di Indonesia secara umum, dan yang cukup terdampak signifikan adalah UMKM. Di situasi yang serba sulit tersebut, fintech p2p lending tetap memberikan banyak peran, salah satunya, menurut data AFPI per tahun 2020 ada total dana 74 triliun Rupiah yang disalurkan kepada pelaku UMKM, naik 27% dari tahun sebelumnya.

Untuk melihat lebih dalam tentang sejauh mana layanan fintech p2p lending memberikan dampak ekonomi dan sosial terhadap sektor UMKM, Modalku dan DSInnovate berkolaborasi melakukan riset bertajuk “Dampak Ekonomi dan Sosial Pembiayaan UMKM Menggunakan Fintech Peer-to-Peer Lending”. Terdapat lima bahasan utama yang dirangkum, meliputi:

  1. Gambaran umum pembiayaan UMKM
  2. Eksistensi Modalku dalam pembiayaan UMKM
  3. Profil demografi UMKM di Indonesia
  4. Pengalaman pembiayaan dari layanan konvensional atau sumber lainnya
  5. Rencana pembiayaan UMKM di masa depan

Ada banyak temuan menarik yang diungkap dalam laporan, salah satunya dari total responden yang mengikuti survei sebagian besar 50,29% menggunakan dana pinjaman untuk pembelian bahan baku usaha, selanjutnya untuk biaya operasional (19,14%). Selanjutnya kebanyakan pelaku usaha tersebut mendapatkan manfaat kelancaran arus kas, baik untuk pendanaan modal (25,1%) maupun tambahan stok barang (24,9%).

Unduh laporannya melalui tautan berikut: klik di sini.


Disclosure: DSInnovate bekerja sama dengan Modalku dalam pembuatan dan peluncuran laporan ini. Modalku merupakan salah satu platform fintech p2p lending yang fokus memberikan pembiayaan produktif untuk UMKM di Indonesia