Eksplorasi Potensi, Pasar, dan Manfaat Teknologi Web3 di Indonesia

Gelaran Nexticorn International Summit (NXC) 2022 akan segera berlangsung dalam waktu dekat di Nusa Dua, Bali. Masih berkenaan dengan Web3 sebagai tema besarnya, Chairman Nexticorn Rudiantara, Co-founder dan CTO WIR Group Senja Lazuardy, dan Head of Blockchain Solutions Metaverse Indonesia Aldi Raharja berdiskusi tentang potensi, manfaat, dan eksplorasi use case. 

Web3 dikatakan dapat memberikan peluang untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Selengkapnya, berikut rangkuman sesi webinar Nexticorn International Summit 2022 bertajuk “The Rise of Web3 Startups and Initiatives”.

Potensi baru

Co-founder & CTO WIR Group Senja Lazuardy meyakini Web3 akan menjadi game changer yang akan mengubah cara manusia mengakses sebuah informasi. Sejalan dengan perkembangan teknologi imersif, seperti Metaverse. Dengan AR/VR, manusia juga dapat berkomunikasi dengan cara interaktif dan personalisasi diri dalam bentuk avatar di masa depan.

Web3 memiliki konsep terdesentralisasi, data dapat terdistribusi secara luas, tetapi tercatat dan terstruktur. “Kalau tidak mencoba [mengeksplorasi Web3], kita tidak akan bisa menilai apakah ini bermanfaat atau tidak. Teknologi itu dibuat untuk mempermudah kehidupan atau aktivitas sehari-hari,” ujarnya. 

Sementara menurut Head of Blockchain Solutions Metaverse Indonesia Aldi Raharja, ada beberapa potensi baru yang muncul dengan implementasi Web3. Ia mencontohkan, profesi arsitektur bisa saja tidak berlaku di dunia nyata, tetapi dapat diterapkan secara estetika keilmuan di Metaverse.

Selain itu, memang banyak prediksi sejumlah jenis pekerjaan akan hilang di masa depan seiring berkembangnya teknologi. Namun, teknologi-teknologi baru di era Web3 justru dapat memunculkan jenis pekerjaan baru.

“Jika bicara kemunculan internet cepat pertama kali, adopsi masal pasti akan mengalami resistansi. Itu selalu terjadi. Saya yakin kesiapan kita mengadopsi teknologi baru akan lebih cepat dengan perkembangan informasi saat ini,” ujarnya.

Saat ini, pelaku industri tengah mengeksplorasi use case yang tepat bagi pasar Indonesia. Tentu ini menjadi tantangan signifikan bagi pelaku industri mengingat belum banyak yang memahami fundamental Web3. Namun, saat ini use case paling besar dan dapat dimonetisasi dengan cepat di ranah Web3 adalah game.

Ownership menjadi kata kunci pada Web3 sehingga memungkinkan pengguna untuk memiliki, tidak hanya membaca sekadar informasi. Salah satunya melalui Blockchain. Teknologi ini juga memungkinkan transaksi dari orang ke orang karena tidak ada perantara,” ujarnya.

Blockchain juga mengurangi risiko kehilangan data karena konsepnya terdesentralisasi. Ada banyak use case yang dikembangkan di sejumlah sektor industri, seperti finance, insurance, hingga healthcare.

Mencetak startup Web3

Chairman Nexticorn Rudiantara menilai tren Web3 yang tengah berkembang saat ini menjadi momentum untuk mempersiapkan diri. Di samping itu, saat ini belum banyak perusahaan di Indonesia yang sudah melantai di bursa saham dan bergerak pada pengembangan teknologi imersif.

Melalui ajang Nexticorn, pihaknya berharap dapat menghubungkan startup berkualitas dengan para investor sehingga dapat mendorong valuasi dan mencetak generasi perusahaan Web3 selanjutnya.

“Kami selalu berkomunikasi dengan Venture Capital (VC) dan mereka menunjukkan minatnya terhadap Web3. Dengan Nexticorn ini, cita-cita kami adalah dapat memiliki 25 startup unicorn, salah satunya berbasis Web3 pada 2025. Kita butuh perusahaan seperti WIR karena pasar Indonesia masih sangat luas,” ungkapnya.

Di samping itu, sebagaimana disampaikan Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraannya beberapa waktu lalu Indonesia perlu mencetak startup-startup unicorn baru untuk memastikan agar UMKM dapat menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi digital.

“Kita harus segera bersiap, apalagi Indonesia akan mengalami puncak demografi di 2032. Dalam sepuluh tahun ke depan, baik pelaku industri maupun pemerintah harus bergerak cepat. Jangan pernah meremehkan ekonomi digital yang memanfaatkan ICT, karena pertumbuhannya eksponensial, bukan linier,” ujarnya.

Berdasarkan laporan Google, Temasek, dan Bain & Company, nilai ekonomi digital di Indonesia pada 2021 mencapai $70 miliar dan termasuk tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Nilai ini diproyeksi menembus angka $146 miliar pada 2025.

Pelaku Industri, Akademisi, dan Pemerintah Bicara Masa Depan Talenta Digital

Pada acara “Peringatan 40 Tahun Pendidikan Informatika” yang diselenggarakan Ikatan Alumni Informatika (IAIF) ITB, para pemangku kepentingan (stakeholder) yang diwakili dari sektor industri, akademisi, dan pemerintah duduk bersama dan berdiskusi terkait masa depan talenta digital di Indonesia.

Dalam sambutannya Wakil Dekan Akademik STEI ITB Saiful Akbar menyoroti tentang bagaimana Indonesia dapat menghasilkan kualitas dan mutu talenta sesuai bidang lulusannya.

“Ini menjadi pertanyaan utama. Kebutuhan terhadap talenta besar, tetapi upaya untuk menumbuhkembangkan talenta mungkin tidak banyak. Informatika adalah disiplin ilmu yang tidak butuh kewarganegaraan, dari mana saja bisa didapatkan,” ujar Saiful.

Isu perihal ketimpangan talenta digital, baik dari sisi jumlah maupun kemampuan, bukanlah sebuah topik baru. Sejak bertumbuhnya ekonomi digital di tanah air, para stakeholder telah lama menyuarakan isu tersebut. Terlebih Indonesia diprediksi menjadi pasar ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara. Langkah untuk memperkecil gap tersebut harus segera dilakukan.

Berdasarkan riset di 2019, Indonesia diperkirakan butuh 9 juta talenta digital di 2030 atau menghasilkan 600 ribu talenta per tahun. Di samping itu, Indonesia diprediksi mendapat bonus demografi, yakni 70% dari total jumlah penduduk berada dalam usia produktif di 2045. Kelompok usia produktif ini akan menjadi motor penggerak ekonomi negara.

Yang menjadi tantangan adalah jumlah tenaga kerja di usia produktif dinilai tidak seimbang dengan tingkat kualitas tenaga kerja, terutama di bidang teknologi. Padahal, Indonesia tengah ‘asyik’ mengecap akselerasi digital.

Sebagai gambaran tambahan, mengutip iNews, lulusan sarjana IT di Indonesia dari ratusan perguruan tinggi maupun sekolah kejuruan program studi IT tak kurang dari 400 ribu orang setiap tahunnya. Mayoritas lulusan ini dianggap belum memenuhi kualifikasi SDM yang dibutuhkan industri.

Koordinator Startup Digital Kementerian Kominfo Sonny Hendra Sudaryana menambahkan bahwa pemerintah telah menjalankan perannya dengan tugas utama menghubungkan masyarakat di Indonesia. Pemerintah mendorong pelaku industri membangun infrastruktur jaringan, salah satunya lewat program Palapa Ring.

Dari sisi pengembangan kemampuan, pemerintah juga berupaya mengakomodasi kebutuhan ini melalui sejumlah inisiatif melalui program Digital Literacy Academy, Startup Studio, 1000 Startup, dan Digital Literacy National Movement.

Inisiatif ini diambil untuk memfasilitasi dan mengakselerasi peningkatan kemampuan talenta digital, dari tahap dasar, menengah, hingga lebih lanjut. “Ekonomi digital Indonesia terbesar di Asia Tenggara. Dalam beberapa tahun ke depan, kita akan punya 5G, mobil listrik, maupun metaverse. Jadi kita harus siap-siap mengingat perkembangan teknologi terus berubah,” ungkapnya.

Kolaborasi

Sementara itu, Country Engineering Lead Microsoft Indonesia Irving Hutagalung lebih menyoroti fenomena skill gap pada talenta digital di Indonesia. Menurutnya, isu ini tak kalah penting daripada sekadar terpaku pada kuantitas talenta digital.

Menurutnya, isu ini juga sudah lama disuarakan oleh para customer dan partner Microsoft di Indonesia, yang menuntut kualitas talenta yang lebih baik. “Sepuluh tahun setelahnya, saya masih mendapat masukan yang sama, jadi tidak ada yang berbeda. Lembaga pendidikan pasti akan tetap mencetak lulusan. Jadi, skill tetap perlu ditingkatkan. Ini belum bicara soal soft skill,” tambahnya.

Di samping itu, Irving juga menyoroti pentingnya keterlibatan industri untuk menjembatani skill gap antara lulusan kampus dan apa yang diharapkan perusahaan. Menurutnya, kurang tepat apabila kampus bertujuan untuk mencetak lulusan yang siap bekerja, tetapi justru menyiapkan pondasi cara berpikir yang benar.

“Saya melihat saat ini Indonesia masih berada di tahap mempertanyakan apa saja peran pemerintah terhadap isu ini. Bagi saya, industri harus terlibat secara aktif, tidak hanya berharap pada kampus untuk memperbaiki semua,” ungkapnya.

Salah satu upaya yang dilakukan Microsoft adalah melakukan kolaborasi dengan sejumlah pemangku kepentingan untuk meningkatkan kemampuan talenta digital, yakni corporate, universitas, digital natives, dan komunitas yang diharapkan dapat menjangkau golongan underserved.

Disclosure: DailySocial.id merupakan media partner acara Peringatan 40 Tahun Pendidikan Informatika

Upturn Bicara Debut Program Akselerator hingga Tesis Investasi

Startup Upturn resmi memulai program akselerator perdananya pada Mei 2022 lalu. Mengklaim pencapaian positif pada debut program ini, Co-founder dan Partner Upturn Riswanto berencana memperluas keterlibatannya di industri startup melalui kendaraan investasi baru.

Selain Riswanto, Upturn turut didirikan Ayunda Afifah dan Bharat Ongso. Sejak April 2022, pihaknya telah berganti nama dari sebelumnya “Tunnelerate”. Selain itu, Upturn kini beroperasi dengan entitas baru PT Upturn Akselerasi Nusantara dan telah menghentikan operasional pada entitas yang menaungi Tunnelerate. Perlu dicatat, Upturn merupakan startup untuk program akselerator, bukan pemodal ventura (VC).

Dalam wawancara dengan DailySocial.id, Riswanto bercerita singkat mengenai program akselerator, hipotesis, hingga rencana investasi startup. Ia juga mengungkap tengah melakukan perekrutan untuk mengisi posisi Managing Partner yang dapat mewakili Upturn jangka panjang.

Program akselerator

Alih-alih fokus terhadap alasan rebranding, Riswanto lebih menyoroti upaya Upturn untuk membantu mengakselerasi bisnis startup di Indonesia. Dengan posisinya saat ini, program akselerator menjadi langkah tepat untuk memfasilitasi founder ke sejumlah mentor, investor, dan jaringan yang dimiliki Upturn.

Sebagai gambaran, nilai ekonomi digital di Indonesia tercatat sebesar $70 miliar pada 2021 yang juga terbesar di Asia Tenggara. Angka tersebut diperkirakan dapat menembus $146 miliar pada 2025.

Upturn telah meluncurkan “Upturn Scale Program Batch I” pada 17 Mei 2022. Sebanyak 14 peserta terpilih dari 200 pendaftar untuk mengikuti kegiatan selama sepuluh minggu. Adapun, sekitar 15 mitra VC terlibat dalam kegiatan Demo Day. Melalui kegiatan Demo Day, pihaknya berupaya mendorong kesiapan peserta untuk memformulasikan pitch deck sehingga dapat menarik minat investasi bagi pengembangan bisnisnya.

Ke-14 peserta ini di antaranya adalah Jaramba, Flash Campus, Broiler X, Wiseree, Cari Mobil, Bengkel Mania, Bintang Kecil, Goritax, Kibble, Psikologimu, Rakamin Academy, Sgara, Stellar X, dan Belajar Lagi.

“Kami mendapat support dari Amazon Web Services (AWS), Xendit, GoWork, dan beberapa perusahaan tradisional yang ingin melakukan transformasi digital. [Melalui program ini] kami bantu startup untuk melakukan validasi [masalah],” ujarnya.

Tesis investasi

Saat ini, Upturn mengincar sektor agnostik. Namun, mengingat para Partner Upturn punya sejumlah core expertise tertentu, ada beberapa sektor yang dinilai masih potensial di Indonesia, seperti agriculture, aquaculture, dan fintech; selain sektornya besar, fintech berkembang dinamis.

Selain itu, Partner Upturn memiliki pengalaman karier kombinasi, yakni pernah bekerja di perusahaan tradisional dan startup. Hal ini menjadi nilai tambah untuk berfokus pada fundamental bisnis dan unit economics. “Kami tidak ingin berinvestasi karena takut tertinggal [tren]. Malah, peserta di Batch I rata-rata sudah profitable dan bootstrapping. Contoh, platform Belajar Lagi,” ungkap Riswanto.

Sekadar informasi, Riswanto merupakan angel investor di startup agritech Eratani. Ia dan Bharat Ongso memiliki pengalaman karier kuat di sektor IT dan fintech. Sementara itu, Afi memiliki pengalaman karier kuat pada bidang people dan culture.

“Menurut tesis kami, saat dunia sedang krisis, orang akan kembali ke [hal] dasar. Orang butuh makanan, infrastruktur seperti logistik, dan modal melalui fintech. Maka itu, Upturn menawarkan value pada product development [berdasarkan pengalaman karier] dan business network yang kami miliki,” tambahnya.

Pihaknya meyakini masih banyak founder potensial dan bisnisnya berjalan baik di Indonesia, tetapi tidak memiliki know-how yang cukup untuk mencari pendanaan ke VC. Alih-alih berinvestasi karena tren, ia ingin menekankan komitmennya untuk mencari startup yang memiliki produk yang betul-betul dipakai pengguna dan membangun sustainable business.

Not every shiny founder [dengan latar pendidikan dari universitas ternama] can create a successful business. Sebaliknya, not every non-shiny founder tidak bisa membangun startup yang bagus.”

Kendaraan investasi

Riswanto menekankan bahwa pihaknya ingin mengambil peran di industri digital melalui dua wadah berbeda. Maka itu, usai debut program perdananya ini, Upturn berencana mendirikan entitas baru yang berfungsi sebagai kendaraan investasi. Sementara, program akselerator angkatan kedua akan digelar pada tahun depan.

Ia berujar, rencana tersebut sejalan dengan feedback positif yang diterima dari program akseleratornya. “Kami dapat banyak exposure sehingga ada ajakan untuk kolaborasi. Ini menjadi sinyal positif karena artinya banyak yang mulai vertical-focused,” ujar Riswanto.

“Kami pikir startup yang sudah menjalankan program akselerator pasti ingin mencari pendanaan. Di Batch I, ada startup yang kami coba hubungkan ke investor, dan ada yang sudah closing,” ucapnya.

Dalam beberapa bulan ke depan, pihaknya akan mengeksplorasi model yang dinilai cocok dengan visi-misi Upturn. Ia mempertimbangkan investasi lewat model kemitraan dengan VC atau perusahaan digital, seperti Grab Velocity Ventures (Grab) atau Sembrani Wira (BRI Ventures).

Mekari Dorong Resiliensi Pelaku UMKM di Tengah Gejolak Ekonomi

Ajang tahunan Mekari Conference 2022 kembali digelar oleh startup pengembang SaaS untuk bisnis Mekari. Misinya kali ini adalah mengajak para pelaku UMKM di Indonesia untuk tetap resilient di tengah berbagai gejolak ekonomi yang baru.

Mekari Conference berupaya memfasilitasi para pemilik usaha yang ingin mentransformasi bisnisnya dengan menghubungkan mereka ke pelaku teknologi, investor, pakar keuangan dan HRD, hingga sektor pemerintahan.

“Untuk tetap resilient di situasi saat ini, penting bagi UMKM melakukan digital upskilling sehingga mereka tahu cara beradaptasi secara digital. Hal ini juga termasuk bagi UMKM di segmen unbanked untuk mempertimbangkan [adopsi] solusi fintech,” tutur COO Mekari Anthony Kosasih ditemui pada jumpa pers Mekari Conference, Kamis (11/8).

Saat ini, Mekari menawarkan solusi all-in-one di bawah brand Qontak (sales & support), Talenta (HR), Flex (HR), Jurnal (finance), dan Klikpajak (tax). Pihaknya mengklaim telah melayani lebih dari 600 ribu pengguna dan 35.000 bisnis di lebih dari 20 kota di Indonesia.

SMB Pulse Index

Pada ajang ini, Mekari sekaligus memaparkan risetnya bertajuk “SMB Pulse Index” yang menyoroti tiga tren terkait peran teknologi memperkuat resiliensi UMKM dalam menjaga pertumbuhan bisnis di masa pandemi.

Pertama, sebanyak 73% responden dari UMKM yang sudah go digital mengaku bisnisnya bertumbuh saat puncak pandemi di sepanjang 2021. Pergeseran perilaku belanja ke omnichannel atau online juga disebut telah membantu UMKM B2X yang sudah go digital kembali ke titik pertumbuhan positif.

Tren kedua, survei menunjukkan bahwa UMKM yang memakai solusi digital terintegrasi mencatat pertumbuhan 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan UMKM yang hanya menggunakan satu solusi saja.

SMB Pulse Index / Sumber: Mekari

Selain itu, UMKM yang menggunakan berbagai solusi digital (multi-tech adopter) di segmen B2B merekam pertumbuhan 1,54 kali dibandingkan UMKM B2B yang hanya memakai satu solusi saja (single-tech adopter). Di segmen B2C, UMKM multi-tech adopter mencatat pertumbuhan 1,51 kali dibandingkan UMKM single-tech adopter di segmen serupa.

Adapun, tren ketiga menunjukkan bahwa UMKM kini mengadopsi solusi cloud yang dinilai agile dan scalable pada platform di mana solusi-solusi ini dapat berjalan alias menjadi ekosistem digital terpadu.

Ekspansi fintech

Ditanya lebih lanjut mengenai ekspansi Mekari ke layanan fintech, Anthony mengungkap bahwa pihaknya kini tengah menyiapkan produk pinjaman usaha (merchant financing). Pihaknya masih berdiskusi dengan mitra penyalur pinjaman, baik dari bank dan non-bank) untuk memberikan merchant financing.

Sebagai informasi, sebelumnya Mekari sudah masuk ke layanan fintech lewat Mekari Flex yang merupakan platform Earned Wage Access (EWA).

“[Produk fintech yang disiapkan] bukan lending yang terkait dengan consumer. Kalau untuk merchant, saat ini masih in the works. Contoh [use case] adalah working capital atau supply chain financing. Di Jurnal, akan ada semacam add-ons, atau bisa jadi produk baru,” ujarnya.

Berdasarkan pantauan DailySocial.id, layanan pinjaman usaha yang dimaksud, telah diperkenalkan melalui brand Mekari Capital. Namun, tampaknya Mekari Capital belum diluncurkan secara resmi. Dari sumber yang kami himpun, Mekari Capital menawarkan pinjaman bisnis dengan persetujuan dalam 1 hari setelah data tervalidasi. Limit yang ditawarkan berkisar Rp100 juta-Rp1 miliar dengan tenor 1-12 bulan.

“Realisasi akan bertahap karena kami harus berdiskusi dengan bank atau lembaga non-bank. Bagaimana caranya make it available secara mudah. Pengguna Mekari sudah submit data ke platform, tinggal bagaimana kami olah data dan mereka bisa apply secara seamless.” Tutupnya.

Disclosure: DailySocial.id merupakan media partner Mekari Conference 2022

Startup SaaS Akuntansi Delegasi Dikabarkan Peroleh Pendanaan Awal

Startup Saas pembukuan digital Delegasi dikabarkan memperoleh pendanaan awal (seed) dengan BEENEXT menjadi salah satu investor di putaran ini. Delegasi merupakan salah satu peserta Y Combinator batch S22.

Delegasi merupakan startup SaaS di bidang akuntansi. Berasal dari Bandung, platform ini didirikan tiga lulusan ITB, yakni Adrian Maulana, Anshorimuslim (Ans) Syuhada, dan Yudha Okky Pratama.

Mengutip dari berbagai sumber, para founder berupaya mengatasi masalah klasik yang kerap dialami para pemilik bisnis, seperti keterbatasan SDM dan minim pengetahuan terhadap akuntansi. Dari survei yang mereka lakukan, banyak pemilik bisnis telah membayar biaya langganan solusi semacam ini selama setahun, tetapi berhenti pada 1-2 bulan pertama. Menurut responden, perangkat lunak akuntansi yang ada dinilai terlalu kompleks bagi mereka yang tidak memiliki pengetahuan pada hal ini.

Startup ini mengembangkan virtual financial assistant berbasis AI yang dapat membantu pemilik usaha F&B untuk melakukan pencatatan keuangan. Pemilik bisnis cukup mengunggah struk, seperti nota belanja, mutasi rekening, dan stock opname via Telegram.

Sistem akan melakukan input, pencatatan, dan analisis yang menghasilkan tiga jenis laporan keuangan, yakni laba rugi, arus kas, dan neraca. Solusi ini diklaim dapat menghemat biaya tiga kali lebih terjangkau sehingga pemilik bisnis dapat fokus terhadap operasional dan tidak perlu merekrut karyawan.

Pasar SaaS

Saat ini pelaku UMKM memiliki banyak opsi yang dapat membantu mereka memudahkan kegiatan operasional. Sudah banyak startup di Indonesia yang mengembangkan produk, seperti pencatatan keuangan digital, cloud, hingga POS.

Mekari termasuk startup SaaS yang terbesar di Indonesia, menawarkan berbagai produk untuk meningkatkan produktivitas pegawai dan bisnis. Terakhir, Mekari mengakuisisi platform pengembang layanan CRM Qontak.

Selain itu, ada pula Credibook dan BukuWarung yang juga mengembangkan solusi pencatatan keuangan digital bagi pelaku UMKM. Kemudian, Qasir yang membidik pasar merchant untuk aplikasi POS.

Mengacu data Kementerian Koperasi dan UKM, baru ada 19 juta UMKM yang masuk ke ekosistem digital per Mei 2022. Angka tersebut masih jauh dari target 30 juta UMKM go digital di 2024. Adapun, total omzet UMKM yang sudah go digital telah mencapai Rp500 triliun-Rp600 triliun.

Bank Jago Umumkan Sinergi dengan GoBiz, Bantu Kelola Keuangan Mitra Merchant

PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) dan GoTo Group kembali melanjutkan kolaborasi strategisnya pada ekosistem layanan keuangan GoTo Financial. Bank Jago mengumumkan sinerginya dengan platform untuk mitra usaha GoBiz.

Sebelumnya Bank Jago dan GoTo telah mengintegrasikan sejumlah layanan di GoPay. Di antaranya, pembukaan rekening, opsi pembayaran di Gojek, serta mengintegrasikan GoPay ke dalam fitur Kantong/Pocket di Bank Jago.

Sebagai informasi, GoTo Financial saat ini memiliki lisensi di e-wallet, e-money, P2P, multifinance, hingga payment gateway. GoTo Financial menaungi GoPay, GoBiz, Moka, hingga GoStore. Adapun, GoBiz (GoFood, GoPay, dan GoKasir) menawarkan one-stop-solutions untuk membantu pemilik usaha mengelola bisnisnya.

“Sinergi ini menandai langkah perusahaan untuk berperan aktif mengakselerasi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia, khususnya bagi segmen UMKM, ritel, dan mass market,” ungkap Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar.

Sinergi ini juga berangkat dari riset yang dilakukan Bank Jago terkait pain point pemilik usaha. Mereka menemukan bahwa pemilik usaha memiliki terlalu banyak rekening dari bank berbeda, kesulitan mengelola dana, dan minim akses terhadap pinjaman usaha.

Untuk tahap awal, Bank Jago mengintegrasikan pembukaan rekening dan fitur Kantong/Pocket ke aplikasi GoBiz. Proses onboarding juga tidak lagi melewati verifikasi dengan KTP dan video call.

Selain itu, dalam waktu dekat Bank Jago juga akan merilis fitur yang memungkinkan pengguna GoBiz mencairkan dana di hari sama. Tak menutup kemungkinan, Bank Jago akan memberikan pinjaman kepada pengguna GoBiz ke depannya. Saat ini, GoTo Group memiliki 15,1 juta mitra usaha.

Merchant UMKM

Head of Merchant Business Bank Jago Vincent C. Soegianto menuturkan saat ini merchant GoBiz banyak berasal dari UMKM di segmen F&B. Menurutnya, kebutuhan finansial pada merchant di skala ini belum ter-capture sepenuhnya dibandingkan merchant skala besar (enterprise) yang sudah banyak diakomodasi oleh bank.

“Sinergi Bank Jago dengan GoTo akan berjalan bertahap karena Gojek dan Tokopedia punya banyak ekosistem yang kebutuhan dan segmennya berbeda-beda. Ini saja kami baru masuk ke individual [UMKM], belum ke merchant yang sudah punya PT,” tutur Vincent usai acara.

Ekosistem digital GoTo / Sumber: IndoPremier

Berdasarkan riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia pada 2021, pelaku UMKM menyebutkan bahwa kemitraan dengan GoFood memberi manfaat terhadap pengelolaan operasional melalui aplikasi GoBiz.

Sekitar 75% mitra merchant GoFood menganggap biaya komisi yang dikenakan sepadan dengan manfaat yang didapatkan, yakni fitur untuk mengelola bisnis, promosi, dan akses terhadap konsumen. Kemudian, 90% mitra merchant GoFood merupakan pemilik usaha mikro dan 34% adalah first-time entreprenuer yang baru bergabung saat pandemi Covid-19.

Paxel Kantongi Pendanaan Seri C Sebesar 340 Miliar Rupiah

Startup logistik Paxel mengantongi pendanaan seri C sebesar $23 juta atau lebih dari 340 miliar Rupiah. Putaran keempat ini disuntik PT Astra Digital Internasional (ADI), Central Capital Ventura (CCV), MDI Ventures, Susquehanna International Group (SIG), Endeavour Catalyst, FJ Labs, dan PT Amsaka Investama Sejahtera.

Paxel sebelumnya memperoleh pendanaan seri B senilai $9,4 juta atau setara Rp134,7 miliar Rupiah pada Maret 2022 yang dipimpin MDI Ventures, serta partisipasi dari SIG, PT Luminary Media Nusantara, Bamboo Gold Services, dan Galilee Capital Ventures.

Dalam keterangan resminya, Presiden Direktur Astra Djony Bunarto Tjondro mengatakan investasi ini sejalan dengan upaya perusahaan mempercepat transformasi digital melalui produk dan layanan inovatif. “Kami telah memiliki digital roadmap untuk memetakan perkembangan digitalisasi yang relevan dengan bisnis dan peningkatan kompetisi dan kemampuan digital Grup Astra,” tuturnya.

Presiden Direktur CCV Armand Widjaja menambahkan, saat ini pihaknya telah memperluas fokus investasi ke embedded finance, seperti logistik dan commerce, tak hanya fintech. Ia meyakini pertumbuhan bisnis Paxel akan memberikan dampak besar kepada industri UMKM di Indonesia.

Berdiri di 2017, Paxel menawarkan sejumlah layanan logistik yang membantu pelaku UMKM untuk melakukan pengiriman barang melalui Paxel sameday delivery, smart locker PaxelBox. PaxelBig, PaxelMarket, dan layanan jemput-kelola sampah ecommerce PaxelRecycle. 

Per Juni 2022, Paxel tercatat telah melayani lebih dari 2000 UMKM, 2 juta pengguna, dan mengirimkan lebih dari 17 juta paket dengan klaim tingkat ketepatan waktu di atas 98%. Jangkauannya meliputi 11 provinsi di 86 kabupaten/kota, 589 kecamatan dan 4.846 Desa di Pulau Jawa, Bali, Sulawesi, dan Sumatera.

Ekspansi pasar

Lebih lanjut, pendanaan ini akan dimanfaatkan untuk memperluas jangkauan operasional Paxel ke luar Pulau Jawa, serta memperkuat last mile dan fulfillment cold chain untuk melayani segmen B2C dan B2B. Pihaknya juga akan memperkuat SDM dan teknologi demi mencapai sustainability growth.

Di samping itu, pendanaan ini akan membuka pintu kolaborasi pengembangan layanan Paxel terhadap jaringan ekosistem raksasa yang dimiliki Astra, Telkom, dan BCA.

Paxel mengklaim dalam empat tahun terakhir telah mengantongi pertumbuhan pendapatan dan pengguna masing-masing sebesar 240% dan 176% per tahun. Selain itu, gross margin juga disebut tumbuh 3,6 kali dan menjadi positif pada kuartal ketiga 2020.

Industri logistik di Indonesia merupakan salah satu penyumbang PDB nasional terbesar dan terus tumbuh selama pandemi. Situasi lockdown memicu konsumen dan pelaku bisnis mencari alternatif untuk mendistribusikan produk ke konsumen, terutama di sektor F&B. Kami melihat Paxel memiliki solusi di bidang ini dan telah membangun infrastruktur yang memungkinkan pengiriman cepat.” ujar Managing Partner MDI Ventures Kenneth Li.

Industri logistik

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) di kuartal III 2021, Supply Chain Indonesia (SCI) memperkirakan sektor logistik dapat menyumbang Rp699,1 triliun terhadap PDB atau tumbuh 1,08% (YoY) di 2022

Chairman SCI Setijadi memproyeksikan kinerja sektor logistik, baik transportasi, pergudangan, dan kurir, membaik di sepanjang 2022. Pertumbuhan sektor ini akan didorong utamanya oleh sektor pengolahan, terutama non-migas, diikuti oleh sektor pertanian, perikanan, hingga perdagangan. Pada 2021, industri pengolahan non-migas disumbang sebagian besar dari industri makanan dan minuman (38,4%), kimia dan farmasi (11,4%), barang logam dan elektronik (8,7%), alat angkut 8,4%, serta tekstil dan pakaian 6,1%.

Sekretaris Jenderal Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI) Akbar Djohan menambahkan, pertumbuhan industri logistik dalam negeri di 2022 akan dikerek dari dua sektor; (1) pasar yang telah terintegrasi dengan teknologi digital dan (2) logistik yang bersifat penting dan menjadi komoditas utama untuk mendongkrak penerimaan negara.

Application Information Will Show Up Here

GoTo Alihkan Aset Motor Listrik Senilai 23,6 Miliar Rupiah ke Electrum

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) melalui anak usaha PT Rekan Anak Bangsa (RAB) melepas aset motor listrik, perlengkapan baterai, dan merek dagang senilai 23,6 miliar Rupiah kepada PT Energi Kreasi Bersama (EKB). 

Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, RAB dan EKB menandatangani jual-beli aset yang terdiri dari 251 unit kendaraan sepeda motor listrik Smartscooter Gogoro 2 Plus dan 502 unit perlengkapan kendaraan baterai sepeda motor listrik Smartscooter Gogoro 2 Plus pada 29 Juli 2022.

Manajemen GoTo mengungkap telah mempertimbangkan langkah ini sesuai pengembangan usaha masing-masing. Pihaknya menilai pengelolaan serta pengembangan usaha perdagangan aset sepeda motor listrik, perlengkapan baterai, dan merek dagang lebih optimal dikelola oleh EKB.

“Perusahaan akan mendapat manfaat secara tidak langsung, yakni portofolio melalui perolehan dividen yang diterima perusahaan dari EKB di masa mendatang. Hal ini mengingat GoTo melalui RAB memiliki 38.875 saham atau mewakili 50% dari total modal ditempatkan dan disetor EKB,” demikian pernyataan manajemen GoTo.

Seperti diketahui, PT Energi Kreasi Bersama (Electrum) merupakan perusahaan patungan (JV) kendaraan listrik roda dua yang didirikan oleh PT TBS Energi Utama Tbk (IDX: TOBA) dan Grup Gojek (sebelum IPO) pada November 2021. Sebagai komitmen awal, nilai investasi yang dikucurkan sebesar $10 juta dari total $1 miliar dalam lima tahun ke depan.

Ramai proyek kendaraan listrik

Sejak beberapa tahun terakhir, perusahaan teknologi dan energi hingga pemodal ventura ramai-ramai menggarap proyek kendaraan listrik. Hal ini untuk mendukung upaya pemerintah menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi kendaraan listrik di Asia Tenggara dengan target produksi 600 ribu mobil listrik dan 2,5 juta sepeda motor listrik pada 2030.

DailySocial.id mencatat sejumlah inisiatif hijau ini datang dari model kemitraan. Misalnya, PT Indika Energy Tbk (IDX: INDY) bersama Alpha JWC Ventures dan Horizons Ventures mendirikan perusahaan patungan Ilectra Motor Group (IMG) dengan total investasi sebesar $15 juta.

Kemudian, NFC Indonesia menggandeng SiCepat untuk mendirikan PT Energi Selalu Baru (ESB) yang akan difokuskan pada distribusi sepeda motor listrik, penukaran baterai, dan layanan pendukung lain. Bahkan Grab telah memulai inisiatif ini sejak 2019 dengan mengembangkan ekosistem kendaraan listrik secara bertahap yang dimulai dari kawasan Jabodetabek.

Bicara pengembangan kendaraan listrik, baterai merupakan komponen yang memakan 35% dari biaya produksi. Meningkatnya kebutuhan baterai kendaraan listrik akan mendorong perannya dalam rantai pasok industri di skala global. Apalagi Indonesia memiliki posisi kuat sebagai pemilik cadangan nikel terbesar di dunia, dan cadangan bahan baku primer, seperti cobalt, mangan, dan aluminium masih tinggi.

Berdasarkan laporan Deloitte, pertumbuhan tahunan global pada kendaraan listrik mencapai 29% dalam sepuluh tahun ke depan. Total penjualan kendaraan listrik dari 2,5 juta di 2020 diperkirakan meroket ke angka 11,2 juta di 2025 dan 31,1 juta di 2030.

Application Information Will Show Up Here

Founder IDEAL Bicara tentang Proses Inkubasi Ide, Produk, dan Inovasi

Baru-baru ini, IDEAL memulai debutnya usai memperoleh pendanaan pra-awal senilai $3,8 juta atau senilai 57 miliar Rupiah. Pendanaan akan dimanfaatkan IDEAL untuk mempercepat digitalisasi proses pembiayaan dan pengelolaan hipotek di Indonesia.

IDEAL didirikan oleh Albert R. Surjaudaja, Ian Daniel Santoso, Indira Nur Shadrina, dan Jeganathan Sethu. Aplikasi IDEAL baru meluncur pada pertengahan Juli 2022 dengan fokus awal pada produk hunian baru atau primer. Tahun ini, IDEAL juga telah menunjuk Chief Technology Officer dan menambah jumlah timnya.

DailySocial.id berkesempatan berbincang singkat bersama Co-founder IDEAL Albert Surjaudaja dan Indira Nur Shadrina untuk mengulik perjalanan di tahun pertama membangun platform.

Validasi masalah

Ide mengembangkan IDEAL bermula dari observasi para founder terhadap pasar consumer lending di Indonesia. Menurut Albert, pasar consumer lending belum terserap optimal dan prosesnya belum sepenuhnya terdigitalisasi. Sektor perbankan masih menggunakan cara tradisional untuk menyalurkan kredit maupun KPR.

Selain itu, platform digital di Indonesia banyak fokus pada produk pinjaman konsumtif, paylater, dan P2P lending. Situasi ini memberi peluang besar bagi mereka untuk memberikan experience lebih baik pada consumer lending.

Berdasarkan laporan Bank Indonesia, industri KPR lokal bernilai $39 miliar dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 17% dalam lima tahun ke depan. Adapun, Gen Y dan Gen Z diprediksi mendominasi populasi pekerja dalam sepuluh tahun ke depan, yang juga akan menjadi target pasar utama di sektor properti.

Kemudian, tim IDEAL melanjutkan pengembangan ide dengan melakukan riset pasar pada Juli 2021. Tujuannya adalah memvalidasi ide dan mengumpulkan feedback menyeluruh terkait pengalaman pengajuan KPR.

“Dari survei kami, kami coba validasi masalah apakah ide kami bisa helpful bagi mereka. Apalagi jarang sekali orang kini membeli rumah dengan hard cash. Jadi, kami pikir semua orang punya problem sama. Nah, kami ingin bantu di every stage of people’s live, tetapi tidak dengan produk konsumtif,” ungkap Indira.

Produk MVP

Untuk tahap awal, IDEAL mengembangkan produk untuk membantu menyederhanakan proses pengajuan KPR pada hunian baru (primer). Pasar primer dinilai menjadi entry point yang tepat karena ekosistemnya lebih siap dibandingkan pasar properti sekunder.

Di samping itu, ujar Indira, pembelian hunian primer tidak melalui proses penaksiran harga rumah (appraisal) sehingga physical presence hanya dibutuhkan saat penandatanganan kredit. Berbeda dengan hunian sekunder yang memerlukan pihak ketiga karena ada proses appraisal.

Bagi founder, ini menjadi momentum tepat karena akselerasi digital banyak terjadi di masa pandemi, misalnya verifikasi data bisa dilakukan secara online melalui Dukcapil atau Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Pasar primer juga dinilai mulai diminati karena dorongan produktivitas dengan adanya pemberlakuan kerja dan sekolah dari rumah.

IDEAL berupaya menyederhanakan dan mendigitalkan proses administrasi pengajuan KPR yang rumit dan memakan waktu. IDEAL menawarkan sejumlah fitur unggulan, seperti pengajuan KPR ke beberapa bank dan instant credit checking. Selain itu, IDEAL juga telah menerapkan ISO 27001 untuk keamanan data.

Untuk saat ini, tambah Albert, IDEAL masih fokus untuk mencapai product-market fit dalam beberapa bulan ke depan. Pihaknya juga akan mendorong edukasi pasar terkait pengajuan KPR secara digital mengingat cara ini masih dianggap baru bagi masyarakat.

Selanjutnya, IDEAL akan memperluas layanannya ke pasar hunian sekunder dan pengalihan kepemilikan (takeover). Pihaknya juga akan memperkuat ekosistem layanannya dengan menambah lebih banyak mitra bank dan developer.

Inovasi

Albert menilai saat ini pertumbuhan proptech di Indonesia banyak didorong oleh platform yang memfasilitasi jual-beli atau sewa rumah. Dalam konteks inovasi, pelaku startup berupaya mengembangkan fitur listing atau pencarian properti untuk mempermudah pengalaman pengguna.

Ia juga menyoroti bahwa pasar properti, terutama di Indonesia, masih membutuhkan human touch. Meski prosesnya sudah terdigitalisasi, rata-rata masyarakat tetap memerlukan pengecekan properti secara langsung. “Kita tidak bisa eliminate human touch. What we can help adalah maintain itu dan membantu mereka narrow down the choices. Dengan begitu, mereka sudah tahu mana yang ingin dilihat. Tidak perlu menunda-nunda lagi,” tambahnya.

Merefleksi dari perkembangan tersebut, IDEAL berupaya meningkatkan hasil pencarian demi memberikan experience lebih baik. Pihaknya juga tetap mempertahankan aspek human touch untuk mendapatkan trust dari pengguna. Dari sisi opsi pembiayaan dan KPR, IDEAL telah melakukan kurasi sehingga dapat menampilkan pilihan properti yang akurat sesuai kebutuhan calon pembeli, misal properti yang bekerja sama dengan bank tertentu.

“Pengalaman customer tidak ada yang sama atau terstandar. Semua bersifat individual dan agent-driven experience. Namun, ini akan membantu IDEAL untuk memahami kebutuhan customer dengan journey process yang lebih terstandardisasi. Mengingat ini big purchase, kami tetap sediakan IDEAL specialist bagi customer yang berkomunikasi lebih lanjut,” ujar Indira.

Saat ini, pihaknya tengah mengajukan lisensi Inovasi Keuangan Digital (IKD) ke OJK untuk memperkuat kredibilitas layanannya. Adapun, IDEAL telah memiliki lisensi Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) dari Kominfo dan terdaftar sebagai member Asosiasi Fintech Indonesia. (AFTECH).

Application Information Will Show Up Here

Tokopedia Meluncurkan Produk Investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap

Tokopedia resmi meluncurkan produk investasi Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT). Platform marketplace ini menggandeng PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) untuk produk konvensional dan PT Bahama TCW Investment Management untuk produk syariah.

Sebelum ini, Tokopedia telah menyediakan Reksa Dana Pasar Uang (RDPU) yang terdiri dari 100% instrumen pasar uang. Tokopedia bekerja sama dengan PT Syailendra Capital untuk produk konvensional dan PT Mandiri Manajemen Investasi untuk produk syariah.

Berdasarkan pantauan DailySocial.id di aplikasi Tokopedia, pihaknya juga akan segera menghadirkan produk Reksa Dana Saham. Adapun, Tokopedia didukung oleh Bareksa sebagai Agen Penjual Reksa Dana (APERD) yang telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Sejak hadir pada Mei hingga Juni 2022, kami melihat transaksi RDPT naik di sejumlah wilayah, seperti Jabodetabek, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Cirebon. Kami akan terus berkolaborasi dengan mitra strategis untuk mendorong inklusi keuangan dalam negeri,” ungkap Head of Investment and Insurance Tokopedia Ruth Afrita dalam keterangan resminya.

Di samping itu, lanjutnya, masyarakat dapat memilih instrumen investasi yang sesuai dengan semakin banyaknya opsi di Tokopedia. Masyarakat dapat mengenali profil risiko investasi dan membangun disiplin untuk berinvestasi setiap bulan.

Berdasarkan data perusahaan, jumlah pengguna Tokopedia Reksa Dana naik hampir 1,5 kali lipat pada Juni 2022 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Dengan pencapaian ini, perusahaan melihat adanya peningkatan minat masyarakat terhadap instrumen investasi digital.

“Dengan pengalaman lebih dari 25 tahun dan memiliki diversifikasi portofolio produk investasi cukup luas, kami menyambut baik kemitraan strategis dengan Tokopedia untuk memperluas distribusi produk investasi dan menjawab tingginya minat investasi iIndonesia di berbagai efek dan instrumen pasar keuangan melalui kanal digital,” tambah Direktur Bahana TCW Investment Management Danica Adhitama.

Pasar reksa dana

Sebagai informasi, RDPT adalah jenis reksa dana yang mengalokasikan minimum pengelolaan dana sebesar 80% pada obligasi. RDPT dinilai cocok bagi investor yang punya tujuan investasi jangka pendek-menengah dengan periode optimal investasi 1-3 tahun.

Selain itu, level risikonya terbilang rendah-sedang dan cocok bagi investor yang memiliki profil risiko dengan toleransi moderat. Sementara, RDPU dinilai menjadi instrumen investasi tepat bagi investor pemula yang memiliki tujuan jangka pendek karena memiliki level risiko rendah.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat jumlah investor reksa dana di Indonesia per Mei 2022 mencapai 8,18 juta atau naik 19,47% dibandingkan periode akhir 2021 yang jumlahnya 6,84 juta investor.

Selain Tokopedia, platform marketplace lain yang menawarkan produk investasi reksa dana adalah Bukalapak. Produk ini hadir lewat aplikasi BMoney yang diluncurkan Bukalapak melalui anak usaha PT Buka Investasi Bersama (BIB), bersama PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk.

Sekadar informasi, Ashmore mengakuisisi 20% saham Buka Investasi Bersama pada 2020. Perusahaan berupaya membidik kalangan underserved dan UMKM yang tercermin dari sebagian besar pengguna Bukalapak. Adapun, Buka Investasi Bersama telah mengantongi izin APERD yang terdaftar dan diawasi oleh OJK.

Application Information Will Show Up Here