GO-JEK Jalin Kerja Sama dengan Findaya, Dana Cita, dan Aktivaku

GO-JEK hari ini (31/8) mengumumkan kerja sama strategis dengan tiga perusahaan fintech lending, yakni Findaya, Dana Cita dan Aktivaku. Kerja sama tersebut ditujukan untuk memperkuat pilihan layanan pembiayaan yang ada di ekosistem GO-JEK, baik bagi mitra, merchant, maupun pengguna. Sebagai informasi, Dana Cita merupakan layanan p2p lending yang fokus memberikan pinjaman untuk kebutuhan pendidikan.

Findaya merupakan produk finansial berbasis p2p lending di bawah naungan PT Mapan Global Reksa yang berfokus memberikan pinjaman modal untuk mitra GO-JEK dan GO-LIFE. Saat ini CEO mereka, Aldi Haryopratomo, juga merupakan CEO dari GO-PAY. Sedangkan Aktivaku merupakan platform p2p lending yang memfokuskan pada pendanaan produk properti.

“Semangat kami di ekosistem GO-JEK adalah berkolaborasi dengan penyedia jasa keuangan untuk menjadi jembatan kepada konsumen dan mitra, terutama bagi mereka yang kesulitan mengakses layanan keuangan formal. Kami percaya kolaborasi yang kuat antara penyedia jasa keuangan dengan perusahaan teknologi bisa menjangkau lebih luas masyarakat yang belum mengakses layanan perbankan,” sambut President GO-JEK, Andre Soelistyo.

Sementara itu, Susli Lie, Co-Founder Dana Cita memaparkan, “Kami yakin platform kami dapat memudahkan anggota ekosistem GO-JEK mengakses layanan keuangan terutama yang terkait dengan pembiayaan pendidikan. Visi kami adalah memperluas akses pendidikan bagi semua pelajar dengan menurunkan kendala keuangan.”

Ricky Gandawijaya, Co-Founder Aktivaku yakin melalui kerja sama ini anggota ekosistem GO-JEK bisa mendapatkan layanan pembiayaan yang aman dan transparan. “Kami bisa memberikan pilihan layanan pembiayaan perumahan bagi anggota ekosistem GO-JEK yang membutuhkan. Aktivaku juga mendukung pengembangan anggota ekosistem melalui kemudahan akses permodalan bagi usaha kecil dan menengah,” ujarnya.

Peresmian kerja sama ini juga dihadiri perwakilan dari OJK. Dalam sambutannya Hendrikus Passagi selaku Direktur Pengaturan, Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK mengatakan bahwa sinergi ini dapat meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia. Ia juga menegaskan bahwa OJK akan terus mendorong lahir dan hadirnya ekosistem ekonomi digital di tanah air supaya bisa membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Ini adalah kemitraan kesekian kalinya yang digenjot GO-JEK untuk memperkuat layanan finansial miliknya. Sebelumnya pada akhir 2017 lalu GO-JEK melakukan akuisisi kepada tiga startup fintech sekaligus, yakni Midtrans, Kartuku, dan Mapan. Kendati demikian proses tersebut sempat diisukan oleh otoritas terkait prosedur yang dijalankan, dalam hal ini Bank Indonesia. BTN, BNI, Bank Permata Syariah, Allianz dan BPJS Ketenagakerjaan sebelumnya juga telah bermitra strategis dengan unicorn lokal pertama tersebut.

Application Information Will Show Up Here

IDEAFEST 2018 Akan Kembali Digelar (UPDATE)

IDEAFEST adalah acara tahunan yang ditujukan untuk menghubungkan dan menginspirasi komunitas kreatif. Pagelaran ini membawa peserta untuk bertemu langsung dan mendapatkan inspirasi dari banyak tokoh dengan berbagai pencapaian baik di bidang kreatif. IDEAFEST akan kembali digelar pada tanggal 26 & 27 Oktober 2018 mendatang di Jakarta Convention Center, Senayan.

Tahun ini IDEAFEST 2018 akan mengusung beberapa agenda, di antaranya konferensi, Ideatalks (workshop), Texpo (pameran), dan O2O Bazaar. Sedangkan tema yang diangkat adalah: ‘C’. We believe that success lead by the big capital ‘C’. Creative, Connect, Creation, Confident, Collaborate, Challenge, Chance.

Visi yang dibawa IDEAFEST ialah menciptakan keseimbangan dan keberlanjutan industri kreatif. IDEAFEST diharapkan dapat membawa pembuat film, pembuat konten kreatif, pendiri startup, musisi dan semua pemain dalam industri kreatif untuk bersinergi membangun semua sektor industri bersama-sama.

IDEAFEST pertama kali diadakan pada tahun 2011 sebagai festival dua tahunan. Tahun lalu IDEAFEST berhasil mengundang lebih dari 5000 peserta, menyajikan lebih dari 80 sesi dengan 150 pembicara. Beberapa nama pengisi acara termasuk Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan), Casey Neistat (YouTuber), Tyler Brule (Editor in Chief of Monocle Magazine), Nadim Makarim (CEO GO-JEK), Raisa Andriana (Penyanyi), dan beberapa lainnya.

Acara ini terbuka untuk siapa saja yang tertarik dengan industri kreatif. Saat ini sedang berlangsung penjualan promo tiket untuk Early Bird.

IDEAFEST 2018
Promo tiket Early Bird IDEAFEST 2018

Info lebih lanjut dan pemesanan, kunjungi: http://www.ideafest.id.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner IDEAFEST 2018

BBM dan Yogrt Hadirkan Fitur “Instant Games”

Aplikasi pesan BBM hari ini (30/8) mendapatkan tambahan fitur baru untuk memainkan game berbasis HTML5. Fitur tersebut hadir sebagai kerja sama BBM dengan platform social entertainment Yogrt. Beberapa game di BBM kini dapat dimainkan gratis dengan pembaruan aplikasi di perangkat Android maupun iOS.

Dalam debutnya, 10 game sudah dirilis, di antaranya Pac Maker, Jelly Pop, Four Colors, EalstiKitty dan beberapa lainnya. Pihak BBM memastikan variasi game akan terus ditambah dalam beberapa bulan ke depan.

Yogrt kini dikenal sebagai platform media sosial berbasis lokasi. Di dalamnya termasuk layanan “Live Content”, mungkinkan pengguna berbagi video secara langsung. Sebelum melakukan pivot di tahun 2016, Yogrt adalah aplikasi jejaring sosial berbasis game.

“Kami sangat bangga bermitra dengan BBM. Sebagai mitra konten game, kami percaya diri pengguna BBM akan merasakan pengalaman baru. Hadirnya kami akan menyempurnakan interaksi sosial dan hiburan di dalam aplikasi BBM,” ujar Co-Founder Yogrt Jason Lim.

BBM Instant Games terletak di dalam menu Discover. Pengembang mencoba menghadirkan pengalaman permainan secara personal dan kemampuan berbagi/mengundang teman melalui pesan langsung di dalam game. Setiap game memiliki leaderboard, menunjukkan peringkat pengguna dalam permainan.

“Indonesia menjadi pasar game mobile terbesar secara pendapatan dan pengguna. Bermain game menjadi aktivitas populer di perangkat mobile setelah berkirim pesan, maka kami mencoba memberikan nilai tambah (melalui game) sehingga memungkinkan mereka terhubung, berbagi, dan terhibur dalam waktu bersamaan,” ujar Matthew Talbot selaku CEO Creative Media Works (unit bisnis EMTEK yang menjalankan BBM).

Ini adalah integrasi layanan ke sekian kalinya yang dilakukan oleh BBM. Sebelumnya pertengahan Agustus 2018 lalu BBM mengumumkan integrasi dengan layanan live streaming Vidio.com, dalam rangka menyambut Asian Games. Sebelumnya pihaknya juga bekerja sama dengan DANA untuk menghadirkan e-wallet di aplikasi.

BBM memiliki visi untuk menjadi sebuah open platform, memanjakan pengguna dengan berbagai jenis fitur. Dampaknya aplikasi menjadi sangat padat. Namun sebagian besar platform yang diintegrasikan memiliki hubungan strategis dengan grup EMTEK—seperti DANA yang menjadi pengajawantahan kerja sama EMTEK dan Alipay.

Tinder is Getting Serious to Build Business in Indonesia

Tinder, a dating app, is getting serious to expand business in Indonesia. It’s discovered that the company open job vacancies for local business people. It’s said Tinder is in Indonesia as part of the global expansion. Moreover, Tinder is now providing premium subscription service.

Tinder is currently used in over 190 countries with millions of user bases. With business developer teams in each country, the company expects local support for business and user community bases. This is considered as an important step because the online dating landscape is even more challenging.

The competition for similar services in Indonesia is quite crowded. Aside from Tinder, there are also other online dating apps, such as Setipe (is now under Lunch Actually Group), Paktor (fully supported by MNC Group), Flutter Asia, and Yogrt. They’re indirectly in competition with social media. In terms of business, each company has a different approach. Paktor, for example, trying to elaborate online dating service with social entertainment platform (sending gifts, etc).

DailySocial has released a research regarding the dating app’s popularity entitled “Dating Apps in Indonesia” in 2017. There are 1019 respondents involved, 51.91% among them believed that dating apps can help to solve the matchmaking problems. The other 38.57% have heard the successful case of their close acquaintance taking advantage of the dating app. The data acquired from the research has shown public’s acceptance of the dating apps usage in general.

As for Tinder business, Indonesia’s situation is currently becoming a momentum. Demographic bonus brings Indonesia’s digital market segment and smartphone usage are dominated by millennials. Supported by the rapid penetration of internet and smartphone usage, digital services are becoming a lifestyle which inseparable from daily activity. In terms of online dating, we’re still in the awareness stage. It’s a steady development and the regulation hasn’t reached the core business.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

SaaS Platform for Business Trip “Travelstop” Ready to Expand to Indonesia Post-Funding

SaaS platform developer for business trip Travelstop (8/27) receives seed funding worth of IDR 17 billion. A Singapore-based startup allows business to manage the whole accommodation using AI-based tools. The seed funding investment was led by SeedPlus, supported by several angel investors.

One focus of this funding is to finalize business expansion, including Indonesia. Observed from the research by Travelstop, Asia Pacific will be the largest B2B travel market. It’s projected to grow up to 10.4% CAGR during 2015-2023. The business trip solution is currently for large companies and traditional business travelers, while the trip with no management in Asia, dominated by millennials, requires more flexible and simple solutions.

“These travelers want to experience more than a trip, and the company is building a modern business trip platform for the next generation. Our goal is not only to provide a fun and flexible travel booking experience but also to make the post-trip cost management more efficient,” Prashant Kirtane, Travelstop’s CEO said.

Travelstop aims to solve this problem through a platform that makes a business trip easier to order and automates expense report for employees. They’re using machine learning and personalization supported by artificial intelligence to create flight and hotel recommendations, shorten the process for business travelers for researching and arranging a trip. Employees also have access to an intuitive expense reporting tool which simplifies the reimburse process.

“We aim to use machine learning and artificial intelligence to escalate experience for the current business travelers, we’ll be ready and flexible by investing in modern infrastructure to advance our business platform,” Vijay Aggarwal, Travelstop’s CTO, said.

This platform provides features to facilitate business with accommodation trip arrangements. Through the app, businesses can automate the reporting process. A data-based approach is applied to all decisions made was scaleable. Another thing is the simplification of the efficient travel accommodation research process, operational teams sometimes have to choose and sort out the accommodation based on certain criteria.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Halofina Lakukan “Soft Launching” di Acara Gerakan Indonesia Cerdas Finansial

Setahun setelah peluncuran Gerakan Indonesia Cerdas Finansial (GICF) di Jakarta, Syamsi Dhuha Foundation bersama dengan Halofina kembali menyelenggarakan GICF 2.0 kemarin (28/8) di BLOCK71 Jakarta. Kegiatan tersebut bertujuan membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi dan inklusi keuangan. Acara tersebut dibarengkan dengan agenda soft launching aplikasi Halofina.

Seperti yang sudah dibahas sebelumnya dalam wawancara dengan DailySocial, Halofina merupakan aplikasi asisten virtual untuk membantu pengguna merencanakan keuangan pribadinya. Tidak hanya berupa chatbot, Halofina melengkapi platformnya dengan berbagai fitur, seperti pencatat dan perencana keuangan, perencanaan investasi, dan perhitungan risiko investasi. Pasca soft launching pengguna dapat mendaftarkan diri untuk mencoba aplikasi tersebut secara gratis, dengan mengunjungi situs resminya.

“Halofina ingin mengubah stigma masyarakat yang menganggap pengelolaan keuangan sebagai hal rumit menjadi sesuatu yang mudah dan menyenangkan.  Fitur ‘Lifeplan’ di Halofina akan memudahkan pengguna mewujudkan tujuan finansial. Dimulai dari awal perencanaan, menghitung kebutuhan investasi, memilih instrumen atau produk investasi, hingga menyediakan laporan kemajuan portofolio investasi secara real-time,” ujar Co-Founder Halofina, Adjie Wicaksana.

Di GICF 2.0 juga diadakan sesi diskusi mengusung topik peran fintech dalam peningkatan literasi dan inklusi keuangan. Sebagai panelis hadir Eko P. Pratomo (Co-Founder Halofina), Andi Taufan Garuda (CEO Amartha), dan Afia Fitriati (CEO Gadjian). Dalam sesi tersebut para panelis berbagi pandangan dan solusi konkret terkait  upaya-upaya peningkatan literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia, melalui pendekatan teknologi.

“Berbagai program edukasi sudah kami jalankan dalam berbagai  bentuk seperti pelatihan, sharing session, workshop, dan live radio talkshow. Juga meluncurkan e-learning platform Finapedia Course bersama Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) sebagai kelas keuangan online bagi UMKM. Selain itu juga dibentuk 100 Duta Cerdas Finansial yang diharapkan bisa menjadi katalisator dalam memperluas  jangkauan edukasi literasi keuangan melalui lingkungan dan komunitas terdekat mereka,” jelas Eko.

Acara GICF 2.0 juga dihadiri oleh beberapa pemain fintech lainnya, seperti Lintasarta, Mandiri Capital, Mandiri Manajer Investasi, BNP Paribas Investment Partners , Tanam Duit, dan KSEI. Acara ditutup dengan sesi penandatanganan MoU kerja sama antara Halofina bersama Amartha, Mekar, Tamasia dan Gadjian selaku rekanan strategis untuk debut bisnis selanjutnya.

Tinder Mulai Serius Bangun Bisnis di Indonesia

Pengembang aplikasi kencan Tinder tampak makin serius untuk mengembangkan bisnis di Indonesia. Kabar tersebut terendus pasca perusahaan mulai membuka lowongan untuk pemasar dan pengembang bisnis lokal. Dalam keterangannya, Tinder hadir di Indonesia sebagai bagian dari ekspansi yang tengah digencarkan untuk menumbuhkan bisnis. Terlebih kini Tinder juga menghadirkan layanan premium dengan fitur berbayar.

Dari data yang disajikan, saat ini aplikasi Tinder sudah digunakan di lebih dari 190 negara, dengan puluhan juta basis pengguna. Adanya tim pengembang bisnis di tiap negara, perusahaan mengharapkan dukungan lokal untuk bisnis dan basis komunitas pengguna. Langkah tersebut dinilai penting, pasalnya di lanskap online dating persaingan di tingkat lokal pun makin menantang.

Peta persaingan layanan sejenis sudah cukup ramai di Indonesia. Selain Tinder, ada beberapa aplikasi lain untuk online dating, sebut saja Setipe (kini di bawah Lunch Actually Group), Paktor (didukung penuh MNC Group), Fultter Asia, hingga Yogrt. Bahkan juga bersaing secara tidak langsung dengan platform media sosial. Dalam sudut bisnis, masing-masing juga memiliki pendekatan berbeda. Misalnya Paktor, mencoba mengelaborasi layanan biro jodoh online dengan platform social entertainment (berkirim gift dll).

Sementara itu terkait popularitas aplikasi pencari jodoh, DailySocial pernah merilis hasil riset bertajuk “Dating Apps in Indonesia” di tahun 2017. Dari 1019 responden yang terlibat dalam survei, 51,91% di antaranya percaya bahwa aplikasi kencan dapat membantu menyelesaikan permasalahan tentang perjodohan. Bahkan 38,57% di antaranya pernah mendengar keberhasilan orang terdekat dalam memanfaatkan aplikasi kencan. Data-data yang didapat dalam riset menyimpulkan penerimaan masyarakat secara umum penggunaan aplikasi kencan.

Bagi bisnis seperti Tinder, kondisi Indonesia saat ini memang menjadi sebuah momentum. Bonus demografi membawa segmen pasar digital Indonesia didominasi dengan milenial. Didukung penetrasi cepat pertumbuhan jaringan internet dan penggunaan ponsel pintar, layanan digital makin menjadi gaya hidup yang tidak bisa dipisahkan dari keseharian. Untuk online dating, kami menilai masih dalam tahap awareness. Pertumbuhannya masih alami, pun regulasi belum sampai menyentuh proses bisnis inti di dalamnya.

Application Information Will Show Up Here

Pasca Perolehan Pendanaan, Platform SaaS Travel untuk Bisnis “Travelstop” Siap Ekspansi ke Indonesia

Pengembang platform SaaS travel untuk bisnis Travelstop kemarin (27/8) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai 17 miliar Rupiah. Startup berbasis di Singapura tersebut memungkinkan bisnis mengelola akomodasi perjalanan secara menyeluruh dengan alat berbasis kecerdasan buatan. Investasi pendanaan awal dipimpin SeedPlus, didukung beberapa angel investor.

Salah satu fokus pendanaan ialah untuk mematangkan ekspansi bisnis, termasuk di Indonesia. Menurut riset yang ditampung Travelstop, kawasan Asia Pasifik akan menjadi pasar perjalanan B2B terbesar. Diproyeksikan akan tumbuh hingga 10,4% CAGR antara 2015-2023. Solusi perjalanan bisnis saat ini dirancang untuk perusahaan besar dan pelancong bisnis tradisional, sementara perjalanan yang tidak dikelola di Asia, yang semakin didominasi oleh generasi milenial, membutuhkan solusi yang lebih sederhana dan lebih fleksibel.

“Para pelancong ini menginginkan pengalaman perjalanan yang lebih berarti, dan kami sedang membangun platform perjalanan bisnis modern untuk para pelancong di generasi berikutnya. Tujuan kami adalah tidak hanya memberikan pengalaman pemesanan perjalanan yang menyenangkan dan fleksibel, tetapi juga membuat proses manajemen biaya pasca-perjalanan menjadi lebih efisien,” terang CEO Travelstop Prashant Kirtane.

Travelstop mencoba memecahkan permasalahan ini melalui platform yang memudahkan pemesanan perjalanan bisnis dan mengotomasi laporan pengeluaran bagi pegawai. Travelstop menggunakan pembelajaran mesin dan personalisasi yang didukung oleh kecerdasan buatan untuk membuat rekomendasi penerbangan dan hotel, menjadikan berkurangnya jam yang dibutuhkan oleh pelancong bisnis untuk melakukan riset dan memesan perjalanan mereka. Karyawan juga memiliki akses ke alat pelaporan pengeluaran intuitif yang menyederhanakan proses penggantian biaya.

“Tujuan kami adalah untuk memanfaatkan pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan untuk menambahkan pengalaman bagi pelancong bisnis saat ini, sementara kami juga akan sigap dan fleksibel dengan berinvestasi di infrastruktur modern untuk memperkuat platform kami,” ujar CTO Travelstop Vijay Aggarwal.

Platform Travelstop menyediakan fitur yang memudahkan bisnis untuk mengelola pemesanan akomodasi perjalanan. Melalui aplikasi tersebut, bisnis dapat mengotomasi proses pelaporan. Pendekatan berbasis data juga diterapkan agar setiap keputusan yang diambil menjadi lebih terukur. Hal lain yang ingin disajikan ialah penyederhanaan proses riset pencarian akomodasi travel yang efisien, biasanya tim operasional harus memilih dan memilah akomodasi perjalanan didasarkan pada kriteria tertentu.

Laporan DailySocial: Penggunaan Layanan Podcast 2018

Sejak iPod diperkenalkan Steve Jobs di tahun 2001, muncul sebuah tren baru untuk konten audio. Kala itu diberi nama “iPod Broadcasting”, diakronimkan menjadi Podcast. Berbeda dengan radio yang sebelumnya sudah akrab di masyarakat, podcast tidak menyiarkan konten secara linier, namun on-demand.

Seiring berjalannya waktu, konten podcast makin diminati. Selain kategori konten yang makin beragam, platform pengusungnya juga mulai banyak. Kendati demikian, jika melihat secara kasat mata, dibanding konten on-demand lainnya seperti musik atau video, popularitas podcast di Indonesi memang kalah jauh.

Untuk mendapatkan detail soal ketertarikan masyarakat dengan podcast, DailySocial bekerja sama dengan JakPat Mobile Survey Platform melakukan survei terhadap 2023 pengguna ponsel pintar, menanyakan tanggapan masyarakat Indonesia terhadap podcast.

Dari survei tersebut, ditemukan beberapa fakta menarik, di antaranya:

  • Konten (65,00%) dan fleksibilitas akses (62,69%) menjadi faktor yang dianggap menarik bagi responden, sehingga mereka memilih podcast.
  • Spotify (52,02%) adalah layanan paling populer yang digunakan untuk mendengarkan konten podcast oleh responden.

Selain itu, masih ada beberapa tren lain yang berhasil ditangkap dalam survei, termasuk tema yang digemari, narasumber yang dipilih, hingga durasi konten yang dianggap ideal. Selengkapnya silakan unduh gratis laporan “Podcast User Research in Indonesia 2018”.

Grab Introduces GrabAds, Enabling Brands to Advertise through Drivers

Grab announces new business unit called GrabAds. As its name indicates,
GrabAds will focus on advertising, giving opportunity for brands to
increase engagement through online-to-offline platform. The form consists of
three types; (1) Mobile Billboards, (2) In-Car Engagement, and (3) In-App
Engagement.

First, for Mobile Billboard, the concept is similar to other car advertising many have applied, such as Sticar, Ubiklan, and others. In this model, Indonesia’s GrabAds will be partnered with StickEarn and Karta in attaching ad/sticker contents in driver’s vehicles. StickEarn will focus on four-wheelers, while Karta is for two-wheelers.

The second is In-Car Engagement. Formed as a digital and non-digital content which will be presented through tables or product information on the Grab Car drivers. The concept is to change a car into a mini mobile pop-up store for consumers to learn, test, and buy products on the way. In Indonesia, the implementation will be with Interads as a digital car top platform provider.

Third, there’s In-App Engagement. Ads are displayed in an interactive widget (game, quiz, digital content, etc) in Grab app. Brands can display exclusive promos through the customer’s app. This feature has been launched in the app since November. With the newsfeed approach, the information is expected to be more relevant.

“Along with the increasing connection between online and offline segment, various brands are now focused on delivering an integrated experience. GrabAds will help brands making use of our drivers to reach a broader audience in Southeast Asia. Its objective is to increase awareness and delivering a more personal experience,” Nasheet Islam, Head of GrabAds, explained.

GrabAds also applies Grab’s big data, indulging brands with insights regarding the local market and O2O existence to create a more intense customer service with brands. The right customer segmentation can produce a more personal experience to increase traction in business.

GrabAds is a great way for driver and delivery partners to increase revenue. Grab is committed to consistently helping partners every month via GrabAds while supporting brands to gain exposure with customers,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here