Otoklix Kantongi Pendanaan Seri A Senilai 143,5 Miliar Rupiah

Setelah menerima pendanaan awal bernilai $2 juta atau setara 28 miliar Rupiah akhir tahun 2020 lalu, platform solusi online-to-offline yang mendigitalkan industri aftermarket otomotif di Indonesia “Otoklix” kembali menerima pendanaan seri A senilai $10 juta atau setara 143,5 miliar Rupiah.

Putaran ini dipimpin Alpha JWC Ventures dan AC Ventures. Turut berpartisipasi investor sebelumnya yaitu Surge (Sequoia Capital India), Ex-CEO Astra International Prijono Sugiarto, Co-founder YouTube dan Google Executives di XA Network Steve Chen.

Dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan teknologi touchpoint dengan mengelola bengkel flagship dengan konsep O2O di seluruh Indonesia.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Otoklix Martin Suryohusodo mengungkapkan, pihaknya berusaha membangun sebuah ekosistem otomotif, bukan hanya sebagai platform. Maka dari itu, diperlukan O2O Managed Flagship Workshop yang Otoklix dapat berikan sebagai garansi customer experience.

“Setelah kita membangun ekosistem flagship workshop dengan customer experience yang kita harapkan, itu merupakan awal permulaan sebelum kita menggunakan ekosistem tersebut untuk ekspansi ke adjacent market lainnya. Di setiap bisnis, siapa pun yang mempunyai ekosistem akan menjadi market champion. Itulah sebabnya Indomaret sampai detik ini pun belum bisa tergantikan,” kata Martin.

Dalam satu tahun terakhir, Otoklix mengklaim telah berkembang dari 100 menjadi lebih dari 1.900 bengkel mitra, menyediakan layanan kepada lebih dari 100.000 pelanggan setiap tahunnya.

“Melalui aplikasi all-in-one dan terintegrasi ekosistem produsen, distributor, pengecer, dan bengkel, Otoklix memberikan jawaban untuk tantangan yang dihadapi oleh pelanggan dan bengkel sekaligus. Kami bersemangat untuk bergabung dengan tim Otoklix untuk membangun perusahaan dan produk terbaik untuk pasar,” kata Co-founder & General Partner Alpha JWC Ventures Jeffrey Joe.

Pertumbuhan bisnis saat pandemi

Didirikan pada tahun 2019, Otoklix menjembatani kesenjangan antara pemilik kendaraan otomotif dan sektor bengkel mobil independen Indonesia yang terfragmentasi. Mereka mencoba mengubah pengalaman pemeliharaan kendaraan bagi konsumen dan melengkapi bengkel dengan perangkat lunak bisnis solusi dan penghematan pengadaan. Dengan pertumbuhan bisnis yang telah dicapai, Otoklix memiliki potensi untuk menjadi jaringan layanan purnajual terbesar di Indonesia.

Selama pandemi industri otomotif merupakan salah satu pasar yang sangat terdampak. Dengan penurunan mobilitas, yang mengakibatkan banyak penutupan bengkel selama PPKM.

“Namun saat ini, kami bukan hanya telah memulihkan pertumbuhan bisnis, bahkan telah bertumbuh lebih. Pendapatan kami telah meningkat sebesar 5x di bulan November 2021 jika dibandingkan dengan November 2020,” kata Martin.

Ditambahkan olehnya, melihat pemulihan industri otomotif yang cukup pesat, Otoklix ingin memastikan tumbuh lebih pesat lagi. Namun memfokuskan diri untuk strengthening the core. Maka di kuartal 1 dan 2 tahun 2022 perusahaan akan fokus untuk menjadi top of mind ketika melakukan servis mobil. Hal tersebut akan menjadi playbook strategi Otoklix untuk penetrasi ke pasar-pasar lainnya di luar Jabodetabek.

“Di tahun 2022 ini, kami akan berkembang dari sebuah platform menjadi sebuah consumer brand. Di tahun 2022, kami akan mendirikan Bengkel flagship Otoklix, peluncuran produk private label, seamless experience menggunakan teknologi bagi seluruh konsumen di seluruh kota besar di Pulau Jawa,” kata Martin.

Application Information Will Show Up Here

OVO Jadi Opsi Pembayaran di Google Play; Hadirkan Fitur Tarik Tunai di Jaringan ATM BCA

Aplikasi e-money OVO kini bisa digunakan untuk melakukan pembayaran atau pembelian item di Google Play. Pengguna kini dapat menemui opsi “Add OVO” di bagian metode pembayaran. Sebelumnya e-money lokal lain yang juga sudah masuk ke ekosistem Google Play adalah Gopay (sejak 2019), DANA (2021), ShopeePay (2021), dan DOKU (2021).

Mereka berbondong-bondong hadir sebagai layanan pembayaran di Google Play bukan tanpa alasan. Perputaran uang di sana sangat besar, jika membuka di laporan keuangan Alphabet Inc. per Q3 2021 ini Google Services (termasuk di dalamnya Google Play) menghasilkan revenue $59,8 miliar.

Terlebih di era esports seperti saat ini, komoditas aset digital dalam game juga menjadi salah satu barang paling banyak ditransaksikan. Menurut data Sensor Tower, tahun ini Moonton telah menghasilkan $69,2 juta transaksi hanya dari Mobile Legend di Indonesia.

Di samping itu, e-money menjadi sistem pembayaran alternatif di tengah kecilnya penetrasi kartu debit/kredit di Indonesia [yang digunakan untuk pembayaran di layanan digital]. Di samping itu, sebenarnya Google juga sudah bekerja sama dengan operator telekomunikasi lokal sejak lama untuk memungkinkan pengguna melakukan pembayaran aplikasi lewat skema potong pulsa.

Sebagai e-money pertama yang mengintegrasikan sistem pembayaran ke Google Play, Gopay telah mengalami peningkatan transaksi secara pesat di tahun lalu. Dari data internal Gojek sepanjang Maret-Mei 2020 memperlihatkan Gopay banyak dipakai untuk pembelian kupon game dengan kenaikan 3x lipat. Aplikasi Free Fire, Mobile Legends, dan PUBG Mobile menjadi yang terfavorit berdasarkan jumlah pembayaran.

Hadirkan opsi tarik tunai di ATM BCA

Hari ini (16/12) OVO juga meluncurkan fitur tarik tunai OVO Cash yang dapat dilakukan di 17 ribu jaringan ATM milik Bank Central Asia (BCA) seluruh Indonesia. Sebelumnya Gopay juga melakukan integrasi yang sama, memungkinkan penggunanya untuk melakukan penarikan tunai saldo melalui jaringan ATM BCA.

Presdir OVO Karaniya Dharmasaputra memaparkan bahwa sinergi ini berangkat dari kesamaan visi kedua perusahaan untuk memperluas layanan keuangan modern, aman serta inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Pengguna OVO dapat menarik saldo dengan jumlah minimal penarikan sebesar 50 ribu Rupiah dan maksimal 10 juta Rupiah per hari. Fitur ini dapat digunakan setiap hari oleh pengguna OVO dan akan dikenakan biaya admin sebesar 5 ribu Rupiah untuk setiap penarikan.

Hadirnya fitur ini diperkuat dengan analisa dari Boston Consulting Group yang menyebutkan bahwa layanan pembayaran digital seperti OVO digunakan sebanyak 26 persen golongan masyarakat yang tidak memiliki rekening bank (unbanked) dan 14 persen golongan masyarakat yang memiliki rekening bank tetapi masih menghadapi keterbatasan akses (underbanked), sebagai alat pembayaran yang nyaman, aman dan mampu mendukung kegiatan sehari-hari mereka.

Tingkatkan integrasi dengan bank

Sebelumnya, awal Desember 2021 ini OVO juga baru meresmikan kerja samanya dengan BRI untuk meluncurkan kartu kredit co-brand OVO U Card. Perluasan ekosistem melalui kemitraan strategis memang tengah menjadi langkah penting yang digencarkan semua pelaku industri fintech. Terlebih perbankan juga mulai menempatkan posisinya sebagai enabler, untuk memberdayakan pemain seperti OVO dengan layanan yang lebih luas – melalui Bank as a Services atau embedded finance.

Model kerja sama ini menjadi simbiosis mutualisme. Dari sisi platform, benefit yang didapatkan jelas pada perluasan akses layanan finansial. Sementara bagi bank, memungkinkan mereka untuk meningkatkan transaksi dari segmen pengguna baru yang mungkin sebelumnya tidak terlayani. Di samping itu konsep data sharing di level backend juga akan meningkatkan kapabilitas analisis dan skoring yang dimiliki masing-masing platform, sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih personalized kepada nasabah dan calon nasabah.

Application Information Will Show Up Here

Startup HR-Tech Venteny Rambah Segmen B2C, Incar Pengguna Individu

Startup HR-tech Venteny mengungkapkan kini aplikasinya bisa digunakan karyawan dari perusahaan mana pun secara personal. Sebelumnya untuk menggunakan layanan yang mencoba menyelaraskan kebahagiaan pegawai dengan performa bisnis, perusahaan harus berlangganan. Rencana ini akan direalisasikan pada tahun depan sebagai bagian dari ambisi Venteny menjadi ‘employee superapp’.

Startup asal Filipina ini masuk ke Indonesia sejak 2019, kini sudah menjangkau lebih dari 180 ribu pengguna dari 140 perusahaan dari berbagai skala bisnis dan vertikal industri. Sementara di negara asalnya, Venteny sudah menjangkau lebih dari 250 ribu pengguna dari pertama kali beroperasi di 2015.

Dalam konferensi pers virtual yang digelar kemarin (15/12), VP Brand Communication Venteny Riko Simanjuntak menjelaskan strategi menjangkau semua karyawan sebagai pengguna ini adalah bagian dari rencana perusahaan dalam menggarap segmen B2C untuk menikmati solusi-solusi yang telah dikembangkan.

“Kami berencana untuk menggarap segmen B2C, jadi pengguna Venteny bisa dari berbagai kalangan, terlepas perusahaannya harus bekerja sama dengan Venteny sebelumnya atau tidak,” ucap Riko.

Saat ini secara simultan Venteny menggarap dua segmen, yakni B2B dan B2B2E menawarkan berbagai solusi untuk memenuhi kebutuhan personal karyawan, mulai dari finansial, gaya hidup, hingga pengembangan skill. Perusahaan bekerja sama dengan pihak ketiga yang terpercaya dalam menyediakan solusi tersebut.

Untuk B2B, perusahaan memiliki produk Business Acceleration Program yang memungkinkan pengguna bisnis dari skala UKM untuk mendapat akses pembiayaan dalam rangka meningkatkan bisnisnya. Dalam solusi ini, Venteny menjadi penghubung bagi keduanya.

Sedangkan untuk B2B2E, terdapat berbagai solusi untuk karyawan, seperti V-Merchant untuk kebutuhan gaya hidup, V-Academy untuk pengembangan skill, V-Insurance untuk penyediaan asuransi, dan V-Nancial untuk solusi kebutuhan dana darurat yang tersedia eksklusif untuk karyawan dengan pendapatan bulanan.

Menurutnya, solusi yang ditawarkan oleh pemain seperti Venteny ini untuk menjawab kebutuhan karyawan akan semakin berkembang. Karyawan akan lebih kritis dalam memilih perusahaan terbaik untuk berkarir. Pelaku industri akan semakin agresif dalam mencari talenta terbaik yang bisa mengakselerasi tujuan perusahaan. Sehingga, perusahaan perlu mengantisipasi situasi tersebut dari sekarang dengan meningkatkan daya saing dan menekan rasio turn over yang tinggi.

Rico bilang, mitra untuk Business Acceleration Program dan V-Nancial telah memperoleh izin dari OJK. Oleh karenanya, hal ini berdampak pada peningkatan pengguna eksklusif yang naik 150% dan unduhan aplikasi yang tumbuh signifikan hingga 15 kali lipat pada tahun ini. “Artinya, di luar perusahaan, individu semakin tanggap dan mandiri dalam memenuhi kebutuhan profesional dan personalnya sebagai pekerja.”

Peningkatan lainnya turut terlihat dari pertumbuhan jumlah bisnis yang bergabung sebagai klien naik hingga 115% dan pendapatan Venteny naik 200%. Pengguna bisnis Venteny ini berasal dari berbagai vertikal industri, seperti trading, jasa, ritel, hingga manufaktur. Perusahaan menetapkan sejumlah biaya admin untuk setiap solusi yang digunakan oleh pengguna bisnis sebagai strategi monetisasinya.

Rencana berikutnya

Dalam kesempatan tersebut turut hadir Founder & CEO Group Venteny Junichiro Waide. Waide menuturkan rencana Venteny berikutnya di Indonesia akan lebih masif menggarap segmen B2B2E. Pertama, membuka kantor cabang dalam mengupayakan pemerataan layanannya, seperti Jawa Timur, Sumatera, Bali, Kalimantan, hingga Indonesia Timur. Sejauh ini Venteny sudah ada di Jabodetabek, Palembang, Lampung, Surabaya, dan Banjarmasin.

Kedua, mempersiapkan program My Benefits, yang didesain khusus berdasarkan orientasi divisi HR (Human Resources) di perusahaan. Selama ini, divisi HRD kerap menemui dilema dalam menemukan titik tengah antara kebutuhan karyawan dan kemampuan perusahaan, biasanya karena anggaran dan sumber daya yang terbatas.

My Benefits mengusung skema berlangganan yang dibayarkan perusahaan untuk para karyawannya. Karyawan dapat menggunakan fitur-fitur Venteny yang eksklusif, dan tidak bisa dinikmati pengguna biasa. Hal ini dapat membantu HRD melakukan efisiensi anggaran internal dan eksternal, misalnya untuk anggaran pelatihan, asuransi, hingga penyediaan perks atau fasilitas-fasilitas penunjang gaya hidup.

“Karyawan merupakan penggerak utama bisnis perusahaan, untuk itu perusahaan perlu lebih fokus dalam menjaga motivasi dan kebahagiaan mereka sebagai individu. Perusahaan harus lebih terbuka menerapkan inisiatif-inisiatif yang menyasar tantangan tersebut. Di sinilah Venteny hadir untuk menjadi solusi bagi perusahaan tanpa harus mengeluarkan budget besar dan tenaga besar untuk membangun sistem,” jelas Jun.

Dia melanjutkan, terkait prospek bisnis di tahun depan, wilayah Asia Tenggara merupakan market yang cemerlang karena perusahaan kecil dan menengah berpotensi menjadi tulang punggung perekonomian negara. Menurut data Asian Development Bank, kontribusi perusahaan SME di Indonesia terhadap GDP (Gross Domestic Product) mencapai 61%.

Perusahaan SME dinilai dapat menyerap jutaan tenaga kerja. Situasi tersebut melahirkan lebih banyak tantangan lain, seperti kompetisi menjaring talenta terbaik, retensi karyawan, masalah produktivitas, serta menciptakan lingkungan kerja yang sehat. “Dalam beberapa tahun ke depan, SME akan menjadi pusat perekonomian, jika SME berkembang, maka perekonomian negara ikut berkembang,” pungkas dia.

Application Information Will Show Up Here

Qiscus Rilis Robolabs, Bantu Bisnis Buat Chatbot Tanpa Coding

Qiscus, perusahaan penyedia platform multichannel chat untuk bisnis, merilis Robolabs, yakni add-on chatbot builder untuk memberi kemudahan bagi bisnis untuk membuat chatbot sendiri tanpa harus melakukan coding dan cukup mengandalkan Excel. Chatbot akan secara otomatis terintegrasi dengan akun Qiscus Multichannel Chat.

Dalam keterangan resmi, perusahaan merilis solusi ini karena selama pandemi ini banyak bisnis yang sudah dan akan mengubah proses bisnisnya agar dapat terus bertahan. Menurut data PwC, Covid-19 telah mengakselerasi perkembangan conversational AI, sebanyak 52% perusahaan mempercepat rencana adopsi AI akibat pandemi. Dengan urgensi transformasi digital, kini banyak bisnis yang beralih menggunakan chatbot.

CTO Qiscus Evan Purnama menjelaskan, kehadiran chatbot tidak hanya bermanfaat untuk konsumen, tetapi juga perusahaan. Di era di mana kecepatan layanan lebih penting, chatbot akan membantu perusahaan untuk selangkah lebih maju. “Layanan ini dihadirkan guna memberi kemudahan untuk pelaku bisnis dalam membuat chatbot-nya sendiri yang secara otomatis akan terintegrasi dengan akun Qiscus Multichannel Chat-nya. Dengan fitur yang terdapat pada Qiscus Robolabs, bisnis dapat meningkatkan performa bisnisnya,” kata dia, Rabu (15/12).

Berbeda dengan chatbot pada umumnya, Robolabs memiliki fitur Bot Template yang dapat memudahkan pelaku bisnis mengelola chatbot dengan logika dan analitik yang diunggah pada berkas Excel dan tersedia di dalam dasbor Multichannel tanpa harus melakukan coding dan pemrograman lainnya. Artinya, tanpa harus melakukan coding dan pemrograman lainnya, bisnis dapat membuat chatbot semudah membuat spreadsheet di Excel.

Selain itu, bisnis dapat melatih bot untuk menjawab konteks percakapan yang tidak sesuai. Melalui fitur Training Bot di Qiscus Robolabs, pengguna dapat melatih bot dengan mengubah konteks percakapan yang tidak sesuai ke dalam konteks yang benar tanpa adanya coding yang rumit. Penggunaan fitur Training Bot ini sangat mudah karena sistem secara otomatis akan melatih bot dengan konteks terbaru. Dengan begitu, bisnis bisa memberikan respon otomatis yang tepat melalui identifikasi pesan secara otomatis oleh chatbot.

Qiscus Robolabs juga memiliki seperangkat fitur lainnya, seperti Handover Agent, Integrate with External Webhook, dan Analytics yang dapat menunjang kebutuhan bisnis, terutama dalam meningkatkan efektivitas dan efisiensi customer service (CS).

Potensi pengembangan chatbot

Qiscus, Kata.ai, Botika, Bahasa.ai, adalah beberapa startup pengembang chatbot untuk kalangan bisnis di Indonesia. Implementasi chatbot pun mulai luas, tidak hanya ditempatkan sebagai customer service saja. Namun, tantangan yang selama ini menghantui keefektifan sebuah chatbot adalah pemahaman bahasa dan database solusi yang disediakan, sehingga perlu dilengkapi dengan mesin pembelajar agar chat dapat terus dilatih.

Berbagai perubahan dan ekspektasi baru dari pelanggan di masa ini, membuat chatbot menjadi salah satu cara bagi bisnis untuk mempermudah dan mempercepat proses bisnis yang kini dilakukan secara online. Selain dapat meningkatkan customer engagement process, chatbot juga dapat menghemat biaya operasional perusahaan. Tidak hanya itu, memberikan efisiensi dalam waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan perusahaan. Hal ini menyebabkan jumlah potential leads yang di-generate akan lebih besar ketimbang hanya bergantung pada manpower.

Chatbot sendiri adalah software yang memungkinkan bisnis menjawab banyaknya chat dari pelanggan secara otomatis tanpa perwakilan manusia. Dengan chatbot, respons yang diberikan tidak terbatas secara waktu. Chatbot dapat digunakan 24/7, sehingga konsumen tidak perlu menunggu jam operasional bisnis dalam memperoleh respon. Selain itu, chatbot juga dapat digunakan untuk personalisasi pesan terhadap pelanggan.

Melalui chatbot, bisnis dapat menghadirkan customer experience yang lebih baik dan berkesan untuk konsumen. Dengan percakapan yang bersifat real-time, konsumen dapat bebas bertanya sehingga konsumen terpuaskan oleh respons yang cepat dan interaktif. Bisnis pun akan mendapatkan feedback yang positif dari pelanggan.

MPC Jadi Identitas Baru PT Multipolar, Pertajam Fokus Investasi ke Industri Digital

PT Multipolar Tbk (MLPL), perusahaan yang memiliki fokus investasi pada sektor teknologi, ritel, finansial, serta digital milik Grup Lippo mengumumkan identitas barunya “MPC” serta transformasi strategi perusahaan untuk pertajam fokus ke ekonomi digital. Proses transformasi ini juga merupakan bentuk peningkatan komitmen perusahaan dalam mendukung dan mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia.

Menurut laporan “e-Conomy SEA 2021” yang disusun oleh Google, Temasek, dan Bain & Co, nilai ekonomi digital Indonesia diprediksi akan mencapai $70 miliar di tahun 2021. Laporan yang sama juga memprediksi ekonomi digital Indonesia akan terus tumbuh hingga mencapai nilai $330 milar pada tahun 2030, menjadikan Indonesia salah satu pusat ekonomi digital terbesar di dunia.

Adrian Suherman selaku Group CEO MPC mengungkapkan bahwa transformasi ke sektor teknologi sebenarnya telah dimulai perusahaan sejak tahun 2015 melalui investasi strategis di berbagai startup teknologi seperti OVO, Sociolla, dan Ruangguru melalui berbagai tahap pendanaan, baik secara langsung maupun melalui Venturra, salah satu perusahaan portofolio MPC.

Selama beberapa tahun terakhir Multipolar telah berinvestasi dan menjalankan portofolio bisnis digital di Indonesia dan Asia Tenggara melalui Venturra Capital. Salah satu portfolio mereka adalah Carro, marketplace mobil bekas yang pada tahun ini resmi mendapatkan status unicorn — Venturra memimpin pendanaan Seri A mereka. Hingga saat ini, MPC telah berinvestasi pada lebih dari 50 perusahaan teknologi di Indonesia.

“Transformasi MPC juga semakin mempertegas kepercayaan dan komitmen perusahaan untuk dapat merangkul lebih banyak startup lokal maupun regional yang memiliki kapasitas untuk memberdayakan dan membawa manfaat nyata bagi lebih banyak masyarakat Indonesia,” tambah Adrian.

Strategi dan target investasi

Dalam konferensi yang diadakan secara virtual, Adrian turut menjabarkan empat pilar utama yang digunakan perusahaan untuk mewujudkan visi perusahaan dalam memberdayakan lebih banyak perusahaan teknologi masa depan.

Pertama, perusahaan akan tetap fokus pada pendanaan startup tahap awal serta tahap lanjut. Dalam beberapa tahun ke depan, pasar modal Indonesia diprediksi akan didominasi oleh perusahaan teknologi. “Kami juga akan berpartisipasi dalam pra-IPO dan IPO market oleh perusahaan teknologi Indonesia,” tambahnya.

Selain itu, perusahaan juga berada di jalur yang tepat untuk membantu digitalisasi perusahaan-perusahaan portfolio, serta meningkatkan peran sebagai mitra lokal pilihan bagi perusahaan teknologi berskala global. Dalam kesempatan ini, MPC turut mengumumkan dua joint venture dengan dua perusahaan global ternama.

Bersama Ping An, menghadirkan layanan p2p lending Ringan yang menyediakan pinjaman dana cepat (cash loan). Lalu bersama Luno memperkenalkan platform transaksi aset kripto bagi masyarakat Indonesia.

Memasuki penghujung tahun 2021, MPC turut membagikan rencana investasi perusahaan ke depannya. Perseroan seperti diketahui tengah menggenjot investasi baru di area futuristik. Dengan berbagai macam sektor yang berpotensi besar untuk tumbuh di tahun 2022, perusahaan mengarahkan fokus pada empat sektor utama, yaitu retail, teknologi, kesehatan dan digital bank.

Dalam mengevaluasi, membangun, mengembangkan, dan mendanai berbagai perusahaan yang bergerak di bidang teknologi, MPC juga ditopang oleh dewan direksi berpengalaman luas. Selain Adrian Suherman, turut berperan beberapa nama yang tidak asing di dunia investasi seperti Rudy Ramawy, Fendi Santoso, Jerry Goei, dan Agus Arismunandar yang sebelumnya menjabat berbagai posisi kepemimpinan di perusahaan seperti Google Indonesia, Northstar Group, A.T. Kearney, OVO, dan Accenture.

Sebagai entitas yang juga telah terdaftar di bursa IDX, Multipolar dikenal memiliki lima kategori bisnis. Pertama, ritel konsumen yang terdiri dari PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA), PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), Timezone, Books & Beyond. Kedua, telekomunikasi terdiri dari PT Link Net Tbk (LINK), PT First Media Tbk (KBLV), PT Graha Teknologi Nusantara (GTN).

Ketiga, jasa keuangan terdiri dari PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU), Ciptadana, dan Sharestar Indonesia. Keempat, media, digital, dan teknologi terdiri dari PT Multipolar Technology Tbk (MLPT), VisioNet, Berita Satu Media Holdings, MBiz, Venturra, dDV, dan OVO. Kelima, industri terdiri dari Champion, PT Walsin Lippo Industries, dan NPI Mall Management.

Xendit Memproses Transaksi Lebih dari 171 Triliun Rupiah, Pertumbuhan Terbesar dari Produk Digital

Startup payment gateway Xendit mengungkapkan sepanjang tahun ini (periode 30 November 2020-30 November 2021) telah memproses nilai volume transaksi (TPV) lebih dari $12 miliar (lebih dari 171 triliun Rupiah) dengan total transaksi lebih dari 150 juta transaksi per tahunnya, baik di Indonesia dan Filipina. Angka ini tumbuh 250% secara YOY dan 12% secara MOM.

Dari data internal perusahaan, diungkapkan saat ini Xendit memiliki lebih dari 3 ribu merchant aktif, yang terdiri dari 90% UMKM dan 10% korporasi. Pertumbuhan transaksi terbesar datang dari tiga industri, yakni produk digital yang naik 400%, meliputi layanan edtech, SaaS, healthtech, dan lainnya; sektor jasa tumbuh 300%, meliputi sekolah, logistik, wedding, dan lainnya; dan, jasa keuangan naik 150%, meliputi software akuntansi, investasi, asuransi, dan lainnya.

“Hal yang menarik dari sektor jasa untuk wedding karena selama pandemi banyak event organizer yang menyediakan QRIS untuk memberikan angpao buat mempelai secara online,” ucap SME Sales Lead Xendit Patricia Muljadi dalam konferensi pers virtual, Selasa (14/12).

Pencapaian Xendit

Lebih lanjut dipaparkan bahwa metode pembayaran yang paling banyak digunakan di Indonesia adalah e-wallet (43%), virtual account (42%), QR Code (7%), retail outlet (6%), dan kartu kredit menempati posisi terbawah.

Bila ditelaah lebih dalam, hampir separuh seller online di Xendit sudah menerima pembayaran via e-wallet. Oleh karenanya, pemakaian e-wallet tumbuh signifikan dari tahun ke tahun, terutama sejak pandemi, dengan total pertumbuhan mencapai 300% dari awal tahun ini.

“Jumlah pengguna e-wallet juga meningkat 2,4x lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Di bulan November 2021, hampir separuh merchant Xendit sudah memiliki kanal e-wallet khusus untuk menerima pembayaran pembeli.”

Selanjutnya, transfer virtual account tetap menjadi pilihan utama bagi konsumen di Indonesia dengan peningkatan sebanyak dua kali lipat. Adapun untuk retail outlet menjadi pilihan kedua terbesar memperlihatkan bahwa pembayaran over the counter masih relevan di Indonesia, khususnya di kota lapis dua dan tiga.

Akan tetapi, bila dibandingkan di tahun sebelumnya, baik kartu kredit maupun retail outlet menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Untuk retail outlet misalnya, sebelumnya porsinya 12%.

Berikutnya, pembayaran via QR Code meningkat hingga tujuh kali lipat secara YOY. Akselerasi ini didorong oleh regulasi pemerintah yang menetapkan QRIS, sehingga semua pembayaran digital dapat difasilitasi hanya dengan satu kode yang sama. Di bulan November kemarin, Xendit mencatat bahwa 1 dari 5 merchant telah menggunakan QR code untuk menerima pembayaran dari pembeli.

Terakhir, rata-rata nilai transaksi untuk setiap metode pembayaran, virtual account menjadi yang tertinggi dibandingkan metode pembayaran lainnya. Sementara, e-wallet menjadi yang terendah. Patricia menuturkan, berdasarkan data internal mereka, rata-rata nilai transaksi untuk setiap metode pembayaran sangat bervariasi –dengan virtual account menempati angka tertinggi (rata-rata Rp2,3 juta) dan e-wallet terkecil (rata-rata Rp70ribu).

Menurutnya, hal ini mengindikasikan bahwa e-wallet banyak digunakan untuk pembayaran bernilai kecil, serupa dengan QR Code yang mencatatkan nominal transaksi rata-rata Rp250 ribu. “Sementara itu, untuk pembelian bernominal besar, pembeli Indonesia lebih banyak mengandalkan virtual account, outlet ritel (rata-rata Rp1,2 juta) dan kartu kredit (rata-rata Rp800 ribu).”

Pencapaian lainnya turut disampaikan oleh Xendit, yakni Aplikasi Xendit Bisnis yang sudah diluncurkan sejak bulan lalu. Disampaikan bahwa aplikasi ini telah memiliki lebih dari 250 pengguna baru. Mereka datang terbanyak dari industri ritel, produk digital, dan jasa. Adapun pilihan metode pembayaran yang mereka sediakan adalah e-wallet (62,2%), virtual account (26,8%), dan kartu kredit (11%).

Sebagai catatan, aplikasi Xendit Bisnis ini memungkinkan pebisnis yang mayoritas menggunakan smartphone untuk mengoperasikan bisnisnya, untuk mengatur dan menerima pembayaran online dari pembeli, serta Order Management yang memungkinkan pebisnis bisa memproses keseluruhan transaksi secara otomatis, mulai dari memasukkan pesanan dari pembeli, mengatur pengiriman, hingga merekap semua pembelian.

Dengan begitu, operasional bisnis online bisa berjalan dengan lancar dan efisien dalam hal penghematan waktu. Awal tahun depan, rencananya Xendit akan menambah fitur untuk aplikasi ini, di antaranya mengintegrasikan Xendit Online Store dengan aplikasi, mengelola inventori cek ongkos kirim, dan pemesanan layanan logistik.

“Kita sangat product-centris. Ke depannya kita akan lebih banyak mempersiapkan dan meningkatkan solusi kami dari sisi produk, agar produk dapat lebih simpel. Ini menjadi strategi yang akan tetap kami pegang,” tambah Head of Business Development Xendit Nor Meydia.

Meski tidak dirinci lebih detail, perusahaan akan mengembangkan produknya berdasarkan tiga pilar, yakni keamanan, produk UMKM-sentris, dan produk modal usaha. Untuk pilar yang terakhir, rencananya Xendit akan menyediakan fitur modal kerja untuk pengusaha dan kartu kredit korporat.

AWS Berencana Investasi 71 Triliun Rupiah dalam 15 Tahun, Memperkuat Bisnis “Cloud” di Indonesia

Amazon Web Services (AWS) mengumumkan telah resmi membuka Region Indonesia, yakni AWS Asia Pasifik (Jakarta) Region. Pembukaan Region baru ini sejalan dengan rencana AWS untuk berinvestasi sebesar $5 miliar atau sekitar 71 triliun Rupiah dalam 15 tahun ke depan di Indonesia.

Disampaikan pada media briefing secara virtual, Country Manager AWS Indonesia Gunawan Susanto mengatakan bahwa komitmen investasi di Tanah Air diproyeksi menciptakan sebanyak 24.700 pekerjaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Dalam skala makro, ungkapnya, AWS Asia Pacific (Jakarta) Region diestimasi dapat berkontribusi terhadap PDB Indonesia sebesar $10,9 miliar atau sebesar Rp155 triliun.

Studi Dampak Ekonomi Indonesia / Sumber: Amazon Web Services (2021)

Pasalnya, Region ini akan memampukan para pengembang, startup, wirausaha, perusahaan berskala besar, pemerintahan, hingga organisasi nirlaba untuk bertransformasi dan melayani pelanggan melalui berbagai digital.

“Maka itu, AWS berupaya untuk provide kebutuhan ini dengan melakukan berbagai pelatihan skill demi memperkuat talent lokal. Ini semua akan mendukung [bisnis] AWS di Indonesia, making the Region ready untuk memberikan pelayanan yang baik di Indonesia,” ungkap Gunawan.

Memperkuat Region Jakarta

Saat ini, AWS memiliki 84 availability zone di 26 wilayah geografis di dunia, dan berencana menambah 24 availability zone serta delapan AWS Region lainnya tahun depan.

Untuk kawasan Asia Pasifik, beberapa lokasi Region AWS tersebar antara lain di AWS Asia Pacific (Sydney) Region untuk Australia, Asia Pacific (Mumbai) Region untuk India, Asia Pacific (Singapore) Region untuk Singapura, dan Asia Pacific (Osaka) Region untuk Jepang.

Region merupakan kumpulan beberapa data center yang memungkinkan pelanggan beroperasi dan menyimpan data secara digital di Indonesia. DI Indonesia, AWS Asia Pacific (Jakarta) Region tersebar di tiga zona yang lokasinya dirahasiakan.

Adapun, AWS Region terdiri dari availability zone yang terletak cukup jauh satu sama lain demi mendukung kelangsungan bisnis pelanggan, tetapi dekat untuk menyediakan latensi rendah bagi aplikasi dengan kebutuhan tinggi yang memanfaatkan beberapa availability zone.

VP of Infrastructure Services AWS Prasad Kalyanaraman menambahkan bahwa adopsi cloud dapat membuka kesempatan bagi institusi, startup, perusahaan, hingga pemerintahan untuk mentransformasikan bisnisnya. Terlebih, AWS menawarkan sejumlah keunggulan, mulai dari biaya dan latensi lebih rendah serta meningkatkan agility.

Cloud membuka kesempatan bagi berbagai organisasi terlepas dari skala dan jenis bisnisnya, untuk mentransformasikan kegiatan operasional dan menghadirkan pengalaman yang menyeluruh bagi pelanggan,” paparnya.

Sebagai informasi, AWS resmi membuka kantornya di Jakarta pada 2018. Namun, AWS mencatat telah membantu lebih dari 1.700 startup di Indonesia untuk membangun dan meningkatkan skala bisnisnya. Beberapa perusahaan yang menggunakan layanan AWS antara lain PT Pos Indonesia (Persero), Tokopedia, Halodoc, dan MNC Group.

Sebagaimana diketahui, adopsi digital meningkat signifikan sejak pandemi Covid-19 di 2020. Hal ini dikarenakan segala pusat aktivitas mulai dialihkan ke digital sejalan dengan upaya pembatasan interaksi sosial, seperti melalui kebijakan Work From Home (WFH) dan Home Learning.

Berdasarkan riset World Economic Forum, sebanyak 91,7% di Indonesia telah menerapkan kebijakan remote working, sebanyak 58,3% di antaranya mengalami peningkatan otomasi pekerjaan. Adapun, cloud computing menjadi salah satu teknologi yang paling banyak diadopsi selama pandemi, yakni sebesar 95%.

Sembrani Kiqani dan Bukalapak Berinvestasi di Startup Game “Play-to-Earn” Filipina

Sembrani Kiqani, dana kelolaan milik BRI Ventures (BVI), dan startup unicorn Bukalapak terlibat dalam investasi di Yield Guild Games Southeast Asia (YGG SEA) yang berhasil mengumpulkan $15 juta lewat dua putaran pembiayaan (financing round).

Pendanaan tersebut akan digunakan YGG SEA untuk mendorong adopsi game berbasis play-to-earn di kawasan Asia Tenggara. Sebagai informasi, YGG SEA merupakan organisasi otonom terdesentralisasi (DAO) di bawah naungan Yield Guild Games (YGG), startup pengembang game berbasis blockchain asal Filipina.

Sembrani Kiqani merupakan kendaraan investasi terbaru BVI yang menyasar sektor direct-to-consumer (D2C) serta blockchain dan turunannya, termasuk cryptocurrency. BVI memang tengah mendorong investasinya untuk memperkuat ekosistem kripto di Indonesia.

Selain Bukalapak dan BVI, YGG SEA juga mengamankan pendanaan ini dari sejumlah investor antara lain Crypto.com Capital, Animoca Brands, MindWorks Ventures, Poloniex, Jump Capital, dan Overseas Bank Venture Management. Sebelumnya pada Agustus lalu, YGG SEA telah menerima pendanaan tahap awal yang dipimpin YGG dan Infinity Ventures Crypto.

YGG SEA dipimpin Co-Founder & CEO Evan Spytma. Co-Founder YGG lainnya adalah Dan Wang (sebelumnya mengepalai operasi Riot Games di Tiongkok) dan Irene Umar (juga menjadi Managing Partner Discovery Nusantara Capital, VC startup gaming berbasis di Indonesia).

Rencana ekspansi

Dengan keterlibatan Bukalapak dan Sembrani Kiqani, YGG SEA akan membidik Indonesia sebagai salah satu target utama ekspansinya di Asia Tenggara, diikuti dengan Vietnam, Singapura, dan Thailand. Usai ekspansi ke empat negara ini, barulah YGG SEA akan melancarkan ekspansinya ke seluruh kawasan Asia Tenggara

Investasi terbaru ini akan membantu perusahaan untuk membawa targeted offering ke komunitas gaming di regional. Perusahaan akan mendukung pengembangan game berbasis play-to-earn di setiap negara sehingga dapat mengumpulkan aset game yang dapat digunakan untuk membangun basis pemain di pasar lokal.

“SubDAO seperti YGG SEA akan menjadi inti dari strategi ekspansi YGG di seluruh dunia mengingat mereka memiliki kekuatan pada pengetahuan dan jaringan lokal,” ujar Co-founder YGG Gabby Dizon.

Lebih lanjut mengenai YGG SEA, DAO memanfaatkan protokol open source pada blockchain dengan berbasis smart contract. Tujuan utamanya adalah menyediakan cara otomatis dalam melaksanakan keputusan tata kelola. DAO pada YGG berbasiskan smart contract yang dibangun di atas Ethereum.

Konsep Play-to-Earn

Play-to-Earn (P2E) adalah salah satu turunan dari konsep NFT pada game yang akhir-akhir ini terus naik daun. Teknologi blockchain memungkinkan pemain melakukan jual-beli dan memperdagangkan aset digital dalam bentuk game. Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa pengembang yang masuk ke sana, salah satunya Soulcops.

Saat ini, terdapat 3 ribu kartu digital dalam Soulcops yang sudah dapat dibeli oleh kolektor sebelum mobile game resmi dirilis pada tahun depan. Kolektor nantinya dapat memainkan koleksi NFT mereka karena masing-masing memiliki rarety yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan saat bermain game, serta dapat di-upgrade dengan senjata dan utilitas lain dalam membuat karakter yang lebih kuat. Hal lainnya adalah mendapat token yang dapat ditukar dengan uang nyata sebagai implementasi dari P2E.

Selain itu, terdapat beberapa produk game lain yang juga mengarah ke konsep berbasis NFT, di antaranya Arkipelago, Reality Chain, dan Meta Forest Society.

East Ventures Pimpin Pendanaan Pra-Seri A Startup SaaS Supply Chain “Praktis”

Praktis (sebelumnya bernama PTS.sc), startup penyedia solusi rantai pasokan berbasis data untuk brand D2C (Direct to Consumer), mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A dengan nilai dirahasiakan. Putaran ini dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari Grup Triputra.

Praktis akan memanfaatkan dana yang diraih ini untuk meningkatkan teknologinya, membangun tim, dan meningkatkan penawaran produk guna memberikan layanan yang lebih baik untuk klien.

Startup ini didirikan pada 2017 oleh Adrian Gilrandy bersama dua rekannya, Dipta Imanto dan Mohamad Fahrul. Dipta memiliki latar belakang di manajemen strategis dan operasi saat bekerja di Grup Triputra, tempat ia bertemu dengan Dipta Imanto, yang memiliki pengalaman dalam peningkatan operasi di berbagai industri, mulai dari manufaktur, logistik, hingga pertanian. Kemudian, mereka berdua mendirikan Praktis bersama Fahrul, seorang pelaku usaha industri kreatif dan turut mendukung beberapa merek sepatu lokal.

Ketiganya menyadari bahwa banyak merek UMKM lokal yang masih kesulitan dalam mengelola bisnis yang berkelanjutan dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh karenanya, solusi yang dibangun Praktis fokus pada pemberian bantuan kepada pemilik merek dalam mengelola kegiatan operasional sehari-hari dengan bantuan teknologi.

Solusi yang dihadirkan

Platform Praktis memiliki visibilitas penuh terhadap semua proses rantai pasokan, sehingga perencanaan produksi dan proses pengontrolan inventaris bisa lebih optimal dan hemat biaya. Solusi yang dihadirkan terdiri dari aktivitas pengadaan dan produksi, memungkinkan merek memanfaatkan jaringan luas pemasok milik Praktis untuk membuat dan mengembangkan produknya.

Selanjutnya, layanan logistik dan fulfillment yang menawarkan efisiensi operasional melalui sistem otomatis dan mitra yang andal; sistem manajemen pesanan bagi merek untuk memasuki kanal penjualan yang tepat berdasarkan data yang akurat dan prediksi permintaan; dan, akses ke pembiayaan modal kerja yang membantu pengembangan merek.

“Mengatur operasional bisnis dan mengelola pengadaan, logistik, hingga manajemen toko selain merancang dan memasarkan produk bagus dapat menjadi masalah besar bagi brand UMKM D2C. Di sinilah kami hadir dengan menyediakan layanan manajemen operasional yang mulus,” ucap Co-founder Praktis Dipta Imanto dalam keterangan resmi, Selasa (14/12).

Diprediksi pada 2025, pasar D2C Indonesia di bidang fesyen, makanan dan perawatan pribadi serta mebel dan peralatan rumah tangga  akan tumbuh dengan total $36.120 miliar per tahun. Prospek cerah ini tercermin dari kinerja Praktis. Diklaim, saat ini pendapatan bulanan Praktis yang mengalami pertumbuhan lebih dari 12 kali lipat secara YOY pada tahun 2021 dengan perkiraan CAGR hingga 24x dan 31% CMGR berdasarkan periode delapan bulan dari Januari hingga September 2021.

“Sebagai titik kontak tunggal, kami memungkinkan brand D2C untuk lebih fokus pada kompetensi inti mereka, yang pada akhirnya membantu brand untuk meraih pendapatan yang jauh lebih tinggi dengan pemanfaatan modal kerja yang efisien. Dalam waktu dekat, kami mengantisipasi pertumbuhan pendapatan hingga 6x lipat,” tambah Co-founder Praktis Adrian Gilrandy.

Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures mengatakan, “Kami berinvestasi di Praktis dengan keyakinan bahwa penawaran produk mereka akan dapat membantu brand UMKM D2C untuk tumbuh dan berkembang pesat. Berdasarkan kinerja mereka sejauh ini, kita dapat melihat bahwa produk-produk Praktis memang memecahkan masalah utama pelanggan mereka. Kami sangat antusias dengan perkembangan Praktis karena mereka terus bertumbuh.”

Hingga kini, Praktis telah dipercaya oleh lebih dari 100 brand customer, dan memiliki lebih dari 1.000 mitra supplier dan manufaktur. Beberapa kliennya seperti Brodo, NAH Project, Visval, Elhaus, Roughneck 1991, JakCloth.co.id, Kintakun, Pyopp, Rose All Day Cosmetics, dan masih banyak lagi. Tiap bulannya, Praktis mampu menangani lebih dari 300.000 pengiriman barang dan lebih dari 20.000 item produk yang diproduksi melalui mitra supplier dan manufaktur.

Solusi SaaS

D2C merupakan salah satu model bisnis yang melakukan proses penjualan tanpa adanya bantuan perantara. Sederhananya, pebisnis yang memproduksi barang, mengemas, dan mengirimnya langsung ke konsumen tanpa adanya campur tangan pihak lain atau pihak ketiga. Perantara ini bermacam-macam, bisa reseller, dropshipper, sampai toko retail seperti minimarket.

Dengan tanpa bantuan perantara tersebut, pebinis bisa langsung memasarkan produknya ke jaringan yang sudah dimiliki, seperti situs, media sosial, sampai toko fisik. Namun, model bisnis ini punya kelemahan karena pebisnis harus mengatur alur pasokannya sendiri, perlu persiapan panjang, dan harus menghadapi konsumen langsung.

Di sinilah peranan seperti Praktis hadir, sebetulnya tidak hanya Praktis yang bermain di segmen ini, juga ada Sirclo yang menyediakan solusi end-to-end e-commerce enabler untuk merek dengan skala bisnis yang lebih besar.

Menurut data di laporan MSME Empowerment Report 2021 yang diterbitkan DSInnovate, terdapat beberapa permasalahan mendasar yang saat ini dialami oleh pelaku UMKM di Indonesia, di antaranya: kekurangan modal kerja, kekurangan bahan baku, proses pengadaan, salah perhitungan akuntansi, kesulitan memasarkan produk, dan proses transaksi.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, 83% dari pelaku UMKM mengaku menggunakan layanan dari startup digital. Dari hipotesis tersebut, para founder pun bergairah untuk menghadirkan ragam produk dengan proposisi nilai yang berbeda-beda. Saat ini ada puluhan startup yang menghadirkan berbagai jenis SaaS di segmen tersebut.

DSConnect: Menjembatani Startup dan Investor

Mencetak sekitar 12 unicorn dan 57 centaur pada tahun 2021 adalah bukti bahwa ekosistem startup Indonesia telah berhasil melewati dekade pertamanya. Bahkan di masa pandemi.

Industri teknologi telah terbukti menghasilkan nilai ekonomi yang besar dan membangun kekayaan secara global, memberdayakan berbagai sektor untuk mengoptimalkan potensi mereka melalui teknologi. Meskipun daftar perusahaan rintisan dengan valuasi besar terus bertambah, masih banyak founder generasi baru bermunculan dengan keterampilan yang lebih solid dan pemahaman yang lebih baik tentang industri ini.

DSConnect dari DailySocial.id diluncurkan untuk menjembatani startup dan investor. Dengan DSConnect, investor dapat menemukan daftar pendiri startup yang saat ini melakukan penggalangan dana dengan detail perusahaan, pendiri serta tahapan penggalangan dana. Dengan mengklik tombol, pendiri dan calon investor yang tertarik akan menerima email pengantar yang dapat diarahkan ke diskusi lebih lanjut.

Kami percaya melalui marketplace pendiri dan investor ini, kami harus menjaga kualitas entitas semurni mungkin. Jadi untuk saat ini, kami akan mengkurasi kedua belah pihak: investor dan pendiri yang melakukan penggalangan dana. Detail untuk melamar sebagai pendiri dan investor ada di situs web.

Kami juga percaya bahwa sekarang adalah momentum untuk DSConnect. Kami melihat pertumbuhan pesat dalam dana yang dikelola serta perluasan hipotesis investasi modal ventura. Selain itu, ada tren di antara para pendiri, serial entrepreneur, dan pemimpin startup yang juga menjadi angel investor untuk berpartisipasi dalam putaran investasi ke startup tahap awal.

DSConnect dapat diakses melalui https://connect.dailysocial.id/, dimana Anda dapat mendaftar dan login menggunakan akun DailySocial Anda. Saat ini, platform sepenuhnya gratis dan tidak dikenakan biaya, karena kami berharap dapat menjadi pusat investasi untuk startup tahap awal dan komunitas investasi.

Jika Anda adalah pendiri startup dan masih melakukan penggalangan dana, silakan pilih opsi “Connect to Investor” dan beri tahu kami lebih lanjut tentang startup Anda dan rencana penggalangan dana.

Sementara itu, jika Anda seorang pemodal ventura atau investor angel, silakan “Apply as Investor” dan paparkan sedikit informasi tentang Anda sebagai bagian dari penilaian kami di dalam platform. Kami menjalankan proses kurasi yang ketat untuk memastikan datar investor dan penggalangan dana adalah perusahaan-perusahaan rintisan dan para investor luar biasa yang layak untuk dihubungkan. Proses ini mungkin memakan waktu beberapa hari, namun kami berupaya melakukannya secepat mungkin.


Artikel asli dalam bahasa Inggris, diterjemahkan oleh Kristin Siagian