Grab Resmikan Layanan “Clean & Fix” Bersama Sejasa

Grab dan Sejasa.com meresmikan layanan Clean & Fix untuk memesan jasa reparasi alat dan perawatan rumah di dalam aplikasi Grab. Layanan ini adalah realisasi Sejasa yang terpilih sebagai salah satu lulusan terbaik Grab Velocity Ventures batch pertama.

Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan mengatakan, Clean & Fix adalah hasil hipotesis yang dilakukan Grab setelah pilot project dengan Sejasa pada Desember 2018. Sebelum Clean & Fix resmi hadir, Grab memasukkan Sejasa dalam bentuk widget di laman utama aplikasi Grab.

Di situ, pengguna Grab bisa memesan layanan Sejasa lewat in-app Grab. Setelah pembelajaran selama empat minggu, untuk testing awal di Jabodetabek saja, terjadi peningkatan transaksi antara 50%-70%. Data-data yang masuk menjadi insight yang menguatkan Grab sampai akhirnya meresmikan Clean & Fix sebagai layanan berbentuk tile.

“Dari angka itu, artinya ada demand yang besar dan hipotesis kita proven. Memang ada gap waktu untuk persiapannya, dari akhirnya pada awal tahun ini sampai sekarang baru bisa diresmikan karena kita ingin persiapkan pengalaman yang lebih sempurna,” terang Ongki, Selasa (10/9).

Di layanan ini, Grab hanya fokus menyediakan jasa-jasa yang berhubungan dengan reparasi dan perawatan rumah yang ada di Sejasa. Sementara, Sejasa sendiri punya layanan lebih dari 100 jenis jasa dari 50 kategori, mulai dari kontraktor, desainer interior, tukang ledeng, hingga teknisi AC.

Pembeda lainnya terletak di metode pembayarannya yang sudah terhubung dengan Ovo ketika memesan lewat Grab. Sebelumnya, Sejasa hanya menyediakan pembayaran dengan uang tunai saja. Jaminan lainnya, Sejasa menjanjikan penyedia jasa terverifikasi, respons yang cepat kurang dari 1 jam, harga yang sudah terstandar, dan garansi layanan 30 hari.

Country Manager Sejasa Anthony Wijaya menambahkan untuk tahap awal Clean & Fix baru tersedia di area Jabodetabek dengan tiga layanan, yakni servis AC, mesin cuci, dan kulkas. Pada Oktober mendatang, area cakupan akan diperluas ke Bandung dan Surabaya.

“Kita mau arahkan mulai masuk ke layanan perawatan rumah untuk melengkapi scoop Clean & Fix. Dalam waktu dekat kita akan menambah jasa pertukangan, tukang ledeng, dan jasa cat rumah,” ujar Anthony.

Secara paralel, Clean & Fix tidak hanya hadir untuk pengguna Grab di Indonesia. Pihak Sejasa tengah mempersiapkan layanan ini untuk digulirkan ke negara lain tempat mereka beroperasi. Di Asia Tenggara, Sejasa berada di bawah naungan Recommend Group yang juga hadir di Malaysia (Recommend.my) dan Thailand (Helpdee.com).

“Mungkin dalam akhir tahun ini atau paling lambat tahun depan, Clean & Fix sudah bisa hadir di mana kami beroperasi atau Grab beroperasi,” tambah Co-Founder dan CEO Recommend Group Jes Min Lua.

Secara keseluruhan Sejasa mengklaim telah merangkul lebih dari 40 ribu penyedia jasa dan 500 ribu pelanggan. Hampir 70% dari total bisnis Sejasa datang dari Indonesia, begitupun untuk karyawan Sejasa.

Anthony menyebut masuknya Sejasa dalam ekosistem Grab diharapkan dapat mempercepat realisasi perusahaan yang ingin memberdayakan 100 ribu UMKM di Indonesia.

Perkembangan Grab Velocity Ventures Batch Kedua

Peresmian layanan sebenarnya merupakan bentuk komitmen Grab sebagai super app, dengan menyediakan API untuk para mitra startup yang ingin masuk ke dalam ekosistem Grab. Grab Velocity Ventures (GVV) itu sendiri adalah salah satu cara mencari mitra tersebut.

Dalam GVV batch pertama, Grab sudah lebih dahulu mengumumkan layanan pemesanan tiket bioskop dengan menggandeng BookMyShow. Resmi masuknya Sejasa ke dalam aplikasi Grab, menuntaskan perjalanan Grab untuk GVV pada batch ini.

Ongki menjelaskan, GVV sudah masuk batch kedua dan sekarang ini sudah mulai pilot project di ekosistem Grab, mengingat sudah mulai memasuki masa akhir program. Ada yang langsung masuk ke aplikasi Grab dan Kudo, tergantung fokus bisnis mereka.

Kalau lebih cenderung ke B2B atau B2B2C akan diarahkan ke Kudo, contohnya adalah Pergiumroh, Qoala, dan Tanihub. Sementara, peserta yang langsung B2C masuk Grab adalah Sayurbox dalam bentuk widget, persis seperti yang BookMyShow dan Sejasa lalui. Seluruh peserta sedang uji coba model bisnis mereka, apakah benar tidak ada permintaan, dan relevan dengan pengguna Grab.

“Persis seperti tahun lalu, semua peserta GVV sedang kita berikan kesempatan untuk pilot project di ekosistem Grab atau Kudo. Dari seluruh tes itu apakah hasilnya signifikan atau tidak. Apabila ini proven, baru kita berani untuk perkenalkan sebagai real feature dan harapannya mereka bisa scale up bisnis lebih cepat.”

Layanan lainnya yang bakal segera hadir dan menggandeng pihak ketiga adalah Health. Hanya saja, menurut Ongki, sedikit molor dari rencana peresmian jadi kuartal IV/2019. Awalnya direncanakan bakal hadir pada Agustus 2019.

Fitur yang disediakan untuk tahap pertama adalah telemedicine, memungkinkan pengguna untuk konsultasi secara online dengan dokter. Sayang, Ongki masih enggan membeberkan mitra yang bakal digaet untuk ini.

Grab sendiri telah bermitra dengan Kalbe dan Ping An untuk mendorong ketersediaan layanan kesehatan di platform-nya tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Kenalkan GoCar Instan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta

Gojek secara resmi memperkenalkan fitur GoCar Instan. Sebuah fitur yang memungkinkan pengguna yang ada di Bandara Internasional Soekarno-Hatta mendapatkan layanan GoCar dengan cepat.

Co-Founder Gojek Kevin Aluwi menyebutkan fitur GoCar Instan mampu mempersingkat waktu tunggu penjemputan di terminal kedatangan sehingga berdampak pada lancarnya arus keluar masuk kendaraan di bandara.

“Kami sangat berterima kasih kepada Angkasa Pura II atas sambutan hangat serta keterbukaan untuk mengadopsi teknologi yang memudahkan mobilitas pengguna bandara. Untuk itu, kami menghadirkan fitur baru, GoCar Instan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Fitur tersebut merupakan salah satu solusi Gojek untuk transportasi cepat dan mudah dari bandara,” jelas Kevin.

Mengenai GoCar Instan di Bandara Internasional Soekarno-Hatta Kevin menjelaskan, mereka tak hanya menyediakan fitur pemesanan on the spot tetapi juga dilengkapi oleh solusi pengelolaan antrian untuk membantu konsumen mendapatkan kendaraan dengan cepat tanpa menunggu kelancaraan arus kendararaan. Bagi mitra driver Gojek, fitur ini memudahkan mereka untuk bisa cepat bertemu dnegan pelanggan.

Seremoni Sambung Pita oleh Gojek, Angkasa Pura II dan Koperasi Ligat Utama Sejahtera (Maesa) disaksikan oleh perwakilan Kemenhub dan Kemenkominfo.

“Kami tawarkan solusi pengelolaan antrian yang membuat arus masuk dan keluarnya kendaraan jadi ringkas. Kami melihat bahwa penumpukan antrian kendaraan cukup sering terjadi di bandara, sementara zaman sekarang masyarakat ingin semuanya serba cepat. Untuk itu kami hadirkan fitur GoCar Instan agar pemesan layanan dan mitra driver cepat bertemu dan dapat langsung berangkat,” jelas Kevin.

Fitur GoCar Instan juga didukung dengan hadirnya titik jemput GoCar Instan di Terminal Kedatangan 2D, dan 2F. Dalam waktu dekat juga akan diperluas untuk area kedatangan 1A dan Terminal 3 Domestik serta Internasional di Bandara Soekarno-Hatta.

“Dukungan dari Angkasa Pura II menjadi tonggak sejarah pengembangan layanan pemesanan on the spot yang cepat dan mudah. Kami juga berharap masyarakat mencoba layanan baru kami di Bandara Internasional Soekarno-Hatta dan tidak ragu berbagi pengalaman bersama kami agar kami dapat ide-ide fresh untuk terus berinovasi,” terang Kevin.

Selain GoCar Instan, Gojek juga memperkenalkan GoRide Instan yang mulai tersedia di Stasiun Depok Baru dan Pasar Blora Dukuh Atas, lokasi ini berdekatan dengan Stasiun Sudirman maupun Stasiun MRT Dukuh Atas. Fitur GoRide Instan ini merupakan fitur yang serupa dengan GrabNow milik Grab.

Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Konfirmasi “Perampingan” Jumlah Pegawai

Marketplace bervaluasi di atas $1 miliar Bukalapak mengonfirmasi bahwa memang terjadi perampingan bisnis, yang berdampak pada pengurangan pegawai, untuk mendukung  yang berkelanjutan. Hal tersebut menjawab informasi yang berseliweran di media saat ini, termasuk dari sumber kami yang dikonfirmasi secara terpisah. Meskipun demikian, perusahaan tidak memberikan informasi detail tentang berapa jumlah pegawai yang terdampak dan bagian apa saja yang terkena perampingan.

Kepada DailySocial, Head of Corporate Communications Bukalapak Intan Wibisono mengatakan, “Bukalapak sudah tumbuh sebesar dan secepat ini dalam kurun waktu singkat. Di skala perusahaan seperti ini tentunya kami perlu menata diri dan mulai beroperasi layaknya perusahaan yang sudah dewasa, atau bisa kami sebut sebagai a grown up company, terutama untuk menjamin visi kami untuk terus tumbuh sebagai sustainable e-commerce dalam jangka panjang.

“Tentunya sudah lazim untuk perusahaan manapun melakukan penataan internal secara strategis untuk mendukung implementasi strategi bisnisnya. Demikian pula dengan Bukalapak,” lanjutnya.

Menurut beberapa sumber media, ada ratusan pegawai yang terkena dampak perampingan ini, termasuk kabar penutupan pusat R&D di Medan dan Surabaya. Bukalapak saat ini memiliki sekitar 2000-an pegawai dengan 1100 di antaranya, per Juli 2019, adalah engineer.

Konsep perampingan atau fokus ulang bisnis bukanlah barang baru bagi startup Indonesia. Gojek sebelumnya pernah menutup pusat R&D di Yogyakarta, sementara Sorabel (dulu bernama Sale Stock) dan Berrybenka di tahun 2016 pernah melakukan langkah yang sama. Sampai sekarang perusahaan-perusahaan tersebut tampak baik-baik saja, bahkan mendapatkan pendanaan baru sebagai bukti kepercayaan investor.

Bukalapak tahun ini memprediksi memperoleh annualized GMV hingga $5 miliar (sekitar 70 triliun Rupiah) dan mengklaim laba kotor bulanan naik dua kali lipat ketimbang perolehan bulan Desember 2018.

Kepemilikan terbesar Bukalapak saat ini disebut dipegang oleh Emtek, Ant Financial, dan GIC Singapura.

“Menjadi suatu perusahaan e-commerce berkelanjutan adalah hal penting bagi kami, karena meskipun pertumbuhan GMV adalah metrik penting di sektor e-commerce, perusahaan kami telah melangkah ke tahap selanjutnya dan telah sukses memperoleh peningkatan pendapatan menuju profitabilitas, yang sudah sesuai harapan dan bahkan lebih cepat dibanding ekspektasi kami,” klaim Intan.

Application Information Will Show Up Here

Peter Lydian Sutiono Ditunjuk Jadi Country Director Facebook Indonesia

Hari ini (09/9) Facebook mengumumkan penunjukan Peter Lydian Sutiono sebagai Country Director untuk Facebook Indonesia. Sebelumnya posisi tersebut dipegang oleh Sri Widowati, sebelum akhirnya mengundurkan diri untuk melanjutkan karier di Unilever Indonesia sebagai Chief Digital Transformation.

Peter akan bertugas memimpin kegiatan bisnis di Indonesia. Termasuk memberikan masukan dan dukungan bagi brand untuk mencapai target pertumbuhan melalui kanal media sosial. Ia juga akan fokus untuk mendorong nilai serta dukungan yang lebih besar untuk bisnis internasional maupun di Indonesia dalam berbagai industri seperti e-commerce, consumer goods atau produk konsumen, layanan finansial dan teknologi atau telekomunikasi.

“Saya senang bisa bergabung dengan Facebook dan menantikan kerja sama dengan tim untuk mengembangkan investasi kami agar dapat memberikan dukungan yang lebih baik bagi bisnis dan komunitas di Indonesia. Facebook memiliki komitmen untuk memungkinkan orang-orang yang menggunakan Facebook, WhatsApp dan Instagram memanfaatkan kekuatan teknologi guna memajukan kehidupan mereka serta memberikan kontribusi bagi masa depan Indonesia,” sambut Peter.

Sebelumnya Peter sudah berpengalaman bertahun-tahun memimpin bisnis teknologi. Ia pernah menjabat sebagai Managing Director untuk Dell Indonesia, selain itu juga sebagai Public Sector Director di Microsoft Indonesia. Sebelum berpindah ke Facebook, ia berkarier di startup fintech Finmas sebagai Direktur Utama.

Application Information Will Show Up Here

Base Terima Pendanaan Tahap Awal, Kembangkan Platform Digital untuk Produk Kecantikan dan Wellness

Base, startup produk kecantikan dan wellness direct-to-consumer (DTC) mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nilai yang tidak disebutkan. Investasi dipimpin oleh East Ventures dan Skystar Capital. Dana akan digunakan untuk mengejar pertumbuhan konsumen dan merekrut lebih banyak talenta.

Base adalah situs e-commerce kecantikan yang memberikan rekomendasi produk berdasarkan kondisi kulit pengguna. Rekomendasi akan muncul setelah konsumen mengisi seluruh pertanyaan yang ditanyakan. Seluruh produk kecantikan Base dibuat sendiri dengan harga mulai dari Rp98 ribu.

Startup ini baru berusia enam bulan, dipimpin oleh eks Head of Marketing Gojek Yaumi Fauziah Sugiharta yang kini menjabat sebagai Co-Founder dan CEO Base. Awalnya Base berupa blog perawatan kulit sejak 2017, Yaumi aktif menjalin hubungan dengan komunitas lewat akun media sosialnya.

Sejak saat itu, dia menerima banyak pertanyaan dari perempuan Indonesia tentang cara memilih produk perawatan kulit yang tepat untuk mereka. Lantas, ia melihat ada tantangan yang nyata di bisnis tersebut. Bersama CPO Base Ratih Pertama, sebelumnya bekerja sebagai Product Manager DBS Singapura, Yaumi bertekad untuk menyeriusi Base.

“Base lahir untuk menghilangkan kesulitan dalam memilih produk, dengan cara menyederhanakan proses penemuan produk dan mendapatkan produk terpersonalisasi dengan menggunakan teknologi. Konsumen kami bisa mendapat sebuah produk kecantikan dan wellness dengan formula kualitas tinggi, vegan, langsung dari situs Base,” terang Yaumi dalam keterangan resmi.

Ratih menambahkan, dengan basis data yang kuat, Base akan menganalisis bagaimana lingkungan dan gaya hidup bisa mempengaruhi kondisi kulit. Perusahaan bekerja sama dengan laboratorium penelitian dan pengembangan (R&D) di London dan Seoul untuk bangun pengembangan produk dan memproduksinya secara lokal di Jakarta.

Masing-masing perwakilan dari investor turut memberikan tanggapan. Partner dari East Ventures Melisa Irene mengatakan, Base tengah membangun sebuah inovasi penting di industri kecantikan Indonesia dengan memastikan produk-produk perawatan kulit agar tetap relevan dengan konsumen lokal.

Mengutip dari hasil riset, potensi industri kecantikan Indonesia sendiri mencapai $3 milar (sekitar 42 triliun Rupiah) dengan kategori perawatan kulit tumbuh positif di angka 9% pada tahun lalu. Angka ini melebih kategori lain seperti kosmetik.

Hanya saja, faktanya mayoritas pemain penting di pasar lokal dikuasai oleh brand global yang belum bisa memenuhi kebutuhan perawatan kulit perempuan Indonesia yang beragam.

Saat ini Base baru bisa diakses melalui situs desktop/mobile, aplikasi belum tersedia.

Hampir Setahun Kantongi Izin, ShopeePay Masih Belum Jadi Anak Emas di Shopee

Hampir setahun usai mendapatkan lisensi uang elektronik dari Bank Indonesia, posisi ShopeePay sebagai platform pembayaran di Shopee Indonesia masih belum menjadi anak emas. Saldo ShopeePay tidak menjadi fokus yang ditampilkan di halaman muka, seperti halnya Ovo di Tokopedia atau Dana di Bukalapak, padahal ShopeePay sudah bisa digunakan untuk berbagai pembayaran di ekosistem layanan yang dimiliki oleh Sea Ltd ini.

Head of Government Relations Shopee Indonesia Radityo Triatmojo yang dihubungi DailySocial mengungkapkan, saat ini ShopeePay masih dikembangkan  pihak internal agar menjadi pilihan yang menarik bagi konsumennya.

“Berkesesuaian dengan komitmen kami dengan menghadirkan ShopeePay untuk dijadikan sebagai platform pembayaran berbasis teknologi ke depannya. Kami sedang dalam tahap mengembangkan fitur tersebut untuk dapat dipublikasikan secara sempurna secepatnya.”

Radityo sendiri enggan membeberkan pencapaian dan angka yang dihasilkan ShopeePay saat ini. Secara umum, konsumen marketplace di Indonesia paling banyak masih menggunakan fungsi transfer bank dalam bertransaksi secara online.

“Untuk angka atau persentase dari pengguna ShopeePay dengan demografi yang kami tuju masih berkesesuaian dengan jumlah dari pengguna Shopee yang aktif bertransaksi di seluruh Indonesia,” kata Radityo.

Di bulan Agustus lalu sempet tersiar kabar gangguan penggunaan ShopeePay, baik isi ulang oleh konsumen maupun pencairan oleh merchant. Pihak Shopee mengakui saat itu sempat terjadi gangguan.

“Sampai saat ini ShopeePay telah menjadi salah satu pilihan dalam metode pembayaran para pengguna Shopee di seluruh Indonesia. [..] Nantinya [ShopeePay] akan dikembangkan ke ranah publik sebagai platform pembayaran berbasis teknologi,” ujarnya.

Application Information Will Show Up Here

Accenture dan Google Cloud Kolaborasi untuk Rambah Pasar Bisnis di Indonesia

Accenture dan Google Cloud baru saja mengumumkan perluasan kemitraan strategis mereka untuk mulai merambah pasar Indonesia, disampaikan bersamaan Google Cloud Summit di Jakarta. Kedua perusahaan akan menawarkan rangkaian solusi teknologi untuk korporasi. Di antaranya platform omni-channel untuk meningkatkan interaksi pelanggan, sistem manajemen data, dan layanan pendukung pemasaran.

Berbagai produk tersebut akan tersaji melalui komputasi awan Google di Indonesia, dipadukan dengan kapabiltias kecerdasan buatan yang dimiliki Accenture. Salah satu varian produknya adalah Contact Center AI (CCAI), untuk memungkinkan interaksi pelanggan dari hulu ke hilir pada seluruh saluran suara dan digital.

“Konsumen kelas menengah yang sedang bertumbuh di Indonesia merupakan alasan utama diadakannya ekspansi ke Indonesia. Kami ingin membantu para klien mengaktifkan interaksi pelanggan melalui berbagai saluran serta meningkatkan akses ke layanan mandiri dan kemampuan penyelesaian masalah,” kata Country Managing Director Accenture Indonesia Seong Kim Ho.

Sebelumnya, pada Google Cloud Summit tahun lalu, perusahaan yang dipimpin Sundar Pichai tersebut tengah menyiapkan cloud region di Indonesia. Tujuannya agar pengguna layanan komputasi awan mereka mendapatkan kapabilitas lebih –termasuk ketersediaan dan kecepatan akses. Kendati demikian, pihak Google mengatakan jika cloud region tersebut berbeda dengan data center.

Selain Google, raksasa teknologi yang turut mulai menghadirkan produk komputasi awan adalah Amazon Web Services, Alibaba hingga Microsoft. Keduanya telah berkomitmen mengucurkan sejumlah investasi –dalam bentuk dana dan/atau menghadirkan data center lokal–untuk melayani kebutuhan bisnis di Indonesia terkait teknologi.

Sementara itu, di pasar lokal pun sudah tersedia perusahaan yang menghadirkan layanan komputasi awan serupa –baik yang menargetkan kalangan UKM/startup hingga korporasi. Sebut saja nama seperti Biznet Gio, mereka menyajikan varian layanan, baik yang mencakup Intrastructure as a Services (IaaS) hingga Platform as a Services (PaaS).

Indosat Ooredoo Luncurkan “Chatbot INDIRA”, Disematkan pada Situs dan Aplikasi

Indosat Ooredoo resmi meluncurkan layanan live chat yang memanfaatkan kecanggihan artificial Intelligence. Peluncuran fitur ini bertepatan dengan Hari Pelanggan Nasional, diharapkan mampu memberikan kepuasan dan kepercayaan pelanggan. Chatbot ini dinamai INDIRA (Indosat Digital Representative Assistant).

INDIRA didesain untuk mampu menjawab pertanyaan yang diberikan pengguna di situs Indosat Ooredoo dan aplikasi MyIM3. Beberapa hal yang bisa dilayani terkait informasi produk, penyampaian pesan dan keluhan, hingga bisa memesan nomor antrean gerai. INDIRA juga mampu memberikan rekomendasi paket yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan berdasarkan histori pemakaian.

“Dengan fitur INDIRA ini kami telah mengurangi waktu tunggu (menanggapi pertanyaan pelanggan) secara signifikan dan secara langsung meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap layanan Indosat Ooredoo,” terang Director & Chief Operating Officer Indosat Ooredoo Vikram Sinha.

Dewasa ini chatbot memang menjadi pilihan berbagai brand untuk melengkapi fitur layanan pelanggan mereka. Beberapa brand yang juga memiliki solusi serupa di antaranya Zaki milik Baznas, Sabrina milik BRI, Lia milik HukumOnline, Vira milik BCA, Cinta milik BNI, dan lain sebagainya. Kombinasi ilmu data dan kecerdasan buatan diklaim mampu menghadirkan solusi yang mudah dan efisien bagi pelanggan yang ingin mendapatkan informasi.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Bisnis di Indonesia, OYO Siapkan Dana Investasi 4,2 Triliun Rupiah

OYO mengumumkan komitmen baru dalam investasi mereka di Indonesia menjadi US$300 juta atau setara 4,2 triliun Rupiah. Komitmen anyar ini diumumkan setelah keberhasilan perusahaan menembus 5 juta pelanggan sepanjang 2019 ini.

Pendiri dan CEO OYO Ritesh Agarwal menyampaikan langsung sejumlah pencapaian yang sudah mereka peroleh selama beroperasi di Indonesia. Ritesh mengatakan, saat ini OYO sudah menggandeng 1.000 hotel dan 27.000 kamar di 100 kota di Indonesia. Ia menyebut angka itu tercapai lebih cepat dari target mereka yakni satu tahun.

“Kami pernah menyampaikan bahwa kita akan berinvestasi US$100 juta pada tahun lalu. Sekarang kami akan memperbarui investasi itu menjadi US$300 juta berkaca dari kesuksesan kita di sini,” ucap Ritesh.

Country Head OYO Indonesia Rishabh Gupta menjelaskan, tambahan investasi US$200 juta itu dianggarkan untuk satu tahun ke depan. Menurutnya, dana itu akan digunakan utamanya untuk revitalisasi bangunan hotel dan pelatihan staf yang tersebar

Country Head of Business Development OYO Indonesia Agus Hartono Wijaya turut menambahkan, pengucuran investasi itu diputuskan karena mereka menyadari ada cukup banyak hotel di sejumlah kota yang kualitasnya di bawah standar. Renovasi jadi langkah prioritas mereka untuk menarik pelanggan.

Let’s say okupansi mereka di bawah 50 persen misalnya. Justru itu value OYO untuk meningkatkan okupansi mereka jadi di atas 50 persen. Bagaimana caranya ya dengan direnovasi dulu,” imbuh Agus.

Perbedaan akses dan infrastruktur suatu daerah turut berpengaruh pada kualitas hotel yang beragam. Disparitas kualitas hotel inilah yang hendak diselesaikan oleh OYO lewat tambahan investasi mereka.

Fokus di timur

Salah satu fokus ekspansi OYO di Indonesia berada di wilayah timur. Potensi wisata yang besar dan industri perhotelan yang masih berkembang di sana jadi alasan OYO membidik ke sana.

Kendati demikian, upaya ekspansi itu tak akan mudah karena gairah bisnis perhotelan di sana sedang lesu.

Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi Sukamdani mengutarakan, tingkat okupansi hotel di kawasan timur merosot 30 persen. Serupa dengan data PHRI, Badan Pusat Statistik pun mencatat penurunan tingkat hunian hotel berbintang pada Maret 2019 sebesar 4,21 poin menjadi 52,89 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Haryadi menyebut kenaikan harga tiket pesawat jadi penyebab utama hal itu terjadi.

Kendati demikian, Rishabh meyakini kenaikan harga tiket pesawat tak begitu berpengaruh pada industri perhotelan. Di samping upaya pemerintah Indonesia yang terus membenahi infrastruktur pariwasata, pihaknya juga terus berinvestasi untuk memperbaiki kualitas pelayanan hotel yang bekerja sama dengan OYO.

“Lagipula orang Indonesia tidak hanya berwisata melalui pesawat, banyak juga yang pakai infrastruktur darat seperti kalau ke Bandung atau Yogyakarta. Bagi OYO, okupansi hotel tidak terdampak oleh kenaikan tiket pesawat,” cetus Rishabh.

Program OPEN untuk pemilik aset

Pada saat yang sama, OYO juga meluncurkan OPEN yang ditujukan untuk mitra pemilik aset. Sederhananya, program ini merupakan wadah bagi para pemilik aset untuk bertukar ide, informasi, dan lainnya yang dapat menunjang bisnis.

Dalam program itu OYO berkomitmen untuk membagi hasil pendapatan tepat waktu, memberikan akses pembiayaan yang terjangkau, membantu pemasaran hotel, dan menyediakan teknologi sebagai solusi untuk pemilik hotel.

Kredivo Terima Pinjaman 283 Miliar Rupiah dari Partners for Growth

Startup fintech lending Kredivo mengumumkan perolehan pinjaman (debt funding) sebesar $20 juta (lebih dari 283 miliar Rupiah) dari Partners for Growth V, L.P (PFG), perusahaan pinjaman ventura (venture debt) dengan kantor perwakilan tersebar di Amerika Serikat dan Australia.

Kesepakatan ini sekaligus menandakan PFG sebagai pemberi pinjaman (lender) institusi internasional terbesar yang pernah diterima perusahaan. Sebaliknya, bagi PFG merupakan kesepakatan terbesar mereka di kawasan Asia Pasifik dan debutnya di Indonesia.

Komisioner Kredivo Umang Rustagi menerangkan, pinjaman ini terstruktur dalam bentuk kredit, perusahaan dapat menariknya hingga limit $20 juta. Dana tersebut akan dimanfaatkan untuk mendiversifikasi penyaluran pinjamannya, yang selama ini sebagian besar dari dalam negeri.

“Pinjaman ini memberikan kita bahan bakar untuk mempercepat pertumbuhan. Batas kredit dari PFG akan kita gunakan untuk mendanai semua lini produk yang telah kami luncurkan hingga saat ini, seperti pembiayaan e-commerce, personal loan, dan offline,” kata Umang dalam keterangan resmi.

Diklaim dalam 18 bulan terakhir, Kredivo mencatat nilai transaksi dan penyaluran pinjaman, masing-masing tumbuh 40% dan 35% untuk per kuartalnya.

Partner PFG Jason Georgatos menambahkan, pihaknya melihat keunikan Kredivo yang sesuai dengan visi perusahaan yang ingin berkontribusi dalam inklusi keuangan. Dia menyebut Kredivo adalah salah satu pemberi pinjaman biaya terendah di pasar, namun memiliki metrik manajemen risiko terbaik.

Indonesia merupakan salah satu negara underbanked dari layanan kartu kredit. Dari total penduduk, hanya 3% di antaranya yang punya kartu kredit dan kurang dari 5% punya akses ke kredit tanpa jaminan dari bank. Kesenjangan ini akhirnya menjadi celah untuk Kredivo garap.

Perlu diketahui, kesepakatan ini diumumkan dua bulan setelah Kredivo mengantongi sejumlah investasi dengan nominal yang dirahasiakan dari Telkomsel Mitra Inovasi (TMI) dan MDI Ventures.

Baru-baru ini, perusahaan mengumumkan inovasi terbaru Zero-Click Checkout guna permudah transaksi pembayaran di platform e-commerce. Langkah ini sekaligus meminimalkan drop rate yang biasanya terjadi saat hendak membayar.

Application Information Will Show Up Here