KlikGazz Memperkenalkan Marketplace untuk Kebutuhan Gas Elpiji dan Galon

Berawal dari pemikiran sederhana di mana air minum galon dan tabung gas elpiji menjadi kebutuhan pokok di berbagai kalangan masyarakat, hadir sebuah online marketplace yang diperuntukkan bagi kebutuhan rumah tangga. Platform ini dikembangkan oleh Teguh Bayu Widodo (COO), Edward Hilman (CEO), dan David JM (CTO).

Berdiri sejak November 2017, PT. Klik Gas Indonesia (KlikGazz) merupakan hasil merger dari PT. Raja Rumah International (RAJA RUMAH) dengan YS Gass yang sudah berjalan sejak 10 Juni 2009. Perusahaan ini mengawali operasionalnya di Bandung, sebelum akhirnya menjadi bagian dari program inkubator milik PT. Sinar Mas Land, yakni Living Lab Ventures.

Teguh Bayu Widodo selaku COO KlikGazz melihat tingginya angka pertumbuhan penduduk di Indonesia tidak diimbangi dengan ketersediaan produk-produk kebutuhan rumah tangga, utamanya air galon dan gas elpiji yang memadai. Kehadiran KlikGazz diharapkan bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan lebih mudah, cepat, dan terjangkau.

Di samping itu, Bayu juga menemukan fakta bahwa banyak orang yang masih kesulitan untuk mendapatkan pasokan galon dan gas dengan cepat. Proses penjualan di sektor ini juga dinilai masih sangat manual. KlikGazz ingin menciptakan jalur distribusi yang lebih efisien juga pengalaman yang lebih seamless bagi pengguna dalam pemesanan air galon dan gas elpiji.

Selain menyediakan layanan untuk pelanggan atau end user, perusahaan juga membuka peluang untuk para pengusaha yang ingin menjadi merchant tanpa memungut biaya tambahan. Para mitra akan dilengkapi dengan aplikasi yang dapat menerima notifikasi dan mengingatkan pesanan. “Mereka hanya perlu modal untuk galon dan tabung saja,” tambah Bayu.

KlikGazz memiliki model bisnis sebagai platform-as-a-service yang menghubungkan distributor dengan pelanggan. Keunggulan yang ditawarkan adalah proses pemesanan yang mudah dan cepat sekaligus pemasangan gas dan galon gratis. Barang yang disediakan juga lengkap untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga masyarakat.

Perusahaan juga telah bermitra dengan supplier gas elpiji terpercaya seperti Pertamina dan Himpunan Asosiasi Pengusaha Gas. Untuk produk-produk galon, KlikGazz sudah bekerja sama dengan Danone (Aqua, Amidis, Vit).

Bagi pengguna yang ingin menikmati layanan KlikGazz dapat langsung mengunduh aplikasinya (saat ini hanya tersedia di platform Android), melengkapi form registrasi, lalu melakukan pemesanan air galon atau gas elpiji tanpa minimal pemesanan. Pesanan akan segera diantarkan ke alamat tujuan dengan biaya pengiriman mulai dari Rp5.000.

Dari sisi pasar, KlikGazz bersaing langsung dengan toko-toko sembako konvensional atau minimarket yang juga menyediakan layanan yang sama. Selain itu juga ada jaringan Mitra Bukalapak yang semakin memperluas layanannya dan hingga kini telah menjangkau sekitar 8,7 juta mitra di seluruh Indonesia.

Target ke depan

Saat ini, KlikGazz masih menjalani masa inkubasi dalam program inkubator Living Lab Ventures di bawah Grup Sinarmas melalui Sinarmas Land Limited (bersama dengan anak perusahaan dan afiliasinya, “Sinar Mas Land”). Program ini memiliki tiga aspek teknologi utama, yakni Smart Technologies, Digital Life, dan Mobility untuk membangun ekosistem digital yang menyeluruh.

Sumber: KlikGazz

Menurut Bayu Seto selaku Partner dari Living Lab Ventures, perusahaan saat ini tengah mencari platform yang dapat memberikan dampak kepada problem statement yang dimiliki oleh penghuni kota. “Kita coba cari solusi yang city centric-driven. Di samping itu, kami juga melihat path to profitability dari startup tersebut, model bisnis, serta founder yang mumpuni.”

Ke depannya, perusahaan juga akan memperluas jangkauan layanan ke delapan wilayah baru selain Bandung dan BSD, termasuk Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Denpasar, Medan, Makassar, dan Malang. Hingga saat ini, KlikGazz telah memiliki lebih dari 50 mitra di BSD dan Bandung. Targetnya, di tahun depan sudah bisa menjangkau 400 mitra untuk di BSD saja.

KlikGazz sendiri saat ini tengah dalam tahap penggalangan dana Seri A. “Harapannya, kita bisa segera close di Q1 2023,” ujar Teguh Bayu. Sebelumnya, KlikGazz juga telah disuntik seed funding oleh investor angel di tahun ini.

Application Information Will Show Up Here

Startup E-commerce Enabler “Plugo” Raih Pendanaan 140 Miliar Rupiah Dipimpin Alto Ventures [UPDATED]

Startup e-commerce enabler Plugo mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $9 juta atau sekitar 140 miliar Rupiah jelang peluncuran ke publik pada awal tahun depan. Putaran ini dipimpin oleh Altos Ventures, dan partisipasi dari investor lain termasuk BonAngels Venture Partners, Access Ventures, Mahanusa Capital, Prodigy Investment, dan Pearl Abyss Capital.

Plugo akan memanfaatkan dana segar untuk mengembangkan produk, merekrut tim di berbagai divisi, dan memperluas cakupan operasionalnya.

“Kami bangga mengumumkan perolehan dana segar ini, yang merupakan bukti nyata dari kepercayaan para investor terhadap bisnis kami,” ucap Founder dan CEO Plugo Kyungmin Bang dalam keterangan resmi.

Lebih dari sebulan kemudian, tepatnya tanggal 1 Februari 2023, perusahaan meresmikan kehadirannya secara publik. Bang menuturkan, momentum kehadirannya ini bertepatan dengan tren bermigrasinya para brand dari marketplace ke platform direct-to-consumer (D2C) seperti Plugo.

Potensi bisnis e-commerce enabler terbilang menggiurkan, apalagi di Indonesia. Sektor e-commerce Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan terpesat di dunia. Ekonomi digitalnya bernilai sekitar $77 miliar pada tahun ini menurut laporan e-Conomy 2022, dan diprediksi mencapai $130 miliar pada 2025 dengan dominasi dari sektor e-commerce.

“Tidak hanya nilainya yang besar dan signifikan, tetapi di sana masih banyak peluang tak terhingga. Terlebih lagi, bisnis lokal telah mengadopsi teknologi digital dengan sangat cepat karena inovasi ekosistem e-commerce yang terus berkembang dan juga perubahan perilaku konsumen yang dinamis,” ujar Bang.

Partner Altos Ventures Moon-suk Oh menambahkan, “Misi Plugo sejalan dengan misi kami untuk menciptakan nilai ekonomi yang signifikan seraya memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Kami sangat senang bermitra dengan Plugo untuk mendukung visi serta pertumbuhan bisnis mereka.”

Solusi Plugo

Dengan Plugo, merchant bisa mengelola berbagai tokonya di marketplace dalam satu dasbor dan juga menjalankan iklan online.

Plugo merupakan platform e-commerce all-in-one yang membantu siapa saja yang ingin memulai bisnis online. Plugo memberi kendali lebih besar kepada para penggunanya, brand identity yang lebih kuat, serta kemampuan untuk mengatur harga jual barang yang lebih bersaing sekaligus scalable atau terukur.

Fitur-fiturnya diperkaya demi memberikan kebebasan kepada para pengguna, mulai dari personalisasi toko online dengan beragam template website, integrasi dengan metode pembayaran dan kurir, omnichannel, SEO, dan perangkat marketing. Plugo memanfaatkan cloud dan hosted, memungkinkan penggunanya untuk mengakses dan mengelola bisnis mereka dari mana saja dan kapan saja.

Selain dapat menyambungkan toko online-nya dengan platform marketplace, Plugo juga menyediakan integrasi dengan TikTok Shop, Facebook Catalog, dan Instagram Shop. Tidak hanya itu, merchant pun dapat menjalankan iklan di platform social commerce tersebut langsung dari dasbor Plugo.

Bang melanjutkan, “Selama dekade terakhir, tren pasar selalu didominasi oleh business-to-consumer [B2C] atau marketplace. Platform direct-to-consumer [D2C] seperti Plugo baru-baru ini menjadi tren untuk bisnis yang lebih transparan dan efisien. Namun, kami percaya Plugo memiliki potensi besar karena masih banyak ruang untuk tumbuh dan celah besar di pasar, khususnya UMKM.”

Beberapa tahun ke belakang, ekosistem e-commerce dirancang sedemikian rupa yang membuat pendirian toko menjadi tantangan sulit, dan berjualan bahkan lebih sulit lagi. Faktor-faktor ini menciptakan lingkungan yang mana ukuran, pengalaman, dan ketersediaan dana menjadi halangan bagi sebagian besar merchant baru.

Selain itu, merchant yang memulai usaha juga memiliki kekhawatiran dalam membangun branding untuk jangka panjang. Hal ini terutama lebih penting di masa sekarang, di mana bisnis baru bermunculan di mana saja setiap saatnya.

“Platform kami dirancang untuk menghilangkan rintangan tersebut. Kami ingin mendemokratisasi e-commerce dan mempermudah merchant kami untuk meraih kebebasan.”

Startup ini didirikan di Singapura pada tahun ini, dengan kantor di Jakarta dan Seoul. Saat ini statusnya masih closed beta. Adapun peluncuran penuhnya bakal dilakukan pada awal 2023, menyasar calon pengguna di Indonesia. Di Indonesia, solusi yang ditawarkan Plugo bukan barang baru. Sebelumnya, diramaikan oleh Sirclo, Jet Commerce, aCommerce, AturToko, hingga Ginee.

Salah satu pengguna awalnya, brand fesyen lokal Gonegani, menyampaikan banyak pebisnis yang merasa betapa pentingnya branding dikala persaingan yang sangat ketat di marketplace. Platform e-commerce seperti Plugo dirasa cocok karena tidak hanya menyediakan akses untuk transaksi pelanggan, tetapi juga untuk mengembangkan brand identity.

Menurut Khairul Gani, pemilik Gonegani, bahkan ada banyak pelanggan yang tidak menyadari bahwa ketika mereka berbelanja produknya di marketplace, mereka sebenarnya membeli dari Gonegani, bukan dari marketplace itu sendiri. Ketidakmampuan pelanggan untuk membedakan keduanya membuat brand kesulitan untuk membangun channel penjualan tersebut sebagai 100% milik sendiri. Brand akan selamanya menjadi perpanjangan tangan dari marketplace.

Dengan solusi Plugo, brand seperti Gonegani dapat memegang kendali penuh dari toko online mereka. Mulai dari pilihan layout, logo, warna, hingga font. Homepage mereka juga tidak akan sumpek oleh produk dari kompetitor, melainkan hanya memamerkan penawaran khusus dan produk unggulan yang ingin mereka tampilkan. Dengan kemampuan untuk mengedit hampir semua aspek di toko online mereka, brand jadi dapat mengekspresikan kepribadian mereka dengan leluasa.

*) Kami menambahkan informasi tambahan tentang peresmian kehadiran Plugo dan pernyataan dari salah satu brand pengguna Plugo

ALAMI Kantongi Pendanaan dari ParagonCorp

Setelah mengantongi pendanaan pra-seri B yang dipimpin East Ventures pada Oktober lalu, platform p2p lending syariah ALAMI kembali mendapatkan investasi. Kali ini dari Paragon Beneva Investama, yang merupakan sebuah perusahaan investasi di bawah ParagonCorp. Tidak disebutkan nilai investasi yang diberikan.

Seperti diketahui, ParagonCorp merupakan perusahaan yang memiliki brand kosmetik popular di Indonesia yaitu Wardah.

Melalui pendanaan ini, ALAMI  akan memanfaatkan dana segar untuk membangun produk teknologi finansial inovatif dan memperluas akses pembiayaan syariah yang beretika, adil, transparan, dan berkelanjutan.

Co-Founder & CEO ALAMI Dima Djani, investasi tersebut membantu perusahaan menjangkau lebih banyak UMKM untuk mengakses pembiayaan berbasis syariah. Hal itu menyusul dengan peluncuran Bank Hijra awal bulan Desember ini, yang akan mampu melayani ratusan juta umat Islam Indonesia.

“Kami yakin potensi industri halal akan terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan yang signifikan adopsi dari sektor keuangan syariah di Indonesia dan dunia. Ini terlihat dari statistik konsumsi produk halal oleh 1,9 miliar Muslim di seluruh dunia mencapai $2 triliun, dan pertumbuhan aset keuangan syariah sebesar 7,8%, setara dengan $3,6 triliun pada tahun 2021.”

Sementara itu menurut President Director Paragon Beneva Investama Sari Chairunnisa, sinergi ini dapat mendukung Indonesia menjadi pusat industri halal dunia, ekonomi riil dan sektor keuangan bersama menggerakkan ekonomi syariah.

“Dengan dana investasi tersebut, ALAMI optimis mampu menciptakan teknologi keuangan berbasis syariah kelas dunia, menjangkau komunitas muslim dan masyarakat luas, melalui platform digital yang memenuhi kebutuhan layanan keuangan mereka dan menjadi bagian dari gaya hidup mereka.”

Pertumbuhan positif ALAMI

Perusahaan mencatat hingga saat ini telah menyalurkan Rp3,8 triliun kepada lebih dari 10.000 Proyek UMKM dengan dukungan dari 111.000 penyandang dana.

ALAMI memiliki beberapa produk pembiayaan, di antaranya Account Receivable (AR) Financing, Account Payable (AP) Financing, dan Ecosystem Financing.

Ekosistem ALAMI mencakup 482 kota dan kabupaten di 34 provinsi Indonesia, baik dari segi pemberi dana maupun penerima manfaat melalui proyek komersial dan sosial yang sedang berlangsung.

Tim ALAMI kini mencapai lebih dari 484 orang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia, juga di luar negeri, seperti Singapura, Inggris, dan Amerika Serikat yang seluruhnya berkebangsaan Indonesia. Pada awal berdiri tim ALAMI diisi oleh 38 orang.

Application Information Will Show Up Here

Produsen Motor Listrik Alva One Peroleh Suntikan 156 Miliar Rupiah dari Standard Chartered

Produsen motor elektronik Electra Mobilitas Indonesia (EMI), bagian dari PT Indika Energy Tbk, mengumumkan dukungan pendanaan dari Standard Chartered Indonesia, untuk terus meningkatkan layanan produksi motor listrik ALVA. Disebutkan fasilitas dana yang diterima sebesar $10 juta (lebih dari 156 miliar Rupiah).

Perjanjian pendanaan perdagangan berkelanjutan dari Stanchart tersebut diteken oleh EMI yang merupakan bagian dari produsen ALVA. IMG merupakan perusahaan yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh Indika Energy. Melalui perjanjian ini, Standchart akan membantu IMG membangun praktik yang bersifat berkelanjutan dalam sistem rantai pasokan mereka.

“Kami bangga dapat memberikan fasilitas pendanaan perdagangan berkelanjutan untuk mendukung aspirasi IMG untuk mengembangkan operasinya yang ramah lingkungan. Kesepakatan ini juga sejalan dengan upaya global Standard Chartered untuk menciptakan arus perdagangan global yang lebih berkelanjutan dan inklusif,” jelas CEO Cluster Standard Chartered, Pasar Indonesia dan ASEAN (Australia, Brunei, dan Filipina) Andrew Chia seperti dikutip dari SWA.

Director and Group Investment Officer Indika Energy Purbaja Pantja, yang juga Direktur Utama IMG, memaparkan pengembangan motor listrik ALVA merupakan bagian dari upaya Indika Energy untuk diversifikasi bisnis non-batubara seperti kendaraan listrik, pertambangan emas, solusi berbasis alam, energi baru dan terbarukan, serta teknologi digital. Bahkan, perusahaan telah mengumumkan target untuk meningkatkan pendapatan non bara sebesar 50% pada 2025.

Sejalan dengan tujuan yang ditetapkan oleh IMG dan Indika Energy untuk mengurangi emisi karbon mereka, Standchart telah menyediakan fasilitas Pembiayaan Faktur Impor yang akan membatasi penggunaan pembiayaan hanya untuk pemasok yang menyediakan bahan baku dan suku cadang yang terkait dengan produksi motor listrik ALVA.

Kemitraan dengan Standchart dan grup usaha Indika Energy dikategorikan sebagai pendanaan berkelanjutan di bawah kerangka keberlanjutan Standard Chartered, dikarenakan lebih dari 90% pendapatan EMI dari kegiatan ramah lingkungan. Selain menyediakan fasilitas pendanaan faktur impor, Standchart juga akan mendukung operasional treasury dari EMI dengan memanfaatkan solusi Straight2Bank Bank.

“Kami sangat antusias dengan dukungan Standard Chartered kepada IMG untuk mendorong ekosistem mobilitas dan lifestyle yang lebih hijau melalui sepeda motor listrik ALVA. Semoga ini menjadi awal yang baik bagi upaya kami dan seluruh rantai pasok untuk menghadirkan solusi kendaraan listrik terbaik untuk masa depan Indonesia yang lebih berkelanjutan,” ungkap Purbaja seperti dikutip dari Bisnis.com.

Dia menyebutkan IMG telah memproduksi motor listrik ALVA melalui pabrik di Cikarang, Jawa Barat. Pabrik tersebut berukuran 17.600 meter persegi dengan kapasitas produksi 100 ribu unit motor per tahun. Untuk serah terima perdana unit motor telah dilakukan secara resmi pada 30 November 2022.

Purbaja menekankan keberadaan ALVA sebagai produk dalam negeri ini dilengkapi dengan fitur-fitur berteknologi tinggi yang memberikan pengalaman tersendiri bagi konsumen otomotif nasional. “Kami ingin mengajak masyarakat untuk merasakan bahwa keberadaan ALVA bukanlah sekadar motor tetapi ALVA merupakan gaya hidup,” ujarnya.

ALVA atau Alva One merupakan motor tanpa emisi yang menawarkan desain skuter matic bergaya petualang. Motor ini punya kemampuan bergerak hingga kecepatan maksimal 90 km per jam. Sementara satu baterai terisi penuh mampu menempuh jarak hingga 70 km. Satu baterai dapat terisi penuh dengan durasi empat jam pengisian.

Gesits diakuisisi

Secara terpisah, pemain motor elektrik lokal lainnya, PT Wika Industri Manufaktur (WIMA), produsen dari Gesits, telah diakuisisi sebagian sahamnya oleh Indonesia Battery Corporation (IBC). Saham yang dibeli merupakan milik dari PT Wijaya Karya Industri dan Konstruksi (WIKON).

IBC kini memiliki 53,93% saham WIMA, diikuti 46,04% saham WIKON, dan Koperasi Karyawan PT Wijaya Karya (Kokar WIKA) memiliki 0,03%.

Direktur Utama WIKON Dwi Johardian menyampaikan kolaborasi antara WIKON dan IBC ini merupakan langkah strategis untuk Gesits ke depannya. Nantinya diharapkan TKDN Gesits dapat naik menjadi 60% dari saat ini 47%, berkat dukungan dari kapabilitas perakitan baterai kendaraan listrik dalam negeri yang terintegrasi oleh IBC.

Menurutnya, salah satu kekuatan yang ditawarkan oleh IBC terletak pada ekosistem industri baterai terintegrasi, di mana baterai merupakan komponen utama sebagai sumber energi untuk kendaraan listrik dan ikut berkontribusi signifikan pada komponen biaya kendaraan listrik di pasar.

“Dengan demikian, kolaborasi WIKON dan IBC merupakan langkah yang tepat bagi pengembangan Gesits sebagai kendaraan motor listrik roda dua karya anak bangsa pertama,” kata dia dikutip dari Bisnis.com.

Didirikan pada 2018, WIMA merupakan perusahaan patungan antara WIKON dan PT. GESITS Technologies Indo. Gesits telah menjual lebih dari 4.500 unit sepeda motor listrik sejak diluncurkan pada 2019. Pada Februari lalu, Electrum—perusahaan patungan antara Gojek dan TBS Energi Utama—mengumumkan kerja sama dengan Pertamina, Gogoro, dan Gesits untuk mempercepat pengembangan ekosistem kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia.

AFPI dan PEFINDO Luncurkan “IdFintechScore” untuk Perkuat Skoring Lending

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) dan PT PEFINDO Biro Kredit meluncurkan produk skoring IdFintechScore untuk memperkuat mitigasi risiko kredit konsumtif di industri fintech lending. IdFintechScore melengkapi opsi skoring kredit yang dipakai di industri, bukan menjadi standar baru bagi para pelaku fintech lending.

Ketua Umum AFPI sekaligus CEO dan Co-Founder Investree Adrian Gunadi mengatakan asosiasi memaksimalkan kolaborasi dengan sejumlah ekosistem pendukung industri fintech lending. Kali ini, pihaknya berkolaborasi dengan PEFINDO untuk memperkuat industri, khususnya mitigasi risiko terkait skoring kredit.

“Keberadaan IdFintechScore diharapkan memperkuat industri fintech lending dari kredit macet, di mana saat ini AFPI juga sudah memiliki Fintech Data Center (FDC). Kami harap ini dapat meningkatkan kualitas pinjaman, khususnya borrower yang memiliki credit scoring yang baik,” ujar Adrian saat peluncuran IdFintechScore di Yogyakarta, Selasa (13/12).

Direktur Utama PEFINDO Biro Kredit IdScore Yohanes Arts Abimanyu menuturkan, fintech lending di sektor konsumtif saat ini bisa membidik peluang penyaluran pinjaman yang lebih tinggi lagi dengan memanfaatkan skoring kredit yang didesain khusus sesuai karakteristik bisnisnya. Hasil analisis akan lebih spesifik, akurat, dan tajam guna menjaga kualitas portofolio pinjaman sekaligus membuka potensi bisnis ke depan.

Yohanes melanjutkan, keunggulan IdFintechScore terletak pada scoring model yang menggunakan parameter dan variabel spesifik untuk mendalami karakter peminjam, seperti payment behaviour, recent over-indebtedness, dan tingkat utilisasi fasilitas yang dimiliki.

“Terlebih bisnis fintech lending terutama sektor konsumtif memiliki karakteristik yang berbeda dengan pinjaman konvensional di perbankan. Perbedaan itu mencakup sisi fitur dan jenis produk, segmen dan target pasar, pengukuran risiko termasuk tingkat kolektibilitas borrower,” terangnya.

Oleh karena itu, untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan credit scoring di lingkungan fintech lending, perlu penyesuaian scoring model guna mempertajam akurasi. Dengan begitu, hasil analisis dapat sesuai dengan risk appetite, proses bisnis, dan segmen pasar.

Dihubungi terpisah oleh DailySocial.id, Sekretaris Jenderal AFPI Sunu Widyatmoko mengatakan IdFintechScore ditujukan untuk mendukung manajemen risiko dalam bentuk sistem scoring khusus industri P2P lending. Namun, produk ini akan menjadi opsi dari banyak pilihan penyedia jasa skoring kredit yang ada di Indonesia untuk digunakan oleh pelaku fintech lending.

“Penyedia jasa scoring kan memang ada beberapa. Ini bagus untuk industri, sehingga tersedia beberapa pilihan,” kata Sunu.

Industri skoring kredit

Potensi bisnis ini di Indonesia begitu menjanjikan, mengingat masih besarnya populasi unbankable ketimbang bankable. Berkaitan dengan itu, sejumlah pemain teknologi memanfaatkan sumber data alternatif yang mereka kumpulkan sebagai cara baru dalam menganalisis kelayakan kredit seseorang. Mereka ada yang datang dari pemain fintech, ada juga dari segmen e-commerce.

Dari ranah e-commerce, ada Tokopedia dengan anak usahanya Tokoscore. Perusahaan ini meluncurkan dua produk bernama “Income Prediction” dan “Fraud Flags”. Tokopedia merupakan salah satu pemimpin di industri e-commerce di Indonesia. Menurut data iPrice, rata-rata pengunjung bulanan laman Tokopedia mencapai 157,2 juta pada kuartal I 2022. Angka tersebut naik 5,1% dari kuartal IV 2021 yang tercatat 149,6 juta kunjungan.

Data yang besar ini dapat diolah untuk fungsi yang baik, salah satunya mempermudah perusahaan keuangan dalam menilai kelayakan seseorang sebelum menerima kredit. Data-data alternatif yang digunakan Tokoscore untuk membentuk penilaian, di antaranya nilai jual-beli barang di Tokopedia, relevansi wishlist & kategori produk yang dibeli dengan kebutuhan pinjaman, perbincangan dengan toko, jumlah perangkat, dan banyak lagi.

Data tersebut dianalisis dengan teknologi AI dan algoritma machine learning untuk memperoleh analisis profil risiko calon peminjam.

Selanjutnya, ada Amartha yang meluncurkan Ascore.ai, layanan serupa yang ditargetkan untuk pengguna individu dan institusi. Platform skoring Amartha dibangun di atas lebih dari satu juta database mitra pengusaha ultra mikro yang ada di ekosistemnya selama tujuh tahun terakhir.

Lalu, SkorLife menawarkan aplikasi untuk mengakses dan memantau nilai kredit, laporan kredit, dan data relevan lainnya dari biro kredit nasional. Selain itu, sejumlah perusahaan juga tawarkan solusi serupa, misalnya Finantier, Pefindo Biro Kredit, CredoLab, Fineoz, Advance.ai, dan lain-lain.

Aplikasi Ituloh Jembatani Kebutuhan Brand dengan Kreator, Kedepankan Konsep Review Jujur

Ekosistem kreator di Indonesia berkembang pesat, seiring dengan meningkatnya pengguna media sosial. Ditambah, bisnis yang makin memperhitungkan platform komunikasi tersebut sebagai kanal untuk terhubung dengan pelanggan. Namun hingga kini masih banyak di antara kreator pemula yang memerlukan inspirasi, bimbingan, dan dukungan dari komunitas yang belum tersedia di platform lain.

Di sisi lain, pengguna media sosial saat ini sudah mulai jenuh dengan konten yang terkesan terlalu “hard-selling” dan kurang jujur dari mereka influencer berbayar, dan mulai mencari konten yang relevan, terpercaya dan organik dari pengguna biasa. Melihat peluang tersebut, “Ituloh” hadir menawarkan konsep serupa dengan layanan e-commerce enabler yang menjalin kerja sama dengan brand dan kreator untuk mempromosikan produk lewat video review jujur.

“Kami melihat bahwa walaupun penetrasi e-commerce tengah meningkat di Indonesia, pengalaman konsumen dalam menemukan informasi produk dan berbelanja online belum maksimal. Mayoritas konsumen cenderung mengandalkan rekomendasi produk dari teman dan keluarga, atau mulut ke mulut. Karena itu, kami ingin mendigitalkan pengalaman ini melalui Ituloh, aplikasi yang membuka akses bagi semua orang untuk menunjukkan hal-hal yang sesuai minat mereka, dari produk Korea kekinian sampai hotel treehouse di Bali,” ujar Co-founder & CEO Ituloh Christine Suwendy.

Dari hasil produk review tersebut nantinya kreator akan mendapat komisi untuk setiap penjualan yang didapatkan brand, melalui engagement atau dalam bentuk conversion yang dihasilkan. Brand juga bisa mengakses layanan marketing dari platform Ituloh untuk menjangkau target pengguna dan kreator dari komunitas untuk me-review dan mempromosikan produk atau jasa mereka secara organik.

Secara konten, aplikasi Ituloh mengedepankan video informatif dan review produk/jasa yang jujur dari pengguna organik. Semua pengguna baik kreator pemula atau profesional, mempunyai kesempatan untuk melakukan monetisasi konten mereka.

“Ituloh memiliki posisi yang strategis dibandingkan platform media sosial di pasaran, yang telah tersaturasi dengan konten berbayar. Dengan demikian, konsumen Indonesia tidak perlu lagi berpindah aplikasi antara mencari informasi produk dan review pemakaian produk di media sosial,” ujar Christine.

Selain Ituloh, sudah ada beberapa platform yang menyediakan wadah untuk content creator, influencer, dan brand untuk memanfaatkan kegiatan pemasaran dengan konsep serupa dan kesempatan melakukan monetisasi secara mandiri. Mulai dari platform seperti PartipostTipTip dan BintanGO.

Komunitas dan pengguna

Mengklaim sebagai platform lokal pertama yang mendigitalisasi cara untuk
menemukan rekomendasi produk berkualitas, Ituloh mentransformasi word-of-mouth dalam model short video. Aplikasi Ituloh memberi konsumen kesempatan untuk berbagi rekomendasi jujur tentang jasa, tempat ataupun produk yang mereka suka.

Dapat diunduh di Google Playstore dan Apple App Store, saat ini aplikasi Ituloh telah memiliki lebih dari 100.000 pengguna dan bekerja sama dengan lebih dari 10.000 kreator, mulai dari skala nano sampai mega.

Ituloh juga memiliki fitur komunitas, semua pengguna dapat membuat atau bergabung di komunitas sesuai dengan interest atau hobi mereka, sehingga memudahkan proses pencarian konten yang lebih relevan dan menyediakan wadah bagi pengguna untuk bertemu dengan pengguna dan kreator lainnya.

Dari produk link, konsumen bisa menggunakan situs atau marketplace seperti Shopee dan Tokopedia. Saat ini di semua feed atau konten video yang diunggah oleh semua pengguna, dapat menyertakan link ke situs produk atau jasa dari Tokopedia, Shopee, hingga Instagram.

Ke depannya perusahaan memiliki rencana untuk mengembangkan integrasi dan proses tracking user journey dari saat mereka melihat video di Ituloh sampai saat check-out di beberapa layanan e-commerce.

“Selain itu, kami juga berencana membangun integrasi dengan marketplace dan channel penjualan produk yang sedang trending dan disukai oleh pengguna, berdasarkan analitik dari engagement pengguna dan komunitas di aplikasi Ituloh,” ujar Co-founder Ituloh Riswanto.

Target perusahaan tahun 2023

Sejak tahun 2021, Ituloh sudah mendapatkan pendanaan pre-seed dari beberapa VC terkemuka seperti East Ventures, Antler, IWEF, dan Goodwater Capital senilai lebih dari SGD$1 Juta atau setara 11,5 miliar Rupiah. Tahun 2023 mendatang perusahaan memiliki target untuk megoptmalkan proses kolaborasi antara brand dan kreator

Tahun 2023 nanti Ituloh juga akan fokus untuk mengakuisisi dan mengedukasi pengguna tentang visi dan misi perusahaan. Ituloh juga akan menghubungkan kreator dengan lebih banyak mitra brands, sekaligus berencana mengembangkan fitur-fitur yang menarik, baik dari sisi tampilan UI/UX ataupun fitur monetisasi untuk kreator.

Application Information Will Show Up Here

MUFG Dilaporkan Jajaki Investasi ke Akulaku Senilai Rp3,1 Triliun

Mitsubishi UFJ Financial Group Inc. (MUFG) dilaporkan tengah menjajaki kesepakatan investasi sebesar $200 juta atau sekitar Rp3,1 triliun ke Akulaku. Dilansir dari Bloomberginvestasi ini disebut bakal dimanfaatkan Akulaku untuk memperluas jangkauan bisnisnya di Asia Tenggara.

Sumber menyebutkan bahwa saat ini MUFG sedang bernegosiasi terkait kesepakatan investasi dalam bentuk financing ini dengan Akulaku. Apabila kesepakatan ini terjadi, valuasi Akulaku berpotensi mencapai $1,5 miliar atau sebesar Rp23,4 triliun.

Di sepanjang 2022, Akulaku aktif menambah modal usaha untuk merealisasikan ekspansinya. Tercatat pada Februari lalu, Akulaku memperoleh investasi strategis sebesar Rp1,4 triliun dari bank terkemuka asal Thailand, yakni Siam Commercial Bank (SCB).

Kemudian, sebulan berselang, Akulaku kembali menerima pendanaan dalam bentuk debt funding sebesar $10 juta atau setara Rp143 miliar dari Lend East. Pendanaan ini digunakan untuk meningkatkan portofolio kredit di pasar operasional utama mereka, yakni Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

Baru-baru ini, MUFG mencaplok perusahaan dengan model bisnis sejenis, yakni Home Credit. Mengutip CNBC Indonesia, MUFG melalui anak usaha Bank of Ayudhya mengakuisisi penuh Home Credit di Filipina, sedangkan di Indonesia porsinya 85%. Aksi korporasi ini dilakukan untuk memperbesar bisnis konsumer MUFG di Asia Tenggara. Adapun, akuisisi ini ditargetkan rampung sepenuhnya pada 2023.

Senada dengan Akulaku, Home Credit memiliki layanan paylater bernama “BayarNanti” yang diluncurkan pada 2021. BayarNanti merupakan salah satu strategi perusahaan untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses pembiayaan multiguna, terutama di masa pandemi Covid-19.

Portofolio Akulaku

Berdiri di 2014, Akulaku menghadirkan portofolio produk keuangan beragam untuk menjangkau segmen pasar yang lebih luas. Perusahaan menawarkan layanan e-commerce, paylater (BNPL), cashloan, fintech lending dan bank digital.

Saat ini, Akulaku mengantongi lebih dari 8 juta aktif bulanan, 32 juta pengguna terdaftar, dan 295 juta transaksi di platform yang dimilikinya. Baru-baru ini, Akulaku juga bekerja sama dengan Alipay+ untuk memperluas penggunaan produk paylater.

Selain itu, Akulaku juga mengembangkan serangkaian teknologi untuk meningkatkan kapabilitas perbankan memasuki era digital, beberapa produk yang disuguhkan di antaranya e-KYC, sistem verifikasi, sampai ke layanan pembayaran QR.

BNPL menjadi salah satu produk fintech yang diminati masyarakat karena menawarkan opsi pembiayaan jangka pendek yang memungkinkan pelanggan membeli produk dan membayarnya belakangan, tanpa bunga atau dengan bunga rendah.

Salah satu yang mendorong pertumbuhan layanan ini adalah pesatnya pertumbuhan transaksi e-commerce di tanah air. Berdasarkan riset yang dilakukan Kredivo pada responden yang bertransaksi nontunai di platform e-commerce, terjadi peningkatan transaksi menggunakan paylater sebesar 10% dari 28% pada 2021 menjadi 38% pada tahun 2022.

Application Information Will Show Up Here

Google Indie Games Accelerator 2022: Bantu Developer Untuk Lebih Baik

Google ternyata saat ini memiliki sebuah program yang membantu para developer kecil untuk menjadi maju dan lebih besar. Nama dari program tersebut adalah Google Indie Games Accelerator. Untuk tahun 2022, acara ini diadakan pada Google Asia Pacific HQ Singapore pada tanggal 13 Desember 2022. Tentunya, developer Indonesia menjadi salah satu yang penting pada program ini.

Pada acara yang satu ini, ternyata hanya dihadiri oleh media dari Indonesia saja. Sayangnya, media dari Korea Selatan berhalangan hadir dan hanya tergabung secara online melalui Google Meet. Acara ini diadakan pada lantai 3, yaitu Developer Space yang memang khusus dibuat untuk para developer. Tentunya, salah satu ciri dari kantor Google adalah banyaknya snack dan makanan yang disuguhi untuk para tamunya.

Program Indie Games Accelerator (IGA) dari Google Play adalah program tahunan yang memberikan bimbingan, pelatihan, dan saran tentang produk, desain, dan monetisasi. Program ini dimulai pada tahun 2018 dan belum lama ini mengadakan Demo Day guna memberikan kesempatan kepada developer untuk mempresentasikan game mereka kepada investor dan penerbit game.

Pada Demo Day pertama IGA tahun 2020, 40 developer yang mengikuti acara ini berhasil menggalang dana lebih dari US$65 juta dari penerbit game dan investor.

Sami Kizilbash selaku Global Head Accelerators and Expert Google mengatakan bahwa Indonesia merupakan pasar gaming terbesar di Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan animo eSports dan pengguna mobile gaming. Pada tahun 2027 nanti, kawasan Asia Pasifik bakal diramal menjadi pangsa pasar yang terbesar untuk mobile gaming. Namun untuk saat ini, Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, dan India masih memimpin di Asia.

Oleh karena semua orang suka bermain game, tentu saja hal ini bisa digunakan untuk dimonetasi. Sami mengatakan hingga saat ini orang akan suka men-download game gratis dan developer bisa mendapatkan uang dari iklan. Hal ini tentu saja membutuhkan infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah setempat agar bisa lebih berkembang. Hal tersebut terlihat dari Korea Selatan, di mana implementasi 5G dan 4G-nya paling berkembang.

Sami juga menjabarkan ciri-ciri gamer dari setiap negara. Tiongkok misalnya yang para gamers-nya bermain dengan rata-rata 19,2 jam setiap minggunya dan ini paling tinggi di dunia. Sementara Jepang adalah negara dengan pengguna yang mau membayar terbanyak, sekitar US$ 300 setiap pemainnya di tahun 2021. Dan negara dengan banyaknya pemain berumur muda adalah Vietnam.

IGA dari Google Play ini akan memberikan pelatihan secara online serta akan dibimbing oleh pakar industri dan mentor dari seluruh dunia selama 10 minggu. Untuk masuk ke dalam program ini sendiri, sang developer sudah harus memiliki sebuah game, entah itu sudah merupakan produk jadi maupun masih dalam tahap beta. Dari 30 studio game yang diundang, Eternal Dream Studio, dan Rigged Box Softworks dari Indonesia merupakan yang berhasil lulus pada tahun 2022.

Para developer dari Indonesia, yang salah satunya adalah Satriyo Aji Nugroho, CEO, Rigged Box Softworks merasa banyak belajar banyak hal selama mengikuti IGA. Hal tersebut termasuk mendapatkan ilmu dan strategi cerdas untuk menyelesaikan sebuah game. Dan memang, para developer game indie masih perlu diberikan banyak peluang untuk memperkenalkan game mereka kepada banyak orang, baik di dalam maupun di luar negeri.

Semoga saja, akan banyak lagi developer dari Indonesia yang memenuhi game-nya di Google Play pada masa mendatang.

Startup HR-Tech Venteny Resmi IPO, Raup Dana 338 Miliar Rupiah

PT Venteny Fortuna International Tbk resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan diperdagangkan di Papan Pengembangan dengan kode saham VTNY. Dalam aksi ini Venteny menawarkan 939,7 juta lembar saham dan berhasil menghimpun dana sebesar 338,3 miliar Rupiah.

Founder dan Group CEO Venteny Jun Waide mengatakan momen bersejarah ini merupakan babak baru bagi perseroan dalam membangun ekosistem teknologi untuk mendukung akselerasi bisnis UMKM dan meningkatkan kualitas hidup karyawan.

“Kami bersyukur, meski di tengah situasi ekonomi global yang penuh tantangan, kami menerima antusiasme yang luar biasa dari para investor, pengguna, dan masyarakat yang telah turut ambil bagian dalam perjalanan kami. Kami percaya, Venteny akan tumbuh bersama di Indonesia,” ucapnya, Kamis (15/12).

Meskipun Venteny baru masuk ke Indonesia pada 2019, setelah pertama kali berdiri di Filipina (2015) dan ekspansi ke Singapura (2016), perseroan memilih untuk melantai di Indonesia karena menyimpan berbagai potensi yang menarik. Baik itu dari skala pasar yang besar, juga memiliki potensi pertumbuhan pasar modal nasional yang kuat dengan jumlah investor ritel yang besar.

“Indonesia memiliki visi dan misi menjadi negara maju dan menduduki lima besar perekonomian dunia pada tahun 2045, di sini lah inovasi teknologi seperti Venteny dapat berperan. Kami optimistis bisnis kami dapat tumbuh bersama masyarakat Indonesia yang nantinya turut berdampak pada perekonomian nasional.”

Waide mengklaim, saham VTNY mengalami kelebihan permintaan (oversubscribed) hingga 12,58 kali dari pooling (penjatahan terpusat) berdasarkan data dari sistem E-IPO. Perseroan melepas 939,7 juta saham untuk penawaran umum perdana ini, atau setara dengan 15% dari modal disetor setelah penawaran umum perdana saham.

Investor yang membeli saham VTNY tersebar di 34 provinsi di Indonesia dan enam negara. Adapun jumlah pemesan sahamnya mencapai 18.847 orang.

Sebanyak 42% dana hasil IPO akan dimanfaatkan perseroan sebagai pemberian pinjaman kepada entitas anak perseroan, PT Venteny Matahari Indonesia sebagai modal kerja yang kemudian disalurkan kepada mitra P2P lending. Lalu sisanya, digunakan untuk pengembangan bisnis meliputi superapp untuk karyawan, produk dan layanan, memperluas wilayah pemasaran sebesar 30%, dan modal kerja grup sebesar 28%.

Pasca-IPO, perseroan berencana untuk memperkuat segmen B2B berkolaborasi dengan asosiasi di berbagai industri, menjaga tingkat kolektibilitas kredit, serta memperluas cakupan pasar dengan menambah jumlah kantor cabang sehingga perseroan dapat memberikan dampak yang lebih baik untuk UMKM Indonesia dan karyawannya.

Selain itu, untuk meningkatkan dan memperkuat segmen B2B2E (Business-to-Business-to-Employee), perseroan akan mengoptimalkan big data untuk mengembangkan layanan yang bermanfaat dan tepat guna untuk karyawan di semua segmen.

Dari langkah tersebut diharapkan ada pertumbuhan kontribusi dari employee super-app yang menjadi layanan B2B2E. “Kami akan menjadikan employee super-app ini sebagai aplikasi yang wajib dimiliki oleh seluruh karyawan,” tutup Waide.

Solusi Venteny

Venteny sendiri adalah startup HR-tech yang menyediakan teknologi untuk memenuhi kebutuhan karyawan melalui peningkatan employee happiness dan employee engagement. Venteny membangun ekosistem employee superapp melalui kerja sama dengan pihak ketiga untuk menyelenggarakan beberapa layanannya, seperti Program Teknologi Keuangan (V-Nancial), Program Asuransi Berbasis Teknologi (VENTENY Insurance & Protection Program) atau “VIP”, Program Keuntungan Karyawan (V-Merchant), dan Program Pendidikan Berbasis Teknologi (V-Academy).

Melalui fitur V-Nancial misalnya, terdapat tiga jenis employee loan, yakni Multipurpose Loan, Education Loan, dan Cash Advance yang serupa dengan kasbon yang dapat dipilih. Perseroan bekerja sama dengan perusahaan pembiayaan yang telah memiliki izin dari OJK sebagai sumber akses dana darurat karyawan.

Model bisnis yang diterapkan Venteny, terdiri dari tiga segmen, yakni B2B, B2B2E, dan B2C. Kontribusi dari B2B mendominasi dengan pertumbuhan pengguna mencapai 161,61% per Maret 2022. Diklaim ada lebih dari 200 korporat yang menaungi lebih dari 200 ribu karyawan yang menjadi penerima benefit dari Venteny.

Menurut laporan keuangan per Juni 2022, Venteny mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar Rp29,2 miliar atau naik 71% (YoY). Beban pokoknya sebesar Rp18,22 miliar, naik 196%.

Sementara, untuk laba komprehensif tahun berjalan tercatat sebesar Rp4,92 miliar, naik drastis hingga 2.005%. Kenaikan ini sejalan dengan pendapatan netto dan peningkatan penghasilan komprehensif lain atas selisih kurs. Adapun, untuk aset perseroan mencapai Rp354,52 miliar, meningkat 47% (YoY) dan liabilitasnya juga naik menjadi Rp273,89 miliar meningkat 31%.

AMVESINDO: Strategi “Exit” dan Tingginya Minat Startup untuk IPO

Beberapa waktu terakhir, perjalanan IPO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (IDX: GOTO) tengah menjadi sorotan publik. Pasalnya, setelah dinobatkan sebagai salah satu penawaran umum perdana terbesar di dunia tahun ini, harga saham GoTo terpantau terus merosot.

Per hari ini (15/2), harga saham GoTo tercatat di angka Rp96 per saham, turun jauh dibandingkan saat IPO di kisaran Rp338 per saham.

Selain GoTo, perusahaan teknologi lainnya PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) juga bernasib serupa. Harga saham IPO senilai Rp850 per saham di Agustus 2021 lalu kini jeblok di angka Rp280 per saham (“15/12). Hal ini menimbulkan pertanyaan, apakah IPO merupakan strategi exit yang ideal bagi sebuah perusahaan teknologi?

Di awal Desember ini, Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia (AMVESINDO) mengadakan seminar bertajuk “Exit Mechanism for Investors & Startup Companies (IPO vs Acquisition)”. Dalam perhelatan ini, hadir beberapa perwakilan stakeholder untuk membahas strategi exit yang ideal bagi para investor startup di Indonesia.

Strategi exit merupakan salah satu keputusan signifikan dalam runway sebuah perusahaan teknologi, utamanya setelah perusahaan menerima pendanaan dari investor. Seperti diketahui, strategi exit bisa dilakukan melalui IPO, merger maupun akuisisi. Hal ini dilakukan untuk mengakhiri investasi dengan cara yang akan memaksimalkan keuntungan dan atau meminimalkan kerugian.

Terkait strategi exit melalui IPO, perusahaan teknologi masih sering menghadapi tantangan. Bono Daru Adji selaku Senior Partner Assegaf Hamzah & Partners mengungkapkan bahwa peraturan di Indonesia dianggap belum cukup memadai bagi startup untuk melakukan IPO. Selain itu, struktur internal startup tahap pre-IPO sering dianggap belum cukup memadai untuk melantai di bursa.

Namun, peraturan OJK dan BEI belakangan ini sudah mulai disesuaikan dengan kebutuhan startup yang bermaksud untuk IPO. Selain POJK 22/2021 terkait Multiple Voting Shares (MVS), peraturan BEI No. I-A mengenai pencatatan saham tidak lagi mensyaratkan kewajiban profit bagi emiten yang bermaksud mencatatkan sahamnya di Papan Utama.

Hal ini membuka peluang bagi para startup. Strategi exit melalui IPO menjadi salah satu jalur untuk menggalang dana dari investor publik dengan harapan bisa mengembangkan bisnis perusahaan, bukan semata-mata untuk exit. Meskipun begitu, sejumlah investor menganggap mekanisme akuisisi (M&A) lebih menguntungkan dibandingkan IPO.

Hal ini diakui oleh Managing partner of MDI Ventures Kenneth Li. Menurutnya, akuisisi memungkinkan proses likuidasi yang cepat. Sementara IPO memiliki masa tunggu setidaknya 8 bulan. “Itupun kalau harga sahamnya naik,” tambahnya. Namun, ia menegaskan bahwa strategi itu tidak bisa digeneralisasi kepada semua perusahaan.

CEO BNI Ventures Eddi Danusaputro yang juga menjabat sebagai ketua AMVESINDO mengungkapkan, “bahwa kita sebagai venture capital perlu dana untuk diputar kembali melalui investasi. M&A memungkinkan likuiditas yang ringkas. Sementara IPO memiliki masa tunggu. Sebagai pengelola dana investor, kita juga punya tanggung jawab untuk bisa segera memutar uang tersebut.”

Alternatif penggalangan dana

Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat bahwa sepanjang tahun 2022 ada 59 emiten yang melakukan initial public offering (IPO), Venteny menjadi perusahaan terakhir yang resmi tercatat di BEI. Angka ini menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Tanah Air. Selain itu, perolehan dana IPO pada tahun 2022 ini disebut mencapai Rp32,68 triliun.

Daftar penggalangan dana terbesar melalui IPO di BEI / Sumber: IDX

Head of IDX Incubator Aditya Nugraha mengungkapkan, “untuk animo IPO, rasanya tahun depan masih tetap tinggi. Di pipeline kami, ada 48 yang sedang diproses untuk tahun depan, ini belum termasuk bulan Desember. Kami yakin tahun depan akan lebih ramai. Harapannya, perusahaan yang masuk akan sizeable dan lebih siap untuk go public, termasuk dari aspek compliance. Tidak sekadar IPO dan membuat market jadi tidak sehat,” ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan, di bursa sendiri tidak ada definisi startup company melainkan Daftar Saham Teknologi (IDXTECHNO). Dari 48 entitas yang mendaftar untuk IPO di tahun 2023, delapan di antaranya adalah perusahaan teknologi. Sektor ini masih sangat menarik untuk go public, banyak perusahaan yang masih mencari alternatif pendanaan melalui IPO.

Aditya yang akrab disapa Anug ini juga memberi masukan bagi para founder yang berniat IPO di BEI, yaitu dengan membentuk badan hukum di Indonesia agar lebih mudah dalam menjalankan setiap proses. Lalu, founder harus bebenah sejak dini, tidak bisa hanya fokus pada bisnis tetapi lebih detail dalam mengelola aspek administrasi, termasuk legalitas, keuangan, perpajakan, dll.

Selanjutnya, perusahaan harus punya roadmap yang jelas. Ketika IPO, rincian penggunaan danannya harus lengkap. Untuk bisa go public, perusahaan harus bisa menarik minat investor. Mulai dari rencana ekspansi, pengembangan riset, talenta, dll. “Mereka harus punya path yang jelas, tidak bisa mengawang-ngawang. Kalau semuanya lengkap dan jelas, proses IPO bisa lebih lancar,” tutupnya.