Melvin Hade: Tren, Lanskap, dan Rencana Investasi Global Founders Capital di Asia Tahun 2022

DailySocial mendapat kesempatan berbincang langsung dengan Melvin Hade, Partner Global Founders Capital (GFC) untuk Asia Tenggara, Pakistan, dan Australia seputar tren, lanskap, dan rencana investasi di tahun ini.

Melvin, begitu ia disapa, dikenal sebagai anak muda Indonesia yang menjejakkan namanya dalam jajaran bergengsi Forbes “30 Under 30” angkatan 2020. Ia merupakan first hire GFC dari Indonesia yang telah menutup kesepakatan investasi di Indonesia, Singapura, Hong Kong, dan Filipina dengan total $22,15 juta per Januari 2020 mengacu data Forbes. Sebelumnya ia berkarier di perusahaan manajemen konsultan McKinsey & Company.

Global Founders Capital adalah perusahaan berafiliasi dengan Rocket Internet, perusahaan internet asal Jerman yang memiliki peran signifikan dalam mempopulerkan model bisnis berbasis internet/teknologi, termasuk di Indonesia. Rocket Internet adalah pendiri Lazada dan Zalora, platform e-commerce yang juga menjadi motor penggerak industri digital Asia Tenggara.

GFC didirikan sebagai kendaraan investasi yang memiliki model berbeda. Berdasarkan data terakhir, GFC telah mengelola lebih dari $1 miliar dana investasi di tahap seed dan growth di dunia, termasuk di antaranya Traveloka, Meta, LinkedIn, dan Eventbrite.

Berikut ini adalah rangkuman perbincangan kami dengan Melvin.

Perubahan karier dari consulting ke venture capital

Jawab: Saya memilih untuk menempuh jalur karir sebagai venture capitalist karena dua hal. Pertama, saya melihat ada banyak transisi orang bekerja di consulting atau investment banking, lalu pindah ke perusahaan teknologi. We are in the shifting period where technology and digitalization are happening across different sectors.

“Kedua, I think legacy is something that I’m striving for because being able to spot great companies in the early days is definitely a luxury. Before it becomes mainstream, I want to be part of their journey, sampai menjadi unicorn ke depannya. Similar to Patrick Walujo, the early investor of Gojek.”

Selain itu, [model pekerjaan] di consulting cukup mirip dengan VC. Kita bekerja dengan berbagai macam klien, industri, dan negara. Di venture capital space juga demikian di mana kami membantu banyak partner, perusahaan, dan founder.

Yang membedakan adalah consulting tidak berinvestasi di perusahaan. Di VC, stake lebih tinggi karena we’re basically voting with our dollar. From the decision-making point of view, there’s a need to be more convincing.

I felt like the VC role was more of an interesting role. So, I took a leap of faith and joined GFC in 2019 to start in Indonesia. I was the first hire in Indonesia back then. Initially, memang untuk [pasar] Indonesia saja.

Di 2020, we started to see SEA as a region and then added Pakistan and Australia into the scope in 2021. Ini evolusi dari pasar kami.

Bagaimana Melvin menemukan peluang bisnis yang menarik

Jawab: We are slowly building the team in Indonesia, then in SEA. When we enlarge the new market, we also have a local team yang membantu melihat peluang ini. Di Asia Tenggara, kami punya tim di Vietnam, Filipina, dan Pakistan. Di Australia, kami sedang hiring. I think the team expansion is one of the thing that help me in covering these different markets. Total saat ini ada 11 orang di Asia Tenggara dan Pakistan, termasuk tujuh orang di Indonesia. Penambahannya cukup banyak karena hanya ada dua orang di 2019.

These markets is actually quite similar, especially Pakistan and SEA. Apa yang terjadi di Indonesia dua tahun lalu, sekarang sedang terjadi di Pakistan. Misalnya saja, vertikal edtech dan healthtech. Jadi untuk memahami model apa yang akan berhasil di sana, itu tidak terlalu sulit, karena kami melihat pola serupa di Indonesia dan India.

At the model level, seharusnya bisa applicable untuk startup tahap awal di SEA. Misalnya, ride-hailing dan quick commerce ada di hampir semua negara. Di Indonesia ada Gojek, di Singapura ada Grab.

Perbedaannya terletak di level operasional saja, target pasar, dan skema pricing. We see so many local champions, 90% mirip, baik itu regulasi, demografi, atau culture. Mungkin perbedaan signifikan apabila kita membandingkan negara maju dan negara berkembang. Indonesia vs Singapura misalnya.

I think metrics paling relevan untuk mengukur kemiripan itu adalah GDP per capita, how developed is the economy. Thats how we look at the different market.

Model yang berubah ketika sudah scale up

Jawab: Ketika perusahaan masuk ke fase growth, langkah pertama adalah mencari peluang baru di pasar. Kita lihat Traveloka ekspansi ke food dan lifestyle, dari sebelumnya yang hanya fokus di transportasi dan hospitality. Ketika perusahaan semakin besar, mereka harus meningkatkan pangsanya. Kalau tetap di situ-situ saja, tidak ada ekspansi, valuasi akan mentok. That’s the reason larger companies expand to other verticals.

If we talk about fintech, everyone wants to become a bank karena itu yang membuka kesempatan baru dan meningkatkan profitabilitas. Xendit mau menjadi bank. Lalu, di ranah e-commerce, Astro has already introduced their own product aside from groceries and are also thinking of entering food delivery. Those are the expansion opportunities in the growth stages. Tapi ini natural karena mereka harus berkembang dan meningkatkan valuasi. There are a lot of expectations to continue to grow.

Bentuk support GFC ke portofolionya

Jawab: Kami tidak bisa berjalan sebagai VC dengan memberikan investasi saja. Industri ini kompetitif sekali. Apabila ada great company, great founder, kami akan coba lakukan yang terbaik. Bagaimana meyakinkan mereka untuk bekerja bersama GFC? Kami tidak menanamkan mindset, “I’m a shareholder, you should work for me”, tetapi justru sebaliknya. Kami bekerja untuk mereka.

Kami membantu pitch deck, menetapkan strategi, dan bagaimana melakukan pitching. Kami memiliki portfolio support team di mana kami berperan sebagai consultant untuk founder. Selain itu, kami juga bantu, misalnya, melakukan benchmarking dengan portofolio kami di global terkait UI/UX apa yang bagus. Kemudian, kami compile riset dan pengalaman di lapangan, apakah dapat diterapkan di Indonesia.

Given that we back companies globally and we can back the same models across the market, we can extract learning some of the best practices. Contoh, we backed eight players in quick commerce and e-grocery, dari UK, Kanada, Australia, India, dan Mesir. Kami bisa ambil pembelajaran dan pengalaman mereka dan kami bagikan ke portofolio early stage kami.

Kami ingin memastikan setiap portofolio kami dapat dapat memberikan testimoni yang baik terhadap GFC, karena yang dapat membuat kami win in this game adalah bagaimana pengalaman mereka bekerja dengan kami. Apa gunanya buat tech unicorn tapi mereka bilang hal yang buruk tentang GFC.

Proyeksi dan tren industri digital di 2022

Jawab: Saya melihat perkembangan di industri ini sedang melambat. Maka itu, saya pikir tahun ini akan menjadi tahun yang sulit bagi startup untuk fundraising dibandingkan 2021. Tahun ini trennya akan kembali ke fundamental. Companies that will thrive are the companies with strong fundamentals dan unit economics. Bukan seolah-olah ‘meningkatkan’ valuasi perusahaan saja.

Tahun lalu menjual mimpi masih memungkinkan, tetapi sekarang akan sulit karena public market sedang melambat. Beberapa pemberitaan global melaporkan growth-staged investors is pulling back their term sheet, valuasi di global dikoreksi even though the term sheets are already issued. I think we’ll see more of that, [investor] akan lebih cautious ke valuasi.

In terms of sector, I think a mix of new retail in Indonesia will continue to grow. It’s always an exciting story, thanks to Kopi Kenangan being the first new retail unicorn company in SEA, vertikal ini bisa berpeluang menghasilkan unicorn juga. Pada portofolio kami, we backed a new retail company called Fithub in Indonesia. Modelnya mirip dengan Kopi Kenangan, sama-sama untuk mass market, tetapi Fithub ini ingin menjadi fitness chain. Fithub ingin menjadi fitness center dengan biaya lebih terjangkau dari penyedia fitness terkemuka yang sudah ada.

Vertikal selanjutnya adalah e-grocery. Kami lihat pemain e-grocery terus berkembang, seperti Astro dan Eden Farm di Indonesia. Dengan situasi Indonesia saat ini menghadapi gelombang ketiga pandemi, saya rasa vertikal ini akan terus tumbuh.

And then neobank. Banking is always the end game for many fintech, and the first hurdle is to buy a bank or get a license. Contohnya, portofolio kami, HonestBank yang akan beroperasi tahun ini. Ada juga BukuWarung yang ingin menjadi neobank dengan memberikan lending untuk UMKM. Itu karena produk mereka dipakai UMKM atau warung. Lalu, ada RocketPocket yang ingin menjadi neobank untuk segmen remaja di tahun ini. Model ini mengikuti FamPay, neobank asal India yang juga salah satu portofolio kami.

Rencana investasi GFC untuk Asia Tenggara, Pakistan, dan Australia di 2022

Jawab: Today we have more than 60 companies across the region. In terms of investment, we see ourselves as an early-stage VC (pre-seed, seed, dan pre-series A). Kami sangat jarang masuk di series C dan D untuk di investasi pertama karena entry point kami selalu di pre-seed to series A.

Meskipun kami cukup sector-agnostic, kami terbuka terhadap berbagai industri. Kami melihat ada tiga sektor utama di Asia Tenggara, Pakistan, dan Australia, yaitu (1) consumer tech; misal Traveloka dan Astro jika bicara pasar Indonesia, (2) fintech sebagai salah satu big pillar, dan (3) B2B software enterprise solution. Tapi sebetulnya kami cukup agnostik juga.

Kami tidak pernah tentukan target tertentu karena kami tidak bisa memprediksi berapa banyak startup yang berkualitas bagus. Biasanya ini bergantung pada kondisi pasar. Secara historical, kami umumnya berinvestasi antara 10-20 startup baru setiap tahunnya. There are also a follow-on investment for our existing portfolio companies about 10-15. Jadi total investasi baru dan existing adalah 35.

Ticket size untuk early stage berkisar $250.000 sampai $5 juta, sedangkan untuk growth stage bisa up to $25 juta. Indonesia punya peran dominan mayoritas in the deployment, Indonesia is a key market for GFC, we can see around 40%-50% of the investment pipeline originates from Indonesia. For now, we still have a lot of capital to deploy karena kami tutup fund kedua di Desember 2019.

Bagaimana GFC mendorong akselerasi portofolio di early stage saat pandemi

Jawab: Ada dua hal. Pertama, kami membantu proses fundraising secara end-to-end, mulai dari timing, pembuatan materi fundraising, hingga introduction to top investors. Kedua, kami mengumpulkan insight tentang tren di global bagi portofolio kami. With regards to specific models, misalnya, kami melihat bagaimana sentimen pasar terhadap e-grocery. 

Fundraising in the early stages menjadi ajang untuk ‘land grabbing’ investor to the cap table, karena ketika investor sudah berinvestasi di satu startup, mereka tidak bisa berinvestasi di [startup] kompetitor lainnya.”

Jadi ini menjadi tiga forte kami bagi startup early stage di GFC, yaitu global insight and network, keterlibatan terhadap proses fundraising, dan portfolio consulting project.

StraitsX Hadirkan Akun Bisnis Stablecoin XIDR di Indonesia

Startup pengembang platform aset digital StraitsX mengumumkan kehadiran akun bisnis untuk stablecoin XIDR di Indonesia. Akun bisnis ini menyediakan infrastruktur dan solusi aset digital yang terjangkau, mudah, diakses, dan developer-friendly bagi UKM dan korporasi.

StraitsX sendiri merupakan bagian dari startup fintech Xfers, yang saat ini juga tergabung ke dalam Fazz Financial Group.

Head of StraitsX Aymeric Salley mengatakan, stablecoin XIDR punya potensi besar dalam ekosistem keuangan global, selain fungsi utamanya dalam transaksi kripto di blockchain publik. Stablecoin dapat membantu memfasilitas pengiriman aset digital kepada siapa saja, tanpa perantara apapun, sehingga memberikan opsi pengiriman yang lebih cepat dan murah.

“Banyak area fintech yang bisa kita bangun di atas stablecoin. Potensi tersebut sejalan dengan tujuan kami yang ingin membangun ekosistem aset digital yang kuat dan dapat dioperasikan oleh mitra lokal dan internasional secara terpercaya,” terangnya dalam konferensi pers virtual, kemarin (23/2).

Menurut datareportal.com, sebesar 51,1% dari 270 juta penduduk Indonesia masuk dalam kategori underbanked dan unbanked, sedangkan tingkat penetrasi internet hanya 73,3%. dengan pertumbuhan fintech, blockchain, dan aset digital yang begitu pesat, permintaan untuk stablecoin Rupiah yang kompatibel semakin tinggi. Maka dari itu, XIDR hadir untuk memberikan cara yang mudah dan aman bagi orang-orang yang tidak memiliki rekening bank untuk mengakses layanan keuangan.

“Aktivitas ekonomi digital yang terus meningkat sehingga membuat permintaan aset digital tidak hanya dari investor saja, tetapi dari pelaku usaha. Dari perspektif yang lebih luas, tren tersebut juga menunjukkan bagaimana bisnis dan industri dapat mendorong inklusi keuangan, di mana literasi digital memegang peranan penting,” tambah Business Development Manager StraitsX Indonesia Kinansyah Pramaditia.

Akun bisnis memiliki kapabilitas yang lebih luas dari akun pribadi StraitsX. Pengguna bisnis memiliki batas transaksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan akun pribadi, fitur advanced account management, dan solusi yang developer-friendly berbentuk API siap pakai untuk mengumpulkan, mencairkan, dan merekonsiliasi dana pelanggan.

Stablecoin XIDR

Adapun stablecoin ini berguna untuk menukar aset kripto untuk menghindari fluktuasi harga, pilihan untuk menukar mata uang fiat ke stablecoin yang didukung oleh fiat, menggunakan stablecoin untuk melakukan pembayaran secara global, dan sistem pembayaran yang berbasis blockchain ini menghilangkan perantara dalam transaksi.

Diklaim, mengirim XIDR dapat dilakukan kapan pun dalam hitungan menit tanpa perantara apa pun. Berbeda dengan keuangan tradisional, untuk transfer fiat apalagi ke luar negeri, butuh waktu lebih dari tujuh hari.

XIDR bertujuan menjadi stablecoin Rupiah yang paling hemat biaya sekaligus menawarkan utilitas maksimum kepada pemiliknya. Proses pencetakan dan penukaran XIDR ke Rupiah dapat dilakukan secara gratis melalui platform StraitsX, dengan biaya transaksi on-chain yang dibatasi. Pengguna dapat memanfaatkan kemampuan stablecoin XIDR untuk mengirim Rupiah secara terpercaya dan aman pada protokol blockchain Ethereum dan Ziliqa.

Salley mengatakan, tidak menutup kemungkinan pihaknya membuka lebih banyak jaringan publik blockchain lainnya agar utilitas XIDR semakin luas, tidak terbatas di Ethereum dan Ziliqa saja. Dia bilang, gas fee yang mahal untuk setiap kontrak yang tercatat di jaringan blockchain itu termasuk salah satu friksi yang memengaruhi banyak pihak dalam proses adopsi.

“Makanya banyak orang yang enggan spent uangnya untuk gas fee yang mahal, terutama di Ethereum. Ziliqa kami pilih karena gas fee-nya murah dan terjangkau bagi semua orang. Kami membuka kemungkinan untuk masuk ke jaringan blockchain populer lainnya.”

Diklaim, platform StraitsX telah menyelesaikan lebih dari 130 ribu transaksi dengan nilai lebih dari S$2,5 miliar sepanjang tahun lalu. XSGd memiliki kapitalisasi pasar senilai lebih dari $200 juta. XIDR diharapkan mampu mengikuti keberhasilan peluncuran XSGD ke depannya.

Prixa Gandeng AdMedika untuk Perluas Ekosistem Layanan Kesehatan di Segmen B2B

Startup healthtech Prixa resmi menggandeng AdMedika untuk memperluas ekosistem layanan kesehatan di segmen B2B. Melalui kemitraan ini, AdMedika dapat memanfaatkan kapabilitas yang dimiliki oleh Prixa untuk menghadirkan layanan kepada kliennya, mulai dari telekonsultasi, pharmacy delivery, hingga on-demand lab secara end-to-end.

“Kolaborasi ini mengombinasikan kekuatan kedua pihak untuk capture segmen pasar yang tidak memiliki asuransi, terutama rawat jalan. Ini menjadi stepping stone kami untuk sinergi selanjutnya. Kami dapat saling leverage untuk membantu streamline di ekosistem kesehatan. Masih banyak pasar yang belum terjamah teknologi yang bisa kami tap in,” ujar Co-founder dan CEO Prixa James Roring dalam konferensi pers virtual.

Untuk tahap awal, kemitraan ini mencakup layanan telekonsultasi dan resep elektronik bagi pengguna AdMedika. Pengguna AdMedika kini dapat mengakses layanan Prixa di aplikasi MyAdMedika.

Adapun, sinergi Prixa dan AdMedika sepenuhnya menggunakan pendekatan digital dengan memanfaatkan API sehingga dapat memotong proses administrasi yang selama ini manual. Adapun, ini disebut kolaborasi pertama dari portofolio MDI Ventures antara startup healthtech dan perusahaan third party administrator (TPA).

CEO AdMedika Dwi Sulistiani menambahkan bahwa kolaborasi ini sejalan dengan upaya perusahaan untuk mempercepat ekosistem kesehatan digital. “Kami ‘dijodohkan’ oleh MDI Ventures untuk bersinergi. Nantinya, ecosystem hub ada di AdMedika dan teknologi dari Prixa. Kemudian, pengembangannya nanti tidak hanya di telekonsultasi, tetapi bisa juga data. Data dari AI ini akan kami maksimalkan untuk memperkuat pelayanan, kami bisa suggest data ini ke pemerintah atau stakeholder terkait,” tambahnya.

Sebagai informasi, Prixa merupakan penyedia layanan kesehatan berbasis web yang mengklaim sebagai platform pertama dengan AI-based diagnosis engine di Indonesia. Prixa menawarkan berbagai macam layanan kesehatan, yakni telekonsultasi, pharmacy delivery, rujukan ke RS dan klinik, serta laboratorium.

Sementara itu, AdMedika adalah perusahaan TPA di bidang solusi kesehatan. Portofolio utama layanannya adalah Health Claim Management Services, Provider Management Services, dan Health Digital Services. Perusahaan telah melayani 5,1 juta pengguna dari 145 klien dari sektor asuransi pribadi, korporasi, dan BUMN dengan lebih dari 5.200 jaringan terhubung. AdMedika berada di bawah naungan PT Multimedia Nusantara (TelkomMetra) yang merupakan anak usaha Telkom.

Layanan kesehatan di B2B

Prixa memiliki misi untuk menjadi digital entry point di industri kesehatan Indonesia. Saat ini, platform Prixa didukung oleh lebih dari 100 informasi penyakit, lebih dari 400 point of delivery farmasi, dan 300 fasilitas lab. Mereka juga telah menghubungkan lebih dari 10 juta pemegang polis pribadi dengan akses telekonsultasi.

Di Indonesia, rata-rata industri healthtech masih didominasi oleh layanan telekonsultasi untuk B2C. Layanan ini tumbuh signifikan sejak 2020 karena masyarakat mengurangi kunjungan fisik selama masa pandemi.

Namun, kemunculan startup healthtech di B2B dan B2G dinilai dapat membantu mempercepat digitaliasi di industri kesehatan. Selain Prixa, startup lain yang bermain di segmen B2B adalah Klinik Pintar. Startup ini berfokus menjadi penyedia clinic chain di Indonesia yang dianggap dapat menyentuh grass roots, segmen yang dianggap kesulitan mendapat akses ke layanan kesehatan.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan 2020 mencatat rasio dokter mencapai 03,8 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur RS berkisar 1,2 per 1.000 populasi di Indonesia.

Pintek Tengah Negosiasi untuk Pendanaan Seri A Lanjutan, FMO Berpotensi Terlibat

Setelah mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai hampir 100 miliar Rupiah akhir tahun 2021 lalu, Pintek dikabarkan tengah dalam diskusi untuk perpanjangan seri A. FMO, bank pembangunan internasional Belanda berpotensi untuk masuk di pendanaan tersebut.

DailySocial.id mencoba menghubungi Pintek terkait hal ini. Representatif perusahaan memberikan konfirmasi bahwa perusahaan memang tengah menjajaki potensi pendanaan dalam perpanjangan seri A bersama FMO. Namun, saat ini masih dalam tahap diskusi dan belum ada kesepakatan resmi.

Dilansir dari DealStreetAsia, ketertarikan FMO untuk berinvestasi di platform p2p lending khusus pendidikan ini juga terpapar dalam keterbukaan perusahaan.

Di putaran kemarin, investor Pintek termasuk Kaizenvest, Heritas Capital, Blue7, dan Earlsfield Capital. Selain itu juga ada investor terdahulu, seperti Finch Capital, Global Founder Capital (GFC), Accion Venture Lab, Strive, dan Fox Ventures.

Investasi berdampak

Sebagai bank pembangunan kewirausahaan, FMO memiliki misi untuk memberdayakan pengusaha untuk membangun dunia yang lebih baik ini. Untuk itu, perusahaan berinvestasi dalam bisnis, proyek, dan lembaga keuangan, dengan menyediakan pembiayaan, pengetahuan, dan jaringan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan.

Investasi ini berfokus pada sejumlah SDG dan di sektor-sektor utama yang penting bagi kemajuan ekonomi dan sosial serta memiliki posisi yang kuat di pasar Lembaga Pembiayaan Pembangunan (DFI).

Ini bukanlah kali pertama perusahaan terlibat dalam investasi di Asia Tenggara. Sebelumnya, FMO pernah menyalurkan kredit pendanaan untuk PT Indosurya Inti Finance dengan tujuan pembiayaan UMKM Indonesia. Selain itu, bank pembangunan asal Belanda ini juga terlibat dalam dana kelolaan Jungle Ventures, salah satu pemodal ventura yang memiliki fokus investasi di Asia Tenggara.

Perkembangan bisnis Pintek

Sejak didirikan pada 2018, Pintek dan afiliasinya telah mendukung lebih dari 2.750 institusi pendidikan dan 100 UKM pendidikan untuk menjangkau lebih dari 650 ribu siswa, serta menyediakan konten edukasi keuangan kepada masyarakat dengan 1,3 juta pengunjung unik setiap bulan. Pencapaian tersebut, membuat Pintek optimis menargetkan 10 juta pelanggan di ekosistem dalam lima tahun ke depan.

Perusahaan juga mengklaim telah menggelontorkan dana pinjaman sebesar Rp14.8 miliar kepada 849 penerima pinjaman. Dengan besar pinjaman mulai dari Rp3 juta hingga Rp300 juta. Bunga yang ditawarkan berkisar 0-1.5 persen per bulan.

Belum lama ini, Pintek juga telah berkolaborasi dengan SIPLah. Melalui program SIPLah, Pintek terus berkomitmen untuk menjadi salah satu roda penggerak pendidikan di Indonesia dengan mengajak para pelaku usaha/UKM pendidikan mengembangkan potensi bisnis yang lebih optimal melalui proses digitalisasi.

Hal ini menjadi salah satu langkah Pintek dalam mendukung perkembangan pelaku usaha/UKM pendidikan khususnya yang memiliki bisnis pada pengadaan kebutuhan pendidikan di Indonesia.

Selain Pintek, sejumlah fintech lending lainnya di Indonesia juga memiliki fokus ke sektor pendidikan, di antaranya Danadidik, Cicil, hingga KoinPintar dari Koinworks.

Fore Coffee Genjot Ekspansi Gerai Baru untuk Jangkau 30 Kota di Indonesia

Fore Coffee akan menggenjot ekspansi gerai baru di Indonesia tahun ini demi mengakselerasi pertumbuhan bisnisnya. Startup coffee chain ini menargetkan penambahan maksimal sebanyak 100 gerai baru dan melanjutkan pengembangan produk F&B seasonal (musiman).

Dalam keterangan resminya, Fore Coffee menyebut telah menjual 5 juta cup kopi di sepanjang 2021. Salah satu produk musimannya, Almond Cocoa Series yang dirilis akhir November 2021, tercatat menjadi menu terlaris dengan penjualan lebih dari 300 ribu cup.

Adapun, Fore Coffee telah membuka 42 gerai baru di beberapa kota metropolitan, seperti Denpasar, Palembang, Yogyakarta, Malang, hingga Batam. Per Februari 2022, Fore Coffee tercatat memiliki 110 gerai.

Dihubungi DailySocial.id secara terpisah, Co-Founder & CEO Fore Coffee Vico Lomar mengaku bahwa industri F&B memang tengah dalam pemulihan di masa pandemi. Kendati demikian, penambahan gerai Fore Coffee meningkat cukup signifikan dari awalnya hanya ada di empat kota di awal 2021, kini sudah berada di 18 kota.

Terlepas dari itu, ujarnya, Fore Coffee mampu mengecap pertumbuhan penjualan yang baik, bahkan ketika varian Delta sedang mengganas di Indonesia pada pertengahan Juni 2021.

“Saya meyakini strategi the right product, price, dan experience menjadi landasan kuat ekspansi kami. Tentu kami selektif dalam membangun gerai baru, kami cek lokasi, visibility agar dapat menjangkau ke 30 kota di Indonesia,” paparnya.

Selain ekspansi gerai, Fore Coffee juga menggenjot program pemasaran kreatif bersama mitra food delivery seperti Go Food, Grab Food, Shopee Food, dan Traveloka Eats. Salah satunya melanjutkan menu-menu musiman terbaru pada Maret-April mendatang dan meluncurkan lini produk makanan terbaru bernama Fore Deli.

“Potensi pasar upper class terus berkembang, terutama segmen pasar yang selalu mencari tahu produk baru dan relevan terhadap kebutuhannya. Kami akan berkolaborasi dengan brand, influencer, yang cocok dengan produk kami, serta melakukan campaign. Artinya, kami tidak sekadar membangun gerai baru saja,” tambahnya.

Seperti diketahui, Vico Lomar merupakan pakar profesional di bidang F&B selama lebih dari 20 tahun. Misinya adalah memperkuat kehadiran Fore Coffee di kalangan masyarakat peminat kopi kekinian. Ia berkomitmen untuk terus mengawal proses dari hulu ke hilir untuk dapat menyajikan kopi bernilai bagi masyarakat.

Selain Vico, Fore Coffee juga diperkuat oleh Umara Ardra yang mengembang posisi sebagai Chief Financial Officer (CFO). Kepemimpinan Vico Lomar dan Umara Ardra diyakini dapat membuka berbagai peluang untuk mendongkrak jangkauan Fore Coffee di Indonesia, baik dari upaya penggalangan dana, pembukaan gerai, hingga pengembangan fitur di aplikasi Fore Coffee untuk mendorong pengguna dan transaksi.

Terkait kebutuhan modal untuk ekspansi ini, Vico enggan berkomentar lebih lanjut. “Saat ini yang bisa kami katakan, kami adalah profitable business and we have a very good numbers in terms of it untuk bisa grow secara eksponensial,” ujarnya.

Dinamika coffee chain Indonesia

Di sepanjang 2021, gerak startup coffee chain di Indonesia terbilang dinamis. Beberapa di antaranya mendapatkan pendanaan baru untuk mendukung ekspansi gerai mereka di Indonesia. Menurut data yang kami himpun per November 2021, ada lebih dari 4.500 jaringan coffee chain di seluruh Indonesia.

Selain Fore Coffee, startup lain yang mengusung konsep “grab and go“, adalah Kopi Kenangan baru-baru ini mengantongi status baru sebagai startup new retail unicorn pertama di Indonesia. 

Kemudian, JIWA Group juga memperoleh mendapatkan pendanaan tahun lalu untuk memperkuat strategi omnichannel dengan memanfaatkan aplikasi JIWA+. Startup portofolio dari Rocket Internet, Flash Coffee juga mulai ekspansi ke pasar Indonesia dengan menargetkan pembangunan 75 gerai baru di 2021.

Application Information Will Show Up Here

Zenius Gandeng Disney Menghadirkan Materi Pembelajaran Interaktif untuk Siswa SD

Pekan lalu, startup edtech Zenius resmi mengumumkan kolaborasinya dengan perusahaan hiburan dan media Disney untuk menghadirkan konten pembelajaran interaktif berbasis digital bagi siswa sekolah dasar (SD). Lewat kolaborasi ini, pengguna ZeniusLand dapat mengakses berbagai konten eksklusif dari Disney, Pixar, termasuk konten original Tiga Sekawan dari Zenius.

Disampaikan dalam acara virtualnya, Co-founder Zenius Wisnu Subekti mengatakan bahwa salah satu tantangan besar pada sistem pendidikan di Indonesia adalah siswa SD kurang menguasai hal-hal yang bersifat fundamental. Situasi tersebut dibiarkan menumpuk hingga mereka mencapai jenjang kuliah.

Lemahnya fundamental ini bisa jadi karena sejumlah faktor. Misalnya, kurikulum yang diajarkan tidak sesuai dengan kemampuan siswa. Alhasil, kegiatan mengajar tetap berjalan, tetapi kemampuan siswa tidak meningkat.

“Kami harap metode ini dapat membangun critical thinking siswa SD. Jadi, mereka tidak hanya menghafal saja, tetapi mampu menerapkannya dalam lingkup keseharian, ada learning transfer yang terjadi. Konsep pembelajaran ini dapat efektif dan meningkatkan pemahaman anak karena menggabungkan cerita berbalut visual dan pelajaran,” tutur Wisnu.

ZeniusLand menyediakan materi interaktif yang terdiri dari video pembelajaran, latihan, dan aktivitas berbasis permainan akan mendorong anak-anak untuk mengeksplorasi misi-misi menarik yang ada. Anak-anak juga diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi konten belajar yang diinginkan.

Mereka mengolah dan menghadirkan ribuan konten pembelajaran menarik bersama Disney. Saat ini, ZeniusLand memiliki 334 video (Disney dan Zenius Original Series), lebih dari 1.000 soal dan konsep pembelajaran, dan lebih dari 100 karakter dari 43 film/seri Disney. Adapun, web series Tiga Sekawan yang merupakan bagian dari konten pembelajaran ZeniusLand, dapat diakses secara gratis di akun YouTube.

Untuk mengakses beragam konten kolaboratif ini, ZeniusLand memasang biaya berlangganan sebesar Rp600 ribu per tahun akademik. Untuk periode 17 Februari hingga 3 Maret 2022, pengguna dapat berlangganan sebesar Rp300 ribu.

Konten pembelajaran ZeniusLand dapat diakses melalui aplikasi ZeniusLand yang kini sudah tersedia untuk Android dan iOS, dan dapat diakses dengan harga spesial sebesar Rp300.000 selama periode flash sale mulai dari 17 Februari hingga 3 Maret 2022 mendatang.

Segmen pasar baru

Dihubungi secara terpisah CEO Zenius Rohan Monga turut menambahkan, gabungan antara pedagogi Zenius ragam konten Disney dapat menanamkan kecintaan belajar anak-anak sejak dini. Hal ini dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir fundamental dan kritis anak sehingga dapat memahami konsep dan materi melalui pembelajaran kontekstual.

ZeniusLand juga dilengkapi dengan fitur yang membantu para orang tua untuk dapat lebih mengenal potensi bidang yang dikuasai oleh anaknya dengan mengacu pada laporan pembelajaran anak secara berkala yang diolah secara menarik dan mudah dipahami.

“Semuanya didesain untuk membangun motivasi diri dan membantu siswa belajar sesuai dengan kecepatan mereka masing-masing. Ke depannya, kami akan terus mengeksplorasi dan mengembangkan banyak inovasi lain yang menjawab kebutuhan belajar anak secara tepat guna,” ujarnya.

Dalam jangka panjang, Rohan menyebut bahwa Zenius ingin menjadi life- learning platform di mana platform ini dapat digunakan kalangan anak muda hingga lebih tua sebagai strategi untuk meningkatkan skalabilitas bisnisnya. Kolaborasinya dengan Disney menjadi salah satu inisiatif strategis yang diharapkan dapat berlanjut untuk jangka panjang, terutama dalam menyediakan konten pembelajaran interaktif bagi anak muda.

Life-learning platform menjadi adjacency expansion ke segmen pengguna yang belum pernah kami tawarkan sebelumnya. Maka itu, kami pikir hybrid learning yang kami incar (konteks akuisisi Primagama) bisa fit into keduanya. We will deliver for elementary schools in the coming years and we can offer hybrid learning for this new segment,” tambahnya.

Anak Usaha Telkomsel dan GoTo Bentuk Perusahaan Game “Majamojo”

Telkomsel melalui anak usahanya PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED) dan GoTo melalui PT Aplikasi Multimedia Anak Bangsa (AMAB) mengumumkan perusahaan patungan PT Games Karya Nusantara (Majamojo). Perusahaan ini khusus menggarap pasar game di Asia Tenggara.

Seperti diketahui juga, Telkomsel merupakan salah satu investor strategis di Gojek. Ini adalah inisiatif ke sekian dari hasil sinergi keduanya. Sebelumnya sejumlah agenda telah dijalankan, misalnya mengintegrasikan Telkomsel MyAds dengan GoBiz, paket Telkomsel khusus mitra pengemudi, dan lain-lain. Terkait game sendiri, juga telah diumumkan kolaborasi Telkomsel Dunia Games dengan platform Gopay.

Majamojo akan berfokus menjadi perusahaan penerbit (publisher) yang membuka peluang kemitraan strategis bersama perusahaan pengembang pihak ketiga. Perusahaan akan mendorong penetrasi dan dominasi dalam industri gaming lokal nasional, khususnya platform mobile.

Menurut laporan Newzoo dan Niko Partners, pertumbuhan mobile game di Asia Tenggara pada 2014-2017 mencapai lebih dari 180%. Angka tersebut diprediksi akan terus tumbuh selama lima tahun ke depan. Shibuya Data Count juga memperkirakan pertumbuhan rata-rata tahunan atau Compound Annual Growth Rate (CAGR) industri game di Asia Tenggara akan mencapai 8,5% pada periode 2020-2025.

Potensi tersebut membuat kedua perusahaan percaya diri untuk menggarap industri game secara lebih serius. Mereka akan berkolaborasi dengan menyinergikan sumber daya kedua perusahaan, termasuk kapabilitas digital, aset teknologi, dan ekosistem bisnis yang terintegrasi.

Kerja sama ini akan memperkuat eksistensi para pelaku industri gaming lokal, terutama mendorong lahirnya lebih banyak lagi talenta digital anak negeri. Oleh karena itu, kehadiran Majamojo diharapkan akan mendukung akselerasi transformasi digital dan memperluas manfaat ekonomi digital nasional.

CEO Telkomsel Ekosistem Digital Andi Kristianto mengatakan, pihaknya berupaya memaksimalkan keunggulan aset dan kapabilitas Telkomsel untuk mengembangkan Majamojo dalam ekosistem gaming, melengkapi yang selama ini sudah dicakup oleh Dunia Games. “Kami optimistis Majamojo akan memiliki peran strategis dan bisa berkontribusi optimal dalam memajukan industri gaming di Indonesia dan Asia Tenggara,” kata Andi dalam keterangan resmi, Rabu (23/2).

Kehadiran Majamojo turut memperkuat upaya Telkomsel memperkaya lini bisnis vertikal di bidang digital, setelah PT Kuncie Pintar Nusantara (Kuncie) dan PT Fita Sehat Nusantara (Fita). Pun demikian dari sisi GoTo, melalui Gojek, sebelumnya sudah ada beberapa platform game yang terafiliasi, seperti MPL (diinvestasi Go-Ventures) dan MainGame (diberdayakan untuk GoGames).

Head of GoTo Strategic Partnership Reggy Susanto menambahkan, perusahaan patungan ini memiliki sumber daya yang luar biasa menjadi perusahaan game terbesar di regional. Terlebih itu selama beberapa tahun terakhir, kedua perusahaan sudah menjalin kerja sama yang erat karena ada kesamaan visi dalam menumbuhkan ekonomi digital yang inklusif dan berkelanjutan di Indonesia.

“Kami percaya sinergi ini akan memberikan kemudahan bagi semua orang dalam mengakses produk dan layanan digital dari GoTo dan Telkomsel, dengan tujuan melayani kebutuhan pasar mobile-first di Indonesia yang sedang berkembang,” ucap Reggy.

Dalam struktur kepemilikan Majamojo, TED menjadi pemegang saham mayoritas. Jungwon Hahn dipercaya sebagai Direktur Utama dan M. Dody Darmawan sebagai Direktur Keuangan. Jungwon Hahn sebelumnya pernah bekerja sejumlah perusahaan game, seperti Razer, Wargaming, dan Molten Games.

Direktur Utama Majamojo Jungwon Hahn menjelaskan, “Saya bersemangat untuk memimpin Majamojo yang akan fokus pada penerbitan dan pengembangan bisnis gaming. Misi kami adalah untuk melayani para gamer dengan dedikasi dan menjadi perusahaan gaming yang diperhitungkan di Asia Tenggara. Kami menargetkan Majamojo menjadi kekuatan unggul di Indonesia yang akan memperkuat ekosistem game Indonesia di Asia Tenggara.”

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

HiPajak Umumkan Pendanaan Awal dari 1982 Ventures

Startup pengembang platform asisten virtual untuk perpajakan HiPajak mengumumkan telah mendapatkan pendanaan awal dari 1982 Ventures, perusahaan pemodal ventura dari Singapura yang berfokus pada startup fintech di Asia Tenggara. Dana segar yang tidak disebutkan nilainya tersebut, akan difokuskan perusahaan untuk pengembangan produk, sehingga lebih mempermudah aktivitas perpajakan bagi penggunanya.

Sejak berdiri pada awal 2020, HiPajak mengaku mendapatkan pertumbuhan signifikan. Dari statistik yang disampaikan, kini mereka telah merangkul lebih dari 150 ribu pengguna dan 70 ribu UMKM di berbagai wilayah di Indonesia. Menariknya, tren pengguna HiPajak memperlihatkan peningkatan pertumbuhan hingga 100 kali lipat pada rentang usia 18-24 tahun.

“Sejak diluncurkan, HiPajak selalu berkomitmen memberikan solusi yang tepat untuk urusan perpajakan, khususnya bagi orang yang memiliki profesi nonkonvensional atau pekerja lepas, serta bagi segmen UMKM. HiPajak hadir untuk menyederhanakan berbagai langkah terkait pajak penghasilan yang dapat menghemat biaya hingga 95%. Hanya dengan semudah chatting, semua orang dapat dengan mudah mengakses layanan HiPajak, bahkan bagi orang yang awam tentang pajak atau akuntansi sekalipun,” terang Founder & CEO HiPajak Tracy Tardia.

Kencangkan strategi kolaborasi

Untuk menggenjot pertumbuhan traksi, strategi kolaborasi digencarkan oleh HiPajak dengan berbagai ekosistem aplikasi berbasis pengguna besar. Salah satunya bersama Gojek, kerja sama strategis dijalankan melalui unit GoBiz – HiPajak berperan sebagai tax aggregator apps dalam membantu kurang lebih satu juta mitra atau merchant GoFood. Selain itu juga ada sejumlah mitra lain seperti LinkAja, Midtrans, dan KoinWorks.

Layanan HiPajak tidak hanya berfokus untuk mengurus proses perpajakan, mereka juga memberikan akses ke literasi perpajakan. Selain melalui aplikasi, HiPajak secara rutin mengadakan program edukasi pajak kepada mahasiswa serta melakukan sosialisasi dan workshop bagi UMKM.

Aplikasi HiPajak dilengkapi dengan 5 fitur utama terdiri dari Rekomendasi Pajak, Catat & Hitung Pajak, Bayar Pajak, Lapor Pajak, Konsultasi Pajak (Curhat Pajak), serta Pembuatan NPWP. Untuk keamanan data privasi pengguna, mereka menggunakan sistem proteksi yang berlapis dan teruji. Saat ini mereka juga diawasi dan terhubung secara langsung dengan Direktorat Jenderal Pajak. Sementara itu dalam penerimaan dana pengguna, HiPajak telah bekerja sama dengan BNI.

“Dengan kemajuan teknologi yang pesat, kami terus termotivasi dalam berinovasi mengembangkan berbagai fitur yang ada di HiPajak sehingga masyarakat dapat semakin dimudahkan dan menghilangkan kesan bahwa mengurus pajak itu sulit. Menyederhanakan layanan perpajakan bagi masyarakat akan terus menjadi prioritas utama kami. HiPajak juga akan melanjutkan kontribusinya dalam mendukung pemerintah untuk meningkatkan kinerja penerimaan pajak yang menjadi sumber pendapatan negara dan membantu percepatan pembangunan nasional,” imbuh Tracy.

Layanan pajak digital

Terkait digitalisasi layanan perpajakan, sejumlah startup di Indonesia telah hadirkan inovasi – baik yang menyasar kalangan perorangan maupun pelaku bisnis. Salah satu yang terbesar adalah OnlinePajak, akhir tahun 2021 lalu mereka tengah mengumpulkan pendanaan seri C melibatkan Visa, Tencent, dan sejumlah investor lainnya. Diperkirakan, dengan perolehan investasi tersebut, valuasi OnlinePajak telah mencapai $184 juta atau sekitar 2,6 triliun Rupiah.

Hadir sebagai layanan SaaS untuk bisnis, saat ini OnlinePajak menyajikan beberapa layanan yang dikemas dalam tiga  kategori produk utama: Invoice, Payroll, dan Lainnya. Di dalam sub-layanan Invoice terdapat beragam fitur seperti hitung/setor/lapor PPn dan PPh, pembuatan buku potong, faktur, validasi NPWP, dan lainnya. Mereka turut menyediakan API yang bisa diintegrasikan dengan layanan aplikasi yang dimiliki sebuah perusahaan.

Pemain lain ada Pajak.io, pertengahan tahun lalu mereka juga meluncurkan layanan chatbot bernama “Bee-Jak” untuk mudahkan pelaku UMKM melaporkan dan membayar pajaknya. Pendekatan ini mirip yang dilakukan HiPajak. Sementara itu ada beberapa platform lain yang juga memiliki layanan perpajakan dengan konsep unik masing-masing, mulai dari KlikPajak, Pajakku, MitraBijak, Mekari, dan lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian Fortune Business Insight, layanan pajak digital atau perangkat lunak yang membantu manajemen pajak telah mencapai $5,24 miliar pada 2018, diproyeksikan akan meningkat $11,19 miliar di tahun 2026 dengan CAGR 10,4%. Segmen UMKM menjadi salah satu sasaran menarik, mengingat di tingkat ini biasanya bisnis masih belum memiliki tim khusus yang didedikasikan untuk mengurus pajak.

Application Information Will Show Up Here

Perkuat Lini Bisnis, Flip Kenalkan Layanan “Flip for Business”

Flip, startup penyedia platform pembayaran dan transfer dana antarbank, mengumumkan rebranding lini B2B “Big Flip” menjadi “Flip for Business”. Perubahan turut didukung dengan penguatan solusi automasi transaksi keuangan, mencakup transfer uang, penerimaan pembayaran, dan transfer internasional.

Sejatinya lini B2B ini sudah dirilis sejak Maret 2017. Saat itu, Big Flip masih fokus membantu bisnis melakukan operasional bisnis, seperti penggajian, pembayaran ke mitra bisnis, maupun refund ke konsumer. Seiring berkembangnya waktu, kebutuhan konsumen B2B makin banyak, maka Flip perlu melakukan berbagai pengembangan lebih lanjut.

Dalam konferensi pers virtual yang diselenggarakan hari ini (22/2), Head of Marketing Flip Andri Rahmad Wijaya mengatakan, rebranding ini tidak sebatas simbolis, tapi membawa semangat bagi perusahaan dalam memperkuat ekosistem solusi B2B. Pasalnya, solusi berkaitan keuangan ini tidak hanya dibutuhkan oleh perusahaan teknologi saja, tapi juga perusahaan yang proses bisnisnya masih konvensional sekalipun.

“Kami percaya Flip dapat menjadi solusi andal karena kami memberikan solusi yang seamless yang dapat membantu mitra bisnis meningkatkan pengalaman untuk pelanggannya jadi jauh lebih efektif. Bahkan diklaim solusi ini empat kali jauh lebih cepat dari solusi konvensional,” ujarnya.

Flip for Business kini ditenagai dengan teknologi mutakhir, seperti dashboard for no-code solution, API for seamless integration, fitur lanjutan seperti verifikasi dan idempotency key. Ada tiga fitur unggulan yang ditawarkan, yakni Money Transfer memungkinkan mitra dapat mengirim dana hingga 20 ribu akun bank dalam beberapa klik.

Kemudian, Accept Payment yang menyediakan pembayaran bagi konsumen perusahaan klien yang mulus dan dapat diterima secara real-time. Terakhir, International Transfer yang mampu menghemat biaya transfer hingga 50% ke lima negara. Dalam mendukung fitur tersebut, perusahaan menyediakan layanan pelanggan 24/7, fleksibilitas dalam limit, opsi top-up, dan transaksi di luar jam kantor.

Efisiensi sistem pembayaran bisnis

Mengutip dari perusahaan riset global Censuswide dan platform automasi pembayaran global Tipalti menemukan bahwa rata-rata 520 jam kerja per tahun tim keuangan terbuang untuk pekerjaan-pekerjaan yang dapat dengan mudah diotomatisasi melalui teknologi, seperti pembayaran dan verifikasi.

Temuan ini beresonansi dengan survei CFO Indicator Survey 2021 yang dipublikasikan Workday. Riset ini menyimpulkan bahwa 17% waktu dari tim keuangan di perusahaan dimanfaatkan untuk aktivitas strategis dan 50% dari waktu pekerja keuangan dihabiskan untuk pemrosesan transaksi.

VP Enterprise Growth & Business Development Flip Henri Halim menuturkan, sebelum menggunakan Flip para pemilik usaha mengaku terbebani oleh proses manual untuk transaksi keuangan rutin atau berulang yang memakan waktu, biaya transfer yang mahal, dan besarnya volume transaksi yang gagal akibat kesalahan-kesalahan kecil, dan perangkat transaksi bisnis yang sulit diintegrasikan dan dikustomisasi.

“Waktu dan tenaga yang tersita untuk pemrosesan transaksi keuangan tumbuh seperti kanker dalam tubuh perusahaan. Tanpa kita sadari, semakin besar perusahaan, semakin besar pula produktivitas yang terbuang. Flip menjawab masalah ini dengan menghadirkan solusi automasi transaksi yang efisien dan andal melalui Flip for Business,” kata dia.

Meski tidak diterangkan secara spesifik perkembangan bisnisnya, Henri menyampaikan solusi B2B tumbuh signifikan dan telah dimanfaatkan oleh banyak perusahaan, baik itu dari perusahaan teknologi maupun non-teknologi. Makanya, ke depannya perusahaan akan lebih aktif menggaet lebih banyak pengguna bisnis dari multi sektor.

“Kita ingin bantu bisnis dari semua kalangan karena kebutuhan transfer ini enggak terlepas dari bisnis [sektor] mana pun. Bisnis yang masih konvensional bisa kita berikan dasbor untuk bantu efisiensi, sementara perusahaan teknologi akan tetap kita targetkan karena kita bisa support dengan API.”

Monetisasi Flip B2B

Dalam melakukan monetisasi, ada dua hal yang perusahaan lakukan. Henri menjelaskan, pada dasarnya Flip for Business itu melihat bagaimana Flip membantu B2B melakukan transfer. Selama dari transfer tersebut, Flip bisa menyimpan dari sisi Flip sebagai sumber dana, untuk push melakukan transfer tersebut.

“Dari situ merupakan satu perjalanan monetisasi. Kedua, dari sisi platform. Setelah perjalanan monetisasi terjadi saat transfer, platform kami adalah sebuah wadah monetisasi karena membantu me-streamline semua proses-proses dan rekonsiliasi tersebut. Kedua perjalanan monetisasi tersebut kami gabungkan untuk bagaimana Flip dapat mengembangkan bisnis dari Flip for Business.”

Potensi transaksi digital

Pemain terdekat Flip, OY! juga memiliki lini B2B OY! Bisnis yang menyasar pemilik usaha dari skala kecil hingga enterprise. Solusi yang disediakan juga tak jauh berbeda yang berfungsi membantu bisnis menerima pembayaran dari pelanggan dan pengiriman uang ke ribuan rekening sekaligus (disbursement).

Potensi transaksi digital terus meningkat. Menurut data Bank Indonesia, nilai transaksi digital banking pada tahun lalu mencapai Rp39.841 triliun atau tumbuh 45,64% secara yoy. Angka tersebut diproyeksikan akan tumbuh 24,83% menjadi Rp49.733 triliun pada tahun ini.

Nilai transaksi uang elektronik tercatat tumbuh 49,06% mencapai Rp305 triliun pada 2021 dan diproyeksikan meningkat 17,13%. Bank sentral menyatakan, transaksi ekonomi dan keuangan digital selama 2021 berkembang pesat seiring meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat dalam berbelanja online, perluasan dan kemudahan sistem pembayaran digital, serta akselerasi digital banking.

Tren tersebut akan terus berlanjut seiring upaya bank sentral dalam mendorong akselerasi digitalisasi sistem pembayaran untuk mendorong pemulihan ekonomi, dalam bentuk perluasan penggunaan QRIS, akseptasi BI-FAST, dan masih banyak lagi.

Application Information Will Show Up Here

Grup Sinar Mas Pimpin Pendanaan Seri B+ Startup AI Asal Singapura “6Estates”

Startup pengembang teknologi pengolahan dokumen berbasis AI asal Singapura, 6Estates, berhasil meraih pendanaan seri B+ senilai $6,2 juta atau setara 89 miliar Rupiah. Grup Sinar Mas memimpin putaran pendanaan ini, diikuti oleh Enterprise Singapore (SEEDS Capital) dan Farquhar VC.

Pada putaran pendanaan Seri B sebelumnya di awal tahun 2019, perusahaan menerima investasi yang dipimpin oleh GDP Venture dengan partisipasi Central Capital Ventura — corporate venture milik BCA. 6Estates sendiri juga telah berkolaborasi dengan grup-grup besar di Asia Tenggara untuk menerapkan solusi terintegrasi termasuk penilaian risiko, deteksi penipuan, analisis pelanggan, serta kemampuan cross-selling.

Didirikan pada tahun 2014, 6Estates berfokus pada pengembangan teknologi Multilingual Natural Language Processing (NLP), Knowledge Graph (KG), dan Machine Reading Comprehension (MRC) untuk memahami dokumen bisnis. Platform ini menawarkan solusi pemrosesan dokumen berbasis AI di sektor fintech, tujuannya untuk mengotomatisasi dan menyederhanakan proses operasional.

Beberapa lembaga keuangan regional terkemuka juga sudah menggunakan solusi ini dalam pembiayaan perdagangan dan penilaian kredit melalui Intelligent Document Processing yang bisa dikustomisasi untuk melakukan analisis korelasi semantik, selangkah lebih maju dari teknologi Optical Character Recognition (OCR) tradisional.

Fokus ke pengembangan produk

Perusahaan disebut akan memfokuskan dana segar dari putaran pendanaan ini untuk pengembangan fungsi Intelligent Document Processing di sektor-sektor seperti perbankan dan keuangan, perdagangan, pengiriman, logistik, serta asuransi di seluruh Asia Tenggara. Doc Automize merupakan salah satu platform SaaS yang dikelola perusahaan untuk membantu pengolahan dokumen yang tidak terstruktur, mengurangi ketergantungan manusia, serta menskalakan bisnis secara eksponensial.

Selain itu, platform ini juga menawarkan beberapa solusi lain, seperti Market Innovation Knowledge Advisor (MIKA), solusi data berbasis kecerdasan buatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi setiap atribut penjualan produk. Lalu, ada Financial Analysis Automation untuk atuomasi proses manual dan analisis dokumen finansial, serta Trade Finance Automation untuk atuomasi  kelengkapan dokumen dalam proses Letter of Credit (LC).

Selama tujuh tahun beroperasi, 6Estates telah memproses lebih dari 1,8 juta dokumen, serta telah mendukung sekitar 23 format dokumen dalam platformnya. Beberapa perusahaan besar yang sudah menggunakan solusi dari 6Estates termasuk BCA, DBS, Unilever, Nestle, Samsung, dan Edelman.

Investasi ini semakin memperkuat keyakinan Grup Sinar Mas untuk terjun ke industri digital. Salah satu representatif grup mengungkapkan, “Kami percaya bahwa kemampuan AI 6Estates dalam sistem penilaian kredit, deteksi penipuan, dan kemampuan cross-selling bisa menjadi tolak ukur lembaga keuangan di Indonesia untuk penerapan kecerdasan artifisial yang optimal.”

Potensi AI di Indonesia

Pemanfaatan teknologi AI atau kecerdasan artifisial kian marak digunakan untuk menggantikan keputusan manusia dengan keputusan otomatis yang mewakili manusia. Teknologi ini kerap dipakai di area yang dapat berdampak signifikan bagi kehidupan banyak orang, misalnya pada perusahaan teknologi besar, lembaga-lembaga multilateral, serta industri perbankan untuk kemajuan ekonomi dan pembangunan nasional.

Berbagai negara, termasuk Indonesia, juga telah membuat strategi nasional kecerdasan artifisial. Tahun 2020 lalu, BRIN (sebelumnya BPPT) bersama quad helix dari berbagai institusi pemerintah, universitas – termasuk USK, komunitas, dan industri, telah berhasil merumuskan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia 2020 – 2045. Rumusan ini menjadi arah kebijakan nasional untuk kesiapsiagaan dan perencanaan nasional agar mampu memanfaatkan secara optimal perkembangan teknologi AI di tanah air.

Hingga saat ini, semakin banyak platform yang menawarkan solusi berbasis AI di Indonesia. Salah satunya Konvergen.ai yang menerapkan teknologi deep-learning Optical Character Recognition (OCR) untuk mengubah dokumen fisik dan dokumen pdf menjadi teks. Selain itu juga ada Datasaur.id dan Prosa.ai yang juga fokus mengembangkan solusi menggunakan teknologi pemrosesan bahasa alami (NLP).

Lembaga riset Fortune Business Insight merilis hasil penelitian terkait valuasi pasar kecerdasan buatan global pada 2021 yang mencapai $47 miliar atau setara Rp673 triliun, sesuai persentase rata-rata pertumbuhan sejak 2017 yang berada di angka 31% per tahunnya. Angka itu diperkirakan terus meningkat menjadi $360 miliar pada 2028 mendatang, seiring meningkat permintaan pasar yang akan terus tumbuh hingga 33% setiap tahunnya.