Fazz Financial Dikabarkan dalam Proses Penggalangan Dana Seri C

Fazz Financial Group (Fazz) dikabarkan sedang dalam proses penggalangan dana Seri C yang berpotensi melontarkan valuasi perusahaan di jajaran unicorn. Menurut informasi yang diperoleh DailySocial, setidaknya pendanaan senilai $60 juta (sekitar 890 miliar Rupiah) sudah dikumpulkan pihak perusahaan dari berbagai pihak.

DailySocial sudah menghubungi pihak Fazz Financial untuk dimintai konfirmasi, namun hingga berita ini diturunkan belum ada tanggapan yang diberikan.

Kabar ini sebenarnya sudah terendus sejak Februari 2022. Fazz Financial terakhir kali mengumumkan pendanaan Seri B sebesar $53 juta yang dipimpin B Capital Group dan Insignia Ventures pada Juli 2020. Saat ini, secara valuasi Fazz telah masuk dalam jajaran centaur, mengumpulkan pendanaan ekuitas lebih dari $74,1 juta dari berbagai investor blue chip, termasuk Tiger Global, Y Combinator, dan DST Partners.

Untuk menjadi unicorn berikutnya, diperkirakan perusahaan menggalang dana  seri C dengan nominal minimal $150 juta (2,2 triliun Rupiah). Sudah ada beberapa startup unicorn di sektor fintech, yaitu Ovo, Xendit, dan Ajaib.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan sebelumnya, Fazz berambisi  menggunakan dana segar untuk merealisasikan aplikasi super yang menawarkan kemampuan penerimaan pembayaran klien bisnis, high yield cash accounts, corporate cards, pembayaran tagihan/faktur, solusi kredit, dan manajemen biaya. Disebutkan saat ini perusahaan telah menjelma sebagai platform keuangan all-in-one terbesar dengan pertumbuhan tercepat yang melayani lebih dari 150 ribu bisnis di Asia Tenggara.

Platform Fazz memungkinkan UMKM mendigitalkan sistem keuangan dan pembayaran mereka melalui empat pilar utama. Pertama, bisnis dapat menerima semua jenis pembayaran utama dan memungkinkan transfer melalui semua jalur pembayaran; dapat mendigitalkan sejumlah fungsi keuangan dan operasional inti, termasuk manajemen inventaris, pembayaran tagihan, pembukuan, dan penggajian.

Kemudian, memanfaatkan fungsi perbankan, termasuk rekening kas, untuk membantu pelanggan menabung dan mendapatkan hasil yang tinggi. Fazz juga menyediakan kartu perusahaan untuk memfasilitasi transaksi bisnis antar bisnis. Terakhir, bisnis dapat mengakses modal pertumbuhan melalui lengan pinjaman Fazz.

Blibli, Bukalapak, Aspire, Sirclo, dan Kargo Technologies adalah beberapa klien utama Fazz di Singapura dan Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Startup HRtech Vara Dikabarkan Dijual Rugi Ke Pemain Sejenis asal India, PagarBook

Vara Technologies, startup SaaS pengembang produk Bukugaji, dikabarkan dijual ke pemain sejenis asal India, PagarBook. Menurut pemberitaan Entrackr, startup ini diestimasi dijual dengan valuasi senilai $5,6 juta, lebih rendah dari pasca mendapat pendanaan tahap awal sebesar $15,5 juta.

Rencana korporasi yang dilakukan PagarBook ini telah disampaikan ke regulator setempat, Registrar of Companies (ROC).

Produk awal Vara, Bukugaji, menawarkan sistem manajemen karyawan untuk mengatur jadwal, mencatat absensi, mengelola data absensi, mencetak slip gaji otomatis, hingga merekap reimbursement para pegawai. Diklaim solusi Bukugaji telah digunakan lebih dari 100 ribu UMKM tanpa dikenakan biaya.

Solusi tersebut dilatarbelakangi proses pengelolaan personalia di kalangan UMKM yang sebagian besar dilakukan secara manual. Sementara, perangkat lunak SDM yang adai di pasaran relatif mahal dan lebih kompleks.

Startup ini didirikan Vidush Mahansaria dan Abhinav Karale sejak November 2020. Mereka juga sempat mengikuti program akselerasi Surge cohort kelima. Baik Vara dan PagarBook adalah sama-sama alumni dari Surge. Pada Juli 2021, Vara telah mengantongi sejumlah dana tahap awal sebesar $4,8 juta dari sejumlah pemodal ventura, di antaranya, Go-Ventures, RTP Global, Alpha JWC Ventures, Surge, FEBE Ventures, dan Taurus Ventures.

Akun media sosial Bukugaji dan aplikasi di Google Play tidak ada pembaruan pada tahun ini. Instagram Bukugaji terakhir kali diperbarui pada 1 Desember 2021, sedangkan aplikasinya pada 16 November 2021. Situs Bukugaji hingga kini tidak bisa diakses.

Sulit bersaing

Meskipun sulit memprediksi persaingan ke depannya akan seperti apa, perlu dicatat bahwa sistem manajemen karyawan adalah pasar yang kejam dengan ratusan pemain, besar dan kecil. Karena sifat bisnisnya, sulit bagi pemain baru untuk merebut kue pasar. Bagi perusahaan klien, terlalu sering gonta ganti layanan adalah pilihan yang sangat riskan.

Di India saja, layanan sejenis Vara dan PagarBook, yang bernama OkCredit dan Khatabook, harus rela mundur merealisasikan ambisinya di sektor ini. Salah satu solusi OkCredit, OkStaff menghentikan operasinya, sementara Khatabook telah menutup Pagar Khata karena memilih untuk persempit fokus pada pembukuan dan inisiatif fintech.

Menurut CB Insights, ada 12 alasan umum mengapa startup tutup. Alasan tertingginya adalah karena gagal melakukan penggalangan dana baru (38%), produknya tidak dibutuhkan pasar (35%), kalah bersaing (20%), model bisnis yang cacat (19%), dan sebagainya. Vara kemungkinan dijual rugi karena beberapa alasan di atas.

Sumber: CB Insights

Di Indonesia kondisinya tidak jauh berbeda. Pemain startup dengan inovasi baru harus melawan kebiasaan para UMKM yang terbiasa melakukan seluruh prosesnya secara manual, mencatat di buku, menggunakan program spreadsheet, dan sebagainya. Apa yang ditawarkan Vara bisa jadi tidak sesuatu yang dibutuhkan dengan tingkat urgensi yang tinggi di pasar.

Untuk berbagai skala bisnis, sejauh ini ada berbagai startup yang menggarap layanan SaaS untuk pengelolaan SDM. Di antaranya Pegaw.ai, Catapa, Synergo, KaryaOne, Mekari, dan lain sebagainya.

Apa yang diutarakan Co-founder dan CEO Dagangan Ryan Manafe mungkin bisa memberikan sedikit gambaran tentang bisnis yang menjaring pasar UMKM.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id, Ryan menjelaskan startup perlu menyesuaikan solusi dengan apa yang benar-benar dibutuhkan pasar yang mereka targetkan. Di Dagangan, karena targetnya adalah warung kelontong di desa, maka yang paling dibutuhkan adalah suplai barang dengan harga murah dan bervariasi. Sementara di kota, karena suplai barangnya besar kemungkinan sudah terpenuhi, makanya masuk ke tahap berikutnya, yakni pembukuan.

“Jadi mungkin ada kebutuhan di situ [pembukuan]. Tapi di desa, bukan soal harga dan logistik, tapi variasi barang karena pilihan mereka [warung] itu itu-itu saja. Nomor dua isunya pendanaan, nomor tiga kita lihat sama-sama [ke depannya seperti apa], kita mau selesaikan masalah yang ada di depan mata,” kata Ryan.

Kurasi Startup dan Investor yang Tepat Menjadi Kunci Sukses Gelaran Nexticorn 2022

Acara NXC International Summit 2022 (Nexticorn) yang akan digelar di Bali pada Agustus-September 2022 mendatang diharapkan bisa menjadi ajang bertemunya startup berkualitas dengan venture capital lokal dan asing. Untuk memastikan acara tersebut bisa memberikan impact yang positif bagi kedua belah pihak, pihak penyelenggara memastikan proses kurasi startup dan siapa saja VC yang hadir dilakukan secara tepat.

Menurut Chairman Nexticorn Foundation Rudiantara, yang bisa hadir di acara tersebut adalah pendiri startup dan jajaran C-Level. Sementara dari sisi pemodal ventura, mereka yang masuk kategori Principal dan Partner saja yang bakal mengikuti acara ini.

Tercatat ada 26 startup yang masuk ke putaran pendanaan Seri A ke atas yang hadir di acara tersebut, di antaranya Wahyoo, Noice, Ritase, Crowde, Dagangan, Hangry, Investree, dan HappyFresh. Pihak penyelenggara masih melakukan kurasi ke sekitar 130 startup untuk bisa mengikuti acara ini.

Dari sisi venture capital, dipastikan 16 VC sudah mendaftarkan diri. Di antaranya adalah Alpha JWC Ventures, Sequoia, 1982 Ventures, Vertex Ventures, Softbank, Insignia Ventures Partners, Temasek, Openspace Ventures ,dan Beenext.

“Meskipun bertemakan web3 yang harapannya bisa menjadi pemicu lebih banyak lagi startup yang menghadirkan layanan dan teknologi web3 untuk bisa menjadi startup unicorn selanjutnya, tidak menutup kemungkinan mereka yang masuuk dalam kategori startup web2 juga bisa ikut hadir bertemu langsung dengan calon investor potensial,” kata Rudiantara.

Disinggung seperti hasil gelaran acara Nexticorn sebelumnya bagi pendanaan startup dan minat investor yang bergabung, Edward Ismawan Chamdani, salah satu Committee Nexticorn dan Co-Founder & Managing Director Gayo Capital mengungkapkan, acara sebelumnya masih berada di naungan yayasan.

Tahun ini, ketika Nexticorn sudah menjadi sebuah PT, akan dipastikan adanya laporan dan hasil rangkuman usai acara. Siapa saja startup yang berhasil melakukan meetup dengan investor dan seperti apa tindak lanjutnya. Hal ini akan menjadi catatan penting bagi pihak penyelenggara.

“Dengan mengedepankan web3, harapannya Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga sebagai produsen yang bisa menghasilkan gaming berkualitas. Salah satu caranya adalah mendukung game developer lokal yang sudah mulai menerapkan teknologi web3 saat ini,” kata Edward.

Proses kurasi startup

Menurut salah satu pendukung acara, DR David Rimbo dari Ernst & Young Indonesia, proses kurasi ketat dilakukan untuk memastikan startup yang diundang memang telah mengalami pertumbuhan yang positif dan sedang dalam proses scale up.

Untuk memastikan proses matchmaking yang akurat, pihak Ernst & Young Indonesia juga mengolah data dan informasi yang diberikan masing-masing startup secara mendalam.

“Masing-masing startup memiliki business model dan competitive advantage. Untuk itu kami membuat struktur sehingga kami bisa mengambil dan mengolah data dengan melakukan analisis, tanpa mengurangi nilai atau value dari masing-masing startup,” kata David.

Menurut David, meskipun banyak startup kini berada di masa-masa sulit, hal ini tidak mengganggu gelaran acara Nexticorn. Dirinya melihat proses yang serba sulit saat ini membuat startup semakin matang dan tumbuh secara positif. Di sisi lain, kondisi ini juga menjadi ajang pembuktian, siapa saja startup Indoensia yang berhasil menjadi lebih unggul.

Mengusung tema “Decentralizing The Future of Internet”, acara Nexticorn kali ini akan mengedepankan experience ekosistem teknologi tanah air bagi para partisipan.

Acara ini turut didukung Amvesindo, Asosiasi Fintech Indonesia, Ernst & Young Indonesia, Ideosource, DailySocial.id, Kadin Indonesia, dan G20 Indonesia 2022.

Permudah Akses EWA, GajiGesa Terintegrasi dengan Platform HRIS Gaji.id

Platform fintech earned wage access (EWA) GajiGesa mengumumkan kerja sama dengan platform manajemen karyawan (HRIS) Gaji.id. Kemitraan ini memungkinkan hadirnya solusi akses gaji fleksibel dari GajiGesa di platform Gaji.id untuk seluruh pengguna.

Kepada DailySocial.id, Co-founder dan CEO GajiGesa Vidit Agrawal memastikan bahwa kerja sama antara kedua perusahaan masih sebatas bisnis, belum ada aksi akuisisi yang dilakukan. GajiGesa berencana untuk perbanyak kerja sama serupa agar ambisi perusahaan menjangkau lebih dari 500 ribu perusahaan menengah hingga besar lebih cepat.

“Kami terbuka untuk kemitraan serupa karena kami ingin mengaktifkan ekosistem dengan produk EWA dan menjangkau sebanyak mungkin perusahaan di kawasan ini,” ucapnya.

Dijelaskan lebih jauh, kemitraan ini memberikan akses keuangan yang lebih bertanggung jawab kepada ribuan mitra perusahaan existing dan baru Gaji.id melalui aplikasi Gaji.id. Pada saat yang bersamaan, HR juga bisa langsung mengelola data karyawan di platform yang sama, sehingga efisiensi operasional meningkat.

Platform GajiGesa memungkinkan perusahaan mitra mengelola data karyawan dan arus kas secara efektif dan mudah, baik untuk manfaat keuangan, kesehatan, dan pendidikan holistik kepada karyawan. Karyawan pun dapat menarik gaji yang mereka peroleh sesuai permintaan dan lebih cepat dari siklus pembayaran tradisional pada akhir bulan. Solusi sepert ini dianggap mampu menghapus ketergantungan pada pemberi pinjamna predator.

Pihak GajiGesa telah mengintegrasikan solusi penggajian sesuai permintaan yang terdepan untuk membuat seluruh proses aktivasi, eksekusi, dan rekonsiliasi mulus melalui Gaji.id untuk perusahaan.

Secara terpisah, dalam keterangan resmi, Agrawal menuturkan, “Kami sangat gembira bisa berkolaborasi dengan perusahaan seperti Gaji.id [..]. Sekarang setiap perusahaan yang menggunakan Gaji.id sebagai HRIS mereka juga dapat memberikan manfaat GajiGesa kepada semua karyawan mereka dalam satu genggaman. Kemitraan yang menarik ini menciptakan salah satu solusi tunjangan karyawan terbaik di pasar.”

CEO Gaji.id Harry Moeljo menambahkan, “[..[ Kami bercita-cita untuk terus memberikan inovasi terbaik sambil memenuhi kebutuhan mitra kami dalam memperpendek waktu pemrosesan untuk administrasi data karyawan. Kami yakin integrasi ini akan secara efektif menjawab kebutuhan karyawan dalam mengakses dana cepat tanpa biaya tambahan.”

Sejak didirikan pada pertengahan 2020, solusi GajiGesa telah menjadi alat pemberdayaan yang sangat berharga bagi pengusaha dan karyawannya di berbagai sektor termasuk pabrik, perkebunan, manufaktur, ritel, restoran, rumah sakit, dan perusahaan teknologi. Perusahaan mitra telah tumbuh sekitar 500% dalam enam bulan terakhir dan terus bertambah, termasuk perusahaan menengah hingga besar yang mulai memilih pendekatan holistik kesehatan karyawan.

Saat ini, lebih dari 250 perusahaan telah bermitra dengan GajiGesa, melayani ratusan ribu karyawan di Indonesia. Kemitraan antara GajiGesa dan Gaji.id ini menjadi yang pertama dari banyak kolaborasi serupa untuk GajiGesa yang memiliki rencana agresif untuk melayani lebih dari 1.000 perusahaan baru tahun ini. Permintaan kesehatan holistik ini terus meningkat, mulai dari perusahaan menengah hingga besar, sebagai bagian dari program tunjangan baru untuk karyawan.

“Di bawah kemitraan bersama Gaji.id, kami telah mendapatkan tambahan kemitraan dengan lima perusahaan baru dan memiliki lebih dari 30 perusahaan dalam tahap kontrak,” tutup Agrawal.

Sebelumnya, pada Desember 2021, GajiGesa mengumumkan perolehan pendanaan pra-Seri A sebesaar $6,6 juta (sekitar 94,5 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh MassMutual Ventures, dengan partisipasi dari January Capital, Wagestream, Bunda Group, Smile Group. Kemudian, sejumlah investor individual, seperti Oliver Jung, Patrick Walujo, Nipun Mehram, dan Noah Pepper. Lalu, ada investor lama yang ikut berpartisipasi, antara lain defy.vc, Quest Ventures, GK Plug and Play, dan Next Billion Ventures.

Solusi EWA di Indonesia

Ada yang mengartikan kepanjangan EWA sebagai early wage access. Ada juga yang memakai istilah lainnya seperti, on-demand pay, instant pay, daily pay benefit, atau earned income access. Tapi seluruh nama tersebut merujuk pada solusi yang melakukan hal dasar yang sama: membantu karyawan mengakses upah yang telah mereka peroleh sebelum hari gajian tiba.

Survei global yang diselenggarakan PwC pada 2019 menemukan bahwa sebanyak 67% pekerja melaporkan berjuang pada tekanan finansial, yang berarti lebih dari dua pertiga populasi pekerja rentan terhadap migrain, depresi, dan kecemasan. Banyak penelitian menyoroti efek stres keuangan karyawan terhadap kinerja bisnis.

Sementara banyak pemberi kerja memberikan pinjaman karyawan (seperti kasbon), sebenarnya mereka hanya mengunci arus kas yang berharga dan belum dapat memberikan fleksibilitas dan solusi instan kepada karyawan. Misalnya, golongan pekerja kelas bawah yang harus berjuang dengan pendapatan atau pengeluaran yang tidak stabil karena berbagai alasan, termasuk tagihan yang tidak terduga atau meningkat dan jam kerja yang berfluktuasi.

Untuk para pemberi kerja, program EWA memungkinkan karyawan mengakses sebagian dari gaji mereka lebih awal dapat membantu mereka menyelaraskan waktu pendapatan mereka dengan pengeluaran yang diharapkan atau tidak terduga untuk menghindari biaya keterlambatan atau penalti.

Diterimanya konsep EWA di negara maju, menginspirasi perusahaan fintech dari negara berkembang untuk turut hadir. Sebab, umumnya di negara berkembang, di mana pekerja berupah rendah sering beralih ke pinjaman cepat dengan bunga tinggi untuk menjaga pengeluaran mendadaknya sebelum hari gajian tiba.

Selain GajiGesa, sudah ada sejumlah perusahaan yang tertarik menggarap konsep serupa di Indonesia. Beberapa namanya, ada wagely, Gigacover, GajiKoin yang diusung KoinWorks, Vinmo, Mekari Flex, Halogaji dari Halofina, GetPaid, dan Gajiku.

Startup Smart Energy Powerbrain Tutup Pendanaan Pra-Seed, Dipimpin Achmad Zaky Foundation

Perusahaan pengembang efisiensi energi memanfaatkan smart technology di Indonesia, Powerbrain, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awalnya dari Achmad Zaky Foundation (AZF). Tidak disebutkan berapa nilai pendanaan yang disalurkan, namun ini merupakan langkah awal organisasi non-profit yang didirikan Co-Founder Bukalapak Achmad Zaky untuk berinvestasi di sektor impact.

Pendanaan ini diharapkan akan semakin memperkuat fondasi bisnis dan memperluas pangsa pasar Powerbrain di bidang Smart Energy Management. Dana segar tersebut akan difokuskan pada penguatan pengembangan teknologi dan sumber daya manusia untuk memperkuat bisnis sebagai pengembang efisiensi energi.

Didirikan pada tahun 2020, Founder dan CEO Powerbrain Irvan Farasatha mengungkapkan bahwa inisiatif ini berawal dari kecemasan akan isu pemanasan global. Dengan menggabungkan teknologi dan solusi finansial melalui Smart Energy Management, Powerbrain fokus menjangkau bisnis efisiensi energy untuk menjawab kebutuhan manajemen energi pada suatu bangunan di Indonesia yang belum terpenuhi.

Powerbrain menawarkan empat produk unggulan, yakni manajemen energi, energi terbarukan, manajemen aset, dan solusi pengisian kendaraan listrik. Secara keseluruhan, perusahaan membuat pemakaian listrik di tempat usaha mitra menjadi lebih efisien, bahkan mampu mengurangi tagihan listrik hingga 20%-30%. Mereka menggunakan skema profit sharing dari penghematan yang dihasilkan.

Powerbrain menjalankan usaha secara business to business (B2B). Hingga saat ini, perusahaan telah menjalin kemitraan dengan puluhan perusahaan ternama dan telah berpartisipasi di lebih dari 100 proyek bangunan. Beberapa nama yang sudah tidak asing di antaranya adalah Pertamina, Mitsubishi Motors, Bukalapak, Shopee, Net, Kimia Farma, DB Schenker, dan Suvarna Jakarta.

Dalam menjalankan startup yang bergerak di bidang impact, perusahaan memiliki misi untuk menghadirkan layanan efisiensi energi berbasis teknologi yang berdampak positif terhadap kelangsungan bisnis para mitra. Irvan turut mengungkapkan tantangan dari sisi belum siapnya pasar dalam memahami pentingnya konsumsi energi. Namun, perlahan tapi pasti, masyarakat semakin terdorong untuk mau belajar dan memahami.

Selain itu, melalui setiap solusi yang dihadirkan, Powerbrain juga ingin mendukung target Pemerintah Indonesia dalam menurunkan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 mendatang, melalui efiensi energi dengan menggunakan teknologi yang dimiliki perusahaan.

Rilwanu Lukman Amrullah, Co-Founder dan Chief Marketing Officer Powerbrain, menambahkan, perusahaan juga akan melakukan pengembangan teknologi dengan menghadirkan produk dan layanan yang lebih inovatif untuk  semakin memudahkan efisiensi energi dan efisiensi finansial bagi para mitra. Untuk saat ini, dengan menggunakan teknologi Powerbrain, para mitra akan mendapatkan 3 manfaat utama, yakni menurunkan biaya operasional, meningkatkan nilai bangunan, dan meningkatkan kesejahteraan mitra.

Achmad Zaky, Founder AZF, mengungkapkan bahwa lini bisnis Powerbrain yang bergerak di bidang Smart Energy Management dengan tujuan membantu masyarakat untuk mengelola konsumsi energi memiliki keselarasan dengan misi dari AZF. Saat ini timnya juga tengah fokus terhadap perusahaan startup yang menghadirkan solusi terkait impact, baik dalam sektor pendidikan, green technology, maupun fintech yang mengarah kepada inklusi.

“Kami sudah melakukan kajian yang komprehensif terhadap Powerbrain dengan
mempertimbangkan kesamaan misi dalam menciptakan dampak sosial yang tinggi. Investasi Achmad Zaky Foundation kepada Powerbrain guna membantu pendanaan perusahaan startup teknologi yang memiliki value dan potensi untuk terus tumbuh secara berkelanjutan menjadi perusahaan yang kompetitif serta berdampak luas bagi kemajuan Indonesia,” tutur Achmad Zaky.

AZF bukanlah kendaraan satu-satunya dari Achmad Zaky dalam berinvestasi. Selain AZF, Ia juga menjalankan init-6, dana kelolaan yang fokus berinvestasi di startup teknologi tahap awal. Sebelumnya, melalui init-6, Zaky telah berinvestasi di platform edtech Eduka, penyedia layanan cloud lokal IDCloudHost, dan Komunitas Developer Showwcase.

Investasi berdampak pada lingkungan

Dalam beberapa tahun terakhir, konsep investasi berdampak atau impact investment kian meraih atensi dari kalangan investor. Menurut Jaringan Investasi Dampak Global (GIIN), investasi dampak adalah investasi yang dilakukan untuk menghasilkan dampak sosial dan lingkungan yang positif dan terukur bersama pengembalian finansial.

Perkiraan terbaru dari International Finance Corporation (IFC) tentang pasar global untuk investasi dampak menunjukkan bahwa sebanyak $2,3 triliun telah  disalurkan untuk investasi berdampak pada tahun 2020, $636 miliar di antaranya memiliki sistem manajemen dampak yang tepat, menurut laporan ‘Investing for Impact: The Global Impact Investing Market 2020″.

DSInnovate belum lama ini menerbitkan hasil riset terbarunya bertajuk “Startup Report 2021-2022Q1“, merangkum dinamika industri dan ekosistem startup digital Indonesia. Dalam survei yang diadakan DSInnovate, sekitar 80% responden mengaku startup Indonesia berdampak positif terhadap lingkungan. Sekitar 45% responden memilih skala 3, yang berarti startup Indonesia memberi dampak yang cukup signifikan pada lingkungan.

Selain Powerbrain, startup yang juga bergerak di bidang impact di ranah lingkungan adalah Xurya, perusahaan ini menawarkan solusi energi berbasis surya, yang diaplikasikan pada atap bangunan. Beberapa startup yang turut bermain di ranah tersebut termasuk Warung Energi, Weston Energy, Forbetric, Erenesia, Khaira Energy, dan Syailendra Power. Sebagian besar menggarap potensi tenaga surya.

Platform Wellness Fita Kenalkan Skema Langganan Berbayar, Siapkan Fitur Baru Demi Tingkatkan Jumlah Pengguna

Platform preventive healthcare berbasis reward Fita tengah menyiapkan pengembangan sejumlah produk dan fitur baru untuk memonetisasi bisnisnya tahun ini. Salah satunya adalah memperkenalkan layanan premium berbasis langganan (subscription) kepada pengguna.

Di sesi Executive Power Breakfast pada Minggu (26/2), CEO Fita Reynazran (Rey) Royono mengatakan bahwa layanan premium ini sebetulnya sudah tersedia di aplikasi Fita, tetapi baru akan diluncurkan secara resmi pada Juli mendatang. Ia mengklaim sudah ada lebih dari 150 transaksi pembelian paket premium per harinya.

Saat ini, Fita menawarkan paket “Exercise Plan” dengan harga mulai dari Rp49 ribu-Rp55 ribu per pembelian. Menurut Rey, layanan premium menawarkan poin reward lebih besar dan dapat ditukar ke paket-paket layanan milik Telkomsel. Ada pula layanan berbayar lainnya, yakni katering dengan menggandeng Yellow Fit Kitchen.

“Selain itu, dari survei internal yang kami lakukan, Fita berada di peringkat ketiga terkait top of mind untuk aplikasi kesehatan di Indonesia. Maka itu, kami akan mengembangkan beberapa fitur dan program lain, seperti penyakit kritis dan kesehatan mental. Kami tidak hanya membidik pasar yang sudah aware terhadap preventive healthcare, justru pasar terbesarnya adalah mereka yang belum pernah melakukan aktivitas kesehatan,” jelas Rey.

Fita dinilai telah memiliki pencapaian signifikan dalam waktu singkat. Sejak resmi meluncur pada November 2021, Fita telah mengantongi lebih dari 1,8 juta unduhan dengan 500 ribu pengguna aktif tiap bulan.

Lebih lanjut, Rey berujar ingin meningkatkan pengalaman aplikasi Fita agar semakin rewarding bagi pengguna. Beberapa fitur yang tengah digarap adalah fitur berbagi foto kepada komunitas atau media sosial. Lalu, fitur berbasis AI yang berfungsi membantu akurasi gerakan olahraga dengan kamera.

Ada juga fitur yang memungkinkan pengguna menghubungkan aktivitas olahraganya ke perangkat wearable dengan tingkat akurasi maksimal. Use case lain yang tengah dipersiapkan Fita adalah pembelian produk vitamin dan suplemen dan rekomendasi paket asuransi yang tepat bagi pengguna.

Peran INDICO

Sejak Maret 2022, Fita tak lagi berada di bawah naungan Telkomsel langsung. Fita telah menjadi entitas resmi terpisah yang masuk ke dalam portofolio Indonesia Digital Ecosystem (INDICO) milik PT Telkomsel Ekosistem Digital (TED).

TED merupakan entitas baru Telkomsel yang didirikan sebagai holding company bagi sub-bisnis digital Telkomsel. Selain Fita, beberapa perusahaan digital milik Telkomsel yang tergabung dalam INDICO adalah Kuncie (edtech) dan Majamojo (game).

Rey menjelaskan, INDICO punya peran signifikan dalam mengakselerasi pertumbuhan dan impact Fita di Indonesia. Salah satunya adalah memastikan bahwa Fita mendapat dukungan dari aset yang dimiliki Telkomsel.

Aset-aset yang dimaksud adalah basis pelanggan sebesar 170 juta, lebih dari 300 ribu mitra outlet Telkomsel di 514 kota, termasuk koneksi terhadap para inovator, investor, dan stakeholder terkait.

Ia mencontohkan bagaimana Fita memanfaatkan ratusan ribu mitra outlet Telkomsel sebagai channel pemasaran offline-nya melalui produk paket Combo Fit. Saat ini Fita tengah menyiapkan paket-paket lainnya yang dapat dipasarkan ke outlet.

“Fita memang diinvestasi oleh Telkomsel melalui INDICO. Namun, ini bukan hanya soal investasi, melainkan bagaimana INDICO berperan menjadi enabler terhadap kapabilitas yang dimiliki Telkomsel. Ini menjadi keunggulan kami dibandingkan aplikasi lainnya karena akselerasi kami bisa lebih cepat,” ujarnya.

Posisi Fita yang telah memisahkan diri dari Telkomsel memampukan perusahaan mengakses opsi pendanaan eksternal. Menurut Rey, ada beberapa VC yang telah berdiskusi dengannya. Namun, saat ini pihaknya belum berminat untuk menggalang pendanaan dari investor di luar Telkomsel.

Application Information Will Show Up Here

Fresh Factory Raih Pendanaan Tahap Awal Senilai 66 Miliar Rupiah Dipimpin East Ventures

Startup penyedia solusi fulfillment rantai dingin (cold chain) Fresh Factory berhasil meraih pendanaan tahap awal atau seed funding senilai $4,5 juta atau setara 66 milliar Rupiah dipimpin East Ventures. Putaran ini juga diikuti oleh beberapa investor lainnya, termasuk PT. Saratoga Investama Sedaya TBK, Trihill Capital, Indogen Capital, Prasetia Dwidharma, Number Capital, Y Combinator, dan beberapa investor angel lainnya.

Dana segar ini rencananya akan dialokasikan untuk ekspansi gudang ke semua kota sekunder di Jawa serta kota-kota utama di Sumatera dan Sulawesi.  Selain itu, investasi kali ini juga akan digunakan untuk memperkuat tim dan teknologi guna meningkatkan adopsi dan pencapaian operasional perusahaan.

Didirikan pada tahun 2020 oleh Larry Ridwan (Founder & CEO), Widijastoro Nugroho (Co-Founder & CCO), dan Andre Septiano (Co-Founder & CFO), Fresh Factory menyadari besarnya masalah pada logistik rantai dingin di Indonesia. Maka dari itu, perusahaan berkomitmen menyediakan jaringan pusat fulfillment rantai dingin hiperlokal, transformasi, dan sistem manajemen fulfillment cerdas yang memungkinkan pelaku bisnis untuk menyimpan, mengambil, mengemas, dan mengirimkan produk mereka ke pelanggan dengan lebih baik, cepat dan efisien.

Sebagai negara dengan sumber daya yang melimpah dari pertanian dan akuakulturnya, Indonesia memiliki kebutuhan logistik rantai dingin yang efisien untuk penyimpanan dan pengiriman dari pusat produksi ke pelanggan. Namun, masih ada kesenjangan besar dalam lingkaran distribusi yang hanya berfokus pada gudang pusat tanpa memperhatikan logistik mid dan last mile. Fresh Factory ingin menjembatani hal ini dengan mendirikan cold storage cerdas di berbagai lokasi dekat dengan pelanggan.

Beberapa solusi teknologi yang telah terintegrasi ke dalam layanan mereka termasuk GeoTagging dan GeoLocation dalam menyimpan produk di gudang, Artificial Intelligence (AI) untuk proyeksi dan pengelolaan stok di gudang, serta Internet of Things (IoT) untuk memantau suhu freezer dan chiller.

Venture Partner East Ventures Avina Sugiarto mengungkapkan, “Melihat kesenjangan besar dalam solusi rantai dingin dan bagaimana hal tersebut menyebabkan berbagai masalah terkait food loss dalam rantai pasokan, kami percaya Fresh Factory hadir seagai solusi untuk memperbaiki logistik rantai dingin untuk produk makanan yang mudah rusak dan membantu para UMKM. Kami yakin Fresh Factory telah dan akan terus memberi manfaat dan menciptakan masyarakat yang lebih tangguh.”

Hingga April 2022, Fresh Factory telah mencapai $10 juta GMV tahunan dan fulfillment tahunan untuk lebih dari 1 juta pesanan. Hal ini diikuti dengan pertumbuhan pendapatan sebesar 30% MoM dalam tiga bulan terakhir. Perusahaan juga telah memiliki lebih dari 20 gudang cabang yang tersebar di berbagai kota di Jawa, Sumatera, Sulawesi, dan Bali dengan solusi penyimpanan barang beku hingga dingin.

Layanan fulfillment di Indonesia

Pertumbuhan e-commerce sedikit banyak telah mempengaruhi lanskap layanan pemenuhan atau fulfillment. Indonesia saat ini menjadi pasar e-commerce terbesar di Asia Tenggara dengan kontribusi hingga 50% dari seluruh transaksi yang tercatat. Pertumbuhan ini menandakan kontribusi besar e-commerce terhadap perekonomian digital di Indonesia.

Dikutip dari laporan e-Conomy SEA 2021, ekonomi digital Indonesia mengalami peningkatan dari angka USD47 miliar di 2020 menjadi USD70 miliar di 2021, ditambah dengan penetrasi digital yang terus meningkat berjumlah 158 juta pengguna e-commerce di Indonesia.

Sementara itu, berdasarkan laporan dari Research and Markets, pasar layanan fulfillment secara global diperkirakan akan mencapai $198,62 miliar pada tahun 2030, tumbuh pada CAGR sebesar 9,5% selama periode perkiraan. Penetrasi layanan internet yang cepat dan peningkatan jumlah pembeli online merupakan faktor utama yang mendorong permintaan akan layanan fulfillment di seluruh dunia.

Manuver dari para pemain e-commerce tanah air untuk masuk ke bisnis fulfillment dinilai sangat baik dengan memberikan pelayanan logistik secara terpadu. Langkah ini pertama kali diambil Tokopedia dengan meluncurkan layanan TokoCabang yang kini bertransformasi menjadi Dilayani Tokopedia. Layanan tersebut memungkinkan penjual menitipkan produk di “gudang pintar” pada wilayah dengan permintaan tinggi.

Selanjutnya, Bukalapak ikut menyasar segmen ini melalui layanan BukaGudang yang sudah dapat digunakan pelapak sejak Maret 2020. Buka Gudang memiliki dua mitra fulfillment, yakni PT IDCommerce dan startup penyedia jaringan pergudangan mikro Crewdible. Lalu, ada Shopee yang resmi masuk lewat layanan Dikelola Shopee pada September lalu. Layanan Dikelola Shopee memanfaatkan gudang milik sendiri dengan rata-rata pesanan diklaim dapat dikirim dua jam setelah pengguna menyelesaikan transaksi.

Selain para pemain e-commerce yang melakukan penetrasi di segmen fulfillment, sejumlah startup lokal juga fokus menggarap jaringan pergudangan mikro dan solusi pengadaannya untuk menciptakan dampak efisiensi. Beberapa diantaranya termasuk CrewdibleShipper, dan TokoTalk.

Platform Logistik Deliveree Rampungkan Pendanaan Seri C Senilai 1 Triliun Rupiah

Perusahaan teknologi logistik yang mengoperasikan marketplace trucking dan kargo skala besar di Indonesia, Deliveree, merampungkan putaran pendanaan Seri C senilai $70 juta (sekitar 1 triliun Rupiah) yang dipimpin Gobi Partners dan SPIL Ventures. Inspire Ventures, investor terdahulu perusahaan, juga turut ambil bagian di putaran kali ini. Secara total mereka telah mendapatkan pendanaan sebesar $109 juta (1,6 triliun Rupiah) selama lima tahun terakhir.

Dana segar tersebut rencananya dimanfaatkan perusahaan untuk meningkatkan penetrasi pasar, memperluas jenis layanannya seiring dengan hadirnya solusi kargo kontainer, dan melakukan pengembangan skala besar yang dibutuhkan untuk menjadi marketplace logistik yang tersedia di seluruh pelosok Asia Tenggara. Selain itu, pendanaan ini juga akan digunakan untuk meningkatkan layanan bagi puluhan ribu bisnis yang setiap harinya mengandalkan Deliveree.

“Di Deliveree, misi kami adalah digitalisasi logistik dengan membuat transportasi kargo menjadi sederhana, terjangkau, fleksibel, dan terukur untuk bisnis dari segala ukuran. Hal ini diwujudkan lewat kekuatan platform marketplace kami yang menghubungkan pelanggan logistik dengan jaringan angkutan dan penyedia layanan besar – yang saya sebut sebagai logistics mega marketplace,” ujar Co-Founder & CEO Deliveree Tom Kim.

Menurut Managing Partner Gobi Partners Kay Mok, pasca-pandemi berpotensi besar mengalami inflasi yang turut diwarnai oleh permasalahan rantai
pasok. Platform teknologi dari Deliveree memungkinkan terjadinya optimasi dan penurunan total biaya operasional bagi industri pengiriman dan logistik.

“Dengan investasi strategis kami di Deliveree, kami dapat memberi mereka kapabilitas operasional supply chain yang kuat dan merupakan yang pertama di ranah industrinya, dengan menyelaraskan moda transportasi darat dan laut. Hal ini memungkinkan platform teknologi Deliveree untuk menawarkan solusi logistik yang lebih luas dan melampaui trucking darat dengan jangkauan antar pulau, didukung secara strategis oleh jaringan kapal kontainer SPIL yang melayani seluruh pelabuhan utama di Indonesia,” kata Widarta Liunanda dari SPIL Ventures.

Skalabilitas bisnis dan teknologi

Dalam 24 bulan terakhir, Deliveree mengklaim telah meningkatkan transaksi brutonya sebesar 3,2 kali dengan nilai $100 juta pada tahun ini. Perusahaan telah meningkatkan kapasitas timnya hingga hampir mencapai 500 karyawan di empat negara yang membuat perusahaan masuk ke daftar 5 angkutan kargo terbesar di Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Akhir tahun 2021 lalu, Deliveree mengumumkan layanan Muat Sebagian untuk mengakomodasi kebutuhan bisnis yang ingin mengirim barang, kargo, bahkan paket besar/kecil tanpa harus menyewa satu kendaraan penuh. Solusi ini mendigitalisasi layanan muat sebagian yang sudah hadir di perusahaan logistik konvensional dengan memanfaatkan algoritma pintar.

Saat pemesanan dilakukan, algoritma Deliveree akan memperhitungkan rute yang paling optimal dan efisien dari gabungan muatan barang pebisnis dengan pebisnis lainnya. Hal tersebut berdampak pada efisiensi biaya dan estimasi pengiriman tercepat karena mempertimbangkan jarak dan waktu. Seluruh proses pemesanan ini dilakukan baik melalui aplikasi maupun situs.

Menurut data tahun 2021, total pasar logistik Indonesia mencapai $240 miliar atau lebih dari Rp3300 triliun. Sejauh ini sudah ada sebuah layanan unicorn logistik (J&T) dan sejumlah soonicorn (Shipper, SiCepat, Waresix) di sektor logistik, khususnya yang mengurusi segmen B2B.

Application Information Will Show Up Here

Platform Riset Pasar Populix Peroleh Pendanaan Sebesar 114 Miliar Rupiah, Dipimpin Intudo Ventures dan Acrew Capital

Startup pengembang platform riset pasar Populix memperoleh putaran pendanaan Seri A dalam bentuk pembiayaan (financing) sebesar $7,7 juta atau sebesar 114 miliar Rupiah, dipimpin oleh Intudo Ventures dan Acrew Capital. Turut juga berpartisipasi Altos Ventures dan Quest Ventures.

Tahun lalu Populix menerima pendanaan pra-seri A senilai $1,2 juta atau setara Rp17,3 miliar dari Intudo Ventures, yang sebelumnya juga memimpin pendanaan awal di 2019, dan Quest Ventures.

Populix merupakan platform yang menawarkan kegiatan riset dan pengumpulan data bagi pebisnis, perusahaan, dan individual untuk mempermudah pengambilan keputusan dengan menggunakan studi kualitatif dan kuantitatif.

Dalam keterangan resminya, Co-founder dan CEO Populix Timothy Astandu mengatakan, pihaknya akan memperkuat digitalisasi seluruh proses pendataan, optimalisasi produk existing, dan meluncurkan sejumlah layanan baru yang memungkinkan siapapun mengambil keputusan tepat bagi bisnis mereka.

“Orang-orang tidak lagi mengandalkan insting untuk menjalankan bisnis mereka. Kami sedang membangun dunia di mana pengusaha dan CEO Fortune 500 dapat mengakses data yang cepat dan relevan untuk mendorong keputusan bisnisnya,” tutur Timothy.

Sementara itu, Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip mengatakan bahwa  Indonesia merupakan pasar consumer yang berkembang pesat dan bergerak dengan kecepatan yang sulit dipahami oleh bisnis lokal. Maka itu, pemahaman yang tepat dan akurat sangat dibutuhkan bagi keberhasilan bisnis berskala besar maupun kecil. “Sebagai salah satu pendukung Populix paling awal, kami bangga dengan bagaimana tim Populix semakin matang dan mengiterasi produk mereka mengikuti pasar Indonesia yang selalu berubah,” tutur Yip.

Partner Quest Ventures Jeff Seah menambahkan, “Asia Tenggara telah menjadi pasar terkemuka bagi perusahaan global untuk mendorong pertumbuhan bisnis dan masuk ke kelas konsumen baru. Bagi bisnis baru di regional, penting untuk memahami pola pikir lokal agar bisa sukses. Populix telah menunjukkan kemampuan luar biasa untuk menggambarkan preferensi konsumen Indonesia dan mengubah data point menjadi business insight yang dapat ditindaklanjuti,” kata Seah.

Pengembangan produk hingga ekspansi

Timothy mengungkap, pihaknya akan merekrut ahli di bidang produk dan engineering untuk meningkatkan pengumpulan data dan mengakomodasi kebutuhan lebih banyak klien. Untuk memperkuat posisinya di Asia Tenggara, pihaknya juga berencana ekspansi regional di tahun 2023 dengan fokus awal pada produk Poplite.

Berdiri pada Januari 2018, Populix menawarkan sejumlah layanan untuk kebutuhan riset. Pertama, Datasets berbasis subscription yang berisi ribuan data point terkait perilaku konsumsi online, gaya hidup, hingga emerging trend. Kedua, Poplite atau layanan penelitian dengan model bayar per penggunaan (pay-per-use). Layanan ini memungkinkan siapapun untuk membuat survei dan mengumpulkan business insight yang ditargetkan dan dapat ditindaklanjuti.

Menurut Timothy, misi awal Populix adalah membuat kegiatan penelitian lebih mudah, sederhana, akurat bagi bisnis, dan dapat diakses siapapun dengan dukungan teknologi. Dengan kemampuan Populix memindahkan kumpulan data secara online dan mobile, pihaknya berupaya membuat kegiatan riset menjadi lebih seru dan rewarding bagi responden.

Sejak 2020, Populix telah melakukan kegiatan riset dengan lebih dari 1,500 klien, mulai dari Fortune Global 500, pemerintahan, perusahaan konglomerasi, UMKM, akademik, dan individual di Indonesia. Menurut catatannya, sebanyak 45% klien Populix merupakan pengguna consumer insight pertama kali yang berupaya merefleksi utilitas sehari-hari sehingga pelaku bisnis dapat memahami konsumen dan mencapai product-market fit.

Populix menawarkan lebih dari 300.000 responden terverifikasi dan targeted untuk mengikuti kegiatan riset terkait preferensi, kebiasaan, dan pendapat terkait konsumen di Indonesia. Untuk memvalidasi keakurasian responden, Populix mengembangkan Popscore sebagai credit scoring system yang menilai kualitas responden dari tingkat kejujuran dan aktifnya seorang responden.

Perusahaan mengklaim telah mengalami pertumbuhan pendapatan hingga tiga kali lipat selama setahun terakhir.

Northstar Mulai Bidik Startup Tahap Awal, Siapkan Dana 1,5 Triliun Rupiah

Perusahaan private equity Northstar Group dikabarkan tengah menyiapkan dana kelolaan khusus untuk berinvestasi ke startup tahap awal. Menurut sumber kami, Northstar telah menyiapkan dana debut sekitar $100 juta (sekitar 1,5 triliun Rupiah).

Nantinya mereka akan menyuntik startup pre-seed dan seed dengan ukuran tiket berkisar $500 ribu (sekitar 7,5 miliar Rupiah). Hipotesis investasinya tidak jauh dari yang sudah dilakukan sebelumnya, yakni menyasar startup di bidang finansial, konsumer, dan ekonomi digital.

Ketika dihubungi DailySocial.id, perwakilan Northstar enggan berkomentar atas rumor pasar, tapi ditegaskan bahwa perusahaan memang punya ketertarikan di area tersebut [berinvestasi ke startup seed].

Sebelumnya Northstar dikenal sebagai investor startup tahap akhir dan/atau korporasi — ukuran tiket investasinya bisa mencapai $20 juta. Akhir tahun 2021 lalu, perusahaan juga baru mengumumkan penutupan dana “flagshipNorthstar Equity Partners V Limited dengan nilai komitmen $590 juta atau sekitar 8,3 triliun Rupiah.

Secara total saat ini Northstar mengelola portofolio dengan nilai lebih dari $2,5 miliar (lebih dari 35 triliun Rupiah). Adapun tahun ini mereka juga berpartisipasi dalam pendanaan lanjutan sejumlah startup lokal, seperti Moladin, Pintu, DailyBox, Sayurbox, dan NOICE.

Untuk memperluas cakupannya,  Northstar juga telah bermitra dengan Google sepakat membentuk joint business plan. Fokusnya untuk bersama-sama mempercepat pertumbuhan ekonomi digital di Asia Tenggara.

Diterangkan oleh salah satu direktur perusahaan, melalui inisiatif tersebut Northstar akan fokus pada investasi dan mengalokasikan sumber daya untuk memberikan pengetahuan pasar lokal. Sementara Google akan banyak membantu di unsur teknologi, juga mengajarkan praktik terbaik dari studi kasus global.