DELOS Umumkan Pendanaan Lanjutan 115 Miliar Rupiah, Dipimpin Centauri Fund dan Alpha JWC Ventures

Setelah sebelumnya telah mengantongi pendanaan tahap awal yang dipimpin Arise Fund, startup aquatech DELOS mengumumkan pendanaan tahap awal tambahan senilai $8 juta atau setara 115 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh Centauri Fund dan Alpha JWC Ventures. Baik Centauri dan Arise adalah dana kelolaan dari MDI Ventures.

Investor lainnya yang turut terlibat dalam pendanaan ini adalah Number Capital, Arise, iSeed SEA, Irvan Kolonas, serta Alto Partners Multi-Family Office, Mahanusa Capital, Pendiri Kopi Kenangan James Prananto, dan sejumlah investor strategis lanjutan.

Perusahaan berencana untuk menggunakan dana tersebut untuk mengakselerasi proses on-boarding kliennya dari peternakan. Selain itu mereka terus membangun dan melakukan scale-up produk utamanya AquaHero, AquaLink, dan AquaBank untuk mempercepat pertumbuhan perikanan budidaya Indonesia.

“Kami ingin mendorong Indonesia untuk menyadari dan memanfaatkan potensi lautnya yang luas, menjadikannya penggerak ekonomi nasional yang utama dan berkelanjutan dalam waktu dekat,” kata Co-founder DELOS Guntur Mallarangeng.

Dalam beberapa bulan operasinya setelah putaran pendanaan awal, DELOS telah bekerja mengembangkan lini produk unggulannya. AquaHero, yang merupakan sistem produktivitas pertanian lengkap yang menggabungkan keahlian ilmiah, teknologi, dan operasional dikembangkan untuk meningkatkan hasil pertanian. Produk AquaHero menggunakan metode pengumpulan data kelas atas dan model biologis untuk memprediksi dan mengurangi risiko panen. Model ini akan diterapkan pada ribuan udang tambak dalam ekosistem DELOS di seluruh Indonesia.

“DELOS hadir dengan solusi nyata berbasis data untuk masalah sehari-hari yang dihadapi oleh petambak udang, dan traksi awal telah membuktikan efektivitasnya dalam mengoptimalkan operasi tambak dan keluaran yang tumbuh secara signifikan. Dengan keahlian dan jaringan yang dimiliki oleh para pendirinya, kami yakin DELOS dapat menjadi yang terdepan dalam revolusi akuakultur di Indonesia,” kata Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi.

Sementara itu menurut Managing Partner Centauri Fund Kenneth Li, agriculture merupakan salah satu industri akar rumput Indonesia yang memberikan kontribusi cukup besar bagi pendapatan nasional PDB. Dalam hal ini industri udang di Indonesia juga merupakan salah satu yang terbesar di dunia dan penyumbang terbesar bagi industri perikanan Indonesia secara keseluruhan.

“DELOS mampu menghasilkan output hasil yang mengejutkan 2-3x dari rata-rata industri. DELOS telah mampu memecahkan masalah ini dengan menerapkan metode produksi modern dan standar dan menyediakan solusi rantai pasokan yang terukur.”

Pertumbuhan bisnis DELOS

Sejak November 2021, perusahaan aktif melakukan on-boarding 100 hektar tambak udang intensif dan super intensif, dengan backlog permintaan yang ada lebih dari 600 hektar di pipeline perusahaan. Tahun ini perusahaan juga akan terus memperkuat dan memperluas cakupan produk AquaHero, akurasi, fitur, dan klien, dengan meningkatkan produktivitas dan profitabilitas pertanian, sehingga menambah nilai bagi industri. Perusahaan memiliki target sekitar 200 hektar yang bisa dikelola tahun ini.

DELOS mengklaim telah membantu kliennya menggandakan hasil mereka melalui aplikasi dari AquaHero. Hal ini mengakibatkan hasil pertanian basis kliennya terus mengungguli Industri budidaya udang Indonesia rata-rata menghasilkan 10-15 ton/ha/siklus.

Mendukung tujuan jangka panjang DELOS, perusahaan kemudian mendirikan DELOS Maritime Institute (DMI) di Yogyakarta. Institut akan menjadi pusat pelatihan untuk pengembangan bakat akuakultur khusus, dengan kurikulum kelas dunia dan pelatihan praktis di tempat, untuk menumbuhkan pertanian generasi baru manajer, teknisi, asisten lab, dan operator lapangan. Selain itu kegiatan ini juga akan mendukung penelitian dan pengembangan teknologi mutakhir dalam teknologi budidaya, seperti: deteksi dini dan pencegahan penyakit serta infrastruktur penunjang peternakan.

“Penerimaan DELOS di industri akuakultur sangat positif, dengan akuisisi klien melampaui kemampuan tim untuk masuk ke peternakan,” kata Guntur.

Google Umumkan Dana Kelolaan Khusus “Impact Startup” di Asia Pasifik, Indonesia Masuk Radar

Google, melalui lengan nonprofit Google.org, mengumumkan dana kelolaan baru “Sustainability Seed Fund” yang difokuskan pada pendanaan hibah untuk startup impact di kawasan Asia Pasifik. Fund ini memiliki dana kelolaan sebesar $6 juta (lebih dari 86 miliar Rupiah), akan mengincar startup yang menyeriusi sektor-sektor berdampak, seperti polusi udara, keanekaragaman hayati, energi terbarukan, limbah sampah, dan ekonomi sirkular.

Lembaga nonprofit di Indonesia menjadi salah satu negara yang masuk ke dalam radar Google untuk menerima pendanaan hibah tersebut, meski tidak disebutkan alokasi dana yang disiapkan Google.

Kepada DailySocial.id, Lead Google.org APAC Marija Ralic menuturkan, kawasan Asia Pasifik sangat rentan terhadap perubahan iklim, oleh karenanya pihaknya terus mencari cara untuk memajukan keberlanjutan dan memberdayakan orang lain untuk melakukan hal yang sama.

“Melalui Sustainability Seed Fund Google.org, kami berharap dapat mendukung lembaga nonprofit yang inovatif melalui pendanaan hibah dan sumber daya, untuk meningkatkan skala teknologi yang menjanjikan dan mengatasi tantangan keberlanjutan yang paling mendesak di kawasan ini.”

Dia melanjutkan, Google.org telah banyak menyaksikan berbagai organisasi dan lembaga nonprofit nan inovatif di seluruh Asia. Salah satunya, Indonesia menggunakan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim. Contohnya adalah Gringgo Foundation, yang sebelumnya telah didukung melalui Google.org.

Sebagai catatan, Gringgo mendapat dana hibah dari Google.org sebesar $500 ribu pada 2019 setelah dinobatkan sebagai salah satu dari 20 peserta Google AI Impact Challenge. Gringgo merupakan yayasan yang didirikan pada 2017 oleh Febriadi Pratama. Yayasan ini mengadopsi teknologi untuk membantu mengatasi permasalahan sampah di Indonesiaa, khususnya Bali dengan pemanfaatan AI.

Ralic melanjutkan, sebelumnya pihaknya menyampaikan di konferensi iklim global COP26 pada tahun lalu, bahwa dalam hal keberlanjutan, swasta, pemerintah, dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk bekerja sama, menjalin kemitraan baru, dan bertindak sekarang. “Untuk alasan ini, kami memberikan $6 juta Google.org Sustainability Seed Fund di Asia Pasifik.”

Dana tersebut akan digunakan untuk membantu lembaga nonprofit lokal di seluruh kawasan untuk mengembangkan teknologi yang menjanjikan, mengatasi tantangan seperti kualitas udara, pelestarian air, dan meningkatkan akses ke energi terbarukan di Asia Pasifik dan sekitarnya.

Melalui dana ini, Google.org tidak hanya akan mendukung lembaga nonprofit dan organisasi dengan dukungan pendanaan dan dukungan dalam bentuk barang seperti kredit iklan gratis, tetapi juga teknologi dan pikiran, untuk mengatasi beberapa tantangan keberlanjutan yang paling mendesak di wilayah ini.

“Kami berharap dapat berbagi lebih banyak detail tentang dana tersebut dan bagaimana lembaga nonprofit dapat mengajukan permohonan dalam beberapa minggu mendatang,” pungkasnya.

Investasi berdampak vs filantropi

Managing Director Angel Investor Network Indonesia (ANGIN) David Soukhasing menerangkan, persamaan mendasar antara filantropi dan investasi berdampak adalah keduanya sama-sama memiliki “niat dampak (impact intention)” dan “pengukuran dampak (impact measurement)”. Namun kita dapat membedakannya berdasarkan dua faktor, yaitu prioritas dan ekspektasi keuntungan finansial.

Filantropi jelas memiliki tujuan sosial dan lingkungan, menempatkan investasi yang diberikan sebagai hibah sehingga tidak mengharap imbal hasil. Tidak seperti filantropi, investor berdampak memprioritaskan dampak dan keuntungan. Dengan demikian, investor berdampak mengharapkan keuntungan finansial. Akan tetapi, ada investor yang mengadopsi pendekatan keduanya yang disebut venture philanthropy.

Pendekatan hibrida ini mengambil sisi terbaik dari kedua sisi. Keuntungan yang didapat adalah penciptaan dampak sosial dan ekspektasi keuntungan finansial. Investor dampak menilai peluang dengan cara yang berbeda dari filantropis. “Penting untuk diperhatikan bahwa tidak setiap dampak (yang sering dibahas oleh para filantropis) selalu cocok untuk investasi berdampak dan sebaliknya,” ujar Soukhasing.

Meski jumlah startup yang memakai pendekatan hijau atau environmental, social, and governance (ESG) masih terbatas, menurut , saat ini terjadi tren positif kehadiran usaha berdampak di ekosistem. Investasi berdampak (impact investment) pun bermunculan, sebagaimana yang juga dibahas di laporan DSInnovate tentang agritech di Indonesia.

Mayoritas mereka hadir untuk mendukung kewirausahaan, memberikan dukungan yang lebih spesifik untuk kelompok wirausaha sosial tertentu, misalnya program akselerator fokus energi, fokus pengelolaan limbah program akselerator, atau dukungan wirausaha yang berfokus pada area geografis tertentu.

Bagi Soukhasing, faktor tersebut mampu mengukur kesiapan Indonesia terhadap investasi berdampak. Indonesia butuh ekosistem menyeluruh untuk siap menyambut investor berdampak. Tidak hanya permodalan, pada dasarnya dibutuhkan pipeline yang kuat dari perusahaan/startup.

“Salah satu ukuran kematangan adalah keseluruhan nilai keanekaragaman permodalan, keragaman investor, tahapan yang berbeda, jenis uang yang berbeda, dan semua fungsi pendukung. Dari segi fungsi pendukung, seperti inkubator, akselerator, co-working space, Indonesia sebenarnya cukup berkembang. Ada cukup banyak jaringan pipeline dan investor ada di sini.”

Menurut laporan ANGIN bertajuk Investing in Impact in Indonesia, pada tahun 2013 konsep investasi berdampak masih sangat jarang di Indonesia. Namun sekarang makin familiar karena mulai ada VC yang membuat fund khusus untuk investasi di sektor berdampak.

Ada sejumlah investor berdampak yang telah berinvestasi di Indonesia, baik itu pemain lokal dan asing. Beberapa telah memiliki tim representatif di Indonesia. Totalnya mencapai 66 investor, dengan rincian 61 dari fund luar negeri dan lima sisanya dari Indonesia.

Sementara itu, investor mainstream yang telah mengucurkan sejumlah dananya untuk sektor berdampak jumlahnya jauh lebih banyak, hampir dua kali lipatnya sebanyak 107 investor. Dengan rincian 32 investor lokal dan 75 investor dari luar negeri.

Fokus dari tiap investor berdampak juga berbeda. ANGIN mencatat secara tematik, ada 10 jenis usaha berdampak yang menjadi fokus masing-masing, terbagi menjadi inklusi keuangan, kehutanan, energi bersih, kemiskinan, gender lens, circular economy, perikanan, iklim, agrikultur, dan media. Masing-masing tema ini mencerminkan peluang dan tantangan di Indonesia.

FishLog Kantongi Pendanaan Awal Dipimpin Insignia Ventures Partners

Platform marketplace perikanan B2B “FishLog” mengumumkan telah merampungkan pendanaan tahap awal. Tidak disebutkan lebih lanjut berapa nilai investasi yang diterima, pendanaan ini dipimpin oleh Insignia Ventures Partners.

Turut terlibat dalam investasi ini Arise, KK Fund, Ango Ventures, startup dari India bernama Captain Fresh, dan sejumlah angel investor seperti Co-founder & CEO Kopi Kenangan Edward Tirtanata, Co-founder AwanTunai Windy Natriavi, CMO Shipper Jessica Hendrawidjaja, dan beberapa nama lainnya.

Dana segar tersebut rencananya akan digunakan oleh perusahaan untuk memperluas ekosistem produk digital dan layanan perikanan di Indonesia, melakukan scale-up jaringan regional di seluruh negeri, sehingga memungkinkan bagi mitra baru untuk bergabung dengan ekosistem, dan membangun tim dan kemampuannya. FishLog sempat mengikuti sejumlah kompetisi dan program akselerasi, termasuk DSLaunchpad ULTRA.

“Melalui Fishlog, kami membangun penggerak pasar masuk untuk semua pemangku kepentingan perikanan di Indonesia, merampingkan proses rantai pasokan mereka menjadi lebih efisien dan transparan dalam cara yang lebih berkelanjutan”, ujar Co-Founder & CEO Bayu Anggara.

Serupa dengan layanan logistik lainnya, seperti Ritase hingga Shipper, FishLog ingin fokus di middle-chain logistik. Saat ini FishLog telah menjalin kemitraan dengan 25+ penyimpan sisi pasokan di daerah pesisir. Mereka telah melayani 10+ kota, dari Aceh hingga Papua. Ada sekitar 100 nelayan yang diklaim sudah terbantu layanan yang ditawarkan FishLog.

Solusi untuk rantai pasok perikanan

Meskipun sudah ada solusi yang dikembangkan oleh startup yang berfokus pada nelayan atau sisi petani dari rantai pasokan, Fishlog ingin membawa teknologi ke dalam rantai pasokan perikanan, menyediakan saluran distribusi yang kuat bagi nelayan, dan akses mudah untuk B2B mendapatkan ketersediaan ikan secara real-time.

FishLog hadir dari sisi logistik dan mendukung supply chain perikanan di Indonesia. Platform tersebut juga dilengkapi aplikasi yang bisa membantu mitra untuk pencatatan operasional gudang, akses bahan baku, dan akses pasar. Sejak menerapkan model ini, FishLog telah meningkatkan pendapatan hampir 20 kali lipat dari tahun ke tahun selain keunikan ini pendekatan terhadap rantai pasokan Indonesia yang terfragmentasi.

Mereka juga telah menyediakan solusi digital untuk gudang penyimpanan dingin untuk meningkatkan utilitasnya dengan terhubung dengan lebih banyak pemasok dan pembeli, juga memungkinkan pemasok ini menjadi lebih mudah akses ke barang.

“Dengan pengalaman di lapangan dan jaringan lokal dari tim pendiri, momentum yang cepat yang telah mereka capai sejak diluncurkan, dan fokus mereka pada digitalisasi distribusi cold storage, Fishlog berada di posisi yang tepat untuk memimpin dalam mengatasi inefisiensi yang sudah berlangsung lama dalam industri perikanan Indonesia,” kata Insignia Ventures Partners Founding Managing partner Yinglan Tan.

Application Information Will Show Up Here

Hangry Memulai Strategi “Brand Aggregator”, Akuisisi Merek Kuliner Lokal

Hangry memulai strategi ala brand aggregator untuk melengkapi sajian kuliner di dalam outlet-outletnya. Dalam debutnya, Hangry “House of Winning Brands” mengakuisisi penuh pengembang merek makanan khas India bernama Accha. Nantinya produk Accha akan masuk sebagai varian menu di layanan Hangry.

“Semuanya dimulai ketika Hangry melihat kemajuan yang pesat dalam pertumbuhan Accha. Setelah beberapa kali melakukan pembicaraan, Hangry dan Accha menemukan kesamaan visi, misi, dan filosofi dalam membangun sebuah brand. Kesamaan ini membuat kami percaya bahwa kami dapat tumbuh lebih cepat dan lebih efisien saat kami bergabung ke dalam satu perusahaan,” ujar Co-Founder & CEO Hangry Abraham Viktor menanggapi akuisisinya atas Accha.

Di sesi wawancara, Abraham mengatakan, ke depan Hangry akan mengakuisisi lebih banyak brand kuliner — kendati demikian mereka tidak akan berhenti memproduksi brand makanan baru secara mandiri. Seperti diketahui, saat ini di setiap outlet Hangry terdapat beberapa brand makanan yang bisa dipesan, mulai dari Moon Chicken, San Gyu, Kopi Dari Pada, dan Ayam Koplo — keempatnya merupakan merek kuliner yang mereka kembangkan secara ‘in-house’.

Strategi menjadi brand aggregator juga diyakini bisa mendekatkan Hangry dengan cita-citanya untuk melayani pasar global, sehingga tidak menutup kemungkinan ke depan juga akan ada brand makanan di luar Indonesia yang akan diakuisisi dan dimasukkan ke dalam ekosistemnya.

Dalam kesempatan yang sama Abraham juga mengatakan, bahwa tahun ini akan menggencarkan penggalangan dana lanjutan, mengingat bisnis kuliner multi-brand seperti ini sedang meningkat pesat permintaannya di pasar. Menurut laporan terbaru Momentum Works, sepanjang 2021 layanan food delivery di Asia Tenggara mengalami pertumbuhan 24,3% menghasilkan GMV mencapai $4,6 miliar.

Pertumbuhan pasar tersebut turut didukung dengan penyedia layanan food delivery yang semakin beragam. Di Indonesia, untuk pemain skala nasional selain GoFood dan GrabFood, kini juga ada Shopee Food hingga Traveloka Eats Delivery.

“Ini adalah awal yang baik bagi kami di Hangry. Saat ini, kami memiliki empat brand yang dikembangkan sendiri dan Accha akan menjadi brand kelima dalam keluarga kami. Hangry juga membuka kesempatan ini bagi brand lain yang memiliki visi yang sama dengan kami untuk bekerja sama dalam satu perusahaan. Sila kunjungi website kami di ishangry.com/investment untuk informasi lebih lanjut,” imbuhnya.

Pertumbuhan bisnis Hangry

Sajikan produk makanan khas India yang diproduksi Accha / Accha

Sejak memulai bisnisnya di akhir tahun 2019, Hangry telah mengoperasikan 74 outlet yang tersebar di Jabodetabek, Bandung, Surabaya, dan Semarang. Tahun lalu mereka juga mulai merambah ke restoran makan di tempat (dine-in), setelah sebelumnya hanya melayani pemesanan lewat aplikasi food delivery. Per Q4 2021 mereka juga melaporkan telah berhasil menjual 10 juta porsi makanan dan minuman melalui outlet yang dimiliki.

Ekspansi kencang ini dilakukan Hangry setelah berhasil membukukan pendanaan seri A 188 miliar Rupiah pada Mei 2021 lalu. Dengan pendanaan awal yang diterima, kurang lebih perusahaan berhasil membukukan dana modal dari investor hampir 250 miliar Rupiah. Alpha JWC Ventures, Sequoia Capital India, SALT Ventures adalah nama-nama yang turut menyokong dana.

Abraham turut meyakini, keberhasilan Hangry dalam bertahan dan melewati krisis akibat pandemi menjadi pembuktian tersendiri terhadap bisnis model yang mereka jalankan. Fundamental dari bisnis multi-brand sebelumnya dikenal dengan istilah cloud kitchen – yakni memungkinkan sebuah dapur terpusat mengelola beberapa jenis merek menu makanan sekaligus. Adanya platform pesan antar turut membuat bisnis ini bisa gesit melakukan perluasan.

Berbeda dengan bisnis restoran tradisional yang membutuhkan biaya operasional besar ketika ingin menambah kehadirannya di kota-kota baru, layanan seperti Hangry cenderung lebih efisien untuk diperluas. Justru tantangan mendasarnya adalah bagaimana mereka mampu menyajikan menu-menu yang relevan bagi pasar – di samping variasi menu yang ditawarkan.

Bisnis turunan cloud kitchen

Dengan mengusung konsep dasar cloud kitchen, Lokalkitchen juga menjadi startup lokal lain yang fokus mengembangkan multi-brand kuliner. Sedari awal, strategi mereka dengan menjaring brand F&B yang dianggap potensial. Mereka berperan sebagai pusat akselerator, menyajikan dukungan pendanaan, pemasaran, teknologi, dan logistik untuk memajukan brand kuliner terkait.

Pendekatan menjadi brand aggregator juga sebenarnya mulai dilakukan pemain lain, termasuk Dailybox yang baru-baru ini mengakuisisi Breadlife; juga ada Foodstory.

Hal lain yang juga khas terhadap bisnis kuliner yang memanfaatkan konsep cloud kitchen adalah penerapan teknologi. Tujuan utamanya untuk memberikan pengalaman pengguna yang unik kepada para pelanggannya. Bentuknya bermacam-macam, mulai dari penerapan konsep O2O (pesan di aplikasi, ambil di outlet), sistem keanggotaan, loyalitas, sampai dengan pembayaran.

Application Information Will Show Up Here

Sayurbox Umumkan Pendanaan Seri C Senilai 1,7 Triliun Rupiah

Sayurbox mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri C senilai $120 juta atau setara 1,7 triliun Rupiah. Putaran investasi ini dipimpin oleh Northstar dan Alpha JWC Ventures, dengan partisipasi dari International Finance Corporation (IFC). Investor sebelumnya turut terlibat, di antaranya Astra, Syngenta Group Ventures, Global Brain, dan beberapa investor lainnya.

Pendanaan seri C ini didapat kurang dari setahun setelah pendanaan Seri B senilai $15 juta yang dipimpin oleh Astra. Perolehan tersebut makin mengokohkan perusahaan di jajaran centaur lokal dengan estimasi valuasi sekitar $200 juta-$400 juta.

Dana segar yang didapat akan digunakan untuk mempercepat penetrasi layanan Sayurbox di kota-kota baru seperti Bandung dan beberapa kota lainnya, serta memperluas rantai pasokan end-to-end Sayurbox secara nasional.

Sayurbox mengatakan telah mengalami pertumbuhan eksponensial melalui penambahan produk, ekspansi cakupan wilayah dari Jabodetabek ke Surabaya dan Bali, serta membangun jaringan gudang mikro untuk layanan cepat (quick commerce) Sayurbox dan SayurKilat.

“Sayurbox didirikan dengan misi sosial untuk memberikan akses pasar kepada petani lokal melalui digitalisasi rantai pasok pertanian Indonesia. Sistem dan ekosistem yang kami kembangkan memungkinkan kami untuk memiliki visibilitas penuh dari seluruh rantai pasokan pertanian, memberikan pengalaman terbaik bagi pelanggan dalam hal pilihan produk, kesegaran, harga, dan pengiriman tepat waktu,” ujar Co-Founder & CEO Sayurbox Amanda Susanti.

Didirikan pada tahun 2017, Sayurbox kini menyediakan lebih dari 5.000 produk hasil pertanian, daging dan ikan, serta makanan jadi, dengan cakupan pengantaran di Jabodetabek, Surabaya, dan Bali. Sayurbox saat ini melayani sekitar 1 juta pelanggan serta bekerja sama dengan lebih dari 10.000 petani di seluruh Indonesia.

Online grocery di Indonesia

Sayurbox juga telah memulai model bisnis quick commerce / Sayurbox

Layanan online grocery menjadi salah satu model bisnis yang berkembang pesat selama pandemi. Mobilitas masyarakat yang terbatas membuat mereka mencari alternatif untuk mendapatkan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari. Namun demikian, untuk memenangkan pangsa pasar online grocery bukan perkara mudah. Tantangannya mulai dari penyediaan infrastruktur, sistem rantai pasok, sampai dengan persaingan yang semakin ketat – baik dengan para pendatang baru maupun raksasa ritel sebelumnya.

“Berkembang di sektor online grocery bukanlah sesuatu yang mudah, mengingat risiko besar operasional dan logistik, serta perbedaan perilaku konsumen yang beragam. Namun, Sayurbox telah menemukan kunci dan solusi mengatasi tantangan ini dan berhasil berkembang pesat serta berkelanjutan. Sayurbox kini telah menjadi perusahaan berkelas dunia, tak kalah dengan startup-startup online grocery unggul lainnya di dunia, dengan operasional yang memungkinkan mereka mengantarkan produk segar dari petani ke konsumen hanya dalam 12 jam,” ujar Partner Alpha JWC Ventures Eko Kurniadi.

Sepanjang tahun 2022 ini, industri online grocrey di Indonesia memang menjadi lebih menarik untuk diperhatikan. Januari lalu, Kedai Sayur baru umumkan dana segar 50 miliar Rupiah dan mengokohkan diri menjadi bagian Triputra Group. Dilanjutkan CT Corp dan Bukalapak yang meluncurkan AlloFresh — terafiliasi dengan bisnis ritel Transmart. Astro dan Bananas juga bukukan pendanaan untuk penetrasi lebih dalam layanan quick commerce mereka. Terakhir Traveloka kenalkan fitur serupa online grocery sebagai bagian dari lifestyle superapp.

Menurut studi yang dilakukan L.E.K. Consulting, layanan online grocery di Indonesia nilai pasarnya telah mencapai $1 miliar di tahun 2021, diproyeksikan akan bertumbuh pesat sampai $6 miliar pada 2025 mendatang.

Potensi nilai yang besar tersebut turut dilihat raksasa teknologi lokal sebagai sebuah kesempatan. Misalnya dilakukan Blibli dengan mengakuisisi induk Ranch Market untuk perkuat penetrasi produk bahan makanan segar. GoTo sebelumnya mengakuisisi 6,74% saham jaringan ritel Hypermart untuk perkuat strategi omnichannel di kebutuhan pokok. Terakhir ada Traveloka yang mulai kenalkan fitur serupa online grocery di aplikasinya.

Application Information Will Show Up Here

SoulParking Dikabarkan Dapat Pendanaan Baru Senilai 54 Miliar Rupiah

Startup pengembang sistem manajemen parkir pintar SoulParking, dikabarkan telah mengumpulkan $3,75 juta atau sekitar 54 miliar Rupiah. Menurut data yang diinputkan ke regulator, putaran ini masuk dalam seri A dengan keterlibatan Basis Global, AC Ventures, Akohara, dan sejumlah investor lainnya.

Jumlah pendanaan kali ini disebut naik tiga kali lipat dari putaran sebelumnya pada Januari 2021. Sebelumnya, platform yang dikembangkan oleh Ilham Akbar (CEO), Andru Wijaya (CPO), Riza Aulya (COO), Unggul Depririanto (CTO), dan Kenneth Darmansjah (CFO) ini sudah mengantongi pendanaan tahap awal di tahun 2020 dari investor yang sama.

Kami sudah mencoba menghubungi jajaran manajemen dan pihak investor yang terlibat, namun sampai tulisan ini diterbitkan mereka masih enggak memberikan komentar soal investasi baru tersebut.

Soul Parking mengembangkan solusi untuk pengelolaan tempat parkir sejak  lebih dari 10 tahun lalu. Perusahaan memiliki dua lini bisnis—sistem bagi hasil antara perusahaan dan klien yang dibagikan dengan klien dengan kontrak minimal sepuluh tahu dan penjualan instalasi dengan harga yang bergantung pada kapasitas penyimpanan.

Solusi yang ditawarkan SoulParking

Di Indonesia, sepeda motor merupakan moda transportasi yang dominan, mewakili 84,5% dari semua kendaraan bermotor aktif. Namun, hanya ada sedikit tempat parkir untuk sepeda motor di kawasan pusat bisnis, mengakibatkan pengendara sering kali meninggalkan motor mereka di jalan atau di trotoar meskipun hal ini melanggar peraturan. Hal ini juga menjadi salah satu penyebab kemacetan lalu lintas di kota Jakarta.

Mengembangkan sistem penyimpanan sepeda motor kompak (CMS) yang menumpuk sepeda di atas satu sama lain untuk penyimpanan yang efisien, Struktur parkir SoulParking terdiri dari delapan lantai yang dibangun di atas lahan seluas 50 meter persegi, dan dapat menampung hingga 240 sepeda motor.

Pengguna dapat menemukan fasilitas parkir terdekat melalui aplikasi Soul Parking. Di lokasi ini, perusahaan menawarkan layanan yang mirip dengan parkir valet—memindai kode batang, dan operator akan menemui pengguna untuk mengambil sepeda motor dan menyimpannya di gudang. Ketika pengguna siap untuk mengambil sepeda motor mereka, mereka dapat menggunakan “fitur checkout awal” di aplikasi Soul Parking sehingga kendaraan mereka akan siap untuk diambil ketika mereka tiba di fasilitas penyimpanan.

Tarif parkir mulai dari Rp2.000 per jam. Soul Parking juga memiliki paket untuk pegawai kantoran mulai dari Rp6.000 selama 12 jam dan Rp140.000 selama satu bulan. Ini sesuai dengan tarif parkir rata-rata untuk sepeda motor di Jakarta. Semua lokasi dilengkapi dengan kamera keamanan, dan setiap kendaraan diasuransikan, membuat layanan lebih aman daripada parkir di badan jalan.

Solusi Soul Parking saat ini telah tersedia di 20 lokasi di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Sistem CMS-nya ditempatkan di area sibuk di dekat mal dan gedung perkantoran. Selain membangun fasilitas penyimpanan ini, perusahaan juga menciptakan sistem operasi berpemilik yang mengelola komponen perangkat lunak dan perangkat kerasnya. Ini mendigitalkan fasilitas parkir yang ada, menambahkan sistem gerbang penghalang, pemindai kode batang, dan dasbor web.

Sebelumnya, Soul Parking juga sempat berpartisipasi dalam beberapa program akselerator, termasuk Startup Studio, program yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia untuk memfasilitasi startup digital yang sedang dalam proses mencapai tahap product-market fit dengan traction yang menjanjikan dan memiliki founder yang potensial. Belum lama ini, perusahaan juga menjadi salah satu dari sepuluh finalis dari Alibaba Cloud x KrASIA Global Startup Accelerator Indonesia Demo Day yang diadakan pada 21 Desember lalu.

Kejora-SBI Orbit Fund Kembali Pimpin Pendanaan ke SWAP Energy

Setelah sebelumnya telah menerima pendanaan awal tahun 2021 lalu, SWAP Energy perusahaan teknologi yang membangun infrastruktur pertukaran baterai di Indonesia, kembali menerima pendanaan tahapan pra-seri A yang kembali dipimpin oleh Kejora-SBI Orbit. Di putaran ini sejumlah pemodal ventura turut partisipasi, di antaranya Baramulti Group, Living Lab Ventures (afiliasi dari Sinar Mas Group), New Energy Nexus Indonesia, dan beberapa investor lainnya.

Memanfaatkan dana segar ini, SWAP akan mempercepat adopsi kendaraan listrik dan mendukung pemerintah Indonesia untuk mencapai target 13 juta sepeda motor listrik di jalan pada tahun 2030. Saat ini SWAP telah bermitra dengan Lazada Logistics, Pos Indonesia, Alfamart, Circle K, dan akan terus mengembangkan kerja sama dengan banyak pihak.

“Terima kasih kepada para investor untuk kepercayaannya pada SWAP. Melalui pendanaan pra-seri A yang oversubscribed ini, kami dapat memperluas jangkauan SWAP Station dan mengakselerasi adopsi motor listrik di kota-kota besar, ” kata Co-Founder & CEO SWAP Energy Irwan Tjahaja.

Tercatat saat ini SWAP telah memiliki lebih dari 400 swap station yang ditempatkan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), dan Bali. Sampai akhir tahun 2022, mereka berencana menempatkan lebih dari 1500 stasiun pengisian baterai di beberapa kota besar di Indonesia. Selain itu pihaknya juga akan menjadi teknologi pertukaran baterai pilihan untuk SMOOT dan merek motor listrik lainnya di Indonesia.

“Dengan prinsip tukar baterai, para pengusaha tidak perlu khawatir akan downtime akibat pengisian baterai hingga berjam-jam. Proses kilat ‘Swap and Go’ 9 detik ini akan sangat menguntungkan operasional perusahaan, mitra logistik, dan juga para penggunanya. Melalui pendanaan ini, kami percaya SWAP dan ekosistemnya dapat menjadi pemain kunci di infrastruktur tukar baterai dan mempercepat adopsi motor listrik di Indonesia” kata Fund Director Kejora-SBI Orbit Billy Boen.

Kembangkan ekosistem SWAP

Teknologi IoT milik SWAP menghubungkan motor listrik dengan baterai dan SWAP Station sehingga memberikan banyak manfaat bagi pengendaranya, memudahkan dalam melihat status sepeda motor listriknya, melakukan top-up kilometer, bahkan untuk tujuan keamanan, motor listrik dapat dimatikan dari jarak jauh hanya melalui aplikasi SWAP.

Secara khusus terdapat tiga hal yang menjadi prioritas utama SWAP Energy saat ini. Di antaranya adalah infrastruktur yang kuat, pengalaman berkendara yang menyenangkan, dan aftersales service yang terbaik. Keberhasilan konsep ini sebelumnya telah diuji melalui SMOOT – merek motor listrik pertama di Indonesia yang menggunakan sistem tukar baterai dari SWAP.

“Kami terus mengembangkan ekosistem SWAP dan keseluruhan asetnya; mulai dari baterai, SWAP Station, dan aplikasi SWAP sehingga merek motor listrik lainnya dapat segera menggunakan infrastruktur kami. Saat ini pun kami sedang berdiskusi dengan beberapa merek motor listrik lainnya untuk mengadopsi ekosistem SWAP,” kata Irwan.

Terkait motor listrik, sejumlah inisiatif mulai dikenalkan. Di antaranya oleh ION Mobility dengan inovasi kendaraan listrik — mereka akan memiliki pusat produksi di Jakarta. Kemudian NFC dan SiCepat juga telah buat infrastruktur untuk distribusi motor listrik lokal Volta. Tak mau kalah, Gojek juga jalin kemitraan strategis dengan sejumlah inovator motor listrik, di antaranya Gogoro dan TBS.

Application Information Will Show Up Here

Luno Kenalkan Unit Ventura yang Fokus Mendanai Proyek Kripto dan Web3

Bertujuan untuk memberikan investasi kepada startup yang fokus kepada fintech, kripto, dan Web3, Luno anak perusahaan Digital Currency Group mengumumkan peluncuran Luno Expeditions.

Luno Expeditions merupakan unit investasi (corporate venture capital) global khusus bagi startup tahap pendanaan awal. Lebih luas, dana kelolaannya akan menyasar pengembang layanan finansial, metaverse, infrastruktur blockchain, dan Web3.

Seperti diketahui, Luno sendiri merupakan salah satu pemain kripto di Indonesia. Mereka sudah memiliki perusahaan lokal di Indonesia yang terdaftar di Bappebti. Sejumlah agenda strategis juga sudah dilakukan, salah satunya mereka kolaborasi dengan Lippo Group akan segera bangun joint venture garap bisnis di seputar aset kripto.

CEO Luno Expeditions Jocelyn Cheng, dilansir dari Tech Crunch, mengatakan bahwa unit ventura ini akan menjadi ujung tombak proyek baru. Cheng sebelumnya telah berinvestasi di pendiri startup global selama enam tahun terakhir sebagai direktur pelaksana di Global Innovation Fund, yang merupakan impact investment.

“Saya senang bisa bergabung dengan Luno Expeditions. Saat ini merupakan momentum yang sangat menarik untuk terjun ke sektor kripto dan ekosistem fintech yang lebih luas. Kami memiliki rencana ambisius untuk membangun modal ventura yang dirancang sesuai dengan kebutuhan para pendiri startup. Merupakan sebuah kehormatan tersendiri untuk bisa bekerja dengan para pengusaha berdedikasi dari seluruh dunia, yang memiliki kesamaan visi untuk memecahkan masalah dan membangun perusahaan jasa keuangan yang lebih baik.”

Tim Luno Expedition lainnya di antaranya adalah Mira Christanto (Director of Investments) Aditi Khimasia (Head of Legal), Katharine Suy (Chief Marketing Officer), dan Margaux Dutertre (Investment Analyst). Sebagian besar dari mereka sudah familiar dengan layanan fintech dan telah terjun ke industri kripto.

Tim Luno Expeditions akan berfokus meningkatkan jumlah investasi (dengan target 200-300 investasi per tahun) dan memperluas portofolionya di luar kripto hingga ke bidang fintech yang lebih luas.

Hari ini, inisiatif serupa juga diluncurkan oleh Indogen Capital, Finch Capital, dan Tokocrypto dengan membentuk Cydonia Fund. Dana kelolaan ini akan fokus ke ekosistem Web3 lokal yang dinilai akan menjadi sesuatu yang signifikan di kemudian hari. Mereka menargetkan hingga 40 startup untuk didanai.

Indogen, Finch Capital, dan Tokocrypto Kolaborasi Bentuk “Cydonia Fund” untuk Ekosistem Web3

Indogen Capital dan Finch Capital meresmikan kendaraan investasi baru “Cydonia Fund” menggandeng Tokocrypto, fokus mendanai ekosistem Web3 di Indonesia. Sebagai Web3 fund dengan mandat global pertama di Indonesia, Cydonia akan berinvestasi dalam pengembangan ekosistem Web3 berskala global dan menjadi enabler bagi para pelaku industri.

Langkah strategis ini sejalan dengan visi Tokocrypto untuk terus menjadi builder sekaligus leader di ekosistem kripto, blockchain, dan Web3 di tanah air, selaligus membawa Indonesia menjadi barometer di kancah global.

Dalam konferensi pers yang diadakan di T-Hub Tokocrypto di area Patal Senayan (17/3), CSO Tokocrypto Chung Ying Lai juga mengungkapkan, “Tokocrypto dan Cydonia Fund diharapkan bisa menjadi support system terbaik untuk membawa ekosistem Web3 di Indonesia naik tingkat di kancah global.

“Dengan perkembangan ekosistem aset digital, investasi kini tidak hanya berbentuk equity shares, namun juga bisa berbentuk token atau coin. Sebagai modal ventura, kami memiliki investment tesis sendiri. Inilah mengapa kami membentuk satu fund baru khusus melakukan investasi ke perusahaan dalam bentuk token atau coin,” ujar Managing Partner Indogen Capital Chandra Firmanto.

Managing Partner Finch Asia Hans De Back melihat seiring dengan semakin maraknya adopsi aset kripto secara global, banyak perusahaan modal ventura baru yang berfokus pada investasi di aset digital bermunculan. Namun masih sedikit sekali perusahaan modal ventura yang memiliki hubungan strategis dengan platform perdagangan aset kripto berskala besar sebagai domain expert.

“Berkaca pada kolaborasi antara FTX, Solana Ventures, dan Lightspeed Venture Partners di Amerika Serikat pada penghujung tahun 2021, kami yakin merupakan langkah yang tepat bagi Cydonia Fund untuk turut bermitra dengan platform kenamaan serupa, dan kami sangat senang telah menemukan sosok mitra tersebut di jajaran eksekutif Tokocrypto,” tambahnya.

Disinggung mengenai nilai dana kelolaan yang akan disalurkan, baik pihak Indogen maupun Finch belum berani buka suara. Namun, Hans sempat mengutarakan bahwa jumlahnya cukup signifikan, “Cukup untuk menyokong 40-50 portfolio perusahaan,” bebernya.

Terkait sumber dana, Chandra juga membocorkan bahwa terdapat sekitar 20 LP yang siap mendukung setiap inisiatif yang akan dilancarkan oleh Cydonia. “Selengkapnya akan dikabarkan lagi paling lambat di bulan Juni 2022,” papar Chandra.

Indogen Capital sebagai modal ventura telah berpengalaman sejak 2016. Saat ini menjalankan 2 fund dengan 25 portofolio kelolaan, 2 unicorns, dan 5 exits. Sementara, Finch Asia adalah perusahaan modal ventura dengan rekam jejak fintech yang sudah aktif berinvestasi di Asia sejak 2014 dengan Indonesia sebagai fokus pasar. Sebelumnya Finch juga merilis dana kelolaan Arise Fund bersama MDI Ventures.

Ekosistem Web3 di Indonesia

Mengutip sejumlah sumber, Web3 memungkinkan pengguna dan mesin dapat berinteraksi dengan data, nilai, dan rekanan lainnya melalui substrat jaringan bersifat peer-to-peer. Dengan begitu, interaksi tidak lagi memerlukan pihak ketiga. Web3 memungkinkan pengguna mengontrol data mereka sendiri. Mereka akan berpindah dari media sosial ke email atau belanja dengan satu akun dipersonalisasi, membuat catatan di blockchain dari seluruh aktivitas.

Dengan adanya desentralisasi, nyatanya pengaruh Web3 terhadap perkembangan ekosistem aset kripto cukup besar. Mengingat bahwa desentralisasi kemungkinan akan menjadi salah satu bagian utama dari internet konsep baru ini, dapat disimpulkan bahwa aset kripto dan blockchain juga akan memainkan peran penting yang juga sama besarnya.

Di Indonesia sendiri, web3 tengah menjadi primadona di industri digital. Konsep desentralisasi ini bukan hanya merambah sektor finansial, namun juga semakin luas menjangkau industri seni dan musik. Beberapa proyek Web3 yang sudah diluncurkan tahun ini termasuk Superlative Secret Society yang belum lama ini meluncurkan galeri NFT pertama Indonesia. Selain itu juga ada Netra, platform NFT musik berbagi royalti untuk musisi dan para penikmat musik.

Namun, satu hal yang masih menjadi tantangan terbesar dalam industri Web3 adalah literasi. Layaknya masa awal pengembangan Web1 dan Web2, masyarakat tidak serta merta mengerti konsep dan utilitas dari fenomena baru yang terjadi. Maka dari itu, edukasi terhadap para stakeholder harusnya masih menjadi prioritas dalam pengembangan ekosistem web3 di tanah air.

Pinhome Hadirkan Layanan Pembiayaan Properti untuk Masyarakat Berpenghasilan Tidak Tetap

Kebutuhan akan hunian tetap selalu menjadi topik yang menarik untuk dibahas. Banyak orang yang sudah memiliki gambaran akan rumah impian mereka di masa depan. Namun, harga rumah yang kian melonjak setiap tahunnya membuat sebagian masyarakat bingung memilih apakah harus menyewa atau mulai mencicil rumah baru.

Pada tahun 2020, BPS menyebutkan bahwa lebih dari 71 juta penduduk berpenghasilan rendah di Indonesia, 15% di antaranya atau sekitar 11 juta jiwa belum memiliki rumah layak huni. Salah satu hambatan utama yang dihadapi para calon pembeli adalah uang muka (down payment) yang mahal yang biasanya mencapai minimal 15-20% dari harga total rumah.

Melihat fakta yang terjadi pada masyarakat, platform marketplace jual-beli-sewa properti (proptech) Pinhome memperkenalkan solusi teranyar yaitu program cicil rumah khusus untuk memfasilitasi masyarakat berpenghasilan rendah dan masyarakat berpenghasilan tidak tetap (Non-fixed Income/NFI) untuk memiliki rumah impian mereka dengan tagline #CicilDiPinhome.

“Kami berharap dengan adanya program ini, semakin banyak orang bisa mendapatkan rumah impian mereka menuju penghidupan yang lebih baik.” jelas Founder & CEO Pinhome Dayu Dara Permata.

Cara mendapat fasilitas cicilan di Pinhome

Berbekal visi utama untuk memberikan akses yang lebih mudah ke industri properti untuk meningkatkan penghidupan dan inklusi finansial untuk masyarakat Indonesia, program #CicilDiPinhome ini dapat dinikmati lewat empat langkah mudah.

Pertama, konsumen menentukan rumah idaman yang ingin dimiliki, dan Pinhome akan melakukan inspeksi terhadap legalitas rumah tersebut. Langkah kedua adalah konsumen mengirimkan dokumen persyaratan seperti KTP, NPWP, bukti penghasilan, dan membayar first payment yang bersifat refundable. Terakhir, konsumen sudah bisa menempati rumah pilihan mereka dan membayar cicilan tiap bulannya sampai lunas.

Beberapa proposisi nilai juga ditawarkan termasuk dengan tanpa mengharuskan proses checking dari BI ataupun Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK), yang membuat program ini terbuka untuk mereka yang memiliki pendapatan tidak tetap. Selain itu, Program #CicilDiPinhome ini tidak mengharuskan lampiran profil pendapatan serta menawarkan cicilan yang fleksibel sampai 50%.

Chief Commercial Officer Pinhome Muhammad Hanif juga mengungkapkan, “Kami juga melihat adanya sebagian konsumen yang sebenarnya sudah memiliki penghasilan yang mencukupi, namun belum bisa masuk kriteria KPR perbankan karena pendapatannya yang tidak tetap. Di #CicilDiPinhome kami berusaha menyederhanakan dokumen yang diperlukan calon pembeli, sambil tetap menjaga keamanan transaksi karena semua rumah tapak yang masuk program ini dapat dipantau melalui website Pinhome.”

Kerja sama dengan SMF

Dalam memberikan layanan ini, Pinhome bekerja sama dengan PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) yang merupakan BUMN di bawah Kementerian Keuangan yang khusus didirikan dalam mendukung sektor perumahan. Kerja sama tersebut dilakukan dalam rangka sinergi pemberian fasilitas kepemilikan rumah yang nantinya akan merealisasikan Program KPR Sewa Beli dengan skema rent to own. Produk ini diharapkan bisa meningkatkan akses masyarakat berpenghasilan rendah atau non fixed income untuk dapat memiliki hunian melalui skema sewa dan kemudian dilanjutkan dengan opsi membeli di tengah atau di akhir periode sewa.

Direktur Sekuritisasi dan Pembiayaan SMF Heliantopo mengungkapkan bahwa kehadiran SMF sebagai mitra Pinhome merupakan wujud dari kehadiran negara untuk mendukung peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat berpenghasilan rendah dalam rangka pemenuhan kebutuhan perumahan.

“SMF sebagai Special Mission Vehicle (SMV) di bawah kementerian keuangan memiliki misi yang sejalan dengan Pinhome untuk dapat mewujudkan akses dan keterjangkauan setiap masyarakat di Indonesia untuk dapat memiliki hunian yang layak. Untuk itu, program sewa-beli diharapkan dapat menjangkau segmen masyarakat yang selama ini memiliki keterbatasan akses (unbankable),” ujarnya.

Hingga saat ini, Pinhome sudah menawarkan lebih dari 600 ribu pilihan properti dengan sekitar 25 ribu penyedia jasa yang tersebar di 100 kota. Selain itu, perusahaan telah bekerja sama dengan lebih dari 20 bank dan multifinance di seluruh Indonesia untuk memberikan ragam penawaran dan pembiayaan bagi calon pembeli. Dalam kurun waktu 2 tahun, Pinhome berhasil mencetak nilai transaksi triliunan Rupiah, sepertiga dari transaksi properti ini paling banyak berada di bawah 300 juta.

Potensi pembiayaan di pasar properti

Berdasarkan data internal Pinhome, lembaga keuangan cenderung melayani pembiayaan properti di segmen white collar atau masyarakat berpenghasilan tetap (fixed income). Hal ini yang menyebabkan sekitar 70 persen penolakan pengajuan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terjadi karena faktor eligibilitas atau kelayakan.

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda yang turut hadir dalam acara konferensi pers secara daring (16/3) turut mengungkapkan  bahwa dampak dari pandemi COVID-19, minat konsumen untuk membeli rumah segmen ini terhitung sedikit, karena pandemi berdampak cukup signifikan pada daya beli. Oleh karena itu, perlu ada skema lain yang dapat mengakomodasi kebutuhan segmen ini, yang tidak hanya bisa mendongkrak penjualan, tetapi juga bisa memberikan angin segar kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak tetap.

Selain itu, hambatan yang juga dialami masyarakat adalah terkait Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) yang ketat untuk mendapatkan KPR, bahkan walaupun mereka mampu secara finansial. Tahapan pengajuan KPR yang cukup panjang dan melibatkan banyak pihak juga menjadi salah satu kepedulian dari pada calon pembeli.

Sumber: SMF

Berdasarkan data dari SMF, beberapa alasan masyarakat belum memiliki rumah adalah karena belum menemukan rumah yang tepat, belum mampu secara finansial, belum mampu bayar DP, belum mampu bayar KPR, masih ada cicilan, merasa belum perlu atau memikirkan, dan lainnya.

Terdapat lebih dari 50% masyarakat yang mengungkapkan alasan terkait finansial. Hal ini menunjukkan bahwa opsi pembiayaan memang sangat dibutuhkan di sektor properti agar tidak hanya masyarakat yang berpenghasilan tetap, namun juga masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak tetap bisa memiliki rumah dengan lebih mudah.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa pemain yang juga menawarkan solusi di industri properti. Sebut saja 99.co dan Rumah123 yang berada di bawah naungan REA Group, Rumah.com, juga pemain baru seperti Pintuitive dan Jendela360 yang sedang mencanangkan penggalangan dana. Ada juga platform fintech yang fokus ke properti, salah satunya Gradana.

Application Information Will Show Up Here