Gaet Qoala, Grab Bereksperimen Rambah Insurtech

Grab resmi menambah layanan insurtech dengan menggaet Qoala, seiring upaya mengukuhkan posisinya sebagai super app. Qoala adalah salah satu peserta dari Grab Ventures Velocity (GVV) batch kedua.

Kompetitornya, Gojek, telah lebih dahulu merilis layanan insurtech “GoSure” melalui portofolio investasinya, PasarPolis.

Saat ini layanan insurtech baru tersedia dalam bentuk shuffle card di laman utama aplikasi Grab. Produk asuransi yang tersedia untuk saat ini hanya asuransi proteksi layar ponsel.

Tampilan Qoala dalam aplikasi Grab
Tampilan Qoala dalam aplikasi Grab

Untuk menggunakan fitur ini, pengguna Grab cukup memilih merek ponsel dan modelnya. Setelah itu, konsumen memilih masa perlindungan, bisa satu, tiga, atau enam bulan. Harga preminya bergantung tipe ponsel. Pembayaran sepenuhnya cashless menggunakan Ovo.

Klaim, jika ada, diajukan melalui situs Qoala. Perbaikan ponsel dilakukan di salah satu service center rekanan Qoala. Dalam kurun waktu tujuh hari, barang digaransi selesai diperbaiki dan siap digunakan kembali.

Sebelum menggandeng Qoala, Grab lebih dahulu melakukan uji coba serupa dengan SayurBox dalam bentuk shuffle card. BookMyShow dan Sejasa pun melalui fase serupa sebelum mereka menjadi layanan resmi Tickets dan Clean & Fix.

Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan menjelaskan, dalam proses uji coba seperti ini perusahaan sedang mempelajari sejauh apa relevansinya dengan kebutuhan pengguna. “Apabila ini proven, baru kita berani untuk perkenalkan sebagai real feature dan harapannya mereka bisa scale up bisnis lebih cepat,” katanya.

Beberapa peserta GVV tidak hanya melakukan uji coba layanan di layanan Grab, tapi juga di Kudo. Langkah ini bertujuan menyesuaikan dengan target pasar mereka, apakah cenderung B2B atau B2B2C, atau langung ke B2C. Bila B2C langsung diarahkan ke aplikasi Grab, sementara jika fokusnya ke konsumen bisnis diarahkan ke Kudo.

Di dalam aplikasi Kudo (kini bernama GrabKios) tersedia sejumlah tambahan produk, termasuk layanan nabung emas dan umroh sebagai hasil kolaborasi dengan Tamasia dan PergiUmroh.

Peserta GVV terdiri atas 10 startup, tujuh datang dari Indonesia, dua dari Singapura, dan satu dari Malaysia. Mereka adalah Eragano, PergiUmroh, Porter, Sayurbox, Tanihub, Tamasia, Qoala, Treedots, GLife, dan MyCash Online.

Kemkominfo Berencana Bangun Komisi Perlindungan Data Pribadi

Kementerian Komunikasi dan Informatika berencana untuk mencontoh Singapura dengan membuat komisi khusus mengurus perlindungan data pribadi. Saat ini pihak-pihak terkait sedang dalam tahap kajian untuk penerapan model komisi tersebut di Indonesia.

Dirjen Aptika Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan menerangkan nantinya komisi ini akan bekerja secara independen, tetapi secara struktural di bawah Kemkominfo. “Saat ini masih dibahas tapi kita akan mengikuti modelnya Singapura,” terangnya saat menjadi pembicara di Kompas100 CEO Forum, kemarin (5/11)

Di Singapura, komisi ini bernama Personal Data Protection Commision (PDPC) yang dibentuk pada 2013. Komisi tersebut bertugas untuk sosialisasi mengenai pengumupulan maupun penggunaan data, standarisasi kebijakan, dan penyelesaian masalah perlindungan data pribadi.

Sebelum merujuk ke sana, pemerintah sempat mengkaji model komisi yang sama di Uni Eropa bernama General Data Protection Regulation (GDPR). Tujuannya ingin mencari kecocokan yang mana yang sesuai untuk diterapkan di Indonesia.

“Sebetulnya kita sempat mengkaji GDPR, apakah kita bisa mencontoh badan itu atau tidak. GDPR kan independen dan dibuat oleh parlemen, tetapi yang penting buat kita adalah ata otoritas yang bisa kita awasi.”

Semuel belum memastikan kapan komisi ini akan segera diresmikan. Sebelumnya rencana ini sempat diusulkan di DPR, namun mendapat kritikan dari DPR karena dianggap terlalu banyak lembaga yang tidak efektif dan malah menguras uang negara.

“Karena pada akhirnya banyak sekali lembaga-lembaga yang tidak efektif dan malah menguras keuangan negara,” ujar Wakil Ketua Komisi I DPR Satya Widya Yudha, seperti dikutip dari Katadata.

Sosialisasi PP PSTE

Dalam kesempatan yang sama, Semuel juga mensosialisasikan PP PSTE (Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik) Nomor 71 Tahun 2019 yang baru diresmikan 10 Oktober 2019. Dia menyebut pemerintah memberikan waktu satu tahun kepada pemain platform digital untuk mendaftar sebagai Penyedia Sistem Elektronik (PSE).

Ketentuan ini berlaku buat pemain digital apapun, termasuk raksasa teknologi seperti Google, Facebook, Twitter, WhatsApp, dan sebagainya yang berbisnis di Indonesia dan mengambil data-data pengguna.

Selama ini para pemain digital dari luar negeri yang beroperasi di sini tidak punya kejelasan mengenai status perusahaan. Padahal, mereka meraup untung besar dengan berbisnis di Indonesia.

PP ini mengatur status perusahaan digital tersebut, dengan memaksa mereka untuk mendaftarkan diri.

“Facebook, WhatsApp belum pernah mendaftar. Maka dengan PP PSTE ini mereka harus mendaftar. Kami memberikan waktu satu tahun mulai sejak PP diundangkan (10 Oktober 2019),” katanya.

Semuel mengultimatum, kalau dalam kurun waktu tersebut mereka tidak mau mendaftar, maka pemerintah berwenang untuk menutup akses.

Perusahaan digital yang mendaftarkan diri wajib mencantumkan informasi seputar nama perusahaan, alamat, layanan dan model bisnisnya, hingga data apa saja yang mereka kumpulkan di Indonesia. Informasi ini penting diketahui oleh pemerintah.

Proses pendaftaran ini sepenuhnya akan online. Perusahaan tinggal mendaftar sesuai alur dan aturan diminta, serta membayar sejumlah biayanya. Selanjutnya, mereka akan jadi wajib pajak.

Dalam PP ini juga berisi denda apabila para pemain tersebut membiarkan konten negatif beredar di platform-nya. Kisarannya dari Rp100 juta sampai Rp500 juta.

“Besaran denda ini masih hitung-hitung karena harus dikonsultasikan dengan stakeholder terkait, yang penting besarannya tidak lebih tinggi dari UU-nya,” pungkasnya.

Tantangan Startup Kesehatan dalam Menghadirkan Kemudahan Akses Melalui Teknologi

Salah satu sektor yang masih sulit untuk “diganggu” teknologi adalah kesehatan. Masih kakunya cara-cara yang diterapkan serta belum siapnya regulasi yang dibuat, menjadikannya sulit untuk disasar startup digital. Dalam sesi #Selasastartup minggu ini, Co-founder & CEO Medigo Harya Bimo mencoba untuk mengurai persoalan dan solusi terbaik terkait sektor kesehatan di Indonesia untuk penggiat startup.

Persoalan akses rekam medis

Salah satu isu di sektor kesehatan Indonesia adalah susahnya bagi pasien memindahkan rekam medis ke rumah sakit yang berbeda. Jika satu orang pasien sudah terdaftar di sebuah rumah sakit, tidak ada jaringan atau akses yang bisa diambil oleh rumah sakit lain, ketika pasien memutuskan untuk memindahkan layanan kesehatan mereka.

Hal ini menurut Harya menjadi beban tersendiri bagi startup atau perusahaan teknologi yang mencoba untuk memecahkan persoalan tersebut. Indonesia masih mengacu kepada peraturan yang berlaku, di dalamnya dengan jelas dituliskan, jika pihak rumah sakit membocorkan rekam medis seorang pasien dengan sengaja, bisa diancam hukuman pidana.

Masih ketatnya peraturan tersebut, menyulitkan akses rekam medis untuk bisa diakses terbuka di jaringan unit kesehatan yang saat ini berjumlah sekitar 2800 rumah sakit dan 18 ribu klinik kesehatan.

“Berbeda dengan negara seperti Amerika Serikat, Inggris, atau Singapura yang sudah menerapkan akses terbuka untuk semua rumah sakit hingga klinik melihat rekam medis pasien ketika mereka memutuskan untuk berobat di berbagai rumah sakit dan klinik yang ada,” kata Harya.

Persoalan integrasi dan proses data

Tantangan lainnya, masih belum terhubungnya kebutuhan pasien, perusahaan asuransi, hingga rumah sakit. Jika pasien ingin berobat dan mengajukan pembayaran asuransi, semua proses tersebut kebanyakan masih diterapkan secara manual.

Demikian juga dengan persoalan resep hingga informasi yang dikeluarkan oleh dokter kepada pihak rumah sakit dan pasien. Semua masih dalam bentuk tulisan dan belum banyak yang dilakukan secara digital.

“Di Indonesia masih banyak dokter yang melakukan penulisan resep dan lainnya dengan tulisan tangan, karena ada pemahaman yang diyakini oleh komunitas dokter dan pihak terkait lainnya tentang proses konvensional tersebut. Sementara di negara lain semua dokter di rumah sakit sudah mulai membiasakan kepada pasien memberikan resep secara digital,” kata Harya.

Peluang untuk startup kesehatan di Indonesia

Meskipun masih sulit, namun startup seperti Medigo yang sebelumnya dikenal sebagai Instigator, kini mulai menjajaki peluang untuk menjadi operator. Dengan platform SaaS yang ditawarkan, mereka menawarkan pendekatan teknologi kepada rumah sakit dan klinik di Indonesia.

Selain itu masih ada potensi lain lain yang juga masih bisa dihadirkan oleh startup, antara lain layanan konsultasi online hingga pemesanan/pengantaran resep dari rumah sakit. Selebihnya Harya menyarankan untuk menjalin kemitraan dengan ekosistem terkait seperti BPJS  untuk mengadopsi teknologi ke dalam sistem internal mereka.

Gojek Dapat Izin Uji Tuntas di Malaysia Mulai Januari 2020

Pemerintah Malaysia akan mengizinkan pemain ride hailing roda dua, salah satunya Gojek untuk melakukan uji tuntas mulai Januari 2020. Kabar ini jadi titik terang untuk memuluskan rencana ekspansi internasional Gojek yang ingin menambah dua sampai tiga negara baru pada tahun depan.

Lampu hijau ini tidak hanya berlaku buat Gojek saja, tapi juga pemain lokal Malaysia yakni Dego Ride. Keduanya akan beroperasi berdasarkan proof-of-concept (POC) untuk mengukur permintaan layanan selama enam bulan.

Bike-hailing akan menjadi komponen penting dalam menyediakan sistem transportasi umum yang komprehensif, sebagai konektivitas first– dan last-mile,” terang Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke, seperti dikutip dari Reuters.

Baik Gojek maupun Dego hanya dapat melayani penumpang di kawasan Lembah Klang. Ini adalah wilayah paling maju di Malaysia dan menjadi ibukota Kuala Lumpur. Tidak menutup kemungkinan membuka lokasi lainnya jika ada permintaan.

Selama masa POC atau uji tuntas berlangsung, pemerintah akan mengumpulkan seluruh data yang masuk untuk dievaluasi lebih dalam agar mendapatkan gambaran terkait hal-hal apa saja yang perlu diatur saat membuat regulasinya.

Bike-hailing akan tunduk pada peraturan yang sama seperti yang ditetapkan untuk e-hailing atau roda empat.”

Akhir pekan lalu, Co-CEO Gojek Andre Soelistyo cukup yakin perusahaan akan segera beroperasi di Malaysia pada tahun depan, juga Filipina.

“Tahun depan ada dua negara tambahan, Malaysia dan Filipina. Kami sedang persiapkan semua agar bisa hadir di dua negara tersebut. Di Filipina sebenarnya kami sudah hadir tapi sebagai sistem pembayaran, untuk layanan transportasinya sedang kami upayakan,” ucapnya.

Application Information Will Show Up Here

Kata.ai Luncurkan Sejumlah Fitur Baru, Mudahkan Pengembang Kreasikan Layanan Berbasis AI

Kata.ai mempertegas posisinya sebagai platform kecerdasan buatan terintegrasi dalam ajang INTERACT 2019. Penegasan itu diiringi dengan peluncuran sejumlah fitur baru.

Total ada sepuluh fitur berbasis Artificial Intelligence (AI) dan Natural Language Processing (NLP) yang diperkenalkan. Di antaranya ada Kata Flow (platform pengembangan asisten virtual dengan kualitas korporasi), Kata NL (platform pengembangan model Natural Language dan mengolah insight dari data percakapan), Kata CMS (platform pengembangan dasbor untuk mengelola dan mengorganisasi konten chatbot).

Selain itu ada juga Kata Generator (platform untuk membuat dan melatih dataset Natural Language), Kata Boost (platform mengelola kampanye pemasaran dalam chatbot), Kata Voice (platform asisten virtual berbasis suara), Kata Omnichat (dasbor untuk mengelola proses layanan pelanggan), Kata Assist (fitur untuk membantu agen layanan pelanggan menjawab lebih cepat), Kata WhatsApp Dashboard (dasbor untuk mengelola dan mengotomatisasi percakapan dalam WhatsApp), dan Katalog (fitur untuk mencari dan memanfaatkan hasil pengembangan developer dalam Kata Platform).

“Sebagian sudah [deploy]. Yang sudah itu Kata Flow, Kata NL, minggu depan ada Omnichat, Kata Voice di tahun depan,” ujar Co-Founder & CEO Kata.ai Irzan Raditya.

Sejumlah fitur tersebut dibuat untuk memudahkan para engineer dan developer membangun produknya sendiri. Dalam sambutannya di INTERACT, Irzan mengatakan pihaknya ingin berperan lebih sebagai enabler untuk mendorong solusi baru berbasis AI di Indonesia.

“Kalau visi ke depannya kita ingin menjadi integrated all in one AI platform yang menjawab permasalahan di Indonesia dan Asia Tenggara. Tapi fokus kami di sini masih mengembangkan conversation AI yang paling kuat di Indonesia,” ucap Irzan.

Salah satu fitur yang dipamerkan Irzan kepada pewarta adalah Kata Voice. Sederhananya, Kata Voice ini adalah AI Bot yang dapat menjawab pertanyaan pengguna via telepon. Fitur ini diproyeksikan dapat mengurangi beban layanan call center suatu perusahaan.

Ada empat sektor industri yang menurut Kata.ai akan semakin terbantu dengan fitur-fitur mereka. Keempatnya adalah social commerce, layanan finansial, layanan kesehatan, dan edukasi.

Beberapa fitur baru Kata.ai itu dapat diakses secara gratis secara terbatas. Beberapa lainnya memakai sistem berlangganan.

Di samping pengenalan fitur baru, Kata.ai juga mengumumkan hasil perlombaan hackathon pertama bernama KataHack mereka. Kata.ai berencana menjadikan KataHack ini sebagai agenda rutin setiap tahun untuk membantu developer menciptakan solusi berbasis AI.

“Ke depan aplikasi mereka ini bisa diakses di dalam Katalog. Itu seperti App Store atau Play Store agar aplikasi itu bisa dipakai atau dicoba oleh seluruh masyarakat Indonesia. Apakah nanti akan ada kolaborasi atau hal lain kita belum tentukan tapi kita ingin mengembangkan ekosistem developer di Indonesia,” pungkas Irzan.

LinkAja Jadi Alternatif Pembayaran di Aplikasi Grab

Tidak hanya hadir di Gojek, LinkAja mulai menunjukkan diri sebagai alternatif pembayaran di aplikasi Grab. Hadirnya LinkAja mematahkan keeksklusifan Gopay dan Ovo yang sebelumnya hadir dalam dua raksasa ride hailing tersebut.

Kepada DailySocial, CEO LinkAja Danu Wicaksana menjelaskan pihaknya masih melakukan pengujian di Grab, sehingga belum semua pengguna bisa menikmatinya. “Ini masih testing dan belum commercial,” terangnya, Selasa (5/11).

Dia juga belum memastikan kapan LinkAja akan diresmikan sebagai opsi pembayaran di Grab untuk seluruh pengguna. Akan tetapi, untuk Gojek dia berharap akan dirilis pada akhir bulan ini.

Untuk mengaktifkan LinkAja di Grab, pengguna cukup memilih opsi “Add Payment Method” dan memilih logo LinkAja. Berikutnya memasukkan PIN dari nomor telepon yang terhubung dengan LinkAja. Langkah terakhir, sistem akan mengirimkan kode verifikasi sebelum pengguna mengaktifkan LinkAja.

Cara menambahkan LinkAja untuk pembayaran di Grab
Cara menambahkan LinkAja untuk pembayaran di Grab

Kehadirannya di Gojek dan Grab semakin melengkapi segmen transportasi yang dirambah LinkAja. Perusahaan sebelumnya mulai uji coba untuk pembayaran tiket KRL Jabodetabek dan sedang mempersiapkan diri untuk MRT Jakarta.

Tidak hanya dengan pemain besar, LinkAja juga resmi menjadi mitra pembayaran perdana untuk pemain ride hailing lokal, yakni Bonceng.

Akan tetapi untuk pembayaran tol, Danu menegaskan perusahaan sepenuhnya menyerahkan ke Jasa Marga yang bertindak sebagai merchant-nya. “Secara teknis sudah [siap dipakai], tapi masih dalam tahap pilot untuk uji coba scalability and reliability-nya.”

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah menjelaskan, perseroan memilih untuk bermain ke ranah yang berbeda dan membatasi use case LinkAja sebagai pembeda dari pemain sejenis. Pergeseran strategi ini membuat perseroan dapat lebih berhemat karena tidak perlu jor-joran perang diskon untuk menarik pengguna.

Dia bahkan mengklaim biaya yang harus dikeluarkan LinkAja untuk promosi dalam satu tahun hitungannya sama dengan biaya satu bulan dari salah satu kompetitor. Meski konsekuensi dari keputusan tersebut membuat visibilitas LinkAja sebagai suatu brand tidak setenar yang lain.

“Karakter pengguna [milenial] itu adalah soal loyalitas, mereka akan pakai kalau ada diskon. Sementara kita berbeda, lebih ke arah daily use case, yang mana pasti akan dipakai setiap hari tanpa harus diberi diskon. Salah satu yang sudah dimasuki adalah tiket KRL Jabodetabek,” kata Ririek saat menjadi pembicara di Kompas100 Discussion.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Konferensi “Open Infra Day” Rekatkan Kolaborasi Komunitas dan Industri dalam Pengembangan Teknologi Sumber Terbuka

Seiring perkembangannya, perangkat keras/lunak berbasis sumber terbuka (open source) makin diminati oleh berbagai kalangan, termasuk korporasi. Pemanfaatannya sudah menyebar di berbagai lini, termasuk pada tingkatan infrastruktur — teknologi yang dimanfaatkan sering disebut dengan istilah “Open Source Infrastructure Software/Hardware” (Open Infra).

Kategori produk Open Infra sudah sangat beragam, mulai dari IaaS Cloud, Hypervision, Open Compute, Container, Storage Cluster, hingga Open Networking. Pengembangannya dilakukan secara terbuka oleh komunitas dan telah terbukti mumpuni untuk dijadikan fondasi operasional layanan TI.

Agar pengembangannya terus berlanjut, komunitas membutuhkan dukungan dan kontribusi dari industri. Sehingga sinergi mutualisme sangat berarti untuk diwujudkan. Hal tersebut yang turut diyakini Biznet Gio Cloud, sehingga menginisiasi konferensi bertajuk “Indonesia Open Infra Day”, mempertemukan kontributor open source dan berbagai pelaku industri.

Acara yang berlangsung pada 2 November 2019 di Surabaya tersebut menghadirkan berbagai diskusi membahas berbagai opsi kolaborasi yang dapat dilakukan komunitas dan industri. Selain itu dihadirkan juga sesi keynote speech hingga workshop, untuk memberikan pengetahuan baru bagi para peserta yang hadir.

Tema-tema krusial terkait dengan pemanfaatan teknologi yang makin masif di Indonesia juga dihadirkan. Sebut saja soal kedaulatan data yang disampaikan oleh CEO Biznet Gio Cloud Dondy Bappedyanto. Beragam pemateri dari sektor-sektor bisnis unggulan juga didatangkan, seperti EVP Digital Center of Excellence BRI Kaspar Situmorang yang menyampaikan tema pemanfaatan Open Infra untuk layanan keuangan mikro.

Menjadi konferensi Open Infra pertama di Indonesia, acara ini diharapkan meningkatkan kolaborasi antar pihak-pihak yang berkepentingan terhadap pengembangan dan pemanfaatan infrastruktur teknologi berbasis open source.

Disclosure: DailySocial merupakan media partner konferensi Open Infra Day

Jungle Ventures Siapkan Dana untuk Dua Startup Indonesia Jelang Akhir Tahun

Berhasil mengumpulkan dana tahap ketiga dengan nilai total kelolaan $240 juta (lebih dari 3,3 triliun Rupiah), perusahaan modal ventura tahap awal Asia Tenggara Jungle Ventures berencana berinvestasi ke dua startup Indonesia akhir tahun ini. Menurut Managing Partners Jungle Ventures David Gowdey, kedua startup tersebut merupakan platform yang menyasar konsumer ritel di tahap Seri A.

“Sejak awal kita fokus kepada startup yang menyasar kepada social commerce, consumer, dan software. Untuk saat ini baru dua startup asal Indonesia yang akan menerima pendanaan dari Jungle Ventures [untuk dana tahap ketiga]. Tidak menutup kemungkinan tahun 2020 mendatang akan ada lagi startup di Asia Tenggara yang mendapatkan investasi dari kami.”

Ticket size yang disiapkan Jungle Ventures untuk tahap seri A adalah antara $3 juta hingga $7,5 juta, sedangkan untuk startup tahap awal antara $500 ribu sampai $1 juta.

Jungle Ventures telah mengumpulkan pendanaan dengan jumlah dua kali lipat lebih besar dari pendanaan sebelumnya, Jungle Ventures II (2016), dengan hampir 60 persen pendanaan berasal dari luar Asia. Lebih dari 90% modal berasal dari investor institusional Amerika Utara, Eropa, Timur Tengah, dan Asia. Jumlah investor baru mengambil porsi hampir 70 persen dari penggalangan dana investasi ini, sedangkan sisanya merupakan investor lama, termasuk $40 juta yang diperoleh secara terpisah dalam komitmen akun kelolaan (managed account).

Dana tersebut akan diinvestasikan pada berbagai perusahaan berteknologi inovatif dan bisnis digital di Asia Tenggara. Sebelumnya Jungle Ventures telah berinvestasi ke Kredivo, RedDoorz, Sociolla dan Sweet Escape.

Fokus ke margin, bukan GMV

Selain memberikan pendanaan, perusahaan berupaya memberikan dukungan bagi startup berupa konsultasi dan arahan. Menurut David, perusahaan akan mengarahkan startup untuk fokus ke margin dan bukan kepada GMV. Langkah tersebut diambil untuk menghindari potensi permasalahan di masa mendatang.

“Sejak awal kita selalu mengajak pendiri startup untuk memikirkan margin dibandingkan GMV, sehingga rencana dan target dalam jangka panjang sudah bisa ditentukan, bukan hanya prediksi atau target saja. Kita juga melakukan pendekatan yang unik saat mencari startup yang memiliki potensi, yaitu startup yang sedang tidak melakukan penggalangan dana, mereka yang kami cari,” kata David.

Didukung Amit Anand yang memiliki pengalaman di bidang pengembangan piranti lunak dan David Gowdey yang bertanggung jawab terhadap akuisisi Koprol ke Yahoo beberapa tahun yang lalu, Jungle Ventures berharap bisa menciptakan startup Indonesia yang memiliki produk piranti lunak terbaik dan mampu untuk bersaing dengan pasar global.

“Menurut saya saat ini talenta di Indonesia sudah semakin baik, terutama mereka yang sebelumnya pernah bekerja di startup unicorn seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak hingga Traveloka. Ketika mereka keluar dan membangun startup sendiri, diharapkan bisa menjadi sumber daya yang sudah siap untuk menghasilkan produk atau layanan yang dibutuhkan,” kata David.

DailySocial.id Umumkan Kemitraan Strategis dengan KrASIA

Sebagai bagian dari komitmen kami untuk memberikan akses teknologi dan inovasi untuk seluruh bagian masyarakat Indonesia dan dunia, hari ini dengan bangga kami mengumumkan kerja sama strategis antara DailySocial.id dan KrAsia, sebuah perusahaan media teknologi dan inovasi berbasis di Singapura.

Mencari rekanan dengan visi yang sama memang tidaklah mudah. Kami sangat bersemangat dengan rencana-rencana strategis yang segera kami laksanakan bersama dengan KrAsia. KrAsia beroperasi dengan lingkup Asia Pasifik dan didukung oleh 36Kr Global, perusahaan pengelola portal bisnis dan teknologi terkemuka di Asia.

Kerja sama strategis ini akan meliputi sinergi editorial, platform inovasi (Orchestra.co.id), riset, dan data. Tentu saja ini hanya permulaan dari kerja sama jangka panjang yang akan kami jalin.

Komitmen dan visi jangka panjang DailySocial.id tetap teguh dan tidak bergeming. Kami akan terus fokus untuk membawa perubahan bagi rakyat Indonesia melalui teknologi dan inovasi.

Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pembaca dan komunitas inovasi yang terus mendukung kami, tim DailySocial.id yang terus bekerja tanpa lelah mewujudkan mimpi, dan para rekanan lain yang terus bersama berkolaborasi.

KoinWorks Terima Pendanaan 190 Miliar Rupiah dari Credit Saison

Pemain p2p lending KoinWorks mengumumkan perolehan tambahan pendanaan Seri B dan Seri B2 senilai SG$18,5 juta (setara 190 miliar Rupiah) dari Credit Saison lewat CVC khusus dinamai Saison Capital.

Dalam keterangan resmi, CEO dan Co-Founder KoinWorks Benedicto Haryono mengatakan pendanaan terbaru akan difokuskan untuk mengembangkan produk finansial agar dapat membantu UKM digital maupun social commerce dalam mengakses pembiayaan untuk kebutuhan perkembangan bisnisnya.

“Sebesar 65% PDB Indonesia disumbang dari para pelaku UKM dan sebesar 92% UKM di Indonesia telah memanfaatkan jaringan sosial dalam menjalankan bisnisnya. [..] Ironinya, masih banyak pelaku social commerce terkendala saat mendapatkan akses pembiayaan untuk pengembangan bisnis karena kurangnya kelengkapan dokumen [..],” terangnya.

Executive Chairman dan Co-Founder KoinWorks Willy Arifin menambahkan, perusahaan berkomitmen untuk mendukung fokus pemerintah Indonesia dengan memberikan kemudahan layanan keuangan terhadap UKM digital yang terus berkembang dan menjadi kontributor PDB terbesar di Indonesia.

Sebenarnya, putaran pendanaan Seri B sudah dimulai pada Juni 2019. Perusahaan mengantongi dana senilai $16,5 juta (sekitar 170 miliar Rupiah) yang dipimpin oleh EV Growth dan Quona Capital. Sebelumnya pada putaran Seri A, Quona Capital telah berpartipasi dalam pendanaan Seri A+ dengan nilai dirahasiakan. MCI mengawali putaran pendanaan Seri A di KoinWorks senilai Rp230 miliar.

Debut Saison Capital di Indonesia

Saison Capital adalah CVC khusus yang dibangun Credit Saison untuk pendanaan internasionalnya. Alokasi dana yang disiapkan mencapai $55 juta (sekitar 770 miliar Rupiah) untuk investasi ke startup fintech di Asia Tenggara dan India yang fokus pada nasabah unbanked dan underbanked.

KoinWorks menjadi portofolio pertamanya dari Indonesia untuk fund ini.

Saison Capital akan berinvestasi antara enam hingga delapan startup tiap tahunnya dengan ticket size pendanaan Seri A maksimal $1 juta (lebih dari 14 miliar Rupiah).

Seluruh portofolionya akan menjadi bagian dari ekosistem Credit Saison dan bakal memiliki akses ke mitra seluruh pemain keuangan dan teknologi.

Beberapa portofolio Credit Saison yang sudah beroperasi di Indonesia adalah Grab dan ShopBack. Mereka juga menjadi LP di CyberAgent Ventures, East Ventures, Strive (rebrand dari Gree Ventures), dan Beenext.

Application Information Will Show Up Here