Startup Edtech Cakap Paparkan Kinerja Positif, Miliki Tiga Juta Pengguna

Startup edtech Cakap memaparkan kinerja positif sepanjang tahun lalu. Dalam keterangan resmi yang disampaikan hari ini (21/2), Co-founder dan CEO Cakap Tomy Yunus mengapresiasi konsistensi seluruh timnya dengan mencatat kinerja keuangan yang baik.

“Fokus perusahaan terletak pada fundamental dan performa unit ekonomi yang positif. Ekspansi ke pendidikan vokasi (TVET) dan layanan pembelajaran bauran (blended learning) sebagai bagian dari komitmen kami membangun bangsa juga merupakan kunci keberhasilan di tahun 2022,” ujar Tomy.

Berikut pencapaian bisnis perusahaan:

  • Tiga tahun berturut-turut membukukan laba dengan margin EBITDA positif
  • Pendapatan tumbuh 10x lipat sepanjang 2020-2022
  • Memiliki lebih dari tiga juta pengguna, dari kalangan usia produktif 20-39 tahun tersebar di 96 dari total 98 kota di Indonesia
  • Kontributor pendapatan perusahaan: Bahasa menyumbang 50%, kemudian sisanya Upskill dan Bisnis
  • Memiliki lebih dari 1.800 pengajar datang dari Indonesia, serta negara-negara di Asia Pasifik dan Eropa
  • Menjalin lebih dari 600 kemitraan dengan institusi pendidikan, perusahaan, instansi pemerintahan, hingga yayasan. Salah satunya, kerja sama dengan provider Telkomcel asal Timor-Leste untuk penyediaan program pembelajaran dari Bahasa Portugis hingga keterampilan di luar bahasa.

Chief of Business Cakap Jonathan Dharmasoeka merinci, dari segmen Bahasa, tercatat kursus Bahasa Inggris masih menjadi primadona bagi para penggunanya. Kemudian, disusul Mandarin, Korea, Jepang, dan Bahasa Indonesia. Ditambah, saat pembelajarannya kini sudah dikembangkan dari daring menuju bauran (blended learning) sehingga makin menarik minat para pengguna. Sementara itu, untuk kursus di luar bahasa, materi di bidang pertanian, pemasaran, dan yang terkait dengan pariwisata masih menjadi top three courses.

“Cakap yang telah terdaftar sebagai Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) Kemendikbud serta Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Kemenaker ini, memiliki rating stabil di 4,9 pada Google Play Store dan telah memberikan impact satu juta kegiatan pembelajaran melalui 487 materi yang terbagi ke dalam 17.000 modul pelatihan bahasa hingga vokasi,” kata Jonathan.

Tomy pun menutup, “Agar bisnis ini terus memberikan manfaat, Cakap senantiasa menjalankan prinsip berkesinambungan dengan menerapkan tiga prinsip Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), terutama untuk poin 4 (Pendidikan berkualitas), 8 (Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), dan 10 (Berkurangnya kesenjangan). Kami yakin ini juga menjadi kunci bagi Cakap untuk menjadi terus berinovasi dan menjadi solusi pengembangan diri bagi anak bangsa.”

Lanskap bisnis edutech

Di Indonesia, vertikal bisnis seperti Cakap juga dijalankan oleh Ruangguru yang menyediakan English Academy, dan pemain konvensional seperti English First dan Wall Street English. Sementara untuk kursus peningkatan skill juga diramaikan oleh sejumlah pemain, seperti RevoU, Coursera, Kuncie, Udemy, Binar Academy, dan masih banyak lagi.

DSResearch pernah mengulas industri edtech di Indonesia bertajuk “Edtech Report 2020: Transforming Education”. Mengutip dari hasil riset Holon IQ, mereka memetakan layanan edtech ke dalam beberapa kategori: pembelajaran bahasa, steam dan coding, pembiayaan pendidikan, keterampilan dan pekerjaan, pendidikan tinggi, verifikasi, manajemen dan lingkungan belajar, pendidikan tinggi, dan dukungan pembelajar. Mereka juga memetakan 50 pemain edtech yang signifikan di setiap kategori.

Sumber: DSResearch

Dari laporan ini, dari survei terhadap 500 responden, terungkap bahwa jenis layanan edtech populer yang pernah dan paling banyak digunakan orang adalah Online Tutor. Sedangkan kurang dari 20% orang yang pernah menggunakan MOOC (Massive Open Online Course). Berdasarkan jenis kelamin, 71,3% laki-laki pernah menggunakan tutor online, sedangkan 74,1% perempuan pernah menggunakan e-learning.

Setengah responden di bawah usia 20 tahun kebanyakan menggunakan tutor online, sementara kelompok usia lain pernah menggunakan e-learning. Sekitar 50% orang sebagian besar setuju bahwa layanan edtech yang pernah digunakan mudah diakses, materi disampaikan dengan baik, sesuai dengan kebutuhan & anggaran mereka, dan kontennya relevan.

Sumber: DSResearch
Sumber: DSResearch
Application Information Will Show Up Here

Raih Pendanaan, Startup SaaS “Scrut Automation” Siap Ekspansi ke Indonesia

Startup SaaS Scrut Automation bersiap ekspansi ke Indonesia, Singapura, dan Amerika Serikat setelah memperoleh pendanaan sebesar $7,5 juta atau sekitar 113,7 miliar Rupiah yang dipimpin oleh MassMutual Ventures. Indonesia dan Singapura dinilai sebagai pasar krusial bagi pertumbuhan Scrut di tahap berikutnya.

Dalam keterangan resminya, Co-Founder dan CEO Scrut Automation Aayush Ghosh Choudhury mengungkapkan, “suntikan modal ini akan membantu timnya memperdalam kemampuan produk dan memperluas kehadiran pasar.”

Selain itu, Scrut akan menggunakan dana segar ini untuk menyederhanakan manajemen risiko dan kepatuhan keamanan informasi untuk perusahaan dalam lingkup SaaS, fintech, dan healthtech berbasis cloud. Ketiga industri ini memiliki potensi pertumbuhan yang sangat besar, tetapi juga risiko yang lebih besar sehingga membutuhkan sistem manajemen risiko yang tepat.

Scrut Automation merupakan platform otomatisasi untuk tata kelola, risiko, dan kepatuhan berbasis di India. Scrut didesain untuk menyederhanakan pemantauan keamanan informasi perusahaan berbasis cloud. Platform ini didirikan oleh tiga Co-founder,yaitu  Aayush Choudary, Jayesh Gadewar, dan Kush Kaushik dengan visi memantau keamanan informasi dan membuatnya dapat diakses di seluruh organisasi.

Berawal dari platform otomatisasi tata kelola bisnis, Scrut memperluas jangkauan ke ranah keamanan informasi dalam operasional dan meningkatkan visibilitas risiko yang komprehensif. Saat ini, produk yang sudah dikembangkan, termasuk GRC, solusi satu pintu untuk pengamatan risiko, keamanan informasi, dan kepatuhan.

Sebagai informasi, MassMutual Ventures dikenal aktif mendanai sektor risiko dan keamanan, termasuk prediksi dan manajemen risiko dunia maya, penilaian risiko, keamanan data, serta IoT. Adapun, pendanaan ini juga disuntik oleh investor terdahulu, yaitu Lightspeed India Partners dan Endiya Partners.

Solusi tata kelola bisnis

Kebanyakan perusahaan besar masih menggunakan perangkat Manajemen Risiko Perusahaan (ERM) lama untuk mengelola penilaian risiko dan proses manajemen. Namun, produk ini cenderung sulit diadopsi untuk perusahaan SaaS dan fintech skala menengah. Selain itu juga kebanyakan produk tidak memiliki integrasi yang relevan.

Platform Scrut diklaim mampu meringankan beban perusahaan dalam menjaga keamanan dan kepatuhan hingga 70%. Selain itu juga memantau keamanan informasi perusahaan berbasis cloud berskala kecil, menengah, dan besar untuk memenuhi berbagai standar keamanan informasi.

Scrut membidik perusahaan berskala kecil hingga skala besar di dunia. Scrut juga membantu customer membangun sistem keamanan informasi yang kuat berdasarkan profil risiko mereka sehingga dapat memenuhi lebih dari 20 standar utama, termasuk ISO 27001, SOC 2, GDPR, NIST, CCPA, HIPAA, PCI DSS.

Di Indonesia, sektor fintech diperkirakan memiliki masa depan cerah dengan pertumbuhan CAGR sebesar 15 persen (2022-2027). Nilai transaksi fintech di global diestimasi mencapai $28 triliun pada 2027. Ada lima segmen fintech utama dalam transformasi sektor keuangan di Indonesia, yakni Neobanking, Alternative Financing, Digital Assets, Digital Investment, dan Digital Payments.

Dari sisi healthtech, total ukuran pasar Indonesia di 2018 adalah sebesar $80 miliar. Angka ini diperkirakan terus meningkat hingga 16 persen dalam lima tahun. Dilansir dari Health Investor Asia,  pengeluaran untuk layanan kesehatan publik akan berlipat ganda menjadi $740 miliar pada 2017-2025.

Di Indonesia, belum banyak perusahaan rintisan yang juga menawarkan solusi terkait tata kelola bisnis, seperti RunSystem dan Esensi Solusi Buana. Kedua pemain ini fokus menawarkan solusi ERP.

Sejak Pivot Tahun Lalu, LinkAja Klaim Raihan Kinerja Positif

LinkAja mengungkapkan kinerja yang positif semenjak pivot bisnis tak lagi fokus ke konsumer langsung (direct consumer) pada tahun lalu. Kini LinkAja bermain di B2B2C yang mengandalkan ekosistem BUMN.

Dalam keterangan resmi, Direktur Keuangan & Strategi LinkAja Reza Ari Wibowo menyampaikan, perubahan model bisnis ini sejalan dengan kondisi di industri teknologi global yang sedang mengalami paradigm shifting. Sebelumnya selalu mengejar growth at-all-cost sekarang menjadi path to profitability dan sustainability.

“Di LinkAja, kami sudah melakukan shifting menuju profitability dan sustainability secara bertahap semenjak 2021 dengan membaca arah pergerakan industri. Salah satunya yakni dengan memperkuat model bisnis B2B2C kami yang berfokus pada ekosistem BUMN, yang terbukti sangat efektif dan efisien,” ujarnya.

Pada segmen B2C, LinkAja mengutamakan low-cost user acquisition & retention yang berfokus pada ekosistem BUMN. Hal ini diklaim efektif dan efisien bagi perusahaan. Pada tahun lalu, perusahaan mengimplementasikan solusi keuangan digital dengan Telkomsel, Pertamina, dan Himbara (Himpunan Bank Negara).

Di ekosistem Telkomsel, perusahaan mendigitalkan supply chain tradisional Telkomsel di lebih dari 300 ribu peritel dengan kenaikan pendapatan hampir 90%. Ke depannya, inisiatif tersebut akan dilanjutkan ke tingkat distributor.

Selanjutnya untuk ekosistem Pertamina, LinkAja memperkuat positioning aplikasi MyPertamina, yang berdampak pada pertumbuhan pendapatan eksponensial sebesar 1.600%. Terakhir, use case terkait Himbara memperlihatkan pertumbuhan pendapatan yang sangat signifikan sebesar 80%.

Adapun untuk segmen B2B perusahaan memfokuskan pada end-to-end value chain dari sisi tradisional dan digital, dengan masuk pembayaran, digital goods, dan bisnis lending.

Pada 2021, LinkAja mengakuisisi iGrow yang kini ditransformasi menjadi LinkAja Modalin. Ada tiga model pembiayaan yang disediakan, Invoice Financing, Retailer Financing, dan Agri Ecosystem Financing. Penggunanya adalah Telkomsel, SIG (Semen Indonesia), dan e-Fishery. Melalui lini bisnis ini, perusahaan akan meningkatkan kapabiltasnya untuk mendukung ekosistem BUMN secara closed-loop.

Kalah saing

LinkAja sedari awal tidak dibekali dengan dana jumbo seperti pemain sejenisnya di sektor pembayaran. Sementara bukan jadi rahasia di dunia bisnis digital, strategi bakar duit adalah jalan cepat untuk menjadi pemain yang dominan —apabila bermain di segmen ritel (konsumer) dan fokus mengejar pertumbuhan. Hal ini secara langsung berdampak pada biaya pemasaran membengkak dan menghambat profitablitas perusahaan.

Menurut riset yang dilakukan Populix pada pertengahan tahun lalu berjudul “Consumer Preference Towards Banking and E-Wallet Apps”, memperlihatkan 10 aplikasi e-wallet yang paling banyak digunakan masyarakat. LinkAja menempati urutan ke-5 (30%). Secara berurutan, GoPay berada di urutan pertama (88%); DANA (83%), OVO (79%), ShopeePay (76%).

Mengutip dari Investor.id, LinkAja disebut-sebut akan beralih ke bisnis lending dan menyasar ke ekosistem Pertamina dan Telkom. Untuk mendukung itu, bakal ada suntikan dana secara bertahap dari Telkom dan perusahaan pelat merah lainnya.

Menurut Wakil Menteri BUMN II Kartika Wirjoatmodjo, pihaknya sedang mendorong beberapa investor untuk sudah memberikan komitmennya. Sekitar Maret atau April dana akan diberikan dari Telkom dan Himbara. “Maka dari itu kita dorong untuk lending, tapi di ekosistem retailer sama distributor Telkom sama Pertamina,” kata Kartika.

Kinerja keuangan

LinkAja memaparkan kinerja pada tahun lalu sebagai berikut:

  • Pendapatan operasional (revenue growth) tumbuh hampir 30% (dalam YOY)
  • Beban operasional (operational expense) turun lebih dari 50%
  • Biaya pemasaran (marketing expense) turun lebih dari 90%
  • Biaya operational and maintenance (O&M exspense) turun lebih dari 30%
  • Rasio pendapatan terhadap biaya promosi ditekan menjadi 0.1x dari 1.3x
  • Average Revenue per User (ARPU) naik 215%
  • Basket size ARPU naik 55%
  • Retention rate naik lebih dari 70%
  • EBITDA loss ditekan lebih dari 60%

Menurut Reza , dengan EBITDA loss yang mampu ditekan ini memperlihatkan bahwa perusahaan semakin on-track untuk merealisasikan komitmen mencapai EBITDA positif dalam waktu dekat.

Sebagai catatan, EBITDA berguna dalam menghitung arus kas bisnis. Jika EBITDA perusahaan negatif, ia memiliki arus kas yang buruk. Tetapi EBITDA positif tidak secara otomatis berarti bisnis memiliki profitabilitas yang tinggi.

Untuk target tahun ini, perusahaan akan melanjutkan sinergi dengan ekosistem BUMN yang lebih komprehensif dan berkesinambungan. Ditargetkan dapat mencetak pertumbuhan pendapatan lebih dari 80% dengan penurunan beban operasional sebesar 35%, dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Beberapa inisiatif strategis yang akan dilakukan adalah B2B2C approach —yang mana LinkAja akan menggandeng beberapa perusahaan di bawah kementerian BUMN untuk menjadi penyedia layanan disbursement insentif. Dengan demikian, LinkAja mampu mendapatkan user base besar yang bersifat captive tanpa biaya akuisisi dan retensi.

Reza melanjutkan, konsekuensi yang diambil saat memutuskan untuk fokus pada profitabilitas terkadang harus berani menutup layanan atau use case yang memiliki komponen biaya lebih tinggi dibandingkan pendapatan, dengan tetap menjaga kualitas layanan ke pengguna.

Diklaim keputusan tersebut mampu membuat LinkAja menjadi antitesis di industri digital, ditandai dengan kenaikan pendapatan yang signifikan dan penurunan biaya yang drastis, di tengah situasi industri teknologi yang menantang.

“Ke depannya kami berharap menjadi role model di industri teknologi di Indonesia melalui model bisnis yang lebih profitable dan sustainable, dengan tetap memberikan layanan transaksi digital terintegrasi yang aman dan nyaman [..],” tutup dia.

Dalam menjaga kinerja, perusahaan juga melakukan langkah efisiensi dengan merumahkan “PHK” sekitar 200 karyawannya pada Mei 2022. Pasca pengumuman tersebut, perusahaan mengaku beban operasional perusahaan turun lebih dari 50%.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Klaim Profitable, Mangkokku Rencanakan Galang Dana Seri B

Setelah menjalankan bisnis selama lebih dari tiga tahun, startup F&B Mangkokku mengklaim telah mencapai titik profitabilitas. Pandemi yang sempat mengganggu jalannya bisnis, membuat tim bergerak cepat melakukan adaptasi, berdampak pada akselerasi bisnis perusahaan sampai saat ini.

Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Mangkokku Randy Kartadinata mengungkapkan, tahun ini selain memperluas area layanan di pulau Jawa mereka juga ingin melihat potensi di daerah lainnya. Menurutnya perusahaan telah memiliki framework yang akurat ketika memutuskan untuk menambah toko offline atau layanan di lokasi baru.

“Saat ini kita telah memiliki 64 outlet di 19 kota. Di kuartal 4 tahun lalu Mangkokku juga telah hadir di pulau Sumatera, tepatnya di wilayah Lampung, Medan, dan Palembang,” kata Randy.

Diklaim olehnya, usai menerima pendanaan seri A tahun 2022 lalu, secara pipeline perusahaan sudah berada pada jalur yang tepat. Pengembangan produk, menjadi fokus perusahaan saat ini dan ke depannya. Mangkokku juga telah memiliki dua brand baru yang dikembangkan sendiri, yaitu Numinum dan Puedes.

Fokus kepada core-business

Puedes salah satu extra brand / Mangkokku

Meskipun saat ini industri F&B di Indonesia sudah sangat tersaturasi, karena kemudahan bagi semua kalangan untuk memiliki bisnis kuliner, ternyata kondisi ini tidak menjadi kendala bagi Mangkokku untuk mengembangkan bisnis mereka. Dilihat dari masih besarnya potensi industri F&B untuk terus berkembang di Indonesia.

“Di Indonesia paling gampang bikin restoran atau bisnis makanan, berbeda dengan negara lain. Mungkin hal tersebut yang membuat kondisinya saturated banyak pemain baru dengan motif yang tidak jelas membangun bisnis kuliner tapi ujung-ujungnya banyak di antara mereka yang tidak bertahan,” kata Randy.

Saat pandemi perusahaan juga mencatatkan pertumbuhan positif untuk pesanan online. Memanfaatkan marketplace dan food aggregator untuk pemesanan dan pengiriman makanan kepada pembeli, perusahaan belum memiliki rencana untuk merilis aplikasi sendiri.

Sebagai platform F&B, selama ini Mangkokku cukup konsisten dengan menu khas nusantara. Memanfaatkan central kitchen yang digunakan perusahaan untuk mengelola permintaan online dan offline, perusahaan saat ini sudah memiliki dua central kitchen yang terletak di Jakarta dan Surabaya.

Untuk memberikan menu yang relevan dan bervariasi, perusahaan juga telah memiliki 100 bank menu yang mereka kelola memanfaatkan R&D. Dengan demikian dalam waktu satu tahun ke depan sudah bisa diprediksi menu apa yang akan mereka luncurkan.

Agar bisnis bisa terus bertahan dan tentunya tetap relevan, diperlukan inovasi dan langkah strategis yang kemudian wajib untuk dilakukan oleh bisnis. Salah satu cara yang kemudian diterapkan oleh Mangkokku adalah menciptakan resep yang unik namun menyesuaikan selera saat ini. Kehadiran selebriti atau tokoh yang sudah dikenal oleh kalangan masyarakat untuk mempromosikan brand juga memiliki peranan penting saat awal membangun bisnis.

Namun pada akhirnya produk yang memiliki cita rasa yang lezat dan terbaik, menjadi pilihan bagi pelanggan. Mangkokku sendiri saat ini didukung oleh chef selebriti seperti Arnold Poernomo serta dua putra presiden Joko Widodo yaitu Gibran Rakabuming dan Kaesang Pangarep.

Disinggung apakah perusahaan memiliki rencana untuk melancarkan brand aggregator, menurut Randy untuk saat ini Mangkokku masih fokus mengembangkan produk milik sendiri. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan, brand aggregator akan juga mereka terapkan dalam perusahaan.

“Kita memiliki opsi untuk itu, namun saat ini belum menjadi fokus. Kita lebih memiliki kredibilitas untuk meluncurkan extra brand milik sendiri untuk saat ini,” kata Randy.

Rencana penggalangan dana seri B

Sebagai platform yang didukung oleh perusahaan modal ventura, Mangkokku masih memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tahapan lanjutan seri B. Masih dalam penjajakan dengan investor strategis, jika dana segar tersebut bisa mereka peroleh tahun ini, rencananya akan digunakan perusahaan untuk melakukan ekspansi di kota lainnya di Indonesia. Mangkokku berharap bisa mengantongi sekitar $10-20 juta dari investor.

“Kita melihat VC sebagai mitra strategis bukan hanya memberikan modal saja tapi juga networking,” kata Randy.

Sebelumnya Mangkokku telah mendapatkan pendanaan seri A sebesar $7 juta atau sekitar 101 miliar Rupiah yang dipimpin oleh Alpha JWC Ventures dan EMTEK, serta partisipasi dari Cakra Ventures. Melalui pendanaan ini, Mangkokku akan menambah jumlah outlet fisik dan membangun ekosistem brand kuliner untuk menjadi grup perusahaan F&B terbesar di Indonesia.

Sebagai informasi, sebelumnya Mangkokku telah mengantongi investasi tahap awal dari Alpha JWC Ventures sebesar $2 juta atau sekitar 29 miliar Rupiah di 2020.

Selain penggalangan dana dan ekspansi, tahun ini perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan evaluasi kepada produk mereka. Telah memiliki sekitar 18 menu, tahun ini perusahaan berencana untuk merampingkan beberapa menu, sambil mendorong pemasaran menu favorit mereka. Mangkokku juga memiliki rencana untuk mengembangkan dua brand F&B mereka yaitu Numinum dan Puedes lebih besar lagi.

Sinar Mas Land dan Mitsubishi Luncurkan Layanan Alice Style untuk Penyewaan Barang

Kendaraan investasi milik Sinar Mas Land, Living Lab Ventures (LLV) melalui Living Lab X resmi menghadirkan layanan jasa penyewaan barang “Alice Style” melalui aplikasi OneSmile. Inisiatif ini adalah hasil kolaborasi dengan Peace Tech Lab, penyedia jasa sewa menyewa barang dari Jepang yang diinisiasi oleh Mitsubishi Corporation.

Ini merupakan kelanjutan dari kemitraan strategis antara Sinar Mas Land dan Mitsubishi Corporation dalam mentransformasikan BSD City sebagai smart integrated digital city.

Kentaro Katayama dari Mitsubishi Corporation juga menyampaikan bahwa kolaborasi kedua perusahaan tidak terbatas di ranah properti tetapi juga layanan kehidupan seperti ini. “Alice Style adalah inovasi baru yang dihadirkan sebagai solusi untuk mewujudkan konsep gaya hidup yang ramah lingkungan (eco-living),” ungkapnya.

Duet antara Sinar Mas Land dan Mitsubishi Corporation sendiri telah berjalan cukup lama. Sebelumnya, kedua perusahaan juga membangun kawasan properti mixed-use premium dan sudah mulai mengoperasikan autonomous electric vehicles (AV) pertama di Indonesia dalam kawasan BSD City.

Alice Style menawarkan pengalaman berbelanja yang berbeda dengan konsep equality dan sustainability melalui model bisnis penyewaan barang-barang berkualitas dan harga yang terjangkau. Konsep ini juga diharapkan bisa menjangkau semua lapisan masyarakat dan mengurangi jumlah sampah hasil penggunaan alat rumah tangga hingga barang elektronik.

Untuk dapat menggunakan layanan ini, pengguna dapat bertransaksi melalui platform OneSmile yang dikembangkan khusus warga BSD City. Beberapa kategori peralatan yang disewakan di Alice Style antara lain beauty, home appliances, electronics, hobbies, dan lain-lain. Harga sewa yang dipatok berkisar Rp5 ribu hingga Rp150 ribu dengan syarat dan ketentuan berlaku.

CEO Peace Tech Lab, Inc., Rieko Muramoto juga mengungkapkan kekagumannya pada visi Sinar Mas Land melalui LLV bersama dengan Mitsubishi Corporation dalam memberikan solusi berkelanjutan bagi kehidupan sehari-hari. “Dalam penerapannya, Peace Tech Lab, Inc. terus berkomitmen untuk bekerja menuju masyarakat dimana pengalaman dapat diberikan secara lebih merata melalui layanan yang ramah terhadap dompet dan bumi.

Terkait kerja sama ini, Partner Living Lab Ventures Bayu Seto mengungkapkan bahwa LLV kini fokus untuk menginkubasi new ventures. “Di sini, Peace Tech Lab, Inc dan mitra LLV lainnya dapat langsung membuat proyek inovasi dengan mengimplementasikannya di beberapa ekosistem offline yang bekerja sama dengan kami” tambahnya.

Inovasi Living Lab Ventures

Dukungan Living Lab Ventures terhadap inovasi teknologi melalui percepatan dan pendanaan startup potensial di Indonesia semakin solid usai Sinar Mas Land meluncurkan Urban Getaway Fund. Pada Agustus 2022 lalu, LLV juga menyalurkan pendanaan pra awal sebesar Rp57 miliar kepada startup proptech IDEAL.

Selain investasi langsung, LLV juga mendukung proyek pengembangan lain melalui divisi Living Lab X, sebuah laboratorium untuk menginkubasi dan mengembangkan perusahaan rintisan serta mengintegrasikan teknologi mereka ke dalam kehidupan masyarakat.

Beberapa program yang sudah berjalan, termasuk berkolaborasi dengan startup proptech Pashouses untuk membangun Rumalaku.id. Melalui proyek ini, keduanya ingin memfasilitasi penjualan rumah tapak secondary di area BSD City dan sekitarnya. Lalu, mengembangkan KlikGazz, marketplace untuk Kebutuhan Gas Elpiji dan Galon.

Melalui Living Lab Ventures, Sinar Mas Land berupaya mengembangkan ekosistem digital, terutama untuk menambah aspek digital pada pengembangan township secara keseluruhan. Salah satu tesisnya adalah mencari startup yang dapat memberikan dampak terhadap masalah yang dimiliki penghuni kota dan solusi berbasis city centric-driven.

Application Information Will Show Up Here

Bank Fama Ubah Nama Jadi Superbank, Sasar Segmen UMKM dan Ritel

PT Bank Fama International (Bank Fama) hari ini (20/2) mengumumkan perubahan nama menjadi PT Super Bank Indonesia (Superbank). Perubahan nama ini diharapkan dapat mempertegas komitmen perusahaan untuk memperluas akses layanan finansial ke lebih banyak orang dengan layanan berbasis digital didukung oleh ekosistem dari Grup EMTEK, Grab, dan Singtel.

Dalam kesempatan yang sama, perusahaan juga meresmikan bankir senior Tigor M. Siahaan sebagai Direktur Utama. Sebelumnya, ia pernah berkarier di Citi Indonesia selama 20 tahun, jabatan terakhirnya adalah Chief Country Officer Citi Indonesia. Di luar karier profesionalnya, Tigor juga memegang beberapa jabatan penting, salah satunya yang terkini Ketua Bidang Kebijakan Moneter dan Jasa Keuangan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) (2021-2026); Wakil Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (PERBANAS) sejak 2016, dan lainnya.

“Kami sangat antusias dengan perubahan nama menjadi Superbank yang merupakan tonggak penting perjalanan kami menjadi bank dengan layanan berbasis digital. [..] Momen ini juga memperkuat komitmen kami dalam memperluas akses ke pembiayaan yang mudah dan bertanggung jawab bagi segmen underbanked untuk membantu mewujudkan potensi penuh pertumbuhan dan meningkatkan kesejahteraan mereka,” ucap Tigor.

Menurutnya, dengan mengombinasikan kekuatan ekosistem digital dari para pemegang saham Superbank, mulai dari aset data, teknologi, dan jaringan, merupakan salah satu aset terluas dan paling beragam di industri. “Kami percaya bahwa kami memiliki fondasi yang kokoh untuk menawarkan sesuatu yang berbeda di pasar dan mengembangkan bisnis kami lebih lanjut.”

Masing-masing pemegang saham Superbank turut memberikan pernyataannya.

CEO Grup EMTEK Alvin Sariaatmadja menyampaikan, perkembangan digital di sektor keuangan adalah momen bagi EMTEK untuk dapat berkontribusi dalam meningkatkan kehidupan yang lebih baik lewat teknologi. Ia melihat tambahan bank ke dalam ekosistem grup akan membuat bisnis semakin sustainable.

“Kami pun akan turut mengajak seluruh stakeholder bagian dari ekosistem kami untuk merasakan manfaat dari pelayanan bank ini. Terakhir, yang tidak kalah penting kami sangat antusias dengan Superbank atas keberadaan para partner dan manajamen yang memiliki track record luar biasa di bidangnya,” kata Alvin.

Baik Grab dan Singtel Group akan berkontribusi dalam keahliannya di bidang teknologi, consumer insights, pengalaman, dan jaringan kemitraan, untuk memperkuat Superbank.

Superbank

Tigor menyampaikan, industri perbankan Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Simpanan nasabah di bank umum di Indonesia terus meningkat, mencapai Rp8.203 triliun pada 2022, tumbuh lebih dari 8% dibandingkan 2021. Nilai transaksi perbankan digital pada 2022 meningkat 28,72% year-on-year menjadi Rp52.545,8 triliun dan diproyeksikan akan tumbuh 22,13% hingga mencapai Rp64.175,1 triliun pada 2023.

Indonesia merupakan negara dengan populasi underbanked terbesar di Asia Tenggara, termasuk UMKM dan nasabah ritel dari segmen underbanked dengan beberapa sumber pendapatan, namun tetap membutuhkan pinjaman untuk dapat terus mengembangkan usahanya.

“Segmen UMKM dan nasabah retail inilah yang menjadi target pasar utama kami. Dengan meningkatkan akses finansial ke segmen ini, kami dapat mendukung produktivitas mereka sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” tambah Tigor.

Superbank diharapkan dapat menjangkau jutaan UMKM dan nasabah ritel melalui ekosistem luas yang dimiliki oleh Grup EMTEK, Grab, dan Singtel yang merupakan perusahaan-perusahaan terkemuka di bidangnya, termasuk jutaan penikmat multi-platform media dan jutaan penjual online all-commerce untuk Grup EMTEK; jutaan pengguna platform Grab di Indonesia, termasuk mitra pengemudi, merchant, dan agen Grab; serta jutaan pelanggan seluler dan bisnis di 21 pasar global untuk Singtel yang juga mencakup tetapi tidak terbatas pada Indonesia dan seluruh Asia Tenggara.

Grup EMTEK mengambil alih saham Bank Fama pada 2021, melalui PT Elang Media Visitama dan PT Nusantara Berkat Agung. Kemudian, Grab bergabung melalui A5-DB Holdings Pte. Ltd. Dan Singtel melalui Singtel Alpha Investment Pte. Ltd. Saat ini Superbank masuk dalam kategori BUKU I. Aplikasi Superbank sejauh ini belum tersedia untuk publik.

J&T Express Dikabarkan Segera IPO di Hong Kong Tengah Tahun Ini

Perusahaan logistik J&T Express dikabarkan berencana untuk melantai atau initial public offering (IPO) di Hong Kong pada kuartal kedua tahun ini. Perusahaan berencana mengincar dana segar antara $1 miliar sampai $2 miliar (antara Rp15,1 triliun-Rp30,3 triliun).

Belum ada konfirmasi yang diberikan J&T Express terkait rumor tersebut. Pemberitaan pertama kali berhembus dari sumber Reuters pada pekan lalu (17/2).

Sumber Reuters yang mengetahui kabar tersebut menyebutkan, sebenarnya J&T Express berencana untuk IPO pada tahun lalu, namun ditunda karena kondisi pasar yang tidak menentu.

Bila aksi korporasi ini terlaksana, diprediksi IPO ini akan jadi yang terbesar di Hong Kong pada 2023. Sepanjang 2021-2022, nilai penjualan saham IPO turun 74% menjadi $7,4 miliar di 2022 dari $28,17 miliar di 2021. Faktor pemicunya, menurut Refinitv, dikarenakan perlambatan global di pasar modal sebagai akibat dari kenaikan suku bunga, inflasi tinggi, dan ketegangan geopolitik yang berkelanjutan.

“J&T Express yang diluncurkan untuk melayani pasar e-commerce booming Asia Tenggara ini mengincar valuasi $20 miliar, berhasil dicapai dalam putaran pendanaan privat terakhirnya pada November 2021,” mengutip dari Reuters.

Dengan mengacu dari valuasi tersebut, perusahaan sedang mempertimbangkan untuk menjual 5% hingga 10% dari sahamnya, yang akan membuat IPO bernilai antara $1 miliar-$2 miliar, kata sumber tersebut.

Sebelumnya, perusahaan disebutkan telah menyandang status decacorn pada November 2021 pasca-memperoleh pendanaan sebesar $2,5 miliar. Pendanaan ini melambungkan valuasi perusahaan ke angka $20 miliar. Investor yang berpartisipasi dalam putaran tersebut adalah Boyu Capital, Hillhouse Capital Group, dan Sequoia Capital China dan investor lainnya dari Tiongkok.

Perusahaan sendiri sebenarnya didirikan di Indonesia pada 2015 oleh Robin Lee dan Jet Lee. Kini sudah beroperasi di 13 negara, termasuk Vietnam, Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja, Singapura, Tiongkok, Arab Saudi, UEA, Meksiko, Brasil, dan Mesir. Lima negara terakhir dirambah perusahaan pada tahun lalu.

Menurut situs perusahaan, di Indonesia saja, perusahaan telah memiliki 100 gateway center dengan peralatan profesional, lebih dari 4 ribu titik operasi dan 30 ribu SDM terlatih, dan ribuan armada untuk mendukung layanan messenger antar kota, antar provinsi dan lintas pulau.

Tren IPO di Hong Kong

Menurut Refinitiv, Hong Kong adalah pasar IPO terbesar ketiga di dunia pada tahun lalu. Di kota tersebut telah melantaikan 90 perusahaan, mengumpulkan HK$104,57 miliar. Sebelumnya, saham teknologi dan biotek mendominasi dalam daftar IPO, tapi digeser oleh industri yang lebih tradisional, seperti ritel dan consumer goods, sektor bahan dan jasa baru.

Kota ini juga mendapat dorongan dari profilnya yang berkembang sebagai alternatif “pelabuhan aman” bagi Amerika Serikat yang telah menjadi badai untuk saham dari perusahaan Tiongkok selama dua tahun terakhir. Sebanyak 11 perusahaan Tiongkok yang sudah IPO di Amerika Serikat, melakukan dual listing di Hong Kong. Beberapa namanya adalah Nio Inc, KE Holdings, Tencent Music, dan lainnya.

Mengutip dari Seeking Alpha, berbagai lembaga akuntan global menaruh optimismenya yang tinggi terhadap kondisi pasar saham global yang membaik akan berpengaruh secara positif pada antusiasme IPO di Hong Kong.

Sejumlah insentif dari regulator setempat disiapkan sebagai booster, di antaranya “dual tranche, dual counter” yang memungkinkan perdagangan di sekuritas berdenominasi dolar Yuan dan Hong Kong. Langkah ini diharapkan akan menarik lebih banyak stok mata uang ganda untuk dicantumkan di bursa saham Hong Kong.

Selain itu, berencana untuk memodifikasi aturan listing untuk menurunkan ambang batas (thresholds) untuk lima industri teknologi mutakhir, termasuk IT, perangkat keras, advanced material, energi baru, dan konservasi energi dan perlindungan lingkungan. Aturan baru ini ditargetkan dapat diterapkan pada kuartal tahun ini setelah periode konsultasi berakhir pada Desember 2022.

Application Information Will Show Up Here

Peta Jalan Pengembangan Genomik di Indonesia

Bioteknologi masih menjadi sektor yang belum banyak diminati di Indonesia. Sektor ini rata-rata masih dipegang perusahaan besar dan konglomerasi, atau startup yang berbasis riset. Pengembangannya pun membutuhkan waktu relatif lama karena memerlukan kapital yang tidak sedikit untuk mulai membangun tanpa kepastian pendapatan.

Saat ini, belum banyak juga modal ventura yang masuk ke sektor tersebut, bahkan tergolong underfunded. Berdasarkan data dari laporan “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future” dari East Ventures, Indonesia juga dinilai masih tertinggal dalam hal harapan hidup serta pemanfaatan anggaran kesehatan di Asia Tenggara, maupun rata-rata global.

 

Perbandingan efektivitas anggaran kesehatan dari 14 Negara. Sumber: White Paper Genomik 2023 oleh East Ventures

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pernah mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki dua masalah utama yang terjadi di sektor kesehatan. Pertama adalah meningkatnya biaya kesehatan per kapita. Dan yang kedua adalah sebagian besar sistem kesehatan kita terfokus pada sisi kuratif daripada sisi preventif.

Sementara itu, negara ini juga disebut tengah mengalami peningkatan kasus Resistensi Antimikroba, yang menghambat efektivitas perawatan medis. Hal ini berperan dalam menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat kematian tertinggi yang disebabkan oleh penyakit tidak menular (80%), 7% lebih tinggi dari rata-rata dunia.

Kementerian Kesehatan telah mengakui ini sebagai area krusial yang akan menjadi perhatian. Pada Agustus 2022 lalu, Kemenkes bekerja sama dengan East Ventures, mendukung penguatan inovasi di bidang kesehatan Indonesia dengan meluncurkan Biomedical & Genome Science Initiative (BGSi).

Program ini didesain untuk mengembangkan pengobatan yang lebih akurat bagi masyarakat melalui pemanfaatan teknologi dalam mengumpulkan informasi genetik (genom) dari manusia dan patogen seperti virus dan bakteri atau bisa juga disebut whole genome sequencing (WGS). Sebelumnya, metode WGS sendiri telah digunakan dan berperan penting dalam pencegahan COVID-19 di Indonesia.

Selain dapat menjadi alternatif dalam memberikan perawatan preventif dan solusi pengobatan yang tepat, genomik berpotensi memberikan manfaat ekonomi yang signifikan bagi Indonesia.

Mengembangkan lanskap genomik di Indonesia dapat menghasilkan peningkatan produktivitas bagi pasien yang penyakitnya terdeteksi dini dan yang tidak harus keluar dari tenaga kerja. Selain itu, ini juga dapat membantu menurunkan biaya perawatan kesehatan secara keseluruhan karena deteksi dini dan perawatan yang ditargetkan. Hal ini berpeluang untuk mendorong pertumbuhan nilai ekonomi senilai $110 miliar di Indonesia.

Kolaborasi sektor publik dan swasta

Dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Tiongkok, Korea, Inggris, atau Amerika Serikat, Indonesia masih berada di tahap yang sangat awal, di bawah Malaysia dan Vietnam. Amerika dan Inggris memimpin dalam area penelitian genomik dan studi nasional. Salah satu yang membuat Amerika memimpin jauh di depan karena partisipasi sektor swasta yang lebih luas.

Belum lama ini, Tiongkok dan Korea juga mulai mengembangkan aplikasi klinis genomik terbatas. Partisipasi sektor swasta tetap ada di lapisan bawah. Berbeda dengan Amerika, Korea membatasi area dan ruang lingkup genomik untuk sektor swasta di negaranya.

Dalam rangka mewujudkan pengembangan genomik yang optimal, Kemenkes berkolaborasi dengan East Ventures telah menyiapkan peta jalan pengembangan genomik di Indonesia.

Ada empat pilar kunci untuk mengembangkan bidang genomik secara optimal antara lain infrastruktur, investasi, sumber daya manusia, serta regulasi. Kerangka peraturan menjadi langkah pertama menuju pembentukan
ekosistem genomik dan mengatasi masalah utama pemain swasta.

Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam pembuatan regulasi pengembangan genomik. Pertama, terkait privasi dan penggunaan data secara etis. Kedua, seputar pengelolaan, pembagian, penyimpanan, dan pemrosesan data. Ketiga, penyederhanaan persetujuan etis dan persetujuan lain untuk penggunaan biologis sampel untuk uji klinis

Dari sisi pendanaan, pemerintah juga disebut perlu aktif dalam memberikan solusi pendanaan, contohnya: anggaran pembuatan infrastruktur genomik kritis, subsidi dan insentif pajak kepada sektor swasta, serta alokasi dana ke perguruan tinggi kedokteran untuk pengembangan sumber daya manusia.

Pada saat investasi terkait genomik masih relatif baru, East Ventures telah menunjukkan kepercayaannya di sektor ini sejak 2018 melalui perusahaan portofionya, startup yang berfokus pada genome sequencing seperti Nalagenetics dan Nusantics.

MDI Ventures dan Bio Farma juga telah membentuk dana kelolaan “Bio Health Fund” sebesar $20 juta atau sekitar 292 miliar Rupiah yang akan digunakan keduanya untuk membidik investasi startup early dan growth stage yang berfokus pada bidang biotech dan layanan kesehatan di Indonesia.

Terkait infrastruktur inti, Indonesia saat ini telah mendirikan bio bank dan pusat data bersama dengan infrastruktur pengurutan penting lainnya seperti mesin sekuensing genom, peralatan dan laboratorium. Selanjutnya, pengembangan EHR juga sangat penting untuk memastikan data dan studi genom dapat digunakan untuk pembuatan aplikasi penggunaan akhir dan solusi klinis.

Dalam hal ini, sektor swasta dapat membantu pemerintah dalam pusat data, dan menyiapkan bio bank baru ketika pemain asing dapat menyediakan mesin sequencing dan infrastruktur terkait. Di ranah infrastruktur lainnya, partisipasi pemerintah sangat terbatas, sementara hanya sedikit pemain sektor swasta yang beroperasi di ruang ini.

Beberapa pemain swasta yang sudah masuk ke ranah genomik termasuk NalaGenetics, Nusantics, dan startup biotech Asa Ren yang mengklaim sebagai perusahaan pertama di Indonesia yang fokus mengelola data DNA. Perusahaan juga belum lama ini berhasil mendapatkan pendanaan senilai 123 miliar Rupiah.

Berikut adalah ilustrasi linimasa peta jalan pengembangan genomik di Indonesia:

Sumber: East Ventures’ 2023 white paper “Genomics: Leapfrogging into the Indonesian healthcare future”

GOTO Optimistis Capai EBITDA Positif di Akhir 2023

PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) optimistis dapat mencetak hasil positif untuk EBITDA yang disesuaikan pada kuartal IV 2023 dalam rangka mempercepat target profitabilitas. Target ini diestimasi terealisasi lebih cepat dari proyeksi sebelumnya, yakni 18 bulan atau kuartal II 2025.

Direktur Utama Grup GoTo Andre Soelistyo menyampaikan target ini akan membawa perseroan semakin mendekati arus kas operasional positif. Hal ini merupakan hasil dari rencana strategis GoTo, meliputi optimisasi pendapatan (revenue optimization), pengelolaan beban usaha (cost management), serta pengembangan produk dan layanan berbasis ekosistem terintegrasi (ecosystem product growth).

“Perseroan harus menempuh langkah baru yang memprioritaskan profitabilitas secara berkesinambungan di atas pertumbuhan pesat. Hal ini dicapai dengan terus melakukan inovasi produk yang memastikan terciptanya nilai jangka panjang bagi GoTo dan para pemangku kepentingan,” katanya dalam keterangan pers, kemarin (16/2).

Menurutnya, secara struktur EBITDA yang disesuaikan (adjusted EBITDA) merupakan proxy indikator untuk menunjukkan arus kas yang dapat digunakan untuk mengembangkan bisnis secara mandiri, tanpa pendanaan eksternal.

EBITDA yang disesuaikan merupakan ukuran keuangan non-PSAK yang dimulai dengan rugi sebelum pajak penghasilan dan menyesuaikan untuk beban penyusunan dan amortisasi, penghasilan keuangan, biaya bunga, hingga perhitungan kerugian atas penurunan nilai investasi pada entitas asosiasi.

Andre melanjutkan, sepanjang tahun lalu perseroan telah menerapkan rencana matang untuk mempercepat langkah menuju profitabilitas, berfokus pada optimisasi pendapatan, pengelolaan beban usaha secara disiplin, serta pengembangan berbagai produk dan layanan berbasis ekosistem terintegrasi.

“Perseroan memiliki sumber daya manusia yang tepat, didukung oleh likuiditas yang mencukupi untuk melaksanakan rencana kami, sejalan dengan misi kami untuk membangun ekosistem teknologi paling berdampak di Indonesia, dan mampu memberi nilai positif bagi masyarakat.”

Direktur Keuangan Grup GoTo Jacky Lo menambahkan, margin kontribusi untuk kuartal IV 2022 telah melampaui pedoman kinerja perseroan, sementara nilai transaksi bruto (GTV) dan pendapatan bruto berada dalam pedoman kinerja perseroan.

“Hal ini menunjukkan perseroan dapat terus tumbuh secara sehat sambil terus melaju cepat menuju profitabilitas. Perseroan melakukan kajian secara berkala untuk memastikan implementasi optimal dari strategi bisnsi yang berfokus pada bisnis intinya,” kata Lo.

Ia juga menuturkan bahwa perseroan sedang mempertimbangkan opsi untuk melakukan divestasi aset non-core (non-inti), seiring dengan fokus mencapai target profitabilitas di akhir tahun ini.

Berikut tiga langkah strategis GoTo yang sudah diterapkan sejak 2022:

    • Optimisasi Pendapatan

Mencakup eksplorasi peluang untuk optimalisasi struktur komisi di unit bisnis On-Demand Services dan E-Commerce, termasuk yang telah diumumkan pada bulan Desember 2022 dan Januari 2023 lalu. Strategi ini juga meliputi pengembangan bisnis dengan margin pendapatan lebih tinggi, seperti iklan, layanan transportasi premium, serta produk pinjaman yang terus dikembangkan.

    • Pengelolaan Beban Usaha

Mencakup analisis menyeluruh yang dilakukan secara rutin terhadap tiap komponen beban usaha, untuk memastikan setiap biaya yang dikeluarkan memberikan imbal hasil yang optimal yang mendukung pencapaian target profitabilitas perseroan. Hal ini meliputi optimisasi biaya insentif dan marketing yang lebih tepat sasaran, unifikasi poin penghargaan, serta inisiatif rasionalisasi biaya lain, termasuk pengembangan infrastruktur engineering bersama, piranti dan aplikasi middle layer, optimisasi beban operasional, serta peningkatan efisiensi dan efektivitas organisasi

    • Pengembangan Produk berbasis Ekosistem Terintegrasi

Keunggulan kompetitif GoTo berada pada ekosistem produk yang meliputi layanan On-Demand Services, E-Commerce, dan Financial Technology. Perseroan akan terus mengembangkan produk-produk yang memanfaatkan keunggulan tersebut, sehingga mampu memberikan lebih banyak solusi bagi pelanggan dan mendukung pertumbuhan berkualitas secara jangka panjang.

Saat ini perseroan belum memaparkan kinerja keuangannya secara penuh untuk periode kuartal IV dan full year. Rencananya akan disampaikan pada Maret mendatang.

Kinerja keuangan

  1. Di kuartal IV 2022, nilai GTV Grup GoTo tumbuh 18% (YoY) mencapai Rp162 triliun. Di Sepanjang 2022, GTV tahunan naik 33% mencapai Rp613 triliun.
  2. Pendapatan bruto di kuartal IV 2022 dan kinerja full year hanya disampaikan berada pada batas atas pedoman kinerja.
  3. Margin kontribusi di kuartal IV 2022 dan kinerja full year, hanya disampaikan berada pada batas atas pedoman kinerja.

Penguatan Strategi Omnichannel, Sociolla Kini Miliki 50 Toko di 30 Kota

Startup retailer kecantikan Sociolla meresmikan toko omnichannel yang ke-50 di Bengkulu. Pencapaian ini diraih dalam waktu tiga tahun sejak toko pertama diresmikan pada 2020, demi mewujudkan ambisinya sebagai pemain omnichannel kecantikan terdepan di Indonesia.

50 toko tersebar di 30 kota yang berada di provinsi Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa. Di Sumatera saja, Sociolla telah meresmikan tokonya di tujuh dari 10 kota terbesarnya.

Dalam keterangan resmi, Co-founder & CMO Sociolla Chrisanti Indiana menyampaikan perusahaan mendapat banyak tanggapan yang positif dari pengguna dan pelanggan di setiap toko omnichannel yang dibuka. Tanggapan ini mendorong perusahaan untuk memberikan pengalaman terbaik sesuai dengan misinya ‘liberating self-care for everyone’, menjangkau semakin banyak beauty enthusiast di seluruh Indonesia.

“Sekarang kami telah membuat kehadiran Sociolla jauh lebih luas melalui 50 toko di 30 kota, kami siap meningkatkan layanan  untuk memastikan penggemar kecantikan di seluruh Indonesia dapat memiliki pengalaman belanja kecantikan terbaik, baik secara online, offline, ataupun keduanya,” kata Chrisanti.

Dia melanjutkan, pembukaan toko ke-50 ini merupakan pencapaian besar bagi perjalanan perusahaan. Seiring dengan kondisi yang terus membaik dan aktivitas kembali normal di masa pasca-pandemi, Sociolla akan hadir secara bertahap ke kota lapis dua dan tiga, seperti Karawang, Sidoarjo, dan Purwokerto. “Ke depan, kami berencana untuk terus memperluas cakupan kehadiran toko fisik Sociolla di banyak kota.”

Di dalam toko omnichannel, perusahaan menyediakan sejumlah fitur khusus, seperti Makeup Wall, fitur toko tempat pelanggan dapat menemukan semua jenis produk makeup untuk riasan wajah mereka; Makeup Bar, fitur toko tempat pelanggan dapat mencoba tester produk makeup; dan Wall of Mask, fitur toko tempat mereka dapat menemukan berbagai macam masker wajah untuk dipilih.

Di samping itu, tersedia fitur lainnya bagi pelanggan agar mereka dapat berbelanja sesuai dengan keinginan, seperti Click & Collect, pelanggan dapat memilih barang secara online melalui situs web Sociolla atau aplikasi SOCO dan mengambilnya di toko Sociolla pilihan mereka dan Shop & Deliver, pelanggan dapat berbelanja di toko Sociolla pilihan mereka dan barang-barangnya akan diantarkan ke alamat pilihan mereka.

Pelanggan juga dapat memanfaatkan opsi pengiriman gratis dan mengecek halaman toko pada aplikasi SOCO untuk melihat promo-promo yang bisa mereka temukan saat berbelanja di toko Sociolla pilihan mereka.

Melalui pendekatan unik dengan menggabungkan pengalaman online dan offline yang seamless, Sociolla dapat menghilangkan semua hambatan dan batasan bagi pelanggan untuk berbelanja sesuai keinginan mereka, di mana saja dan kapan saja.

Model omnichannel juga dikembangkan oleh startup lain yang memiliki pangsa pasar utama kalangan perempuan. Termasuk beberapa peritel fesyen, misalnya Hijup, iStyle, dan Pomelo. Terakhir, Female Daily juga masuk ke ranah ini menjajakan produk perempuan yang mereka kurasi.

Tren omnichannel

Perusahaan mengamati terjadinya peningkatan pengunjung toko yang signifikan dari tahun ke tahun, yang mana sebagian besar didorong oleh perilaku masyarakat yang secara bertahap kembali beraktivitas normal saat memasuki era pasca-pandemi. Berdasarkan laporan dari NielsenIQ, 6 dari 10 konsumen memiliki keinginan untuk mengunjungi toko fisik hanya untuk menelusuri pilihan produk kecantikan.

Sociolla juga melihat beberapa tren belanja yang menghadirkan kemudahan bagi pelanggan sejak era pandemi diprediksi akan tetap ada. Selain itu, strategi omnichannel menjadi lebih relevan dengan perilaku pelanggan saat ini. Bertahannya preferensi digital dan omnichannel di antara konsumen Indonesia adalah salah satu dari lima tema konsumen baru yang diperkirakan akan terus berlanjut pasca-COVID 19.

Selama bertahun-tahun, akses yang dapat diandalkan untuk mendapatkan produk otentik dan berkualitas hanya terbatas di kota-kota besar seperti Jakarta. Melalui peluncuran Sociolla.com pada 2015, Sociolla ingin menghilangkan batasan tersebut. Data Sociolla menunjukkan bahwa konsumen masih sangat bergantung pada belanja online dengan peningkatan pengguna Aplikasi SOCO meningkat hingga tiga kali lipat pada 2023 sejak pandemi.

Namun, di satu sisi Sociolla memahami pentingnya kehadiran toko fisik dalam hal produk kecantikan, pelanggan membutuhkan wujud fisik untuk melihat dan menemukan produk sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini juga yang menjadi salah satu alasan perusahaan membawa konsep toko omnichannel di 2019.

Application Information Will Show Up Here