Menyimak Adopsi “Enterprise Communication Platform” di Startup

Salah satu penunjang produktivitas bekerja di kantor adalah enterprise communication platform. Di Indonesia, platform seperti Slack, Google Meet, Workplace from Facebook, dan Microsoft Teams sudah familiar digunakan penggiat startup. Meskipun demikian, WhatsApp, yang tidak secara khusus ditujukan ke komunikasi korporat, juga sangat populer penggunaannya.

DailySocial mencoba merangkum enterprise communication platform apa yang paling familiar di kalangan startup dan apakah startup memiliki budget khusus untuk menikmati fitur premium. Di sisi lain, potensi ini mengundang pemain lokal untuk menunjukkan produknya dan bisa bersaing.

Platform esensial

Saat Covid-19 mulai merebak dan aturan bekerja di rumah mulai banyak diterapkan, penggunaan communication platform melonjak. Zoom adalah platform yang bisa dibilang paling populer, baik secara global maupun di Indonesia. Tercatat pengguna aktif bulanan Zoom mencapai 12,9 juta di bulan Febuari 2020. Hal tersebut menandakan esensialnya fungsi communication platform membantu kegiatan produktivitas.

“Penggunaan alat komunikasi jelas ditentukan oleh kebutuhan perusahaan itu sendiri dan kebiasaan atau saluran komunikasi utama digunakan oleh masing-masing negara,” kata Head of Operation of AnyMind Group Indonesia Yuwanda Fauzi.

Platform komunikasi ini membantu pegawai mengurai tugas dan mendiskusikan kendala dan beban kerja. Di sisi lain, para supervisor dan manager juga melakukan monitoring terhadap kinerja pegawai memanfaatkan platform ini.

“Di DANA, ide untuk berinovasi, problem solving, serta value creations harus bisa dikomunikasikan dan tersinergi dengan baik dalam skala operasional harian bagi para karyawan. Langkah ini perlu dilakukan untuk memastikan semua komunikasi anggota tim bisa berjalan dengan baik, mengingat banyak fungsi setiap departmen atau divisi serta individu yang berbeda di sebuah perusahaan. Pesan dan komunikasi menjadi kunci untuk memastikan tim dan individu yang berbeda bisa bekerja bersama dalam jalur yang terarah. Tujuannya adalah DANA bisa mencapai tujuan dan visinya bersama dengan cara yang paling efektif dan efisien,” kata CTO DANA Norman Sasono.

Mencapai tujuan yang selaras dan memastikan kolaborasi berjalan baik menjadi fokus utama startup untuk memanfaatkan beragam communication platform yang ada. Pemanfaatan aplikasi juga krusial saat memungkinkan pegawai melakukan hal-hal lain secara online, seperti rapat, memberikan presentasi, dan membuat survei.

“Tentunya memilih aplikasi yang dapat memfasilitasi kegiatan pegawai dengan aman juga tidak kalah pentingnya demi menjaga privasi seluruh pegawai serta keamanan informasi-informasi perusahaan yang bersifat rahasia,” kata Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono.

Sebagai perusahaan pembayaran digital dan layanan finansial, OVO dituntut senantiasa berkembang dan beradaptasi agar layanan OVO dapat terus diterima dan mampu menunjang kehidupan sehari-hari para penggunanya. Agar tetap tangkas, perlu adanya komunikasi, koordinasi, dan relasi yang baik antar pegawai agar dapat bekerja sama dan berdiskusi dengan maksimal.

“Platform tersebut mudah untuk digunakan, cepat, dan praktis dalam menunjang aktivitas sehari-hari seperti berdiskusi dan berkoordinasi. Terlebih pada lingkungan startup di mana kecepatan dan kepraktisan merupakan hal yang substansial dalam bekerja,” kata Head of PR OVO Sinta Setyaningsih.

Slack dan WhatsApp paling populer

Berdasarkan survei yang dilakukan DailySocial ke 16 startup, kebanyakan  memilih platform asing untuk menunjang aktivitas sehari-hari. Meskipun pilihannya cukup bervariasi, dua platform tampil lebih dominan di antara platform lainnya.

Platform pertama adalah Slack yang didirikan oleh Stewart Butterfield dan yang kedua adalah WhatsApp yang didirikan Brian Acton dan Jan Koum. WhatsApp kini berada di bawah naungan Facebook.

Secara global, Slack hingga bulan Maret 2020 memiliki lebih dari 12 juta pengguna aktif harian. WhatsApp, di sisi lain, dengan adopsi yang lebih luas, per bulan Febuari 2020 mengklaim telah memiliki dua miliar pengguna di seluruh dunia.

Hasil survei DailySocial
Hasil survei DailySocial tentang penggunaan enterprise communication platform di startup

Yang menarik, WhatsApp dan Slack, oleh penggunanya, dipersepsikan dengan peruntukkan yang berbeda.

“WhatsApp sebagai communication tools fokus kepada chat experience and its simplicity dan telah memiliki jumlah pengguna yang sangat besar dari berbagai industri. Sedangkan Slack sebagai communication tools fokus kepada productivity yang didukung oleh bot dan integration tools, membuatnya terlihat lebih kompleks dan mendapat dukungan yang besar, khususnya dari industri berbasis teknologi,” kata Chief of Innovation Officer DOKU Rudianto.

Tampilan UI/UX yang menarik dan pengalaman pengguna yang nyaman juga membuat DANA memilih Slack dan WhastApp sebagai platform penunjang aktivitas sehari-hari. Perusahaan pun bersedia mengalokasikan budget untuk memberikan fitur premium bagi pegawai.

“Ada sejumlah faktor yang menyebabkan platform pesan instan menjadi populer, seperti kebiasaan dalam menggunakannya, pengalaman pengguna (UI/UX) yang baik, memiliki banyak fitur yang membuat pengguna produktif dan efisien, dan juga memiliki aspek keamanan,” kata Norman.

Fitur unggulan Slack adalah membuat grup koordinasi secara terbuka (siapapun dapat bergabung untuk berdiskusi) dan tertutup (terbatas untuk beberapa orang saja), melakukan voice call, melakukan absen mulai dan selesai bekerja (clock in dan clock out), membuat dan mengisi form, dan membuat polling di satu platform yang sama. Selain itu, Slack juga dapat memberikan laporan hasil pengukuran efektivitas komunikasi yang dilakukan tim di platform tersebut.

Sedangkan WhatsApp memungkinkan karyawan berkomunikasi lewat chat, saling berkirim dokumen dan foto, serta melakukan group conference (dengan jumlah terbatas) dengan jaminan enkripsi data.

Kebanyakan startup bersedia membayar biaya berlangganan dan mengalokasikan dana khusus untuk mendukung produktivitas pegawai.

“Bekerja di tech company dan startup membutuhkan koordinasi yang cepat, efisien, dan aman dengan sesama karyawan sehingga dibutuhkan communication channel yang dapat memenuhi kebutuhan itu, seperti Slack dan WhatsApp,” kata Intan.

Melihat peluang platform lokal

Bagi platform lokal di sektor komunikasi, tantangan yang dihadapi saat ini adalah bagaimana mereka bisa meyakinkan konsumen dan bisa bersaing dengan platform global. Meskipun sebagian besar startup di Indonesia menggunakan platform asing, jika produk lokal yang disediakan lebih kompetitif dari sisi fungsi dan harga, mereka bersedia untuk mencoba.

Communication tools lokal memiliki potensi untuk bersaing dengan platform asing, karena dari sisi teknologi, membuat communication tools bukanlah sesuatu yang rumit. Tantangan utamanya adalah platform lokal harus dapat menjawab pertanyaan dasar: ‘Mengapa saya harus berpindah dari WhatsApp ke platform lokal?’. Jika ada startup yang mampu menjawab pertanyaan ini, sudah dipastikan mereka akan jadi the next unicorn, Indonesia’s first national communication tools, seperti yang terjadi dengan WeChat, Kakao Talk, dan Line di negara mereka masing-masing,” kata Rudianto.

Mereka yang memiliki proposisi unik untuk menyelesaikan masalah pengguna juga dapat menarik pengguna tertentu. Selain fitur-fitur baru yang menarik, penyedia lokal juga harus benar-benar sangat memahami dengan baik dasar-dasar layanan B2B, seperti UX, SLA untuk kinerja dan ketersediaan (Performance and Availability) dan keandalan dan keamanan (Reliability and Security).

“Setiap penyedia instrumen / platform pesan instan bisa berkompetisi di industri, jika menyediakan solusi atau produk yang lebih baik daripada opsi yang sudah tersedia di pasar,” kata Norman.

Melihat perkembangan dan tren pada hal ini, mulai muncul beberapa platform lokal yang mencoba memberikan layanan enterprise communication ini.

“Semakin tinggi demand untuk communication tools dalam aktivitas kerja, para developer akan semakin kreatif dan inovatif juga dalam membuat produk yang dapat memenuhi kebutuhan pasar yang dinamis. Kami tentunya akan selalu mendukung para developer Indonesia untuk bersaing dengan developer-developer lainnya dari seluruh dunia dalam menciptakan tools dengan kualitas terbaik,” kata Intan.

Kolaborasi dengan YesDok, Aplikasi Dana Kini Dilengkapi Fitur Telemedicine

Dana dan YesDok hari ini (05/6) mengumumkan kolaborasi. Layanan healthtech YesDok kini bisa diakses melalui dompet digital Dana. Fitur tersebut memungkinkan pengguna berkonsultasi langsung dengan dokter melalui sambungan video.

Kolaborasi ini diklaim sebagai bentuk upaya keduanya sebagai penyedia solusi digital untuk memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi masyarakat secara.

“Ini sejalan dengan komitmen Dana untuk terus berkontribusi dalam pembangunan ekosistem digital masa depan melalui teknologi Dana yang terbuka serta memungkinkan sinergi dengan banyak platform, termasuk e-health,” terang CIO Dana Darrick Rochili.

Layanan YesDok yang disematkan di dalam aplikasi Dana pada dasarnya adalah layanan telemedicine. Pengguna bisa menggunakan fitur tersebut untuk berkonsultasi dengan dokter melalui percakapan video.

YesDok sendiri menyampaikan bahwa pihaknya menjamin dokter yang ada di sistem mereka menggunakan evidence based medicine, sehingga dokter tidak serta-mereka melakukan diagnosis apabila data yang didapat dirasa kurang. Dokter akan menyarankan pemeriksaan lebih lanjut jika di dalam konsultasi data yang didapat belum cukup untuk mengambil kesimpulan.

“Jadi dokter yang ada di YesDok itu semuanya masih dokter umum, secara teknologi kita bergantung pada network operator. Misal ada koneksi putus, itu bisa juga terjadi, tapi kita memberikan refund dengan cepat dan kita coba reconnect kembali untuk kepuasan pelanggan yang nomor satu. Kalau dokternya semuanya pastinya kita training, terutama di ilmu komunikasi. Karena tidak ada sentuhan komunikasi menjadi sangat penting,” jelas CEO YesDok Irwan Hartanto.

Selain itu, pihak YesDok juga menyampaikan bahwa seluruh komunikasi dengan dokter akan direkam dan disimpan dengan aman,. Mereka juga menjamin urusan privasi dan keamanan data pengguna.

Konsultasi dengan dokter melalui teknologi digital atau telemedicine ini bisa jadi merupakan salah satu “new normal” di kemudian hari. Mengingat di masa pandemi semua tampak dipaksa serba digital untuk menghindari kerumunan.

“Dengan kolaborasi dengan DANA ini kita berharap bisa mencapai jumlah konsultasi setinggi-tingginya. Untuk saat ini kapasitas kita bisa 5 ribu hingga 6 ribu video call per hari. Nah, di Indonesia sendiri bisa seharusnya bisa ratusan ribu per hari, jadi pasarnya masih besar. Dengan Dana kita berharap bisa membawa traksinya setinggi-tingginya,” imbuh Irwan.

Model kolaborasi serupa sebenarnya juga sudah dijalin beberapa pihak. Misalnya antara Gojek dengan Halodoc, menghadirkan aplikasi telemedicine di aplikasi Gojek yang dimudahkan pembayarannya dengan GoPay. Pun demikian kolaborasi antara Grab dengan Good Doctor, lakukan hal serupa yang dipadukan dengan pembayaran via Ovo.

“[Untuk sinergi atau kolaborasi] Kami melihat dari keperluan pengguna kita dan apakah selaras dengan visinya DANA untuk membantu orang masuk ke dalam dunia digital. Contohnya dengan YesDok, oni berawal dari niat kita untuk membantu masyarakat di tengah pandemi ini untuk membuat pengguna nyaman berkonsultasi dengan dokter,” terang Darrick.

Application Information Will Show Up Here

Dana Introduces Home Shopping Feature, Adjusting to the Pandemic Situation

Dana digital payment platform has introduced a home shopping service that allows users to shop for goods, food and beverages from merchants through the application. Furthermore, the order will be delivered directly to the designated address. This service is one of the initiatives in response to physical distancing and PSBB policies that directly impact sellers or merchants.

“One of the most impacted by the pandemic is the food and beverage industry which experienced a very significant decrease in income in almost all locations in Indonesia. Affected parties are include the public as consumers, as well as business people ranging from micro-scale to large scale retail entrepreneurs,” Dana‘s Co-Founder & CEO, Vincent Iswara said.

This feature is designed to connect sellers or merchants with users through WhatsApp instant messaging services. Furthermore, consumers can directly order goods or food from merchants and continue payment transactions using the QRIS Fund.

Some available merchants in the system include Martha Tilaar Shop, Senopati Pharmacy, Bengawan Solo Coffee, Burgreens, Le Viet, Dailybox, Genki Sushi, Momoiro, Bariuma Ramen, Steak 21, Roti O, and several others. DANA also promises to continue improving the list of merchant partners available on this feature.

DANA Home Shopping
Dna Home Shopping

Adjusting to the pandemic situation

What Dana did was a form of business adjustment amid the pandemic. The home shopping feature will not only have an impact on users and merchants, but also the overall Dana service ecosystem.

In Singapore, Google Pay does the same thing. The “Menu Discovery” feature, which is present exclusively in Singapore’s Google Pay, offering a list of merchants selling food stalls available for orders to users.

The strategy of digital payment developers is said to be a realistic strategy. As one of the large-scale e-money users in Indonesia, DANA has not been integrated with the delivery service, while the other two players, Ovo and Gopay have been integrated with GrabFood and GoFood.

Ovo and Cashbac have launched similar innovation amid this pandemic. They offer options for users to do shoping from home. In fact, they didn’t launch exclusive features, only connect users with merchants through digital channels, both communication and payment.

Pandemic will have an impact on many things, including conditions that are often referred to as the new normal. Business reactions or innovations such as DANA may be one of many other forms of adjustment, the objective is to maintain the stability of the current business ecosystem.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Dana Luncurkan Fitur “Home Shopping”, Upaya Penyesuaian di Tengah Pandemi

Platform pembayaran digital Dana meluncurkan layanan home shopping, memungkinkan pengguna berbelanja barang, makanan dan minuman dari merchant melalui aplikasi. Selanjutnya pesanan akan diantarkan langsung ke alamat tujuan. Layanan ini merupakan salah satu inisiatif menanggapi kebijakan physical distancing dan PSBB yang berdampak langsung bagi para penjual atau merchant.

“Salah satu yang paling terdampak oleh pandemi adalah industri makanan dan minuman yang mengalami penurunan pendapatan sangat signifikan hampir di seluruh lokasi di Indonesia. Mereka yang terdampak adalah masyarakat sebagai konsumen, serta para pelaku usaha mulai dari skala mikro hingga pengusaha ritel berskala besar,” terang Co-Founder & CEO Dana Vincent Iswara.

Fitur ini didesain untuk bisa menghubungkan para penjual atau merchant dengan pengguna melalui layanan pesan instan WhatsApp. Selanjutnya konsumen dapat langsung memesan barang atau makanan dari merchant dan melanjutkan transaksi pembayaran menggunakan Dana QRIS.

Adapun beberapa merchant yang sudah tersedia dalam sistem antara lain Martha Tilaar Shop, Apotek Senopati, Bengawan Solo Coffee, Burgreens, Le Viet, Dailybox, Genki Sushi, Momoiro, Bariuma Ramen, Steak 21, Roti O, dan beberapa lainnya. Pihak DANA juga menjanjikan akan terus menambah daftar mitra merchant yang ada pada fitur ini.

DANA Home Shopping
DANA Home Shopping

Menyesuaikan diri menghadapi pandemi

Apa yang dilakukan Dana adalah salah satu bentuk penyesuaian bisnis di tengah pandemi. Kehadiran home shopping ini nantinya tidak hanya akan berdampak pada pengguna dan merchant, tetapi juga ekosistem layanan Dana secara keseluruhan.

Di Singapura, Google Pay melakukan hal yang serupa. Fitur “Menu Discovery” yang hadir eksklusif di Google Pay Singapura tersebut menghadirkan daftar merchant yang menjajakan warung makanan yang juga bisa dipilih atau dipesan penggunanya.

Strategi para pengembang pembayaran digital bisa dibilang jadi strategi yang realistis. Sebagai salah satu e-money yang cukup besar penggunanya di Indonesia sebelumnya hanya DANA yang belum terintegrasi dengan layanan pesan antar, sementara dua pemain lainnya, Ovo dan Gopay sudah terintegrasi dengan GrabFood dan GoFood.

Inovasi di tengah pandemi yang serupa juga dilakukan oleh Ovo dan Cashbac. Mereka menghadirkan pilihan bagi pengguna untuk berbelanja dari rumah. Bedanya keduanya tidak menghadirkan fitur eksklusif tetapi hanya menghubungkan pengguna dengan merchant melalui kanal digital, baik komunikasi maupun pembayaran.

Pandemi akan berdampak pada banyak hal, termasuk kondisi yang banyak disebut sebagai new normal. Reaksi atau inovasi bisnis seperti yang Dana ini mungkin adalah satu dari banyak bentuk penyesuaian lainnya, tujuannya tentu untuk tetap menjaga stabilitas ekosistem bisnis yang sudah dibangun selama ini.

Application Information Will Show Up Here

Gelombang Inisiatif Startup Demi Redam Dampak Pandemi Covid-19 di Indonesia

Tak ada yang mudah di masa pandemi seperti sekarang. Tanpa mengesampingkan pentingnya keselamatan dan kesehatan, kemerosotan pun memukul telak berbagai sendi kehidupan masyarakat. Wabah corona virus disease 2019 (Covid-19) ini selain menyerang organ pernapasan manusia, tapi juga secara tidak langsung melumpuhkan perekonomian dari yang skalanya besar hingga yang terkecil.

Dampak Covid-19 terhadap perekonomian ini memang tak kenal pandang bulu. Perusahaan dan individu sama-sama menanggung dampaknya. Kegiatan kantor terbatas secara virtual, bandara hampir kosong, hotel dan penginapan nyaris tak berpenghuni, rumah makan sepi pengunjung, pun jalan raya tak banyak yang melewati.

Namun hal tersebut justru mendorong sejumlah pihak untuk bergerak bahu-membahu membantu orang-orang yang membutuhkan, termasuk dari para startup. Inisiatif berupa bantuan finansial, pengetahuan, dan teknologi mereka berikan untuk melewati masa-masa sulit ini. Kami merangkum inisiatif-inisiatif yang terbungkus dalam berbagai cara dalam tulisan berikut ini.

DANA

Fintech dompet digital ini baru saja mengumumkan inisiatifnya beberapa hari lalu. Inisiatif yang mereka lakukan untuk meringankan beban mereka yang terdampak dari Covid-19 ini seluruhnya berada di aplikasi mereka.

Program ini mereka namakan “Siap Siaga Covid-19”. Program ini termasuk sejumlah fitur baru di aplikasi DANA yang meliputi update kasus Covid-19 di Indonesia, kontak layanan hotline Covid-19, hingga opsi donasi yang terhubung dengan platform Kitabisa. DANA yang mereka kumpulkan akan dipakai untuk menyediakan alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan.

“Kami mengajak para pengguna DANA untuk bersinergi, berbagi, dan bergotong-royong secara digital dalam turut menanggulangi penyebaran virus Corona COVID-19. Melalui cara yang praktis, aman, dan efisien kita sudah turut berpartisipasi melindungi mereka yang sedang berjuang menyelamatkan jiwa dengan resiko terpapar virus saat bertugas ,” ucap CEO Dana Vincent Iswara dalam keterangan tertulis.

Gojek

Sejak wabah virus korona ini makin meluas dan kampanye #dirumahaja kian gencar, pengemudi ojek online mungkin yang paling mudah terlacak kena imbasnya. Mereka yang sedianya bergantung pada mobilitas warga untuk memperoleh pemasukan harian harus rela menepi atau setidaknya mengurangi intensitas pekerjaannya.

Merespons hal itu, Gojek meluncurkan program dana bantuan untuk ratusan ribu pengemudi dan merchant yang tergabung di platform mereka. Dana bantuan akan dikelola oleh yayasan mereka sendiri bernama Yayasan Anak Bangsa Bisa. Adapun sumber pendanaan di program ini berasal dari:

1. potongan 25% dari gaji setahun pimpinan dan manajemen senior,
2. realokasi anggaran kenaikan gaji tahunan seluruh karyawan Gojek,
3. kumpulan donasi dari perusahaan rekan bisnis Gojek.

Wahyoo

#RantangHati merupakan nama inisiatif dari Wahyoo untuk memerangi dampak Covid-19. Melalui inisiatif ini Wahyoo menghubungkan mitra warung makan yang diperkirakan omzetnya turun hingga 50% dengan orang-orang yang membutuhkan.

Wahyoo merinci cara kerja inisiatif mereka dengan mengumpulkan donasi berjumlah Rp350 juta via Kitabisa. Uang ini kemudian akan disebar ke sejumlah warung makan dengan target menyediakan makanan untuk 700 orang selama dua pekan. Anggaran di atas dibuat berdasarkan hitungan dua kali makan sehari dengan biaya makan Rp15.000 per porsi. Untuk menggelar inisiatif ini Wahyoo menggandeng influencer Edho Zell, pengemudi Gojek, serta kelompok relawan Aksi Cepat Tanggap (ACT).

“Penerapan physical distancing yang berimbas pada imbauan kerja dari rumah, membuat warung makan di Jadetabek sepi pengunjung. Ironisnya, sebenarnya banyak orang yang tidak sanggup membeli makanan di warung,” ucap CEO & Founder Wahyoo Peter Shearer.

East Ventures dan Nusantics

East Ventures memulai inisiatifnya dengan membuka urun dana terbuka. Inisiatif bertajuk Indonesia Pasti Bisa ini menargetkan nominal Rp10 miliar. Hingga artikel ditulis jumlah yang sudah diperoleh sudah 45% dari target. Selain East Ventures sendiri, tercatat banyak startup dan korporasi lain yang ikut dalam urun dana ini. Sebut saja Tokopedia, Sociolla, Traveloka, Agaeti Convergence Ventures, hingga Warung Pintar.

“Ini pertama kalinya East Ventures memimpin fundraising non-profit. East Ventures mendapatkan berita keterlibatan salah satu portofolio East Ventures yaitu Nusantics di dalam task force BPPT pada Minggu (22/3). Ini membuat kami terdorong untuk berpartipasi lebih jauh dan berinisiatif untuk mengajak segenap ekosistem digital untuk berkontribusi,” kata Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Program inisiatif East Ventures ini menempatkan Nusantics, startup deep-tech, sebagai ujung tombak. Dari nominal target di atas, Rp9 miliar di antaranya akan diberikan ke Nusantics untuk mengembangkan test kit qPCR, menjalankan proyek pemetaan mutasi Covid-19 di Indonesia atau biasa disebut whole game sequencing.

Nusantics berencana menciptakan 100 test kit qPCR berupa prototipe dan dilanjutkan produksi massal berjumlah 100.000 test kit. Nusantics yang juga masuk dalam Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Covid-19 (TFRIC19) pun berpacu dengan waktu mengingat penyebaran virus corona di Indonesia terus meluas dan jumlah kasus yang meningkat.

Prixa, Halodoc, Alodokter

Persoalan sektor kesehatan membutuhkan solusi kesehatan. Kesadaran tersebut mendorong sejumlah startup bidang kesehatan seperti Halodoc, Alodokter, dan Prixa untuk menciptakan fitur baru dalam membantu masyarakat menghadapi wabah Covid-19.

Prixa, startup bidang kesehatan yang berada di naungan Kata.ai, menyediakan fitur baru untuk memerika gejala dan risiko terhadap Covid-19. Diluncurkan sejak 18 Maret lalu, fitur ini memungkinkan pengguna memahami keluhan kesehatan untuk antisipasi sedini mungkin terhadap gejala Covid-19. Fitur Prixa ini juga membantu tenaga kesehatan di luar sana agar masyarakat yang hendak memeriksakan diri tak perlu datang ke rumah sakit.

Prixa juga terlibat dalam pengembangan aplikasi pemeriksaan kesehatan mandiri Pikobar milik Pemprov Jawa Barat. Sistem kecerdasan buatan Prixa menjadi salah satu andalan Pikobar untuk mengenal gejala penyakit pernapasan untuk warga Jawa Barat.

Sementara Halodoc dan Alodokter menyediakan inisiatif yang identik dalam membantu masyarakat menghadapi virus corona. Keduanya menambahkan fitur pemeriksaan mandiri berupa chatbot. Fitur ini meski sederhana jelas akan membantu warga yang khawatir akan kemungkinan terpapar Covid-19. Halodoc mengalokasikan 1.000 dokter dari total 22.000 dokter yang tergabung untuk konsultasi mengenai Covid-19.

MDI Ventures 

MDI Ventures menginisiasi perlawanan mereka terhadap wabah Covid-19 dengan menciptakan program Indonesia Bergerak. Serupa dengan East Ventures, MDI Ventures melibatkan startup-startup yang berada di portofolionya, yaitu Qlue, Kata.ai, Qiscus, dan Volantis.

Melalui Qlue, mereka mengandalkan ekosistem smart city mereka sebagai wadah warga dalam memantau dan melaporkan perkembangan Covid-19. Data yang dihimpun akan disajikan menjadi visualisasi di laman Indonesia Bergerak.

Selain itu, Qlue juga membuat QlueWork yang ditujukan untuk petugas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Fitur tersebut nantinya dapat dimanfaatkan BNPB sebagai manajemen tenaga kerja di lapangan.

Ruangguru dan Zenius

Kegiatan belajar mengajar di segala tingkatan praktis terganggu sejak Covid-19 merebak. Kementerian Pendidikan pun sudah menghentikan sementara segala kegiatan di sekolah. Ruangguru dan Zenius mengisi kekosongan ruang kelas tersebut dengan menggratiskan layanan edukasi mereka.

Ruangguru misalnya, sejak dua pekan lalu resmi membuka program Sekolah Online Ruangguru Gratis. Program ini membantu para siswa untuk mengikuti berbagai macam kelas dengan jam belajar selayaknya di sekolah untuk kelas 1 SD hingga 12 SMA. Guru pun turut mendapat perhatian dengan program Program Guru Online di mana mereka dapat mengakses modul pelatihan guru secara gratis.

Tak hanya itu, Ruangguru juga membuka layanan Skill Academy mereka secara gratis secara terbatas. Berlaku sejak 23 Maret, siapa pun kini bisa mengikuti bermacam kelas pelatihan online dengan beragam topik secara gratis selama dua pekan.

Zenius pun menyediakan hal serupa. Edutech ini membuka lebar-lebar konten edukasinya yang lebih dari 80 juta secara cuma-cuma. Agar memudahkan proses belajar, Zenius memodifikasi videonya berlatar putih agar menghemat kuota pengakses. Selain itu mereka juga menyediakan fitur Live Teaching yang memungkinkan interaksi antara pengajar dan murid selayaknya di sekolah.

“Dengan proses pengajaran yang disiarkan langsung dan dilengkapi dengan Live Chat, kami berharap para siswa lebih semangat belajar dari rumah karena pengalaman yang berbeda,” ucap CEO Zenius, Rohan Monga seperti dikutip dari CNN Indonesia.

The Integration of E-money and Apps Marketplace Resulting an Easy Access for Public Purchasing

The total credit card distribution as recorded in June 2019 is at 17.21 million. Debit cards available for online transactions are also limited. These two become the obstructions to all Indonesian users in buying or paying for digital products on the app market platform, such as Google Play and App Store.

The app market integration with local e-money platforms becomes an alternative to increase app purchasing. According to Bank Indonesia, in November 2019, the nominal for transactions using electronic money exceeded 16 trillion Rupiah, it’s 8 times higher from January’s record at less than 2 trillion Rupiahs.

Google Play was prior to collaborating with GoPay, while the App Store officially took a similar step with Dana this week.

GoPay quoted a huge number of transactions. The total expense of Indonesians spending on mobile apps in 2018 is to reach $313.6 million (more than 4.3 trillion Rupiah).

Based on iPrice’s data compilation, GoPay and Dana are on the top three positions for the largest monthly active users in Indonesia. The integration of both platforms with the app marketplace is likely to increase the consumption of digital products in Indonesia because Google Play and iOS App Store are worldwide’s two biggest marketplace(s) for applications.

Asia Pacific, including Indonesia, is a treasure market for Google Play’s app market, in terms of users and developers. App Annie noticed the significant growth in download and consumer spend rate. In 2017, the Asia Pacific Region has contributed over $11 billion of Google Play’s total income of $22 billion, in the games and dominating apps categories.

Consumer record download / App Annie
Consumer record download / App Annie

As quoted in App Annie’s report titled “State of Mobile 2020”, in terms of global gross app revenue, both Google Play and Apple’s App Store are improving. Google Play with 13.2% in the first quarter of 2019 (compared to the previous year), while the App Store made a similar increase by 19.6%.

Worldwide gross app revenue / AppIntentiv
Worldwide gross app revenue / AppIntentiv

If there is one thing to expect from the e-money integration with the app marketplace is the opportunities for local developers to have acceptance. The easy payment is to encourage the app development ecosystem growth.

With the average rate of $1-$2 per app, there shouldn’t be any obstacles for local consumers to pay for the digital content. This is a key to unlock the door to market education in order to support anti “digital products piracy”. Not only the applications and games, but also movies, music, and books.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

 

Integrasi Uang Elektronik dan Pasar Aplikasi Mudahkan Pengguna Indonesia Lakukan Pembelian

Data jumlah kartu kredit yang beredar pada tahun Juni 2019 ada di angka 17,21 juta. Jumlah kartu debit yang bisa digunakan untuk bertransaksi online juga masih terbatas. Dua hal ini yang selama ini menghambat pengguna di Indonesia untuk membeli atau membayar produk digital di marketplace aplikasi, seperti Google Play dan App Store.

Integrasi marketplace aplikasi dengan platform e-money lokal menjadi langkah alternatif menarik untuk menggenjot pertumbuhan pembelian aplikasi. Menurut data Bank Indonesia di bulan November 2019, tercatat nominal transaksi menggunakan uang elektronik mencapai lebih dari 16 triliun Rupiah, melonjak 8 kali lipat dibanding bulan Januari yang tercatat kurang dari 2 triliun Rupiah.

Google Play sudah lebih dulu hadir merangkul GoPay, sedangkan App Store mulai melangkah menggandeng Dana secara resmi minggu ini.

Data yang dikutip pihak GoPay cukup fantastis. Total pengeluaran masyarakat Indonesia untuk belanja aplikasi mobile tahun 2018 mencapai $313,6 juta (lebih dari 4,3 triliun Rupiah).

Menurut kompilasi iPrice, GoPay dan Dana merupakan top three untuk jumlah pengguna bulanan platform uang elektronik terbesar di Indonesia. Integrasi keduanya dengan marketplace aplikasi akan membuka peluang meningkatnya konsumsi produk digital di Indonesia, karena de facto Google Play dan iOS App Store merupakan dua marketplace aplikasi paling besar di dunia.

Asia Pasifik, termasuk Indonesia, merupakan pasar penting bagi ekosistem aplikasi di Google Play. Tidak hanya pengguna tetapi juga pengembang. App Annie mencatat adanya pertumbuhan signifikan pada pertumbuhan download dan consumer spend. Di tahun 2017 regional Asia Pasifik menyumbang lebih dari $11 miliar dari total $22 miliar pendapatan Google Play, dengan kategori games dan aplikasi yang banyak mendominasi.

Consumer record download / App Annie
Consumer record download / App Annie

Menurut laporan App Annie bertajuk “State of Mobile 2020”, secara global gross app revenue, baik Google Play maupun Apple App Store, mengalami peningkatan. Google Play mengalami peningkatan 13,2% di paruh pertama 2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan App Store meningkat 19,6% di paruh pertama 2019 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Worldwide gross app revenue / AppInventiv
Worldwide gross app revenue / AppInventiv

Salah satu yang diharapkan dari integrasi e-money dengan marketplace aplikasi adalah terbukanya peluang pengembang lokal untuk mendulang penerimaan. Kemudahan pembayaran menjadi pintu untuk mendorong tumbuhnya ekosistem pengembangan aplikasi.

Dengan rata-rata harga aplikasi berkisar antara $1-$2, seharusnya tidak ada lagi penghalang bagi konsumen lokal untuk membayar konten-konten digital yang diminatinya. Ini merupakan senjata paling ampuh mengedukasi pasar dalam membantu memerangi penggunaan “produk digital bajakan”. Tak hanya soal aplikasi dan permainan, tetapi juga film, musik, dan buku.

Kaleidoskop Industri Fintech Pembayaran dan Lending Selama Tahun 2019

Dinamika perjalanan startup fintech terus menggeliat hingga tahun ini, terutama untuk dua industri fintech terbesar, yakni pembayaran dan lending. Masih tajamnya jumlah underbanked dan unbanked masih menjadi optimisme pemain fintech untuk terus bergerak maju.

Berbekal laporan e-Conomy SEA 2019, ada 51% penduduk Indonesia yang masuk ke golongan unbanked; underbanked 26%; dan banked 23%. Sementara, secara umum, 75% penduduk di Asia Tenggara masuk kategori underbanked dan unbanked. Mereka ini kurang terlayani karena berbagai alasan, salah satunya infrastruktur dan regulasi yang ketat.

Satu data ini menjadi pendukung bahwa baik di Indonesia, maupun negara lain di ASEAN punya peluang yang besar untuk menggarap lini pembayaran dan lending. Maka, tak heran, bila pada tahun ini ada sejumlah pemain lending yang ekspansi ke luar Indonesia.

Investasi terbesar dipegang oleh sektor fintech

Menurut laporan DSResearch, tercatat ada 110 investasi yang diumumkan startup dan/atau investor per 18 Desember 2019. Dari jumlah ini, fintech mendapatkan porsi terbanyak dengan 23 transaksi, disusul SaaS (9), e-commerce (8), dan logistik (6).

Bila dijabar lebih dalam, mengutip dari Fintech Report 2019, pendanaan untuk startup fintech lending dengan tahap tertinggi adalah Akulaku yang memperoleh pendanaan Seri D sebesar $100 juta dipimpin Ant Financial.

Kemudian menyusul kompetitor terdekatnya, Kredivo dengan pendanaan Seri C senilai $90 juta (lebih dari Rp1,2 triliun) dipimpin Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund dan Square Peg.

Berikutnya untuk Seri B, terdapat Investree, Amartha, KoinWorks, dan UangTeman. Besar kemungkinan perusahaan ini akan kembali menggalang dana untuk tahun depan, seperti halnya Investree yang sudah sesumbar sedang dalam penggalangan Seri C untuk ekspansi regional tahun depan.

Bagaimana dengan fintech pembayaran? Menurut laporan kami, dari 23 transaksi, hanya ada satu pendanaan yang masuk ke vertikal fintech ini, yakni Aino. Startup ini memperoleh pendanaan tahap awal sebesar $4 juta dari TIS.

Mereka bergerak di bidang platform pembayaran non tunai dengan menggunakan uang elektronik di sektor publik, seperti tiket transportasi, bayar parkir, tol, vending machine, hingga tiket wahana wisata.

Ekspansi ke negara ASEAN

Kembali ke premis awal, baik Indonesia maupun negara ASEAN lainnya, kecuali Singapura, punya potensi yang besar untuk menggalakkan bisnis lending dan pembayaran.

Indonesia selalu menjadi benchmark suatu perusahaan, bila sukses menjadi pemain terdepan di sini, artinya ada optimisme yang tinggi ketika ekspansi ke negara lain. Mereplikasinya lalu menyesuaikan dengan unsur lokalisasi yang berlaku di negara tersebut.

Keyakinan inilah yang membuat pemain lending yakin untuk ekspansi ke negara tetangga. Diantaranya adalah Kredivo dan Investree. Kredivo berencana untuk masuk ke Filipina pada tahun ini. Wacana ini kembali menyeruak, setelah pending sejak pertama kali sesumbar di 2018.

Sementara, Investree akan melanjutkan ekspansinya ke Filipina, setelah sukses hadir di Thailand dan Vietnam. Di Vietnam, Investree hadir dengan brand eLoan. Sementara di Thailand tetap dengan brand Investree Thailand. Model bisnis yang ditawarkan kurang lebih mirip dengan Indonesia, pembiayaan invoice dan modal usaha.

Pemain lainnya adalah Kredit Pintar yang masuk ke pasar Filipina dengan brand Atome. Layanan yang disajikan juga kurang lebih sama yakni payday loan dengan nominal dari Rp270 ribu sampai Rp2,7 juta.

Kolaborasi incar vertikal fintech yang lain

Pergerakan vertikal fintech, berkat teknologi, tidak harus melulu menyediakan satu lini produk saja. Sebabnya, kebutuhan finansial seorang manusia itu selalu berkembang.

Jalur pertama masuk ke layanan finansial adalah melalui e-wallet ketika ia hanya punya smartphone, tapi tidak punya rekening bank (unbanked). Semakin ia terbiasa transaksi non tunai, di tambah hadirnya asumsi bahwa ekonominya meningkat.

Disitulah muncul kebutuhan produk pinjaman payday loan, mengingat mereka belum masuk sebagai nasabah bank. Bila mereka adalah pengusaha, maka ada kebutuhan pinjaman untuk mengembangkan usahanya.

Semakin terbentuklah skoring kredit yang bisa dipakai untuk menentukan kualitas finansial seseorang. Di saat yang sama, mereka bisa masuk sebagai nasabah bank untuk menerima fasilitas finansial lebih dalam, atau bisa membeli produk asuransi, dan mulai berinvestasi.

Logika inilah yang melatarbelakangi perkembangan produk fintech, terlihat dari pergerakan para pemain fintech pembayaran dari awal hingga kini. Ovo segera menghadirkan produk reksa dana, bekerja sama secara strategis, sekaligus menunjuk CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra sebagai Presiden Direktur Ovo.

Karaniya Dharmasaputra
Co-Founder CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra yang kini jadi Presdir Ovo

Di saat yang bersamaan, Ovo merilis dua produk turunan lending bersama Taralite, portofolio di bidang lending, untuk menyasar pinjaman produktif untuk pengusaha dan payday loan untuk mitra GrabCar. Vertikal bisnis Ovo diperluas untuk bisnis big data dengan membuat smart vending machine “Ovo SmartCube.”

Perusahaan bersama Tokopedia pada awal tahun ini merilis Ovo PayLater untuk memudahkan transaksi dalam platform tanpa harus memiliki kartu kredit.

Kompetitor terdekatnya, GoPay perluas fungsinya tidak hanya mendukung seluruh layanan dalam ekosistem Gojek saja. Kini menyentuh berbagai fasilitas baik di sektor publik, hadir sebagai salah satu opsi pembayaran di Samsung Pay bersama Dana.

Tak lupa, bermitra dengan pemain global lainnya seperti Boku dari Inggris, membuka pintu bagi mitra global Boku di Indonesia untuk menggunakan GoPay sebagai opsi pembayaran digital.

Saldo GoPay kini mendukung untuk pembelian reksa dana di aplikasi Bibit atau beli emas lewat Pluang. Untuk produk lending, GoPay memanfaatkan Findaya dalam merilis PayLater pada tahun lalu.

Pluang juga menjadi mitra untuk salah satu produk di Bukalapak yakni Cicil Emas, dalam rangka memperkuat jajaran produk finansial sebelumnya BukaEmas dan BukaReksa.

Polda Metro Jaya menggandeng GoPay sebagai mitra pembayaran non tunai untuk pembuatan dan perpanjangan SIM. Memperdalam penetrasi GoPay di layanan publik
Polda Metro Jaya menggandeng GoPay sebagai mitra pembayaran non tunai untuk pembuatan dan perpanjangan SIM. Memperdalam penetrasi GoPay di layanan publik

Rumor terpanas yang terjadi tahun ini adalah konsolidasi Dana dan Ovo untuk mengalahkan dominasi GoPay. Dikatakan selambat-lambatnya pada kuartal pertama tahun depan rampung. Kedua belah pihak kompak tidak mau berkomentar terkait rumor yang beredar.

Pemain pembayaran berikutnya ada LinkAja yang agresif merilis berbagai produk, seperti syariah, produk PayLater kerja sama dengan Kredivo. Terakhir, hadir sebagai alternatif metode pembayaran di aplikasi Gojek dan Grab, yang sebelumnya dimonopoli oleh GoPay dan Ovo.

LinkAja memperkuat kehadirannya di jaringan publik milik negara, misalnya untuk Commuter Line dan dalam waktu dekat segera hadir di MRT Jakarta.

Dari sisi pemain lending, semakin banyak yang tertarik sebagai agen penjualan SBN agar memberikan nilai tambah buat para investor. Di samping itu, platform mereka juga dijadikan sebagai channel penjualan produk asuransi. Seperti yang dilakukan oleh Tanamduit dengan Premiro.

Peluang e-commerce dan merchant online-nya tidak menyurutkan incaran para pemain lending untuk bermitra dengan platform marketplace. Seperti yang dilakukan Modalku untuk Tokopedia yang merilis produk Modal Toko.

Catatan fintech lending, belajar dari Tiongkok

Sebelum mengawali kaleidoskop, Indonesia boleh bernafas lega karena regulatornya yang aktif mengawal perkembangan fintech karena belajar dari negara lain. Tiongkok menjadi contoh negara yang memiliki bahan ajar terbaik untuk tidak melakukan kesalahan yang sama, sekaligus patut diwaspadai gerak geriknya.

Tahun ini menjadi senjakala untuk industri p2p lending di Tiongkok. Regulator memerintahkan kepada seluruh pemain p2p lending untuk transisi jadi penyedia pinjaman kecil dalam dua tahun mendatang.

Mereka harus memenuhi syarat modal minimal tidak kurang dari RMB 50 juta (hampir Rp100 miliar) untuk menjadi perusahaan pinjaman kecil regional. Sementara untuk operasi nasional, nominalnya naik tidak kurang dari RMB 1 miliar (hampir Rp2 triliun).

Di saat yang bersamaan, mereka harus membersihkan pinjaman outstanding dalam waktu kurang dari setahun sebelum beralih ke pinjaman kecil. Platform yang diindikasi fraud dan memiliki risiko kredit serius akan dilarang melakukan transisi dan dipaksa tutup.

Penertiban ekstrem ini diambil karena ingin menghapus praktek shadow banking dan skema ponzi yang dianut para pemain p2p lending ‘nakal’, mengakibatkan gurita skandal.

Bisnis p2p lending di Tiongkok mulai tumbuh sejak 2011 dan sempat mencapai volume penyaluran RMB 1,3 triliun (setara Rp2.644 triliun) pada Juni 2018. Pada puncaknya, ada 50 juta investor tercatat di platform ini tersebar di sekitar 6.200 platform.

Saking menggeliatnya, disebutkan muncul tiga platform baru setiap harinya. Pertimbangan regulator untuk tidak meregulasi secara disengaja dengan harapan lebih mudahnya akses menerima pendanaan buat pengusaha kecil di sana, tapi malah jadi malapetaka.

Tercatat, saat ini hanya 427 platform p2p lending yang beroperasi pada akhir Oktober 2019, menurut data termutakhir dari China Banking and Insurance Regulatory Commission (CBIRC).

Pengetatan aturan yang ekstrem akhirnya membuat Lufax, salah satu pemain p2p lending terbesar di sana, menyatakan untuk keluar total dari ranah ini dan beralih ke pinjaman komersial biasa di bawah bank.

Lufax berdiri pada 2011, disebutkan pada akhir tahun lalu memiliki dana kelolaan sekitar RMB 370 miliar (setara Rp752 triliun), 80% dana tersebut berasal dari portofolio p2p lending.

Pengalaman mahal ini sudah sepatutnya menjadi perhatian buat semua stakeholder di industri terkait. Pendekatan yang dilakukan OJK untuk mengatasi isu di Tiongkok agar tidak terjadi di Indonesia, kian hari kian ketat.

Untuk mencegah skema ponzi, OJK menerapkan kewajiban escrow account. Sementara untuk risiko borrower meninggal atau masa sulit, dibuka peluang kerja sama dengan asuransi kredit, atau restrukturisasi hutang.

Terobosan lainnya, OJK menerapkan collection dengan menggunakan jasa collector yang bersertifikasi resmi, memanfaatkan Fintech Data Center dan membatasi akses smartphone konsumen untuk skoring kredit, membatasi tingkat bunga dan penalti tidak boleh melewati pokok, wajib menggunakan digital signature, dan masih banyak lagi.

Pemain yang tidak mematuhi aturan tersebut, jangan harap bisa mendapat izin usaha dari OJK. Terhitung OJK baru memberikan izin untuk 25 pemain p2p dan 119 pemain yang lain tengah dalam proses perizinan.

Pemberian izin usaha p2p lending untuk 12 pemain dari OJK / DailySocial
Pemberian izin usaha p2p lending untuk 12 pemain dari OJK / DailySocial

Jumlah penambahan izin ini sempat mandeg dari 2017 hanya ada satu, baru terjadi penambahan pada awal 2019 berangsur-angsur hingga menjelang akhir tahun. OJK mengeluarkan sekaligus untuk 12 perusahaan dalam satu waktu.

Bukan tanpa sebab, fintech lending ini melibatkan uang publik sehingga regulator harus berhati-hati dalam memberikan izin. Sejak 2018 sampai November 2019, Satgas Waspada Investasi menemukan 1.898 fintech lending ilegal.

Mereka mencoba tindakan fraud karena ada beberapa server-nya dioperasikan di negara lain. Protocol internet-nya berjalan dinamis, tidak dari satu negara saja yang terdeteksi, melainkan ada dari Amerika Serikat, kemudian berubah ke Tiongkok, dan Eropa.

Selain mengencangkan aturan dari berbagai sisi, bahkan OJK sudah mewacanakan rencana pembatasan pemain lending. Kendati, menurut Direktur Pengaturan Perizinan dan Pengawasan Fintech OJK Hendrikus Passagi masih menunggu rekomendasi dari AFPI terkait angka idealnya.

“AFPI belum pernah menyampaikan kepada kami, sebab kalaupun kami mau batasi harus ada dasarnya yaitu dari AFPI sebab mereka yang paling paham, apa sebenarnya kebutuhan dari publik. Tentunya kami akan tunggu usulan mereka,” katanya, Kamis (19/12).

Cara Transfer Saldo Dana ke Rekening Bank

Fitur transfer ke rekening bank di aplikasi Dana hanya bisa dilakukan jika Anda sudah melakukan upgrade ke akun premium. Bagaimana cara upgrade-nya sudah saya bahas di artikel sebelumnya.

Sekarang, kita akan coba melakukan pengiriman saldo ke rekening bank lokal.

  • Jalankan aplikasi Dana, kemudian tap tombol Send.

Screenshot_20191227-142118_DANA(1)

  • Ini adalah tampilan baru Dana, bagi Anda yang masih menggunakan versi lama mungkin akan agak berbeda.
  • Di panel ini, karena kita akan mengirimkan saldo ke rekening bank maka tap tombol Send to Bank Account.

Cara Transfer Saldo Dana ke Rekening Bank_1 (2)

  • Untuk pengiriman pertama kali, tambahkan dulu rekening bank yang akan dituju. Tap Send to Bank Account, lalu tambahkan rekening baru.

Cara Transfer Saldo Dana ke Rekening Bank_2

  • Masukkan nama bank, nomor rekening dan nama pemilik rekening.

Cara Transfer Saldo Dana ke Rekening Bank_3 (2)

  • Selanjutnya, masukkan nominal uang yang akan dikirimkan.

Cara Transfer Saldo Dana ke Rekening Bank_4

  • Kemudian pilih sumber dana yang digunakan, apakah dari saldo, dari kartu debit atau kartu BCA OneKlik.

Cara Transfer Saldo Dana ke Rekening Bank_5

  • Sistem kemudian akan meminta konfirmasi Anda sekali lagi sebelum dana dikirimkan. Anda harus memperhatikan bahwa nomor rekening dan nominal yang dimasukkan sudah benar. Jika sudah benar, tap tombol Confirm.

Cara Transfer Saldo Dana ke Rekening Bank_6

  • Berikutnya, masukkan nomor PIN Dana Anda.

Cara Transfer Saldo Dana ke Rekening Bank_77

  • Jika benar, maka sistem akan menampilkan konfirmasi bahwa pengiriman dana sudah berhasil dilakukan.

Cara Transfer Saldo Dana ke Rekening Bank_9

Pengiriman saldo Dana tidak dikenakan biaya untuk 10 transaksi pertama. Selanjutnya Anda akan dikenakan biaya transaksi untuk setiap transaksi yang dilakukan.

Cara Upgrade ke Dana Premium

Seperti di Ovo, Dana juga punya akun premium yang menawarkan fitur lebih dibandingkan akun standar. Beberapa kelebihan yang diberikan antara lain; bisa transfer saldo Dana ke rekening bank lokal, bisa topup lebih dari 10 juta, dan sejumlah penawaran promo menarik.

Nah, tutorial kali ini saya akan membahas step by step melakukan upgrade dari Dana biasa ke Dana Premium, sebagai gambaran buat Anda yang masih ragu untuk melakukannya.

  • Jalankan aplikasi Dana, kemudian tap menu Me di sebelah kanan bawah, lalu tap Upgrade to Premium.

Screenshot_20191227-142118_DANA(1)

  • Selanjutnya, tap tombol Unlock Now.

Screenshot_20191227-142251_DANA(1)

  • Sebelum lanjut, sekarang silahkan persiapkan kartu KTP Anda. Lalu, tap tombol Yes, im ready untuk melanjukan ke proses berikutnya.

Screenshot_20191227-142300_DANA(1)

  • Arahkan kamera ke KTP Anda, posisikan dengan benar lalu jepret.
  • Setelah itu, sistem akan meminta Anda melakukan selfie. Caranya, tap tombol Start lalu arahkan kamera ke wajah, kamera akan membidik dengan sendirinya.

Screenshot_20191227-142420_DANA(1)

  • Sistem kemudian akan menampilkan data berdasarkan pemindaian yang sudah mereka lakukan. Jika benar, tap tombol Submit.

Screenshot_20191227-142434_DANA(1)

  • Sekarang, aplikasi Anda sedang diproses oleh tim Dana. Proses ini membutuhkan waktu selama kurang lebih dua hari kerja.

Screenshot_20191227-142449_DANA(1)

Selama proses peninjauan ini, Anda tetap bisa melakukan transaksi standar seperti isi pulsa, bayar BPJS, beli token dan lain sebagainya.