Grup Sinar Mas Pimpin Pendanaan Seri B+ Startup AI Asal Singapura “6Estates”

Startup pengembang teknologi pengolahan dokumen berbasis AI asal Singapura, 6Estates, berhasil meraih pendanaan seri B+ senilai $6,2 juta atau setara 89 miliar Rupiah. Grup Sinar Mas memimpin putaran pendanaan ini, diikuti oleh Enterprise Singapore (SEEDS Capital) dan Farquhar VC.

Pada putaran pendanaan Seri B sebelumnya di awal tahun 2019, perusahaan menerima investasi yang dipimpin oleh GDP Venture dengan partisipasi Central Capital Ventura — corporate venture milik BCA. 6Estates sendiri juga telah berkolaborasi dengan grup-grup besar di Asia Tenggara untuk menerapkan solusi terintegrasi termasuk penilaian risiko, deteksi penipuan, analisis pelanggan, serta kemampuan cross-selling.

Didirikan pada tahun 2014, 6Estates berfokus pada pengembangan teknologi Multilingual Natural Language Processing (NLP), Knowledge Graph (KG), dan Machine Reading Comprehension (MRC) untuk memahami dokumen bisnis. Platform ini menawarkan solusi pemrosesan dokumen berbasis AI di sektor fintech, tujuannya untuk mengotomatisasi dan menyederhanakan proses operasional.

Beberapa lembaga keuangan regional terkemuka juga sudah menggunakan solusi ini dalam pembiayaan perdagangan dan penilaian kredit melalui Intelligent Document Processing yang bisa dikustomisasi untuk melakukan analisis korelasi semantik, selangkah lebih maju dari teknologi Optical Character Recognition (OCR) tradisional.

Fokus ke pengembangan produk

Perusahaan disebut akan memfokuskan dana segar dari putaran pendanaan ini untuk pengembangan fungsi Intelligent Document Processing di sektor-sektor seperti perbankan dan keuangan, perdagangan, pengiriman, logistik, serta asuransi di seluruh Asia Tenggara. Doc Automize merupakan salah satu platform SaaS yang dikelola perusahaan untuk membantu pengolahan dokumen yang tidak terstruktur, mengurangi ketergantungan manusia, serta menskalakan bisnis secara eksponensial.

Selain itu, platform ini juga menawarkan beberapa solusi lain, seperti Market Innovation Knowledge Advisor (MIKA), solusi data berbasis kecerdasan buatan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi setiap atribut penjualan produk. Lalu, ada Financial Analysis Automation untuk atuomasi proses manual dan analisis dokumen finansial, serta Trade Finance Automation untuk atuomasi  kelengkapan dokumen dalam proses Letter of Credit (LC).

Selama tujuh tahun beroperasi, 6Estates telah memproses lebih dari 1,8 juta dokumen, serta telah mendukung sekitar 23 format dokumen dalam platformnya. Beberapa perusahaan besar yang sudah menggunakan solusi dari 6Estates termasuk BCA, DBS, Unilever, Nestle, Samsung, dan Edelman.

Investasi ini semakin memperkuat keyakinan Grup Sinar Mas untuk terjun ke industri digital. Salah satu representatif grup mengungkapkan, “Kami percaya bahwa kemampuan AI 6Estates dalam sistem penilaian kredit, deteksi penipuan, dan kemampuan cross-selling bisa menjadi tolak ukur lembaga keuangan di Indonesia untuk penerapan kecerdasan artifisial yang optimal.”

Potensi AI di Indonesia

Pemanfaatan teknologi AI atau kecerdasan artifisial kian marak digunakan untuk menggantikan keputusan manusia dengan keputusan otomatis yang mewakili manusia. Teknologi ini kerap dipakai di area yang dapat berdampak signifikan bagi kehidupan banyak orang, misalnya pada perusahaan teknologi besar, lembaga-lembaga multilateral, serta industri perbankan untuk kemajuan ekonomi dan pembangunan nasional.

Berbagai negara, termasuk Indonesia, juga telah membuat strategi nasional kecerdasan artifisial. Tahun 2020 lalu, BRIN (sebelumnya BPPT) bersama quad helix dari berbagai institusi pemerintah, universitas – termasuk USK, komunitas, dan industri, telah berhasil merumuskan Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Indonesia 2020 – 2045. Rumusan ini menjadi arah kebijakan nasional untuk kesiapsiagaan dan perencanaan nasional agar mampu memanfaatkan secara optimal perkembangan teknologi AI di tanah air.

Hingga saat ini, semakin banyak platform yang menawarkan solusi berbasis AI di Indonesia. Salah satunya Konvergen.ai yang menerapkan teknologi deep-learning Optical Character Recognition (OCR) untuk mengubah dokumen fisik dan dokumen pdf menjadi teks. Selain itu juga ada Datasaur.id dan Prosa.ai yang juga fokus mengembangkan solusi menggunakan teknologi pemrosesan bahasa alami (NLP).

Lembaga riset Fortune Business Insight merilis hasil penelitian terkait valuasi pasar kecerdasan buatan global pada 2021 yang mencapai $47 miliar atau setara Rp673 triliun, sesuai persentase rata-rata pertumbuhan sejak 2017 yang berada di angka 31% per tahunnya. Angka itu diperkirakan terus meningkat menjadi $360 miliar pada 2028 mendatang, seiring meningkat permintaan pasar yang akan terus tumbuh hingga 33% setiap tahunnya.

Gonjang Ganjing Startup “Social Commerce” Chilibeli

Startup social commerce Chilibeli saat ini sedang menutup operasional secara sementara, setidaknya sampai akhir bulan ini. Alasan yang disampaikan ke publik adalah pemindahan server dan deep cleaning resource. Para pegawainya sudah mulai dirumahkan dengan janji gaji bulan ini masih bakal cair.

Disebutkan manajemen menyampaikan ke para pegawai bahwa mereka sudah berusaha maksimal untuk menyelamatkan perusahaan. Menurut sumber terpercaya, Chilibeli masih kesulitan mendapatkan pendanaan Seri B yang digalang sejak tahun lalu.

Perusahaan dikabarkan sudah menjajaki potensi menjual bisnis. Ada dua startup unicorn yang sempat menjajaki potensi akuisisi, namun kini muncul kandidat kuat WeBuy, startup sejenis asal Singapura, sebagai pihak yang dikabarkan bakal mengambil alih bisnis Chilibeli.

WeBuy sudah beroperasi di Indonesia sejak September 2021. Perusahaan ini merupakan portofolio MDI Ventures, Wavemaker, KB Financial Group, dan Rocket Internet.

Kami belum mendapatkan jawaban dari manajemen Chilibeli dan investornya terkait hal ini.

Chilibeli didirikan oleh Alex Feng, Damon Yue, dan Matt Li di tahun 2019. Mereka mengumumkan perolehan pendanaan Seri A sebesar $10 juta pada Maret 2020. Putaran tersebut dipimpin Lightspeed Ventures, Golden Gate Ventures, Sequoia Surge, Kinesys Group, dan Alto Partners.

Perusahaan mengandalkan konsep bisnis C2M (customer to manufacturer) dalam menjembatani produk segar dari petani ke konsumen akhir dalam jumlah komunitas. Konsep tersebut hadir untuk mendorong efisiensi logistik dan memastikan kesegaran produk hingga di tangan konsumen.

Chilibeli mengikuti program akselerasi Surge batch kedua.

Application Information Will Show Up Here

Mengenal “Iklan Pintar”, Salah Satu Model Bisnis yang Coba Dioptimalkan Warung Pintar

Setelah resmi diakuisisi SIRCLO Group, Warung Pintar semakin gencar mengembangkan solusi bagi jutaan UMKM ritel, khususnya warung. Pada bulan Juli 2021 lalu, perusahaan menghadirkan layanan baru yang diberi nama “Iklan Pintar”, layanan ini berfokus pada solusi promosi terintegrasi yang membantu brand mengakses ratusan ribu pemilik warung dan jutaan konsumen, serta memungkinkan pemilik warung meraih pendapatan tambahan.

Hasil riset internal Warung Pintar menunjukkan lebih dari 80% dana pemasaran brand difokuskan pada pasar modern sehingga menyisakan hanya 20% dana pemasaran untuk pasar ritel tradisional seperti warung. Pasalnya, ekosistem tradisional yang berlapis menimbulkan berbagai keterbatasan dalam proses monitoring program pemasaran sehingga mayoritas brand enggan untuk memanfaatkan warung sebagai kanal pemasaran yang efektif.

Sementara dari sisi pemilik warung, program pemasaran brand kerap dinilai tidak memberikan kompensasi yang adil karena minimnya transparansi. Berangkat dari data tersebut, Warung Pintar memutuskan untuk mulai menggarap solusi Iklan Pintar dalam rangka mendorong pemanfaatan warung sebagai pilihan kanal pemasaran bagi berbagai jenis brand di Indonesia, mulai dari multinasional hingga produk lokal.

Pada dasarnya, praktik pemasangan iklan di warung telah dimanfaatkan oleh brand sejak puluhan tahun lalu. Akan tetapi, pada prosesnya, tim lapangan masih harus berkeliling dari warung ke warung untuk menawarkan program dan melakukan monitoring hasil program secara manual. Dengan jumlah warung yang tidak sedikit serta tenaga dan biaya yang harus dikeluarkan untuk proses monitoring manual, konsep ini menjadi tidak efisien dan efektif.

Berusaha menjawab tantangan tersebut, Warung Pintar, melalui produk iklannya berupaya menawarkan efisiensi bagi brand dalam menjangkau target pasarnya mulai dari pemilik warung hingga konsumer akhir. Melalui platform yang lebih efektif dan terukur, Iklan Pintar menawarkan dua format pemasangan iklan, baik offline maupun online (in-app).

Format online advertising dan in-app activation ditargetkan untuk pemilik warung, brand dapat melakukan promosi secara daring di aplikasi Warung Pintar dan platform lain yang tersedia. Sementara, offline placement memungkinkan brand untuk langsung menjangkau konsumer akhir lewat aset promosi offline di warung-warung yang telah bergabung dengan Warung Pintar, Bentuk pemasaran bisa melalui pemasangan aset brand, penempatan produk, offline activation dan berbagai bentuk promosi offline lainnya.

Untuk bisa menikmati layanan ini, biaya yang ditagihkan ke brand adalah senilai Ro5.000 – Rp10.000 per data konsumer/warung. Tersedia dasbor terpisah untuk memantau program yang sedang berjalan. Selain itu, platform ini juga memfasilitasi diskusi konstruktif antara brand dan Warung Pintar dalam perencanaan program dan target segmen termasuk demografi, jenis warung, dan area/lokasi sekitar warung.

Co-Founder & CEO Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro mengatakan, “Iklan Pintar hadir tidak hanya untuk membangun loyalty pemilik warung ke brand tertentu, namun juga menghasilkan dampak sosial yang nyata dengan memberikan insentif yang adil dan lebih transparan bagi pemilik warung. Kami harap, layanan Iklan Pintar dapat menjadi solusi terpercaya bagi brand untuk mentransformasi kanal pemasaran agar lebih efektif dan efisien.”

Hingga saat ini, layanan Iklan Pintar telah memungkinkan belasan brand ternama seperti AXE, Kimbo, Sariwangi, Kopi ABC, Good Day, Kopiko, Danone, Bango, Coca Cola, dan lainnya untuk terhubung dengan ekosistem warung di Indonesia.

Partisipasi brand dalam Iklan Pintar ini juga turut membantu dalam memberikan dampak nyata bagi lebih dari 500.000 warung dalam ekosistem Warung Pintar di lebih dari 200 kota. Inisiatif ini juga diklaim telah memberikan insentif bagi pemilik warung mencapai Rp300.000,00+, sekitar 7,5% lebih tinggi dibandingkan kanal pemasaran lainnya.

Iklan Pintar diimplementasikan secara inklusif dengan memanfaatkan ekosistem warung yang tergabung. Penetrasi Iklan Pintar disebut mencapai 400%, lebih tinggi daripada platform lain. Meskipun begitu, menilai operasional layanan yang masih terbilang baru dengan beberapa  fitur masih dalam tahap uji coba, ada beberapa hal yang masih bisa dikembangkan seperti kecepatan manajemen akun, biaya operasional yang dianggap cukup mahal, serta skema literasi teknis di lapangan (mengubah dari offline ke online).

Solusi adtech di Indonesia

Dalam beberapa tahun terakhir, telah terjadi pergeseran dalam industri periklanan ke arah penggunaan teknologi periklanan (adtech) baik secara online maupun dalam pengaturan yang lebih tradisional. Startup adtech Indonesia memanfaatkan pertumbuhan populasi negara dan meningkatnya penggunaan internet dan ponsel untuk memasarkan produk dan layanan.

Berdasarkan data dari Statista, total nilai pasar periklanan di Indonesia pada tahun 2018 adalah sekitar $2,57 miliar dan diproyeksikan meningkat menjadi $5,3 miliar pada tahun 2024. Teknologi telah mengubah lanskap dengan menghadirkan efisiensi yang lebih besar pada cara perusahaan membelanjakan iklan mereka.

Meskipun begitu, startup adtech di Asia Tenggara masih menghadapi beberapa tantangan, seperti investasi yang tidak mencukupi, kecenderungan konsumen beralih ke kanal baru, dan persaingan yang meningkat akibat teknologi yang semakin canggih. Ditambah lagi situasi pandemi yang menciptakan banyak ketidakpastian namun juga peluang dalam dunia bisnis saat ini.

Seiring perkembangan bisnis yang ada, solusi adtech turut didesain secara “embedded” ke dalam platform yang memiliki basis pengguna besar. Misalnya, di platform online marketplace Tokopedia, para merchant bisa mengiklankan produknya kepada target pengguna spesifik. Trennya, akan semakin banyak aplikasi dengan ekosistem pengguna besar menjadikan model iklan digital ini sebagai salah satu model bisnisnya.

Application Information Will Show Up Here

Tanda Tangan Elektronik VIDA Kini Terintegrasi dengan DocuSign

VIDA mengumumkan kerja sama dengan penyedia layanan tanda tangan elektronik global DocuSign. Kemitraan ini memberikan pilihan bagi pengguna tanda tangan elektronik DocuSign di Indonesia untuk menandatangani dokumen dengan verifikasi identitas online yang aman dan berkekuatan hukum.

Dalam konferensi pers yang digelar pada hari ini (17/2), Co-founder dan CEO VIDA Sati Rasuanto menjelaskan sertifikat elektronik yang diterbitkan VIDA menjamin perlindungan data dan privasi penggunanya, sehingga meningkatkan kekuatan pembuktian hukum dari penggunaan tanda tangan elektronik DocuSign di Indonesia.

“Kemitraan DocuSign dan VIDA meningkatkan efisiensi dan produktivitas, dan juga menjamin integritas dokumen dengan verifikasi biometrik. Kami menerapkan best practice dan teknologi kelas dunia di berbagai layanan kami,” kata Sati.

Sebagai pionir tanda tangan elektronik global, DocuSign telah membantu banyak pelaku bisnis dalam mengotomatisasi, mempersiapkan, menandatangani, menindaklanjuti, hingga mengelola berbagai dokumen perjanjian. Meski demikian, kepastian hukum termasuk elemen dasar yang sangat penting.

Dengan integrasi produk DocuSign dan VIDA, pengguna DocuSign eSignature di Indonesia akan mendapatkan keuntungan secara langsung karena tanda tangan elektronik DocuSign akan dilengkapi dengan sertifikat elektronik untuk autentikasi identitas.

Proses ini sejalan dengan standar industri yang menggunakan standar global dalam pemrosesan dan penyimpanan data. Juga, memperkuat kepastian hukum tanda tangan elektronik pengguna DocuSign di Indonesia. Pasalnya, dokumen yang ditandatangani akan memiliki nilai yang sama dengan tanda tangan basah di mata hukum Indonesia.

“VIDA mengimplementasikan end-to-end encryption bagi seluruh transmisi data, kerahasiaan data pengguna dapat dijaga dan hanya digunakan sesuai kebutuhan penggunanya. Untuk mencegah penyalahgunaan identitas, verifikasi identitas online kami dilengkapi dengan verifikasi biometrik dengan liveness detection yang mengacu pada basis data identitas nasional resmi.”

Kemitraan tersebut juga membuka kemungkinan bagi VIDA untuk melangkah ke kancah global, mengingat VIDA sendiri sudah terakreditasi global dari WebTrust yang diakui secara global. Namun, Indonesia masih menjadi fokus utama perusahaan saat ini mengingat potensinya besar untuk digarap.

“Secara teknis di DocuSign, ketika memilih digital identity akan keluar pilihan. Karena VIDA sudah under WebTrust maka bisa dimunculkan. Ini memungkinkan VIDA muncul di negara lain, kembali ke user mau dimunculkan pilihan itu atau tidak. Tapi sekarang fokus market kita itu di Indonesia,” tambah Head of Product VIDA Ahmad Taufik.

Group Vice President and General Manager of DocuSign Asia-Pacific Dan Bognar mengatakan, “Kami sangat senang dapat mengumumkan kemitraan baru kami di Indonesia dengan VIDA. Kemitraan ini akan mendukung visi kami dalam menyediakan solusi end-to-end sepanjang proses perjanjian, dan terus menjadi partner terpercaya dalam hal tanda tangan elektronik.”

DocuSign merupakan salah satu pionir penyedia layanan tanda tangan elektronik global. Disebutkan jumlah penggunanya secara global tembus di angka 1,1 juta pengguna. Adapun total addressable market (TAM) dari tanda tangan elektronik ini masih terbuka luas diestimasi mencapai $25 triliun. Perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar $545,5 juta di kuartal III 2021, atau meningkat 42% secara yoy.

Dalam temuan DocuSign, tanda tangan elektronik mampu memberikan efisiensi pada aspek biaya, misalnya saat harus cetak dokumen. Secara rata-rata, bisnis tidak perlu mengeluarkan biaya sebesar $36 untuk setiap dokumen kesepakatan yang berhasil diselesaikan. Di Indonesia tren ini dapat dilihat dengan meningkatnya jumlah penyedia layanan tanda tangan elektronik yang masuk ke industri ini.

Seiring dengan itu, hadirnya regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah menyediakan kepastian hukum dalam penggunaan tanda tangan elektronik. Di Indonesia, tanda tangan elektronik telah disahkan oleh Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), diikuti oleh Peraturan Pemerintah (PP) no. 71 2019. Dalam periode 2018-2020, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Republik Indonesia mencatat lebih dari 2,58 juta sertifikat elektronik telah diterbitkan untuk menjamin tanda tangan elektronik tersertifikasi.

Nanotech Indonesia Global Bersiap Melantai di Bursa Saham Indonesia

Perusahaan nanoteknologi PT Nanotech Indonesia Global Tbk (IDX: NANO) bersiap menggelar IPO dengan melepas sebanyak 1,28 miliar saham atau setara 29,99% dari modal disetor setelah penawaran umum perdana saham. Nanotech diklaim sebagai bakal perusahaan nanoteknologi pertama di Indonesia yang akan melantai di bursa saham Indonesia.

Dalam prospektus e-IPO Nanotech, perusahaan mematok harga penawaran di kisaran Rp95 hingga Rp105 per saham dengan target dapat menghimpun sebanyak-banyaknya dana sebesar Rp134,92 miliar. Penawaran awal dijadwalkan pada 8-15 Februari dan ditargetkan mendapat pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada Februari 2022.

Sebagai informasi, Nanotech berawal dari kelompok penelitian nanoteknologi yang didirikan di 2005 silam oleh Prof. Nurul Taufiqu Rochman. Setelah bertahun-tahun melakukan aktivitas penelitian dan pengembangan produk baru berbasis nanoteknologi, Nanotech resmi berdiri sebagai entitas resmi di 2019.

Misi Nanotech adalah menjawab permasalahan, kebutuhan dan tantangan para akademisi, investor, industri, dunia usaha, dan pemerintah yang hanya bisa direkayasa dengan sains dan teknologi. Mengutip situs resminya, Nanotech menawarkan jasa sains dan teknologi berbasis R&D, rekayasa material, dan nanoteknologi dengan pengalaman lebih dari 10 tahun.

Saat ini, Nanotech terhubung dengan lebih dari 300 ilmuwan nanoteknologi, memiliki lebih dari 40 lisensi teknologi, 29 merek dengan teknologi nano, serta 100 bank formula.

Penggunaan dana IPO

Masih berdasarkan prospektus e-IPO, Nanotech merincikan penggunaan dana IPO ini yang terdiri dari (1) Rp16,39 miliar untuk membeli mesin dan perlengkapan jasa teknologi rekayasa material, (2) sebesar Rp16,7 miliar untuk membeli mesin dan perlengkapan terkait jasa layanan teknologi kesehatan, kosmetik, dan farmasi.

Kemudian, (3) Rp16,22 miliar untuk membeli mesin dan perlengkapan terkait layanan R&D, (4) Rp17,04 miliar untuk mesin implementasi teknologi pemanfaatan limbah, dan (5) Rp3,61 miliar untuk pengembangan infrastruktur IT dan sistem penunjang.

Dihubungi DailySocial.id secara terpisah, Chief Operatong Officer Nanotech Kurniawan Eko Saputro mengungkap bahwa rencana bisnis ini dapat dijalankan secara paralel di 2022 mengingat Nanotech didukung dengan kerja sama operasi (joint operation) bersama sebagai penyangga beberapa unit bisnis strategis.

Saat ini, Nanotech punya lima SBU (Strategic Business Unit), di antaranya adalah SBU Industri Umum, SBU Kesehatan, Kosmetik dan Farmasi, SBU Akuakultur dan Agribisnis, SBU Pendidikan dan Pelatihan, dan SBU Properti dan Konstruksi. “SBU dengan skema ini akan dilaksanakan pada kuartal kedua 2022 dengan harapan dapat menopang akselerasi pertumbuhan secara keseluruhan,” tutur Kurniawan.

Pada industri kesehatan, kosmetik, dan farmasi sendiri, ia menilai potensinya di Indonesia masih sangat besar. Indonesia memiliki kekayaan alam dengan 30.000 spesies yang telah diidentifikasi dan 950 spesies yang di antaranya memiliki fungsi tanaman obat, yaitu tumbuhan, hewan, maupun mikroba yang memiliki potensi sebagai obat dan makanan kesehatan.

Dengan kondisi ini, Indonesia berpotensi menjadi produsen bahan-bahan alami di industri pangan, obat, dan kosmetik. Mengutip riset Statistita, Kurniawan menyebut pasar kosmetik bahan alami dan organik berkembang pesat selama beberapa tahun terakhir dan diestimasi mencapai $22 miliar pada 2024.

Kemudian, valuasi penjualan kosmetik dunia juga disebut mencapai $145,3 miliar di 2020, dan diperkirakan terus tumbuh dengan CAGR sebesar 4,99 % per tahun selama periode 2020-2025. Menurut riset Statista 2022, valuasi pasar kosmetik dunia diproyeksikan menembus $189,3 miliar di 2025.

Belum lagi, potensi dari industri farmasi yang pertumbuhannya mencapai 12%-13% per tahun. Menurut Kementerian Perindustrian (Kemenperin), pasar farmasi di Indonesia diestimasi mencapai $10 miliar di 2021.

“Indonesia memiliki kekayaan hayati dan bonus demografi. Maka, peluang terbuka lebar untuk Indonesia. Saat ini, SBU yang paling berkontribusi adalah industri umum dan kesehatan, kosmetik dan farmasi. Strategi untuk mendorong pertumbuhan pendapatan antara lain memberikan nilai tambah terhadap jasa dan layanan yang diberikan kepada pelanggan serta kepada pemangku kepentingan yang terkait,” papar Kurniawan.

Adapun terkait implementasi teknologi pemanfaatan limbah, ia menambahkan bahwa pihaknya saat ini tengah menyiapkan teknologi/sistem pengolahan limbah untuk menjadi material yang lebih aman terhadap lingkungan. Teknologi ini akan ditawarkan ke perusahaan-perusahaan yang bermasalah terhadap inovasi pengolahan atau pemanfaatan limbah yang mereka produksi selama beroperasi. Misalnya, pemanfaatan limbah industri refinery minyak goreng dan tekstil.

Suksesi Bukalapak, Willix Halim Resmi Ditunjuk Jadi CEO

PT Bukalapak.com Tbk (IDX: BUKA) resmi menetapkan Willix Halim sebagai CEO Bukalapak, menggantikan Rachmat Kaimuddin yang mengundurkan diri pada akhir Desember 2021. Selain Willix, perusahaan juga mengumumkan penunjukan Victor Putra Lesmana dan Howard Nugraha Gani untuk masuk ke dalam jajaran direksi.

Dalam keterangan resminya, alasan penunjukan ini adalah baik Victor maupun Howard diyakini telah membawa pencapaian luar biasa bagi Bukalapak untuk memimpin digitalisasi UMKM di Indonesia. Adapun, Teddy Nuryanto Oetomo dan Natalia Firmansyah juga disebut akan tetap menjabat sebagai Direktur Bukalapak.

Hasil penunjukan Willix, Victor, dan Howard telah disetujui jajaran direksi, komisaris, dan pemegang saham Bukalapak dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).

“Kami optimistis Willix Halim dapat meneruskan kepemimpinan Rachmat Kaimuddin dengan mengembangkan Bukalapak sebagai perusahaan publik yang kokoh secara finansial, berkembang secara berkelanjutan, dan membawa dampak signifikan bagi Indonesia,” tutur Komisaris Utama sekaligus Komisaris Independen Bukalapak Bambang Brodjonegoro.

Sebelumnya, Willix sempat ditunjuk sebagai CEO sementara karena Rachmat Kaimuddin mengundurkan diri untuk melanjutkan kariernya mengabdi ke pemerintahan. Willix bergabung dengan Bukalapak sebagai Chief Operating Officer pada 2016. Ia berperan penting dalam perjalanan perusahaan menjadi unicorn dan berkontribusi terhadap pengembangan Mitra Bukalapak hingga menjadi pemimpin pasar O2O.

“Tahun ini, kami berharap dapat semakin memperkuat posisi Bukalapak sebagai perusahaan teknologi yang menyediakan berbagai vertikal kepada pengguna kami. Dengan dukungan dari berbagai pihak, saya yakin transformasi ini akan terus berjalan dengan baik dan mencapai tujuan utama kami, yaitu menciptakan ‘A Fair Economy For All‘,” ungkap Willix.

Agenda transformasi Bukalapak

Dengan kepemimpinan baru ini, publik bakal mengantisipasi sejumlah langkah strategis yang akan diambil oleh jajaran direksi baru Bukalapak mengingat ada sejumlah agenda besar menanti. Terutama pada navigasi di lini bisnis Mitra Bukalapak yang menjadi penyokong kinerja keuangan Bukalapak tahun lalu.

Kami merangkum sejumlah aksi korporasi dan agenda besar yang mungkin dapat terealisasi di tahun ini. Menjelang akhir 2021, Bukalapak mengubah alokasi dana IPO sebesar Rp21,9 triliun. Rinciannya, 33% dari dana IPO akan digunakan untuk modal kerja, 34% untuk modal kerja anak usaha yang terdiri dari; Buka Mitra (15%), Buka Usaha (15%), serta Buka Investasi, Buka Pengadaan, Bukalapak, dan Five Jack masing-masing 1%.

Bukalapak memberikan alokasi baru sebesar 33% untuk pengembangan usaha perusahaan dan anak usaha, baik lewat skema pembelian saham dan/atau aset, dan/atau penyertaan saham pada satu atau lebih perusahaan termasuk joint venture, atau pelunasan fasilitas pinjaman yang digunakan untuk keperluan pertumbuhan dan/atau pengembangan usaha baik sekarang maupun yang akan datang.

Mengawali awal tahun ini, Bukalapak menjadi salah satu penyerap right issue Allo Bank milik CT Corp dengan mengambil alih 11,49% saham. Layanan Allo Bank ditargetkan komersial tahun ini. “Bagi Bukalapak, melalui bisnis Mitra dan konektivitasnya dengan vertikal vertikal baru di pasar UMKM, kerja sama ini dapat mengembangkan penawarannya serta aksesibilitas kredit bagi para pelaku usaha di area rural,” kata Willix beberapa waktu lalu.

Hingga tahun lalu, Bukalapak tercatat telah melayani lebih dari 100 juta pengguna, memiliki sebanyak 6,7 juta pelapak dan 10,4 juta Mitra Bukalapak.

Tak lama berselang, pemilik CT Corp Chairul Tanjung bahkan mengumumkan akan membentuk perusahaan online grocery patungan (joint venture) melalui PT Trans Retail Indonesia bersama Bukalapak. Komposisi kepemilikan Trans Retail akan sebesar 55% dan Bukalapak sebesar 45%,

Application Information Will Show Up Here

NOBI Umumkan Pendanaan Awal 57 Miliar Rupiah Dipimpin AC Ventures

Startup pengembang platform manajemen akset kripto NOBI (PT Enkripsi Teknologi Handal) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai $4 juta atau senilai 57,1 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh AC Ventures, dengan partisipasi Appworks, Skystar Capital Cakra Ventures, Global Founders Capital, dan sejumlah angel investor.

Dana segar akan difokuskan untuk mengembangkan produk, meningkatkan penetrasi dan pemanfaatan Honest Token (HNST), dan menguatkan jajaran tim. Seperti diketahui, NOBI bertujuan membantu investor dalam mendiversifikasi aset ke kripto dan membantu orang yang tidak punya banyak waktu untuk mengelola aset secara akses dengan simpel.

Bukukan transaksi kripto 1 triliun Rupiah

Startup ini didirikan oleh Lawrence Samantha (CEO), Edy Senjaya (CTO), dan Dionisius Evan Alam (CPO). Layanan utama NOBI terdiri dari Staking, Savings, dan Trading Strategy, memungkinkan pengguna menikmati hasil yang menarik dari Bitcoint, Ethereum, dan aset kripto unggulan lainnya.

“Ini adalah tonggak penting bagi kami. AC Ventures dan investor kami lainnya menghadirkan pengalaman mendalam yang tak tertandingi dalam fintech, investasi, dan kripto. Putaran investasi ini menunjukkan kepercayaan dan komitmen mereka terhadap apa yang dapat kami lakukan untuk membuat perbedaan untuk menyatukan ruang kripto dan keuangan,” ujar Lawrence.

Sejak didirikan tahun 2018, NOBI saat ini mengelola aset kripto senilai lebih dari 1 triliun Rupiah. Semua layanan yang dimilik diklaim tumbuh hingga 15x seiring dengan peningkatan pengguna yang signifikan dalam 6 bulan terakhir.

“Sejalan dengan tren global, permintaan aset kripto di Indonesia tumbuh pesat. Volume perdagangan domestik telah meningkat lebih dari 10x hingga melebihi $60 miliar pada tahun 2021 melalui lebih dari 11 juta akun pengguna. NOBI memberi investor berbagai layanan yang memungkinkan pengguna Anda mendapatkan bunga. Platform NOBI yang ramah pengguna dan intuitif memudahkan untuk mulai berinvestasi dalam cryptocurrency,” kata Founder & Managing Partner AC Ventures Michael Soerijadji.

Peminat kripto terus meningkat

Menurut data BAPPEPTI sebagai perpanjangan tangan regulator di Indonesia yang menangani aset kripto, jumlah investor kripto di tanah air tumbuh 2x lebih cepat dibandingkan instrumen lain seperti saham pada tahun 2021, yakni mencapai 11,2 juta. Menarik, karena pertumbuhan ini terjadi di tengah fluktuasi harga kripto yang sangat dinamis.

Sepanjang tahun 2021 nilai transaksi aset kripto di Indonesia juga telah mencapai $61,4 miliar atau lebih dari 859 triliun Rupiah, meningkat lebih dari 1222% dibanding tahun sebelumnya.

Pesatnya adopsi kripto berada di tengah tren pertumbuhan platform wealthtech di tengah masyarakat. Hal ini ditengarai meningkatnya inklusi dan literasi keuangan, membuat masyarakat mulai sadar pentingnya melakukan investasi.

Kendati masih dalam hitungan jari, sejumlah platform lokal mencoba sajikan aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk berinvestasi ke kripto, misalnya INDODAX, Tokocrypto, Pintu, dan Pluang. Semakin menarik karena tren produk blockchain lain juga mulai dikenal dan bertumbuh peminatnya di Indonesia, misalnya NFT yang juga melibatkan aset kripto untuk transaksi.

Application Information Will Show Up Here

Induk Kredivo Jadi Pengendali Saham Bank Bisnis Internasional

PT FinAccel Teknologi Indonesia memantapkan langkahnya untuk masuk ke bank digital di tahun ini. Usai menambah kepemilikan sahamnya, induk usaha Kredivo dan Kredifazz ini resmi menjadi pengendali Bank Bisnis Internasional Tbk (IDX: BBSI).

Berdasarkan keterbukaan di Bursa Efek Indonesia pada 14 Februari 2022, FinAccel menambah kepemilikan saham di Bank Bisnis sebesar 1,15 miliar lembar saham atau setara dengan 35% saham.

Sebelumnya, FinAccel mencaplok 24% saham Bank Bisnis pada Mei 2021. Kemudian, perusahaan kembali meningkatkan porsi kepemilikannya menjadi 40% pada Oktober 2021. Dengan demikian, FinAccel kini menguasai 75% saham Bank Bisnis.

Struktur kepemilikan saham setelah pengambilalihan saham menjadi sebagai berikut; FinAccel Teknologi Indonesia memiliki 75% dengan kepemilikan 2,48 miliar lembar saham, Sundjono Suriadi memiliki 4,91% dengan 162,4 juta lembar saham, PT Sun Antarnusa 4,17% (138 juta lembar), dan publik 15,92% (526,3 juta lembar).

“Pengajuan pengmbilalihan saham ini sudah disampaikan ke OJK pada 10 Februari 2022 dan telah disetujui oleh OJK,” demikian disampaikan dalam keterangan resmi Bank Bisnis.

Babak lanjutan kompetisi bank digital

Sebelumnya, strategi pengendali saham bank telah dilakukan oleh PT Akulaku Silvrr Indonesia terhadap PT Bank Neo Commerce Tbk (IDX: BBYB). Secara bertahap, Akulaku resmi menguasai kepemilikan saham BNC pada Juli 2021.

Akuisisi FinAccel akan memungkinkan Bank Bisnis untuk dapat memanfaatkan teknologi, data, dan customer base yang telah dimiliki oleh FinAccel untuk mengincar pasar yang selama ini belum terlayani oleh merchant-merchant online di Indonesia.

Saat ini, FinAccel menaungi produk paylater Kredivo dan lending Kredifazz. Kredivo tercatat punya 5 juta pengguna tahun lalu dengan ketersediaan layanan di lebih dari 1.000 merchant di Indonesia.

Kredivo telah terintegrasi di hampir seluruh e-commerce terkemuka di Indonesia, seperti Bukalapak, Lazada, Tokopedia, Blibli, Bhinneka, hingga Sociolla. Pencapaian di atas mengukuhkan posisi Kredivo sebagai penguasa pangsa pasar kartu kredit yang selama ini penetrasinya masih rendah di Indonesia.

Dalam rangkuman DailySocial.id, pertarungan bank digital telah dimulai sejak tahun lalu, setidaknya dimulai dari komersialisasi layanan dari Bank Neo Commerce (Neo+), Bank Jago (Jago App), Bank Seabank Indonesia (SeaBank), dan BCA Digital (blu). Untuk tahap awal, bank digital masuk lewat produk saving dan fitur pengaturan keuangan dengan target pasar rata-rata di segmen ritel, milenial, dan mass market.

Jelang akhir 2021, persaingan bank digital semakin kencang dengan semakin banyaknya aksi akuisisi bank mini untuk memenuhi kewajiban modal minimum bank dan transformasi anak usaha. Beberapa di antaranya adalah Bank BRI lewat anak usaha BRI Agro (sekarang Bank Raya), BNI mencaplok Bank Mayora, dan aksi right issue Allo Bank.

Dengan dinamika yang terjadi di sepanjang 2021, bisa jadi bank digital akan memulai babak baru dengan masuk ke produk pinjaman (lending). Tahun lalu, bank digital melakukan penetrasi pasar dengan produk saving sebagai upaya eksplorasi tahap awal untuk membangun basis pelanggan.

Salah satunya adalah Bank Jago yang berencana mendorong kemitraan layanan dan ekosistem produk, termasuk produk lending di tahun ini. Terakhir, Bank Jago tercatat telah bekerja sama dengan 19 mitra dari berbagai vertikal, mulai dari e-commerce, lending, dan investment.

Platform Pencarian Kerja “KitaLulus” Raih Pendanaan Awal Dipimpin Go-Ventures

Platform jaringan profesional dan pencarian kerja KitaLulus, berhasil meraih pendanaan tahap awal yang dipimpin oleh Go-Ventures. Putaran ini juga diikuti beberapa angel investor termasuk Phil Opamuratawongse (Shipper), JJ Chai (Rainforest), Aldi Haryopratomo, YC Ng (AC Ventures), dan Abhinay Peddisetty (BukuWarung).

Tidak disebutkan nilai pendanaan yang disalurkan pada putaran ini. Perusahaan berencana menggunakan dana segar ini untuk memperkuat tim produk dan teknologi, selain itu juga memperluas jangkauan pasarnya di Indonesia. Perusahaan memiliki visi untuk membantu Indonesia bangkit bekerja setelah Covid-19 dengan menghubungkan massa dengan jaringan dan kesempatan kerja yang tepat.

Co-Founder KitaLulus Stevien Jimmy turut mengungkapkan bahwa dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, penduduk usia produktif di Indonesia diproyeksikan meningkat hingga 20%. Sementara itu, masih banyak tantangan yang ditemui termasuk akses dan peluang yang belum inklusif. Di sisi lain, solusi konvensional dinilai kurang efisien dan tidak efektif. KitaLulus ingin mencoba menyelesaikan masalah ini dengan menawarkan solusi yang menyeluruh.

Sebelumnya, KitaLulus telah meluncurkan platform jaringan dan pekerjaan profesionalnya pada bulan Oktober 2021. Terdapat tiga fungsi utama yang ditawarkan dalam platform. Pertama, program upskill untuk tujuan profesional dan pemerintahan. Dalam kursus online ini, pengguna dapat mengukur dan melatih kemampuan dengan mengerjakan soal. Disediakan juga video tutorial untuk mendukung pendalaman topik. Saat ini program yang tersedia adalah untuk persiapan CPNS, PPPK Guru, dan sekolah kedinasan.

Selain itu, pengguna juga bisa bergabung dengan jaringan profesional yang sesuai dengan latar belakang pendidikan, profesional atau pengalaman kerja yang serupa. Utamanya, melalui aplikasi KitaLulus, pengguna bisa membangun portofolio pengalaman, menemukan peluang kerja yang sesuai dan berinteraksi langsung dengan perusahaan potensial melalui WhatsApp. Beberapa perusahaan yang sudah bekerja sama dengan platform ini termasuk Apotek K-24, Hangry, J&T Express, dan Seryu Cargo.

Dalam menjalankan bisnisnya, Jimmy yang sebelumnya adalah Co-Founder dari Baca (aplikasi agregator berita) turut didukung oleh sosok yang memiliki kehadiran kuat di industri teknologi tanah air. Selaku Co-Founder Wei-Chuan Chew (Wibowo) pernah terlibat sebagai Co-Founder Rukita (perusahaan co-living) dan Junior Partner di McKinsey. Keduanya juga didukung oleh Head of Engineering, Septiana Wijayanti, yang sebelumnya terlibat dalam pengembangan awal platform Sayurbox (online grocery).

Rencana ke depan

Belum satu tahun beroperasi, perusahaan telah mengklaim pertumbuhan signifikan. Hingga saat ini, sebanyak 1 juta lamaran kerja telah diproses dalam platform tiap bulannya. Jaringan profesional mereka telah merangkul lebih dari 20 komunitas dan menjangkau enam area metropolitan di Indonesia, termasuk Bandung, Jabodetabek, Makassar, Medan, Semarang, dan Surabaya.

“Ke depannya, kami berencana melakukan ekspansi ke seluruh Indonesia. Secara khusus, kami menargetkan kota seperti Malang, Palembang, dan Serang. Selain memperluas wilayah, kami juga akan menginvestasikan dana ini untuk memperkuat tim. Tujuannya tidak lain untuk membangun tim produk dan teknologi kelas dunia, yang akan mengembangkan produk kami menjadi yang jejaring profesional dan platform pekerjaan terdepan di Indonesia,” ungkap Stevien.

Dalam pernyataan resmi, Partner Go-Ventures Aditya Kamath turut mengungkapkan, “Seiring pemulihan ekonomi Indonesia dari pandemi COVID-19, kami berharap bisa melihat peningkatan permintaan tenaga kerja di tanah air. Selain itu, dengan peningkatan penetrasi internet di Indonesia, hal ini tentunya semakin memperkuat dukungan bagi KitaLulus. Kami senang bisa mendukung KitaLulus, karena kami melihat perusahaan memainkan peran kunci dalam membantu masyarakat Indonesia untuk meningkatkan keterampilan, memajukan diri, dan menemukan pekerjaan impian mereka”.

Go-Ventures sendiri merupakan perusahaan modal ventura milik Gojek yang fokus berinvestasi pada startup tahap awal. Hingga saat ini, Go-Ventures telah berinvestasi di lebih dari 25 perusahaan teknologi Indonesia yang bergerak di berbagai bidang, termasuk dalam portofolionya startup wealthtech Pluang, eFishery (aquatech), Segari, Food Market Hub, dan lainnya.

Platform job marketplace di Indonesia

Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah banyak platform job marketplace yang menawarkan layanan perekrutan dengan value added yang berbeda. Misalnya Kalibrr, sebagai perusahaan perekrutan asal Filipina yang sudah hadir di Indonesia sejak tahun 2016. Mereka menggabungkan platform rekrutmen berbasis AI dan layanan employer branding untuk membantu perusahaan menunjukkan nilai-nilai mereka, menarik kandidat tepat, dan merealisasikan proses yang mulus.

Untuk pemain lokal juga ada beberapa platform yang menangani kebutuhan serupa seperti Urbanhire, Ekrut, Nusatalent, dan beberapa lainnya. Selama pandemi mereka juga cukup aktif membantu perusahaan untuk melakukan digitalisasi sistem HR. Misalnya yang dilakukan Urbanhire, kini mereka tidak hanya memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan saja, tetapi HR technology dan talent solutions, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

Application Information Will Show Up Here

Modalku Raih Pendanaan Seri C+ Lebih dari 2 Triliun Rupiah, Siap Masuk ke Neobank

Grup Modalku mengumumkan perolehan pendanaan seri C+ senilai $144 juta (sekitar 2,06 triliun Rupiah) yang dipimpin oleh Softbank Vision Fund 2, dengan partisipasi dari VNG Corporation, Rapyd Ventures, EDBI, Indies Capital, Ascend Vietnam Ventures, dan investor sebelumnya, seperti Sequoia Capital India dan BRI Ventures.

Dalam kesempatan tersebut, perusahaan juga mengumumkan fasilitas dana pinjaman terbaru sebesar $150 juta (sekitar 2,15 triliun) dari lembaga keuangan di Eropa, Amerika serikat, dan Asia. Pengumuman ini menyusul ronde seri C senilai $45 juta yang diperoleh antara tahun 2020 dan 2021. Bila ditotal, perusahaan mengantongi $189 juta (sekitar 2,7 triliun Rupiah).

Pendanaan yang diraih akan memperkuat posisi perusahaan sebagai pemimpin dalam pendanaan digital regional. Dana akan digunakan untuk mengelola pengeluaran serta meningkatkan layanan B2B Payments bagi UMKM di Asia Tenggara dalam rangka menjadi neobank. Strategi yang sama juga diambil KoinWorks untuk fokus berikutnya.

Manajemen juga menyampaikan sebanyak $16 juta (sekitar 229 miliar Rupiah) dari pendanaan terbaru ini akan digunakan untuk berkontribusi ke opsi rencana saham perusahaan dalam bentuk pembelian kembali saham, bagi karyawan terdahulu maupun saat ini.

Dalam keterangan resmi, Co-founder Funding Societies Reynold Wijaya menyampaikan, “[..] Setelah berhasil membuktikan kapabilitas kredit kami selama krisis finansial yang belum pernah terjadi sebelumnya, Modalku akan memperluas bisnis menuju neobanking. Kami berkomitmen untuk dapat mendukung UMKM lebih baik, memperkuat kehadiran kami di Asia Tenggara, dan membawa dampak positif yang lebih besar ke masyarakat.”

Managing Partner SoftBank Investment Advisers Greg Moon menambahkan, secara historis UMKM di Asia Tenggara berjuang untuk mendapatkan akses pinjaman dari institusi keuangan, tetapi mereka justru terpaksa mengandalkan pendanaan pribadi untuk mendukung pertumbuhan usaha mereka. Modalku hadir dan menjembatani para pengusaha ini untuk mengakses pendanaan yang lebih sesuai kebutuhan mereka.

“Juga, lebih terjangkau dengan membangun sistem data yang menilai suatu usaha dari kinerjanya dan menggunakan teknologi berbasis Artificial Intelligence (AI) agar proses menjadi lebih efektif. Kami senang dapat mendukung misi mereka berkontribusi bagi Asia Tenggara dengan mendanai UMKM yang layak namun belum terlayani,” kata Moon.

Fokus ke UMKM

Grup Modalku yang didirikan pada tahun 2015 ini berupaya memecahkan tantangan-tantangan utama UMKM yang menghambat pertumbuhan mereka, mulai dari adanya financial gap sebesar $300 miliar (sekitar Rp 4,6 kuadriliun) di kawasan Asia Tenggara. Meskipun nyaris 99% dari semua usaha di Asia Tenggara merupakan usaha kecil, nyatanya para pelaku UMKM menghadapi banyak rintangan dalam memperoleh pinjaman usaha dari lembaga keuangan konvensional karena kurangnya rekam jejak kredit atau agunan untuk dijaminkan.

Layanan Modalku hadir untuk menawarkan pinjaman hingga Rp2 miliar yang dapat dicairkan dalam waktu 24 jam, sehingga menjadi solusi bagi para UMKM terhadap tantangan terkait akses modal untuk bisnis. Saat ini perusahaan memosisikan diri sebagai one-stop shop dalam pendanaan UMKM sehingga tidak lagi menggunakan pendekatan supply chain tradisional untuk mencapai inklusi keuangan, melainkan dengan model kredit berbasis Artificial Intelligence (AI) serta menggunakan nilai tambah produk yang dimiliki untuk menjangkau bisnis yang kurang terlayani.

Sebuah studi terbaru yang menggunakan metodologi dari Asian Development Bank, mengungkapkan bahwa UMKM yang didukung oleh Grup Modalku berkontribusi sebesar USD 3,6 miliar (sekitar Rp 51,6 triliun) ke PDB di Asia Tenggara.

Setelah tujuh tahun berlalu, Grup Modalku saat ini sudah memiliki lisensi di empat negara ASEAN, yaitu Singapura, Indonesia, Malaysia, Thailand, dan sudah beroperasi di Vietnam. Hingga saat ini, perusahaan telah menyalurkan pendanaan usaha lebih dari Rp29,4 triliun kepada lebih dari 4,9 juta transaksi pinjaman UMKM di Asia Tenggara.

Sejak 2019, Grup Modalku telah memperluas layanan keuangannya di luar pinjaman dan berencana untuk melakukan ekspansi ke lebih banyak lokasi di Asia Tenggara dalam 12 bulan ke depan.

Virtual Credit

Dalam rangka menuju neobank, sebelumnya perusahaan meluncurkan “Virtual Credit”, fasilitas paylater untuk mendukung kebutuhan usaha bagi UMKM dalam bentuk limit kredit yang dapat digunakan untuk bertransaksi secara digital di platform atau supplier online/offline. Dengan proses persetujuan yang cepat, limit dapat digunakan untuk menambah stok barang, mengembangkan usaha, serta kebutuhan mendesak para pengusaha.

Fasilitas Modalku Virtual Credit ini dapat digunakan oleh UMKM individual maupun berbadan usaha (PT/CV) untuk mengelola dan mengontrol arus kas usaha dengan akses yang mudah. Limit yang diberikan akan disesuaikan dengan skala bisnisnya. Kategori UMKM individual bisa mendapatkan limit kredit hingga Rp100 juta, sedangkan untuk UMKM berbadan usaha hingga Rp500 juta. UMKM dapat mengajukan fasilitas ini tanpa perlu memiliki agunan.

Saat ini, Modalku telah bekerja sama dengan lebih dari 100 supplier online dan offline untuk membantu UMKM dalam pemenuhan kebutuhan usaha. Beberapa platform online yang sudah bekerja sama di antaranya JD.ID, Bizzy, Blibli, Jubelio, dan akan terus bertambah seiring perkembangan layanan.

“Dengan adanya fasilitas paylater untuk bisnis ini, kami bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada UMKM agar mendapatkan tempo yang lebih panjang dan membantu UMKM mengontrol arus kas dengan lebih baik karena pemasukan atau piutang yang sering kali bersifat fluktuatif dari waktu ke waktu, terutama di masa-masa pandemi yang masih berkepanjangan dan tidak menentu,” ujar Head of Growth and Partnership Modalku Arthur Adisusanto.

Arus kas sendiri menjadi sumber kehidupan bagi setiap lini bisnis. Kemampuan untuk bisa mengelola pendapatan dan pengeluaran merupakan ilmu esensial dalam mengembangkan usaha apa pun. Ketika arus kas masuk lebih lambat daripada arus keluar (arus kas negatif), menjalankan dan mengembangkan bisnis akan menjadi sulit.

Application Information Will Show Up Here