Platform Fashion Commerce Zilingo Masuki Bisnis Penjualan Makanan Organik

Platform fashion commerce Zilingo memperkenalkan layanan terbarunya, yakni pembelian bahan dan makanan organik. Dalam keterangan resminya, Zilingo menyebutkan telah bermitra dengan sejumlah pelaku usaha di industri hotel, restoran, dan kafe (horeka) sebagai langkah awal masuk ke bisnis ini.

Produk-produk tersebut dapat diakses di kategori “Barang Kebutuhan”, bisa diakses lewat situs web dan aplikasi.

Senior Executive Zilingo Indonesia Melina Marpaung mengatakan, kehadiran layanan baru ini tak dapat terlepas dari dampak pandemi Covid-19. Menurutnya, situasi yang berlangsung sejak tahun lalu ini telah meningkatkan kesadaran konsumen akan hidup sehat dan kebutuhan nutrisi.

Kemudian, berdasarkan laporan Euromonitor berjudul Purposeful Food: Demand Rising in Southeast Asia in 2021 & Beyond, lebih dari setengah responden di Asia Tenggara meyakini mereka akan lebih menjaga kesehatan dalam lima tahun mendatang. Berbagai faktor ini memicu lonjakan minat konsumen terhadap produk buah-buahan dan sayur-sayuran.

“Platform e-commerce dapat memberikan pengaruh yang kuat dalam mempromosikan produk di segmen kesehatan dengan berbagai macam pilihan. Pengaruh ini juga mendorong konsumen lebih bijak dalam memilih makanan,” ungkap Melina dalam pernyataan tertulisnya.

Di samping itu, lanjutnya, pandemi membuka kesempatan bagi produsen makanan organik, natural, dan fungsional untuk membantu konsumen menjalankan hidup sehat. Kesempatan ini justru semakin terbuka lebar seiring dengan semakin kuat ekosistem digital dan akselerasi penggunaan e-commerce di kalangan masyarakat.

Untuk melayani permintaan konsumen yang terus meningkat, Zilingo menggandeng mitra logistik dan pelaku usaha horeka yang produknya tengah diminati masyarakat, seperti madu, ekstrak rempah, dan herbal. Saat ini Zilingo telah bermitra dengan beberapa merek organik dan natural di Indonesia, seperti Talasi, Haldin Foods, Alteya Organics dan Maidanatural.

“Penting untuk berkolaborasi dengan mitra logistik dan pelaku usaha horeka agar dapat menjaga pasokan saat permintaan meningkat. Apalagi, integritas produk organik dan natural dalam waktu yang tidak menentu seperti sekarang menjadi sangat penting, termasuk transparansi dalam proses pengadaan,” tambahnya.

Menurutnya, produk organik dan natural telah berkembang menjadi bagian dari ekspektasi dasar konsumen terhadap tren makanan di industri produk natural. Ini menjadi momentum bagi pelaku usaha horeka untuk memanfaatkan tren yang dan dan membantu mempercepat pemulihan industri.

Dalam kesempatan ini, Zilingo juga meluncurkan kampanye “Sustainable Living” untuk membantu konsumen melakukan pengadaan dengan penawaran mulai dari Rp40 ribu dan mengakomodasi permintaan konsumen di Zilingo Trade.

Ramai-ramai masuk bisnis makanan

Masuknya Zilingo ke bisnis makanan di Indonesia semakin memperkuat persaingan dengan platform lainnya. Momentum pandemi banyak dimanfaatkan oleh pelaku startup untuk melakukan diversifikasi bisnis di tengah meningkatnya akselerasi digital.

Model bisnis yang digarap kebanyakan bermain di ranah jasa pengantaran makanan (food delivery). Awalnya, layanan food delivery dikuasai oleh super app Gojek dan Grab. Kemudian, pesaing kuatnya Shopee melalui ShopeeFood mulai agresif masuk ke bisnis ini sejak setahun terakhir.

Traveloka yang awalnya hanya masuk ke layanan directory dan voucher F&B juga mulai gencar sejak tahun lalu menjajal layanan food delivery. Belum lagi ditambah Bukalapak lewat BukaFood dan startup logistik SiCepat yang melakukan diversifikasi vertikal dengan mencaplok DigiResto.

Aksi platform digital ini menandakan adanya permintaan luar biasa terhadap bisnis makanan secara on-demand. Nilai bisnisnya juga menggiurkan. Riset Momentum Works melaporkan bahwa layanan food delivery mengalami percepatan pertumbuhan selama pandemi.

GMV pengiriman makanan di enam negara di Asia Tenggara mencapai angka fantastis, yakni sebesar $11,9 miliar atau Rp169 triliun di 2020. Sementara di Indonesia saja, nilainya mencapai $3,7 miliar atau setara Rp52 triliun yang didominasi dua pemain besar, yakni Grab dan Gojek dengan porsi masing-masing sebesar 53% dan 47% dari total pangsa pasar.

Tampaknya bisnis food delivery akan menjadi babak baru yang akan dihadapi lintas platform digital, dan tak terbatas pada satu vertikal saja. Dengan ekosistem digital yang semakin matang di Indonesia, akan mudah bagi startup untuk mendapatkan traksi yang signifikan. Namun, bisa saja aksi bakar uang tetap dilakukan.

Application Information Will Show Up Here

Carro Umumkan Pendanaan Seri C dan Jadi Unicorn, Kompetisi “Car Marketplace” Meruncing

Platform marketplace mobil bekas Carro hari ini (15/6) mengumumkan perolehan pendanaan seri C senilai $360 juta atau setara 5,1 triliun Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh SoftBank Vision Fund 2, diikuti sejumlah investor termasuk East Ventures. Dengan tambahan investasi ini, Carro menyatakan telah mencapai status “unicorn”, alias mencapai valuasi lebih dari $1 miliar.

Perolehan ini menyambung pendanaan yang berhasil dibukukan perusahaan pada beberapa tahun terakhir. Di tahun 2020, Carro memdapatkan pendanaan debt dari sejumlah investor, menyusul putaran seri B yang ditutup pada kuartal pertama 2019. Dari rangkaian investasi tahap awal tahun 2015 s/d 2020, Carro berhasil membukukan valuasi sekitar $291 juta.

Adapun investor yang terlibat termasuk Alpha JWC Ventures, B Capital Group, NCore Ventures, Golden Gate Ventures, Endeavor Catalyst, Mitsubishi Corp, dan sejumlah lainnya. SoftBank Group sendiri sebelumnya juga telah berinvestasi di Carro pada tahun 2016 melalui SoftBank Ventures Asia.

Carro akan menggunakan dana segar tersebut untuk memperkuat posisi pasarnya dan memperluas produk di pasar Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Carro juga akan meningkatkan portofolio layanan keuangannya dengan memperluas di luar pembiayaan pinjaman in-house, serta mempercepat pengembangan kemampuan AI.

Jajaran tim dan manajemen Carro / Carro

April lalu, tim Carro Indonesia menyampaikan bahwa pada Q1 2021 layanan mereka berhasil membukukan total penjualan unit mobil bekas hingga di atas 100% dibandingkan Q4 2020. Sementara untuk bisnisnya secara keseluruhan, per Maret 2021 Carro mengklaim telah membukukan pertumbuhan pendapatan lebih dari 2,5x dan melanjutkan posisi EBITDA positif untuk tahun kedua secara berturut-turut.

Babak selanjutnya, menurut pengakuan founder kepada e27, perusahaan akan mempertimbangkan untuk go-public. Di katakan rencana tersebut akan dimatangkan 18-24 bulan ke depan.

Dalam grup perusahaannya, Carro juga menaungi beberapa platform digital Genie (Singapura), myTukar (Malaysia), dan Jualo (Indonesia).

Kompetisi pasar

Di kategori pembelian (C2B) dan penjualan (B2C) mobil bekas, Carro berkompetisi langsung dengan Carsome — keduanya sama-sama pemain regional yang juga memiliki basis bisnis di Indonesia dan sejumlah negara.

Model bisnisnya nyaris mirip, untuk C2B mereka membeli mobil konsumen secara instan dengan melakukan inspeksi menyeluruh. Perusahaan menyediakan titik-titik pemeriksaan di lokasi strategis — adapun permintaan pembelian bisa dilakukan melalui situs web. Mobil yang dibeli selanjutnya dijual kepada para pemilik diler mobil untuk kembali dipasarkan.

Sementara untuk model B2C, mobil yang berhasil dibeli dan diinspeksi kembali dijual melalui platform digital yang mereka miliki. Nilai unik yang coba dihadirkan adalah hasil inspeksi, mengingat barang yang dijual adalah bekas. Mereka juga bekerja sama dengan lembaga finansial untuk menjajakan skema kredit.

Berdasarkan analisis kunjungan situs di Indonesia dan Malaysia, sejauh ini Carsome lebih unggul dibandingkan dengan Carro. Di tiap negara mereka mengoperasikan situs yang berbeda, seperti di Indonesia: Carsome.id dan Carro.id; serta di Malaysia: Carsome.my dan myTukar.com.

Statistik Carro vs Carsome di Indonesia:

Statistik myTukar vs Carsome di Malaysia:

Di sisi pendanaan, Carsome akhir tahun 2020 lalu baru membukukan putaran pendanaan seri D dari sejumlah investor. Dari seed round sampai putaran terakhir yang diperoleh estimasi valuasi Carsome telah mencapai $250 juta. Endeavor dan unit Mitsubishi terlibat di pendanaan Carsome dan Carro.

Kabar terbaru yang diterbitkan DealStreetAsia mengatakan, bahwa Carsome tengah dalam penjajakan untuk mendapatkan pendanaan baru lebih dari $200 juta — dan berpotensi membawa mereka menjadi unicorn selanjutnya.

Menurut data yang disampaikan perusahaan, pada Q4 2020 Carsome berhasil membukukan pendapatan tertinggi yang jumlahnya dua kali lipat dari periode sebelum pandemi. Selain itu, Carsome juga berhasil mencapai profitabilitas operasional group pada Q4 2020.

Di Indonesia juga ada pemain lainnya yakni OLX Autos (sebelumnya BeliMobilGue) yang kini sudah terintegrasi dengan layanan milik OLX. Fokus utamanya lebih ke pembelian mobil dari konsumen — kendati saat ini beberapa produk hasil inspeksinya juga mulai dijual melalui OLX dan kanal online marketplace lainnya.

Carro dan Carsome turut galakkan strategi online-to-offline dengan menghadirkan gerai untuk membantu proses transaksi. Carro baru meresmikan “Carro Automall Point” pada akhir April 2021 lalu, saat ini showroom mobil bekas tersebut sudah berada di tiga lokasi sekitar Jabodetabek. Sementara Carsome juga baru meresmikan “Experience Center” pada awal April 2021 lalu. Untuk titik inspeksi sendiri, Carsome sudah menjakau 15 kota di Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Google Play Tambah DOKU Sebagai Opsi Pembayaran

DOKU mengumumkan kehadiran di Google Play sebagai tambahan opsi pembayaran teranyar, melengkapi pemain e-money lainnya yang sudah lebih dulu hadir, yakni Gopay dan ShopeePay. Ke depannya DOKU akan terus melengkapi jenis metode pembayaran dalam Google Play, sehingga konten digital berbayar yang ada di dalamnya dapat diperoleh dengan mudah.

“Saat ini mobile commerce dengan metode in-app payment menjadi semakin populer dan banyak dipilih konsumen karena lebih praktis dan nyaman, terutama bagi generasi muda yang kesehariannya sangat bergantung dengan smartphone mereka,” ucap Chief of International Partnership DOKU Alison Jap dalam keterangan resmi, Selasa (15/6).

Adapun cara mengaktifkan DOKU e-Wallet dalam Google Play terbilang cukup mudah. Pertama, pengguna pilih menu Payments & Subscription. Kedua, pilih menu Payment Methods. Terakhir, menambahkan DOKU sebagai metode pembayaran.

Mengutip dari sebuah riset yang dikeluarkan oleh JP Morgan ‘2020 Payment Trends Report’ untuk pasar Indonesia terungkap bahwa digital wallet adalah metode pembayaran dengan tingkat kepopuleran yang cepat melesat. Pada 2019, penggunaan digital wallet sebesar 16% dibandingkan opsi lainnya. Diprediksi pada 2023 mendatang akan meningkat hingga 23%.

Lebih lanjut, riset tersebut juga menyatakan pada 2019 mobile commerce dengan metode in-app payment lebih digemari oleh konsumen (69%) daripada pembayaran melalui browser (31%).

Sejak resmi diluncurkan pada 2013, DOKU e-Wallet fokus pada pertumbuhan organik yang konsisten dengan segmentasi profil pengguna yang lebih matang. Diklaim penggunanya saat ini sebanyak 3,7 juta orang dengan nilai rata-rata transaksi Rp300 ribu-Rp400 ribu.

Para pengguna mayoritas menggunakan fitur pembayaran tagihan, pulsa, token listrik, iuran BPJS secara autodebet, transfer dana, dan belanja online. Tak hanya itu, DOKU e-Wallet sudah dilengkapi dengan fitur scan QRIS yang mempermudah pengguna ketika melakukan pembayaran baik online maupun onsite.

Sebelumnya DOKU e-Wallet mengumumkan penambahan fitur ‘Bayar di Toko’ yang dapat digunakan di gerai Alfamart dan Indomaret pada tahun lalu.

Secara perusahaan, DOKU memiliki tiga pilar bisnis, yakni DOKU e-Wallet, remitansi & disbursement, dan payment gateway. Bisnis yang terakhir ini adalah bisnis utama DOKU yang berkontribusi sebanyak 70% secara pendapatan. Pada April kemarin, perusahaan memutuskan untuk melakukan rebranding bisnis payment gateway-nya menjadi Jokul (kata slang pada tahun 90-an yang memiliki arti “jualan”).

Application Information Will Show Up Here

Ambisi Startup Konten Podkesmas Kuasai Pasar Indonesia dan Asia Tenggara

Perkembangan teknologi serta kehadiran internet semakin menambah pilihan akses terhadap konten informasi dan hiburan. Salah satu yang cukup menarik perhatian adalah podcast. Menurut proyeksi Businesswire, ukuran pasar podcast global diperkirakan akan mencapai $41,8 miliar pada tahun 2026. Indonesia sendiri menjadi pendengar podcast terbanyak se-Asia Tenggara menurut Spotify di tahun 2020.

Salah satu podcast yang cukup bersinar namanya di Indonesia adalah Podkesmas atau singkatan dari “Podcast Kesehatan Masyarakat”. Podkesmas merupakan salah satu pioner podcast di Indonesia yang digawangi oleh Ananda Omesh, Imam Darto, Surya Insomnia, dan Angga Nggok. Pada tahun 2020, Podkesmas melebarkan sayap dengan membuat Podkesmas Asia Network (PAN). Entitas ini juga disebut telah didukung oleh pemodal ventura Absolute Confidence yang didirikan oleh Aryo Ariotedjo.

Hingga saat ini, Podkesmas sudah menaungi sejumlah podcast besar seperti Podcast Pemain Cadangan, GJLS Entertainment, Zozolab Podcast, dan Podcast Malam Kliwon. Selama satu tahun berdiri, Podkesmas berhasil menduduki urutan pertama dalam daftar podcast paling populer di Indonesia yang ada di Spotify.

Roy Simangunsong sebagai CEO

Di awal bulan Juni ini, Podkesmas resmi memperkenalkan Roy Simangunsong sebagai Co-Founder sekaligus CEO dari PAN. Roy sendiri memiliki latar belakang yang sudah tidak asing di dunia media digital dan IP (Intellectual Property). Ia pernah menjadi bagian dari tumbuh pesatnya Yahoo, Twitter, dan FOX di Indonesia. Dalam laman LinkedIn-nya, Roy turut membagikan kiprahnya selama 22 tahun berkecimpung dalam dunia korporat lokal dan global, hingga pada akhirnya memutuskan untuk memulai perjalanan membangun sebuah legacy yang fokus pada konten audio digital.

Mengenai keputusannya, Roy menyebutkan bahwa energi dari founder yang sangat positif dan banyaknya investor yang melihat potensi di pasar konten terkait audio menjadi alasan pertama. Lalu, keseriusan talent PAN untuk menjadi yang terbaik, terbukti dengan konsistensi dalam menyajikan konten yang dicari oleh para pendengar.

Roy juga mengungkapkan, “Kejujuran dari PAN akan kekurangan dan kelebihan yang akan membuat kita (Roy dan founder) untuk saling melengkapi dalam rangka merealisasikan impian PAN untuk menjadi Podcast Network terbaik di Asia Tenggara sekaligus menjadi network dengan IP yang akan mengembangkan teknologi audio di mana pendengar podcast bisa mempunya experience seperti audio cinema.”

Salah satu Founder PAN, Angga Nggok menyebutkan pertumbuhan PAN sudah melampaui 1000% Month on Month untuk jumlah pemutaran dan penambahan network podcaster atau storyteller yang sudah double digit.

Dalam postingan LinkedIn-nya, Roy turut mengungkapkan, “Kami percaya dengan IP yang tepat, memiliki jaringan pembuat konten yang hebat, ditambah inovasi teknologi untuk memungkinkan mereka menghibur imajinasi audiens , kami bisa mencapai objektif kami untuk memimpin pasar di SEA dalam 3 tahun ke depan. Tentunya sembari mengembangkan diri di seluruh Asia atau bahkan secara global akan selalu menjadi tujuan kami.”

Podcast sebagai model bisnis

Dari segi model bisnis, podcast sebenarnya tidak jauh berbeda dengan radio. Seiring meningkatnya jumlah pendengar, podcast bisa mulai menghasilkan pendapatan melalui iklan yang masuk. Namun, terkadang iklan saja tidak cukup. Dalam sebuah paparan yang dipublikasi oleh salah satu venture capital di Silicon Valley, Andreessen Horowitz, ada empat skema monetisasi melalui podcast.

Yang pertama dan masih jadi yang utama adalah iklan atau sponsor. Meskipun dinilai efektif dan dengan cara yang unik (karena dapat menyasar demografi serta geografi yang nyaris tanpa batas), terkadang iklan saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan produksi.

Selain itu, ada donations yang memungkinkan pembuat konten mendapatkan revenue melalui donasi lewat pihak ketiga dari para pendengarnya. Salah satu platform yang familiar digunakan di Indonesia, Anchor, memungkinkan pendengar memberikan donasi kepada pembuat konten hingga $10/bulan.

Lalu ada subscription dan a la carte purchases, model berlangganan premium ini populer di Cina, salah satu platform audio konsumen yang sudah mencapai status unicorn, Ximalaya memiliki fitur berlangganan seharga $3 per bulan yang memungkinkan pengguna mengakses lebih dari 4000 e-book dan lebih dari 300 kursus audio atau podcast premium. Konten audio juga tersedia a la carte mulai dari $0,03 per episode, atau mulai dari $10 hingga $45 untuk kursus audio berbayar.

Menurut observasi penulis, dua skema pertama adalah yang paling memungkinkan untuk diterapkan oleh jaringan pembuat konten tanpa platform independen. Podkesmas sendiri sudah memulai langkah monetisasi dengan memasukkan iklan ke dalam kontennya. Menurut kesaksian seorang pendengar setia Podkesmas, iklan yang disematkan dalam konten berupa klip yang diputar saat jeda percakapan dan iklan yang dilafalkan secara langsung.

Di luar skema monetisasi digital yang disebutkan, Podkesmas juga mengembangkan bisnis merchandise yang dikeluarkan dalam rangka ulang tahun pertama di tahun 2020, berkolaborasi dengan Never To Lavish yang dikenal sebagai salah satu produk kreatif lokal.

Gaet Bank Hana, LINE Bank Resmi Hadir di Indonesia

Bank KEB Hana Indonesia (Bank Hana) dan LINE Corporation resmi meluncurkan LINE Bank by Hana Bank (LINE Bank) di Indonesia kemarin (10/6) yang ditandai dengan peluncuran aplikasi untuk publik. Indonesia menjadi pasar ketiga LINE Bank, menyusul Thailand (LINE BK) dan Taiwan (LINE Bank).

Kerja sama antara kedua perusahaan dimulai sejak Oktober 2018, ketika LINE Financial Asia mengakuisisi 20% saham Bank Hana melalui perjanjian penyertaan modal. Hal tersebut menjadi awal terbentuknya layanan perbankan digital asing pertama, antara bank dengan perusahaan teknologi.

LINE Bank hadir di industri keuangan Indonesia untuk menyediakan layanan perbankan digital yang nyaman dan mudah digunakan. [..] LINE Bank akan menyediakan berbagai produk keuangan dan layanan fintech yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan nasabah kami,” ujar Direktur Utama Bank Hana Jong Jin Park dalam keterangan resmi, Jumat (11/6).

COO LINE Financial Asia Young Eun Kim, menambahkan “Kami akan melakukan yang terbaik melalui kerja sama LINE dan Bank Hana, agar masyarakat Indonesia dapat menggunakan LINE Bank dan menikmati layanan keuangan yang lebih nyaman.”

LINE Bank akan memberikan layanan keuangan kepada segmen pelanggan nasabah yang lebih luas, termasuk generasi Z yang merupakan mayoritas pengguna LINE. Seluruh proses registrasi nasabah baru Bank Hana yang membuka rekening LINE Bank dilakukan lewat aplikasi, kartu debit akan dikirim setelah proses selesai.

LINE Bank fokus menyediakan layanan perbankan ritel, termasuk deposito, tabungan, dan transfer. Untuk tabungan, LINE Bank menawarkan bebas biaya transfer, tarik tunai, dan biaya admin bulanan. Saldo dapat digunakan untuk membayar tagihan listrik dan pulsa pada saat ini.

Seluruh notifikasi transaksi LINE Bank terhubung dengan aplikasi LINE Messenger. Sementara untuk produk deposito, LINE Bank menawarkan tabungan mulai dari Rp1 juta dengan imbal hasil yang kompetitif.

Di Thailand misalnya, LINE berkolaborasi dengan Kasikornbank (KBank) menawarkan pembukaan rekening bertarif khusus dengan suku bunga hingga 1,5% per tahun dan pengajuan kartu debit. Seluruh proses ini dilakukan dalam aplikasi LINE sehingga pengguna tidak perlu berpindah aplikasi atau mengingat nomor rekening.

Selain itu, produk pinjaman pribadi Credit LINE yang dapat diajukan kapan pun, proses persetujuan lebih cepat sehingga dana yang dibutuhkan bisa langsung cair. Pada masa mendatang, LINE BK akan menawarkan lebih banyak variasi solusi keuangan, seperti produk asuransi dan investasi keuangan.

Diklaim LINE BK mampu menjari lebih dari 2 juta pengguna pada Februari 2021, selang empat bulan sejak pertama kali dioperasikan. Sebanyak 50 ribu akun tabungan baru dibuka setiap hari dan jumlah transaksi telah melampaui 21 miliar Bath (sekitar 9,8 triliun Rupiah).

Setelah Indonesia, Thailand, dan Taiwan, langkah LINE Bank berikutnya adalah masuk ke Jepang, sebagai salah satu negara basis pengguna LINE terbesarnya.

Semakin banyak perbankan yang menawarkan layanan sepenuhnya digital untuk menarik nasabah baru yang digital savvy dan mass market. Kemampuan untuk meracik produk keuangan yang sesuai dengan target konsumen menjadi suatu resep manjur.

OJK melaporkan ada tujuh bank yang sedang dalam proses perizinan menjadi bank digital. Ketujuh bank tersebut adalah Bank BCA Digital, BRI Agro, Bank Neo Commerce, Bank Capita, Bank Harda Internasional, Bank QNB Indonesia, dan Bank Hana.

Selain itu, sudah ada lima bank yang sudah menobatkan diri sebagai bank digital. Mereka adalah Bank BTPN, Wokee dari Bank KB Bukopin, Digibank milik Bank DBS, TMRW dari Bank UOB, dan Jago milik Bank Jago.

Application Information Will Show Up Here

Inisiatif Kendaraan Listrik di Indonesia Terus Didukung Pebisnis Digital

NFC Indonesia bersama SiCepat membentuk perusahaan patungan PT Energi Selalu Baru (ESB) yang akan difokuskan pada distribusi sepeda motor listrik, penukaran baterai, dan layanan pendukung lainnya. Sebagai langkah awal, ESB akan mengakuisisi saham minoritas PT Volta Indonesia Semesta (Volta), perusahaan manufaktur yang memproduksi berbagai sepeda dan motor listrik di Indonesia.

Didukung anak perusahaan M Cash lainnya, seperti DMMX dan Telefast, ESB akan berupaya meningkatkan penyerapan dan distribusi penggunaan kendaraan listrik dengan pendekatan teknologi. Menjelaskan hal itu, Presdir NFC Abraham Theofilus menyampaikan, “Melalui platform digital kami yang memungkinkan pengguna untuk mengelola kendaraan listrik mereka dan penggunaan baterai terkait, kami berusaha untuk meredakan keraguan yang berkaitan dengan adopsi EV (Electric Vehicle) terutama perihal jarak tempuh dan frekuensi penggunaan.”

Ia melanjutkan, “Dalam prosesnya, NFCX juga akan secara bertahap memperkenalkan mekanisme loyalitas dalam platform digital yang akan memberi reward kepada pengguna sepeda motor listrik kami.”

Volta akan menjadi rumah produksi utama sepeda motor listrik untuk ESB dengan NFCX menyediakan dan mengelola platform digital untuk registrasi dan pengelolaan kendaraan, pembayaran dan reward. ESB akan memanfaatkan kemampuan logistik serta jaringan SiCepat dan Telefast untuk merencanakan dan menyebarkan stasiun penukaran baterai. Ekspansi jaringan penukaran baterai ini juga akan menggunakan jaringan toko ritel DMMX yang luas di seluruh Indonesia.

Misi dengan kendaraan listrik

Inisiatif penggunaan kendaraan listrik juga disampaikan oleh decacorn Gojek. Dalam sebuah kesempatan di acara peluncuran laporan keberlanjutan perusahaan, salah satu eksekutif perusahaan mengatakan bahwa mereka berencana menjadikan setiap unit kendaraan di platformnya menjadi kendaraan listrik pada tahun 2030 mendatang. Realisasinya dengan menggandeng produsen dan pengaturan leasing yang menguntungkan mitra.

Pemain lain, yakni Grab, juga mulai agresif memulai inisiatif kendaraan listrik. Mereka mulai melakukan pilot project pada awal tahun 2020 di Jabodetabek memanfaatkan unit mobil dari Hyundai dan motor listrik Gesits. PLN turut digandeng untuk perencanaan bersama, riset, pengembangan model bisnis, dan pelaksanaan percontohan tersebut.

Di sisi hulu, pengembang unit kendaraan listrik juga tengah mendapatkan perhatian investor. Sebut saja ION Mobility, perusahaan berbasis di Singapura, Shenzhen (Tiongkok), dan Jakarta tersebut belum lama ini membukukan pendanaan awal $3,3 juta dari Monk’s Hill Ventures, TNB Aura, Village Global, 500 Startup (melalui fund 500 Durians), AngelCentral, kipleX, dan Seeds Capital.

Pada dasarnya ION Mobility adalah perusahaan pengembang motor elektrik pintar. Pintar di sini karena mereka turut tanamkan perangkat lunak kecerdasan buatan untuk beberapa tugas, seperti penghematan daya dan kemudahan penggunaan.

Tantangan implementasi

Di sisi pemerintah, Kementerian ESDM memiliki konsentrasi khusus dalam mendukung program percepatan kendaraan listrik. Menurut data yang diungkapkan pada April 2021 lalu, saat ini sudah ada 122 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang terbangun dan tersebar di 83 lokasi. Jika merujuk pada peta jalan yang sudah disusun, pemerintah menargetkan pada tahun 2025 dapat membangun 3.860 SPKLU dan 17.000 Sistem Peringkat Bahaya Kebakaran (SPBK).

Di sisi infrastruktur, jika melihat kondisi saat ini dan cita-cita yang ingin dicapai, pekerjaan rumah yang dimiliki masih cukup banyak. Walau bagaimana pun, kehadiran sistem pendukung seperti layanan pengisian daya perlu terdistribusi dengan baik untuk menjadi langkah awal mengajak masyarakat melakukan transisi ke kendaraan listrik.

Di sisi lain, masih ada tantangan yang saat ini perlu dipikirkan bersama. Pertama adalah harga jual kendaraan listrik yang masih cenderung tinggi dan opsinya pun belum terlalu banyak. Pemerintah, lewat Kementerian Perindustrian juga mewajibkan produsen kendaraan listrik luar negeri yang ingin memasarkan produknya di sini harus memiliki kandungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sampai 2023 sebesar 35 persen.

Kedua, penetrasi kendaraan listrik yang belum banyak secara tidak langsung juga membuat masyarakat bertanya-tanya tentang efektivitasnya digunakan di Indonesia. Bagaimana keandalan baterai dan jarak tempuh yang bisa diakomodasi, mengingat dua tantangan utama di sini adalah soal lalu-lintas dan geografi yang berkontur.

Perspektif publik Indonesia tentang kendaraan listrik / marketresearchindonesia.com

Hadirnya pemain digital dalam dorongan penetrasi kendaraan listrik menjadi hal penting. Selain meningkatkan awareness, kekuatan yang mereka miliki dapat secara langsung berperan dalam menumbuhkan ekosistemnya sendiri. Misalnya yang dilakukan NFC dan SiCepat dengan masuk ke dalam lini supply chain, atau Grab dan Gojek yang berupaya menghadirkan mekanisme terbaik untuk memfasilitasi para mitranya dengan kendaraan ramah lingkungan.

Karena selain aspek bisnis, kendaraan listrik dinilai mampu memberikan masa depan lingkungan yang lebih terjaga – dengan kualitas udara yang lebih bersih dan sumber daya energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan.

Riset Kredivo: Opsi Paylater Makin Dipertimbangkan untuk Bayar Belanja Online

Riset Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan sebanyak 27% dari 3560 responden memanfaatkan metode pembayaran paylater saat berbelanja di platform e-commerce selama setahun lalu. Kendati, opsi pembayaran dengan dompet digital masih jadi pilihan utama responden.

Direktur Riset KIC Mulya Amri menjelaskan, dompet digital masih menjadi pilihan utama responden selama setahun terakhir. Namun jumlah pengguna paylater di platform e-commerce mulai meningkat. “Lebih dari 50% pengguna baru menggunakan paylater di e-commerce setahun terakhir atau saat pandemi corona,” ucapnya saat konferensi pers virtual, Rabu (9/6).

Ini adalah tahun kedua KIC dan Kredivo berkolaborasi membuat riset. Pada edisi kali ini “Perilaku Konsumen E-Commerce Indonesia 2021”, juga menganalisis perilaku pembayaran konsumen dan penggunaan paylater di tengah pandemi. KIC memanfaatkan data primer lebih dari 10 juta sampel transaksi dari enam pemain e-commerce terbesar Indonesia sepanjang 2020 dan hampir satu juta sampel pengguna Kredivo dari seluruh Indonesia yang dikumpulkan langsung oleh Kredivo.

Lebih lanjut, dari riset ini mayoritas responden menilai bahwa paylater merupakan alternatif kredit, namun dengan proses yang mudah. Berikut rinciannya:

Selain itu, dalam survei juga turut menanyakan sejauh mana pengetahuan responden terhadap produk paylater. Sebanyak 86% orang menyatakan sudah mengetahui dengan tingkat pengetahuan sedang. Bisa dikatakan, bahwa orang-orang sudah mulai tahu dengan konsep paylater, meski belum memanfaatkan produknya secara langsung. Ini bisa menjadi peluang yang bisa digarap para pemain paylater ke depannya.

Mulya turut menambahkan, hampir seluruh responden (71%) yang menggunakan paylater akan terus menggunakannya. Bahkan sebanyak 49% menyatakan akan meningkatkan penggunaannya.

Hasil riset ini dilakukan dengan melakukan survei online selama 26-30 Maret 2021. Responden mayoritas perempuan (64%), laki-laki (36%). Dari segi usia, sebanyak 68% responden adalah kelompok milenial atau 23-38 tahun. Kemudian, generasi Z (13-22 tahun) 16%, generasi X (39-54 tahun) 15%, dan baby boomer (55-70 tahun) 1%.

Sementara itu, dari sisi pengeluaran, sebanyak 36% responden memiliki pengeluaran Rp2 juta-Rp4 juta, 30% kurang dari Rp2 juta, 21% lebih dari Rp6 juta, dan 13% antara Rp4 juta-Rp6 juta.

Dari data primer Kredivo, KIC menganalisis mengenai Perilaku Konsumen E-Commerce Indonesia 2021. Ditemukan sejumlah temuan bahwa:

  1. Terjadi peningkatan rata-rata nilai transaksi secara konsisten di hampir semua kategori produk yang disebabkan oleh konsumen yang bergeser ke pembelanjaan secara online. Hal ini menunjukkan meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap transaksi digital, walaupun distribusi belum merata di beberapa wilayah.
  1. Konsumen yang berusia lebih tua semakin nyaman berbelanja online. Di tengah dominasi gen Z dan milenial, generasi X (kelompok usia 36-45) mengalami peningkatan jumlah transaksi berbelanja online dari 13% pada 2019 menjadi 19% pada 2020.
  1. Pandemi ubah preferensi belanja konsumen saat bertransaksi online. Karena konsumen lebih banyak beraktivitas dari rumah, pandemi mendorong konsumen untuk membeli produk yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi belanja produk non-pokok. Ini terlihat dari penurunan volume transaksi produk fashion (30% di tahun 2019 menjadi 22% di tahun 2020) sedangkan terjadi peningkatan signifikan di kategori produk seperti peralatan rumah tangga, isi ulang pulsa dan voucher, serta makanan.
  1. Promosi dan festival belanja online masih efektif tarik konsumen untuk berbelanja. Hari Belanja Online Nasional (12.12) dan festival belanja tanggal kembar seperti 9.9 dan 11.11 terbukti masih efektif dalam menarik konsumen untuk berbelanja. Jumlah rata-rata transaksi pada tanggal 11.11 dan 12.12 tahun 2020 meningkat hingga 3 kali rata-rata transaksi harian tahun 2020.

“Riset yang dilakukan Kredivo bersama Katadata Insight Center tahun ini memperkuat kesimpulan kami bahwa adopsi e-commerce akan terus meningkat tiap tahunnya. Di samping meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap e-commerce, pandemi juga mendorong masyarakat untuk berpindah ke transaksi digital [..],” tandas VP Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari.

Application Information Will Show Up Here

BukuWarung Dapatkan Pendanaan Seri A 855 Miliar Rupiah, Aldi Haryopratomo Terlibat sebagai Angel Investor

BukuWarung hari ini (10/6) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $60 juta atau setara 855,3 miliar Rupiah. Dengan kondisi oversubscribed, putaran ini dipimpin Valar Ventures dan Goodwater Capital. Perolehan ini juga diklaim oleh perusahaan sebagai seri A terbesar yang pernah didapat oleh startup di bidang terkait.

Selain itu Golden Gate Ventures dan Blue Fund dikabarkan juga terlibat dalam putaran ini. Termasuk didukung angel investor seperti Aldi Haryopratomo, Victor Jacobsson, dan beberapa lainnya. Adapun total dana yang berhasil dibukukan BukuWarung dari para investornya ditaksirkan telah mencapai lebih dari $80 juta.

Pada awal Februari, BukuWarung juga mengumumkan pendanaan dari Rocketship.vc. Dikatakan dalam putaran tersebut turut melibatkan beberapa perusahaan ritel di Indonesia dan angel investor. Ini melanjutkan dari penggalangan pra-seri A yang telah dibukukan perusahaan sejak pertengahan 2020 lalu, kala itu Quona Capital sebagai investor yang memimpin.

Menurut sumber yang kami dapat valuasi BukuWarung telah mencapai $200 juta. Adapun investor yang terlibat dalam pendanaan BukuWarung termasuk Y Combinator, East Ventures, AC Ventures, Soma Capital, Sampoerna, HOF Capital, GMO Venture Partner, Venture Souq, Tanglin Venture Partners, DST Global, dan sejumlah angel investor dari pimpinan perusahaan teknologi seperti Grab, Gojek, Uber, Airbnb, Modalku, Xendit, dll.

Perolehan ini diumumkan tidak lama setelah rivalnya BukuKas juga mendapatkan suntikan dana dari investor senilai $50 juta. Putaran tersebut dipimpin oleh Sequoia Capital India, juga diikuti oleh sejumlah angel investor tersohor, seperti Gokul Rajaram dan Taavet Hinrikus, salah satu pendiri TransferWise.

Kedua aplikasi menyajikan layanan yang nyaris sama, yakni pengelolaan finansial untuk pelaku UMKM. Di dalamnya termasuk pencatatan keuangan, laporan keuangan, dan fitur penagihan utang. Ke depan, baik BukuWarung dan BukuKas juga akan bertransformasi menjadi layanan fintech terintegrasi, memungkinkan pelaku UMKM dan pelanggannya mengakses berbagai produk finansial secara daring.

Saat ini fokus utama mereka pengguna di kota tier-2 dan 3, dengan populasi unbankable yang masih cukup besar di wilayah tersebut. Dari statistik yang diberikan, BukuWarung telah menggaet 6,5 juta merchant di 750 kota.

Untuk menunjang layanannya, BukuWarung juga telah meluncurkan aplikasi Tokoko, sebuah platform yang memungkinkan pedagang bisa membuka toko daring mereka secara mandiri. Pengguna bisa mencantumkan daftar produknya, mengelola pesanan, menerima pembayaran, melacak pengantaran barang, dan berbicara dengan pelanggan.

Application Information Will Show Up Here

Grab dan Sembrani Wira Buka Program Akselerator Batch 4, Incar Startup Pemberdayaan UMKM

Grab dan Sembrani Wira, program akselerator dari BRI Ventures, kembali bekerja sama untuk membuka Grab Velocity Ventures (GVV) Batch 4. Tema yang diusung tak jauh berbeda dengan batch sebelumnya, yakni menyasar startup yang fokus pada pemberdayaan UMKM.

Namun kriteria startup yang dibidik kali ini lebih spesifik, memiliki model bisnis yang mampu menyediakan layanan bagi UMKM, contohnya point of sale (POS), customer relationship management, e-commerce enablement, software as a service (SaaS), dan model bisnis lainnya yang relevan.

“Tahun ini kami akan kembali fokus pada pemberdayaan UMKM. Kenapa UMKM? Sebab menurut data UNDP 2020 menyampaikan sebelum pandemi hanya 20% UMKM yang sudah memiliki kehadiran online, tapi sejak pandemi meningkat hingga 44%. Masuk ke ranah digital telah membantu banyak UMKM mempertahankan bisnis dan karyawan mereka,” ucap Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi dalam konferensi pers virtual, Rabu (9/6).

Menurutnya, UMKM telah menjadi tulang punggung perekonomian negara. Bila dibantu dengan solusi digital yang dapat, UMKM dapat terbantu untuk lebih cepat beradaptasi dengan kondisi sekarang ini dan pada akhirnya memainkan peran penting buat negara.

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, salah satu alasan Sembrani Wira turut serta dalam batch kali ini karena ia percaya setiap krisis pasti akan menciptakan perusahaan-perusahaan yang tangguh. Berkaca dari krisis yang terjadi krisis finansial di 2008, misalnya bermunculan perusahaan dengan konsep sharing economy seperti Airbnb dan Uber. “Secara pattern krisis selalu mendatangkan perusahaan yang lebih tangguh,” kata Nicko.

Neneng kembali melanjutkan, kriteria lainnya yang dicari oleh Grab pada batch ini adalah startup tersebut sudah mendapatkan pendanaan dari investor (post-seed); sudah berjalan dan memiliki model bisnis yang jelas (past proof of concept); dan memiliki produk atau jasa yang mampu untuk terus berkembang (scalable product of service).

Batch ini nantinya akan berjalan antara 12-16 minggu. Dalam rangkaian program akan diisi dengan kegiatan workshop dari berbagai industri untuk membawakan topik yang relevan buat startup; sesi mentoring 1:1 bersama para ahli di bidangnya, networking untuk bertemu dan menjalin hubungan dengan para startup founders, alumni, dan tim & partners dari Grab dan BRI Ventures.

Kemudian, pilot program sebuah kesempatan untuk menghubungkan usaha startup ke basis pelanggan dan pengguna Grab selama 8 minggu; dan partnership & investment possibility dari Grab dan/atau BRI Ventures. Pendaftaran batch 4 mulai dibuka pada hari ini sampai 27 Juni 2021.

Secara total GVV telah membina 20 startup, 15 di antaranya datang dari Indonesia. Beberapa namanya adalah Tanihub, Sayurbox, Qoala, Porter, Eragano, Pergiumroh, BookMyShow, Tamasia, Sejasa.com, Minutes, Luna, Printerous, KliknClean, GetCraft, dan Workmate.

Adapun Sembrani Wira sendiri baru membuka batch perdananya di tahun ini. Mereka membina delapan startup, di antaranya adalah Gredu, Brick, GajiGesa, MYCL, Minapoli, Tumbasin, Biteship, dan CookLab.

Standard Chartered dan Bukalapak Hadirkan Layanan Perbankan Digital dalam Waktu Dekat

Standard Chartered Bank Indonesia dan Bukalapak resmi memperkenalkan aplikasi digital banking yang direncanakan meluncur ke publik dalam waktu dekat. Produk ini merupakan kelanjutan dari kemitraan strategis yang diteken keduanya pada awal 2021.

Kemitraan yang dimaksud adalah melakukan integrasi layanan banking-as-a-service (BaaS) nexus milik Standard Chartered Bank ke platform Bukalapak. Ada dua fokus area yang dibidik. Pertama, menghadirkan inovasi keuangan dan ecommerce melalui ekosistem Bukalapak. Kedua, mendorong inklusi keuangan kepada 100 juta pengguna dan 13,5 juta UKM di Bukalapak.

Dari kesepakatan tersebut, Bukalapak memperoleh investasi sebesar $200 juta atau setara 2,8 triliun rupiah dari Standard Chartered Bank yang akan digunakan untuk kebutuhan ekspansi.

Dalam keterangan resminya, Cluster CEO Indonesia & ASEAN markets (Australia, Brunei, Filipina) Standard Chartered Andrew Chia mengatakan, Indonesia menjadi negara pertama peluncuran layanan Baas nexus di kawasan tersebut. “Indonesia memiliki posisi strategis dan menjadi pasar penting bagi Standard Chartered,” ungkapnya.

Sementara, Presiden BukaFinancial & Digital Victor Lesmana menambahkan, kolaborasi ini akan memudahkan Bukalapak untuk menjangkau segmen mass market dan UMKM di seluruh Indonesia. Demikian juga kalangan underbanked dan unbanked yang selama ini dinilai sulit mengakses layanan keuangan.

“Dengan teknologi sesuai kebutuhan dan sistem keamanan yang canggih, kami dapat menjembatani kesenjangan literasi keuangan,” papar Victor.

Sebelum ini, Standard Chartered juga menggandeng platform beauty commerce Sociolla untuk kerja sama serupa. Pihaknya mengimplementasikan nexus di Sociolla sehingga pengguna dapat mengakses layanan keuangan, seperti pembukaan rekening baru. Berdasarkan pemberitaan terakhir, layanan ini ditargetkan komersial pada akhir 2021.

Onboarding tanpa tatap muka

Layanan yang akan disuguhkan dalam layanan bank digital tersebut

Aplikasi digital banking ini ditargetkan akan tersedia di Google Play Store dan App Store dalam waktu dekat. Saat ini, perusahaan masih menunggu persetujuan dari Bank Indonesia (BI), tetapi sudah mengantongi lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kemudian, aplikasi ini juga memanfaatkan otomatisasi canggih dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) pada proses Know Your Client (KYC), yakni pengenalan biometri wajah dan validasi e-KTP. Dengan begitu, pengguna dapat melakukan onboarding sepenuhnya digital tanpa perlu verifikasi tatap muka di mana saja dan kapan saja.

Selain itu, perusahaan juga mengimplementasikan enkripsi kelas industri (TLS1.2) untuk mengamankan data sensitif serta menghindari upaya pengintaian data. Untuk menjamin validasi identitas nasabah yang sahih sebelum memberikan akses ke pemilik rekening dan aplikasi digital, pengguna diberikan autentikasi multi-faktor dengan soft token PIN.

BaaS melalui ekosistem digital

Sinergi dengan model ini memang bukan yang pertama di Indonesia. Sejumlah bank lain sudah melakukan kolaborasi dengan platform digital untuk menjangkau nasabah baru. Misalnya, BRI berkolaborasi dengan Grab, Tokopedia dengan BRI Ceria, dan Shopback dengan TMRW (UOB Bank).

Sebetulnya, sejumlah bank sudah menawarkan layanan pembukaan rekening online, tetapi kebanyakan masih melalui aplikasi mobile banking. Beberapa tahun terakhir sektor perbankan mulai mengubah pendekatan yang selama ini dilakukan secara konvensional. Ini menjadi salah satu upaya menjangkau segmen unbanked yang terkendala mengakses kantor cabang.

Sebagaimana diketahui, Bank-as-a-Service (BaaS) kini telah menjadi salah satu strategi kunci dalam konsep open banking. Modelnya memungkinkan bank digital dan pihak ketiga untuk terhubung dengan sistem bank secara langsung melalui API. Dengan begitu, kedua belah pihak dapat membangun layanan di atas infrastruktur penyedia sekaligus membuka peluang mengembangkan produk open banking lainnya.

Model ini juga mulai banyak diterapkan bank-bank di dunia karena dinilai lebih efisien. Dalam sekop global, mengutip laporan firma riset Oliver Wyman, pengimplementasian BaaS dapat menjangkau lebih banyak pengguna baru dan menekan biaya akuisisi pelanggan dari kisaran $100-$200 per pelanggan menjadi $5-$35.

Application Information Will Show Up Here