Mahakarya Artha Sekuritas Segera Rilis Stockbit Sebagai Aplikasi Trading Saham Untuk Nasabah [UPDATE]

Perusahaan sekuritas lokal Mahakarya Artha Sekuritas mengumumkan akan merilis aplikasi trading saham Stockbit untuk para penggunanya. Aplikasi Stockbit sedang dipersiapkan untuk memakai brand baru Stockbit by Mahakarya Artha Sekuritas yang akan dirilis dalam satu bulan mendatang.

Sebelumnya, fitur trading saham di Stockbit sempat terhenti karena karena kongsi perusahaan dengan Sinarmas Sekuritas telah berakhir per 6 Agustus 2021.

Direktur Mahakarya Artha Sekuritas Megawati Seowardi mengatakan, Stockbit sebagai aplikasi trading saham akan memberikan manfaat positif kepada para nasabah Mahakarya serta para investor saham di Indonesia.

Dia melanjutkan, para investor yang telah berinvestasi bersama Mahakarya Artha Sekuritas dan para pengguna Stockbit dapat membangun portofolio investasi mereka dengan menggunakan aplikasi Stockbit. Sementara itu, para investor baru juga dapat berinvestasi saham dengan menggunakan Stockbit.

“Visi kami untuk Stockbit adalah untuk meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia melalui investasi di pasar modal. Dengan aplikasi Stockbit, pembukaan Rekening Dana Nasabah, transaksi jual-beli saham, dan pengelolaan dana dapat dilakukan 100% secara online dengan teknologi yang modern dan terpercaya. Selain itu, diskusi mengenai saham dapat dilakukan secara interaktif dari dan oleh investor. Pada akhirnya, para investor akan kian diuntungkan,” ucap dia dalam keterangan resmi, Kamis (26/8).

Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir turut memberikan pernyataannya. Dia mengapresiasi langkah yang diambil Mahakarya Artha Sekuritas karena ini semakin memudahkan masyarakat dalam memahami dan berinvestasi saham. “Semoga langkah ini dapat mendukung Bursa Efek Indonesia dalam menjadikan investasi di pasar modal lebih inklusif,” kata Pandu.

AC Ventures merupakan salah satu investor di Stockbit. Mereka berpartisipasi saat putaran Seri A pada 2019 lalu.

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial, Megawati tidak menjelaskan lebih jauh apakah di balik kemitraan ini terjadi aksi korporasi antara akuisisi Mahakarya terhadap Stockbit atau sebaliknya, termasuk perubahan direksi dan sebagainya. Ia hanya menjelaskan bahwa saat ini perusahaan sedang fokus untuk memastikan berjalannya aplikasi Stockbit by Mahakarya Artha Sekuritas.

“Kami tengah meng-update para pengguna dengan informasi tentang bagaimana mereka bisa membuka rekening saham dan bertransaksi. Juga, tengah menyiapkan aplikasi Stockbit by Mahakarya Artha Sekuritas di Appstore dan Playstore untuk menjamin kelancaran dan kenyamanan pengguna dalam membuka rekening saham dan bertransaksi serta memastikan aplikasi Stockbit by Mahakarya Artha Sekuritas tunduk pada regulasi yang berlaku,” kata dia.

Investasi saham melalui aplikasi Stockbit menawarkan beberapa fitur unggulan, di antaranya dapat menggunakan semua fitur yang ada pada aplikasi Stockbit secara gratis, dapat dilakukan tanpa deposit minimal serta pembukaan Rekening Dana Nasabah yang 100% online dan hanya membutuhkan satu hari kerja.

Sebelumnya, Stockbit bekerja sama dengan Sinarmas Sekuritas sejak 2018. Pengguna Stockbit pun meroket hingga menjadi 980 ribu pengguna terdaftar per 5 Agustus 2021. Angka itu naik bila dibandingkan pada kuartal II 2021 sebanyak 817 ribu pengguna. Sebanyak 70% pengguna Stockbit datang dari kelompok usia 18-34 tahun.

Di kalangan startup, Stockbit bersaing ketat dengan Ajaib yang memiliki pengguna lebih dari 1 juta orang.

Di Indonesia baru 2% penduduk usia produktif yang berinvestasi di pasar modal. Di awal tahun 2016, jumlah investor saham tercatat sebanyak 434 ribu orang. Sementara di akhir Juli 2021, jumlahnya meningkat drastis menjadi 2,56 juta. Dari segi usia, Bursa Efek Indonesia mencatat per Mei 2021, sebanyak 77,9% dari total investor saham berusia 18-40 tahun.

Sumber: KSEI

“Menyikapi tren positif ini, kami berkomitmen untuk membuka akses dan memudahkan investasi di pasar modal, khususnya di kalangan investor pemula dan investor ritel. Kami meyakini bahwa setiap orang berhak atas masa depan yang lebih baik melalui investasi di pasar modal, yang dilakukan secara benar dan konsisten,” tutup Megawati.

*Kami melakukan perubahan judul

Application Information Will Show Up Here

Suksesi Noice dan Ambisinya Jadi Platform Konten Audio Lokal Terbaik

Usai mengamankan pendanaan tahap awal pada kuartal pertama 2021, platform konten audio Noice resmi menyambut dua petinggi baru dalam jajaran direksinya. Mereka adalah Rado Ardian sebagai Chief Executive Officer (CEO) dan Niken Sasmaya sebagai Chief Business Officer (CBO).

Keterlibatan kedua veteran Google tersebut sejalan dengan upaya Noice untuk menjadi platform audio lokal terbaik di Indonesia. Apalagi, pertumbuhan konten audio, seperti podcast, saat ini tengah digandrungi oleh masyarakat.

Dalam wawancara dengan DailySocial, Presiden Direktur Mahaka Radio Adrian Syarkawie yang kala itu masih menangani langsung Noice berujar bahwa pihaknya sempat kesulitan mengembangkan bisnis platform ini. Pasalnya, sejak awal perusahaan induk Mahaka Radio bukanlah perusahaan teknologi sehingga pasti ada keterbatasan dalam pengembangannya.

“Kami sadar ke depannya tidak bisa berkembang dari konten saja, tetapi juga teknologi. Maka itu, kami coba cari investor yang dapat memberikan support dari sisi teknologi,” ujar Ardian saat itu kepada DailySocial.id.

Dalam keterangan resminya baru-baru ini, Ardian mengaku akan tetap berperan aktif dalam mendukung pengembangan Noice ke depan di bawah nakhoda Rado dan Niken.

Semula Noice dikembangkan sebagai platform radio streaming. Namun, menurutnya, layanan ini dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar yang kian berkembang. Sementara konten on-demand tumbuh pesat di sejumlah negara, termasuk Indonesia.

Dirancang semula sebagai platform radio streaming, Noice mulai memperlebar segmen layanannya dengan merambah pada konten audio on-demand. Noice berdiri di bawah naungan PT Mahaka Radio Digital pada 2018 yang merupakan perusahaan patungan milik PT Mahaka Radio Integra Tbk (IDX: MARI) dan PT Quatro Kreasi Indonesia. Adapun Quatro adalah hasil konsorsium perusahaan rekaman di Indonesia, antara lain Musica, Aquarius, My Music, dan Trinity.

Berdasarkan data terakhir, Noice telah mengantongi sebanyak 800 ribu registered listener di seluruh Indonesia dengan lebih dari 3.100 episode podcast, dan 200 katalog podcast, baik konten orisinal maupun eksklusif. Noice juga telah bekerja sama dengan lebih dari 100 podcaster.

Kiprah eks petinggi Google

Sebelum penunjukan Rado dan Niken, Noice sebetulnya sudah mulai melakukan sejumlah upaya untuk menangani keterbatasan ini. Pertama, Noice mulai mencari investor yang dapat memberikan guidance, baik dari sisi teknologi maupun kolaborasi bisnis. Hingga akhirnya, Noice pun mendapatkan investor dari sejumlah VC ternama yang memiliki portofolio kuat di teknologi. Mereka adalah Kenangan Kapital, Alpha JWC Ventures, dan Kinesys Group.

Kedua, perusahaan juga mulai memperbanyak talent baru dari India yang ditempatkan khusus untuk pengembangan teknologi dan platform Noice ke depan. Ini cukup menjelaskan roadmap perusahaan di paruh pertama 2021, Noice meluncurkan versi beta dengan UI/UX yang berlanjut pada versi 2.X dengan fitur unggulan personalized content.

Dalam keterangan resminya disebutkan, Rado dan Niken telah berkarir selama hampir sepuluh tahun di Google dan YouTube untuk kawasan Asia Pasifik. Rado memiliki berbagai pengalaman di Google mulai dari mengembangkan bisnis Google Ads di industri FMCG hingga menangani strategi customer experience untuk Google Maps dan Google Store bersama tim product dan engineering di India, Jepang, Indonesia, Singapura, dan Australia.

Sementara Niken telah mengemban sejumlah posisi penting di Google dan YouTube. Di antaranya sales, partnership, dan program development di Singapura dan Jepang serta menjabat sebagai Global Program Manager di YouTube yang fokus untuk mengembangkan ekosistem kreatornya di global. Niken menjadi orang pertama yang mengemban tanggung jawab posisi ini di Asia Tenggara/Australia dan Selandia Baru.

“Belajar dari pengalaman kami di Google dan YouTube, kami ingin membangun Noice agar dapat mendukung kreator konten audio di Indonesia dan membangun komunitasnya sendiri lewat teknologi dan fitur yang kami luncurkan. Kami juga memfasilitasi para kreator untuk memproduksi konten orisinal dan eksklusif di fasilitas studio rekaman dengan tim produksi milik Noice,” ujar Niken.

Roadmap Noice

Menurut Rado, pihaknya masih akan terus melanjutkan rencana pengembangan Noice yang sudah ditetapkan sejak awal demi mewujudkan visinya sebagai platform audio lokal terbaik an membangun ekosistem konten audio di Indonesia. Selain pengembangan platform dan lokalisasi konten, ada tiga hal yang menjadi fokus utama Rado dan Niken

Pertama, Noice akan fokus mengutamakan fitur yang dapat memungkinkan kreator/podcaster untuk berinteraksi dua arah dengan pendengarnya. Sebagaimana disampaikan Niken sebelumnya, Noice juga membangun studio rekaman beserta tim produksi untuk memfasilitasi produksi konten orisinal dan eksklusif di Noice. Saat ini, Noice menghadirkan sejumlah konten audio, mulai dari podcast, live audio, radio streaming, audiobook, dan musik.

Kedua, Noice akan memperkuat ekosistem kreator konten audio di Indonesia. Menurut Rado, meski sudah banyak kreator konten yang sukses di Indonesia, tetapi kebanyakan masih bermain di platform video. Sementara, pilihan platform berbasis audio yang berfokus pada pasar lokal dirasa masih terbatas.

“Maka itu, kami ingin menciptakan ekosistem kreator konten audio di Indonesia agar mereka bisa sukses, tampil, dan terkoneksi dengan para pendengarnya. Kami juga ingin memberikan variasi konten dan mengakuisisi kreator besar dengan membuka platform Noice untuk konten non-orisinal. Selain itu, kami ingin memfasilitasi brand-brand agar dapat membangun dan menemukan komunitasnya di platform kami,” jelasnya.

Terakhir, Noice terus melanjutkan perekrutan untuk mengisi posisi yang dibutuhkan. Saat ini, tim product dan engineering Noice masih berlokasi di India. Sementara, tim di Indonesia diperuntukkan bagi pengembangan bisnis, seperti konten, produksi, marketing, partnership & sales, dan PR.

“Kami akan mulai fokus monetitasi apabila user base, Monthly Active Users (MAU), dan time spend di platform kami meningkat cukup besar. Kami sudah menyiapkan beberapa skema monetisasi yang rencananya kami uji untuk beberapa kreator pilihan sebelum diluncurkan sepenuhnya ke kreator lain,” tambahnya.

Pertumbuhan pasar konten audio

Saat ini, Indonesia tengah mengecap pertumbuhan manis dari meningkatnya konten digital berbasis audio. Berdasarkan data Spotify, Indonesia mendominasi konsumsi podcast terbanyak se-Asia Tenggara pada 2020. Sebanyak 20% dari total pengguna Spotify di Indonesia mendengarkan podcast setiap bulan, dan jumlah tersebut lebih tinggi dari persentase rata-rata global.

Tak dimungkiri, pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor besar di balik konsumsi konten-konten podcast. Konten ini menjadi buruan konsumen digital, terutama ketika dihadapkan pada situasi bekerja dan sekolah dari rumah.

Di Indonesia, rerata pengguna menghabiskan 8 jam untuk online. Namun, sebanyak 56% yang didominasi gen Z dan milenial mengeluhkan screen fatigue akibat terlalu banyak terpapar konten visual. Maka itu, konten audio dinilai menjadi nice escape bagi sebagai pengguna internet Indonesia.

Application Information Will Show Up Here

Startup Healthtech Zi.Care Umumkan Pendanaan Tahap Awal

Startup healthtech penyedia digitalisasi rumah sakit Zi.Care mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal sebesar $500 ribu (lebih dari 7,2 miliar Rupiah) dari sejumlah investor. Mereka adalah Southeast Asia Venture Capital, Iterative VC, TMI melalui Telkomsel Corporate Accelerator Program (TINC), dan Choco-Up.

Dana segar ini akan dimanfaatkan perusahaan untuk ekspansi bisnis, menambah jumlah konsumen untuk fasilitas kesehatan rumah sakit dan klinik, meningkatkan pendalaman dari Electronic Medical Record (EMR). Kemudian, upgrade teknologi untuk meningkatkan bisnis, efisiensi fasilitas kesehatan, dan menambah kerja sama dengan mitra korporat, seperti Bank BNI, Bank Syariah Indonesia, Bank Mandiri, Bank OCBC, dan Telkomsel.

Dalam keterangan resmi yang disampaikan perusahaan pada hari ini (25/8), perusahaan sekaligus mengangkat sejumlah profesional bergabung sebagai dewan penasihat. Di antaranya, JS Chong (Chairman & CEO Stratez Ventures), Wiji Rahayu (mantan bankir dan pendiri PE Sentra Investa Prima), dan Budi Wiweko (Wakil Ketua Indonesia Medical Education and Research Institute/IMERI).

Co-Founder & CEO Zi.Care Jessy Abdurrahman menjelaskan, sejak perusahaannya didirikan pada empat tahun lalu, mereka berambisi untuk membantu masalah mendasar pada sistem fasilitas kesehatan Indonesia melalui digitalisasi. Mengingat saat ini sumber daya medis di Indonesia mendapat tekanan yang cukup besar, yang secara tidak langsung menimbulkan masalah pada seluruh ekosistem pelayanan kesehatan.

Ambil contoh, saat ini waktu yang dibutuhkan oleh pasien untuk mendapatkan pelayanan di rumah sakit, rata-rata menghabiskan waktu selama minimal 2 jam. Dari sisi efisiensi dan kemudahan, isu tersebut penting untuk diperbaiki dari sistem kesehatan di Indonesia.

“Selain itu, beberapa persoalan terkait, waktu tunggu yang lama, proses administrasi yang rumit hingga rendahnya tingkat akurasi dalam rekam medis, mencerminkan bahwa adanya permasalahan terhadap akses kesehatan di dalam negeri,” terangnya.

Maka dari itu, Zi.Care menawarkan solusi melalui Electronic Medical Record (EMR) dan Electronic Health Record (EHR) berbasis komputasi awan untuk mendigitalisasi semua sistem informasi kesehatan, meliputi administratif rumah sakit, pendukung klinis, dan manajemen klaim.

“Juga saat ini Zi.Care secara bertahap sedang melakukan pengembangan aplikasi catatan kesehatan pribadi pasien (Patient Personal Health Record) dan paspor kesehatan (Health Passport).”

Dia melanjutkan, dua produk yang sedang dikembangkan ini nantinya dapat memfasilitasi proses pengembangan kesehatan yang berfokus kepada pasien. Juga, meningkatkan sistem administrasi di rumah sakit, meningkatkan penggunaan, dan pengalaman klaim asuransi secara digital.

Chief Strategy Officer Zi.Care Jodi P. Susanto menambahkan, pandemi Covid-19 telah memberikan pembelajaran bahwa diperlukan peningkatan kebutuhan untuk digitalisasi fasilitas kesehatan dalam proses sistem informasi kesehatan.

Pihaknya berpartisipasi aktif menggaet praktisi swasta, telemedis, rumah sakit, dan klinik untuk mendapatkan manfaat teknologi yang lebih baik dan terdepan melalui Zi.Care, untuk mengambil data medis ke tingkat berikutnya, dan memfasilitasi akses melalui pertukaran informasi kesehatan dengan berbagai pemangku kepentingan.

“Kami berkomitmen untuk mendukung adaptasi EMR dan digitalisasi fasilitas Kesehatan di Indonesia, sehingga pasien dapat memperoleh layanan yang lebih baik dan lebih cepat melalui platform kami. Kami akan selalu mendukung pemerintah agar tenaga medis dapat menjangkau lebih banyak pasien melalui aplikasi Sehatpedia kami, yang telah bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan,” kata Susanto.

Zi Care menerapkan dua model bisnis, yaitu B2B dan B2B2C untuk mendukung semua segmen terlepas dari tingkatannya. Sebagai contoh, fleksibilitas penawaran yang lebih tinggi dalam opsi penetapan harga, yang selaras dengan tujuan akhir Zi.Care, yakni membuat layanan yang dapat di akses oleh masyarakat luas.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id sebelumnya, dalam ranah B2B, Zi.Care menerapkan bisnis model berlangganan untuk platform SaaS Zi.Care dengan waktu minimum 3 tahun pemakaian. Dalam paket ini, perusahaan akan menangani secara keseluruhan Sistem Informasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan di rumah sakit, serta pemeliharaan sistemnya.

Diklaim, perusahaan telah melayani 76 rumah sakit, terdiri dari 70 RS nasional yang menangani Covid-19 serta 6 kontrak komersial.

Adopsi healthtech global

Semenjak pandemi, rumah sakit masih dalam mode tanggap krisis. Skala dan penularan Covid-19 membuat sistem rumah sakit global lengah, dan APAC tidak terkecuali. Tanggap darurat dan likuiditas diprioritaskan daripada strategi pembangunan jangka panjang, dan tetap menjadi agenda utama – terlepas dari penahanan yang efektif di pasar-pasar utama APAC.

Dalam laporan yang dipublikasikan L.E.K Consulting and GRG Health 2021, menyampaikan dengan pembatasan mobilitas pasien dan penghindaran risiko yang menyertai rumah sakit, telah meningkatkan penerimaan kesehatan digital bagi semua pemangku kepentingan.

“Hal ini menyebabkan percepatan adopsi solusi seperti teleconsultation, analisis gambar dengan bantuan kecerdasan buatan (AI), dan pemantauan pasien jarak jauh. Pasien lebih menerima alternatif digital, dan pemerintah melihat manfaat dari adopsi yang lebih besar. Semakin banyak, peraturan sedang dilonggarkan dan penggantian sedang diformalkan untuk solusi kesehatan digital,” jelas partner L.E.K. Consulting Singapura Fabio La Mola.

Kekhawatiran adopsi teknologi di industri kesehatan di APAC / L.E.K Consulting

Akibatnya, sebagian besar rumah sakit di seluruh APAC sedang menjajaki dan menguji coba solusi kesehatan digital – jika belum menggunakannya. Di Singapura, angka ini mencapai 94%, sementara Australia dan China masing-masing memiliki tingkat adopsi 84% dan 89%. Jepang tertinggal dengan lebih dari 60%.

Sebagian besar adopsi teknologi adalah sarana untuk mempertahankan kualitas diagnosis dan perawatan – bahkan pada jarak dan di bawah tekanan dari volume tinggi. Ada banyak contoh yang bisa diambil, di Tiongkok misalnya, perusahaan pencitraan medis Infervision menggunakan pencitraan AI untuk mengidentifikasi pasien potensial Covid-19.

Rumah sakit di Indonesia dan India menggunakan asisten robot untuk mengantarkan makanan dan obat-obatan – meminimalkan risiko bagi petugas kesehatan, sementara alat pemantauan pasien jarak jauh dari perusahaan perawatan prediktif global Bifourmis memungkinkan praktisi untuk melacak tanda vital di antara orang-orang yang menunggu hasil tes.

Di luar perawatan pasien, rumah sakit menggunakan teknologi untuk meminimalkan kesalahan, dan menemukan aliran pendapatan baru untuk mengatasi kerugian dari pengurangan operasi elektif dan konsultasi. Banyak juga yang menggunakan saluran digital untuk terlibat dengan pemasok – saling menguntungkan di mana rumah sakit dapat memesan obat dan peralatan dengan mudah sementara perusahaan farmasi dapat memperluas distribusinya.

Application Information Will Show Up Here

Venturra Discovery Kembali Berikan Pendanaan untuk Startup Asal Vietnam

Unit modal ventura yang terafiliasi Lippo Group, Venturra Discovery, kembali memberikan pendanaan untuk startup di Vietnam. Kali ini mereka terlibat dalam pendanaan awal ke pengembang platform edtech setempat Marathon Education. Putaran tahap awal tersebut bernilai $1,5 juta dipimpin Forge Ventures (dana kelolaan Alto Partners), didukung juga oleh iSeed SEA.

Didirikan sejak 6 minggu yang lalu, Marathon Education menyajikan kanal pembelajaran kursus (after-school education) untuk siswa kelas 6 s/d 12. Saat ini fokusnya masih seputar materi matematika dan sains, mengikuti standar kurikulum kementerian pendidikan di sana.

Sebelumnya pada Juni 2021 lalu, Venturra Discovery juga terlibat dalam investasi Infina, sebuah startup pengembang aplikasi investasi asal Vietnam. Dan juga startup social commerce di sana bernama Mio pada Mei 2021.

“Misi kami sejak awal adalah empowering entrepreneur di Asia Tengara. Dan saat ini menjadi waktu yang tepat bagi kami secara agresif untuk berinvestasi di Vietnam dan juga di Indonesia. Sampai waktu 2-3 tahun ke depan, kami masih memiliki cukup fund untuk berinvestasi,” terang Partner Venturra Discovery Raditya Pramana dalam sebuah kesempatan wawancara bersama DailySocial.id.

Ia turut menyampaikan, tahun ini perusahaannya punya target berinvestasi ke 10 startup di Vietnam dan Indonesia. Di Vietnam, Venturra juga telah memiliki tim yang bertugas mengeksplorasi dan melakukan penjajakan investasi.

Sebenarnya, selain kedua negara tersebut, Venturra Discovery juga sudah masuk ke pasar Filipina. Awal tahun ini mereka terlibat ke pendanaan Podcast Network Asia.

Ekosistem di Vietnam

Menurut laporan tahunan Global Startup Ecosystem Report (GSER) yang dipublikasi Startup Genome, Jakarta menempati urutan kedua dari 100 kota di seluruh dunia dalam daftar emerging startup ecosystem. Peringkat Jakarta tertinggi dibandingkan negara tetangga lainnya di Asia Tenggara, seperti Kuala Lumpur (11), Manila (urutan 31-40), Bangkok (51-60), dan Ho Chi Minh City (71-80).

Kendati masih di bawah beberapa kota lainnya, ekosistem di Ho Chi Minh City, Vietnam terpantau terus meningkat secara performa nilai ekonomi, pendanaan, dan talenta terkait startup digital. Untuk menangkap momentum tersebut, sejumlah pemodal ventura juga telah hadir di sana, termasuk East Ventures dan Patamar Capital.

Pangsa pasar digital yang mulai terbentuk juga mendorong startup di Asia Tenggara lainnya untuk masuk ke sana, termasuk dari Indonesia, yakni Gojek, Traveloka, dan Ruangguru.

Sementara itu menurut laporan e-Conomy SEA 2020, GMV yang dihasilkan oleh pasar Vietnam menempati peringkat ke-3 setelah Indonesia dan Thailand. Tahun 2020 nilai GMV yang dihasilkan dari ekosistem digital setempat sudah mencapai $14 miliar dan diproyeksikan bertumbuh jadi $52 miliar di tahun 2025.

Sektor e-commerce memberikan sumbangsih terbesar, diikuti online media, travel, dan transportasi. Investasi ke startup juga terus mengalami pertumbuhan, bahkan sangat pesat di periode tahun 2019 dan 2020. Sebelumnya pada tahun 2018, nilai investasi yang dibukukan mencapai $351, lalu tahun berikutnya meningkat lebih dari 2x lipat mencapai $935 miliar.

Centauri Fund Terima Tambahan Dana 123 Miliar Rupiah dari K-Growth

Dana kelolaan Telkom dan KB Financial Group “Centauri Fund” baru saja menerima suntikan dana dari sovereign wealth fund (badan pengelola dana investasi milik negara) asal Korea Selatan “K-Growth” sebesar KRW10 miliar atau setara 123 miliar Rupiah. K-Growth sendiri merupakan perusahaan investasi multi manajer (fund-of-funds) yang berfokus pada modal ventura dan ekuitas swasta

Sebagai bagian dari MDI Ventures, Centauri menargetkan vertikal bisnis yang tidak jauh berbeda. Namun nilai uniknya fund tersebut akan fokus ke pendanaan pra-seri A dan seri B. Sedangkan MDI Ventures fokus di seri B ke atas. Fund tersebut diluncurkan pada bulan Desember 2019, dengan target penggalangan hingga 150 juta dolar.

Kemitraan antara K-Growth dan Centauri Fund merupakan satu lagi tonggak pencapaian. Meski pandemi, kepercayaan dalam berinvestasi di bidang teknologi dan minat atas kolaborasi lintas batas tetap terbilang tinggi. Dengan kehadiran yang aktif baik di Indonesia maupun di Korea Selatan, Centauri Fund menduduki posisi yang tepat untuk memanfaatkan dan menyerbuki silang ekosistem teknologi di kedua negara.

Kenneth Li, yang merupakan mitra pengelola dari MDI Singapura menambahkan, “Dengan bergabungnya K-Growth, MDI berharap Centauri Fund dapat membantu kami mencari berbagai inovasi yang akan dibawa ke Indonesia, yang nantinya dijembatani oleh MDI untuk mendukung inisiatif Telkom dan BUMN.”

Portfolio Centauri Fund

Sejak diluncurkan, Centauri Fund telah melakukan empat investasi terkemuka di kawasan Asia Tenggara. Pada bulan April 2020, pendanaan tersebut memimpin putaran pembiayaan seri A untuk platform insurtech Qoala, yang ditutup pada angka $13,5 juta. Kemudian, bersama Wavemaker Partners, sebuah perusahaan modal ventura lainnya, Centauri Fund juga melakukan dukungan kepada WEBUY, startup social commerce yang berbasis di Singapura di bulan Oktober 2020.

Kesepakatan terbaru dari Centauri Fund meliputi investasi tahap awal pada startup logistik lokal Paxel pada bulan April 2021. Centauri Fund juga berpartisipasi dalam putaran pendanaan seri C pada perusahaan fintech agregator Cermati, kesepakatan ini dipimpin oleh MDI Ventures.

Di bulan Januari, pendanaan ini juga mendukung RUN System, sebuah platform SaaS penyedia solusi ERP yang berbasis di Yogyakarta. Saat ini, RUN System berencana untuk mengembangkan bisnisnya dan mencari dana melalui penawaran umum perdana (IPO) di Papan Akselerasi.

Mitra Centauri Fund Steven Hong mengungkapkan, “Pendanaan kami bertindak sebagai alat kerja di ekosistem yang lebih besar. Manajer-manajer yang ada di Centauri dapat berinvestasi mulai dari tahap awal dan terus berpartisipasi di tahapan-tahapan selanjutnya, saat perusahaan mencapai tahap pertumbuhan dan seterusnya,”

Ia turut menambahkan bahwa dengan dukungan dua konglomerat terkemuka, pendanaan ini memberikan nilai strategis bagi para startup dengan cara menghubungkan mereka pada Telkom Group dan KB Financial Group untuk skala bisnis dan kemitraan yang besar. Hal ini disebut sebagai bagian dari inisiatif perusahaan menciptakan nilai untuk portfolio juga laba investasi yang nyata bagi para investor.

Kerja sama Indonesia-Korea Selatan

Kiprah investor asal Korea Selatan terhadap perkembangan industri startup tanah air tentu tidak bisa dipandang sebelah mata. Beberapa dari mereka masuk melalui kerja sama dengan beberapa dana kelolaan hingga memimpin putaran pendanaan. Menurut data Statista, Korea Selatan memiliki sekitar 1,8 juta perusahaan rintisan. Selain itu, kurang lebih negara tersebut juga turut didukung oleh 165 modal ventura.

Jumlah perusahaan rintisan di Korea Selatan berdasarkan umur bisnis. Sumber: Statista

Dilansir dari Tirto, Pemerintah Korea Selatan memberikan suntikan dana per kapita tertinggi di dunia. Pemerintah menyiapkan anggaran hingga 12 triliun won atau $9 miliar untuk mendanai para perusahaan rintisan tahun ini. Pemerintah juga menargetkan tambahan 10 startup berstatus unicorn baru pada 2022 mendatang.

Head Of Investor Relations and Capital Raising MDI Ventures Sarah Usman menambahkan, “Dengan pengalaman dan keahlian tim kami yang luas di lingkup industri startup Korea, komitmen terbaru K-Growth pada Centauri Fund menunjukkan satu lagi langkah kami menuju terbangunnya kemitraan bilateral antara Korea Selatan dan Indonesia.”

Investor asal Korea Selatan lainnya yang aktif berinvestasi di Asia Tenggara yakni Yanolja, Woowa Brothers, dan GEC-KIP Fund besutan Korea Investment Partners (KIP) dan Golden Equator Ventures (GEV). Mirae Asset-Naver juga belum lama ini berpartisipasi dalam pendanaan seri D marketplace online grocery HappyFresh.

SNAP Tandai Dimulainya Standardisasi “Open Banking” Indonesia

Indonesia mulai menyusul negara global lainnya untuk mulai mengimplementasikan standar nasional Open API. Bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-76, Bank Indonesia meresmikan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP). Sekaligus uji coba sandbox QRIS dengan Thailand (Thai QR Payment) yang disebut QRIS Antarnegara.

SNAP merupakan standar nasional yang ditetapkan BI atas seperangkat protokol dan instruksi yang memfasilitasi interkoneksi antaraplikasi secara terbuka dalam pemrosesan transaksi pembayaran. Oleh karenanya, SNAP menyatukan berbagai layanan transaksi di Indonesia ke dalam satu sistem.

Standardisasi Open API Pembayaran ini, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, dapat menciptakan industri sistem pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif, sehingga dapat menyediakan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat yang efisien, aman, dan andal.

SNAP mencakup standar teknis keamanan, standar data, spesifikasi teknis, dan dokumen pedoman tata kelola sistem pembayaran nasional. Ada dua hal yang distandarkan oleh SNAP.

Pertama, dokumen standar teknis dan keamanan, standar data, dan spesifikasi teknis SNAP menstandarkan, antara lain: protokol komunikasi, tipe arsitektur API, struktur dan format data, metode autentikasi, metode otorisasi, metode enkripsi, persyaratan pengelolaan akses API, struktur data request, hingga struktur data response.

Kedua, dokumen pedoman tata kelola SNAP menstandarkan pedoman perlindungan konsumen, perlindungan data, persyaratan kehati-hatian bagi penyedia layanan dan pengguna layanan, serta kontak.

Pengimplementasian SNAP merupakan salah satu tahapan penting dalam rangka mengakselerasi open banking di area sistem pembayaran. Inisiatif ini adalah tindak lanjut dari visi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025.

Menuju Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 / Bank Indonesia

Penyusunan SNAP dilakukan bersama oleh Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dengan membentuk Working Group (WG) Nasional. Sebelum WG nasional dibentuk, BI terlebih dulu menerbitkan Consultative Paper Standar Open API Pembayaran oleh Bank Indonesia pada kuartal I 2020.

Jauh sebelum bank sentral menetapkan standarisasi Open API ini, industri sudah ambil langkah terlebih dulu dengan membuat Open API versi masing-masing. Salah satunya adalah BCA yang meluncurkan API BCA pada 2017. Disebutkan volume transaksi API BCA tumbuh 4,8 kali dalam dua tahun terakhir. Transaksinya tembus lebih dari 1 miliar aktivitas transaksi dan telah digunakan oleh lebih dari 2.500 nasabah bisnis.

Pengembangan fiturnya telah mencapai ratusan untuk memenuhi berbagai kebutuhan bisnis, seperti informasi saldo, mutasi rekening, transfer, BCA Virtual Account, dan lainnya. Bagi nasabah bisnis, implementasi API BCA mempermudah mereka saat rekonsiliasi transaksi penerimaan pembayaran, automasi dan simplifikasi proses transaksi bisnis.

QRIS Antarnegara

Sementara itu, terkait QRIS Antarnegara yang masuk ke dalam bagian SNAP, sebagai permulaannya bekerja sama dengan Bank of Thailand (BOT). Bagi konsumen atau wisatawan yang berasal dari Indonesia dan Thailand bisa melakukan pembayaran dengan memindai kode QR di masing-masing negara.

Perry mengatakan, pengembangan QRIS Antarnegara dengan Thailand dapat menjadi tonggak baru dalam memfasilitasi aktivitas masyarakat antar kedua negara, khususnya bagi wisatawan.

Secara teknis, penyelesaian transaksi QRIS Antarnegara ini menggunakan mata uang lokal masing-masing negara atau local currency settlement (LCS) melalui bank yang sudah dipilih atau appointed cross currency dealers (ACCD).

Interkoneksi switching to switching dibangun antar switching kedua negara yaitu Rintis, Artajasa, Jalin dan Alto dari Indonesia dengan National ITMX (NITMX) dari Thailand. Adapun bank ACCD di Indonesia yang terpilih adalah BCA, BNI, dan BRI. Sementara, bank ACCD di Thailand ada Bangkok Bank (BBL), Bank of Ayudhya (Krungsri), dan CIMB Thai Bank (CIMBT).

Proyek ini juga turut melibatkan 13 provider QRIS. Mereka adalah Bank Sinarmas, Bank Mega, Bank Permata, Bank BSI, Telkom Indonesia, Maybank, ShopeePay, LinkAja, DANA, Bank Mandiri, CIMB Niaga, dan Otto Cash.

Fase komersial penuh dengan Thailand akan dilakukan pada kuartal I 2022. Setelah Thailand, bank sentral tengah menanti uji coba dengan Malaysia. “Setelah Thailand kita dengan Malaysia dan setelahnya sudah ada beberapa negara ASEAN lain yang berminat dan sudah menyetujui,” terang Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengutip dari Katadata.

Setelah skala ASEAN, pada fase berikutnya QRIS Antarnegara bakal disiapkan untuk lintas negara di luar ASEAN. Salah satunya, dengan Arab Saudi.

Open banking di Singapura

Sumber: The Edge Markets

Tentunya kehadiran SNAP mempermudah industri jasa keuangan untuk terhubung secara digital dengan pemain non-bank. Contoh terdekat yang bisa ditengok adalah Singapura yang menjadi salah satu kiblat negara maju di Asia.

Pada dasarnya, semangat open banking adalah memberi manfaat kepada konsumen melalui peningkatan pengalaman konsumen, akses ke produk yang mendukung perbankan terbuka, dan pengambilan keputusan keuangan yang lebih baik dengan menggabungkan informasi keuangan mereka dalam satu platform.

Monetary Authority of Singapore (MAS) adalah pendorong utama perkembangan open banking yang masif di Singapura. Salah satu inisiatif utama yang mereka ambil adalah memperkenalkan API Exchange (APIX), sebuah platform kolaborasi yang menjadi dasar kuat bagi pertumbuhan open banking.

APIX adalah platform arsitektur terbuka lintas batas pertama di dunia dan bertujuan untuk mendukung inovasi dan inklusi keuangan di ASEAN dan di seluruh dunia. Platform yang diluncurkan pada November 2018 ini menjadi tempat lembaga keuangan dan perusahaan fintech dapat terhubung dengan mudah dan berkolaborasi dalam pengalaman desain melalui API.

Menurut Founder & CEO MatchMove Shailesh Naik, dia telah melihat kemajuan dalam kolaborasi antara bank dan perusahaan fintech di bidang ini selama dua tahun terakhir. Bank sekarang lebih bersedia untuk bekerja sama dan mulai menjangkau untuk tetap kompetitif karena proses di perusahaan fintech menjadi lebih menarik dan hemat biaya untuk sektor keuangan konvensional.

Tonggak penting lainnya lewat MAS adalah inisiatif Financial Planning Digital Services, yang bertujuan untuk memfasilitasi portabilitas data dengan kerangka kerja API yang aman. Pada 7 Desember 2020, MAS meluncurkan Singapore Financial Data Exchange (SGFinDex), yang melibatkan konsolidasi data keuangan dari bank dan lembaga pemerintah di satu tempat, bukan di beberapa lokasi.

Hal ini difasilitasi melalui identitas digital nasional Singapura, Singapore Personal Access (SingPass), yang merupakan layanan single sign-on yang digunakan oleh warga Singapura untuk bertransaksi dengan lebih dari 60 instansi pemerintah secara online. Konsumen memiliki pilihan untuk memberikan akses ke lembaga keuangan yang mereka pilih untuk berbagi informasi mereka.

Infrastruktur ini dikembangkan oleh sektor publik bekerja sama dengan ABS dan tujuh bank yang berpartisipasi, menjadikan SGFinDex menjadi infrastruktur digital publik pertama di dunia yang menggunakan identitas digital nasional dan sistem persetujuan online yang dikelola secara terpusat.

Managing Director MAS Ravi Menon menyampaikan pentingnya penguatan kepercayaan di sektor keuangan. Nilai lebih yang ditawarkan open banking harus diimbangi dengan risiko yang ditimbulkan oleh berbagi data nasabah antara berbagai pihak.

Dalam Global Financial Services Consumer Study 2019 yang diterbitkan Accenture, sebanyak 75% konsumen menyatakan bahwa mereka sangat berhati-hati tentang privasi data mereka, pelanggaran keamanan data menjadi perhatian terbesar kedua bagi konsumen. Oleh karena itu, agar open banking Singapura benar-benar dapat diterima, pelanggan harus sepenuhnya yakin bahwa data mereka aman.

Meskipun data perbankan di Singapura diatur oleh Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi yang disempurnakan, bank juga harus memainkan peran mereka dan terus waspada dalam melindungi data pelanggan mereka untuk menguntungkan konsumen dan industri, dan memastikan keberhasilan open banking di Singapura.

Berkaitan dengan itu, penanganan kebocoran data harus ditangani dengan benar-benar serius oleh pemerintah dan instansi terkait. Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menyampaikan isu ini belakangan semakin sensitif, di tengah geliatnya perkembangan ekonomi digital.

“Apabila isu ini terus terjadi, tentunya akan mengganggu pertumbuhan bank digital atau yang berkaitan dengannya. Sebab konsumen akan sulit untuk percaya datanya aman terproteksi,” ujar dia dalam suatu diskusi panel yang diadakan Infobank.

Kurangnya rasa percaya dari masyarakat terhadap layanan keuangan digital, tercermin dari survei yang diadakan  Digital 2021 Report. Disebutkan penetrasi aplikasi banking and financial services d Indonesia masih rendah hanya 39,2% dari responden. Angka ini lebih rendah dari Thailand 68,1%, Malaysia 55,7%, dan Filipina 42,1%.

Sementara, mobile payment juga rendah yakni 29,2% dibanding rata-rata dunia, yakni 30,9%. jauh dibanding Thailand, Filipina, dan Vietnam. Adapun, untuk penggunaan kode QR code di Indonesia baru sebesar 42% dari penduduk dewasa. Kalah dari Malaysia 77% dan Singapura 79%.

RUN System IPO di BEI, Manfaatkan Momentum untuk Ekspansi dan Keberlangsungan Bisnis

Salah satu portfolio investasi Telkom Group, PT Global Sukses Solusi Tbk (RUN System) berencana untuk mengembangkan bisnisnya dan mencari dana melalui penawaran umum perdana (IPO) di Papan Akselerasi. Platform SaaS penyedia solusi ERP ini menargetkan mengumpulkan Rp49,9 miliar Rupiah dari aksi korporasinya.

Perkembangan bisnis perusahaan beberapa tahun ke belakang serta kepercayaan berbagai pihak diyakini sebagai salah satu alasan kuat untuk IPO. Dengan kondisi saat ini, khususnya dampak pandemi yang mengubah banyak tatanan termasuk tingkat urgensi dari digitalisasi proses bisnis mendesak perusahaan mencari cara untuk bertahan dan berkembang. Di sisi lain, IPO disebut akan membantu meningkatkan kinerja perusahaan.

Founder & CEO RUN System Sony Rachmadi Purnomo mengungkapkan, “Sejak awal kami sudah menargetkan IPO dalam rangka menunjang ekspansi bisnis dan keberlanjutan perusahaan. Sebagai Startup, agility sangat membantu untuk tumbuh dan berkembang namun bisa menjadi bumerang jika kita tidak fokus pada stakeholder dan tata kelola perusahaan. Kami memilih cara IPO agar dapat menjaga momentum untuk ekspansi dan keberlangsungan (GCG) bisnis secara bersamaan.”

Dalam rilis yang diterima DailySocial, perusahaan disebut akan menjual sebanyak-banyaknya 196,8 juta saham biasa atas nama yang seluruhnya adalah Saham Baru dan dikeluarkan dari portepel Perseroan, dengan nilai nominal Rp4,- per lembar. Jumlah saham tersebut mewakili sebanyak-banyaknya 20,01% dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh Perseroan setelah Penawaran Umum Perdana Saham. Harga saham yang ditawarkan kepada masyarakat sebesar Rp230-254 per lembar.

Selain itu, perusahaan turut mengadakan Program ESA (Employment Stock Allotment) dengan mengalokasikan saham sebanyak-banyaknya 1% dari jumlah penerbitan saham yang ditawarkan atau sebanyak-banyaknya sebesar 1.9 juta saham.

RUN System telah menjadwalkan periode penawaran awal antara 20-26 Agustus 2021, dengan perkiraan tanggal efektif 31 Agustus 2021. Tanggal IPO untuk Run System ditargetkan antara 2-6 September 2021, dengan tanggal penjatahan 6 September. Sedangkan target pendistribusian saham elektronik adalah 7 September dan listing pada 8 September 2021.

PT BRI Danarese dan PT Mirae Sekuritas Indonesia menjadi pihak yang bertindak sebagai pelaksana penjaminan saham PT Global Sukses Solusi TBK yang diterbitkan.

Dana hasil Penawaran Umum Perdana setelah dikurangi biaya emisi saham
akan digunakan sebagai modal kerja (74%) termasuk pembiayaan baru proyek, biaya overhead dan biaya operasional. Sekitar 11% akan dialokasikan untuk akuisisi dan ekspansi pasar dan sebesar 10% untuk penelitian dan pengembangan. Sementara 5% akan digunakan untuk belanja modal perusahaan yang termasuk peralatan dan infrastruktur kerja.

Papan Akselerasi IPO Startup

Pasar ERP di Indonesia

Menurut laporan yang diterbitkan oleh Allied Market Research, pasar ERP global dipatok pada $39,34 miliar pada tahun 2019 dan diperkirakan mencapai $86,30 miliar pada tahun 2027, mencatat CAGR sebesar 9,8% dari tahun 2020 hingga 2027.

Dalam wawancara terakhir bersama DailySocial, Sony mengungkapkan bahwa peluang industri ERP di Indonesia masih sangat besar, dengan sekitar 10-20% perusahaan yang baru memanfaatkan layanan tersebut untuk bisnis mereka. Hal ini membuat timnya semakin optimis akan perkembangan industri ini ke depannya.

Perusahaan yang sejak tahun 2013 fokus mengembangkan solusi ERP dari hulu ke hilir ini memiliki empat jenis produk yaitu Run System yang merupakan ERP software, Run Market yaitu enterprise internediary platform, Run iProbe (HR enterprise solution system), dan iKas yaitu point of sales platform.

Dalam kurun waktu 8 tahun, RUN System telah melayani sekitar 50 perusahaan di berbagai skala bisnis mulai dari UMKM, menengah, hingga besar yang bergerak di sektor manufaktur, distribusi, perdagangan, dan jasa. Sony menyampaikan timnya tengah menggarap integrasi ERP dan sektor perbankan

Perjalanan RUN System bersama Telkom Group

Pada 2014, RUN System ikut serta dalam program Indigo Incubator batch pertama yang diadakan oleh Telkom. Melihat potensi yang ada pada startup ini, Telkom kemudian menjadikan RUN System sebagai salah satu Distribution Partner solusi ERP bagi seluruh pelanggannya di Indonesia.

Di samping itu, perusahaan rintisan asal Yogyakarta ini turut mendapat dukungan dari MDI Ventures dan dana kelolaannya MDI-KB Centauri dengan kemitraan yang kuat dengan Telkom Indonesia sebagai go-to-market mereka sebelum IPO.

Pada tahun 2020 lalu, anak perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom), PT Metra-Net melakukan penandatanganan Shareholder Agreement dengan RUNSystem. Pada saat itu, kesepakatan ini memiliki visi salah satunya untuk memonetisasi peluang pada industri online.

Sebagai salah satu portfolio pertama mereka, MDI Ventures percaya bahwa Run System adalah validasi dari tesis IPO modern mereka. Run System disebut telah mencapai profitabilitas sejak hari pertama dan menjadikan IPO sebagai jalur pendanaan mereka. Hal ini berbanding terbalik dengan dogma startup biasa, di mana mereka melepaskan keuntungan untuk mendorong pertumbuhan dan menganggap IPO hanya sebagai strategi exit.

Evermos Segera Rampungkan Putaran Pendanaan Seri B

Platform social commerce untuk produk halal Evermos tengah merampungkan penggalangan seri B. Sejumlah investor seperti unit ventura UOB, Jungle Ventures, dan beberapa lainnya akan terlibat dalam putaran ini. Kabar ini turut dikonfirmasi oleh salah satu pendiri perusahaan. Dikatakan bahwa tidak lama lagi putaran ini akan ditutup; sekitar 1 s/d 2 minggu dan diumumkan secara resmi.

Dari data yang kami peroleh, putaran ini telah menghasilkan $19,5 juta atau sekitar 281 miliar Rupiah. Dengan posisi putaran pendanaan yang masih terbuka, ada kemungkinan susunan investor dan nilainya akan turut berubah.

Sebelumnya Evermos mendapatkan pendanaan seri A pada akhir 2019 lalu. Dana investasi senilai $8,25 juta berhasil dibukukan dari Jungle Ventures, Shunwei Capital, dan Alpha JWC Ventures.

Terkait bisnis, dalam wawancara sebelumnya Co-Founder Evermos Ghufron Mustaqim mengungkapkan, bisnisnya membukukan month-on-month growth sekitar 20% pada 2020. Saat ini Evermos telah bekerja sama dengan sekitar 500 pemilik brand (lebih dari 90%-nya adalah UMKM), memiliki 50-75 ribu reseller aktif yang menjangkau 504 kota/kabupaten di Indonesia, dan melayani sekitar 200-400 ribu konsumen.

Model bisnis efisien

Pendekatan social commerce yang diusung memungkinkan aplikasi Evermos menghubungkan pemilik produk dan reseller. Setiap mitra reseller juga mendapat kesempatan untuk mendapatkan pelatihan, termasuk kaitannya dengan fikih dalam bertransaksi bisnis. Gudang Evermos juga sudah didirikan sebagai fulfillment center, memungkinkan mitra mendapatkan fitur COD dan pengiriman yang lebih efisien untuk konsumennya.

“Evermos secara alami lebih efisien karena model bisnis kita. Kami tidak memiliki inventory dan juga tidak banyak bakar uang untuk marketing karena dibantu oleh pasukan reseller untuk memasarkan produk-produk ke tetangga, teman, dan keluarga mereka. Bahkan sejak awal secara contribution margin Evermos positif, termasuk di tahun 2020 ketika pandemi dan kami melakukan percepatan pertumbuhan,” tutup Ghufron.

Di Indonesia sendiri untuk layanan social commerce sudah ada beberapa yang bermain, seperti Dagangan, Super, KitaBeli, RateS, dll. Hanya saja memang belum ada yang sepenuhnya memfokuskan ke produk halal dan konsep syariah. Pun demikian layanan e-commerce atau online marketplace, produk halal juga tetap disediakan berbaur dengan varian brand lainnya, sehingga lebih terfragmentasi.

Potensi ekonomi syariah

Menurut “Laporan Ekonomi & Keuangan Syariah 2020” yang diterbitkan Bank Indonesia, pangsa pasar industri halal di Indonesia mengalami peningkatan konsisten. Komoditas yang paling signifikan adalah makanan halal dan fesyen.

Pendanaan Seri B Evermos
Pangsa pasar industri halal Indonesia terhadap global / Bank Indonesia

Ditinjau dari pergerakan logistik, volume transaksi produk halal pada Mei s/d Desember 2020 secara kuantitatif tumbuh 81,5% dibanding periode tahun sebelumnya. Aktivitas belanja online sendiri juga mengalami peningkatan 29,96% di platform e-commerce dan marketplace sepanjang tahun lalu.

Dengan lebih dari 200 juta penduduk muslim, Indonesia digadang-gadang memiliki potensi luar biasa untuk industri halal. Hal ini membuat pemain seperti Evermos cukup optimis untuk menyongsong pasar di kemudian hari.

Application Information Will Show Up Here

Startup Edu-Wellness “Mindtera” Tutup Pendanaan Tahap Awal dari East Ventures

Platform edukasi pengembangan diri (edu-wellness) Mindtera mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dengan nilai dirahasiakan yang dipimpin East Ventures. Hustle Fund yang berbasis di Silicon Valley, Henry Hendrawan, dan beberapa angel investor di industri teknologi turut berpartisipasi dalam putaran tersebut.

Dana segar ini akan digunakan perusahaan untuk mempercepat misinya dalam membantu orang menjalani kehidupan terbaiknya, dengan menyediakan akses kurikulum pembelajaran pengembangan diri di berbagai kehidupan.

“Pendanaan baru ini akan digunakan untuk memperkuat tim produk dan teknologi, meluncurkan lebih banyak fitur menarik, meningkatkan brand awareness, dan membangun kapasitas dalam menanggapi kebutuhan pasar. Kami menyambut talenta yang bersemangat untuk bergabung dengan kami dalam perjalanan ini,” kata Co-founder & CMO Mindtera Bayu Bhaskoro dalam keterangan resmi, Senin (23/8).

Konsep layanan

Selain Bayu, startup ini turut didirikan oleh Tita Ardiati. Tita adalah life coach berlisensi yang telah menghabiskan lebih dari 500 jam dengan 100 klien dan ahli statistik senior dengan pengalaman kerja di lembaga penelitian multinasional, seperti YouGov dan Nielsen. Sementara, Bayu memiliki pengalaman sebagai senior kreatif profesional yang telah memenangkan berbagai penghargaan.

Co-Founder & CEO Mindtera Tita Ardiati menjelaskan, platform ini didirikan untuk memberikan edukasi dan pelatihan kecerdasan emosional, sosial dan fisik dalam format digital untuk individu dan perusahaan. Kurikulum kecerdasan majemuk Mindtera telah divalidasi secara ilmiah dan klinis oleh para life coach, edukator, dan psikolog klinis.

Selain itu, platform pembelajaran ini juga akan membangun komunitas sebagai support system harian bagi penggunanya. “Mindtera bertujuan untuk mengatasi ketidakseimbangan ini dengan merancang dan membangun produk edukasi bermuatan kecerdasan majemuk (multi-intelligence approach),” terangnya.

Dia melanjutkan, “[..] Kami menyediakan konten yang membuka wawasan tentang kecerdasan majemuk ke lebih banyak individu dan perusahaan. Melalui Mindtera, nantikan aksesibilitas, relevansi, dan komunitas dalam format digital yang akan membantu meningkatkan potensi diri.”

Menurut Harvard Business Review (HBR), kecerdasan emosional (EQ) dua kali lebih penting daripada keterampilan lain untuk mencapai pertumbuhan dan kesejahteraan pribadi, baik di rumah atau di tempat kerja. Umumnya, di sekolah, bahkan edtech, berfokus pada kemampuan teknis dan akademis.

Namun, solusi untuk meningkatkan EQ individu secara terstruktur dalam menavigasi kehidupan dengan lebih baik hampir sulit ditemukan pada saat ini. Khusus di tengah pandemi ini, EQ menjadi aspek penting untuk membantu masyarakat beradaptasi dengan perubahan dan ketidakpastian yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, “[..] Kami percaya Mindtera akan membuka jalan untuk mengubah pemahaman masyarakat tentang kecerdasan secara keseluruhan, membekali masyarakat dengan kurikulum dan layanan yang tepat sehingga mereka dapat mencapai kepuasan hidup.”

Pangsa pasar wellness

Pangsa pasar industri fitness dan wellness Indonesia telah tumbuh secara signifikan selama beberapa tahun terakhir. Data dari Euromonitor International menunjukkan bahwa pasar makanan dan minuman kesehatan dan kebugaran Indonesia telah tumbuh 51% dalam lima tahun menjadi industri senilai $9 miliar saat ini.

Sementara itu, menurut laporan dari Asosiasi Internasional Klub Kesehatan, Raket dan Olahraga, industri kebugaran negara itu tumbuh sebesar 45% dalam tiga tahun menjadi $271 juta pada tahun 2017. Di Indonesia, pemain wellness tersebar di berbagai vertikal. Di antaranya Fit Company, DOOgether, Jovee, YouVit, ClassPass, R Fitness, dan masih banyak lagi.

Sumber: Euromonitor

Potensi nilai ekonomi yang menggiurkan membuat beberapa inovator digital terjun ke ranah tersebut. Mengusung konsep aplikasi edukasi yang lebih fokus ke kegiatan kebugaran dan kesehatan fisik, Telkomsel tahun ini juga merilis aplikasi “Fita”. Sampai saat ini aplikasi tersebut masih di fase early access. Di dalamnya menawarkan beberapa produk, mulai dari layanan bimbingan 1-on-1 dengan pelatih profesional, video latihan on-demand, program olahraga, tips dan resep makanan bergizi.

Spotify Hadirkan Fitur Music + Talk di Indonesia

Musik menyentuh hampir seluruh rentang usia dan menjangkau sebagian besar dunia berkat dukungan platform yang semakin luas, salah satunya melalui Spotify. Di sisi lain, berbincang mengenai musik juga menjadi topik populer di platform Spotify lainnya, Music+ Talk yang diuji di beberapa negara.

Continue reading Spotify Hadirkan Fitur Music + Talk di Indonesia