Untuk Mitigasi Risiko, Empat Startup Fintech Kini Terhubung dengan Dukcapil (UPDATED)

Pada hari ini (11/6), Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memberikan hak akses pemanfaatan data kependudukan untuk 13 institusi yang berasal dari jasa keuangan (terdiri atas bank, lembaga pembiayaan, dan fintech), layanan kesehatan, dan layanan amil zakat nasional.

13 institusi tersebut, di antaranya adalah Pendanaan.com, UangTeman, Ammana, Ovo, Astrido Pacific Finance, Commerce Finance, MAS Finance, Bank Oke Indonesia, BPR Tata Karya, dan Indo Medika Utama. Secara total, kini sistem Dukcapil telah terhubung oleh 2108 pengguna, baik dari lembaga pemerintah maupun non-pemerintah.

Perusahaan yang terhubung dengan sistem Dukcapil berkesempatan untuk mempercepat proses bagi masyarakat mendapatkan berbagai layanan publik, sekaligus mengefektifkan proses verifikasi kebenaran data penduduk yang akan mendapatkan pelayanan tersebut. Seluruh pengguna ini memanfaatkan data kependudukan, NIK, dan KTP Elektronik.

Sumber: AFPI
Sumber: AFPI

Bagi startup fintech, verifikasi nasabah yang cepat sangat dibutuhkan karena punya risiko pinjaman fiktif yang begitu tinggi, terlebih ini adalah bagian dari proses KYC (Know Your Customer). Dengan memanfaatkan data kependudukan, NIK, dan KTP Elektronik, tentunya akan sangat membantu saat proses identifikasi konsumen dilakukan secara jarak jauh.

“Diharapkan akses data Dukcapil dapat mencegah peminjam fiktif sehingga dapat memajukan industri, yakni memperkuat peranannya dalam menyalurkan pinjaman ke masyarakat yang belum terakses lembaga jasa keuangan,” ucap CEO Pendanaan.com Dino Martin dalam keterangan resmi.

Diterangkan lebih lanjut, akses pemanfaatan data Dirjen Dukcapil ini akan memberikan keterangan ‘sesuai’ atau ‘tidak sesuai’ pada registrasi calon nasabah UangTeman setelah melengkapi rangkaian pengecekan data melalui teknologi yang digunakan perusahaan sebelumnya, bersama dengan lembaga-lembaga yang tersertifikasi di OJK.

Secara terpisah, mengutip dari Kompas.com, CEO Ammana Lutfi Adhiansyah menyatakan akses data kependudukan hanya untuk proses KYC. Seluruh penyelenggara layanan tidak akan melihat seluruh data penduduk Indonesia.

“Kami mencocokkan data yang sudah kami punya ke Dukcapil. Ketika terjadi kecocokan, maka ada pesan dari sistem Dukcapil bahwa data pengguna terverifikasi. Setelah itu baru kita proses,” katanya.

Menurutnya, sebelum terhubung dengan Dukcapil, penyelenggara layanan kerap menggunakan bantuan pihak ketiga e-KYC untuk mencocokkan data pengguna. Yang mana, service level dengan pihak ketiga itu tentu berbeda. “Dengan kerja sama Dukcapil, proses verifikasi pengguna bisa lebih cepat,” pungkasnya.

Adapun, startup lainnya yang sudah lebih dahulu terhubung dengan Dukcapil, di antaranya LinkAja, PrivyID, Nodeflux, Pajakku, VeriJelas, dan Tunaiku.

*Catatan: perubahan jumlah pemain fintech yang terdapat pada judul artikel

KoinWorks dan MMI Kerja Sama Tawarkan Investasi Reksa Dana untuk Pendana

KoinWorks resmi menggaet Mandiri Manajemen Investasi (MMI) untuk pengelolaan dana para pendana untuk diinvestasikan ke instrumen Reksa Dana Mandiri Investasi Pasar Uang 2 (MIPU 2). Kerja sama ini sekaligus dalam rangka memenuhi ketentuan OJK terkait saldo kas lender pada akun p2p lending yang tidak boleh mengendap lebih dari dua hari.

Dalam momentum ini, KoinWorks berupaya untuk mendorong lebih banyak investor pasar modal di Indonesia dari kalangan penggunanya melalui platform-nya. Lantaran, menurut data perusahaan, hampir 70% pendana yang berinvestasi adalah investor pemula. Pengetahuan mereka perihal instrumen investasi lainnya di luar p2p lending, masih sangat awam.

Sebagai informasi, KoinWorks sebelumnya juga didanai Mandiri Capital Indonesia (MCI) dalam putaran seri A.

“Produk ini sudah kita pilot project sejak akhir tahun lalu, tapi baru untuk kalangan terbatas saja. Kita ingin memperkenalkan produk reksa dana untuk 400 ribu lender KoinWorks,” terang Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono, dalam konferensi pers secara online, Rabu (10/6).

Direktur Utama MMI Alvin Pattisahusiwa menambahkan, KoinWorks adalah mitra p2p lending pertama yang digaet oleh perusahaan. Produk reksa dana yang dikelola punya banyak kelebihan yang sejalan dengan profil para pendana di KoinWorks.

Di antaranya, punya likuiditasnya yang tinggi dengan waktu transaksi T+0 atau same day settlement. Artinya, waktu pencairan bisa dilakukan pada hari yang sama dengan hari pembelian. Produk reksa dana umumnya memberlakukan ketentuan pencairan T+3 atau T+7 masuk ke rekening nasabah.

Berikutnya, nominal investasi mulai dari Rp10 ribu dan imbal hasil di atas bunga deposito. Sebagai gambaran, MIPU 2 pada tahun lalu memberikan imbal hasil sebesar 5,7%. “Produk ini sangat cocok menjadi underlying otomatisasi reksa dana bagi pengguna,” kata dia.

CMO KoinWorks Jonathan Bryan menjelaskan lebih jauh, dana pendana yang mengendap di platform KoinWorks selama lebih dari dua hari akan secara otomatis dikonversi menjadi reksa dana MIPU 2 yang dikelola MMI, sehingga tidak bergantung pada keinginan pendana

Dalam proses pembukaan akun investor, pendana akan dipermudah oleh sistem sehingga mereka tidak perlu registrasi secara manual.

“Jika nantinya lender mau melakukan pendanaan, dana dapat langsung digunakan tanpa perlu mencairkan reksa dananya terlebih dahulu. Kepemilikan unit reksa dana secara otomatis berkurang sesuai dengan jumlah pendanaan yang dilakukan,” terangnya.

Seluruh proses ini, dilihat dari segi user experience, para pendana tidak akan merasakan adanya perbedaan sama sekali dengan sistem yang sudah berjalan sebelumnya.

Tak hanya KoinWorks, platform p2p lending lainnya yang sudah lebih dahulu merilis inisiasi ini adalah Investree. Startup tersebut menggandeng Tanamduit dan Principal Asset Management.

Application Information Will Show Up Here

Ula Dapatkan Dana Awal 148 Miliar Rupiah, Tawarkan Platform “Supply Chain” Dilengkapi Bantuan Modal

Ula, startup yang menggarap solusi supply-chain untuk warung dan UKM, hari ini (10/6) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai US$10,5 juta atau setara 148 miliar Rupiah. Putaran investasi dipimpin Sequoia India dan Lightspeed India, dengan keterlibatan SMDV, Quona Capital, Saison Capital, dan Alter Global. Beberapa angel investor juga turut berpartisipasi, meliputi Patrick Walujo, Willy Arifin, Sujeet Kumar, Vaibhav Gupta, Amod Malviya, Rohan Monga, dan Rahul Mehta.

Platform ini baru diluncurkan pada Januari 2020 dan memiliki kantor pusat di Jakarta. Konsep bisnisnya mengandalkan aplikasi berbasis e-commerce yang berisi berbagai pilihan barang dagangan grosir yang biasa diburu oleh pemilik warung atau pelaku UKM lainnya, khususnya terkait kebutuhan sehari-hari (FMCG). Satu hal yang membuat layanan ini unik, memungkinkan penggunanya untuk memanfaatkan fitur paylater yang tertanam di aplikasi. Pembayaran yang fleksibel ini dinilai dapat menyelesaikan masalah permodalan yang kerap dihadapi warung kecil untuk bertumbuh.

Saat ini Ula masih menguji versi awal produknya dalam private beta di wilayah Jawa Timur. Setelah itu ditargetkan segera merangkul seluruh calon pengguna di Jawa dan memperluas kategori produk ke elektronik dan fesyen. Para founder cukup optimis, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19, layanan pemenuhan kebutuhan secara online terus meningkat.

Kendati fokus bisnisnya di Indonesia, tim pengembang Ula tidak hanya berbasis di sini, namun juga ada yang di India dan Singapura. Ula didirikan oleh empat orang founders yang memiliki pengalaman bekerja di perusahaan global meliputi Derry Sakti, Riky Tenggara, Nipun Mehra, dan Alan Wong.

Ramai-ramai sokong bisnis UKM

Di Indonesia sejatinya sudah ada beberapa startup yang coba peruntungan di vertikal bisnis serupa. Sebut saja Klikdaily, layanan mereka turut mudahkan pemilik warung dapatkan stok produk. Pada Mei 2020 lalu baru bukukan pendanaan seri A yang dipimpin Global Founders Capital. Selain itu masih ada TokoPandai, Limakilo, Kudo dan sebagainya.

Beberapa platform teknologi lain juga telah memulai model supply chain dengan berbagai bentuk. Misalnya yang dilakukan pengembang point of sales Moka dengan produk Moka Fresh. Mengintegrasikan sistem pemenuhan bahan pokok pengusaha kecil lewat satu pintu. Atau program kemitraan yang diinisiasi raksasa e-commerce, seperti Mitra Bukalapak, Tokopedia, hingga Shopee — yang juga menyasar pemenuhan kebutuhan di warung-warung tradisional.

Potensi pasarnya memang besar, menurut data yang disampaikan Ula, di negara berkembang seperti Indonesia ritel tradisional hampir berkontribusi 80% dari nilai pangsa pasar keseluruhan. Model bisnisnya turut memberdayakan jutaan orang di berbagai pelosok wilayah; dari sisi bisnis pun mereka dianggap yang paling mengerti tentang karakteristik konsumen di sekitarnya, sehingga memastikan produk yang selalu tepat sasaran.

Namun ada permasalahan yang mengganjal para pelaku bisnis tadi untuk bertumbuh besar, paling umum terkait modal kerja yang kurang optimal dan SDM yang kurang cakap, sehingga perkembangan bisnis jadi stagnan. Dua hal ini yang coba diselesaikan Ula melalui platform pemenuhan kebutuhan di satu pintu, dilengkapi layanan kredit yang didasarkan pada analisis data dengan sistem cerdas.

“Bagi kami, ukuran kesuksesan Ula diukur dengan seberapa besar para pelanggan dapat meningkatkan bisnis dan kehidupannya. Visi kami adalah merevolusi perdagangan UKM dengan teknologi, membantu meningkatkan efisiensi mereka, dan menghadirkan alat (teknologi) yang memperlancar bisnis,” ujar Riky Tenggara.

Application Information Will Show Up Here

Edukasi Pengguna Masih Jadi Tantangan Mendasar Bagi Pelaku Startup Healthtech

Salah satu industri yang mengalami peningkatan dari sisi inovasi dan permintaan dari pengguna saat ini adalah layanan healthtech dan healthcare. Bukan hanya memudahkan masyarakat mengakses pembelian obat, layanan yang ada juga telah memberikan alternatif layanan dan konsultasi kesehatan secara online.

Salah satu yang mencoba peruntungan tersebut adalah Nalagenetics. Startup yang didirikan oleh Jianjun Liu, Astrid Irwanto, Alexander Lezhava, dan Levana Sani ini hadir menyediakan layanan tes genetik berbiaya murah disesuaikan pasar Asia. Penetrasi bisnisnya dimulai di pasar Singapura dan Indonesia.

Dalam sesi webinar yang menghadirkan Levana Sani dari Nalagenetics dan Joshua Agusta dari Mandiri Capital Indonesia, dibahas potensi dan peluang layanan helathcare di Indonesia.

Edukasi dan pengenalan

Salah satu kendala mengapa startup seperti Nalagenetics kesulitan untuk memperkenalkan produknya kepada target pasar adalah, kurangnya pengetahuan terkait dengan tes genetik. Proses yang bisa membantu orang banyak untuk beradaptasi dengan obat-obatan yang mereka konsumsi, sudah cukup familiar oleh pasar di Amerika Serikat dan Singapura. Namun untuk Indonesia belum banyak yang memahami lebih jauh.

“Karena hal tersebut terkadang menyulitkan kami untuk melakukan pendekatan kepada pihak rumah sakit hingga pemerintah. Meskipun para dokter kebanyakan sudah mengetahui layanan yang kami sediakan tapi sebagian besar pihak terkait belum mengenal lebih jauh,” kata Levana.

Dari sisi investor Joshua melihat akan lebih baik bagi startup jika memiliki penasihat atau rekanan yang cukup menguasai layanan atau produk kesehatan yang dihadirkan. Dengan demikian ketika pada akhirnya produk ditawarkan ke pasar atau regulator, mereka memiliki pemahaman yang baik.

“Bagi kami penting bagi startup telah melalui product market fit dan menemukan pelanggan yang tepat. Sebelum bertemu dengan investor, ada baiknya untuk mengetahui latar belakang mereka dan apakah mereka tertarik dengan model bisnis yang startup Anda tawarkan,” kata Joshua.

Potensi healthcare di Indonesia

Kultur masyarakat Indonesia yang menerima dengan baik kehadiran layanan dan berbagai produk yang ditawarkan oleh startup, ternyata menjadi salah satu kelebihan tersendiri yang kemudian banyak dimanfaatkan oleh startup. Bagi Levana yang saat ini masih terus memperluas bisnis dan membina kolaborasi dengan pihak terkait, model bisnis yang mereka tawarkan memiliki potensi yang baik untuk berkembang, bukan hanya di Indonesia namun di negara lainnya.

“Pada akhirnya misi dari kami adalah agar perusahaan bisa melakukan ekspansi ke negara lain. Bukan hanya niche di pasar lokal namun juga di pasar secara global,” kata Levana.

Yang menjadi menarik untuk diperhatikan ke depannya adalah, apakah akan ada layanan yang dihadirkan oleh startup yang menyasar healthtech dan healthcare untuk memberikan layanan digital rekam medis pasien.

Meskipun masih terkendala dengan aturan yang berlaku dan sebagian besar negara lainnya juga belum banyak yang memberikan pilihan tersebut, namun digitize medical information, menjadi peluang yang menarik untuk diikuti baik oleh komunitas startup hingga para investor.

Digitizing medical information masih menjadi wide space bukan hanya di Indonesia tapi juga secara global, bisa menjadi kesempatan yang baik untuk startup saat ini dan ke depannya,” kata Joshua.

CEO MDI Ventures Beberkan Jenis Startup yang Ideal Setelah Covid-19

Pandemi Covid-19 merupakan ajang “survival of the fittest” bagi startup. Adaptasi bisnis digital mengalami akselerasi berlipat-lipat dalam keadaan saat ini. MDI Ventures menggunakan momentum ini untuk menyaring entitas bisnis yang cocok untuk mereka investasi.

CEO MDI Ventures Donald Wihardja mengemukakan kriteria tersebut dalam webinar yang MDI selenggarakan pada Selasa (9/6) sore kemarin. Donald menjelaskan setidaknya ada empat jenis startup selama masa pandemi ini: startup yang beruntung karena vertikalnya sangat dibutuhkan; mereka yang pivot menyesuaikan kondisi; mereka yang hibernasi untuk menekan kerugian; dan mereka yang tidak beruntung, lalu gagal, dan mati.

“Kami sangat melirik startup-startup yang nomor satu, dua, dan tiga tadi,” ucap Donald dalam webinar tersebut.

Namun tidak semua startup yang masuk tiga kategori itu akan menjadi buruan utama MDI Ventures. Menurut Donal ada faktor lain yang dapat menarik mereka selain keuletan dan ketahanan startup menghadapi pandemi, tapi juga sinergisme dengan Telkom Group dan BUMN lainnya.

Bentuk sinergi itu adalah roadmap dari Telkom yang beberapa di antaranya berisi proyek smart city, healthtech, dan yang proyek yang berkaitan erat dengan UMKM. “Kita tentu mencari gain, tapi kita juga mencari sinergi dengan Telkom Group dan BUMN pada umumnya,” imbuh pria yang belum lama ditunjuk sebagai CEO MDI Ventures itu.

Vertikal yang atraktif

Donald menyebut, secara khusus sejumlah vertikal yang menonjol selama wabah Covid-19 berlangsung. Di antaranya food delivery, konten digital, logistik, new retail, dan payment gateway. Keharusan masyarakat untuk tetap di rumah selama pandemi menjadi kesamaan di antara semua vertikal tersebut. Layanan-layanan vertikal itu melayani kebutuhan masyarakat yang enggan keluar rumah dan juga menemani besarnya waktu yang harus mereka habiskan di rumah.

“Mereka [logistik] kena imbas yang sangat positif. Kami lihat ada yang berhasil naik 2-3 kali lipat dalam satu bulan,” kata Donald.

Di antara itu semua ada jenis vertikal yang menjadi sorotan Donald karena situasi mengharuskan mereka menahan diri yakni fintech lending. Peraturan pemerintah yang mengharuskan bank dan institusi keuangan lain termasuk fintech lending untuk memberikan relaksasi dalam penagihan kredit mau tak mau harus tiarap dulu. MDI sendiri memiliki portofolio di fintech lending lewat Kredivo.

“Tapi kita ingat kebutuhan Indonesia itu besar dan setelah Covid ini selesai dan sudah bisa collect, ini akan lebih besar lagi. Jadi kami akan pantau terus sektor-sektor ini.”

Soal investasi dan konsolidasi

Donald memastikan pihaknya sebagai corporate venture capital (CVC) mendapat restu dari Telkom untuk terus berinvestasi di tengah masa pandemi ini. Ia menyebut situasi saat ini hanya mempercepat beberapa tahun proses adaptasi digital ke fase lebih matang.

Hal itu juga menunjukkan bahwa ada beberapa startup yang kurang mampu menjadi perusahaan yang lebih besar. Buat Donald itu adalah kesempatan untuk meramu formula konsolidasi.

“Kami juga bersama VC-VC lain melirik kesempatan satu-dua perusahaan untuk di-merge atau dikonsolidasikan,” pungkas Donald.

Soul Parking Bukukan Pendanaan Awal, Kembangkan Infrastruktur Parkir Sepeda Motor yang Dilengkapi Teknologi

Startup pengembang aplikasi penataan parkir sepeda motor Soul Parking mengumumkan perolehan pendanaan awal yang dipimpin AC Ventures dan Agaeti Ventures. Beberapa angel investor juga terlibat, kendati tidak disebutkan detailnya, pun terkait nominal yang diterima startup.

“Kami sangat senang telah bermitra dengan AC Ventures, Agaeti Ventures dan para angel investor; dan kami memiliki visi yang sama untuk merevolusi parkir sepeda motor konvensional di Indonesia” sambut Founder & CEO Soul Parking Kemas Ilham Akbar.

Soul Parking didirikan oleh lima orang co-founder, yang terdiri dari Ilham Akbar (CEO), Andru Wijaya (CPO), Riza Aulya (COO), Unggul Depririanto (CTO), dan Kenneth Darmansjah (CFO). Mereka mengembangkan solusi untuk pengelolaan tempat parkir sejak 10 tahun lalu.

Solusi yang dihadirkan

Soul Parking mengembangkan solusi yang motor dinamakan Compact Motorcycle Storage (CMS), sebuah kantong parkir portabel untuk sepeda. Didesain untuk menyiasati sempitnya lahan dan tingginya kebutuhan tepat parkir di lokasi-lokasi strategis. Infrastruktur parkir yang dikembangkan dilengkapi dengan aplikasi digital, yang mampu memudahkan dalam penyusunan, pengawasan, dan pembayaran parkir kendaraan, serta memudahkan dalam pelaporan transaksi parkir kepada pemilik lahan.

“Dengan hanya menggunakan luas lahan sekitar 60 meter persegi, satu modul CMS dapat melayani hingga 240 sepeda motor, yang artinya 1 modul CMS mampu meningkatkan 8 kali kapasitas parkir konvensional,” ujar Co-Founder & CFO Kenneth Darmansjah.

Gambaran infrastruktur tempat parkir yang dikembangkan Soul Parking / Soul Parking
Gambaran infrastruktur tempat parkir yang dikembangkan Soul Parking / Soul Parking

Model bisnis yang diterapkan ada dua macam. Pertama, mereka menjual paket CMS kepada siapa pun yang membutuhkan. Dengan opsi ini, pemilik tempat parkir akan mengelola sistem secara mandiri. Dalam penjualannya, Soul Parking turut menyediakan pelatihan penggunaan sistem. Kedua, mereka bekerja sama dengan pemilik lahan atau area parkir di tempat tertentu. Pengelolaan dilakukan tim Soul Parking dengan sistem bagi hasil.

Rencana berikutnya

Melalui dana modal yang diperoleh dari investor, perusahaan berencana untuk membangun 10 CMS baru pada tahun ini, sekaligus mengembangkan aplikasi pengguna dengan fitur seperti pencarian parkir, pemesanan parkir, serta pembayaran. Adapun aplikasi versi awal akan segera diluncurkan pada akhir Juni 2020.

“Kami berharap terobosan ini dapat membantu merevolusi parkir sepeda motor di Indonesia. Dengan meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan kapasitas lahan, terutama di kota-kota yang padat, ini akan membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di daerah yang sangat padat,” imbuh Managing Partner AC Ventures dan Agaeti Ventures, Michael Soerijadji.

Pada akhir bulan Februari yang lalu, Soul Parking mendirikan tiga modul CMS pertamanya di lokasi Jl. Kebon Kacang Jakarta, di seberang Mall Plaza Indonesia, dan Hotel Keraton. Setiap harinya, di lokasi tersebut terdapat ribuan sepeda motor yang terparkir di area publik sehingga menyebabkan kemacetan yang luar biasa. Harapannya dengan solusi yang dihadirkan dapat meminimalkan parkir ilegal dan kemacetan lalu lintas di Indonesia.

Salah satu modul CMS yang diaplikasikan di wilayah Jakarta / Soul Parking
Salah satu modul CMS yang diaplikasikan di wilayah Jakarta / Soul Parking

Dengan sekitar 120 juta sepeda motor di Indonesia, para founder meyakini bisnis ini memiliki potensi yang besar. Dari jumlah tersebut, 15% di antaranya berada di Jakarta, menjadikan wilayah ini sebagai salah satu kota dengan populasi sepeda motor terpadat di dunia. Berdasarkan data terbaru dari BPS, pertumbuhan sepeda motor di Indonesia sebesar 7% per tahunnya sedangkan pertumbuhan permukaan jalan kurang dari 0,1% per tahunnya.

Startup Remitansi Wallex Technologies Raih Pendanaan Seri A

Wallex Technologies mengumumkan telah berhasil meraih pendanaan Seri A dengan nilai yang tidak disebutkan. Startup teknologi finansial yang berkantor pusat di Singapura ini mendapat suntikan dana dari BAce Capital, SMDV, dan Skystar Capital. Beberapa investor yang terlibat alam pendanaan putaran sebelumnya juga turut berpartisipasi.

Rencananya pendanaan kali ini akan dimanfaatkan Wallex untuk memperluas skala usaha di sejumlah pasar baru, juga meningatkan produk-produk yang mereka miliki.

“Kami gembira untuk bermitra dengan investor-investor baru, serta memperoleh dukungan mereka di sejumlah perekonomian terbesar dan paling menarik di dunia. Kami akan terus menjalankan misi Wallex untuk memberdayakan kalangan UKM dengan menyediakan berbagai perangkat yang bisa mengembangkan bisnisnya,” ungkap Co-founder & COO Wallex Hiroyuki Kiga.

Wallex dengan layannya sebagai penyedia platform remitansi online mengumumkan kehadirannya di Indonesia setelah memperoleh izin transfer dana dari Bank Indonesia pada akhir 2018 silam. Sebagai sebuah bisnis, Wallex cukup yakin dengan perjalanan dan performa bisnis mereka. Mereka mengklaim berkembang 20% setiap bulan.

“Wallex memanfaatkan teknologi yang mempermudah, mempercepat, dan menyederhanakan pembayaran lintas negara bagi kalangan UKM. Kami mencermati pentingnya pembayaran digital setelah Covid-19 berlalu agar UKM bisa terlibat dalam pemulihan ekonomi. Kam yakin bahwa Wallex sangat berpotensi menjadi solusi pembayaran dan dompet digital untuk segmen yang belum banyak memanfaatkan layanan tersebut,” terang Managing Director BAce Capital Mulyono.

Di Indonesia sendiri layanan remitansi online adalah salah satu perwujudan perkembangan industri teknologi finansial. Beberapa nama sudah mulai menjalankan layanan remitansi online di Indonesia. Mereka adalah Nium, Zendomoney, OY!, Transfez, dan RemitPro.

Salah satu rencana Wallex dengan pendanaan ini adalah layanan baru dan peningkatan produk-produk yang sudah ada. Co-founder & CEO Wallex Jody Ong menjelaskan mereka akan segera menawarkan layanan baru seperti virtual receivable account dan dompet digital dalam berbagai mata uang di negara-negara tertentu.

“Pendanaan ini akan membantu kami untuk membangun fitur-fitur mutakhir bagi pelanggan UKM. Dengan demikian mereka dapat mengelola arus kas dan melindungi diri dari risiko valas pada suatu platform tunggal. Kami juga terus merekrut tenaga kerja dan menjalin kemitraan demi memperluas bisnis,” imbuh Jody.

Wallex saat ini memang tengah berfokus pada segmen B2B. Untuk saat ini mereka menerima pembayaran dalam lebih dari 40 mata uang. Terkait regulasi untuk saat ini Wallex diregulasi Monetary Authority of Singapore sebagai Lembaga Pembayaran Utama, Bank Indonesia, dan Hongkong Custom and Excise Department.

Perjalanan Wallex di Indonesia

Pihak Wallex mengaku bahwa mendapatkan lisensi resmi di Indonesia adalah salah satu capain penting mereka. Dengan lisensi tersebut kini Wallex bisa menawarkan solusi mereka yang berupa layanan pembayaran untuk 40 lebih kurs dari Indonesia.

“Dalam setahun beroperasi, kami masuk top 15 penyedia pengiriman uang untuk nilai transaksi (oleh Bank Indonesia). Pertumbuhan yang cepat ini sangat menggembirakan bagi kami,” klaim Co-founder dan COO Wallex Hiroyuki Kiga.

Ia juga melanjutkan bahwa transaksi pembayaran internasional melalui media digital masih dalam tahap sangat baru di Indonesia yang kebanyakan masih offline atau datang ke bank, sehingga Wallex pun mencoba mengambil peran dalam mengedukasi masyarakat terkait layanan remitansi online.

Sebagai salah satu pemain di industri yang cukup baru membangun kepercayaan pengguna juga menjadi salah satu tantangan. Selanjutnya, di Indonesia Wallex akan fokus pada menjangkau lebih banyak UKM terutama mereka yang ada di luar Jakarta.

 

GoPay dan Pluang Buat Fitur GoInvestasi, Mudahkan Investasi Emas Online

GoPay dan Pluang meresmikan fitur GoInvestasi untuk memudahkan para pengguna mulai berinvestasi emas online melalui platform Gojek. Sejatinya fitur ini sudah diperkenalkan sejak Maret 2020.

Co-Founder Pluang Claudia Kolonas menjelaskan pihaknya melihat ada kesadaran dan minat masyarakat untuk mulai berinvestasi buat masa depannya. Emas tergolong punya profil risiko yang minim dan masih menjadi pilihan favorit investasi masyarakat.

“Melalui GoInvestasi, kami memberikan solusi finansial yang mudah, terpercaya, dan menguntungkan untuk semua masyarakat Indonesia [..] Kemitraan dengan GoPay membuka peluang semua orang dapat berinvestasi dan menabung,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (9/6).

Managing Director GoPay Budi Gandasoebrata menambahkan, dalam data perusahaan, investasi adalah salah satu tren penggunaan yang meningkat saat ini. “Oleh karena itu, kami yakin fitur investasi yang transparan dapat dilakukan kapan saja, di mana saja akan memenuhi kebutuhan pengguna,” tutur dia.

Dijelaskan lebih jauh, pengguna dapat membeli emas di Pluang mulai dari 0,01 gram atau setara Rp8 ribu saat ini, tanpa biaya tambahan. Kapan pun dibutuhkan, pengguna dapat mencairkan emas dalam bentuk uang tunai ditransfer ke akun GoPay mereka. Emas dapat dicetak menjadi logam emas bersertifikat ANTAM 99,99%.

Selain fitur beli, GoInvestasi juga menyediakan fitur jual dengan selisih harga jual dan beli 3% jika transaksi dilakukan pada hari yang sama.

Dari segi keamanan, kedua perusahaan berkomitmen memastikan semua transaksi di GoInvestasi diawasi oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) dan emas yang ditabung dijamin oleh PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI).

Pluang itu sendiri masuk sebagai salah satu portofolio dari GoVentures. Startup yang sebelumnya bernama EmasDigi ini disuntik dana Seri A senilai Rp42 miliar pada September 2019. Selain Gojek, Pluang juga bekerja sama dengan Bukalapak untuk fitur Cicil Emas.

Paling banyak pemain

Emas merupakan salah satu komoditas tertua di dunia dan investasi safe haven. Sejumlah kelebihan ini akhirnya membuat pamor investasi emas tergolong tinggi dan familiar di telinga orang Indonesia. Oleh karenanya, investasi emas sering kali menjadi gerbang awal untuk menjaring investor baru terjun ke instrument investasi lainnya.

Strategi ini akhirnya diimplementasikan oleh berbagai pemain di Tanah Air. Dalam rangkuman laporan DailySocialFintech Report 2019”, sejumlah pemain investasi online tersohor seperti Bareksa, Tanamduit, Tokopedia, Bukalapak, kini mendiversifikasi layanannya tidak hanya investasi reksa dana saja, dengan fitur jual beli emas di dalam aplikasinya.

Adapun, aplikasi yang sejauh ini hanya menyediakan investasi emas selain Pluang, ada Tamasia, E-mas, Lakuemas, IndoGold, Treasury, dan Pegadaian. Semua pemain ini menawarkan kemudahan membeli dan menjual emas secara digital.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

SIRCLO dan ICUBE Lakukan “Merger”, Berambisi Jadi “E-commerce Enabler” Komprehensif

Platform e-commerce enabler SIRCLO mengumumkan proses merger dengan ICUBE, yang merupakan agensi penyedia solusi teknologi e-commerce. Salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui aksi korporasi ini adalah untuk menggabungkan ribuan klien dari kedua perusahaan yang memiliki varian bisnis yang berbeda.

Penggabungan bisnis turut menyatukan lebih dari 450 pegawai kedua perusahaan. Kendati demikian, dikatakan ICUBE masih akan beroperasi sebagai entitas independen yang terintegrasi dengan layanan SIRCLO. Muliadi Jeo selaku Founder ICUBE akan menggantikan Leontius Adhika Pradhana sebagai CTO SIRCLO; sementara Leontius beralih peran menjadi CPO.

“SIRCLO ingin terus memberikan layanan dan solusi terbaik bagi brand untuk mengembangkan bisnis online. Kami selalu terbuka terhadap peluang untuk meningkatkan kemampuan kami. Ketika kami melihat potensi untuk bergabung dengan ICUBE, kami semakin yakin bahwa kami dapat melaksanakan misi ini dalam skala yang lebih besar dan lebih komprehensif melalui kekuatan gabungan kedua perusahaan,” kata CEO SIRCLO Brian Marshal.

Melalui merger ini, kedua perusahaan berambisi menjadi penyedia solusi e-commerce melalui platform end-to-end yang lebih komprehensif dalam memfasilitasi berbagai jenis bisnis. Sejauh ini, SIRCLO fokus kepada brand besar dan UKM. Sementara itu ICUBE fokus pada bisnis skala menengah yang ingin memiliki situs jualan online-nya sendiri.

“Setelah 20 tahun, kami ingin mengakomodasi lebih banyak klien dari berbagai jenis bisnis dengan layanan yang kami tawarkan. SIRCLO adalah mitra yang tepat dan strategis dalam mencapai tujuan-tujuan ini. Bersama-sama kita dapat mencoba membuat ekosistem e-commerce utama di Indonesia,” kata Muliadi Jeo.

Pandemi mendorong lebih banyak bisnis dan konsumen untuk bergantung pada platform e-commerce untuk memenuhi kebutuhannya. Pada saat-saat seperti ini, kehadiran teknologi dan solusi e-commerce yang terintegrasi sangat krusial bagi pemilik brand, agar tetap bisa menjangkau pangsa pasarnya secara luas.

AdaKerja Hubungkan UKM dan Korporasi dengan Calon Pekerja Kerah Biru

Satu lagi platform job marketplace yang mencoba mengakomodasi kesempatan pekerjaan kerah biru (blue collar) dikenalkan ke publik. Bernama AdaKerja, memiliki misi untuk menyederhanakan proses perekrutan tenaga kerja secara efisien lewat teknologi.

Seperti diketahui, perkerjaan blue collar hampir dibutuhkan di setiap bisnis, mulai dari UKM sampai korporasi. Contohnya tenaga kerja keamanan, kebersihan, kurir, SPG, dan lain-lain.

AdaKerja sudah didirikan sejak tahun 2019 oleh Ashwin Tiwari. Dalam operasionalnya, mereka sudah mendapatkan pendanaan awal dari Beenext, investor yang juga berinvestasi awal di startup seperti Amartha, Dekoruma, hingga Tokopedia.

“Dengan rata-rata UMR wilayah Jakarta adalah sebesar 3 juta Rupiah, mengindikasikan bahwa mayoritas pekerja adalah sektor tenaga terampil atau sektor blue collar, namun belum ada medium yang menghubungkan perusahaan atau pengusaha dengan tenaga kerja terampil secara langsung. Kami berharap kehadiran AdaKerja mampu memberikan akses kemudahan untuk para UKM maupun perusahaan dalam merekrut tenaga kerja tersebut,” ungkap Ashwin.

Mudahkan pekerja buat CV

Layanan AdaKerja turut dilengkapi chatbot berbasis Facebook Messenger untuk memudahkan pekerja dalam membuat profil dan CV. Pendekatan ini dirasa lebih memudahkan alih-alih pengguna harus menyusun sendiri dokumen CV secara manual. Karena bagaimanapun CV menjadi salah satu komponen penting untuk “memasarkan” keterampilan para pekerja tersebut.

“Saat ini sudah ada lebih dari 300 ribu pekerja terampil terdaftar di AdaKerja, serta ada 7 ribu lowongan pekerjaan dari berbagai perusahaan yang ditawarkan. Kami melihat perubahan mulai terjadi. Sebagian besar perusahaan yang telah menggunakan AdaKerja untuk keperluan rekrutmen adalah UKM yang merupakan merchant dari platform online seperti Tokopedia dan GoFood,” imbuh Ashwin.

Pemain makin banyak

Startup di bidang HR-tech yang menyasar pekerja kerah biru sudah ada beberapa di Indonesia. Salah satunya Job2GO, minggu lalu mereka baru mengumumkan perolehan investasi tahap awal dari jaringan angel investor BANSEA. Sama seperti AdaKerja, daftar perkerjaan yang ada ditawarkan untuk gig workers, pilihannya seperti tenaga penjualan, merchandising, SPG, staf pemasaran, staf administrasi, dan lain-lain.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Job2GO Kurniawan Santoso mengatakan saat ini pengguna aplikasi Job2GO sudah mencapai 15 ribu orang, dengan 500 perusahaan yang menawarkan berbagai lowongannya.

Pemain lain yang tawarkan layanan serupa adalah Heikaku, tawarkan opsi pekerjaan serupa namun fokus memfasilitasi pelaku bisnis UKM. Berdasarkan data yang dibagikan, lowongan kerja yang paling banyak dibuka adalah admin, sales, drafter, telemarketing, marketing, SPG dan lainnya. Sekitar 87% pelamar adalah lulusan SMA/SMK. Selain itu masih ada beberapa pemain lainnya yang beroperasi di Indonesia, misalnya Kromo dan Workmate.

Sebelumnya lowongan untuk pekerja kerah biru banyak didistribusikan secara manual – misalnya dengan selebaran yang ditempel di tempat umum seperti papan lowongan kerja di Kantor POS atau dalam bentuk poster digital di media sosial. Sebenarnya layanan job marketplace yang sudah ada sebelumnya, sebut saja Jobstreet, juga akomodasi publikasi lowongan pekerjaan seperti itu. Hanya saja dengan adanya platform khusus, selain lebih memudahkan calon pekerja, juga membuat pemberi kerja memiliki sistem yang lebih tertata melalui dasbor mitra yang disediakan.