Chilibeli Kantongi Pendanaan Seri A 160 Miliar Rupiah yang Dipimpin Lightspeed Ventures

Lightspeed Ventures memimpin pendanaan seri A senilai US$10 juta (sekitar 160 miliar Rupiah) untuk layanan social commerce Chilibeli. Di pendanaan ini juga berpartisipasi sejumlah investor lain, termasuk Golden Gate Ventures, Sequoia Surge, Kinesys Group, dan Alto Partners.

Penutupan pendanaan ini disampaikan ke publik hari ini. CEO Chilibeli Alex Feng sudah mengabarkan kepastian pendanaan ini sejak awal Maret ini.

Alex mengatakan dana tersebut akan digunakan memperkuat sejumlah lini bisnis mereka. Salah satu prioritas mereka adalah memperkuat jaringan komunitas mereka, yang berada di wilayah Jakarta, Tangerang Selatan, dan Depok, serta memperluas jaringan mereka di Bekasi dan Bogor.

Alex juga menambahkan bahwa dana tersebut juga akan dipakai untuk mempercanggih user interface dan user experience aplikasi mobile mereka, serta meningkatkan fasilitas gudang mereka yang terletak di Depok.

“Dukungan yang kuat dari investor ternama ini krusial dalam memperkuat dan meningkatkan skala pertumbuhan kami di masa depan serta terus memberikan dampak yang berarti untuk masyarakat,” imbuh Alex.

Model bisnis Chilibeli mengandalkan jejaring komunitas, khususnya ibu rumah tangga. Melalui jaringan ini, Chilibeli menjajakan produk sembako mereka, khususnya sayur-mayur dan aneka buah, langsung ke tangan konsumen.

Model ini mengakali tantangan yang kerap dihadapi pelaku agritech dalam mendistribusikan bahan pangan segar. Chilibeli mengklaim hingga saat ini hanya mereka agritech yang memakai model tersebut di Indonesia.

Akshay Bhushan, Partner Lightspeed Ventures, menyebut upaya Chilibeli akan menjadi skala baru bagi platform social commerce di Indonesia dan Asia Tenggara. Keyakinan Lighstpeed memimpin babak pendanaan ini ia sebut datang dari pengalaman mereka berinvestasi di sejumlah startup ternama, seperti Pinduoduo, Snapchat, Udaan, dan Sharechat.

“Kekuatan platform social commerce Chilibeli berasal dari pemberdayaan komunitas lokal di kelas menengah Indonesia melalui akses ke produk yang bernilai dan terjangkau sembari memajukan mata pencaharian petani, ibu rumah tangga, dan UMKM yang ada di ekosistem Chilibeli,” imbuhnya.

Social commerce diyakini banyak pihak sebagai subsektor yang belum banyak dijamah pelaku bisnis. Chilibeli mencatat sekitar 20% penghasilan rumah tanggal habis untuk kebutuhan bahan makan pokok. Itu sebabnya mereka yakin ruang tumbuh mereka masih cukup besar.

Dalam wawancara dengan DailySocial sebelumnya, Alex Feng percaya diri timnya bisa terus mengantongi profit. Alex menargetkan tahun ini Chilibeli mendapat pemasukan hingga Rp1,6 triliun. Selain itu ia juga berniat membuka putaran pendanaan seri B pada kuartal kedua atau ketiga tahun ini. Tahun ini juga mereka berencana melebarkan layanannya ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.

“Babak pendanaan ini resmi menjadikan Chilibeli sebagai perusahaan seri A hanya dalam kurun 7 bulan sejak berdiri. Salah satu startup dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara,” pungkas Alex.

Application Information Will Show Up Here

Startup Biotech Nusantics Terima Pendanaan Tahap Awal dari East Ventures

Startup yang bergerak di bidang teknologi genomika, Nusantics, mengumumkan perolehan pendanaan tahap awal dari East Ventures dengan nilai yang tidak diungkapkan. Suntikan dana akan digunakan untuk mengakselerasi misi perusahaan dalam mempelopori industri biogenome di Indonesia.

Startup ini didirikan tahun lalu oleh Sharlini Eriza Putri (CEO), Vincent Kurniawan (COO), dan Revata Utama (CTO). Ketiganya memiliki beragam latar belakang akademis dan profesional, di bidang manufaktur, FMCG, energi bersih, dirgantara, dan bioteknologi.

Mereka percaya pemahaman atas ilmu hayati, khususnya tentang mikrobioma, adalah salah satu faktor terpenting dalam memberikan solusi berkelanjutan atas beragam permasalahan manusia.

Sebagai startup berbasis teknologi, Nusantics fokus pada pengembangan hingga penerapan berbagai riset genomika dan mikrobioma untuk memenuhi gaya hidup sehat dan berkelanjutan.

Mikrobioma adalah ekosistem kompleks yang terdiri dari mikroorganisme seperti bakteri, virus, hingga jamur yang hidup di permukaan dan di dalam tubuh semua makhluk hidup, termasuk manusia. Setiap orang memiliki profil mikrobioma unik yang berperan penting dalam sistem imunitas mereka.

“Konsumen dapat menghindari kesalahan dalam menggunakan produk perawatan kulit bila memahami profil mikrobioma kulitnya masing-masing. Inilah solusi yang disediakan oleh Nusantics,” terang Co-Founder dan CEO Nusantics Sharlini Eriza Putri dalam keterangan resmi, Jumat (20/3).

Dengan spesialisasi di mikrobioma, Nusantics melakukan analisis kulit untuk membantu industri dan konsumen dalam mempertimbangkan dampak setiap keputusan mereka bagi kesehatan dan keberlangsungan alam. Hal ini diklaim sebagai pendekatan baru yang sebelumnya pernah dilakukan untuk konsumen di industri gaya hidup.

Sharlini menjelaskan, dalam berbagai riset di bidang genomika menunjukkan kulit sehat adalah kulit yang memiliki mikrobioma yang beragam dan seimbang. Namun, keterbatasan pengetahuan tentang peran keseimbangan mikrobioma ini membuat konsumen kesulitan mencari produk perawatan kulit yang sesuai bagi kebutuhan masing-masing.

Nusantics sendiri telah merilis produk perawatan kulit dengan konsep clean beauty tanpa menambahkan produk berbahaya. Rangkaian produknya mulai dari pembersih wajah, essence, face oil, serum, dan balm. Produk tersebut dijual secara online melalui berbagai platform e-commerce.

Diestimasi, menurut laporan Nielsen dan EuroMonitor bertajuk Beauty Market Survey, nilai pasar industri kecantikan di Indonesia mencapai Rp36 triliun pada 2018. Sekitar 31,7% dari nilai tersebut berasal dari produk perawatan kulit.

Co-Founder dan CTO Nusantics Revata Utama memastikan permasalah kulit hanya sebagian dari aspek kehidupan yang solusinya dapat ditemukan oleh teknologi genomika dan mikrobioma.

“Saya menyaksikan sendiri bagaimana teknologi ini bisa membantu menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi di dunia. Kami bekerja sama dengan ilmuwan terbaik dari dalam dan luar negeri, serta memastikan bahwa perangkat penelitian genomics tercanggih tersedia dan dapat langsung diimplementasikan,” ucap Revata.

Partner East Ventures Melisa Irene menambahkan, semakin hari semua orang semakin menyadari pentingnya kesejahteraan dan kesehatan yang holistik. Menurutnya, kualitas bangsa Indonnesia akan berkembang dengan tersedianya fasilitas pemeriksaan kesehatan yang terjangkau, akurat, dan mudah di akses.

“Tim Nusantics mempunya cari pikir, karakter, dan kapabilitas untuk memperkenalkan dampak positif dari teknologi seputar microbiome ke masyarakat luas. Kami sangat antusias bekerja bersama mereka,” tandasnya.

East Ventures bukan pertama kalinya berinvestasi ke perusahaan dengan konsep wellness seperti ini, sebelumnya ada Base yang menawarkan produk kecantikan dan wellness. Di luar itu, ada Newman’s khusus menyasar produk perawatan rambut untuk pria. Startup ini masuk ke dalam batch W20 di Y Combinator.

Di Balik Optimisme Cashlez Segerakan Melantai di Pasar Bursa

Cashlez, startup fintech yang bergerak di payment gateway dan mPOS, melangsungkan aksi korporasi untuk tercatat di bursa saham. Sesuai rencana, perusahaan mengincar dana antara Rp90 miliar sampai Rp100 miliar dengan melepas 300 juta lembar saham biasa atau 20,29% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawaran di rentang Rp298-Rp358 per lembar.

Presiden Direktur Cashlez Tee Teddy Setiawan mengatakan, dana yang diperoleh dari IPO akan digunakan untuk akuisisi perusahaan serupa yang bergerak di payment gateway bernama Softorb Technology Indonesia (STI). Lalu sisanya diguanakan untuk modal kerja.

“Sekitar 48,57% akan digunakan untuk mengambil alih 51% saham STI. Sisanya sekitar 51,43% akan digunakan sebagai modal kerja perseroan,” ujarnya.

Teddy menjelaskan, perusahaan tertarik dengan STI karena mereka fokus pada front-end. Sementara, Cashlez fokus di back-end. “Kami perlu front-end yang bisa mem-feed transaksi, salah satunya yang dilakukan oleh STI untuk providing front end yang mereka punya.”

“Jadi secara integral binsis ini berkesinambungan. Dan harus 51% mayoritas, supaya kami bisa lebih sinergi lagi dari segi keuangan bisa dikonsolidasi agar lebih sehat,” lanjut Teddy dikutip dari Kontan.

Perusahaan menunjuk Sinarmas Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Ditargetkan Cashlez mengantongi pernyataan efektif dari OJK pada 7 April 2020 dan masa penawaran umum akan dilangsungkan pada sehari kemudian. Pencatatan saham di BEI direncanakan pada tanggal 20 April 2020.

Sumitomo Corporation selaku pemegang saham mengatakan, pihaknya meyakini bahwa sistem pembayaran semakin dibutuhkan di era baru yang akan datang seperti MaaS (Mobility-as-a-Service). Dalam hal ini, sistem mPOS (Mobile Payment of Sale/mesin kasir online) dari Cashlez akan memberikan manfaat bagi para konsumen dan penyedia layanan.

Secara kinerja, pada periode Oktober 2019, Cashlez membukukan pendapatan bersih sebesaar Rp11,73 miliar atau naik 96,07% yoy. Peningkatan ini disokong oleh peningkatan volume transaksi yang diproses. Hingga Februari 2020, volume transak di Cashlez mencapai Rp1,3 triliun.

Teddy menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 120%. STI akan ikut menopang memberikan kontribusinya sebagai anak usaha.

Posisi Cashlez di industri

Salah satu merchant otomotif dari Cashlez / Cashlez
Salah satu merchant otomotif dari Cashlez / Cashlez

Sebagai pemain mPOS, Cashlez memperluas layanannya dengan penerimaan pembayaran dengan kartu, baik kartu kredit atau debit berbasis aplikasi pada smartphone yang dapat dihubungkan dengan card reader melalui bluetooth.

Selain itu, merchant juga dapat menerima metode pembayaran digital dengan kode QR (LinkAja, Ovo, GoPay, ShopeePay, dan Kredivo), Cashlez-Link untuk pembayaran di situs e-commerce, dan pembayaran virtual account.

Jumlah merchant Cashlez diklaim naik dua kali dari posisi per Agustus 2019 sebanyak 6 ribu merchant yang tersebar di berbagai kota besar. Merchant terbanyak berasal dari segmen usaha fesyen & aksesoris, ritel, elektronik, jasa profesional, otomotif, dan jam & perhiasan.

Pemain sejenis Cashlez terhitung ada banyak dan beragam menawarkan masing-masing keunggulannya. Di antaranya Qasir, Pawoon, Nuta, Youtao, dan salah satu yang terdekat adalah Moka. Dari rangkaian produk Moka, tidak hanya sebatas soal inovasi di mPOS, tapi sudah menyentuh ke vertikal lain yang berkaitan dengan bisnis merchant.

Dalam wawancara sebelumnya, Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo menjelaskan ambisinya untuk menjadi “merchant super app.” Perusahaan menargetkan 100 ribu merchant bergabung ke Moka pada tahun ini, adapun sekarang ada lebih dari 30 ribu i. Dua pertiga yang bergabung adalah bisnis kuliner, dan sisanya ritel dan jasa.

Entah mau IPO ataupun tidak, secara model bisnis yang dianut pemain aplikasi kasir online ini adalah SaaS dengan target konsumen b2b. Secara alamiah, bisnis punya unit economic yang lebih jelas, seperti apa roadmap-nya untuk mengarah pada profitabilitas dan skema monetisasinya pasti dengan berlangganan.

Bisnis aplikasi kasir online sebenarnya masih dalam tahap awal alias belum dewasa. Lantaran, masih banyak merchant, terutama mikro yang belum teredukasi dengan baik manfaat dari aplikasi digital untuk pengembangan bisnisnya. Persentase pebisnis yang sudah tersentuh dengan dunia digital masih kalah jauh dengan mereka yang masih offline.

Mengutip dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kemenkop UKM), pada 2017 sebanyak 3,79 juta usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sudah memanfaatkan platform online dalam memasarkan produknya. Jumlah ini berkisar 8 persen dari total pelaku UMKM yang ada di Indonesia, yakni 59,2 juta.

Tidak khawatir kondisi pasar

Di tengah merebaknya perlambatan ekonomi global karena pandemik virus Covid-19, Teddy mengaku tetap optimis saham Cashlez dapat diserap dengan baik oleh publik. Menurutnya, IPO merupakan rencana jangka panjang yang sudah disiapkan sejak lama sebelum merebaknya virus.

“Dampaknya paling hanya dari investor ritel. Tapi dari investor institusi tetap berjalan,” kata Teddy seperti dikutip dari Investor.id.

Perusahaan juga sudah mengumpulkan tiga investor besar untuk menyerap saham. Investor ini ditemui saat Cashlez melangsungkan roadshow, mereka adalah investor individu dengan jaringan luas dan institusi yang punya kesamaan visi dengan perusahaan.

Sebagaimana diketahui, regulator bursa bersama OJK menyiapkan segala jurus untuk menekan lesunya pasar modal. Salah satunya adalah mendorong investor institusi dengan dana jumbo untuk berinvestasi, yakni BPJS Ketenagakerjaan (kini BPJAMSOSTEK), Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), dan Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (ADPLK).

Momentum ini dimanfaatkan ketiga institusi tersebut untuk membeli saham-saham perusahaan yang punya fundamental baik dengan harga ‘diskon.’ Pihak BPJAMSOSTEK menyiapkan alokasi dana Rp8 triliun untuk beli saham sepanjang tahun ini. Alokasi dana ini dengan asumsi hanya melakukan beli, tidak melakukan jual.

Mayoritas saham yang dibeli adalah kategori blue chip yang masuk Index LQ45 dan saham BUMN. Per Desember 2019, BPJAMSOSTEK mengelola dana sebesar Rp431,6 triliun. Uang ini dialokasikan ke instrumen fixed income 71,4%, saham 19,09%, reksa dana 9,34%, dan sisanya investasi langsung (properti dan penyertaan).

Investor jenis ini punya karakteristik membeli saham untuk kebutuhan jangka panjang agar mendapat profit yang optimal, sehingga tidak sewaktu-waktu dijual dalam kurun waktu singkat.

Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat Indonesia memiliki 2,47 juta investor pasar modal sepanjang tahun lalu, naik dari tahun sebelumnya 1,61 juta investor. Investor lokal punya komposisi 98,97% dan sisanya investor asing. Tidak jauh berbeda, investor ritel mencapai 98,89% dari total, sementara investor institusi sebesar 1,2%.

Application Information Will Show Up Here

Gojek Terima Pendanaan 18 Triliun Rupiah

Gojek dikabarkan kembali membukukan pendanaan baru di putaran seri F, kali ini nilainya mencapai US$1,2 miliar atau setara 18 triliun Rupiah. Menurut sumber Bloomberg, berdasarkan memo dari Co-CEO Gojek Andre Soelistyo dan Kevin Aluwi, transaksi baru diselesaikan minggu lalu. Tidak disebutkan detail investor yang terlibat. Terakhir yang dirumorkan akan bergabung adalah raksasa ritel Amazon yang dimulai dengan jalinan kemitraan strategis.

Putaran ini menargetkan dana hingga US$3 miliar atau setara 42,2 triliun Rupiah. Telah berlangsung sejak Oktober 2018, dengan target penutupan di awal tahun 2020. Sehingga besar kemungkinan dana baru yang didapat memang menjadi penutup di tahap ini.

Sayangnya tidak semua pengumuman perolehan dana nilainya diumumkan ke publik, seperti yang didapat September lalu dari AIA Indonesia. Namun sumber mengatakan nilai total yang telah didapat sejauh ini di bawah target US$3 miliar.

Masih menggenggam misi yang sama, seri F yang digalang akan difokuskan untuk melakukan ekspansi, sekaligus meningkatkan persaingan dengan rival utama di Asia Tenggara, yakni Grab Holdings. Visa, Mitsubishi, Astra, Google, JD.com, Tencent Holdings merupakan jajaran investor yang sebelumnya turut terlibat di putaran ini.

Pendanaan ini menjadi yang terbesar didapat pebisnis teknologi dalam kuartal pertama 2020. Di tengah pesimisme ekosistem bisnis digital akibat beberapa kasus, termasuk pandemi Covid-19 yang sedang menjadi perhatian di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Selain itu tahun sebelumnya banyak analisis yang memprediksi bahwa ada kemungkinan terjadi perlambatan arus investasi di bisnis teknologi. Termasuk disebabkan karena kasus portofolio SoftBank yakni WeWork dan Oyo; membuat investor semakin waspada dalam melakukan penilaian bisnis teknologi.

Rumor mengenai meger Gojek dan Grab juga sempat kembali mengemuka, pasca kabar pertemuan antara President Grab Ming Maa dan Co-CEO Gojek Andre Soelistyo. Merger yang dilakukan bisa saja terjadi secara parsial, misalnya hanya melibatkan bisnis di negara tertentu. Namun sejauh ini dikabarkan belum ada titik temu antara valuasi kedua perusahaan dan siapa yang bakal menjadi pihak yang dominan.

Selain itu ada sinyal penolakan, khususnya dari regulator di Indonesia dan Singapura yang merupakan tempat pangsa pasar penting bagi kedua perusahaan. Pasalnya jika terjadi monopoli pasar, kemungkinan konsumen yang paling banyak dirugikan akibat ketergantungannya dengan layanan dari kedua perusahaan.

Get Gojek
Tim Get, sebagai bisnis ekspansi Gojek di Thailand / Gojek

Tidak hanya di transportasi, persaingan Gojek dan Grab telah meliputi beragam aspek on-demand lainnya. Yang kini paling kentara adalah pesan antar makanan dan pembayaran digital. Keduanya terus “membakar uang” demi mencapai pertumbuhan paling optimal, sehingga putaran investasi pun terus digalang.

Grab sendiri sudah mulai membuka putaran seri I. Terakhir Mitsubishi UFJ Financial Group, investor yang juga terlibat dalam pendanaan Gojek, terlibat dalam pendanaan US$856 juta.

Gojek sudah memasuki pasar di beberapa negara di Asia Tenggara, meliputi Thailand, Vietnam dan Singapura; di Malaysia dan Filipina tengah dalam tahap pematangan. Sementara selain di Indonesia, Grab sudah melenggang di Singapura, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, Vietnam dan Jepang.

Application Information Will Show Up Here

Bersama Mitra Lokal, Facebook Bangun Jaringan Fiber Optik di Indonesia

Facebook memperluas program Facebook Connectivity ke Indonesia dengan mengget Alita Praya Mitra, perusahaan penyedia jaringan infrastruktur lokal. Facebook ingin membangun jaringan infrastruktur fiber optik sepanjang 20 ribu kilometer untuk meningkatkan konektivitas buat lebih dari 10 juta masyarakat Indonesia.

Direktur Utama Alita Teguh Prasetya menjelaskan, target pembangunan ini akan diarahkan ke Bali, Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Masuk ke kota tier dua dan tiga karena di sana masih ada pasar yang belum bisa dijangkau oleh perusahaan operator dalam menyediakan layanan broadband.

Alita dan Facebook akan menanamkan investasi untuk ketersediaan dan efisiensi distribusi serat backhaul yang lebih baik. Alita akan sepenuhnya memiliki, membangun, memelihara dan mengoperasikan jaringan fiber green field dan menyediakan kapasitas besar untuk operator jaringan seluler dan penyedia jasa internet. Facebook akan memberikan dukungan untuk proses perencanaan jaringan fiber tersebut.

“Dengan tools dari Facebook, pembangunan jaringan ini menjadi lebih cepat dan lebih efisien. Mereka juga mentransfer teknologinya agar bisa kami gunakan secara gratis,” kata Teguh seperti dikutip dari Liputan6.

Teguh melanjutkan dukungan dari Facebook kepada perusahaan tidak hanya dari sisi materi saja. Namun juga sisi teknologi, termasuk transfer pengetahuan. Dia bilang investasi yang diberikan kepada Alita nominalnya kurang dari $100 juta atau hampir 1,5 triliun Rupiah.

“Ini sebagai long term investasi Facebook Connectivity,” katanya dikutip dari Merdeka.com.

Kepala Kebijakan Publik Facebook Indonesia Ruben Hattari mengatakan kerja sama ini penting karena sekitar 3,5 miliar orang di dunia belum terhubung dan merasakan manfaat internet broadband.

“Kami terus mencari model-model baru, kami terus mencari teknologi baru, mitra bisnis baru, dan tentu mitra-mitra strategis di seluruh dunia untuk bagaimana kita bisa addressing problem tersebut,” terang Ruben.

Dia juga menegaskan peran Facebook Connectivity dalam kerja sama bukan sebagai provider. Perusahaan akan memberi dukungan teknologi seperti analitik dan infrastruktur.

Saat ini pembangunan infrastruktur sudah dimulai untuk tahap pertama sepanjang 3 ribu kilometer di Jawa, Bali, Sumatera dan Sulawesi. Pada fase ini nantinya akan menghubungkan 10 juta orang dengan akses internet terbaik.

Adapun Alita kini memiliki akses fiber optik sepanjang lebih dari 3 ribu pembangunan di 40 kota dari enam provinsi, a.l: Denpasar, Bandung, Cilegon, Cirebon, Malang, Manado, Semarang, Serang, Solo, Surabaya dan Tegal.

“Melalui kemitraan ini, kami dapat mendukung 56 kota di 8 provinsi pada akhir 2021. Alita akan terus mengembangkan infrastruktur jaringan akses telekomunikasi untuk memenuhi kebutuhan para penyedia layanan telekomunikasi dan ICT,” imbuh Teguh.

Kancah Facebook Connectivity

Facebook Connectivity adalah program internal dari perusahaan untuk mengatasi soal konektivitas. Dalam perjalanannya, sebelum masuk ke Indonesia, Facebook telah berinvestasi ke berbagai negara, seperti Meksiko, Kolombia, Kongo, Peru dan Brazil; mayoritas masuk ke negara Afrika atau lainnya dengan tingkat ekonomi yang rendah.

Sumber: Facebook Connectivity
Sumber: Facebook Connectivity

Dalam rangkaian program ini, Facebook memiliki berbagai inisiatif. Di antaranya mendirikan Telecom Infrastructure Project (TIP) bersama perusahaan telekomunikasi tersohor seperti Vodafone dan Telefonica. TIP fokus pada pengembangan alternatif teknologi komunikasi yang membuat harga data jauh lebih murah, sehingga lebih banyak orang yang terjun ke dunia online.

Berikutnya ada Terragraph yang lebih diarahkan pada pengembangan solusi konektivitas nirkabel bandwidth tinggi dan murah untuk pusat kota. Malaysia, Puerto Rico, California menjadi contoh negara yang sudah menjajal layanan ini.

Layanan lainnya ada Analytics, Free Basics, High Altitude Connectivity, Internet Exchange Points, Magma, OpenCellular, Rural Access dan Express Wi-Fi. Inti dari seluruh layanan di sini adalah bagaimana orang bisa mengakses internet di manapun lokasi mereka.

Menurut laporan dari 2019 EIU Internet Inclusivity Index, diestimasi ada 3,8 miliar orang di dunia yang belum memiliki koneksi internet yang cepat dan andal. Penelitian ini juga mengungkap dari tahun-tahun sebelumnya, kemajuan teknologi telah berhenti yang menghasilkan kesenjangan digital.

Meskipun layanan internet seluler terus meningkat, masih banyak negara dengan tingkat pendapatan perkapita yang rendah mengalami pertumbuhan yang melambat.

Visi Facebook dalam menghubungkan dunia dengan jaringan internet tentu adalah hal yang mulia. Tapi bisa menjadi perhatian khusus di balik seluruh rencananya ini. Sebab, semakin banyak orang di internet, semakin banyak penambahan pengguna Facebook.

Platform dapat memanfaatkan data-data tersebut untuk membuat algoritma yang jauh lebih canggih, untuk memprediksi bagaimana Anda menanggapi iklan dan bagaimana Anda akan berperilaku.

Facebook bisa memprediksi siapa kandidat yang kemungkinan bakal Anda pilih saat pesta politik. Bahkan saat ini, juga terjadi di Indonesia, akun Facebook bisa menjadi salah satu komponen dalam menentukan skoring kredit saat mengajukan pinjaman. Berapa bunga dan limit yang tepat sesuai dengan jejak online calon nasabah.

Pada akhirnya, pendapatan iklan yang bisa dihimpun Facebook akan semakin tebal. Forbes melaporkan, Facebook mengantongi pendapatan dari iklan sebesar $70 miliar pada tahun lalu. Bila dirata-rata, pendapatan iklan yang dikantongi dari tiap pengguna adalah $7,26 untuk per kuartalnya.

Application Information Will Show Up Here

Ritase Buat Platform Logistik Khusus Transportasi Laut

Startup logistik digital Ritase mengumumkan ekspansi produk baru bernama RitSea, khusus menangani sektor transportasi laut. Ekosistem yang sudah dianggap siap dengan transformasi digital dan permintaan yang datang dari pasar, menjadi alasan kuat Ritase main ke sektor ini.

Founder dan CEO Ritase Iman Kusnadi menjelaskan, selama ini para pemangku kepentingan di bisnis transportasi laut menghadapi sejumlah masalah. Para pengirim (shipper) direpotkan dengan keharusan menyelesaikan berbagai tahapan secara manual seperti penyortiran dan menghubungi pengangkut.

Lalu, memantau pengiriman via telepon karena alphanya kejelasan titik berangkat (port of loading) dan jadwal pengiriman (shipment). Laporan juga harus disusun secara manual.

Sementara itu, dari sisi pengangkut (transporter) berkutat dengan rute yang tidak efisien, pencatatan order booking yang rumit, serta banyaknya broker yang membuat harga tidak kompetitif.

“Konsumen mendapatkan harga yang transparan dan bisa booking sesuai jadwal kapal secara online. Kami juga mengembangkan solusi sehingga konsumen mendapatkan jadwal shipping secara real time. Ini sangat memudahkan konsumen,” ujar Iman dalam keterangan resmi, Kamis (12/3).

Melalui RitSea, pengirim akan memiliki akses dasbor, sehingga dapat memantau pengemudi dan muatan, serta memonitor booking dan shipment dalam satu layar.

Adapun, buat pengangkut akan mudah menerima pesanan melalui sistem, memantau pengemudi dan muatan secara online selama 24 jam, dan pembayaran yang mudah lewat e-wallet.

Diterangkan lebih jauh, RitSea merupakan bagian dari solusi transportasi multimoda Ritase yang memadukan angkutan kereta untuk jalur darat, pesawat untuk jalur udara, dan pelayaran unuk jalur air. Melalui solusi seperti ini, platform akan mencari kombinasi angkutan yang tercepat dan termurah secara sistem. “Konsumen punya pilihan yang sesuai dengan kebutuhannya.”

Bagaimana Ritase Mendisrupsi Pasar Logistik dan Kargo di Indonesia
Bagaimana Ritase Mendisrupsi Pasar Logistik dan Kargo di Indonesia

Iman menyebut RitSea telah terkoneksi dengan pelayaran besar nasional untuk memastikan pelayanan yang prima. Tidak disebutkan identitas dari mitra yang Ritase gaet.

Sebagai catatan, RitSea menambah rangkaian platform berbasis SaaS yang dikembangkan perusaahaan dalam mempertemukan stakeholder yang membutuhkan pengiriman dan para vendor pengangkut. Sebelumnya, startup ini menyediakan Ritase TMS (Transport Management System), Ritase Enterprise, Ritase Supply Chain Financing (SCF).

Berikutnya, Ritshop untuk pembelian spare part dan kebutuhan pendukung, Rit2Go untuk mendukung pengiriman buat UKM, dan Ritase Pay. “RitSea telah mencakup semua aspek first mile dalam logistik. Sebentar lagi kami akan menjadi super app di bidang logistik.”

Pada Juli 2019, perusahaan mengumumkan pendanaan seri A senilai Rp120 miliar dari Golden Gate Ventures, Insignia Ventures, Skystar Capital, dan lainnya. Pada tahun lalu, perusahaan memfasilitasi lebih dari 40 ribu pengiriman per bulan dan bekerja sama dengan 74 merek global dan ritel, seperti Nestle, Unilever, Japfa dan Lotte.

Perusahaan telah menghimpun lebih dari 600 perusahaan transportasi kecil dan menengah, dengan total lebih dari 11 ribu truk individu sejak pertama kali didirikan pada 2018.

Daya saing logistik Indonesia

Startup Logistik di Indonesia

Ekspansi Ritase sebenarnya sangat tercermin dari masih besarnya potensi logistik yang dapat disentuh lewat transformasi digital. Menurut Bank Dunia, Indonesia masih berada di urutan ke-5 dari negara ASEAN lain berdasarkan performa logistik (Logistics Performance Index/LPI) di level 3,15 dari skala 1-5.

Semakin mendekati skala 5 mengindikasikan daya saing logistik suatu negara semakin baik, sebaliknya kian mendekati 1 semakin buruk.

Posisi Indonesia kalah dari Singapura (4,0), Thailand (3,41), Vietnam (3,27), dan Malaysia (3,22). Kendati begitu, dalam delapan tahun terakhir daya saing logistik Indonesia menunjukkan perbaikan. Dalam skala global, Indonesia ada di urutan ke-46 dari 160 negara di 2018 yang merupakan terbaik sejak 2010.

Data tersebut dibarengi dengan momentum pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan pergudangan dalam produk PDB yang naik 7,01% secara keseluruhan di 2018. Pertumbuhan ini jauh lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi Indonesia secara keseluruhan tahun 2018 sebesar 5,17%.

Penyebab dari kenaikan ini karena dampak dari kontribusi perhubungan udara dan darat yang meningkat karena perhelatan kegiatan internasional dan pembangunan infrastruktur perhubungan darat. BPS mencatat total produksi dari sektor ini mencapai Rp796,76 triliun atau berkontribusi 5,37% dari total PDB di 2018.

Lebih lanjut, data BPS memaparkan angkutan darat berkontribusi sebesar 44,41% terhadap sektor logistik, angkutan udara sebesar 30,16%, pergudangan dan jasa penunjang angkutan 1,24%, angkatan laut 0,57%, angkutan sungai danau dan penyeberangan 0,14%, dan angkutan rel 0,1%.

Resso Resmi Hadir, Utamakan Fitur “Social Sharing”

Resso, aplikasi streaming musik besutan Bytedance yang merupakan induk TikTok, mengumumkan kehadirannya di Indonesia setelah beberapa bulan uji coba dalam versi beta. Peluncurannya hari ini (11/3), menyusul setelah Resso resmi bertandang ke India minggu lalu (6/3). Kedua negara ini memang sejak awal menjadi sasaran sebelum Resso digulirkan ke negara lainnya.

Country Manager Resso Indonesia Tricia Dizon menerangkan, Resso diciptakan untuk merevolusi cara mendengarkan musik yang diterjemahkan ke dalam tampilan dan fitur-fitur yang dihadirkan. Menurutnya, selama ini hubungan antara musik dan pendengar masih pasif.

Social sharing merupakan inti dari Resso yang diberikan ke pengguna. Hal ini dianggap selama ini absen di industri streaming. Aplikasi ini punya empat fitur utama, seperti Vibes, Comment, Lyric Quotes, Lyrics Effects, serta kemampuan user generated content.

Tampilan Resso dirancang memberikan interaksi langsung ke pengguna dan memudahkan mereka menemukan musik-musik baru. Ketika aplikasi dibuka, mereka dapat langsung menikmati format scroll tanpa batas yang akan memperkenalkan mereka kepada artis-artis baru dan mempermudah penggemar menemukan genre dan lagu yang disukai.

“Gen Z dan milenial merupakan inti dari fitur-fitur yang kami tawarkan, di mana musik dan jejaring sosial menjadi hal pokok dalam kesehariannya. Tujuan kami adalah untuk mendorong mereka dan penikmat musik lainnya untuk mengekspresikan diri melalui cara yang menarik dan interaktif,” terangnya, Rabu (11/3).

Country Manager Resso Indonesia Tricia Dizon / Resso
Country Manager Resso Indonesia Tricia Dizon / Resso

Head of Music Resso Indonesia Christo Putra menambahkan, perusahaan berusaha memperdalam kategori musik yang terbagi menjadi subgenre dan genre agar dapat memenuhi selera pendengar. Contohnya, subgenre dibagi ke dalam musik genre alternatif, eksperimental, fusion, post rock, indie rock.

Sedangkan subgenre terbagi ke dalam kategori yang lebih spesifik, seperti popgaze, bow pop, indie psynch pop, maupun ambient. Tidak disebutkan secara kuantitas katalog musik yang sudah masuk dalam database Resso.

Pihak Resso sendiri terus berupaya melengkapi katalog musik dengan menggaet label musik global, lokal, indie, pun agregator musik. Mereka sudah menggandeng sejumlah nama, seperti Sony Music Entertainment, Warner Music Group, Merlin and Beggars Group, T-Series, Saregama, Zee Music, YRF Music, Times Music, Tips, Venus, Shemaroo, dan label lokal seperti Musica, Aquarius, My Music, Trinity, dan Maheswara.

“Dengan menggaet banyak label musik, maka apapun musiknya bisa ditemukan di Resso. Jadi tidak terbatas untuk milenial atau gen Z saja, bahkan untuk anak pun bisa,” imbuh Christo.

Menurut laporan SensorTower yang dikutip dari TechCrunch, Resso diperkirakan telah diunduh hingga satu juta kali di App Store dan Google Play Store di India dan Indonesia. Angka itu terdiri dari 600 ribu unduhan di India dan 400 ribu unduhan di Indonesia.

Keseriusan Resso untuk pasar Indonesia dibuktikan dengan perekrutan tim lokal.

Persaingan aplikasi streaming musik

Kehadiran Resso membawa dinamika baru dalam peta persaingan aplikasi streaming musik. Ada empat petahana seperti Joox, Spotify, Apple Music, dan YouTube Music yang berupaya menggaet kolam yang sama dengan Resso.

Menurut data, terdapat 338,2 juta koneksi seluler di Indonesia. Sebanyak 84% di antaranya menggunakan jasa streaming musik setidaknya 1,5 jam setiap harinya. Dengan penetrasi smartphone, konsumsi internet, dan populasi generasi muda  Indonesia yang bakal terus membesar, kesempatan untuk menggaet lebih banyak pengguna terbuka lebar.

Tricia menyebut pihaknya cukup optimistis dengan kekuatan fitur Resso yang dianggap merefleksikan pola konsumsi konten online di Indonesia. Generasi muda ini cenderung ekspreksif, kreatif, dan cenderung lebih sosial.

Untuk menjaring lebih banyak pengguna, Resso akan menggelar konser offline untuk menghubungkan musisi secara lebih personal dengan penggemarnya. Di samping itu, di dalam aplikasi Resso sendiri memungkinkan musisi untuk mengemas katalog musiknya secara lebih fresh supaya penggemar dapat berinteraksi dengan musik dan memperkenalkan karyanya ke pendengar baru.

“Kami akan pertimbangkan fitur-fitur lainnya dari para pengguna untuk pengembangan berikutnya, termasuk paket keluarga.”

Berbeda dengan sister company-nya, TikTok, yang menganut konsep aplikasi gratis, Resso menggunakan konsep freemium. Pendengar tetap dapat mendengarkan musik tapi dengan sejumlah limitasi fitur. Versi gratis diselingi dengan iklan dan kualitas stream hanya mencapai 128 kbps.

Sementara versi berbayarnya tanpa iklan dan kualitas stream meningkat sampai 256 kbps. Tersedia pula fitur pengunduhan, lagu dapat dimainkan dalam kondisi offline, dan unlimited skips. Harga yang dibanderol untuk sebesar Rp49 ribu per bulan untuk Android dan Rp59 ribu untuk iOS. Nominal harga ini kurang lebih mirip dengan aplikasi sejenisnya.

Tricia tidak merinci alasan di balik perbedaan harga tersebut. Ia menyebutkan keputusan ini tidak diambil dan berlaku untuk Resso saja, tapi juga pemain aplikasi berbayar lainnya.

Application Information Will Show Up Here

 

Kemenristek Siapkan Dana Hibah Melalui Startup Inovasi Indonesia

Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) merilis kembali program tahunannya yang kini dinamai Startup Inovasi Indonesia (SII). Program ini adalah hasil rebranding program sebelumnya bernama Perusahaan Pemula Berbasis Teknologi (PPBT) yang  berlangsung pada 2015-2019.

Menristek/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro menjelaskan, rebranding ini diambil dengan pertimbangan agar lebih mudah dikenal dan dipahami oleh masyarakat luas. Semangat yang ingin disampaikan lewat SII tetap sama. Pemerintah ingin menelurkan lebih banyak entrepreneur yang memiliki masih calon startup, ataupun yang sudah jadi startup dapat terus scale up, hingga menjadi calon unicorn berikutnya.

“Kita berharap program ini tidak hanya sekadar memperbanyak startup tapi mendorong startup yang sudah ada agar naik kelas, scale up terus hingga menuju unicorn. Kita inginnya startup itu enggak berhenti jadi startup saja [skala perusahaan], tapi berupaya jadi perusahaan yang lebih besar dan punya keuntungan yang sehat,” terang Bambang, kemarin (6/3).

Presiden RI Joko Widodo dalam suatu kesempatan menyebutkan Indonesia tercatat memiliki ekosistem startup paling aktif di Asia Tenggara. Menempatkan negara ini di urutan ke-5 di dunia setelah Amerika, India, Inggris, dan Kanada. Kesempatan tersebut harus dimanfaatkan agar Indonesia tidak sekadar menjadi pasar, tapi harus menjadi pemimpin di negara sendiri.

Periode pendaftaran untuk program tahunan Kemeristek/BRIN sudah dibuka pada bulan ini.

Perjalanan program PPBT

Kick off program Startup Inovasi Indonesia / Kemenristek/BRIN
Kick off program Startup Inovasi Indonesia / Kemenristek/BRIN

Dalam periode lima tahun, program ini telah melakukan pembinaan dan pengembangan startup teknologi yang berasal dari perguruan tinggi, lembaga penelitian dan pengembangan, serta masyarakat umum. Totalnya sebanyak 1.307 startup dengan total anggaran yang diberikan sebesar Rp371,71 miliar.

Startup ini tidak hanya mencakup yang bergerak di teknologi digital, tapi juga meliputi delapan bidang, yakni pangan, kesehatan obat, energi, transportasi, bahan baku, material maju, pertahanan keamanan, dan teknologi informasi dan komunikasi.

Mayoritas startup binaan ini masih dalam tahap pra dan startup, sementara startup yang sudah scale up baru mencapai 10%. Dijabarkan lebih jauh, terdapat 26 startup yang sudah masuk tahap mature dengan nilai omzet di atas Rp1 triliun per tahun.

Kemudian terdapat 44 startup dengan omzet antara Rp500 juta hingga Rp1 miliar per tahun dan 244 startup dengan omzet antara Rp100 juta hingga Rp500 juta per tahun. Terdapat juga startup yang gagal sebanyak 25 startup atau 1,9% dari total startup.

Diklaim statistik ini membuktikan program pendanaan tahap awal Kemenristek/BRIN berhasil dalam mengembangkan ekosistem kewirausahaan teknologi di tanah air.

Bambang menyebut pemerintah akan mempertemukan startup yang sudah scale up ini dengan para pemodal untuk meningkatkan kapasitas bisnis perusahaan mereka. Kegiatan speed dating tersebut akan digelar setelah program pembinaan berakhir.

“Yang cocok buat startup scale up adalah VC. Nature pendanaannya cocok buat karakter startup yang memang merupakan entrepreneur tingkat awal.”

Startup Inovasi Indonesia

Ada beberapa pergeseran fokus untuk startup yang dibidik untuk tahun ini, ialah startup yang fokus ke pangan, transportasi, rekayasa keteknikan, kemaritiman, kesehatan, energi, pertahanan keamanan, multi disiplin, dan lintas sektoral. Pemerintah menetapkan sejumlah persyaratan untuk masing-masing kategori startup, mulai dari pra-startup, startup, dan scale up.

Untuk pra-startup, misalnya berkesempatan untuk mendapatkan pendanaan hingga Rp250 juta. Persyaratannya mereka harus diusulkan oleh lembaga inkubator perguruan tinggi, telah memiliki prototipe, fokus pada validasi produk dan validasi pasar.

Sementara untuk tahap startup, berkesempatan dana yang bisa didapat maksimal Rp500 juta. Mereka dapat diusulkan secara mandiri oleh startup dari mana saja, asalkan produk siap komersial, sudah diinkubasi, dan fokus pada akses pasar dan pengembangan bisnis.

Terakhir, untuk tahap scale up maksimal bisa mendapat dana sebesar Rp1 miliar. Syaratnya mereka harus diusulkan sebagai alumni program pendanaan inkubasi Kemenristek/BRIN, sudah memiliki pertumbuhan bisnis, bermitra dengan investor, dan fokus pada ekspansi pasar dan peningkatan kapasitas produksi.

Bambang memastikan, program bantuan dari pemerintah ini tepat guna dan tidak bertabrakan dengan program sejenis yang dibuat kementerian lain. Untuk itu, dia menekankan bahwa startup yang fokus pada pra-startup dan startup akan diarahkan untuk mendaftarkan diri ke Kemenristek/BRIN.

Sedangkan buat startup scale up akan diarahkan sesuai fokus bisnis startup itu sendiri dengan program kementerian. Misalnya, yang fokus pada digitalisasi pariwisata diarahkan ke Kemenparekraf, digitalisasi UKM ke Kemenkop, atau digitalisasi teknologi ke Kemenkominfo.

“Kami ingin pastikan, jangan sampai ada startup yang dapat bantuan dari banyak kementerian, sementara ada startup di sisi lain yang tidak dapat sama sekali. Jadi kita koordinasi untuk pembagian ruang. Tapi yang paling ingin kita dorong adalah mendorong lebih banyak wirausaha berbasis teknologi, yang tantangan terberat ini ada di tahap awal.”

Grab dan BRI Ventures Resmi Membuka “Grab Ventures Velocity” Gelombang Ketiga

Warung makan dan logistik menjadi tema pilihan Grab untuk gelombang ketiga program Grab Ventures Velocity (GVV). Potensi pasar yang sedang besar-besarnya menjadi alasan mereka memilih kedua vertikal tersebut.

GVV merupakan program akselerasi milik Grab yang berjalan sejak 2018. Sejasa, BookMyShow, SayurBox, dan Qoala adalah beberapa nama startup yang dipilih dari dua gelombang yang sudah diadakan.

Banyaknya pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) adalah alasan fundamental kenapa usaha mikro dalam berbagai sektor jadi peluang bagi startup digital. Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan, warung merupakan salah satu jenis usaha mikro yang punya masa depan cerah jika terhubung dengan ekosistem.

“Jumlah usaha mikro itu 63 jutaan mulai dari pertanian, perkebunan, perikanan sampai warung; namun sesuai namanya usahanya mereka kecil-kecil, di sektor pertanian lahan mereka pun sempit. Jadi dibutuhkan startup baru yang bisa jadi partner usaha mikro untuk bisa terhubung dalam ekosistem,” ujar Teten.

Managing Director Neneng Gunadi menambahkan, meningkatnya industri kuliner dan kebutuhan pergudangan serta pengantaran untuk mendukung dunia usaha.

“Untuk usaha warung makan itu potensinya cukup besar, kuliner jadi sesuatu yang ngetren. Kedua, logistik jadi sangat penting di Indonesia. Jadi pada tahun ini kita menyasar ke dua hal itu,” sambung Neneng.

Gandeng BRI Ventures

Grab menggandeng BRI Ventures sebagai mitra strategis penyelenggeraan GVV tahun ini. Dalam kerja sama ini baik Grab maupun BRI Ventures sama-sama urunan dana dan fasilitas untuk mengakomodasi peserta.

“Tidak hanya cash, tapi fasilitas juga. Ekosistem yang dimiliki oleh Grab dan ekosistem yang dimiliki oleh BRI, nilai alokasinya kurang lebih 50-50,” ucap CEO BRI Ventures Nicko Widjaja.

Program GVV ini resmi dibuka mulai 03-31 Maret 2020. Sama seperti gelombang sebelumnya, Grab memperkenankan startup dalam negeri maupun luar negeri mengikuti program akselerasi ini.

Dan serupa sebelumnya, Grab menjanjikan startup yang diterima dalam program ini akan mendapatkan pilot project untuk menjajakan layanan mereka di platform Grab. Itu artinya startup tersebut punya kesempatan memperkenalkan produknya ke puluhan juta pengguna Grab.

“Itu kan sesuatu banget, karena mereka bisa memaksimalkan customer kita. Mereka bisa cek, pertumbuhannya akan seperti apa karena basisnya besar banget. Mereka juga akan dapat bimbingan dari C-level startup termasuk dari kami tentang bagaimana caranya agar jadi unicorn,” pungkas Neneng.

Program GVV gelombang ketiga ini dijadwalkan berlangsung selama 16 minggu. Pihak Grab berharap akan ada lebih banyak yang bergabung ke dalam program ini dengan asumsi dampak yang diberikan ke masyarakat juga akan lebih besar dari sebelumnya.

Disclosure: DailySocial.id adalah strategic partner Grab Ventures Velocity batch 3

Telkom Siapkan Dana Kelolaan Baru Senilai 7 Triliun Rupiah

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom Group) tengah mempersiapkan dana kelolaan baru tahun ini. Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin menyebutkan kapasitas pendanaannya berkisar US$300-500 juta atau Rp4,2 triliun-7 triliun (kurs Rp14.000/dolar AS).

Disampaikan Budi di ajang Digital Economy Summit 2020 oleh Microsoft Indonesia, Telkom Fund atau dana kelolaan tahap pertama telah menyalurkan investasi ke 35 startup, baik lokal maupun global.

Telkom Fund tahap kedua disiapkan untuk mendukung transformasi digital Telkom Group ke depan. Salah satu strateginya adalah berinvestasi ke startup. “Sektor telekomunikasi punya belanja modal yang sangat tinggi sehingga perlu ada perubahan dari infrastruktur digital ke platform digital,” katanya di Jakarta.

Sebagaimana diketahui, Telkom Fund adalah investasi yang dikelola oleh MDI Ventures sebagai corporate venture capital (CVC) di bawah naungan Telkom.  Di awal berdiri di 2015, MDI Ventures mendapat suntikan dana tahap pertama sebesar $100 juta.

Kemudian pada Mei 2019, Telkom kembali menyuntik investasi lanjutan sebesar $40 juta untuk sub unit investasi Telkomsel, yakni Telkomsel Mitra Inovasi (TMI). Adapun investasi ini tetap dikelola oleh MDI Ventures.

Barulah di September 2019, MDI Ventures melakukan debut penggalangan dana dengan investor di luar Telkom sebesar $100 juta atau setara Rp1,4 triliun. Salah satu limited partner (LP) yang terlibat adalah Kookmin Bank. Pada Desember 2019, Telkom melalui MDI Ventures dan KB Financial Group asal Korea Selatan membentuk dana kelolaan baru bernama Centauri Fund.

Sebelumnya Head of Investor Relations & Capital Raising MDI Ventures Kenneth Li mengungkap, akan ada tambahan dua dana kelolaan baru tahun ini. Fokus pendanaannya untuk segmen growth stage dan later stage. Dengan kata lain, ini adalah Telkom Fund tahap kedua yang disinggung sebelumnya.

Kenneth sendiri telah mengonfirmasi kapasitas investasi sebesar Rp7 triliun untuk dana kelolaan baru. “Ini masih dalam proses. Tapi kami belum bisa confirm [apakah cari LP lagi atau murni dari Telkom],” ujarnya dalam pesan singkat kepada DailySocial.

Industri telekomunikasi terdisrupsi

Untuk pertama kalinya dalam sejarah, berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), industri telekomunikasi Indonesia mencatat  pertumbuhan minus 6,4 persen di 2018.

Ketua ATSI sekaligus Direktur Utama Telkom Ririek Adriansyah mengungkap, di sepanjang 2018 industri telekomunikasi di tanah air diperkirakan hanya mampu mengantongi pendapatan Rp148 triliun. Nilai ini turun dari pencapaian dua tahun sebelumnya sebesar Rp158 triliun.

“Penurunan ini disebabkan oleh penurunan layanan voice dan SMS yang kini digantikan oleh layanan baru dari pemain Over-the-Top (OTT), perang tarif data antar-operator, dan regulasi registrasi SIM Card,” ungkapnya seperti dikutip dari CNN Indonesia.

Sementara Telkom mencatat pertumbuhan pendapatan 3,5 persen atau sebesar Rp102 triliun dibandingkan periode sama tahun sebelumnya pada kuartal ketiga 2019. Marjin EBITDA Telkom juga hanya tumbuh 3,4 persen secara year-on-year (YoY).

Dalam beberapa tahun terakhir, operator telekomunikasi berupaya untuk menemukan model bisnis yang tepat untuk mengembangkan bisnis digital. Transformasi ini memang diharapkan dapat mendongkrak pertumbuhan pendapatan dan EBITDA. Sayangnya, kebanyakan bisnis digital yang dikembangkan operator gagal.

Maka itu, pertumbuhan anorganik dirasa menjadi salah satu langkah yang tepat untuk mengakselerasi pertumbuhan perusahaan. Dalam hal ini, Telkom membentuk entitas baru sebagai perpanjangan investasi untuk startup dari berbagai vertikal bisnis.

Mempertebal sinergi dan capital gain

Dalam kurun waktu cukup berdekatan Telkom mendelegasikan Telkomsel untuk membentuk unit investasi baru, yakni TMI. Kemudian dilanjutkan dengan sinergi Telkom dan KB Financial Group untuk mendirikan Centauri Fund.

Dengan rencana tambahan dua dana kelolaan baru–sepertinya bisa bertambah lagi–menandakan betapa pemerintah agresif untuk mendorong sinergi untuk memperkuat transformasi bisnis digital Telkom dalam beberapa tahun ke depan.

Tentu dengan semakin banyaknya kesempatan untuk berinvestasi di startup dapat menciptakan sinergi, baik dari sisi teknologi maupun transfer knowledge, yang dapat diserap seluruh anak usaha Telkom, utamanya Telkomsel sebagai penyumbang pendapatan terbesar.

Di sisi lain, MDI Ventures sebagai perpanjangan tangan investasi Telkom kini telah menghabiskan investasi tahap awal dengan mendanai 35 portofolio. Selama rentang empat tahun pasca-didirikan, MDI Ventures telah membuktikan kesuksesannya di bawah nakhoda Nicko Widjaja yang kini telah berlabuh ke BRI Ventures.

Dengan target penggalangan dana besar senilai Rp7 triliun dan iklim investasi di ekosistem digital yang semakin selektif , Telkom akan membuka peluang bagi investor lokal dan luar untuk lebih banyak masuk ke dalam kantong investasi selanjutnya.