Setelah Thailand, Giliran Malaysia Terima Pembayaran dengan QRIS

Bank Indonesia (BI) memperluas kerja sama QRIS antarnegara dengan Bank Negara Malaysia (BNM), ditandai dengan diluncurkannya uji coba interkoneksi pembayaran antarnegara menggunakan QR Code antara Malaysia dan Indonesia.

Sebelumnya, pada pertengahan 2021 BI telah melakukan uji coba dengan regulator Thailand untuk menerapkan QRIS antarnegara secara komersil penuh pada kuartal I 2022.

Inisiatif tersebut terselenggara berkat kerja sama berbagai pemangku kepentingan kedua belah negara di bawah supervisi bersama BI dan BNM, yaitu Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI), RAJA (Rintis, Artajasa, Jalin, Alto), dan Payments Network Malaysia Sdn Bhd (PayNet) sebagai switching. Kemudian, bank setelment, yaitu Bank Mandiri, BNI, CIMB Bank Berhad, serta peserta uji coba lainnya yang merupakan Penyedia Jasa Pembayaran, baik bank maupun nonbank dari kedua negara.

Deputi Gubernur BI Doni P Joewono mengatakan melalui inisiatif ini, masyarakat di wilayah Indonesia dan Malaysia dapat melakukan pembayaran ritel dengan menggunakan QR Code pembayaran nasional di Indonesia, yaitu QRIS atau QR Code Pembayaran Malaysia, yaitu DuitNow, pada merchant offline dan online.

Kerja sama ini diawali dengan fase uji coba dan menuju peluncuran fase komersial sepenuhnya pada kuartal III 2022. “Kerja sama ini akan diperluas di masa mendatang dan mendukung pengiriman uang antarnegara secara real-time antara Indonesia dan Malaysia,” ucap dia dalam keterangan resmi, Kamis (27/1).

Lebih lanjut, dia mengatakan inisiatif ini merupakan salah satu wujud implementasi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia 2025. Di sisi lain, Bank Indonesia menyadari pentingnya interkoneksi pembayaran antarnegara dan akan terus memperluas inisiatif tersebut. Tujuannya untuk memberikan kemudahan dan memperluas pilihan pembayaran bagi masyarakat di kedua negara.

“Pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan efisiensi transaksi, mendukung digitalisasi perdagangan dan investasi, serta memperkuat stabilitas makroekonomi dengan mempromosikan penggunaan Local Currency Settlement/LCS (penyelesaian transaksi dengan mata uang lokal) secara lebih luas.”

Penggunaan direct quotation nilai tukar mata uang lokal yang disediakan oleh bank-bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) di bawah kerangka LCS akan meningkatkan efisiensi transaksi, sehingga biaya transaksi menjadi lebih murah. Dengan kata lain, nasabah tetap menggunakan Rupiah dengan sistem QR walau sedang di luar negeri. Mereka dapat berhemat karena tidak ada lagi biaya dan komisi, seperti biaya kurs.

Sementara itu, Deputi Gubernur BNM Jessica Chew Cheng Lian mengatakan, interkoneksi QR Code pembayaran antarnegara ini menandai tonggak penting dalam sejarah panjang kolaborasi antara Indonesia dan Malaysia.

“Perkembangan ini merupakan sebuah langkah besar untuk mewujudkan visi menciptakan jaringan sistem pembayaran ritel yang cepat dan efisien di ASEAN, yang pada akhirnya akan mengakselerasi transformasi digital dan integrasi keuangan untuk kepentingan individu maupun bisnis,” terang Jessica.

Terwujudnya interkoneksi dan interoperabilitas QR Code pembayaran nasional antara Indonesia dan Malaysia menjadi tonggak baru dalam memfasilitasi aktivitas masyarakat kedua negara, khususnya bagi wisatawan. Indonesia dan Malaysia mencatat jumlah pelancong dengan rata-rata 5,6 juta kedatangan tiap tahunnya sebelum pandemi.

Juga, sejalan dengan agenda prioritas Presidensi G20 Indonesia terkait Cross-border Payments Roadmap dalam upaya menjaga momentum yang diinisiasi sejak dua periode Presidensi G20 sebelumnya untuk mengatasi tantangan pembayaran antarnegara.

Secara terpisah, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan BI akan menjajaki Singapura dan Arab Saudi untuk perluasan QRIS antarnegara. “Kami juga sudah mulai kerja sama dengan Thailand, Malaysia dan kemungkinan juga dengan Singapura dan Saudi. Kami akan terus memperluas kerja sama QRIS,” ucapnya dalam raker Komisi XI DPR RI mengutip dari CNBC Indonesia.

Transaksi QRIS di domestik

Di pasar domestik, Bank Indonesia mencatat nilai transaksi QRIS mencapai Rp23 triliun dari 1 Januari sampai 14 Desember 2021. Realisasi ini berasal dari 316 juta transaksi pada periode yang sama. Adapun dari segi pengguna disebutkan telah mencapai lebih dari 13 juta merchant, melampaui dari target awal sebesar 12 juta merchant, mayoritas merupakan UMKM.

Pada tahun ini, BI akan terus mengembangkan fitur QRIS. Salah satunya adalah perluasan penyediaan QR Code untuk pembeli atau customer presented mode (CPM). Sebelumnya, QR Code disediakan oleh merchant atau merchant presented mode (MPM).

Berikutnya, QRIS dapat digunakan oleh para pengguna bukan hanya untuk transfer uang, tapi juga bisa digunakan saat tarik dan setor tunai, serta meningkatkan plaforn maksimal transaksi QRIS dari Rp2 juta menjadi Rp5 juta, tujuannya untuk meningkatkan transaksi di merchant menengah dan besar di pusat perbelanjaan.

BCA Menambah Dana Kelolaan Central Capital Ventura Senilai Rp400 Miliar

PT Bank Central Asia Tbk (IDX: BBCA) akan mengalokasikan dana sebesar Rp400 miliar ke Central Capital Ventura (CCV) untuk mendukung upaya investasi ke ekosistem startup. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyebutkan bahwa CCV telah berinvestasi ke 26 startup hingga saat ini.

Dalam konferensi pers paparan kinerja BCA 2021, Jahja mengatakan bahwa dana tersebut digunakan untuk menambah portofolio startup berkualitas bagus dan dapat menghasilkan keuntungan nantinya.

“Kami memberikan wewenang kepada CCV untuk menentukan bidang mana yang akan dimasuki,” ujar Jahja seperti dikutip dari Katadata.

Sebagai informasi, CCV dibentuk sebagai perpanjangan investasi BCA untuk mendukung pengembangan inovasi digital di lingkup perusahaan. CCV memiliki misi untuk menciptakan kolaborasi antara BCA dan portofolio, terutama peluang embedded finance.

Pada awal pendirian CCV di 2017, BCA menyuntik dana sebesar Rp200 miliar dengan fokus utama pada vertikal fintech. Beberapa portofolio CCV antara lain Akseleran, Qoala, dan Oy!.

Berdasarkan laporan kinerja di 2020, CCV telah menyalurkan investasi sebesar Rp157 miliar atau naik 20% dari Rp119,3 miliar di tahun sebelumnya. CCV juga mengantongi laba operasional sebesar Rp1,71 miliar dari kerugian Rp1,7 miliar di 2019.

Selain CCV, BCA mendirikan bank digital baru BCA Digital yang berfokus sebagai tech incubator dan memperluas ekosistem yang sudah dimiliki oleh induk usaha. BCA Digital resmi berdiri pada pertengahan 2021 dengan meluncurkan aplikasi mobile banking “blu”.

Gerak CVC di 2021

Berdasarkan catatan kami, sejumlah corporate venture capital (CVC) di Indonesia masih aktif berinvestasi ke startup di sepanjang 2021. Tahun lalu juga ada kemunculan CVC baru bentukan PT Bank BTPN Tbk (IDX: BTPN) dan PT Bank BTPN Syariah Tbk (IDX: BTPS), yakni BTPNS Ventura.

Menariknya, kami melihat beberapa CVC di antaranya mulai menghadirkan inisiatif berbeda selain menambah dana kelolaan baru. Misalnya, MDI Ventures memperkenalkan platform eMerge untuk menghubungkan jaringan angel investor dan startup di Indonesia.

Ada juga kolaborasi MDI Ventures bersama platform pertukaran mata uang kripto Binance untuk membentuk konsorsium melalui joint venture. Kolaborasi ini dilakukan untuk mengembangkan platform pertukaran aset digital di Indonesia.

Corporate Venture Capital (CVC) di Indonesia / Sumber: DS Research

Kemudian, BRI Ventures juga mulai melebarkan vertikal investasinya dengan mendirikan Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA) bersama Tokocrypto. Tujuannya adalah memberdayakan proyek startup dengan teknologi blockchain dan tokenisasi di Indonesia.

Tak kalah penting, tahun lalu Pemerintah meluncurkan Merah Putih Fund (MPF) sebagai upaya untuk mendorong akselerasi inovasi, potensi digital, dan startup di Indonesia. Pemerintah melibatkan sebanyak lima BUMN meliputi Telkom, Telkomsel, Mandiri, BRI, dan BNI untuk mengelola MPF dengan dana kelolaan fase awal sebesar Rp4,3 triliun.

LinkNet Resmi Dicaplok XL Axiata

PT Link Net Tbk (IDX: LINK) resmi dicaplok oleh PT XL Axiata Tbk (IDX: EXCL) dan Axiata Berhad. Perusahaan melepas 1,81 miliar saham dengan nilai sebesar Rp8,72 triliun.

Dalam keterangan resminya, Direktur Eksekutif Lippo Group John Riady mengungkap divestasi saham ini menjadi salah satu strategi transformasi untuk memperkuat neraca dan mengumpulkan dana segar guna investasi lain di masa depan.

Saat ini, saham LinkNet dikuasai oeh Asia Link Dewa Pte Ltd dan Lippo Group melalui anak usahanya PT First Media Tbk (IDX: KBLV). Jumlah saham yang dilepas sebesar 1,81 miliar saham atau mewakili 66,03% dari jumlah saham disetor dan modal ditempatkan.

“LinkNet memiliki prospek cerah. Terlebih lagi, perusahaan mencatatkan kinerja keuangan sehat meskipun di momen pandemi Covid-19, tercermin dari nihilnya utang. Namun, perusahaan butuh strategi ekspansi lebih jauh dan signifikan untuk garap pasar digital di Indonesia,” tuturnya.

LinkNet akan memperkuat layanan konektivitas berbasis fiber optic dan VSAT berkecepatan tinggi, solusi TIK untuk memenuhi kebutuhan bisnis pelanggan, seperti cloud dan data center, dan perangkat penunjang berbasis teknologi lainnya.

Memperkuat bisnis fiber optic

Sebagaimana diketahui, XL Axiata memang tengah menggenjot pembangunan jaringan fiber optic di Indonesia untuk dapat memenuhi kebutuhan jaringan segmen B2B. Ini menjadi strategi diversifikasi bisnis XL Axiata ke jaringan tetap (fixed connectivity).

“Tujuan pengambilalihan saham ini adalah untuk mengembangkan dan memperluas jaringan usaha, serta memperkuat posisi XL dan induk usaha di bidang jasa telekomunikasi,” ungkap Sekretaris Perusahaan XL Axiata Ranty Astari Rachman seperti dikutip dari keterbukaan informasi BEI.

Saat ini XL menyediakan layanan broadband berbasis fiber optic melalui produk XL Home dan XL Satu Fiber. Pada produk XL Satu Fiber, layanan ini merupakan gabungan antara layanan fiber optic dan seluler yang dapat dipakai secara bersamaan.

Perusahaan menyebut jumlah rumah yang telah dilewati jaringan fiber optic-nya telah mencapai sebanyak 650.000 rumah di Indonesia. Hingga kuartal III 2921, XL telah membangun 153 ribu jaringan BTS, termasuk di antaranya adalah 69,9 ribu jaringan BTS 4G.

Sebelumnya, Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah memproyeksikan pertumbuhan pendapatan industri telekomunikasi keseluruhan sebesar 3% secara tahunan. Rinciannya, bisnis konektivitas diestimasi tumbuh 4%, bisnis Teknologi, Informasi, Komunikasi (TIK) 8%, dan bisnis digital sebesar 12% pada periode 2020-2024.

SayaKaya Resmi Meluncur, Mencoba Hadirkan Diferensiasi dari Aplikasi Investasi Lain

Kesempatan pemain wealthtech untuk menggarap pasar Indonesia memang masih menjanjikan. Rasio investor di pasar modal dengan total populasi orang Indonesia masih jauh dibandingkan negara-negara tetangga. Kendati begitu, perlu diferensiasi yang menonjol agar mampu menarik pengguna baru dari target yang dibidik.

SayaKaya menjadi pemain baru yang bermain di aplikasi wealthtech dengan kelas aset reksa dana sebagai penawaran perdananya. Alasan perusahaan masuk ke kelas aset reksa dana, tak lain karena terjadi peningkatan jumlah investor reksa dana hingga 55% yoy menjadi 4,93 juta orang per Juni 2021.

Startup ini merupakan bagian Sucor Group, yang memiliki unit bisnis di sekuritas (Sucor Sekuritas) dan manajer investasi (Sucor Asset Management). Secara status di OJK, telah terdaftar sebagai APERD sejak Oktober 2021. Di dalam grup sendiri, platform digital yang sudah dihadirkan adalah SPOT (Sucor Personal Online Trading) sebagai platform trading saham yang dimiliki oleh Sucor Sekuritas.

Masuknya perusahaan investasi ke platform digital tentunya menjadi suatu hal yang menarik, mengingat harus bersaing dengan startup yang notabenenya lebih adaptif dan lincah dalam berinovasi. Kendati demikian, CEO SayaKaya Jessica Wijaya mengungkapkan rasa optimisnya terhadap nilai lebih yang ditawarkan SayaKaya.

“SayaKaya merupakan bagian dari Sucor dengan mengambil nilai dari Sucor yaitu mengedepankan edukasi investasi dan memberikan WOW experience. Nilai tersebutlah yang menjadikan SayaKaya mengutamakan edukasi yang mudah diserap dan menyenangkan untuk meningkatkan literasi, dan memberikan WOW experience bagi pengguna selama berinvestasi,” ucap Jessica saat dihubungi DailySocial.id, Rabu (26/1).

Dia bilang, generasi muda saat ini masih memiliki tingkat literasi keuangan yang relatif rendah, meskipun sudah tech-savvy. Mengutip dari OJK, kalangan usia 18-25 tahun hanya memiliki tingkat literasi sebesar 31,1%, sedangkan usia 25-35 tahun tingkat literasinya sedikit lebih tinggi, yaitu 33,5%. Oleh karenanya, kalangan usia 18-45 tahun menjadi target utama yang dibidik SayaKaya. Target yang kurang lebih sama dengan pemain wealthtech lainnya.

“Oleh karena itu, SayaKaya hadir tidak hanya menjadi sarana jual-beli produk reksa dana, tetapi juga memberikan edukasi untuk meningkatkan literasi investasi tersebut agar masyarakat Indonesia terhindar dari investasi bodong, serta semakin sadar untuk mempersiapkan dana pensiun atau dana darurat melalui investasi.”

Dia melanjutkan sebagai diferensiasi dibandingkan pemain lainnya, ada beberapa poin yang ia unggulkan dari SayaKaya. Pertama, dari sisi produk reksa dana terkurasi dengan tujuan para pengguna baru yang masih awam dengan dunia investasi tidak perlu pusing memilih produk mana yang terbaik buat mereka.

Sejauh ini, SayaKaya telah memiliki lebih dari 20 produk reksa dana, mayoritas dari reksa dana konvensional dan syariah. Produk-produk tersebut berasal dari beberapa manajer investasi yang telah menunjukkan konsistensi kinerja baik, seperti Sucor Asset Management, Trimegah Asset Management, dan Syailendra Capital. Produk ini dapat dibeli mulai dari Rp100 ribu, bahkan rencananya akan jauh dipermudah akses masuknya menjadi Rp10 ribu.

Menurutnya, reksa dana jenis ini memiliki kemudahan untuk diversifikasi aset, yang mana investasi akan disebar ke beberapa instrumen menggunakan perhitungan dan analisa dari profesional manajer investasi. Dengan demikian, fluktuasi dari masing-masing aset akan saling terkompensasi dan investor akan mendapatkan imbal hasil yang optimal.

“Kami enggak akan banyak-banyak menyediakan produk karena untuk memudahkan investor, kalau semakin banyak akan semakin sulit makanya kami selektif sekali. Ke depannya, kami hanya akan tambah empat MI, satu MI dari BUMN, dan dua dari MI asing,” tambah CMO SayaKaya Prita Ilham Poempida saat konferensi pers.

Berikutnya, adalah mengedepankan sisi sentuhan manusia (human touch) dalam rangka mengedepankan hubungan emosional. Para pengguna dapat menghubungi tim sebagai tim customer experience melalui sambungan telepon. Berkaitan dengan itu pula, SayaKaya berencana menyediakan konsultasi keuangan pribadi dengan financial planner berlisensi.

“Contoh implementasi human touch SayaKaya lainnya adalah dengan adanya komunitas #OrangKayaBenar yang selama ini sudah belajar dan berkembang bersama selama dua tahun ke belakang di platform media sosial kami, seperti Instagram dan Telegram,” sambung Jessica.

Ketiga, adanya program loyalitas, yang dapat dimanfaatkan pengguna untuk mengumpulkan poin melalui berinvestasi dan mendapatkan hadiah dari pengumpulan poin tersebut, demi menarik minat pengguna dalam berinvestasi.

Jessica menargetkan setidaknya pada tahun ini SayaKaya dapat memiliki 200 ribu pengguna aktif. Sayangnya tidak disebutkan target dana kelolaannya. “Kami harap dengan edukasi, pengembangan aplikasi dan program promo yang kami siapkan dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri masyarakat Indonesia dalam mengelola keuangan dan berinvestasi. Untuk saat ini, kami tidak bisa menyebutkan target AUM,” tutupnya.

Aplikasi wealthtech lainnya

Dari hasil penelusuran kami, saat ini ada sejumlah aplikasi yang menawarkan layanan investasi dengan beragam instrumen, berikut ini daftarnya:

No Aplikasi wealthtech Emas Reksa Dana Saham Uang kripto Securities crowdfunding
1 Bareksa
2 Pluang
3 Tanamduit
4 Raiz Invest
5 E-mas
6 Lakuemas
7 Treasury
8 Indogold
9 Tamasia
10 Bibit
11 Ajaib
12 Ipot
13 Invisee
14 XDana
15 Stockbit
16 Halofina
17 Fundtastic
18 Santara
19 Bizhare
20 LandX
21 Crowddana
22 Indodax
23 Tokocrypto
24 Pintu
25 Luno
Application Information Will Show Up Here

Buka Kesempatan Bagi Startups Lokal Berinovasi, MRT Jakarta Kembali Hadirkan Program Inkubator

Upaya membangun ekosistem ekonomi digital di Indonesia memerlukan sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan, terutama dukungan dari regulator terhadap perusahaan rintisan (startups). PT MRT Jakarta (Perseroda) memahami dan mendorong setiap upaya bekerja sama dengan perusahaan rintisan dengan kembali meluncurkan “MRTJ Incubator 2022”. Program ini diklaim menawarkan sinergi yang apik tak hanya bagi bisnis MRT Jakarta semata, namun juga bagi para pelaku startups teknologi tanah air. Seperti apa?

Sejatinya, bukan kali pertama bagi MRT Jakarta berpartisipasi dalam pengembangan ekosistem digital. Inisiatif yang dijajaki pada 2020 lalu juga mengambil langkah serupa. Beberapa startups lokal seperti Soul Parking, Riliv, Higo, Kanvas, dan Legalku terpilih dan mendapatkan kesempatan bergabung dan menggunakan ekosistem MRT Jakarta, dukungan dalam pengembangan bisnis, sekaligus pendampingan dari tim internal PT MRT Jakarta (Perseroda) bersama sejumlah pendiri serta pionir perusahaan rintisan bahkan venture capital.

Pada 2022 ini, MRT Jakarta kembali dengan MRTJ Incubator yang akan berfokus pada industri SaaS (HR/financial) platform, MaaS and supply platform, Logistic, dan IoT (smart city). Terkait pengembangan produk dan jasa dari layanan MRT Jakarta, melalui kolaborasi ini diharapkan bisa melahirkan inovasi-inovasi baru yang mendorong kualitas operasional layanan MRT Jakarta, seperti misalnya terkait pengalaman pelanggan, hingga meningkatkan mutu kawasan layanan MRT Jakarta.

Tak luput, MRTJ Incubator 2022 juga memboyong sejumlah agenda bagi startups pemula. Agenda tersebut berupa program dan kurikulum yang telah disiapkan terdiri dari; webinar nasional, coaching dan product development, sampai dukungan uji coba produk dan evaluasi bagi startups pemula yang tergabung.

Sebagai tahap awal, MRTJ Incubator akan menyelenggarakan Kick Off Webinar “Innovative Solution Talk” pada Jumat (28-1-2022), yang akan dilengkapi dengan sesi diskusi bersama narasumber ahli dengan tema “Startups in MRTJ Ecosystem: Innovative Solutions for Streamlining Railway Operations”. Rencananya, webinar tersebut akan membahas topik-topik seputar kebutuhan inovasi baru dari ekosistem MRT Jakarta, berikut dengan pembahasan mengenai program kolaboratif dengan startups, dan juga akan membahas seputar “Product-Market Fit” yang tentunya akan bermanfaat bagi startups pemula.

Webinar nanti juga rencananya bakal menggandeng sejumlah pembicara ternama yang datang dari pakar, maupun petinggi perusahaan teknologi Indonesia yang terkemuka, seperti Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc, Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Farchad Mahfud, Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta, President Director Alodokter, Co-Founder dan COO dari Wallex, Co-Founder dan CEO dari GoWork dan tim MRT Jakarta lainnya. Ajang ini juga akan mengumumkan Top Six Startups yang terpilih untuk melaju ke tahap selanjutnya.

Startups terpilih akan mendapat kesempatan untuk bisa mengimplementasikan beberapa solusi yang mereka tawarkan guna meningkatkan pengalaman digitalisasi bagi ekosistem MRT Jakarta, berikut dengan divisi internal dari MRT Jakarta yang berfokus pada divisi-divisi seperti; business development, operation & maintenance, dan juga finance & corporate management. Informasi selanjutnya bisa Anda cek di akun official media sosial MRT Jakarta atau dengan mengunjungi tautan ini.

Dari Motor ke Mobil Bekas, CEO Moladin Jelaskan Alasan di Balik Perubahan Fokus Bisnis

Pekan lalu, Moladin secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan seri A senilai $42 juta dipimpin Sequoia Capital India dan Northstar Group. Investasi ini akan difokuskan untuk meningkatkan bisnis transaksi mobil, dengan memperluas jaringan cabang dan model bisnis di dalamnya.

DailySocial.id berkesempatan untuk berbincang dengan Co-Founder & CEO Moladin Jovin Hoon, memaparkan tentang alasan perusahaan pivot dari produk motor ke mobil bekas, hingga strategi yang akan mereka andalkan di tengah persaingan ketat bisnis car marketplace.

Sebagai informasi, Jovin baru-baru ini diangkat menjadi CEO Moladin Indonesia. Sebelumnya ia menjabat sebagai COO.

Memutuskan untuk fokus ke mobil bekas

Didirikan tahun 2017 oleh Jovin Hoon dan Mario Tanamas, awal mulanya fokus Moladin menjembatani kebutuhan masyarakat untuk membeli motor. Namun demikian, sejak tahun 2021 lalu mereka mengalihkan fokus untuk sepenuhnya ke segmen jual-beli mobil bekas. Bahkan jika mengunjungi situs Moladin, saat ini sudah tidak ada lagi opsi “Motor” di menu yang tersedia.

“Pasar mobil bekas di Indonesia sangat terfragmentasi dan belum terorganisir, dengan banyak pemain seperti agen, diler mikro, dan juga diler besar. Selama pandemi, terjadi disrupsi di rantai pasokan yang mengakibatkan penurunan transaksi mobil, yang berimbas pada performa industri otomotif. Hal ini berdampak pada berbagai pemangku kepentingan dalam ekosistem otomotif, khususnya para agen, diler mikro, dan konsumen,” jelas Jovin.

Perubahan fokus bisnis tersebut membuahkan hasil. Jovin mengatakan selama 6 bulan terakhir Moladin mendapati pertumbuhan bisnis yang eksplosif. Ini turut memberikan keyakinan tersendiri kepada para founder untuk memfokuskan sumber daya yang dimiliki pada bisnis mobil bekas, dengan rencana jangka pendek untuk memperluas bisnis ke vertikal lain seperti pembiayaan dan layanan tambahan otomotif lainnya.

“Meskipun demikian, kami tidak menutup kemungkinan untuk masuk kembali ke segmen sepeda motor jika kami memutuskan untuk memperluas penawaran kami dalam ekosistem otomotif,” ujar Jovin.

Proposisi nilai Moladin

Tiga layanan utama Moladin

Kendati pemain digital yang mendemokratisasi pasar jual-beli mobil bekas secara kuantitas tidak banyak, namun beberapa startup yang saat ini bermain di pasar lokal telah memiliki dukungan kuat dari masing-masing investor. Sebut saja Carsome yang baru-baru ini menutup pendanaan seri E dan membawa valuasi perusahaan di angka $1,7 miliar — meskipun bukan terlahir di Indonesia, mereka memiliki kehadiran yang cukup kuat di sini. Pun demikian Carro yang tahun lalu juga baru menjadi unicorn.

Moladin sadar betul akan kondisi ini, untuk itu sejumlah model bisnis dan strategi di siapkan. Hal paling signifikan yang dirasa membedakan dengan car marketplace lainnya, Moladin fokus memberdayakan jaringan agen yang dimiliki.

“Agen kamilah yang membedakan kami. Mereka adalah kunci dan bagian integral dari bisnis kami. Dengan memberdayakan agen melalui penyediaan perangkat dan ekosistem yang tepat, kami dapat menawarkan pengalaman transaksi mobil yang sangat personal kepada pelanggan,” jelas Jovin .

Selain itu, adopsi teknologi juga akan menjadi fokus utama Moladin, guna mendigitalkan proses bisnis secara menyeluruh. Beberapa hal yang ingin ditawarkan di antaranya: (1) kecepatan transaksi dan pencairan di hari yang sama; (2) harga yang kompetitif; (3) pilihan inventaris yang baik; dan (4) aksesibilitas, dengan kehadiran yang kuat bahkan di luar kota-kota besar. Saat ini Moladin telah hadir di lebih dari 115 kota di seluruh Indonesia.

Model bisnis Moladin

Untuk tujuan jangka panjang Moladin, Jovin menjelaskan bahwa mereka ingin membangun sebuah one-stop-shop untuk semua kebutuhan otomotif, ditujukan kepada semua pemain di pasar. “Ketika orang berpikir tentang otomotif, kami ingin mereka tertuju pada Moladin. Dalam hal perjalanan pengguna secara keseluruhan, kami adalah platform omnichannel,” imbuhnya.

Untuk menggunakan layanan Moladin, setiap pelanggan (konsumen/diler) yang ingin bertransaksi mobil dapat melakukannya secara online (melalui aplikasi/situs web) atau offline (dengan menghubungi agen di lapangan). Penjual akan selalu menginginkan pencairan pembayaran yang cepat dan harga terbaik.

“Penjual biasanya menginginkan pencairan pembayaran yang cepat dan harga terbaik. Dengan layanan dipersonalisasi yang ditawarkan melalui agen kami dan kenyamanan transaksi dari aplikasi, Moladin dapat melakukan inspeksi dengan cepat, menyetujui harga layak dengan cepat, dan menawarkan kepada penjual pencairan dana pada hari yang sama setelah transaksi selesai,” jelasnya.

Sementara untuk pembeli, Moladin berupaya menyuguhkan pilihan inventaris yang lengkap. Melalui agen, pembeli dapat mendiskusikan kebutuhannya secara personal. Atau jika dibutuhkan, pembeli bisa juga datang ke warehouse terdekat untuk melihat produk yang tengah dijual.

“Setelah penutupan transaksi, kami dapat menawarkan opsi pembiayaan dan layanan tambahan lainnya kepada pelanggan kami melalui kemitraan yang kami miliki dengan perusahaan multi-financing terkemuka di Indonesia. Karena besarnya volume bisnis, melalui kami, perusahaan multi-financing dapat menawarkan kepada pelanggan kami tingkat pembiayaan yang paling kompetitif dengan persetujuan pinjaman dalam waktu yang singkat,” imbuh Jovin.

Pendekatan yang dilakukan Moladin dengan membangun semangat kewirausahaan dari jaringan agen dan diler, untuk menciptakan platform otomotif digital lengkap (full stack) dan memberikan pelatihan, bantuan, dan dukungan terbaik.

Dengan itu, Jovin mengatakan bahwa perusahaan telah melihat pertumbuhan pesat dari bisnis mobil bekas dengan volume transaksi tumbuh >20x lipat selama beberapa bulan terakhir. Platform Moladin juga dikatakan telah meningkatkan produktivitas agen dan diler hingga >2,5x lipat.

“Semua ini hanya bisa dicapai melalui pemberdayaan. Dengan menyediakan perangkat dan pelatihan yang tepat kepada agen kami, mereka dapat memanfaatkan platform digital Moladin dan menjadi wirausahawan mikro. Sebagai hasil dari peningkatan penjualan, agen-agen ini juga dapat memperoleh lebih banyak komisi, bekerja untuk meningkatkan taraf hidup mereka dan membuat kehidupan yang lebih baik untuk diri mereka sendiri,” terang Jovin.

Tantangan dalam jual-beli mobil bekas

Jovin juga menyoroti tantangan yang selama ini masih banyak dihadapi dalam transaksi jual-beli mobil bekas. Pertama, di sisi penjual, biasanya karena terdesak dan tidak mendapatkan jalur yang sesuai, mereka harus mendapati harga jual yang sangat rendah karena tidak memiliki daya tawar. Pun demikian bagi pembeli, saat harus mengunjungi dari gudang ke gudang, mereka mendapati pilihan mobil dan pembiayaan yang terbatas.

Kedua, karena fragmentasi pasar, agen dan diler  mikro juga menghadapi masalah yang sama yaitu persediaan dan seleksi persediaan yang terbatas. Banyak dari pedagang mikro ini juga tidak dapat mengakses pembiayaan. Hal ini membuat sangat menantang bagi mereka untuk menjalankan bisnis mereka dengan tepat. Semua pain points ini bahkan lebih diperparah selama pandemi, dan pasar mobil bekas mengalami pukulan besar.

“Tantangan-tantangan ini memberi Moladin kesempatan untuk masuk dan membuat perbedaan. Kami dapat mengaktifkan jaringan agen yang ada dan memberdayakan mereka dengan menyediakan perangkat dan sistem pendukung (misalnya layanan digital, kumpulan inventaris) untuk memungkinkan mereka mengembangkan bisnis mereka,” kata Jovin.

Jovin menambahkan, “Hasil dari upaya kami dapat dilihat dengan jelas melalui agen yang bertransaksi mobil melalui Moladin lebih banyak sekarang daripada sebelumnya (produktivitas telah meningkat setidaknya 2,5x). Penelitian di lapangan juga menunjukkan bahwa kami sekarang adalah satu-satunya pemasok inventaris ke sebagian besar diler mikro. Upaya kami juga telah membantu membuka akses terhadap kumpulan pasokan mobil bekas yang lebih besar.”

Fokus bisnis di tahun 2022

Jajarin tim Moladin / Moladin
Jajarin tim Moladin / Moladin

Setelah pendanaan ini, ekspansi besar-besaran akan menjadi fokus Moladin sepanjang satu tahun ke depan. Mereka menargetkan bisa hadir di 175 kota dengan 250 cabang dan warehouse. “Kami akan lebih meningkatkan proses bisnis dan mengoptimalkan layanan digital untuk meningkatkan pengalaman pengguna agen dan pelanggan kami, membuat transaksi dan pencairan pembayaran lebih aman, lebih cepat, dan jauh lebih lancar,” ujarnya.

“Keberhasilan agen-agen kami akan selalu menjadi area fokus utama, dan kami akan terus berinvestasi dalam agen kami dan pengembangan mereka. Kami percaya bahwa pengalaman agen yang lebih baik pada akhirnya akan menjadi pengalaman pelanggan yang lebih baik. Misi kami adalah menjadi katalis positif dalam mobilitas fisik dan sosial semua orang yang terlibat di dalamnya,” tutup Jovin.

Application Information Will Show Up Here

Umumkan Kolaborasi Terbaru, Grab Dukung Perwujudan Ekosistem Kendaraan Listrik di Indonesia

Pada dasarnya, teknologi dikembangkan untuk mengakselerasi kehidupan masyarakat. Salah satu implementasinya yakni pada sektor lingkungan hidup, lewat inovasi dan kolaborasi demi mengurangi dampak emisi karbon. Berbicara mengenai kolaborasi yang inovatif, Grab Indonesia baru-baru ini mengumumkan kolaborasi terbaru bersama dengan Intelligent Transport System (ITS) Indonesia dan World Resources Institute (WRI) Indonesia, dalam upaya mengembangkan sistem transportasi yang ramah lingkungan.

Masuk sebagai agenda global – termasuk Indonesia – penanganan emisi karbon merupakan salah satu isu utama untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dunia yang berkelanjutan. Pemanfaatan kendaraan listrik menjadi contoh, bagaimana teknologi dinilai mampu menjawab isu iklim dan lingkungan dengan metoda transisi ke energi bersih. Dalam keterangannya, Grab Indonesia memulai inovasi tersebut melalui inisiatif kerjasama dengan ITS Indonesia dan WRI Indonesia, dalam memuluskan komitmen dan aksi nyata mendukung upaya bersama dalam menghadirkan transportasi ramah lingkungan.

Sebagai platform super-app, dukungan Grab Indonesia turut mendorong upaya itu dengan meluncurkan 20 titik Stasiun Penukaran Baterai Kendaraan Listrik Umum (SPBKLU) di DKI Jakarta, dan 7 titik SPBKLU di Provinsi Bali. Sementara itu, Grab juga menyediakan lebih dari 8,500 unit armada kendaraan listrik, yang diklaim mampu mereduksi sekitar 4.600 ton emisi karbon, atau setara dengan penyerapan CO2 dari 200 ribu pohon dalam setahun.

President of Grab Indonesia, Ridzki Kramadibrata dalam rilisnya mengatakan, dukungan Grab Indonesia bersama ITS Indonesia dan WRI Indonesia dalam mewujudkan transportasi yang ramah lingkungan merupakan langkah lanjutan yang telah dicanangkan sejak beberapa tahun lalu. Dirinya menyatakan langkah ini akan terus dilanjutkan hingga mencapai target yang diharapkan.

“Kami siap mendukung Indonesia untuk melakukan lompatan besar dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik tanah air dan memperkuat komitmen ini bersama ITS dan WRI. Penggunaan kendaraan listrik Grab telah dimulai sejak 2019 dengan mengusung program #LangkahHijau dan saat ini kami mengoperasikan 8.500 unit kendaraan listrik di beberapa kota. Kami akan terus mendukung peningkatan penggunaan kendaraan listrik dengan menargetkan total armada kami menjadi lebih dari 14.000 tahun ini, sehingga kendaraan listrik lebih terjangkau dan mudah diakses masyarakat,” ujar Ridzki.

Pada 2019, DailySocial sempat mengabarkan perihal rencana Grab mengembangkan proyek kendaraan listrik di Indonesia. Tak butuh waktu lama, di tahun yang sama Grab secara resmi memperkenalkan proyek uji coba kendaraan listrik yang dijalankan di wilayah Jabodetabek, dengan mengoperasikan 20 unit mobil listrik, dan 20 unit motor listrik yang merupakan buah hasil kemitraan strategis bersama dengan pemain besar di industri otomotif seperti Hyundai dan juga AHM. Kala itu dikatakan, proyek trial tersebut merupakan bagian dari rencana besar Grab dalam membangun ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, setelah sebelumnya, di negara tetangga Grab juga telah berhasil mengimplementasikan ratusan kendaraan listrik yang beroperasi di jalanan Singapura.

Melalui kolaborasi terkini yang dijalankan, rasanya bukan hal yang sulit jika Grab Indonesia mampu mewujudkan ekosistem kendaraan listrik secara komprehensif di Indonesia. Mengingat, upaya kolaboratif Grab Indonesia belakangan dinilai berhasil merangkul berbagai key-stakeholder yang semestinya bisa mendorong perwujudan rencana tersebut. Selain riset dan supply kendaraan, Grab Indonesia juga bermitra dengan banyak perusahaan pelat merah di Indonesia, salah satunya PLN untuk menyediakan SPKLU.

Menarik untuk dinanti kolaborasi inovatif selanjutnya dari Grab Indonesia, tak hanya dari kacamata bisnis, namun juga wacana mendorong pembangunan yang berkelanjutan melalui lingkungan hidup, tentu merupakan suatu langkah yang patut didukung.

Paylater Berkembang Pesat Selama Pandemi, Seiring Perkembangan E-Commerce dan Transaksi Digital

Seiring berkembangnya teknologi, ada aspek lain yang terus tumbuh dan berkembang, yaitu pertumbuhan e-commerce dan juga maraknya perusahaan financial technology (fintech), sebuah industri yang bergerak dalam layanan keuangan. Dua aspek ini menggeser kebiasan masyarakat dalam preferensi pembayaran, di mana pembayaran tunai beralih menjadi pembayaran digital atau yang biasa disebut cashless, yang merupakan pengaruh dari meningkatnya penetrasi internet dan adopsi konsumen digital.

Pembayaran digital juga membuka sektor transportasi, layanan pengiriman makanan, transportasi online, dan media online untuk mengadopsi sistem transaksi digital. Bahkan, sektor-sektor tersebut diprediksi oleh laporan e-Conomy SEA 2021 mampu menyumbang angka sebesar $70 miliar pada tahun 2021.

Paylater melesat untuk menjangkau berbagai kalangan

Seiring meningkatnya transaksi digital, perusahaan fintech memiliki kesempatan baru untuk melebarkan sayapnya dalam menghadirkan fasilitas paylater. Hal ini tersirat dari laporan khusus mengenai ekosistem paylater di Indonesia rilisan DSInnovate yang mengemukakan, paylater menjadi layanan favorit peringkat kedua pada tahun 2020 (72,5%) atau sedikit di bawah platform dompet digital yang memiliki rekognisi sebesar 82,2%.

Di sisi lain, tren positif e-commerce yang kian terakselerasi oleh pandemi turut menjadi pemicu tingginya adaptasi produk paylater di masyarakat. Bukan tanpa alasan, riset yang dirilis oleh ResearchAndMarkets di penghujung 2020 kemarin menyatakan, prediksi pertumbuhan Gross Merchandise Value (GMV) yang bakal mencapai angka US$8,5 miliar di 2028 diperkirakan bakal turut mendongkrak fasilitas paylater sebesar kira-kira 76,7% setiap tahunnya.

Pun dengan halnya riset terbaru yang dirilis oleh Kredivo dan Katadata Insight Center berjudul “Consumer Behavior of E-Commerce Indonesia 2021”, juga menunjukkan peningkatan pengguna paylater, yakni terdapat 55% pengguna baru yang menggunakan fitur paylater Kredivo..

Tingginya penggunaan paylater juga memberikan dampak positif dari sisi supply, di mana fitur tersebut mampu membantu merchant dalam peningkatan AoV (average order value), meningkatkan penjualan dengan menawarkan kredit tanpa kartu kredit, dan juga meningkatkan konversi penjualan dengan mengurangi friksi selama proses belanja.

Sementara paylater sendiri memiliki dua klasifikasi, yaitu: paylater yang dimiliki oleh startup digital (e-commerce, OTA, ride-hailing service, dan lainnya) dan yang kedua adalah layanan paylater yang dimiliki oleh startup fintech. Di Indonesia sudah banyak perusahaan fintech yang menyediakan layanan paylater, implementasinya tidak terbatas, paylater besutan fintech umumnya menjadi platform kredit “online” yang dapat digunakan di mana saja, mulai dari e-commerce, hingga gerai ritel.

Pionir paylater di Indonesia, Kredivo, akan melayani puluhan juta pelanggan di Indonesia.

Di antara banyaknya perusahaan fintech di Indonesia yang bergerak di bidang paylater, Kredivo semakin menjadi yang terdepan dalam layanan paylater di Indonesia, terutama setelah mengumumkan rencana go public melalui skema SPAC. Dengan demikian Kredivo akan mencapai penilaian ekuitas sebesar $2,5 miliar dan berhasil menjadi “unicorn” di tahun 2021.

Menurut Umang Rustagi selaku CEO Kredivo Indonesia, dengan pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat di Indonesia, membuat investor asing dan pasar global paylater juga semakin melirik.

“Populernya e-commerce dan transaksi digital, serta rendahnya penetrasi kartu kredit di Indonesia menyebabkan paylater justru menjadi pintu masyarakat ke akses kredit yang terjamin. Hal ini terlihat lewat riset internal yang menunjukkan bahwa 60% pengguna kami mendapatkan kredit pertamanya lewat Kredivo,“ ujarnya.

Sebagai pionir paylater di Indonesia, tentunya layanan paylater yang dimiliki oleh Kredivo sudah menjamur di banyak platform e-commerce seperti Tokopedia, Bukalapak, Lazada, JD.id, Blibli, dan Elevenia. Selain itu juga, bunga yang ditawarkan Kredivo menjadi yang terendah (per September 2021) dibandingkan penyedia layanan paylater lainnya.

Sumber: DSInnovate Indonesia Paylater Ecosystem Report 2021 (09/2021)

Kredivo melalui PT FinAccel Finance Indonesia beroperasi dengan lisensi perusahaan pembiayaan (multifinance) di bawah naungan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), diperoleh melalui akuisisi PT Swarna Niaga Finance.

Advertorial ini didukung oleh Kredivo.

Startup EWA Gajiku Raih Pendanaan Awal 16 Miliar Rupiah

Startup earned wage access (EWA) dan platform SDM Gajiku mengumumkan perolehan investasi tahap awal sebesar $1,1 juta (sekitar 16 miliar Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh AC Ventures, dengan partisipasi dari Agung Ventures, Monk’s Hill Ventures Scouts Program, Sampoerna, dan beberapa angel investor Indonesia.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk pengembangan produk, mendorong penjualan dan pengembangan bisnis untuk mendatangkan pengguna baru, fokus pada perusahaan besar, dan meningkatkan jumlah karyawan di semua fungsi.

Startup ini didirikan pada Januari 2021 oleh sejumlah founder, termasuk Sherman Tanuwidjaja (CEO), dengan pengalaman yang mendalam dalam mengembangkan teknologi yang fokus pada solusi SDM untuk klien besar termasuk Temasek; dan Herry Gunawan (CTO), yang sebelumnya menjabat sebagai Head of Engineering di Ruangguru dan Lead Engineer di Tokopedia.

Platform Gajiku

Gajiku merupakan penyedia solusi penggajian dan manajemen pegawai yang memungkinkan karyawan mengakses gaji sesuai permintaan melalui pendekatan yang berpusat pada pemberi kerja. Gajiku menawarkan rangkaian lengkap proses manajemen karyawan untuk kehadiran, pencairan gaji, dan pelacakan KPI, membantu pemberi kerja mendigitalkan sumber daya manusia dan operasi akuntansi mereka.

Perusahaan umumnya bekerja sama dengan korporasi besar, seperti perusahaan ritel dan manufaktur besar dengan rata-rata lebih dari 1.500 karyawan per perusahaan. 90% dari karyawan terdaftar di Gajiku bertransaksi setidaknya satu bulan sekali melalui kemitraan dengan konglomerat dan perusahaan Indonesia.

Gajiku biasanya digunakan oleh perusahaan padat karya yang mempekerjakan ribuan pekerja kerah biru, yang sebagian besar dianggap tidak memiliki rekening bank dan mungkin bekerja dalam pengaturan informal. Literasi keuangan yang rendah di antara pekerja kerah biru Indonesia telah membuat mereka sangat rentan terhadap rentenir dan pemberi pinjaman predator lainnya.

Para pekerja ini kemungkinan besar hidup dari gaji ke gaji atau cenderung menghilang di tempat kerja karena tekanan keuangan yang sangat besar. Dengan menawarkan layanan penggajian sesuai permintaan Gajiku, pemberi kerja dapat memberikan penyelamat bagi karyawan, membantu mereka meringankan tekanan keuangan dan mengurangi pergantian karyawan.

Dengan menggabungkan akses upah yang diperoleh dengan sumber daya manusia dan layanan pembiayaan, Gajiku mampu menyediakan rangkaian lengkap layanan yang meningkatkan efisiensi bisnis, mengurangi pergantian karyawan, dan memberikan kesejahteraan finansial bagi kelas pekerja Indonesia.

“Tenaga kerja kerah biru Indonesia memiliki potensi yang sangat besar, bila dibantu dengan alat dan kesempatan yang tepat untuk berkembang. Dengan semakin banyaknya bisnis yang melihat Indonesia sebagai bagian dari rantai pasokan global, kami bekerja sama dengan pemberi kerja untuk meningkatkan manajemen karyawan, sekaligus memastikan bahwa karyawan mereka berada dalam posisi keuangan terbaik untuk sukses,” ucap Co-founder dan CEO Gajiku Sherman Tanuwidjaja dalam keterangan resmi, Kamis (27/1).

Managing Partner AC Ventures Adrian Li menambahkan, mengingat pekerja Indonesia sering menandatangani perjanjian informal, manajemen karyawan merupakan prioritas utama bagi bisnis dalam meningkatkan efisiensi dan mengurangi pergantian.

Dia percaya bahwa pendekatan yang berpusat pada perusahaan oleh Gajiku akan memungkinkan para pemberi kerja untuk memberikan dampak positif bagi sebagian besar karyawan melalui akses upah yang lebih awal (EWA) dan kemungkinan layanan keuangan lainnya. “Kami sangat bersemangat untuk mendukung tim Gajiku saat mereka mengubah cara masuk yang besar prises mengelola karyawannya di Indonesia,” kata Li.

Faktor pendorong kehadiran EWA

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa startup yang spesifik menyediakan solusi EWA. Mereka adalah GajiGesa, Gigacover, wagely, KoinGaji (dari KoinWorks), dan HaloGaji (dari Halofina). Kehadiran EWA ini merupakan adopsi dari solusi serupa yang sebelumnya sudah hadir di negara maju.

Faktor pendorongnya, karena uang adalah sumber utama faktor stres di Indonesia, mengutip dari Health Living Index yang diterbitkan oleh AIA. Keuangan rumah tangga menyebabkan orang Indonesia lebih stres daripada pekerjaan, hubungan, atau bahkan kesehatan fisik mereka.

Survei global lainnya yang diselenggarakan PwC pada 2019 menemukan bahwa sebanyak 67% pekerja melaporkan berjuang pada tekanan finansial, yang berarti lebih dari dua pertiga populasi pekerja rentan terhadap migrain, depresi, dan kecemasan. Banyak penelitian menyoroti efek stres keuangan karyawan terhadap kinerja bisnis.

Menurut PwC, pekerja menghabiskan tiga jam atau lebih per minggu untuk fokus pada masalah keuangan daripada pekerjaan mereka. Dari karyawan yang melaporkan stres keuangan, sebanyak 12% kehilangan pekerjaan karena masalah tersebut, dan 31% merasa produktivitas mereka terpengaruh. Satu dari tiga pekerja mengaku kurang produktif di tempat kerja karena stres finansial.

PwC memperkirakan bahwa untuk sebuah perusahaan dengan 10.000 pekerja, semua masalah yang berkaitan dengan tekanan keuangan ini dapat menelan biaya hingga $3,3 juta dalam satu tahun.

Di Indonesia sendiri, pekerja kelas menengah ke bawah masih mendominasi dari kelas pekerja. Bank Dunia mencatat dari total 85 juta penerima pendapatan yang meliputi, pegawai, pekerja kasual, dan wiraswasta, hanya 13 juta pekerja atau 15% yang memiliki pendapatan cukup untuk membiayai kehidupan kelas menengah dengan empat anggota keluarga.

Dari kelompok tersebut, hanya 3,5 juta atau 4% pekerja dengan pendapatan setara kelas menengah sekaligus menikmati manfaat sosial secara utuh dan memiliki status pegawai tetap.

Aruna Umumkan Tambahan Pendanaan Seri A 431 Miliar Rupiah

Aruna mengumumkan perolehan pendanaan tambahan untuk putaran seri A senilai $30 juta atau sekitar 431 miliar Rupiah yang dipimpin Vertex Ventures. Turut bergabung sejumlah investor sebelumnya seperti Prosus Ventures, AC Ventures, East Ventures (Growth Fund), Indogen Capital, SMDV, dan SIG Venture Capital.

Investasi baru ini membawakan total pendanaan seri A yang dihimpun Aruna mencapai $65 juta atau senilai 934 miliar Rupiah. Menurut data yang kami peroleh, saat ini valuasi Aruna sudah berada di kisaran lebih dari $200 juta.

Dana segar akan dimanfaatkan untuk menggenjot ekspansi ke berbagai daerah di Indonesia, sembari meningkatkan market share Aruna di pasar global. Selain itu, perusahaan akan memanfaatkan dana untuk merekrut talenta lokal dalam membangun teknologi dan infrastruktur perikanan berkelanjutan dari hulu ke hilir.

“Putaran pendanaan tambahan ini membuktikan kepercayaan investor kepada potensi Indonesia sebagai negara maritim terbesar sekaligus membuktikan kiprah Aruna sebagai pionir di sektor ini. Aruna berkomitmen untuk terus membangun dampak yang lebih luas bagi Indonesia, khususnya masyarakat pesisir,” ujar Co-Founder & CEO Aruna Farid Naufal Aslam.

Ia melanjutkan, “Ini sejalan dengan agenda pemerintah dalam mendorong perekonomian yang inklusif serta berkelanjutan dengan mendorong implementasi teknologi di seluruh penjuru tanah air. Visi kami adalah menargetkan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan kami berharap bisa mencapai ini dengan revolusi rantai pasok perikanan, membangun inklusi keuangan dan mendorong implementasi perikanan yang berkelanjutan,”

Pada tahun 2021, Aruna telah membangun 100 komunitas nelayan dengan lebih dari 26 ribu nelayan terdaftar. Selain itu mereka juga telah membuka 5 ribu lowongan pekerjaan di daerah rural, khususnya pesisir. Tahun lalu, mereka juga menjual hasil tangkapan nelayan sebesar 44 juta kilogram ke lebih dari 8 negara. Hingga saat ini, Aruna telah beroperasi di 27 provinsi di seluruh Indonesia.

Kencangkan model bisnis B2B dan B2C

Produk olahan yang dikelola Aruna / Aruna

Berdiri sejak 2016, Aruna berperan sebagai one-stop-shop dan agregator perikanan untuk mengefisienkan rantai pasok produk perikanan dari nelayan ke pasar global. Sejak 5 tahun terakhir secara bisnis Aruna mengklaim telah mengalami peningkatan hingga 400x lipat.

Layanan andalan mereka adalah penjualan produk tangkapan nelayan. Sistem Aruna memungkinkan bisnis untuk melakukan pemesanan dalam jumlah besar (B2B) — termasuk untuk tujuan ekspor ke luar neger.

Selain itu, kini mereka juga melayani pemesanan personal untuk jumlah yang lebih kecil (B2C). Selain ikan segar, Aruna juga mulai merambah produk olahan dengan memberdayakan masyarakat rural dengan agenda untuk turut meningkatkan perekonomian masyarakat pesisir.

“Misi kami adalah menjadikan laut sebagai sumber kehidupan yang lebih baik bagi semua dengan kampanye Sea For All. Kami berkomitmen dalam membangun infrastruktur yang mendukung perikanan yang berkelanjutan, karena kami yakin bahwa profit akan dapat diraih dengan menyeimbangkan antara manusia dan juga lingkungan” ujar Co-Founder & Chief Sustainability Officer Aruna Utari Octavianty.

Startup di bidang perikanan mendapat atensi investor

Sebagai negara maritim, ukuran pangsa pasar perikanan di Indonesia memang sangat besar. Digitalisasi yang mulai terlihat matang juga menjadikan kepercayaan tersendiri bagi para investor untuk mendukung startup yang memiliki visi untuk mendemokratisasi sektor tersebut.

Awal tahun ini eFishery juga baru mendapatkan pendanaan senilai 1,2 triliun Rupiah. Seperti diketahui, eFishery mengembangkan sejumlah alat teknologi dan sistem rantai pasok digital untuk membantu pembudidaya ikan/udang meningkatkan bisnis mereka. JALA Tech juga pada November 2021 mengumumkan pendanaan 85,7 miliar Rupiah dari sejumlah impact investor. Dan satu bulan sebelumnya, DELOS mendapatkan pendanaan awal dari Arise dan MDI Ventures.

 

Application Information Will Show Up Here