Moka Terima Pendanaan Seri B Senilai 355 Miliar Rupiah

Startup SaaS Moka mengumumkan perolehan pendanaan seri B senilai US$24 juta (sekitar Rp355 miliar) yang dipimpin oleh Sequoia Capital India. Investor baru yang bergabung dalam putaran ini ada Softbank Korea, EDBI, dan EV Growth. Investor terdahulu yakni Mandiri Capital, Convergence, dan Fenox turut serta dalam putaran ini.

CEO dan Co-Founder Moka Haryanto Tanjo menuturkan, pendanaan tersebut mayoritas akan diarahkan ke pengembangan produk, seiring fokus Moka yang kini menempatkan diri sebagai platform one-stop-service untuk mitranya. Pasalnya tidak hanya bermain di Point of Sales (POS) saja, Moka telah merambah ke segmen pembayaran dan bantuan modal.

Di segmen pembayaran, Moka telah terintegrasi dengan OVO, TCASH, dan Akulaku. DANA dan Kredivo direncanakan menjadi partner berikutnya. Dengan kerja sama ini, seluruh merchant Moka dapat menerima pembayaran elektronik melalui aplikasi Moka.

Sementara untuk bantuan modal, Moka memiliki unit bisnis terbaru dinamai Moka Capital untuk memberikan kesempatan bagi merchant mendapatkan tambahan modal usaha. Moka Capital bertindak sebagai agregator yang menghubungkan merchant dengan pemain p2p lending yang sudah bermitra, yaitu KoinWorks, Taralite, dan Modalku.

Merchant bisa mengajukan pinjaman langsung dari dasbor dengan nominal pinjaman mulai dari 5 juta hingga 2 miliar Rupiah. Data penting soal kinerja usaha yang tersimpan dalam cloud Moka akan dipakai perusahaan p2p lending untuk mengukur risiko supaya tidak terjadi kredit macet.

“Kita baru memiliki 12 ribu merchant berlangganan di Moka, sementara ada jutaan pelaku usaha yang belum kita jangkau. Untuk short term kita mau fokus ke dalam negeri dulu, mungkin berikutnya ke arah regional bila ada peluang,” terang Haryanto, Rabu (12/9).

Ia melanjutkan, dana segar juga akan dipakai untuk merekrut talenta baru di bidang pemasaran dan teknologi. Saat ini Moka sudah memiliki 400 karyawan, ada kantor pemasaran tersebar di 25 kota, tim teknologi terpusat di Jakarta. Moka juga punya tim kecil untuk data dan teknologi di Singapura.

Perkembangan bisnis Moka

Moka Capital dan perluasan bisnis ke sistem pembayaran, sambung Haryanto, adalah cara Moka dalam menggaet merchant baru tidak hanya untuk skala UKM saja, namun kini sudah menyasar ke enterprise. Semakin tinggi skala bisnis suatu usaha, maka layanannya tentu akan lebih kompleks tidak sesederhana ketika masih jadi UKM.

Menurutnya, akan ada banyak produk yang akan diluncurkan Moka untuk melayani klien korporasi. Kendati demikian, ia enggan membeberkan lebih detail terkait hal tersebut, karena masih dalam tahap pengembangan.

Haryanto memastikan dari sekian banyak pengembangan produk yang sudah ada, tidak akan menggeser bisnis utama Moka sebagai pemain SaaS yang menyediakan mesin POS. Bisnis ini menjadi pintu masuk bagi para merchant sebelum menikmati seluruh pengembangan produk di luar POS.

“Jadi produk yang kita kembangkan itu hanya dikhususkan untuk para merchant yang sudah bergabung.”

Sejak Moka Capital di luncurkan dua bulan lalu, ia mengklaim telah memfasilitasi pinjaman ke 50 merchant tanpa menyebutkan nominal dana yang disalurkan. Moka akan terus menambah mitra p2p lending agar merchant bisa memiliki banyak opsi sebelum mengajukan pinjaman.

Soal kemungkinan Moka membangun badan usaha sendiri untuk Moka Capital, Haryanto menyebutkan untuk waktu dekat kemungkinan belum ada. Namun pada 2-3 tahun mendatang, ia terus membuka opsi apakah Moka Capital akan diseriusi lebih jauh.

“Untuk sekarang belum ke arah mau jadi perusahaan p2p tersendiri karena kita lihat sekarang bisa dilakukan lewat partner. Tapi dalam 2-3 tahun ke depan kami terus buka kemungkinan, apakah nantinya ada potensi yang bisa kita kerjakan di situ.”

Sejak awal berdiri tahun 2014, Moka mengawali bisnisnya dengan menghadirkan aplikasi POS dengan berbagai fitur yang memudahkan pelaku bisnis, meliputi loyalty program, ingredient inventory, serta fitur merchant intelligence yang dapat membantu menganalisis kinerja bisnis.

Moka tidak sendirian dalam menghadirkan layanannya, perusahaan bermitra dengan startup lainnya seperti Sleekr dan Jurnal untuk sistem akuntansi.

Terhitung Moka telah memiliki lebih dari 12 ribu merchant yang kebanyakan bergerak di bisnis kuliner, sisanya layanan jasa, dan ritel. Berhasil memproses lebih dari 100 juta transaksi dengan volume transaksi mencapai US$1 miliar (hampir 15 triliun Rupiah) per tahunnya.

Application Information Will Show Up Here

OVO Confirms Partnership with Bank Mandiri, Grab, Alfamart, and MOKA

Lippo Group’s digital wallet service OVO announces a strategic partnership with 4 popular brands in Indonesia. They are Bank Mandiri, Grab, MOKA, and Alfamart. Adrian Suherman, President Director of OVO, in his speech, said the strategic partnership is expected to increase new active users coming from related parties. In addition, OVO intends to be an open platform for public use.

“Cross-acceptance platform partnership held with Bank Mandiri allows users to experience features from each platform. OVO also provides convenience for the cash-in transaction in all Alfamart outlets.”

OVO expects to reach MOKA partners across 200 cities. As the point-of-sale service, MOKA is very useful for SMEs.

Extend partnership

ovooo

Within a year post-launching, OVO claims to have around 5-10 million active users. OVO Devices are available in 350 outlets in 212 cities. It’s still dominated by Jakartans, but users from Medan, Palembang, and Surabaya are getting increased. Extending partnership will OVO’s main focus in 2018.

“The interesting fact is one of the biggest malls in Surabaya, Tunjungan Plaza, is registered with the largest number of partners,” Suherman said.

P2P Scheme and QR Code

ovoooo2

One of the plans OVO’s currently developing is the peer-to-peer (P2P) scheme in-app. Regarding its implementation, Suherman confirms it’s currently in the development stage, and if it’s final, to be launched in Q4 2018.

“We surely will wait for the decision of Bank Indonesia regarding the license. If there’s no problem, It’ll be launched immediately,” he said.

The use of P2P will add to OVO’s implemented technology scheme. Currently, their team is implementing QR Code, as a payment method, aggressively.

PT Visionet International, the OVO’s legal entity, officially acquired the license from Bank Indonesia (BI) as e-money operator mid last year.

Grab and OVO

Ridzki Kramadibrata, Managing Director of Grab Indonesia said the strategic partnership will allow OVO users to make balance top-up directly via Grab drivers which already announced in early July.

He mentioned GrabPay as a payment channel. The payment can be done via cash, credit card, Mandiri E-Cash, and OVO.

Recently, OVO has appointed Jason Thompson as the CEO. He previously was the Head of GrabPay.

“Not only OVO, there are possibility to add partners for Grab’s payment options in the future,” he added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

OVO Tegaskan Kemitraan dengan Bank Mandiri, Grab, Alfamart, dan MOKA

Layanan digital wallet Lippo Group OVO hari ini mengumumkan kemitraan strategis dengan empat brand ternama di Indonesia. Mereka adalah Bank Mandiri, Grab, MOKA dan Alfamart. Dalam sambutannya Presiden Direktur OVO Adrian Suherman mengungkapkan kerja sama strategis ini diharapkan bisa menambah jumlah pengguna aktif OVO baru yang datang dari mitra terkait. Selain itu OVO juga ingin menjadi open platform yang bisa digunakan semua orang.

“Kemitraan cross acceptance platform yang terjalin dengan Bank Mandiri memungkinkan pengguna untuk menikmati fitur dari masing-masing platform. OVO juga memberikan kemudahan untuk transaksi cash-in di semua gerai Alfamart.”

Sementara itu, OVO juga berharap merangkul mitra MOKA yang sudah tersebar di 200 kota. Sebagai layanan point-of-sale, MOKA digunakan berbagai pelaku UKM, mulai dari food truck hingga toko pakaian.

Menambah jumlah mitra

Dalam waktu satu tahun sejak diluncurkan, OVO mengklaim telah memiliki sekitar 5-10 juta pengguna aktif. Perangkat OVO tersedia di 350 gerai di 212 kota. Meskipun masih didominasi pengguna Jakarta, namun saat ini jumlah pengguna dari Medan, Palembang, dan Surabaya mulai menyusul jumlahnya. Penambahan jumlah mitra akan menjadi fokus OVO sepanjang tahun 2018.

“Yang menjadi menarik adalah salah satu mall terbesar di Surabaya, yaitu Tunjungan Plaza, tercatat merupakan jumlah merchant terbanyak OVO,” kata Adrian.

Skema P2P dan QR Code

Salah satu rencana yang saat ini tengah dikembangkan OVO adalah skema peer-to-peer (P2P) dalam aplikasi. Disinggung seperti apa penerapannya nanti, Adrian menegaskan saat ini masih dalam tahap pengembangan dan jika sudah final akan diluncurkan pada Q4 2018.

“Tentunya kita akan menunggu keputusan Bank Indonesia soal lisensi tersebut. Jika sudah dapat lampu hijau akan kita luncurkan segera,” kata Adrian.

Penggunaan P2P akan menambah skema teknologi yang diterapkan OVO. Saat ini pihaknya gencar menerapkan penggunaan QR code sebagai cara pembayaran.

PT Visionet Internasional, pemegang brand aplikasi OVO, resmi mendapatkan izin Bank Indonesia (BI) sebagai penyelenggara uang elektronik (e-money) pertengahan tahun lalu.

Grab dan OVO

Managing Director Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menyebutkan kerja sama strategis yang terjalin memungkinkan pengguna OVO melakukan top up saldo langsung melalui mitra pengemudi Grab yang sudah diperkenalkan awal Juli lalu.

Ridzki menegaskan GrabPay adalah nama kanal pembayaran. Pembayarannya sendiri bisa menggunakan uang tunai, kartu kredit, Mandiri E-Cash, dan OVO.

OVO sendiri baru saja mengangkat Jason Thompson sebagai CEO OVO. Jason sebelumnya adalah Head of GrabPay.

“Bukan hanya dengan OVO. Ada kemungkinan ke depannya kami akan menambah jumlah mitra untuk pilihan pembayaran di Grab,” kata Ridzki.

Application Information Will Show Up Here

Moka Terintegrasi dengan Layanan OVO, TCASH, dan DANA

Moka sebagai startup penyedia layanan point-of-sale (POS) berbasis cloud mengumumkan kerja sama strategis bersama OVO, TCASH dan DANA untuk integrasi sistem pembayaran. Kini merchant yang berlangganan Moka bisa memanfaatkan layanan penjualan sekaligus pembayaran terpadu di satu platform.

Kerja sama tersebut dinilai Co-Founder & CEO Moka, Heryanto Tanjo, sebagai langkah konkret bagi startupnya dalam memasuki babak baru di industri point-of-sale Indonesia. Implementasi e-payment diharapkan dapat memobilisasi pelanggan untuk lebih nyaman bertransaksi, sehingga memberikan dampak baik kepada merchant itu sendiri.

Dengan adanya pembaruan sistem, Moka juga berambisi untuk memperluas jangkauan pelayanan di seluruh Indonesia. Hingga saat ini Moka telah menjangkau lebih dari 10 ribu pengguna di berbagai wilayah di Indonesia. Pada tahun 2017 tercatat terdapat lebih dari 50 juta transaksi senilai $600 juta.

“Besar harapan kami agar integrasi inovatif ini bisa menjadi solusi bagi pelaku bisnis untuk terus meningkatkan skala bisnisnya. Kami berkomitmen agar selalu memberikan solusi teknologi terbaik bagi seluruh merchant, dan memperluas pelayanan lainnya agar pelaku bisnis dapat tumbuh bersama Moka,” ujar Heryanto.

Layanan e-payment yang digandeng Moka merupakan yang cukup bertumbuh saat ini. Sebaran pengguna OVO mencapai 9,5 juta pengguna, sementara TCASH sudah mencapai 20 juta pengguna tersebar di seluruh Indonesia.

Untuk saat ini yang sudah terintegrasi dan bisa digunakan secara penuh untuk pembayaran di Moka adalah layanan OVO, sementara untuk TCASH dan DANA akan segera menyusul dalam waktu dekat.

“Kemitraan dengan Moka adalah kerja sama yang menguntungkan kedua belah pihak, di mana dapat membantu kami memperluas jangkauan layanan OVO di gerai fisik serta meningkatkan transaksi. Selain itu, kami juga memiliki tujuan untuk mendukung para pemilik bisnis dengan memberi akses akan pelanggan berkualitas dan memungkinkan pembayaran elektronik, loyalty points, dan penawaran eksklusif secara lebih mudah,” ujar Adrian Suherman, Presiden Direktur OVO.

Layanan Moka sendiri sudah dihadirkan sejak tahun 2014 dalam bentuk SaaS (Software as a Services). Beberapa layanan yang disuguhkan untuk pelaku bisnis (khususnya UKM) meliputi fitur adubustrasu penjualan, inventaris, operasional, loyalty program untuk pelanggan, ingredient inventory, hingga fitur merchant intelligence yang dapat membantu merchant untuk menganalisis kinerja bisnis.

Application Information Will Show Up Here

Layanan yang Membantu Berjualan di Era Digital

Saat ini banyak sekali startup yang menghadirkan solusi untuk masalah yang ada di sekitar kita. Jika Anda seorang penjual yang ingin berjualan offline maupun online dan membutuhkan bantuan kemajuan teknologi, berikut beberapa hal yang kini bisa dioptimalkan atau dimudahkan dengan adanya layanan-layanan dari startup atau yang dikenal sebagai perusahaan teknologi.

Kemudahan akses modal

Modal adalah sesuatu yang kerap menjadi masalah bagi bisnis dan para penjual, terlebih modal finansial. Secara konvensional para pebisnis mengandalkan layanan perbankan untuk mencari modal namun berkat teknologi digital modal bisa diakses dengan lebih mudah.

Layanan sepeti KoinWorks, Modalku, Sofis, Amartha hingga UangTeman merupakan layanan yang telah menghadirkan solusi untuk memudahkan mendapatkan modal. Para penjual bisa mengajukan pinjaman ke layanan-layanan tersebut dengan nominal yang bisa disesuaikan setelah penjual melengkapi berkas pengajuan pinjaman. Selain mudah layanan peminjaman yang dikenal dengan istilah peer to peer lending (P2P) memiliki fleksibilitas bentuk pinjaman termasuk memudahkan dalam membayar cicilan yang telah ditentukan. Semua bisa dilakukan di mana saja melalui teknologi digital yang dikembangkan layanan-layanan tersebut.

Pemasaran

Sebagai penjual, baik offline maupun online memasarkan produknya merupakan sebuah tantangan. Memilih strategi yang tepat untuk meningkatkan konversi dari target pemasaran menjadi pengguna adalah pekerjaan rumah yang tidak mudah. Butuh perhitungan, butuh alat dan butuh data-data yang valid untuk menghindarkan dari pemasaran yang sia-sia.

Dari sekian banyak cara memasarkan barang ada beberapa startup asal Indonesia yang memiliki solusi untuk pemasaran yang unik dan menjanjikan kualitas jangkauan yang baik. Layanan tersebut adalah layanan iklan yang dipasang di kendaraan, baik mobil atau motor. Namun untuk kemudahan pengelolaan dan pembayaran disuguhkan dalam bentuk dashboard digital yang bisa diakses dengan mudah sehingga pengelolaan iklan dan laporannya bisa terukur dengan baik.

Tercatat startup seperti Sticar, Promogo, StickEarn, Klana, HipCar memberikan opsi pemasaran atau iklan melalui armada mobil dari mitra yang tergabung di masing-masing. Sementara layanan sepeti Karsa menawarkan iklan yang ditempel di kendaraan roda dua.

Ada beberapa keunggulan yang ditawarkan masing-masing. Namun tiga hal utama yang ditawarkan yakni kemudahan pengajuan iklan, iklan yang bisa dipantau dan sistem laporan efektivitas iklan yang ditayangkan yang bisa jadi bahan pertimbangan penjual. Semua dikembangkan dengan pendekatan teknologi.

Contoh lain dari pemasaran yang berkembang di era teknologi adalah hadirnya media sosial. Facebook, Instagram, dan Twitter masih menjadi sarana yang cukup seru untuk menjangkau target pasar.

Penjualan dan pengelolaan barang

Berjualan offline maupun online tentu membutuhkan usaha yang cukup banyak untuk mendata atau mengelola barang dan menjualnya. Untuk memudahkan hal tersebut, dari segi administrasi atau pencatatan banyak startup asal Indonesia yang menghadirkan solusi yang bisa jadi pilihan.

Untuk mereka yang berjualan offline dan online, startup seperti Jubelio dan Jualio mungkin bisa menjadi pilihan. Jubelio misalnya, menyuguhkan layanan terintegrasi untuk memudahkan berjualan online di banyak tempat atau marketplace. Dengan Jubelio penjual bisa memantau dan mengelola jualan mereka di banyak marketplace sekaligus. Termasuk bagaimana mengelola barang-barang yang ada di gudang. Sistem real time yang ditawarkan juga sangat bermanfaat untuk sinkronisasi stok barang.

Solusi yang cukup menarik lainnya juga ditawarkan oleh Jualio. Mengusung konsep membantu penjual menjualkan barangnya Jualio memberikan solusi yang memungkinkan pengguna menjual dan bertransaksi melalu media sosial. Jualio di awal tahun ini bahkan dikabarkan tengah menyiapkan chatbot dan platform berjualan melalui instagram. Teknologi-teknologi yang tentu akan membantu para penjual-penjual di era digital.  Dan mungkin banyak lagi startup yang bermanfaat dalam hal pengelolaan barang dan penjualan yang muncul di kemudian hari.

Pencatatan dan operasional

Selain bermanfaat bagi penjual yang menjual barang secara online banyak juga startup asal Indonesia yang mendesain solusi untuk para penjual offline. Solusi tersebut kebanyakan hadir dari segi pencatatan atau administrasi dan operasional. Kebanyakan saat ini yang ada mulai menggunakan teknologi cloud untuk memudahkan integrasi apabila penjual memiliki cabang dan semacamnya. Sistem pencatatan atau administrasi penjualan sering juga disebut dengan Point of Sales (POS).

Di Indonesia produk POS ini sudah mulai banyak pilihan, tercatat nama-nama seperti NADIPOS, Jurnal, Zahir, Moka Pos, dan beberapa lainnya. Selain itu juga ada Turboly yang menyediakan sistem POS, stok, suplier, sistem akuntansi dan CRM (customer relationship management). Ada juga Sleekr yang menyediakan pilihan untuk menangani pengelolaan karyawan dan akuntansi. Atau Ukirama, startup yang menyuguhkan sistem ERP yang lengkap termasuk untuk urusan pembayaran karyawan.

Sistem POS dan beberapa fitur lainnya yang usung startup ini biasanya memudahkan para pengguna yang umumnya penjual untuk memantau penjualannya di lebih dari satu tempat atau cabang. Kemudahan itulah yang menjadi dasar keunggulan startup-startup di segmen POS.

Optimasi kepuasan pelanggan

Proses transaksi yang mudah mungkin menjadi kunci bagi para penjual. Untuk hal tersebut mungkin Prism masih menjadi unggulan. Menyediakan solusi chat to buy Prism memungkinkan pembeli membeli dan melakukan transaksi via chat. Ini tentu sangat efektif bagi penjual. Selain pengalaman pengguna pengelolaan transaksi juga dimudahkan. Salah satu keseriusan Prism di segmen ini adalah mengeluarkan aplikasi papan ketik untuk memudahkan pengelolaan nomor rekening yang bermanfaat bagi para penjual online. Fitur di papan tersebut bisa meringkas cara penjual menangani pembeli melalui smartphone mereka.

Startup lainnya yang tak kalah berguna untuk pembayaran adalah Flip. Konsepnya sederhana, Flip membantu para penjual memangkas biaya transfer antar bank. Selain berguna bagi penjual layanan ini juga bermanfaat bagi pembeli. Dengan Flip baik penjual maupun pembeli bisa menghemat untuk keperluan masing-masing.

Selanjutnya adalah pelayanan pelanggan, bagaimana penjual bisa tetap melayani pembeli 24 jam non stop. Salah satu teknologi terkini yang bisa diimplementasikan adalah teknologi chatbot. Dengan teknologi ini menjual bisa memberikan pengalaman bertransaksi melalui pesan singkat yang dilakukan secara otomatis kepada pelanggan. Pengalaman dan penghematan biaya menjadi salah satu keunggulannya.

Untuk berinvestasi di layanan ini butuh cukup pengetahuan dan biaya. Untuk itu ChatzBro dan juga EVA melihat ini sebagai peluang. Keduanya sama-sama menyuguhkan kemudahan bagi para penjual untuk membantun chatbot yang bisa diimplementasikan di beberapa platform pesan instan populer yang ada.

Pertumbuhan Bisnis Moka POS Terdorong Inovasi Produk Berkelanjutan

Sejak berdiri dari tahun 2015 sebagai pengembang SaaS (Software as a Services) untuk sistem Point of Sale (POS), Moka mencatat pertumbuhan bisnis yang cukup meyakinkan. Per akhir tahun 2016, setidaknya ada lebih dari 5000 usaha, baik berupa cafe ataupun usaha ritel yang memanfaatkan jasanya untuk sistem pencatatan transaksi pembelian. Sementara hingga pertengahan tahun 2017 ini tercatat sudah ada sekitar 8000 merchant yang menggunakan layanannya di seluruh wilayah Indonesia.

Moka POS mengklaim sudah berhasil membangun ekosistem pelanggan di berbagai kota, seperti di Jakarta, Medan, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Balikpapan, Samarinda, Bali, dan Makassar. Salah satu yang dilakukan Moka untuk bisa scale up sejauh ini ialah menghadirkan produk intuitif yang mudah digunakan dan diadaptasi pengguna.

Bayangkan saja jika outlet harus memesan pengembangan aplikasi untuk mencatat dan mengelola transaksi harian, investasi yang dibutuhkan tidak kecil. Moka hadir dengan sistem berlangganan bulanan, yang membuat outlet tersebut lebih fleksibel. Terlebih layanan POS yang ditawarkan Moka berbasis mobile, bisa berjalan di platform iOS dan Android. Namun solusi praktis saja ternyata tidak cukup, perlu pendekatan lain yang dilakukan agar produk selalu tampil memuaskan pelanggannya.

Pembaruan fitur untuk memaksimalkan pengalaman pengguna

Setelah fitur Cost of Goods Sold yang diluncurkan bulan lalu untuk mengetahui harga pokok penjualan, hari ini Moka kembali merilis fitur baru yakni Moka Loyalty Program. Fitur ini didesain agar merchant dapat meningkatkan traksi penjualan dengan memberikan apresiasi kepada konsumen setia mereka. Sistem tersebut memungkinkan merchant memilih model layanan loyalitas, misalnya melalui poin atau reward untuk setiap transaksi. Kehadiran fitur ini diharapkan akan meningkatkan omset penjualan hingga 30 persen.

Pendekatan berbasis produk ini juga yang membuat Moka tetap mampu berdiri tegak mengembangkan bisnis, di tengah berbagai jenis layanan digital baru yang terus menggempur. Pihak Moka meyakini, selama inovasi dijalankan secara berkelanjutan maka akan memberikan kepuasan kepada pelanggan dan memberikan dampak baik pada bisnis.

Sejatinya pendekatan seperti ini bisa diaplikasikan untuk berbagai jenis startup digital. Roadmap produk harus selalu menjadi prioritas founder untuk didefinisikan dengan baik. Seiring dengan kebutuhan transformasi digital para konsumen, berbagai penyesuaian harus rutin dilakukan, karena teknologi bersifat cukup dinamis. Selalu berubah-ubah mengikuti kebutuhan pangsa pasar.

Melihat lanskap pembayaran digital saat ini, pemain seperti Moka juga dihadapkan dengan persaingan yang cukup ketat. Misalnya dengan sistem pembayaran yang disediakan oleh provider telekomunikasi atau penyedia layanan on-demand yang kian gencar melakukan integrasi di sana-sini.

“Moka optimis bahwa layanan yang diberikan oleh provider bukanlah sebuah ancaman, namun hal itu malah membuat Moka semakin jeli untuk meningkatkan kualitas produk dibarengi dengan berbagai macam kerja sama yang menggandeng produk dari provider tersebut. Terbukti saat ini Moka sedang menjalin kerja sama dengan salah satu provider terkemuka di Indonesia, dan sedang berjalan juga roadshow di berbagai kota di Indonesia untuk memberikan informasi mengenai produk Moka yang di-bundling dengan fasilitas dari provider untuk Small Medium Enterprise,” terang PR Moka Athalia Damaria.

Application Information Will Show Up Here

Daftar Startup Indonesia di Bidang SaaS (UPDATE)

Software as a Services (SaaS) menjadi varian produk teknologi yang kini banyak digandrungi, baik oleh pengguna personal ataupun bisnis. SaaS merupakan varian produk perangkat lunak yang dapat digunakan secara langsung oleh pengguna, tanpa perlu adanya instalasi secara rumit. Umumnya saat ini produk SaaS diakses secara online –baik langsung menggunakan peramban ataupun melalui medium aplikasi, dan dikemas dalam bentuk berlangganan.

Ada dua faktor utama yang menjadi pendukung akan melejitnya SaaS. Faktor pertama dari sudut pandang konsumen, penetrasi internet dan perangkat pendukung menjadi pendongkrak utama. Kemudian faktor kedua ialah dari sudut pandang pengembang, fleksibilitas layanan komputasi awan sangat mendukung penguatan berbagai unsur teknis.

Di Indonesia, startup digital yang mengembangkan produk berjenis SaaS tidak sedikit. Beragam kebutuhan –khususnya berkaitan dengan pengelolaan keuangan dan sumber daya manusia—mulai difasilitasi dengan teknologi berbasis aplikasi. DailySocial mencoba merangkum startup-startup tersebut dalam sebuah daftar startup Indonesia di bidang SaaS.

AkuntansiOnline

Sesuai namanya, layanan ini menawarkan sistem akuntansi virtual yang dapat diakses melalui aplikasi online. Startup yang digagas bersama PT Zahir Internasional ini tidak hanya menyediakan aplikasi perhitungan semata, namun di dalam layanannya juga disematkan dukungan konsultasi pendampingan. Tepatnya ada tiga bidang pekerjaan yang coba difasilitasi AkuntansiOnline. Pertama berkaitan dengan pembuatan SOP bisnis dan sistem akuntansi perkantoran. Kedua berkaitan dengan konsultasi bisnis. Dan yang ketiga berkaitan dengan jasa pembuatan laporan keuangan.

Amplifia

Startup ini menyajikan sebuah platform employee advocacy yang mencoba percaya bahwa suara karyawan sebuah perusahaan dapat menjadi alternatif periklanan yang lebih efisien. Hal ini didasari dengan tren –khususnya di wilayah Amerika Serikat—bahwa employee advocacy sudah menjadi model baru dari marketing automation. Advocacy marketing sebenarnya punya kekuatan yang mampu memperkuat brand melalui media sosial. Sistem Amplifia mendesain karyawan perusahaan berperan langsung di dalam proses tersebut.

Application Information Will Show Up Here

 

Eresto

Eresto merupakan solusi end-to-end untuk manajemen restoran. Untuk kebutuhan konsumen, Eresto menyediakan fitur self-order. Para pengunjung bisa melakukan pemesanan dan pembayaran dari meja masing-masing. Sedangkan di sisi pengelola restoran, Eresto disebutkan bisa digunakan mulai hulu hingga hilir, termasuk manajemen pemesanan, pengaturan inventaris barang, sampai sistem pencatatan keuangan. Sistem ini bisa dijalankan di cloud secara total maupun secara hybrid, sehingga kendala infrastruktur internet tidak menjadi masalah mendasar.

Exquisite Informatics

Startup yang berdiri sejak Oktober 2016 ini menyediakan layanan analisis data dan pengembangan platform data untuk korporasi. Saat ini telah menangani beberapa bidang bisnis, mulai dari perbankan, medis, ritel hingga perusahaan energi. Produk Exquisite Informatics memungkinkan data dari berbagai sumber untuk disatukan dan direstrukturisasi, sehingga memudahkan proses visual dan analisis terjadi dalam satu dasbor terpadu.

Selain produk berupa SaaS, Exquisite Informatics juga menyediakan layanan pengembangan dan konfigurasi infrastruktur server. Hal ini mengingat banyak perusahaan yang butuh comply dengan memiliki pusat data on-premise untuk server yang menampung data konsumen Indonesia.

Gadjian

Layanan yang disajikan ialah untuk pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Berbagai dukungan dihadirkan dalam layanan berbasis web dan aplikasi mobile, yang paling anyar ialah kemampuan untuk mengelola presensi pegawai. Platform Gadjian juga memberikan fungsionalitas untuk perusahaan dalam memonitor karyawan yang bekerja di luar kantor. Fungsi dasarnya mengelola kebutuhan HRD secara menyeluruh, termasuk penggajian, lembur, cuti dan sebagainya. Diharapkan seluruh fitur tersebut dapat memudahkan pengelolaan karyawan di perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang, karyawan dengan mobilitas tinggi, atau bekerja jarak jauh (remote).

Application Information Will Show Up Here

 

GDIAnalytics

Dikembangkan oleh GDILab, produk analitik GDIAnalytics mencoba membantu UMKM dengan sebuah sistem terpadu untuk memantau dan menganalisis performa pemasaran yang dilakukan melalui kanal Twitter, Facebook dan Instagram. Cara kerjanya platform ini mengelola unstructured data yang berpotensi menjadi digital market insight. GDIAnalytics merupakan perpaduan dua produk yang diciptakan sebelumnya yaitu Polaris dan Iris.

Handl (Tidak Aktif)

Handl merupakan platform manajemen acara. Menyediakan banyak fitur, mulai dari kanal pendaftaran, monetisasi hingga pengelolaan peserta. Proses kerjanya secara sederhana peserta dapat langsung melakukan registrasi secara online dan data akan terekap dalam basis data penyelenggara. Penyelenggara dapat mengawasi aliran pemasukan pembayaran tiket mulai dari pendaftaran hingga pencairannya setiap waktunya. Handl sudah mendukung alternatif pembayaran yang variatif mulai dari transfer bank, kartu kredit, dan offline melalui mini-market.

Jubelio

Jubelio adalah layanan omni-channel memungkinkan penjual online mengelola produk dan transaksi dari berbagai marketplace di satu dasbor. Selain layanan manajemen stok barang dan transaksi, Jubelio juga terintegrasi dengan sebuah layanan Point of Sale (POS), Accounting, dan Webstore. Yang saat ini juga tengah dikembangkan ialah integrasi layanan pelanggan secara terpusat.

Jurnal

Jurnal menjadi sebuah platform akuntansi berbasis komputasi awan dengan beragam fitur yang mampu mengakomodasi berbagai tugas. Beberapa tugas tersebut termasuk pengelolaan faktur, pengelolaan biaya, pengelolaan stok barang, hingga pelaporan dalam jurnal akuntansi bisnis. Ditambah fitur seperti manajemen aset otomatis, inventori & multi-gudang, serta beragam fitur lainnya untuk menunjang kinerja pebisnis agar lebih profesional sehingga relasi dan kepercayaan dengan pelanggan dan juga pemasok dapat dengan mudah dijalin.

Application Information Will Show Up Here

 

Jojonomic

Dari awal dikembangkan, Jojonomic telah berkembang dari layanan perencanaan keuangan individu ke platform reimburse karyawan. Reimbursement manual dapat sangat menyulitkan, tetapi Jojonomic membantu untuk digitalisasi proses tersebut sehingga pelaku bisnis dapat dengan cepat dan mudah menyetujui dan melakukan kontrol biaya yang dikeluarkan karyawan mereka. Startup ini mencoba membantu perusahaan untuk menyelesaikan tantangan tersebut menggunakan teknologi berbasis komputasi awan dan OCR (Optical Character Recognition).

Application Information Will Show Up Here

 

Kata.ai

Kata.ai merupakan sebuah conversational platform dikembangkan dengan teknologi Artificial Intelligence (AI) guna menghubungkan brand dengan konsumen secara lebih efektif. Kata.ai menawarkan Dialogue Engine dengan Natural Language Processing yang memungkinkan pelaku bisnis mewujudkan persona brand melalui chatbot yang dapat melakukan beragam aktivitas meliputi pemasaran produk, transaksi jual-beli, hingga pengumpulan data perilaku konsumen melalui media sosial dan messaging app yang populer digunakan.

Kofera

Kofera adalah platform otomasi pemasaran berbasis AI dan machine learning. Tujuannya untuk membantu perusahaan mengeluarkan biaya pemasaran yang efisien dan menjalankan kampanye pemasaran yang efektif. Pembuatan campaign, monitoring dan optimasi sudah terintegrasi dengan teknologi machine learning, sehingga pelaku usaha cukup memberikan data produk dan tujuan bisnis untuk beriklan secara online. Harapannya, dengan Kofera, pelaku bisnis yang awam sekalipun dapat beriklan secara online dengan mudah dan tepat sasaran.

Konektifa

Layanan ini menangani proses inventori secara digital, khususnya bagi UMKM yang belum mendalami betul tentang bagaimana mengaitkan proses inventori dengan manajemen bisnis guna memonitor seluruh kegiatan usaha sebelum melangkah ke keputusan selanjutnya. Menggunakan Konektifa pemilik bisnis bisa memonitor administrasi usahanya mulai dari rekap kegiatan bisnis dalam satu laporan terpadu, catatan transaksi penjualan dan pembelian, data konsumen dan penyuplai, dan lainnya.

MailTarget

MailTarget adalah aplikasi online yang didesain untuk membantu bisnis melakukan pemasaran melalui kanal email. Saat ini layanan otomasi email untuk pemasaran masih menjadi fokus MailTarget. Layanan ini juga dilengkapi dengan fitur Social Media Management. Untuk bersaing dengan produk-produk luar negeri ada sejumlah keunggulan yang coba dihadirkan dalam platform MailTarget.

Contact Management dan Email Automation dengan sistem labeling akan memudahkan pengguna MailTarget dalam melakukan segmentasi pengguna. Ditambah lagi dengan kapabilitas analisis dan fitur laporan kampanye yang mendalam. Dengan ragam fitur tersebut MailTarget percaya diri bisa menjadi salah satu layanan email marketing lokal yang terpercaya.

Moka

Startup ini menyediakan layanan kasir (atau POS – Point of Sale) berbasis aplikasi. Dengan produk andalannya mPOS, Moka memfokuskan diri untuk menyasar segmentasi bisnis UMKM. Melalui sistemnya Moka merampingkan proses bisnis, menambah efisiensi dan memberikan pemilik ritel tradisional visibilitas yang lebih baik untuk bisnis mereka. Layanan Moka juga memudahkan ritel UMKM dengan mudah mendapatkan akses pembayaran cashless melalui kartu kredit dan kartu debit.

Application Information Will Show Up Here

 

NadiPOS

Mengandalkan teknologi komputasi awan, platform manajemen untuk restoran, food-truck dan bisnis F&B lainnya, NadiPOS menyediakan layanan terpadu untuk memudahkan pengaturan sistem pembayaran dan keuangan. Prosesnya dengan menghubungkan beberapa perangkat, kemudian informasi dari perangkat dapat dikirim ke back-office untuk dilakukan analisis penjualan, inventaris, pelanggan, staf, dan keuangan secara langsung.

Application Information Will Show Up Here

 

NoLimit

Didirikan sejak tahun 2010, NoLimit merupakan layanan SaaS berplatform big data untuk monitor dan analisis media sosial. Saat ini startup asal Bandung tersebut memiliki tiga pilar produk utama, yakni: (1) NoLimit Dashboard, (2) NoLimit Care, dan (3) Online Loyalty. Sistem dasbor membantu pengguna memantau dan menganalisis informasi yang disajikan dari media sosial. Termasuk memahami konsumen internet (warganet) dan kampanye online yang dilakukan kompetitor.

NoLimit Care menyajikan aplikasi yang membantu bisnis memiliki kanal terpadu untuk mengadakan layanan pelanggan melalui media sosial, termasuk via Facebook, Twitter, Instagram dan aplikasi chatting. Sementara itu Online Loyality adalah platform yang membantu meningkatkan keterlibatan warganet terhadap kampanye online yang dilakukan oleh brand. Saat ini kliennya sudah hadir dari berbagai vertikal industri, mulai dari perusahaan telekomunikasi, logistik, finansial hingga pemerintahan.

 

Nusatalent

Nusatalent memiliki dua produk yang dikhususkan untuk mendukung kebutuhan tim SDM di perkantoran. Pertama adalah layanan head hunting yang dikembangkan untuk membantu tim HR melakukan pencarian kandidat, interview kandidat, dan akhirnya memberikan rekomendasi kepada tim HR kandidat yang cocok.

Produk kedua adalah sebuah perangkat lunak untuk membantu tim HR membuat rencana perekrutan dan menggunakan basis data NusaTalent untuk mencari kandidat yang cocok dengan filter-filter yang ada.

OnlinePajak

OnlinePajak diluncurkan untuk memudahkan kegiatan perpajakan untuk UKM dengan sistem yang dijalankan secara online. Kegiatan pencatatan perpajakan yang diakomodasi cukup lengkap, mulai dari perpajakan badan usaha hingga perpajakan pribadi/karyawan. Saat ini OnlinePajak juga telah memiliki API untuk memudahkan beragam transaksi online mengatur otomatis pajak yang harus ditanggung.

Paper.id

Paper.id adalah startup yang menyediakan layanan invoicing (penagihan), akuntansi, dan inventory. Memungkinkan pelaku usaha membuat laporan keuangan di berbagai perangkat dan menyediakan analisis sehingga mereka bisa mengetahui semua hal tentang keuangan perusahaan (arus kas, inventaris, dan lainnya) secara real time.

Application Information Will Show Up Here

 

Pawoon

Pawoon adalah sebuah aplikasi kasir berbasis komputasi awan yang dapat memantau penjualan yang terjadi dan bisa dilakukan di mana saja secara real-time. Saat ini platform Pawoon telah mendukung kebutuhan untuk berbagai jenis bisnis, mulai dari kedai kopi, ritel, butik, restoran, hingga pameran. Fitur di dalamnya termasuk manajemen inventori terpadu dan sistem pelaporan bisnis. Pawoon ditujukan untuk pasar bisnis kecil dan menengah, sembari memberikan alternatif perangkat lunak dengan harga terjangkau.

Application Information Will Show Up Here

 

Quintal

Layanan Quintal terdiri dari beberapa sistem yang dikembangkan untuk menunjang kebutuhan administratif sekolah, yakni berupa LMS (Learning Management System) dan Sistem Informasi Administratif Sekolah. Pangsa pasarnya cukup spesifik, yakni untuk sekolah berjenjang K-12 di Indonesia (atau setara SD-SMA). Gagasan pengembangan sistem ini muncul untuk mengatasi isu efisiensi pengajaran yang selama ini mengganggu kegiatan belajar. Quintal juga menyediakan layanan belajar online yang memungkinkan guru untuk mengunggah bahan ajar dan kegiatan ujian. Sistem juga mendesain agar orang tua siswa dapat memantau perkembangan anaknya di sekolah.

Application Information Will Show Up Here

 

Sales1CRM

Fokus di sektor korporasi, Sales1CRM menyajikan layanan berbasis komputasi awan untuk membantu perusahaan di Indonesia menjalankan tim penjualan mereka menjadi lebih efisien, kompetitif, dan produktif. Sejauh ini Sales1CRM telah menjalin kerja sama dengan perusahaan di Jakarta, Tegal, Semarang, Surabaya, dan Denpasar untuk menjadi mitra lokal. Secara head-to-head layanan Sales1CRM berhadapan langsung dengan sejumlah perusahaan ternama, seperti Salesforce dan ZohoCRM. Dengan pelokalan layanan, Sales1CRM menjadi berbeda untuk pasar Indonesia.

SIKAD

SIKAD (Sistem Akademik) merupakan sebuah produk berbasis SaaS yang dikembangkan untuk membantu manajemen pendidikan di sekolah. Layanan ini disuguhkan melalui paltform web, dengan harapan bisa diakses di mana pun dan melalui perangkat apa pun. Fungsi utama SIKAD ialah membantu proses administrasi di berbagai lini divisi di sekolah, mulai dari membantu guru dalam mengelola nilai, hingga membantu staf tata usaha untuk mengelola arus kas.

Saat ini sudah ada banyak fitur yang diakomodasi oleh SIKAD, di antaranya fitur rapor digital, sistem pendaftaran siswa baru, layanan bimbingan konseling, administrasi tata usaha, sistem perpustakaan, hingga yang terbaru sistem penilaian kinerja guru.

SIRCLO

SIRCLO membantu pemiliki bisnis berjualan online dengan menyediakan akses ke teknologi, seperti jasa pembuatan website e-commerce, integrasi ke berbagai marketplace, dan beragam jasa lainnya. Dikemas dalam bentuk SaaS, menjadikan pengguna tidak perlu lalu memusingkan bab teknis, pasalnya cukup memilih dan memasang fitur yang ada, maka semua akan dikonversi secara otomatis menjadi sebuah platform bisnis yang andal. Salah satu varian fitur yang menarik di SIRCLO adalah kalkulasi ongkos kirim dan sistem pembayaran, karena dua hal tersebut biasanya menjadi hal utama bagi bisnis untuk mulai berjualan online, khususnya bagi kalangan UMKM.

Sleekr

Mengawali debutnya sebagai aplikasi akuntansi, Sleekr kini menjadi sebuah solusi bisnis end-to-end dengan menawarkan berbagai keunggulan. Salah satunya ialah layanan pengurusan pajak secara online yang terintegrasi dengan sistem akuntansi perusahaan. Sejak awal Sleekr didesain untuk memudahkan UMKM dan korporasi untuk melakukan kegiatan akunting hingga HR. Saat ini Sleekr juga telah terintegrasi dengan berbagai layanan seperti Kartunama.net dan mPOS.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

 

Talenta (Diakuisisi Sleekr)

Talenta merupakan platform SaaS untuk manajemen sumber daya manusia. Saat ini fiturnya juga telah terintegrasi dengan layanan OnlinePajak. Selain itu terdapat beberapa layanan mendasar Talenta, seperti manajemen karyawan, pengelolaan cuti, lembur, reimburse, hingga sistem penggajian. Semenjak kemunculannya, Talenta memang memfokuskan diri untuk usaha kecil dan menengah seperti UKM dan startup.

Turboly

Turboly menyediakan sistem manajemen seperti POS (Point Of Sale), ERP (Enterprise Resource Planning), dan sistem manajemen lainnya untuk operasional bisnis secara digital. Ide awal Turboly berangkat dari masih banyaknya usaha kecil dan menengah masih banyak yang menggunakan manual dalam hal manajemennya. Hal ini tidak lepas dari sistem ERP yang ada di pasaran dinilai terlalu mahal. Karena tidak adanya sistem tersebut maka kontrol atas inventaris, keuangan dan pajak menjadi berantakan.

Trivio (Tidak Aktif)

Trivio dirancang untuk mengedepankan kontrol proses penjualan yang terukur dan transparan bagi para manajer, pemilik bisnis dan salesman sendiri. Ada pun fitur-fitur yang menjadi unggulan antara lain, Absensi Online melalui aplikasi yang terintegrasi, Pipeline yang digunakan untuk melihat proses, Check in – Check out untuk update penjualan dan lokasi pertemuan, Photo Geo-tagging untuk laporan keberadaan lokasi, Region Based Salesman, dan beberapa lainnya. Selain itu Trivio juga menyediakan fitur untuk memantau kondisi GPS, sehingga penggunaan GPS palsu akan terdeteksi. Demikian juga status baterai dari perangkat yang digunakan.

Ukirama

Ukirama adalah startup SaaS  ERP (Enterprise Resource Planning). Produknya menawarkan sistem aplikasi lengkap berbasis komputasi awan yang menyediakan kemampuan mengontrol dan mengatur data transaksi pembelian, penjualan, manajemen stok, akuntansi, keuangan, reparasi, manufaktur, proyek, dan HRD yang membantu mengelola kegiatan administrasi bisnis, khususnya di tingkat UKM.

Sleekr Perluas Kerja Sama Strategis dengan Beberapa Startup Bisnis

Setelah meluncurkan aplikasi akuntansi, platform bisnis berbasis komputasi awan Sleekr kembali hadir dengan inovasi terbaru. Pertama ialah hasil kerja sama dengan Online Pajak, untuk perusahaan yang ingin melaporkan pajak perusahaan secara online melalui aplikasi Sleekr. Kepada media, Co-founder dan CEO Sleekr Suwandi Soh menyebutkan, fitur terbaru ini tentunya bisa membantu perusahaan melakukan kegiatan laporan pajak perusahaan.

“Terintegrasi melalui API dengan Online Pajak selain mampu menghitung PPH21 secara langsung, saat ini Sleekr juga bisa digunakan untuk perusahaan melakukan kegiatan laporan pajak secara online.”

Sejak awal Sleekr didesain untuk memudahkan UKM hingga startup melakukan kegiatan akunting hingga HR. Bukan hanya pelaku UKM dan startup saja, Sleekr juga telah digunakan oleh perusahaan besar untuk kegiatan HR dan akuntansi perusahaan.

Selain dengan online pajak, Sleeker juga terus melakukan kolaborasi dengan startup, salah satunya adalah dengan Kartunama. Untuk memudahkan perusahaan melakukan pemesanan kartu nama secara langsung, Sleekr menyediakan pilihan tersebut langsung melalui platform yang dimiliki.

“Secara langsung melalui Sleeker data dari pegawai serta informasi tambahan lainnya bisa mendapatkan kartu nama secara cepat. Sehingga memudahkan pegawai baru dan pihak HR,” kata Suwandi.

Kerja sama strategis lainnya yang juga telah dilancarkan oleh Sleeker adalah dengan MOKA, startup yang menyediakan layanan sistem kasir (POS) yang memakai teknologi sistem Cloud. Memanfaatkan platform yang dimiliki Sleekr, selanjutnya klien yang telah memilih paket dari Sleekr bisa memanfaatkan layanan POS dari MOKA.

“Layanan ini tentunya bisa sangat membantu pihak restoran dalam hal pengelolan SDM hingga perhitungan pendapatan setiap harinya.”

Fitur “kas kecil” di Sleekr

Layanan lainnya yang saat ini sudah siap untuk dihadirkan oleh Sleekr adalah fitur Petty Cash atau kas kecil yang bisa dimanfaatkan oleh perusahaan untuk mengelola pembayaran reimbuirse transportasi hingga pengeluaran kantor karyawan. Dengan langkah mudah semua kegiatan rutin tersebut bisa dilakukan melalui Sleekr secara langsung. Untuk memonitor kegiatan keuangan yang ada, pihak HR dan akunting perusahaan bisa melihat secara langsung dalam dashboard.

Petty cash ini merupakan fitur sederhana dari Sleekr namun mampu memotong cara-cara konvensional dalam hal proses reimbuirse di perusahaan,” kata Suwandi.

Sleekr yang saat ini masih memanfaatkan pendanaan tahap Pre-Seri A dari korporasi, belum berniat untuk melakukan penggalangan dana. Meskipun sejak awal diluncurkan masih fokus kepada penjualan, untuk akhir tahun 2017 ini rencananya Sleekr akan mulai fokus kepada promosi secara online hingga edukasi kepada pelanggan.

“Saat ini masih banyak perusahaan yang masih belum mengerti apa itu komputasi awan dan bagaimana cara kerjanya. Dengan kegiatan edukasi diharapkan akan lebih banyak lagi perusahaan yang mengerti manfaat dari Sleekr dan bergabung menjadi klien kami,” tutup Suwandi.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Memprediksi Sektor Populer Startup Indonesia Tahun 2017

Data terakhir APJII menyebut penetrasi pengguna internet di Indonesia pada 2016 mencapai 132,7 juta dari total populasi 256,2 juta orang. Sementara perangkat yang dipakai untuk mengakses internet dari smartphone sebanyak 63,1 juta.

Kegiatan belanja sampai cara mendapatkan layanan transportasi kini bisa dilakukan secara online. Salah satu startup on-demand terpopuler Go-Jek bahkan secara publik telah mencapai tahap unicorn atau bervaluasi lebih dari $1 miliar (lebih dari 13 triliun Rupiah).

Dalam laporan Startup Teknologi Indonesia 2016, DailySocial melakukan survei ke sejumlah investor tentang sektor apa yang menjadi primadona dan fokus mereka tahun ini. Berdasarkan kompilasi tersebut, 4 sektor yang diperkirakan menjadi bakal menjadi pusat perhatian adalah fintech (teknologi finansial), e-commerce, Software-as-a-Service (SaaS), dan on-demand atau service marketplace.

Fintech

Fintech merupakan pengembangan industri jasa keuangan yang sangat bergantung dengan internet dan inovasi digital. Fintech hadir karena ada segmen layanan keuangan konvensional yang belum bisa menjangkau berbagai kalangan masyarakat.

Group CEO C88 John Patrick Ellis, yang memiliki layanan e-commerce finansial CekAja di Indonesia, mengatakan tahun lalu Indonesia mengalami kebangkitan besar di bidang fintech. Banyak usaha yang bergerak di fintech mengalami perkembangan yang signifikan, bahkan dominan dan menjadi pemain besar yang banyak membantu perkembangan industri jasa keuangan.

Menurut Ellis, optimisme yang membuat CekAja yakin dengan perkembangan fintech terletak di penetrasi pasar keuangan yang terbilang rendah. Masih banyak yang belum menjamah seluruh wilayah Indonesia. Kondisi ini disebut Ellis sebagai “double growth factor“, yakni layanan keuangan terus bertumbuh yang diiringi dengan pertumbuhan teknologi.

“Kedua hal ini saling mendukung. Karena itulah, sektor fintech [di Indonesia] diprediksi akan memiliki tiga sampai lima perusahaan unicorn di [tahun] 2020.”

Founder dan CEO Modalku Reynold Wijaya juga angkat suara mengenai potensi fintech, terutama peer-to-peer lending (P2P lending). Reynold mengatakan kehadiran Peraturan OJK nomor 77/POJK.01/2016 tentang Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi pada penghujung tahun lalu menjadi trigger yang kuat untuk pengembangan bisnis P2P lending ke depannya.

Kehadiran regulasi, sambungnya, membuat masyarakat Indonesia jadi semakin percaya dengan bisnis P2P lending sudah diakui dan diawasi oleh OJK. Modalku mengklaim pada tahun lalu telah menyalurkan sekitar Rp 60 miliar dengan kredit macet masih 0%.

“Kami tidak terlalu peduli dengan volume bisnis tapi bagaimana bisa scaling bisnis dengan benar. Sekarang kami mau mengarah ke smartphone agar proses jadi lebih cepat, konsentrasinya adalah convert orang-orang dari konvensional untuk beralih ke smartphone.”

Pernyataan Reynold didukung Direktur Utama Mandiri Capital Indonesia (MCI) Eddi Danusaputro. Eddi mengatakan kehadiran berbagai regulasi yang mengatur tentang fintech pada dasarnya bertujuan untuk melindungi nasabah. Hal ini juga membuat fintech jadi lebih makin matang dan memancing kehadiran para pemain baru. Eddi menilai dari segi nilai, investasi ke sektor fintech diperkirakan akan tumbuh setidaknya 50% dan mungkin bisa tumbuh 100% atau lebih.

Mengingat fintech sangat bergantung pada perkembangan teknologi digital, baik CekAja maupun Modalku menekankan pada pentingnya implementasi penerapan tanda tangan digital. Reynold menjelaskan tanda tangan digital merupakan bagian utama proses know your customer (KYC) bagi pemain fintech untuk menjangkau nasabah ke seluruh pelosok Indonesia.

Meski pemerintah sudah mengeluarkan tanda tangan digital, namun OJK sebagai pihak otoritas sertifikat (CA) belum menunjuk suatu lembaga untuk menjalankan mandatnya menjalankan kegiatan tersebut. Hal ini, menurut Reynold, perlu didorong.

“Infrastruktur di fintech harus kuat, bagaimana fintech bisa menyentuh segala pelosok Indonesia. Satu-satunya cara adalah dilakukan secara digital, maka dari itu tanda tangan digital harus diperjelaskan. Ini kan bagian dari proses KYC,” kata Reynold.

Ellis menambahkan, “Penerapan tanda tangan digital yang akan dilaksanakan oleh pemerintah di 2017 ini dapat memajukan fintech dengan dasar inklusi keuangan yang ditujukan untuk membantu masyarakat dan bisnis di Indonesia jadi lebih baik. Kami berharap regulasi mengiringi lainnya juga dapat mendukung dan memudahkan layanan perusahaan fintech.”

Di sisi lain, menurut Ellis, kehadiran asosiasi fintech dapat menjadi lahan untuk belajar dengan para pemain fintech lokal lainnya. Asosiasi menjadi jembatan para pemain untuk berkomunikasi dengan OJK dan BI. Ia menyatakan anggota asosiasi fintech selalu terbuka untuk berdialog tentang segala regulasi yang sudah ada dan akan bergulir.

“Tantangan di setiap sektor dan yang terjadi di fintech sebenarnya tidak jauh berbeda. Inilah dasar utama kenapa kami mendirikan Asosiasi Fintech Indonesia. Jadi nantinya ada lembaga dalam industri fintech yang dapat mewakili serta dapat menggambarkan tantangan yang harus dihadapi. Dengan solusi yang dibuat secara bersama akan lebih baik dibandingkan harus dihadapi secara sendiri-sendiri.”

E-commerce

Berdasarkan data berbagai sumber, pada tahun 2017 industri e-commerce di Indonesia diprediksi akan bernilai $9,3 miliar. Besarnya potensi tersebut saat ini sesuai dengan perkembangan layanan e-commerce di tanah air, baik yang umum maupun niche.

CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyebutkan, “Dari tahun ke tahun, layanan e-commerce dan transaksi online akan semakin menjadi bagian hidup dalam keseharian masyarakat Indonesia. Masyarakat akan semakin cerdas, tidak lagi sekadar berburu diskon atau harga murah, namun menggunakan platform e-commerce untuk kemudahan hidup mereka.”

CEO Tokopedia William Tanuwijaya menyebutkan layanan marketplace akan merambah sektor fintech tahun ini.

“Selain untuk keperluan barang sehari-hari, marketplace juga akan berevolusi menjadi kebutuhan pembayaran sehari-hari, memberikan layanan finansial inklusi. Di tahun 2017 ini, open marketplace juga akan menjadi rumah baru bagi merek-merek baik lokal maupun internasional untuk memasarkan produk mereka ke masyarakat Indonesia,” kata William.

Kemudahan pembayaran untuk pembelian apapun menjadi krusial. Menurut William, tahun ini layanan e-commerce akan semakin inklusif. Selama ada konektivitas internet, pembayaran bisa dilakukan meski tidak memiliki rekening bank atau kartu kredit.

“Produk-produk e-wallet akan tumbuh di tahun 2017 untuk mendorong pemerataan ekonomi secara digital. Demikian juga dengan tumbuhnya bisnis kurir untuk mengirimkan produk-produk yang dipasarkan di marketplace,” ujar William.

Selain itu, tren akan bergeser ke hyperlocal purchase. Pembeli di daerah Sumatera Utara akan cenderung membeli dari penjual di kota Medan dibanding dari Jakarta. Walau harga barang sedikit lebih tinggi, adanya ongkos kirim akan membuatnya tetap bersaing. Apalagi barang seharusnya bisa diterima lebih cepat.

Berbeda dengan optimisme William, Managing Partner Convergence Ventures Adrian Li mengungkapkan kekhawatiran rencana masuknya Alibaba dan Amazon di Indonesia. Konsolidasi diprediksikan bakal terjadi untuk membuat perusahaan tetap bertahan.

“Semua layanan e-commerce di Indonesia saya lihat akan semakin berat di tahun 2017 ini, terutama dengan rencana hadirnya Amazon dan Alibaba di Indonesia. Kehadiran perusahaan raksasa global tersebut akan semakin menyulitkan eksistensi layanan e-commerce lokal yang saat ini sudah berhasil menjadi market leader. Saya melihat konsolidasi mungkin akan tercipta, seperti yang telah terjadi di India,” kata Adrian.

Selain konsolidasi, nantinya masing-masing brand akan memilih untuk melakukan penjualan secara langsung kepada pelanggan atau dengan cara multichannel. Strategi ini dinilai akan menjadi kegiatan jangka panjang.

Untuk layanan e-commerce yang bakal mendominasi tahun 2017 ini, Adrian mengungkapkan fashion commerce akan semakin masif bermunculan di tanah air.

“Dengan mengintegrasikan desain, manufaktur dan pasokan proses rantai penyediaan, mereka [layanan fashion commerce] mampu menyediakan pakaian yang sedang tren yang bersaing dengan biaya ritel umum,” kata Adrian.

Untuk faktor penghambat, ternyata faktor kepercayaan atau trust masih bisa menjadi momok tahun ini.

“Seperti yang disampaikan dalam laporan Google dan Temasek, pemesanan dari Indonesia 12 kali berisiko fraud berdasarkan rata-rata secara global,” kata Adrian.

SaaS

Founder and CEO Talenta, sebuah platform SaaS untuk manajemen sumberdaya manusia, Joshua Kevin, mengatakan saat ini kondisi pemain startup SaaS di Indonesia sama seperti pemain e-commerce pada 2010-2011. Tahun tersebut adalah masa ketika masyarakat Indonesia masih memiliki krisis kepercayaan dan belum percaya dengan manfaat beralih membeli barang secara online.

“Kami percaya bahwa industri SaaS akan makin cepat pertumbuhannya dan kemampuan dalam pengambilan keputusan akan jatuh ke generasi yang percaya bahwa internet dan smartphone adalah the default,” kata Joshua.

Mengenai isu keamanan komputasi awan sebagai hal yang krusial bagi pemain SaaS, Joshua mengungkapkan tidak semua pemain SaaS di Indonesia menggunakan solusi atau server dari luar Indonesia. Pihaknya mendorong insentif yang lebih dari pemerintah dan perusahaan cloud untuk membuat mereka beralih ke server lokal.

Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca, menambahkan pergerakan bisnis SaaS di Indonesia mulai bergerak dengan sangat baik. VC ini telah berinvestasi di sejumlah startup SaaS dan melihat indikasi puluhan ribu UKM sudah menggunakan berbagai solusi yang disediakan beberapa pemain SaaS yang masuk dalam portofolionya.

Menurut Willson, tantangan pemain SaaS Indonesia di kacamata investor adalah adopsi pengguna dan bagaimana UKM melihat nilai dari SaaS. Startup SaaS harus bisa mengedukasi pasar tentang manfaat produk SaaS dibandingkan perangkat lunak tradisional dan meyakinkan mereka untuk beralih ke sana.

Moka, startup penyedia layanan mobile point of sales (mPOS) dengan fokus pasar UKM, menjadi salah satu pemain SaaS yang menanjak. Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo, senada dengan Joshua, mengutarakan saat ini Moka belum menggunakan server lokal. Pihaknya menggunakan layanan cloud yang berbasis di Singapura. Untuk perlindungan data, Moka mengenkripsi lalu lintas yang keluar dan masuk menggunakan SSL. Pihaknya juga memasang beberapa firewall untuk seluruh server.

Haryanto menambahkan tingkat persaingan bisnis SaaS di Indonesia masih sangat luas dan pasarnya sangat besar. Menurutnya, persaingan antar pemain SaaS bukanlah perhatian untuk saat ini.

On-demand

Layanan transportasi on-demand dari Go-Jek, Grab, dan Uber saat ini masih mendominasi. Kehadiran mereka mampu mengubah kebiasaan masyarakat dan kini menjadi bagian rutinitas sehari-hari.

CEO MDI Ventures Nicko Widjaja mengungkapkan, “Akan menjadi sulit untuk startup baru mencoba bersaing dengan Go-Jek, Uber, dan Grab, karena posisi mereka yang sudah berhasil menjadi market leader dan mendominasi di Indonesia. Untuk bisa bersaing dengan ‘the big three‘, perusahaan yang sebelumnya menjalankan bisnis dengan cara konvensional juga sudah harus mulai mengadopsi teknologi untuk bisa bersaing dengan perusahaan berbasis teknologi tersebut.”

Nicko melihat kolaborasi antara Blue Bird dengan Go-Jek membuktikan perusahaan yang selama ini menjalankan bisnisnya secara konvensional akan memilih untuk melakukan kerja sama dengan startup yang telah memiliki produk, talenta, dan kemampuan membuat produk berbasis teknologi. Hal tersebut bisa memangkas pengeluaran untuk mempekerjakan third party atau outsource untuk membangun teknologi dari awal.

“Peluang dari startup yang nantinya berfungsi sebagai ‘corporate enabler‘ untuk menawarkan sistem, produk, hingga teknologi kepada korporasi hingga perusahaan besar nampaknya akan semakin banyak di tahun ini dan seterusnya,” kata Nicko.

Menurut Co-Founder dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim, tahun 2015 dan 2016 lalu merupakan tahun ketika layanan seperti Go-Jek dan layanan e-commerce masih berupaya untuk menemukan pasar dan strategi pemasaran. Tahun 2017 ini bakal menjadi tahap yang menentukan kebanyakan layanan on-demand.

“Saya melihat tahun 2017 ini bakal menjadi momentum. Bkan hanya untuk Go-Jek namun juga semua layanan on-demand lainnya di Indonesia. Tahun 2017 juga menjadi tahun semua going to mobile,” kata Nadiem.

Kendala infrastruktur yang ada di Indonesia, menurut Nadiem, justru menjadi peluang bagi layanan on-demand seperti Go-Jek untuk berkembang.

“Berbagai kendala dalam hal infrastruktur yang ada saat ini justru menjadi kesempatan bagi Go-Jek untuk memberikan solusi kepada semua masyarakat di Indonesia. Dalam hal ini Go-Jek melihat infrastruktur yang masih kurang saat ini sebagai opportunity dengan memberikan solusi kepada semua pengguna,” ujarnya.

Dalam dua tahun terakhir, layanan on-demand juga makin beragam. Tidak hanya menawarkan layanan transportasi, tetapi yang berhubungan dengan layanan domestik. Misalnya jasa asisten rumah tangga, pembersihan rumah, dan perbaikan AC. Salah satu layanan on-demand di segmen ini adalah Seekmi.

“Kami sangat beruntung di Seekmi bahwa tingkat penetrasi smartphone di kalangan vendor dan teknisi telah tumbuh secara signifikan dalam setahun tahun sejak Seekmi diluncurkan. Memungkinkan Seekmi untuk mengelola sekitar 10 ribu tenaga kerja dengan cepat dan efisien,” kata CEO Seekmi Clarissa Leung.

Clarissa melanjutkan, “Saya prediksi tahun 2017 ini akan semakin banyak masyarakat Indonesia yang memanfaatkan teknologi, dalam hal ini aplikasi, untuk membantu mereka melakukan pekerjaan rumah rutin dari yang paling mudah hingga yang berat dengan bantuan layanan on-demand. Akan lebih banyak orang percaya dengan layanan on-demand karena terbukti mampu menghemat biaya pengeluaran.”

Di balik kemudahan berbasis teknologi, banyak generasi senior yang belum terbiasa dan kurang percaya dengan layanan on-demand.

“Seekmi pada akhirnya tetap menghadirkan layanan pelanggan melalui SMS hingga telepon langsung. Pendekatan dengan cara-cara tradisional masih perlu disematkan untuk perusahaan teknologi,” kata Clarissa.

Meskipun terlihat menjanjikan, layanan on-demand ternyata cukup sulit untuk melakukan scale up. Hal ini terjadi karena layanan on-demand sifatnya adalah hyperlocal. Masing-masing kota di Indonesia memiliki tradisi dan kebiasaan yang berbeda.

“Untuk mengatasi semua kendala tersebut masing-masing layanan on-demand tidak bisa bekerja sendiri. Dibutuhkan kemitraan atau partnership dengan perusahaan teknologi lainnya hingga perusahaan besar dan pemerintah untuk bisa mengatasi semua kendala,” kata Nicko.


Artikel ini adalah kolaborasi DailySocial dan The Jakarta Post. Juga dipublikasi dalam bahasa Inggris di halaman ini.

DailySocial:
CEO & Founder : Rama Mamuaya
Editor-in-Chief : Amir Karimuddin
Editor-in-Chief : Wiku Baskoro
Writers : Yenny Yusra, Marsya Nabila

The Jakarta Post:
Managing Editor Life : Asmara Wreksono
Editor : Keshie Hernitaningtyas
J+ team : Jessicha Valentina, Masajeng Rahmiasri, Ni Nyoman Wira
Technology : Muhamad Zarkasih, Mustofa
Infographic : Sarah Naulibasa, Sandy Riady
Video & Multimedia : Bayu Widhiatmoko, I.G. Dharma J.S., Ahmad Zamzami,
Rian Irawan, Wienda Parwitasari

Setelah Moka, Mandiri Capital Siap Berinvestasi di Startup P2P Lending

Setelah mengumumkan investasi baru untuk Moka, Mandiri Capital Indonesia (MCI), anak usaha pembiayaan modal ventura dari PT Bank Mandiri, bakal mengumumkan satu investasi terbaru untuk perusahaan fintech yang bergerak di P2P lending.

Rencana ini akan diumumkan pada tiga minggu ke depan, identitas perusahaan pun juga masih dirahasiakan. Pendanaan tersebut nantinya akan dilakukan berbentuk sindikasi bersama dengan perusahaan modal ventura lainnya.

Selain itu hingga pertengahan tahun ini, MCI juga akan mengincar satu perusahaan dari sistem pembayaran, satu lagi dari SME solution. Ditargetkan sampai semester I 2017, MCI akan menyuntikkan dana segar untuk tiga hingga empat perusahaan fintech baru untuk masuk ke dalam portofolio investasi MCI.

Untuk semester II 2017, jumlah perusahaan yang akan mendapat investasi kurang lebih akan sama. Diharapkan total perusahaan baru yang mendapat investasi dari MCI sepanjang 2017 menjadi 8-10 perusaahaan.

Seluruh perusahaan fintech yang dibidik MCI bergerak di sistem pembayaran, lending, dan SME solution. Ketiga segmen ini diharapkan dapat menopang proses bisnis Bank Mandiri dan anggota Grup Bank Mandiri lainnya.

“Dalam waktu dekat kami akan umumkan investasi terbaru MCI yang bergerak di P2P lending. Semua perusahaan yang kami investasikan sebelumnya sudah melewati berbagai pertimbangan, yang terutama adalah bentuk sinerginya dengan Bank Mandiri maupun perusahaan di bawah Grup Bank Mandiri,” kata Direktur Keuangan MCI Hira Laksamana, Senin (20/2).

Untuk mendukung seluruh aktivitas MCI, Bank Mandiri sebagai induk usaha akan menyuntikkan dana segar sebesar Rp 200 miliar. Dari penambahan dana ini diharapkan total dana kelolaan MCI bisa menembus angka Rp 550 miliar. Saat ini dana kelolaannya sebesar Rp 350 miliar.

Mendukung bisnis Bank Mandiri

Alasan MCI menempatkan investasinya di Moka, lanjut Hira, dikarenakan segmen bisnis Moka yang bergerak untuk mendukung SME solution. Dengan jaringan nasabah UMKM Bank Mandiri yang mencapai 1,2 juta orang, diharapkan akan mendapatkan manfaat dari POS (point of sales) dan solusi pembayaran yang disediakan Moka.

Hira mengungkapkan setiap bulannya penambahan nasabah UMKM baru di Bank Mandiri sekitar 50 ribu orang. Diharapkan sekitar 5%-10% di antaranya dapat memanfaatkan produk Moka dalam membantu proses bisnis mereka.

Co-Founder dan CEO Moka Haryanto Tanjo menambahkan salah satu bentuk integrasi bisnis antara Moka dengan Bank Mandiri terlihat dari produk mPOS Card Reader. Lewat produk ini, memungkinkan pemilik usaha UMKM dapat menerima pembayaran lewat kartu debit dan kredit dari Bank Mandiri.

Saat ini jumlah pemilik usaha UMKM yang sudah menggunakan layanan Moka sudah lebih dari 2.500 toko sejak perusahaan ini diresmikan pada Februari 2015. Diharapkan sinergi dengan MCI bisa mendorong Moka tumbuh lebih agresif tahun ini.

“Masuknya MCI jadi investasi strategis untuk bantu visi Moka dalam membantu UMKM di Indonesia. Potensi UMKM di Indonesia mencapai 60 juta orang, kebanyakan masih mengelola inventarisnya secara manual,” kata Haryanto.