Mendalami Cara Pinhome Digitalkan Ekosistem Properti secara Menyeluruh

Saat ini, ekosistem proptech di Indonesia belum sepenuhnya digital. Pemain yang ada masih sekadar menjadi portal pencari properti, padahal itu hanya satu dari proses panjang dalam mencari hunian idaman. Dalam praktiknya, membeli rumah di Indonesia itu umumnya sulit karena berkaitan erat dengan isu ketimpangan pertumbuhan antara pendapatan anak muda dengan harga rumah yang diinginkan.

Kendati demikian, menurut hasil survei yang dipublikasi Goodwater, sebanyak 28% masyarakat Indonesia sedang berencana untuk membeli properti dalam 1-2 tahun yang akan datang. Posisi tertinggi berikutnya dipegang oleh mereka yang menjawab lima tahun mendatang sebesar 25% responden dan selanjutnya akan membeli di atas lima tahun mendatang sebesar 14%.

Diproyeksikan ada 150 juta orang generasi muda berada dalam usia produktif dan mereka adalah konsumen properti untuk pertama kali yang belum terjamah oleh pemain proptech saat ini. Pinhome berusaha menjawab kebutuhan tersebut dengan merilis aplikasi konsumer pada awal Oktober kemarin sebagai bagian dari upaya perusahaan dalam mendigitalkan ekosistem properti.

“Aplikasi ini memiliki fitur-fitur yang siapa pun di industri properti belum punya. Ini adalah bentuk dukungan kami dalam memberikan akses properti kepada 150 juta generasi milenial karena kami percaya mereka akan menjadi pendorong industri properti pada masa mendatang,” ucap Co-founder dan CEO Pinhome Dayu Dara Permata dalam konferensi pers yang digelar, kemarin (25/11).

Andalkan fitur inovatif

Fitur-fitur yang disematkan dalam aplikasi mencakup seluruh permasalahan yang dialami para pencari properti di Indonesia. Dara menjelaskan, dari survei internal yang dilakukan perusahaan, responden menjawab ketika ingin mencari properti, ada tiga keluhan yang umumnya dirasakan. Yakni, sulit mencari informasi yang tepat dan terpercaya, tidak tahu harga yang wajar di pasaran, dan ragu memilih metode pembayaran yang paling sesuai.

Kemudian, ketika mereka sudah menemukan opsi rumah, kembali menemukan tiga isu. Yakni, info properti kurang lengkap, akurat, dan representatif; sering kali sulit menghubungi penjual properti; dan opsi pilihan masih belum sesuai dengan preferensi. Isu kembali muncul ketika mereka memutuskan membeli properti. Yakni, kurang pengetahuan soal KPR, banyak biaya yang tidak diketahui, dan terkadang tidak mendapat info perkembangan proyek inden.

Aplikasi Pinhome dibekali dengan sederet keunggulan, salah satunya panduan
membeli properti. Pengguna akan dipandu dalam menentukan budget dan properti ideal, opsi pembayaran, mengontak agen, melakukan kunjungan properti, menentukan estimasi harga, panduan KPR, memulai transaksi, menyiapkan dokumen penting, hingga proses serah terima semua dalam satu aplikasi.

Terdapat pula, PINvalue yang merupakan kisaran nilai/harga suatu rumah, apartemen atau properti residensial lainnya di pasaran menurut Pinhome. Dengan demikian, konsumen bisa mendapat gambaran harga saat hendak membeli atau menjual hunia.

“Dari seluruh pengalaman membeli rumah sebesar 100%, sekarang Pinhome sudah mendigitalisasi sekitar 80% dari situ. Kami akan terus perbaiki pengalaman konsumen, sehingga bisa frictionless dan seamless.”

Dara mencontohkan, untuk pengajuan KPR biasanya memakan waktu yang lama karena biasanya konsumen memiliki limitasi dalam mencari rekomendasi penawaran KPR terbaik dari lembaga keuangan. Pun ketika sudah dapat, bank biasanya menyaratkan konsumen harus lolos tahap pra-kualifikasi untuk memastikan apakah mereka layak mendapat KPR.

Namun, dalam aplikasi Pinhome, setidaknya konsumen bisa mendapat mengetahui range properti yang mampu mereka beli dan seperti apa range cicilannya, juga rekomendasi satu atau dua bank rekanan Pinhome dalam waktu kurang dari 1 menit. Rekomendasi tersebut diambil dari algoritma dari profil konsumen. “Meski rekomendasi bank ini pada akhirnya menjadi keputusan konsumen, tapi setidaknya dengan adanya rekomendasi bisa membuat konsumen mengambil keputusan terbaik.”

Setelahnya, saat mengajukan KPR biasanya dibantu oleh agen. Aplikasi Pinhome memungkinkan konsumen untuk melakukan pemantauan hingga disetujui. “Saat ini enggak semua prosesnya paperless, tapi minimal pengajuannya bisa di-tracking progresnya secara online. Approval-nya juga sudah bisa diketahui lewat aplikasi.”

Menurut survei internal Pinhome, KPR masih menjadi primadona generasi muda dalam membeli rumah idaman. Sebanyak 78% memiliki metode KPR bank, 12% memilih metode uang tunai (cash keras, cash bertahap), dan 9% menggunakan KPR multifinance. Saking pentingnya program KPR bagi pemilik rumah, Pinhome juga membuka kesempatan untuk KPR refinancing.

Saat ini, Pinhome telah bermitra dengan 50 lembaga keuangan, mulai dari bank dan multifinance yang dapat dipilih konsumen.

Tak hanya mendukung kebutuhan membeli atau menjual rumah, aplikasi Pinhome juga disematkan dengan layanan jasa rumah tangga dan gaya hidup, Pinhome Home Service (PHS). Solusi ini untuk menyasar pengguna Pinhome yang ingin merawat rumahnya, kendati belum berencana membeli/menjual rumah dalam jangka waktu dekat.

PHS ini mencakup jasa kebersihan rumah, cuci mobil, cuci AC, jasa pijat, dan disinfectant fogging. Mitra PHS sudah tersebar di 27 area di seluruh Indonesia.

Solusi digital untuk sisi suplai

Dari sisi suplai, Pinhome juga aktif menyusun berbagai solusi digital untuk agen properti dan kantor properti, pengembang, bank dan multifinance, hingga rekan jasa. Mereka semua adalah bagian dari ekosistem properti yang tak kalah pentingnya membutuhkan solusi digital untuk mempermudah aktivitasnya.

Co-founder dan CTO Pinhome Ahmed Aljuneid merinci solusi untuk agen properti yang telah dirilis perusahaan berbentuk aplikasi. Aplikasi ini juga dikemas dengan fitur-fitur yang mempermudah pekerjaan mereka, mulai dari panduan komprehensif (ratusan ribu listing, referral KPR, pasang listing gratis, dan edukasi properti); komisi instan untuk proyek properti primer; Co-Broke dengan antar agen properti (Wants to Buy/WTB, Wants to Sell/WTS, dan Wants to Rent/WTR dengan kendali di tangan agen); dan transaksi online (mempermudah pengelolaan klien, detil SPR, tracking komisi dari berbagai proyek di satu tempat.

“Meski siapa pun bisa menjadi agen di Pinhome, tapi kami melakukan verifikasi khusus untuk memastikan bahwa mereka bukan agen nakal,” kata dia.

Selanjutnya, untuk pengembang properti disediakan platform yang memfasilitasi kegiatan operasional mereka secara menyeluruh. Terakhir, untuk kantor properti disediakan platform CRM khusus yang mendukung secara menyeluruh untuk rekan broker, mulai dari manajemen agen, listing, dan transaksi dalam satu dasbor. Solusi yang satu ini, menurut Aljuneid akan hadir dalam waktu dekat.

Tak hanya platform digital, Pinhome sekaligus meresmikan ruang kolaborasi bernama PINArena. Ini adalah sarana bagi seluruh anggota komunitas Pinhome melakukan berbagai kegiatan dengan dukungan fasilitas yang dapat disesuaikan kebutuhan. Rekanan agen properti, anggota kantor properti, dan para partner Pinhome dapat mengguna PINArena secara gratis untuk seminar, gathering, meeting, workshop, atau sebagai fasilitas ruang kerja.

PINArena berkapasitas maksimal 75 orang, meliputi empat ruang ditambah beberapa meeting pod, mini studio, ruang seminar, breakout area, ruang privat, dan snack bar. Satu lokasi PINArena yang sudah diresmikan terletak di Pinhome HQ, 18 Parc Palace, Jakarta Selatan.

Mengenai pencapaian Pinhome, sejauh ini perusahaan memiliki lebih dari 500 ribu listing properti di situsnya yang tersebar di 10 kota, situsnya telah dikunjungi lebih dari dua juta pengunjung unik tiap bulannya, dan 25 ribu jaringan agen, realtors, kantor properti & pengembang, dan rekan jasa.

Dara hanya menyebutkan bahwa perusahaan telah menangani transaksi properti berjumlah triliunan Rupiah. Dengan rincian, 33,5% transaksi properti di bawah Rp300 juta, 24% transaksi antara Rp301 juta-Rp700 juta, Jawa Barat adalah daerah dengan penjualan terbanyak. Kemudian, properti seharga Rp51,2 miliar adalah unit primary termahal yang pernah ditransaksikan, sementara untuk unit secondary seharga Rp14,5 miliar.

Application Information Will Show Up Here

Desty Umumkan Tambahan Pendanaan 71,3 Miliar Rupiah di Putaran Pra-Seri A

Startup pengembang platform e-commerce enabler Desty mengumumkan perolehan pendanaan pra-seri A lanjutan senilai $5 juta atau sekitar 71,3 miliar Rupiah. Putaran ini dipimpin oleh East Ventures dengan partisipasi dari Jungle Ventures dan investor terdahulu, yaitu Fosun RZ dan January Capital.

Dijelaskan lebih lanjut, dana segar ini merupakan tambahan yang diberikan investor setelah Desty meraih $3,2 juta (sekitar 46 miliar rupiah) dalam putaran pra-seri A yang dipimpin oleh 5Y Capital pada Juli 2021 lalu.

Selanjutnya perusahaan akan menggunakan dana ini untuk mempercepat pengembangan produk dan akuisisi merchant serta meluncurkan produk-produk inovatif dalam beberapa bulan ke depan.

“Desty adalah salah satu startup dengan pertumbuhan tercepat di bidang ini. Yang lebih mengesankan adalah sebagian besar pertumbuhan tersebut berasal dari akuisisi organik, dari mulut ke mulut. Dengan produk dan pertumbuhan bisnis yang menarik, kami percaya Desty akan menciptakan nilai lebih bagi penjual online dan kreator Indonesia,” sambut Co-Founder & Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Produk utama Desty

Dihadirkan sejak Oktober 2020, Desty bermula sebagai platform digital bagi penjual, influencer, dan kreator untuk membangun sebuah destinasi online guna memasarkan dan menjual produk mereka. Saat ini terdapat dua produk utama, yaitu Desty Page (untuk pembuatan landing page) dan Desty Store (pembuatan toko online), bagi pengguna untuk mengembangkan eksistensi dan bisnis mereka di ekosistem digital.

“Desty lahir saat Covid-19 masuk ke Indonesia, ketika digitalisasi terjadi secara masif. Penjual, influencer, dan kreator telah menggunakan platform digital untuk menunjukkan eksistensi mereka di dunia digital yang menjadi sangat penting untuk berkembang. Dalam waktu dekat kami akan mempunyai 1 juta kreator dan penjual yang menggunakan platform kami. Beberapa penjual utama kami menjadikan Desty sebagai kanal penjualan utama mereka dibandingkan dengan marketplace lain,” kata Co-Founder & CEO Desty Mulyono Xu.

Salah satu layanan utama Desty memungkinkan penjual membuat laman toko onlinenya sendiri / Desty

Saat ini sekitar 50% pengguna Desty adalah penjual online, sementara 30% pengguna adalah kreator atau influencer. Beberapa penjual ternama yang memakai layanannya antara lain DAMN I Love Indonesia, Luna Habit & Nama Beauty by Luna Maya, Kurumi, Janji Jiwa, Haus. Kreator dalam ekosistem Desty adalah Dagelan, Greysia Polii (Peraih Emas Olimpiade Indonesia), Choky Sitohang, Tahi Lalats (Mindblowon Studio), Daisuke Botak, Marcella Eteng, Filda Salim, FootNoteStories, dan masih banyak lagi.

Ukuran pasar layanan

Di Indonesia, semakin banyak penjual online yang paham teknologi karena tuntutan pelanggan masa kini, baik untuk interaksi maupun transaksi. Berbagai kalangan, dari brand besar hingga pelaku UMKM, terus memaksimalkan penggunaan layanan seperti marketplace hingga social commerce. Tak heran jika sektor e-commerce Indonesia mengalami pertumbuhan GMV (Gross Merchandise Value) dua digit selama satu tahun terakhir mencapai $52 miliar.

Dengan peluang besar ini, Desty berambisi untuk memaksimalkan momentum. Perusahaan telah mengalami pertumbuhan trafik dan GMV masing-masing 60% dan 50% (bulan ke bulan) selama 6 bulan terakhir.

“Pendanaan ini menandai penggalangan dana ketiga kami dalam satu tahun sejak ronde pendanaan tahap awal di November 2020. Dengan lebih dari 60 orang dalam tim Desty, kami terus mencari talenta baru demi memberikan dampak yang lebih berarti untuk jutaan penduduk Indonesia dalam memperkuat eksistensi digital mereka,” tambah Mulyono.

Menurut hasil survei yang dirangkum dalam MSME Empowerment Report 2021 oleh DSInnovate, salah satu isu utama yang dihadapi oleh pelaku UMKM adalah memasarkan produknya (32%). Mereka mengharapkan solusi digital yang dapat membantu mereka melakukan pengelolaan kanal-kanal online secara baik dan benar. Pain point tersebut ditangkap baik oleh para inovator, hingga melahirkan layanan e-commerce enabler.

Sejauh ini para pemain enabler kebanyakan masih fokus ke usaha menengah dan besar, membantu brand ternama untuk mengelola transaksinya di platform online. Kendati demikian, dengan potensi bisnis dari kalangan UMKM –khususnya saat meninjau dari sisi kuantitas—para penyedia layanan enabler tersebut mulai menghadirkan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan UMKM.

Selain Desty, beberapa pemain lain yang membantu pedagang kecil untuk masuk ke ranah online antara lain Sirclo, Lakuuu, Jubelio, iSeller dan lain-lain. Bahkan beberapa pemain di sektor lain kini juga mulai masuk ke ranah yang sama, misalnya unicorn Xendit yang baru saja merilis platform Online Store untuk UMKM sekaligus terintegrasi dengan sistem pembayaran miliknya.

Bank Jago Umumkan Integrasi Fitur Pembukaan Rekening Melalui Aplikasi Gojek

PT Bank Jago Tbk (IDX: ARTO) kembali mengumumkan integrasi layanan bersama Gojek. Kali ini, pengguna dapat membuka rekening Bank Jago langsung dari aplikasi Gojek dengan klaim waktu kurang dari lima menit. Pembukaan rekening tidak dikenakan biaya administrasi atau saldo minimal.

Sebelum integrasi ini, Bank Jago sudah lebih dulu menghubungkan Kantong (Pocket) sebagai salah satu opsi pembayaran aplikasi Gojek. Pengguna dapat membayar berbagai layanan, seperti makanan, transportasi, dan tagihan dengan Kantong Bank Jago yang di dalam aplikasi.

Kini pengguna juga dapat melakukan top up Gopay dari Bank Jago bebas biaya. Perusahaan mengklaim bahwa integrasi platform on-demand dengan bank digital merupakan yang pertama di Indonesia.

Dalam acara peluncuran yang digelar virtual, Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar mengatakan bahwa sinergi ini dapat membantu pengguna untuk mengelola keuangan mereka. Pasalnya, pengguna dapat memonitor keuangan pada fitur-fitur Kantong Bank Jago di aplikasi Gojek.

“Dengan jangkauan Gopay, kami ingin memberikan manfaat dan pengalaman sehingga mereka bisa bertransaksi dengan cepat, mudah, dan aman di dalam ekosistem Gojek. Kami berinisiatif meningkatkan financial maturity di kalangan masyarakat dengan fitur-fitur yang kami tawarkan sehingga mereka tidak overspending,”

Rencana sinergi dengan Gojek / Bank Jago
Rencana sinergi dengan Gojek / Bank Jago

Sementara, CEO Gopay Hans Patuwo mengatakan bahwa kolaborasi Bank Jago dan GoTo sejalan dengan misi untuk meningkatkan inklusivitas keuangan. Bank Jago memiliki kapabilitas teknologi di sektor perbankan yang dinilai sesuai dengan misi yang ingin dicapai GoTo.

“Kami bisa bergandeng tangan untuk saling memanfaatkan keahlian tech satu sama lain untuk dapat menghasilkan value proposition layanan yang unik di pasar,” ujar Hans.

Integrasi ini merupakan sinergi lanjutan antara Gojek Group (saat itu belum merger dengan Tokopedia) dan Bank Jago ketika meresmikan masuknya GoPay (PT Dompet Anak Karya Bangsa) sebagai pemegang saham sebesar 22% pada Desember 2020.

Saat itu, dalam pengumumannya, kedua belah pihak menyepakati tujuan utama kolaborasi strategisnya, yakni mengakselerasi inklusi keuangan. Salah satu inisiatifnya adalah menghadirkan layanan perbankan di aplikasi Gojek sehingga jutaan pelanggannya dapat membuka rekening langsung di Bank Jago.

Gopay buka akses ke layanan perbankan dan keuangan

Lebih lanjut, integrasi layanan Bank Jago dan GoTo diharapkan dapat mendukung misi pemerintah untuk mencapai target tingkat inklusi keuangan sebesar 90% pada 2024. Terlebih, Gojek baru saja merger dengan Tokopedia, yang mana keduanya sama-sama memiliki ekosistem layanan dan proposisi yang kuat di segmen UMKM.

Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan, saat ini baru terdapat 61,7% masyarakat Indonesia yang memiliki akun bank. Sementara, mengacu hasil riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, GoTo Financial dikatakan telah membantu masyarakat unbanked dan underbanked mengakses layanan keuangan formal.

Sumber: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Sumber: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia / Diolah kembali oleh DailySocial

Riset menunjukkan 1 dari 5 pengguna Gopay tidak memiliki rekening bank. Temuan lain juga mengungkap responden melihat Gopay sebagai sarana pengaturan keuangan dan jembatan terhadap layanan keuangan, tidak hanya sebagai alat pembayaran semata. Bahkan, 1 dari 4 pengguna Gopay mengaku tertarik membuka rekening bank melalui Gopay.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Grab Ventures Velocity x Sembrani Wira Loloskan 6 Startup, Fokus Digitalisasi UMKM

Pada bulan Juni 2021 lalu, Grab dan BRI Ventures mengumumkan peluncuran Grab Ventures Velocity (GVV) Batch 4 x Sembrani Wira, sebuah proyek yang menyatukan program akselerator Grab dan BRI Ventures untuk mendukung pengembangan startup di Indonesia.

Setelah kurang lebih 16 minggu mengikuti serangkaian pelatihan dan pendampingan yang melibatkan pakar dari berbagai industri, akhirnya terpilih 6 startup terbaik yaitu Cooklab, Crewdible, Dagangan, iSeller, majoo, dan Octopus. Masing-masing startup memiliki solusi representatif yang fokus untuk mendukung perkembangan sektor UMKM di Indonesia.

Selama menjalani program pelatihan, tiga di antaranya telah berhasil mendapatkan pendanaan. Startup pengembang POS iSeller berhasil mengumpulkan pendanaan pra-seri B senilai 120 miliar Rupiah, social commerce Dagangan mengantongi 163,7 miliar Rupiah di putaran seri A, dan layanan omnichannel untuk UMKM majoo dengan putaran pra-seri A senilai 56,6 miliar Rupiah .

Dalam program yang mengangkat tema ‘Scaling Up Together: Empowering Startup, Supporting Micro Entrepreneurs’ ini, para finalis telah melakukan uji coba produk dan ide bisnis melalui kolaborasi dalam ekosistem Grab, mulai dari GrabKitchen, GrabFood, GrabMart, hingga GrabExpress untuk menghadirkan solusi bagi UMKM.

“Keenam lulusan batch 4 menunjukkan pertumbuhan signifikan dalam kontribusinya untuk UMKM di Indonesia. Mereka telah melalui program uji coba di ekosistem Grab dan akan terus melanjutkan kolaborasi dengan kami. Grab juga berterima kasih kepada BRI Ventures yang senantiasa mendukung program ini,” ujar Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi.

Anthony Tan sebagai Group CEO & Co-Founder Grab turut terlibat dalam acara Impact Day, di mana para finalis melakukan presentasi dan perkenalan ide bisnis kepada jaringan venture capital, diikuti dengan sharing session. Setelah lulus, keenam startup tersebut memperoleh kesempatan untuk terus melanjutkan kolaborasi dengan layanan Grab, salah satunya adalah dengan menyediakan layanan di Solusi Mitra GrabMerchant.

CEO BRI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, “BRI Ventures sangat senang dapat menjadi bagian dalam program GVV Batch 4 X Sembrani Wira untuk memberikan dukungan dari segi jaringan, mentorship, dan juga akses terhadap pendanaan modal ventura bagi para finalis ini [..] dan hari ini kami melepas para finalis dengan harapan bahwa manfaat yang didapatkan selama mengikuti program akselerator dapat membantu mereka untuk berkembang semakin jauh lagi.”

Fokus digitalisasi UMKM

Dalam rilis yang dibagikan, Teten Masduki selaku Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia turut mengungkapkan antusiasme atas kelulusan 6 startup finalis GVV Batch 4 x Sembrani Wira. Ia turut menyampaikan bahwa pemerintah telah menargetkan adanya 30 juta UMKM digital hingga tahun 2024.

Melalui pidatonya, (16/8), Presiden RI juga menyebut pemerintah terus mendorong pengembangan ekosistem ekonomi digital untuk meningkatkan produktivitas masyarakat. Digitalisasi UMKM yang masuk ke aplikasi e-commerce dan marketplace jumlahnya terus bertambah. Sampai Agustus tahun ini, sudah lebih dari 14 juta UMKM atau 22% dari total UMKM yang sudah bergabung dengan aplikasi perdagangan elektronik.

Saat ini, semakin banyak inisiatif yang dilancarkan untuk mendorong pertumbuhan sektor UMKM di Indonesia. Mulai dari aplikasi Point of Sales (POS), layanan social commerce, pencatatan keuangan digital, serta banyak lagi perusahaan yang semakin menajamkan fokus untuk mendukung digitalisasi UMKM.

Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate menambahkan, “Startup digital menjadi salah satu kunci percepatan transformasi digital di Indonesia. Diperlukan sinergi dan kolaborasi dari seluruh komponen bangsa untuk mendukung dan memperkuat tumbuh kembang ekosistem startup nasional.”

Dari sisi investor, BRI Ventures sebagai unit investasi bank BRI dengan UMKM sebagai strategi utama mereka, baru saja mengumumkan dana kelolaan baru ‘Sembrani Kiqani‘ yang fokus menyasar segmen D2C demi menyempurnakan ekosistem UMKM di Indonesia. Sebelumnya, melalui Sembrani Nusantara, BVI telah berinvestasi kepada pengembang brand minuman Haus! dan pengembang produk sepatu lokal Brodo.

Jago Coffee Tutup Pendanaan Pra-Awal, Segera Perluas Jangkauan dan Rilis Kategori Baru

Startup coffee chain Jago Coffee mengumumkan penyelesaian pendanaan pra-awal (pre-seed) sebesar $250 ribu atau sekitar 3,5 miliar Rupiah dari BEENEXT, Prasetia Dwidharma, dengan partisipasi dari barista dan pengusaha kopi ternama Hidenori Izaki, serta sejumlah founder dan angel investor di ekosistem digital Indonesia.

Perusahaan akan menggunakan dana segar ini untuk melakukan ekspansi ke lingkungan perumahan di wilayah Jabodetabek dan meluncurkan kategori produk baru, di luar kopi, yang ditenagai oleh software dan hardware milik Jago. Langkah tersebut untuk dorong peralihan dari etalase ritel tradisional ke etalase seluler yang lebih efisien dan rendah karbon.

Dalam keterangan resmi, Partner BEENEXT Faiz Rahman menjelaskan bahwa infrastruktur perkotaan merupakan peluang dan tantangan untuk pengembangan ritel di negara berkembang seperti Indonesia, sehingga membutuhkan operator untuk beradaptasi dengan tahap dan keadaan pembangunan lokal.

Ia menilai Jago mewakili iterasi baru untuk ritel mikro, mengambil bentuk perdagangan tradisional dan menata ulangnya ke dalam konteks modern melalui mobilitas dan teknologi. “Kami senang dapat mendukung Jago dan percaya bahwa format ritel mikro menawarkan potensi tak terbatas untuk model konsumsi baru,” ujar Faiz.

Founder QAHWA (perusahaan konsultan kopi global) dan 2014 World Barista Champion Hidenori Izaki menambahkan, menemukan kopi enak yang nyaman dan terjangkau itu sulit ditemukan. Namun, Jago memberikan kualitas dan kenyamanan tak tertandingi bagi pecinta kopi Indonesia yang mencari lebih dari sekadar cepat seduh dan murah.

“Jago juga mampu sekaligus memberdayakan barista untuk menjalankan toko mereka sendiri. Sebagai barista yang berpengalaman, saya sangat senang dapat bermitra dengan tim Jago untuk membawa format kopi baru dan inovatif ini ke garis depan pasar minuman Indonesia,” kata Izaki.

Jago Coffee memulai operasionalnya sejak Juni 2020 dengan menawarkan layanan mobile retail enabler, yang menggerakkan retail mobile mikro melalui armada mobil troli listrik sepenuhnya milik perusahaan—menemui pelanggan kapan pun mereka mau—di mana pun mereka mau. Dimulai dengan kafe keliling yang sepenuhnya elektrik, Jago Coffee menyediakan minuman kopi berkualitas yang disajikan oleh barista yang dilengkapi dengan semua alat dan bahan yang dibutuhkan untuk menyiapkan minuman segar di tempat.

Jago Coffee menawarkan pemesanan langsung dan pesan antar, layanan penjemputan dan pengiriman untuk kopi segar tingkat kafe langsung ke konsumen. Dengan model grab-and-go, perusahaan menempatkan gerobak di lokasi strategis seperti lobi gedung perkantoran, stasiun angkutan umum, dan ruang komunitas utama sehingga pelanggan dapat memesan di muka dan langsung mengambil pesanan mereka sebelum berangkat kerja atau saat bepergian.

Pengguna dapat mengunduh aplikasi Jago di iOS dan Android untuk memesan minuman yang baru diseduh untuk pengambilan dan pengiriman, sehingga tidak perlu pergi ke kafe untuk menyegarkan diri.

Membuka peluang usaha

Jago bercita-cita untuk memungkinkan siapa saja yang ingin menjadi wirausahawan untuk memulai bisnis ritel mikro mereka sendiri, memberdayakan wirausahawan mikro dengan kepemilikan yang lebih besar atas karier dan mata pencaharian mereka. Barista Jago memiliki dan mengoperasikan gerobak sendiri, menerima pelatihan profesional dari Jago untuk menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi kepada konsumen.

Mayoritas operator Jago berasal dari latar belakang barista profesional dan mampu memperoleh tingkat kemandirian yang tinggi melalui Jago, yang menghilangkan modal awal yang tinggi terkait dengan pembukaan kafe atau gerai ritel, sekaligus meningkatkan margin dan gaji yang dibawa pulang.

Sebagai model ritel aset-ringan, gerobak Jago mobile: bertemu pelanggan di mana pun mereka berada, memberikan kenyamanan superior; terukur: dengan biaya modal rendah, biaya overhead rendah, dan waktu penerapan yang cepat; dan terlihat: memungkinkan merek yang berbeda kesempatan untuk menyesuaikan dan secara langsung memberikan keramahan dan layanan kepada pelanggan dan meningkatkan visibilitas merek.

Perusahaan saat ini mengoperasikan armada 20 gerobak kopi keliling, dan berencana untuk meluncurkan 280 unit pada tahun depan. Di masa depan, perusahaan berencana untuk memperluas ke bentuk baru pemberdayaan ritel, menyesuaikan gerobak untuk berbagai kasus penggunaan dalam kemitraan dengan merek populer dan pemain ritel.

Merek ritel yang bermitra dapat memanfaatkan jaringan gerobak Jago bersama yang memungkinkan mereka memiliki fleksibilitas untuk mengatur di lokasi lalu lintas tinggi sambil mengurangi biaya sewa overhead, meningkatkan margin bisnis, dan memberikan lebih banyak kenyamanan kepada pelanggan mereka.

“Lanskap perkotaan Indonesia menawarkan peluang tak terbatas untuk beragam format dan pengalaman ritel. Dengan menghadirkan kafe dan kategori ritel lainnya ke tempat di mana konsumen tinggal, bekerja, dan bermain, Jago memenuhi permintaan akan minuman segar berkualitas tinggi dan memberdayakan pengusaha mikro untuk mendapatkan kepemilikan yang lebih besar dalam karier mereka, ”kata Co-founder & CEO Jago Coffee Yoshua Tanu.

Application Information Will Show Up Here

JALA Tech Umumkan Perolehan Pendanaan 85,7 Miliar Rupiah

Startup pengembang perangkat teknologi akuakultur JALA Tech mengumumkan perolehan pendanaan senilai $6 juta atau setara 85,7 miliar Rupiah. Sejumlah pemodal ventura yang fokus pada impact investment dari beberapa negara terlibat dalam putaran ini, di antaranya The Meloy Fund (dikelola Deliberate Capital dari Amerika Serikat), Real Tech Fund (dari Jepang), dan Mirova (dari Prancis).

Sebelumnya JALA juga telah didukung sejumlah investor, termasuk Hatch Blue dan 500 Startups sejak tahun 2019 lalu.

Dalam keterangan resminya, Co-Founder & CEO JALA Tech Liris Maduningtyas mengatakan, “Kami senang menerima pendanaan baru ini, yang akan berperan penting dalam membantu kami mencapai tujuan dalam mengembangkan cara baru untuk meningkatkan industri dan dampaknya terhadap masyarakat.”

Seperti diketahui, JALA mengembangkan teknologi berupa perangkat keras dan lunak untuk membantu petambak meningkatkan produksinya. Beberapa di antaranya alat pengukur kualitas air, pembuat gelembung mikro, aplikasi pencatatan bisnis hingga analisis. Perangkat-perangkat tersebut dapat terhubung dan dioperasikan melalui aplikasi dengan kapabilitas Internet of Things (IoT) yang dimiliki.

Salah satu target pasar produk JALA adalah petambak udang. Disampaikan, Indonesia satu dari 5 produsen udang terbesar di dunia bersama Tiongkok, Ekuador, India, dan Vietnam. Sampai saat ini, banyak masalah yang terkait dengan budidaya udang masih belum terselesaikan, seperti polusi yang disebabkan oleh pelepasan limbah pertanian di sungai dan laut, wabah penyakit dan kematian, rantai nilai yang tidak efisien, nilai tambah yang rendah bagi petani, dan ketertelusuran produk yang terbatas, dan transparansi.

“JALA bertujuan untuk berkontribusi dalam memecahkan beberapa masalah ini untuk membuat rantai nilai udang lebih berkelanjutan, transparan, efisien, dan adil,” ungkapnya.

Lancarkan ekspansi regional

Sebelumnya pada pertengahan tahun 2020 lalu, JALA telah memantapkan niatnya untuk masuk ke pasar regional. Diawali dengan membuka kantor cabang di Thailand. Disampaikan Liris, sejak tahun 2019 perusahaan sudah ekspansi bisnis ke Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Ekuador. Tapi itu masih sebatas ada kesepakatan bisnis antara perusahaan dengan klien B2B maupun B2C di negara tersebut.

Per Juli 2020 perusahaan menyampaikan, pengguna solusi JALA kini sudah mencapai lebih dari 6 ribu petambak dan lebih dari 100 perangkat hardware IoT dipakai.

Tentu prestasi ini menjadi angin segar untuk industri budidaya lokal. Dengan adanya inovasi berbasis teknologi dan digital, diharapkan potensi yang ada dapat terdorong lebih optimal. Selain JALA, inovasi di bidang pertambakan juga telah dihadirkan startup lain, salah satunya eFishery dengan produk andalannya pakan ikan otomatis. Dengan dukungan investor yang cukup baik, eFishery kini juga masuk ke bisnis pendanaan dan online grocery dengan harapan dapat memberikan solusi dari hulu ke hilir.

Application Information Will Show Up Here

J&T Express Dilaporkan Memperoleh Pendanaan 35,6 Triliun Rupiah, Capai Tonggak “Decacorn”

Startup logistik J&T Express dilaporkan telah memperoleh putaran pendanaan sebesar $2,5 miliar atau setara 35,6 triliun Rupiah dengan valuasi mencapai $20 miliar (sekitar Rp285 triliun), alias sudah menyandang gelar “decacorn”. Penggalangan dana ini merupakan bagian dari rencana J&T melantai di Bursa Hong Kong pada kuartal pertama 2022.

Berdasarkan laporan Reuters, pendanaan tersebut disokong oleh sejumlah investor utama, antara lain Boyu Capital, Hillhouse Capital Group, dan Sequoia Capital China. Selain itu, perusahaan game dan internet raksasa Tiongkok, Tencent Holdings, serta SIG China dan Susquehanna International Group juga ikut berpartisipasi.

“Penggalangan dana ini dilakukan sejalan dengan langkah ekspansi J&T ke Tiongkok dan Amerika Latin, selain rencana terdaftar di bursa Hong Kong,” ungkap sejumlah sumber yang dirahasiakan ini.

Sebagaimana diketahui, J&T Express berencana mengumpulkan dana sebesar $1 miliar menjelang IPO. Bahkan, CB Insights melaporkan J&T telah menyandang status unicorn valuasi $7,8 miliar pada April lalu.

Sumber tersebut mengungkap bahwa J&T menunjuk Bank of America (BAC.N), China International Capital Corp, dan Morgan Stanley (MS.N) untuk memuluskan rencana IPO ini.

Terkait pemberitaan tersebut, sejumlah investor terlibat menolak berkomentar kepada Reuters, termasuk Tencent dan Sequioa China.

Persaingan pasar logistik

Sekadar informasi, J&T Express didirikan di 2015 oleh Jet Lee dan Tony Chen, para petinggi perusahaan ponsel Oppo, dan telah melebarkan sayap bisnis ke sejumlah negara di Asia Tenggara. Setelah Indonesia, J&T sudah hadir di Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand.

Para founder tersebut menggunakan pengalaman mereka terdahulu untuk membangun jaringan logistik besar-besaran di seluruh Asia Tenggara yang tengah terakselerasi berkat popularitas layanan e-commerce.

Di 2020, J&T masuk ke pasar Tiongkok dan bersaing dengan rival terkemuka di bidang logistik, termasuk S.F. Holding, ZTO Express, serta jaringan logistik raksasa yang dimiliki Alibaba Group dan JD.com.

Sementara di Indonesia, J&T juga bersaing ketat dengan sejumlah startup logistik, termasuk SiCepat dan Ninja Xpress, yang sama-sama memanfaatkan tren e-commerce untuk mengakselerasi bisnisnya. Menurut CEO J&T Robin Lo kala itu, jasa logistik dari bisnis e-commerce berkontribusi sebesar 50% terhadap pendapatan perusahaan di 2017.

E-commerce merupakan motor ekonomi digital di Indonesia yang terus bertumbuh hingga saat ini. Berdasarkan riset e-Conomy SEA 2021 yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, sektor e-commerce masih menjadi penggerak ekonomi digital dengan pertumbuhan 52% atau $53 miliar.

Application Information Will Show Up Here

Grab Berinvestasi ke Putaran Seri C Bareksa

Hari ini (25/11), platform investasi Bareksa, Grab, dan OVO mengumumkan komitmennya untuk melakukan kolaborasi lebih dalam. Dalam kesempatan ini turut diumumkan, Grab telah masuk ke putaran pendanaan seri C Bareksa. Kendati demikian, tidak disebutkan lebih detail mengenai nominal dan investor lain yang terlibat. Adapun putaran ini dikatakan telah ditutup sejak Oktober 2021 lalu.

Disampaikan juga, bahwa putaran investasi ini menjadi kelanjutan dari pendanaan seri B sebelumnya yang diraih Bareksa 2 tahun lalu. Kala itu OVO juga turut menjadi salah satu investor, dengan dukungan sejumlah angel investor.

Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi mengatakan, “Investasi kami di Bareksa memperkuat bisnis jasa keuangan di Indonesia dan mempertegas komitmen Grab Indonesia dalam mendorong perkembangan ekosistem startup. Dengan sinergi ini, kami juga berencana menawarkan peluang kepada mitra dan pengguna kami untuk berpartisipasi di pasar modal melalui platform Bareksa.”

Melalui sinergi ini, Bareksa akan mendapatkan akses ke pengguna dan mitra Grab, menawarkan mereka peluang investasi dengan pembayaran yang ditangani oleh OVO, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.

“Pendanaan Grab ke Bareksa ini akan semakin mengukuhkan keberadaan Bareksa sebagai marketplace reksa dana online terintegrasi pertama di Indonesia yang berhasil menjadi platform e-investasi pilihan masyarakat melalui penawaran produk dan layanan investasi yang berkualitas, aman dan beragam,” sambut Co-Founder & CEO Bareksa Karaniya Dharmasaputra.

“Sinergi OVO-Bareksa telah membuktikan bahwa kolaborasi dan inovasi antara platform pembayaran digital dan wealthtech memiliki dampak positif yang riil dalam perluasan layanan pasar modal. Fitur OVO | Invest yang pertama kali diluncurkan di awal tahun 2021 dengan didukung Bareksa, kini telah berkembang dalam menawarkan produk reksa dana baik yang berbasis konvensional maupun syariah, telah berhasil menggaet ratusan ribu nasabah baru,” lanjut CEO OVO Jaygan Fu Ponnudurai.

Inisiatif Grab, Bareksa, OVO, dan BenihBaik

Dalam kesempatan yang sama, diumumkan juga inisiatif #ThREEforGood yang dijalankan bersama platform crowdfunding BenihBaik. Melalui program ini Grab, OVO, dan Bareksa akan mendonasikan 0,5% dari nilai transaksi dari setiap pembelian produk investasinya untuk disalurkan ke anak yatim piatu akibat Covid-19.

Di kesempatan tersebut Neneng juga mengonfirmasi adanya investasi dari Grab untuk BenihBaik. Dinakhodai oleh Andy F. Noya, BenihBaik menjadi platform penggalangan dana yang fokus untuk misi sosial. Dikabarkan BenihBaik juga telah mendapatkan pendanaan tahap awal dari Alpha JWC Ventures.

Jika ditelisik lebih dalam, keempat perusahaan saat ini memang memiliki ikatan strategis melalui investasi Grab. Bahkan untuk Bareksa-OVO lebih dalam lagi, mengingat saat ini Karaniya juga menjabat sebagai President OVO.

Application Information Will Show Up Here

BRI Ventures Segera Luncurkan Dana Kelolaan “Sembrani Kiqani” untuk Startup D2C

Setelah tahun lalu meluncurkan Dana Ventura Sembrani Nusantara yang fokus mendanai startup tahap awal, BRI Ventures (BVI) kembali akan menghadirkan kendaraan investasi mereka yang diberi nama “Sembrani Kiqani”. Masih dengan misi untuk mendanai startup tahap awal, hanya saja difokuskan untuk consumer brands menyasar sektor direct-to-consumer (D2C).

Dalam kata sambutannya di acara BRI Ventures Networking Day (23/11), CEO BVI Nicko Widjaja juga menyinggung tentang potensi pertumbuhan sektor D2C di Indonesia yang kian meningkat baik di bidang fesyen, F&B, dan kecantikan. Menurutnya, sektor ini mampu menjadi penggerak industri terutama di tengah pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19.

Marcel Lukman, pemilik salah satu grup ritel ternama 707company, juga salah satu Partner Sembrani Kiqani turut menyampaikan, selain D2C dana kelolaan ini juga ditargetkan untuk menyasar industri blockchain serta turunannya yang terkait dengan cyptocurrency. BVI sendiri tengah berencana memperkuat investasi untuk mengembangkan ekosistem kripto di tanah air.

Sebelumnya, melalui Sembrani Nusantara, BVI telah berinvestasi kepada pengembang brand minuman Haus!, yang juga menjadi portofolio pertama mereka di luar fintech. Dana yang dikucurkan mencapai 30 miliar Rupiah untuk debut ke startup. Selain itu, pengembang produk sepatu lokal Brodo juga mendapat suntikan dana dalam putaran seri A mereka.

Industri D2C di Indonesia

Ritel merupakan salah satu industri yang berkontribusi besar pada perekonomian nasional. Namun, pandemi Covid-19 yang sempat mengguncang daya tahan industri ini menyebabkan banyak usaha harus mengubah strategi bahkan menyerah dengan situasi. Salah satu strategi yang sedang ramai digunakan adalah dengan langsung menyasar konsumen atau direct-to-consumer (D2C).

Menurut data yang dihimpun dalam laporan “Driving Growth with D2C” oleh Ogilvy, Commercetolls, dan Verticurl, pemilik brand saat ini dinilai harus memiliki strategi digital D2C untuk dapat memenangkan pasar. Tujuan utamanya untuk membangun hubungan yang lebih personal dengan pelanggan, sehingga bisa menciptakan pengalaman brand yang lebih efektif dan menarik sebagai proposisi nilai. D2C memberikan kepemilikan data pelanggan yang tak ternilai.

Di Indonesia sendiri, sudah ada beberapa startup yang mengadopsi konsep D2C ini termasuk Brodo dan Saturdays (fesyen), Kopi Kenangan, Fore Coffee, Lemonilo (F&B), Dropezy (grocery), juga startup grup ritel Hypefast yang fokusnya lebih menjadi venture builder. VC seperti East Ventures juga semakin gencar menyasar sektor ini, termasuk dua portfolio terbaru mereka mohjo dan Kasual.

Investasi di industri blockchain

Di awal tahun 2010, mungkin belum banyak orang yang mengerti konsep blockchain serta utilitasnya dalam industri teknologi. Dewasa ini, pembahasan terkait aset kripto yang dijalankan di atas platform blockchain semakin marak terdengar baik di dunia nyata maupun media sosial. Meskipun begitu, ekosistem kripto di Indonesia masih terbilang prematur dan membutuhkan edukasi mendalam.

Dalam upaya mengembangkan ekosistem kripto di Indonesia, BRI Ventures bekerja sama dengan Tokocrypto, sedang merencanakan inisiatif baru yang dinamakan Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator (TSBA). Proyek blockchain pertama ini ditargetkan untuk bisa segera meluncur di tahun 2022.

Selain aset kripto, produk yang juga tengah digandrungi masyarakat, terutama di kalangan penggiat teknologi, adalah NFT. Sebagai salah satu aset digital yang terbilang unik, semua jenis media dapat dicetak atau diberi token dan diubah menjadi NFT. Produk ini sendiri telah hadir di berbagai industri, mulai dari seni digital, real estate virtual, hingga barang koleksi, game, dan masih banyak lagi.

Hype NFT membuat orang-orang berbondong-bondong menjadikan platform ini sebagai komoditas alternatif investasi, terlebih didukung kehadiran secondary market di berbagai platform marketplace populer. Meskipun demikian, NFT masih merupakan pasar yang sangat baru, sehingga perlu ekstra hati-hati.

Beberapa platform marketplace NFT yang sudah beroperasi di Indonesia termasuk TokoMall, Kolektibel, dan Paras Digital.

Startup Fintech Lending KlikACC Lakukan “Rebrand”, Pertegas Komitmen ke Sektor Produktif

Startup fintech lending KlikACC mengumumkan rebranding menjadi KlikA2C (access to credit) untuk mempertegas komitmen perusahaan dalam memberikan akses kredit produktif UMKM. Perubahan nama ini sekaligus ditandai dengan berubahnya tampilan di laman situs dan aplikasi.

Dalam konferensi pers yang diselenggarakan perusahaan, CEO KlikA2C Djoemingin Budiono menjelaskan selama perusahaan beroperasi sejak lima tahun lalu, sektor produktif selalu menjadi sasaran karena sektor ini memiliki kebutuhan kredit yang paling besar dan belum masuk radar pemain konvensional.

Hal ini tercermin dari total portofolio penyaluran KlikA2C, sekitar 99% di antaranya menyasar sektor produktif. Dalam memperluas jangkauan pembiayaan ke UMKM, perusahaan merangkul mitra dari berbagai sektor bidang usaha untuk memajukan akses keuangan para pelaku UMKM. “Kami percaya bahwa inklusi keuangan dapat dibangun dengan semangat kemitraan,” ucapnya, Selasa (23/11).

KlikA2C berfokus pada pembiayaan produktif UMKM, termasuk untuk sektor otomotif, Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk petani, invoice financing, dan employee loan. Untuk pembiayaan KUR, perusahaan menjadi mitra channeling dengan BCA. Di produk ini, perusahaan berhasil meningkatkan pencairan pinjaman sebesar hingga lebih dari empat kali lipat sepanjang dua tahun terakhir.

Adapun untuk nominal penyaluran menyentuh angka Rp25 miliar per September 2021 dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp9 miliar. “Kelompok tani sangat membantu proses literasi baca dan digital para petani. Mereka mempermudah penyaluran KUR jadi lebih lancar.”

Sementara itu, untuk pembiayaan otomotif menyasar segmen mobil bekas. Penyaluran pembiayaan di produk ini melonjak hingga lebih dari 15 kali lipat. Menurut Djoe, sebelumnya pemilik mobil bekas kesulitan mendapatkan biaya dari bank karena kebutuhan kredit mereka jangka pendek, sekitar dua sampai tiga bulan. Hal inilah yang tidak masuk kriteria bank karena minimal tenor yang tersedia berdurasi minimal satu tahun.

“Kita coba masuk ke sini sejak 2019, ternyata tumbuh 15 kali lipat. Lalu saat pandemi, masyarakat cenderung enggan beli mobil baru, namun kebutuhan untuk beli mobil masih ada. Ini terbukti dari mitra kami, dan saya rasa produk kami menyesuaikan kebutuhan mereka. Waktunya pun pendek, hanya tiga bulan.”

Djoe menjelaskan, total penyaluran pinjaman secara akumulatif sebesar Rp529,87 miliar kepada total 3.014 peminjam dan outstanding pinjaman Rp86,65 miliar. Adapun untuk pemberi pinjaman, didominasi dari kalangan ritel dengan perbandingan 65-35 dibandingkan institusi. Secara keseluruhan, capaian ini menghantarkan perusahaan tumbuh sebesar 11% per kuartalnya selama 10 kuartal terakhir.

Untuk strategi berikutnya, perusahaan akan mengembangkan lebih jauh produk invoice financing. Ada beberapa sektor industri yang akan dibidik, di antaranya FMCG, transportasi, dan logistik. “Tahun depan kami sedang mempersiapkan produk pembiayaan motor listrik untuk konsumen yang tertarik membeli motor ini,” tutup Djoe.

Industri fintech lending tahun ini

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, turut hadir Direktur Eksekutif AFPI Kuseryansyah. Dia mengestimasi pertumbuhan penyaluran pinjaman industri fintech lending sampai akhir tahun ini akan tumbuh lebih dari 75% dibandingkan tahun lalu. Dengan kata lain, diprediksi penyaluran akumulasi akan mencapai Rp140 triliun dari Rp74 triliun di 2020.

“Artinya, solusi yang ditawarkan fintech lending ini sudah on track karena menyalurkan pendanaan alternatif. Meski selama pandemi, pertumbuhan di lembaga konvensional ada yang nol bahkan negatif, tapi di fintech tetap bisa tumbuh karena pakai teknologi dan data alternatif,” ucap Kus.

Di sisi lain, potensi masyarakat unbanked di Indonesia masih sangat besar, sehingga memberi ruang tumbuh bagi industri fintech lending. Dalam berbagai riset disampaikan bahwa kebutuhan pendanaan segmen UMKM sebesar Rp2.650 triliun pada 2019. Dari kebutuhan tersebut, baru sekitar Rp1.000 triliun yang dilayani lembaga keuangan konvensional. Dengan demikian, ada gap sebesar Rp1.650 triliun yang bisa menjadi potensi untuk industri fintech lending.

Adapun, berdasarkan data OJK, akumulasi pinjaman yang telah disalurkan industri sejak berdiri mencapai lebih dari Rp260 triliun. Sekitar 58% di antaranya disalurkan kepada sektor produktif.